Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

BAB 2
TINJA
UAN
2 TINJAUAN TEORI

2.1
TEORI
KONSEP DASAR KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS)
Lingkungan hidup, menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009,

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lain.

Keberlanjutan (sustainability), konsep keberlanjutan yang digunakan disini berasosiasi

dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang diperkenalkan oleh World Commission on

Environment and Development sebagaimana tertuang dalam laporan Brundtland: “pembangunan

yang mampu memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi

mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka”. Wikipedia mendefinisikan keberlanjutan

sebagai karakteristik suatu proses atau kondisi tertentu yang dapat terus bertahan untuk

jangka waktu yang tak terbatas. Sementara Partidario (2007) mendefinisikan keberlanjutan

sebagai suatu proses atau kondisi tertentu yang dicapai sebagai hasil pembangunan

berkelanjutan yang berlangsung dalam jangka panjang waktu yang panjang.

Strategi (s), merupakan konsepsi yang lahir dari ilmu kemiliteran dan umumnya merujuk

pada kajian atau perencanaan sarana atau alat-alat untuk pencapaian tujuan suatu kebijakan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa 1995), mendefinisikan strategi sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya

bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai; atau sebagai rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Oxford Dictionary (2005)

mendefinisikan strategis sebagai suatu tindakan yang ditempuh dalam tahap perencanaan dengan

maksud agar tujuan atau manfaat tertentu dapat dicapai (Oxford Dictionary 2005). Dapat

disimpulkan “strategis” mengandung arti perbuatan atau aktivitas yang dilakukan sejak awal

proses pengambilan keputusan yang berakibat signifikan terhadap hasil akhir yang akan diraih.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


1
Laporan Pendahuluan

Dalam konteks KLHS, perbuatan dimaksud adalah suatu kajian yang dapat menjamin

dipertimbangkannya sejak dini aspek lingkungan hidup dalam proses pengambilan keputusan di

aras kebijakan, rencana atau program.

Bila pertimbangan lingkungan hidup dimaksud dikaji di tahap proyek, sebagaimana dikenal

sebagai AMDAL, maka kajian tersebut tidak tergolong sebagai yang bersifat strategik. Sejalan

dengan pengertian tersebut, pendekatan strategis dalam Kebijakan, Rencana dan Program

(KRP) dengan demikian bukanlah untuk mencari tahu apa yang akan terjadi di masa depan,

melainkan untuk merencanakan dan mengendalikan langkah-langkah yang akan ditempuh

sedemikian rupa sehingga terbangun atau terbentuk route untuk menuju masa depan yang

diinginkan (Partidário 2007).

Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 15 ayat (2) Mewajibkan Pemerintah dan

pemerintah daerah membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) tentang :

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya pada tingkat nasional,

provinsi dan kabupaten/kota

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

Kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau

risiko lingkungan penapisan (screening)

Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), walau atribut yang membedakan ketiga istilah

seringkali tidak jelas, namun secara generik perbedaannya adalah sebagai berikut (UNEP 2002:

499; Partidário 2004):

Kebijakan (Policy): arah yang hendak ditempuh (road-map) berdasarkan tujuan yang

digariskan, penetapan prioritas, garis besar aturan dan mekanisme untuk

mengimplementasikan tujuan.

Rencana (Plan): desain, prioritas, opsi, sarana dan langkah-langkah yang akan ditempuh

berdasarkan arah kebijakan dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kesesuaian

sumber daya.

Program (Programme): serangkaian komitmen, pengorganisasian aktivitas atau sarana yang

akan diimplementasikan pada jangka waktu tertentu dengan berlandaskan pada kebijakan

dan rencana yang telah digariskan.

Dalam prakteknya, ketiga definisi tersebut satu sama lain saling bertindih (overlapping)

dan berbeda-beda antara satu negara dan negara lain, terutama definisi rencana dan program.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


2
Laporan Pendahuluan

Kedua istilah yang terakhir ini di beberapa negara sering digunakan saling bergantian. Sehingga

yang perlu dipahami disini cukup definisi generik saja. Implikasinya, aplikasi KLHS di suatu

negara harus disesuaikan dengan definisi KRP yang umum dianut oleh negara yang bersangkutan.

Berbeda dengan proyek, pada arah ini terdapat proposal rinci perihal rancangan tapak, desain

rinci engineering atau teknis kegiatan pembangunan yang merefleksikan curahan investasi,

pekerjaan konstruksi dan berbagai langkah-langkah implementasi tujuan KRP.

2.2 DEFINISI KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS)


Adapun definisi dan berbagai pengertian KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)

menurut berbagai sumber, diantaranya adalah :

Menurut Sadler dan Verheem (1996). ”KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi

konsekuensi lingkungan hidup dari suatu usulan kebijakan, rencana, atau program sebagai

upaya untuk menjamin bahwa konsekuensi dimaksud telah dipertimbangkan dan dimasukan

sedini mungkin dalam proses pengambilan keputusan paralel dengan pertimbangan sosial

dan ekonomi”

Menurut Therievel et al (1992). ”KLHS adalah proses yang komprehensif, sistematis

dan formal untuk mengevaluasi efek lingkungan dari kebijakan, rencana, atau program

berikut alternatifnya, termasuk penyusunan dokumen yang memuat temuan evaluasi

tersebut dan menggunakan temuan tersebut untuk menghasilkan pengambilan keputusan

yang memiliki akuntabilitas publik”

Menurut DEAT dan CSIR (2000). ”KLHS adalah proses mengintegrasikan konsep

keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis”

Brown dan Therievel (2000). “KLHS adalah suatu proses yang diperuntukan bagi kalangan

otoritas yang bertanggung jawab atas pengembangan kebijakan (pemrakrasa) (saat

formulasi kebijakan) dan pengambil keputusan (pada saat persetujuan kebijakan) dengan

maksud untuk memberi pemahaman holistik perihal implikasi sosial dan lingkungan hidup

dari rancangan kebijakan, dengan fokus telaah diluar isu-isu yang semula merupakan faktor

pendorong lahirnya kebijakan baru”

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan /atau program.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


3
Laporan Pendahuluan

Dua definisi KLHS yang pertama boleh dikatakan menggunakan kerangka fikir AMDAL

yakni menelaah implikasi atau efek dari rancangan kebijakan, rencana atau program terhadap

lingkungan hidup. Pendekatan KLHS yang menyerupai AMDAL ini disebut juga sebagai ”EIA-

based” SEA atau KLHS yang berbasis pendekatan AMDAL (Partidario 1999).

Adapun definisi ketiga dan keempat yang diajukan oleh DEAT dan CSIR (2000) serta

Brown dan Therievel (2000) menunjukkan peran KLHS dalam memfasilitasi lahirnya KRP yang

berorientasi berkelanjutan (sustainability). Di dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa

prinsip-prinsip dan tujuan keberlanjutan dapat diintegrasikan dalam pengambilan keputusan

sejak dini.

Melalui pendekatan ini dapat difasilitasi terbentuknya kerangka-kerja (framework) untuk

berkelanjutan yang dapat digunakan sebagai pemandu untuk rencana dan program dan/atau

untuk menelaah rencana atau program yang tengah berjalan. Pendekatan ini boleh dikatakan

merefleksikan apa yang disebut oleh Therivel et al (1992) sebagai “sustainability-led” SEA atau

KLHS yang dipandu oleh keberlanjutan.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat dimpulkan bahwa KLHS adalah Suatu

proses sistematis dan komprehensif untuk mengevaluasi dampak lingkungan, pertimbangan sosial

dan ekonomi, serta prospek keberlanjutan dari usulan kebijakan, rencana, atau program

pembangunan.

Adanya berbagai kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, maka definisi KLHS

mengalami perkembangan. Dalam Makalah Pertimbangan-pertimbangan dalam Penerapan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis untuk Kebijakan, Rencana dan Program Penataan Ruang (2008),

dirumuskan Definisi KLHS untuk Indonesia sebagai berikut:

“KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan

menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam, pengambilan keputusan yang

bersifat strategis”.

“SEA is a systematic process for evaluating the environ- mental effect of, and for ensuring

the integration of sustainability principles into, strategic decision-making.”

2.3 KAIDAH KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS)


Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan,

sekaligus mendorong pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan

sumberdaya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Kaidah terpenting KLHS

dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang bersifat partisipatif, dan sedapat

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


4
Laporan Pendahuluan

mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk memperbaiki mutu KRP tata ruang ( self

assessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan efektif. Asas-asas hasil

penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang adalah :

Keterkaitan (interdependency)

Keseimbangan (equilibrium)

Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu

komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu variabel

biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan antar

sektor, antar daerah, dan seterusnya.

Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek, kepentingan,

maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti diantaranya adalah

keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,

keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan cadangan sumber daya alam,

keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,dan lain sebagainya.

Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan

program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam,

modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang tertentu.

Atas dasar kaidah-kaidah diatas, maka penerapan KLHS dalam penataan ruang bertujuan

untuk mendorong pembuat dan pengambil keputusan atas KRP tata ruang menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut :

Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) atau KRP Tata Ruang?

Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat RTRW atau KRP Tata Ruang

dengan lingkungan hidup dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?

Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan kerugian atau

meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi tersebut akan mengancam

keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?

Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi, dan efek-efek positifnya dikembangkan?

Apabila RTRW atau KRP Tata Ruang mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian atau

mitigasi atas efek-efek tersebut dalam muatannya, apakah masih timbul pengaruh negatif

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


5
Laporan Pendahuluan

dari RTRW atau KRP Tata Ruang tersebut terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan

secara umum?

2.4 MANFAAT KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN STRATEGIS)


Dalam konteks pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan

dalam UU SPPN, KLHS menjadi kerangka integratif untuk:

Meningkatkan manfaat pembangunan.

Menjamin keberlanjutan rencana dan implementasi pembangunan.

Membantu menangani permasalahan lintas batas dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten,

provinsi maupun antar negara (jika diperlukan) dan kemudian menjadi acuan dasar bagi

proses penentuan kebijakan, perumusan strategi, dan rancangan program.

Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal proses

perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan.

Memungkinkan antisipasi dini secara lebih efektif terhadap dampak negatif lingkungan di

tingkat proyek pembangunan, karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak awal tahap

formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan

Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan,

Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian sistematis

dan cermat atas opsi pembangunan yang tersedia,

Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan

keputusan yang lebih tinggi,

Mencegah kesalahan investasi dengan berkat teridentifikasinya peluang pembangunan yang

tidak berkelanjutan sejak dini

Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat keterlibatan para pihak (stakeholders)

dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi

Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin

berlangsungnya pembangunan berkelanjutan,

2.5 TUJUAN KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN STRATEGIS)


Tujuan KLHS yang banyak dirujuk oleh berbagai pustaka umumnya seputar hal berikut

(modifikasi terhadap UNEP 2002: 496; Partidário 2007: 12):

Memberi kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar keputusan yang

diambil berorientasi pada keberlanjutan dan lingkungan hidup, melalui:

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


6
Laporan Pendahuluan

Identifikasi efek atau pengaruh lingkungan yang akan timbul dalam penyusunan KRP

untuk meningkatkan manfaat pembangunan

Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada, termasuk opsi

praktek-praktek/pengelolaan lingkungan hidup yang baik

Antisipasi dan pencegahan terhadap dampak lingkungan pada sumber persoalan

Peringatan dini atas dampak kumulatif dan resiko global yang akan muncul

Aplikasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Resultante dari berbagai kontribusi KLHS tersebut adalah meningkatnya mutu

kebijakan, rencana dan program (KRP) yang dihasilkan.

Memperkuat dan memfasilitasi AMDAL, melalui:

Identifikasi sejak dini lingkup dan dampak potensial serta kebutuhan informasi

Identifikasi isu-isu dan pandangan-pandangan strategis yang berkaitan dengan

justifikasi proyek atau rencana usaha/kegiatan

Penghematan tenaga dan waktu yang dicurahkan untuk kajian.

Mendorong pendekatan atau cara baru untuk pengambilan keputusan, melalui:

Integrasi pertimbangan lingkungan dan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam

proses pengambilan keputusan

Dialog dan diskusi dengan para pihak yang berkepentingan dan penyelenggaraan

konsultasi publik

Akuntabilitas dan transparansi dalam merancang, memformulasikan dan memutuskan

kebijakan, rencana dan program.

2.6 STRUKTUR KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS)


Struktur KLHS secara langsung didasarkan pada tahapan berikut :

“Penapisan”, penyelidikan apakah rencana atau program sesuai dengan perundangan-

undangan;

“Scoping”, melukiskan batasan-batasan penyelidikan, penilaian dan asumsi yang diperlukan;

“Dokumentasi status lingkungan”, yang secara efektif sebagai suatu dasar /baseline yang di

atasnya untuk mendasarkan pertimbangan;

“Penentuan kemungkinan dampak utama lingkungan”, yang pada umumnya dalam kaitan dengan

Arah Perubahan dibandingkan dengan kondisi yang eksisting;

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


7
Laporan Pendahuluan

Pemberitahuan dan sosialisasi dengan masyarakat;

Pengaruh” Pengambil Keputusan “ yang didasarkan pada penilaian; dan

Monitoring efek rencana dan program setelah diimplementasikan.

KLHS diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan, rencana atau program

mempertimbangkan dengan seksama dampak yang lingkungan yang ditimbulkan dan Untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi

dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, dan/atau program (UU PPLH Pasal 15 ayat

1). Jika dampak lingkungan menjadi bagian dari keseluruhan pengambilan keputusan, itu disebut

sebagai Penilaian Dampak Strategis.

2.7 FOKUS KLHS (KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS)


Telah dikemukakan bahwa efektivitas KLHS sebagai instrument pengelolaan LH menuju

pembangunan berkelanjutan kerena kajian lingkungan tersebut dilaksanakan pada tahap awal

proses pengambilan keputusan perencanaan pembangunan. Pada tahap awal ini terdapat berbagai

alternative yang belum tertutup oleh keputusan tertentu. Dengan demikian, sebuah studi dampak

lingkungan atas KRP memberi kesempatan untuk memasukkan aspek LH dalam proses perencanaan

pada tahap sangat awal sehingga dapat sepenuhnya memprakirakan dampak lingkungan potensial,

termasuk yang bersifat kumulatif jangka panjang dan senergistik, baik pada tingkat local,

regional, nasional maupun global (Lee dan Walsh, 1992; Partidarlo, 1996;Annadele dan Bauley,

1999; Therival, 2004). Dengan kata lain, KLHS bergerak di bagian hulu dan suatu proses

pengambilan keputusan, yaitu KRP. Untuk memudahkan pemahaman KLHS, berikut ini adalah

dfinisi KLHS yang digunakan sebagai acuan.

“SEA is a systematic process for evaluating the environmental consequences of proposed

policy, or program initiatives in order to encure they are fully included and appropriately

addressed at the earlist appropriate stage of decision-making on par with economic and

social consideration” (Salder dan Verheem,1996).

Definisi tersebut menunjukkan bahwa skala sasaran kajian KLHS lebih luas daripada

instrument pengelolaan LH lain, misalnya AMDAL karena analisis dampak KRP mempunyai implikasi

dampak lebih luas /makro. Selain itu, KLHS fokusnya adalah pada tataran konsep dan bukan pada

tataran desain teknis yang bersifat fisik. Yang terakhir ini menjadi tekanan / fokus studi

AMDAL.

Kata “Strategis” dalam KLHS menjadi kata kunci yang membedakan antara instrument-

instrumen pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan dan intrumen KLHS. Istilah “Strategis”

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


8
Laporan Pendahuluan

dalam konteks KLHS secara umum dapat diartikan secara konseptual berkaitan dengan “akar”

permasalahan yang harus menjadi focus kajian lingkungan yang dilakukan, yaitu proses dan hasil

pengambilan keputusan.

Pengertian “Strategis” dalam KLHS pada umumnya berasosiasi dengan tiga hal berikut

(Partidarlo,1994):

Strategis dalam konteks pengambilan keputusan;

Keberlanjutan proses pengambilan keutusan , yaitu proses penyempurnaan KRP secara terus-

menerus;

Fokus pada hasil keputusan, merujuk pada beragamnya alternative pilihan KRP dalam proses

perencanaan pembangunan yang bersifat “Strategis”.

2.8 KLHS DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Pengalaman implementasi berbagai instrument pengelolaan lingkungan hidup, utamanya

AMDAL, menunjukkan bahwa meskipun AMDAL sebagai salah satu instrument pengelolaan

lingkungan cukup efektif dalam memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam

rancang-bangun proyek-proyek individual, tapi secara konsep pembangunan menyeluruh,

instrument AMDAL belum memadai dalam memberikan jalan keluar terhadap dampak lingkungan

komulatif, dampak tidak langsung, dan dampak lingkungan sinigitik. Saat ini, pergeseran orientasi

kebijakan pengelolaan lingkungan telah mengarah pada intervensi di tingkat makro dan pada

tingkat hulu dan proses pengambilan keputusan pembangunan. Esensinya adalah bahwa kerjasama

antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan akan lebih efektif

apabila lebih focus pada upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan pada tingkat makro /

nasional dari pada terbatas pada pendekatan di tinkat proyek.dalam konteks pergesean strategi

mewujudkan pembangunan berkelanjutan inilah peran KLHS menjadi penting.

Implementasi KLHS juga diharapkan dapat mengatisipasi terjadinya dampak lingkungan

yang bersifat lintas batas (cross boundary environmental effects) dan lintas sector. Penanganan

dampak lintas wilayah dan lintas sector ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar atas

permasalahan lingkungan hidup yang cenderung masik kompleks dengan dilaksanakannya, atau

lebih tepatnya, distorsi pelaksanaan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Dengan demikian, KLHS seharusnya tidak diarikan sebagai instrument pengelolaan

lingkungan yang semata-mata ditujukan pada komponen-komponen KRP, tapi yang lebih penting

adalah sebagai suatu acara untuk menyakinkan bahwa implikasi pelaksanaan KRP terhadap

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


9
Laporan Pendahuluan

lingkungan hidup telah dijadikan pertimbangan dalam setiap tingkatan pengambilan keputusan,dan

dengan demikian, keberlanjutan pembangunan dapat lebih terjamin (Annandale dan Bailey, 1999).

Dengan kata lain, secara subtansial, KLHS merupakan suatu upaya sistematis dan logis dalam

memberikan landasan bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan melalui proses pengambilan

keputusan yang berwawasan lingkungan.

2.9 KLHS DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Pengalaman proses pengambilan keputusan menunjukkan bahwa ketidakpastian,

kesenjangan informasi dan kendala kognitif merupakan fenomena umum yang melatar belakangi

kegagalan pengambilan keputusan / kebijakan pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks ini,

ketidakpastian terbesar adalah dalam memprakirakan besaran dampak LH yang timbul sebagai

akibat implementasi KRP. Pelaksana Pembangunan atau pengambil kebijakan pembangunan yang

berada mengacu pada atau memberikan interpretasi terhadap KRP secara berada pula sehingga

menimbulkan persoalan dalam memprakirakan besarnya dampak. Dalam hal ini, teori proses

pengambilan keputusan menawarkan pendekatan yang mampu mendeskripsi dan memahmi setiap

konteks pengambilan keputusan serta secara pelaksanaan KLHS.

Ide yang melatarbelakangi pelaksanaan studi KLHS adalah cara berfikir dan / atau

proses pengambilan keputusan rasional dalam melaksanakan pembangunan. Kecilnya partisipasi

public dalam proses pengambilan keputusan pembangunan dan tidak terkendalinya tingkat

kerusakan LH mulai dipertanyakan secara luas sehingga mengilhami pengembangan instrument

pengelolaan LH seperti AMDAL dan kemudian KLHS.

Merencanakan perencanaan rasional atau pengambilan keputusan secara rasional terhadap

keputusan-keputusan yang bersifat strategis (KRP), seperti dilakukan dalam studi KLHS jauh

lebih komprehensif bila dibandingkan dengan studi analisis LH pada tingkat proyek (AMDAL).

Salam studi KHS , nilai-nilai dan kompleksitas persoalan harus deifahami dengan baik apabila

mengharapkan aspek LH menjadi salah satu factor yang harus dipertimbangkan dalam proses

pengambilan keputusan.

Pengembangan criteria untuk analisis pengambilan keputusan adalah penting untuk

menguatkan secara sistematik peran nilai-nilai social dan non social (alam) dalam pelaksanaan

pembangunan. Apabila fungsi KLHS adalah untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan

pembangunan, maka diperlukan criteria untuk identifikasi kelemahan dan kesalahan dalam proses

pengambilan keputusan. Oleh karenanya, KLHS mempersyaratkan criteria yang didasarkan pada

presepsi yang muncul adalah bukan soal apakah terkait dengan pandangan subyektif dalam proses

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


10
Laporan Pendahuluan

pengambilan keputusan, melainkan lebih pada apakah pandangan-pandangan masyarakat tersebut

telah dikomodir dan diartikan secara transparan dalam proses pengambilan keputusan.

Literatur tentang KLHS telah mengindifikasikan orientasi politik dalam analisis LH serta

mengenali trade offs antar dampak sosial, ekonomi dan LH akibat implementasi KRP (Petts, 1999;

Therivel et al., 1992). Disebutkan juga bahwa penepisan dan pelingkupan secara inheren

merupakan proses politik , dan oleh karenanya, harus dilihat secara politik dan bukan semata-

mata masalah rasionalitas yang bersifat “obyektif” dan netral (Weston, 2000),dibalik fakta

bahwa studi KLHS berlanagsung dalam proses politik, proses analisis itu sendiri harus difahami

sebagai bagian dan politik.

Untuk dapat merespon secara memadai terhadap variasi factor-faktor local yang

mempengaruhi bagaimana keputusan dibuat, kerangka kerja KLHS harus diupayakan seemikian

sehingga mampu beradaptasi pada kondisi local serta bersifat konstekual. Pendekatan ini

seringkali disebut pendekatan “contingency” perencanaan LH. Suatu pendekatan pengelolaan LH

yang sangat diperlukan di wilayah dengan variasi kareakteristik sosial-sekonomi dan biofisik

tinggi.

2.10 KLHS DALAM PENATAAN RUANG


2.10.1 Pendekatan KLHS
Jenis-jenis pendekatan KLHS dalam penataan ruang dibentuk oleh kerangka bekerja dan

metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat) model

pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :

KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup/AMDAL ( EIA-

Mainframe)

KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL, baik dari segi langkah-langkah prosedur bekerjanya,

maupun metodologi berpikirnya, yaitu mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang

ditimbulkan RTRW atau KRP tata ruang terhadap lingkungan hidup.

KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal)

KLHS yang memiliki pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai uji kebijakan untuk

menjamin keberlanjutan lingkungan hidup, sehingga bisa diterapkan sebagai sebuah telaah

khusus yang berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan hidup.

KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan ( Integrated Assessment/

Sustainability Appraisal)

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


11
Laporan Pendahuluan

Pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai bagian dari uji kebijakan untuk menjamin

keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut pandangnya merupakan paduan kepentingan

aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.

KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam ( Sustainable Natural

Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable Resource

Management)

KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a) dilaksanakan sebagai

bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan penggunaan lahan dan

sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi spesifik pengelolaan sumberdaya

alam. Model a) menekankan pertimbangan-pertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai

dasar dari substansi RTRW atau KRP tata ruang, sementara model b) menekankan penegasan

fungsi RTRW atau KRP tata ruang sebagai acuan aturan pemanfaatan dan perlindungan

cadangan sumberdaya alam.

Aplikasi-aplikasi pendekatan diatas dapat diterapkan dalam berbagai bentuk kombinasi,

baik dari segi cara maupun metoda telaahnya, sesuai dengan : 1) hirarki dan jenis KRP tata ruang

atau RTRW yang akan dihasilkan/ditelaah, 2) lingkup isu yang menjadi fokus, 3) kapasitas

institusi dan sumberdaya manusia selaku pelaksana dan pengguna KLHS, serta 4) kemauan politis

pemanfaatan KLHS untuk KRP tata ruang.

2.10.2 Tata Laksana KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang


Pada prinsipnya, proses KLHS harus dilakukan terintegrasi dengan proses perencanaan

tata ruang. Beragamnya kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan tata ruang menyebabkan

integrasi tersebut bisa dilaksanakan dalam 2 (dua) cara, yaitu:

Penyusunan dokumen KLHS untuk menjadi masukan bagi RTRW atau KRP tata ruang

Melebur proses KLHS dengan proses penyusunan RTRW atau KRP tata ruang

2.10.3 Penyusunan Dokumen KLHS


Pola seperti ini sesuai untuk dilakukan dalam kondisi-kondisi berikut :

RTRW atau KRP tata ruang yang berlaku mengalami proses evaluasi dan/atau revisi, atau

konsep RTRW atau KRP tata ruang yang akan/sedang disusun membutuhkan masukan telaah

kajian lingkungan yang spesifik dan mendalam, atau

dibutuhkan dokumentasi proses kajian lingkungan tersendiri yang gamblang untuk

menguatkan akuntabilitas dan kredibilitas seluruh proses perencanaan tata ruang.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


12
Laporan Pendahuluan

Proses kegiatan penyusunan dokumen harus berinteraksi langsung dengan proses

penyusunan KRP tata ruang, dimana integrasinya berlangsung menurut langkah-langkah sebagai

berikut :

Langkah 1 : Pelingkupan

proses sistematis dan terbuka untuk mengidentifikasi isu- isu penting atau konsekuensi

lingkungan hidup yang akan menimbulkan dampak/resiko berkenaan dengan rancangan KRP.

Dampak dan resiko yang ditimbulkan dapat meliputi:

perubahan iklim

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan,

dan/atau kebakaran hutan dan lahan

penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan

sekelompok masyarakat

peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Langkah 2 : Penilaian atau telaah/analisis teknis

proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat

diterapkannya RTRW atau KRP tata ruang; serta pengujian efektivitas muatan RTRW atau

KRP tata ruang dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Kegiatan telaah dan analisis

teknis harus didasarkan pada:

pemilihan dan penerapan metoda serta teknik analisis yang sesuai dan terkini,

penentuan dan penerapan arah rinci (level of detail) analisis agar sesuai dengan

kebutuhan rekomendasi, dan

sistematisasi proses pertimbangan seluruh informasi, kepentingan dan aspirasi yang

dijaring.

Langkah 3 : Penetapan alternatif

substansi pokok/dasar RTRW atau KRP tata ruang (misalnya: mengubah pola atau

struktur ruang dari yang semula diusulkan),

program atau kegiatan penerapan muatan RTRW atau KRP tata ruang (misalnya:

mengubah lokasi atau besaran infrastruktur yang dibutuhkan), dan

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


13
Laporan Pendahuluan

kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan hidup (misalnya: penerapan

kode bangunan yang hemat energi).

Langkah 4 : Formulasi pelaksanaan dan pengambilan keputusan tentang pilihan muatan materi

bagi KRP tata ruang dengan mempertimbangkan hal-hal :

kesimpulan-kesimpulan pokok yang direkomendasikan KLHS,

langkah-langkah kegiatan yang direkomendasikan KLHS,

aspirasi dan pandangan dari berbagai lapisan dan golongan masyarakat yang

berkepentingan, serta

aspirasi dan pandangan dari instansi pemerintah yang bertanggungjawab dan

berkepentingan (misalnya : instansi lingkungan hidup daerah, instansi kesehatan daerah,

dan lain-lain).

Langkah 5 : Pemantauan dan Tindak Lanjut

Sesuai dengan kebutuhannya, kegiatan pemantauan dan tindak lanjut dapat diatur

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


14
Laporan Pendahuluan

Gambar 2.1 Kerangka Kerja KLHS Secara Umum (Dapat disesuaikan dengan Keadaan)

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


15
Laporan Pendahuluan

Tabel 2.1 Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS Dalam Penyusunan RTRW Propinsi

Gambar 2.2 Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS Dalam Evaluasi Laporan RTRW Propinsi

Langkah 1, 2, Dan 3 Didokumentasikan Dalam Sebuah Laporan Untuk Mempermudah

Pelaksanaan Langkah-Langkah Selanjutnya

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


16
Laporan Pendahuluan

2.10.4 Melebur Proses KLHS dengan Proses Penyusunan RTRW/KRP Tata Ruang
Peleburan proses KLHS ke dalam proses perencanaan tata ruang sesuai untuk kondisi-

kondisi berikut:

belum ada arah maupun konsep RTRW atau KRP tata ruang, atau

pihak berkepentingan memiliki keterbatasan waktu dan sumber daya, atau

konsep RTRW atau KRP tata ruang perlu diuji secara cepat, atau

konsep RTRW atau KRP tata ruang tidak membutuhkan kajian atas isu-isu lingkungan secara

gamblang, spesifik atau mendalam

Hal-hal tersebut menyebabkan rangkaian kajian dilakukan dengan menerapkan daftar uji

pada setiap langkah proses perencanaan tata ruang. Secara umum daftar uji tersebut mencakup :

Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.

Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa :

tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,

berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan sasaran

umum KRP,

sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan indikator-

indikator pembangunan berkelanjutan,

keterkaitan KRP tata ruang dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik, dan

konflik kepentingan antara KRP tata ruang dengan KRP-KRP lain segera bisa

teridentifikasi.

Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.

Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas data, tetapi

identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang tersedia serta cara

mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika KRP tata ruang diharuskan memperhatikan

kesatuan fungsi ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain wilayah administratifnya

sendiri.

Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan sumbernya agar

proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendala-kendala setempat.

Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


17
Laporan Pendahuluan

Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu lingkungan hidup

maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan melihat

relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap wilayah perencanaannya.

Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan.

Pengujian ini efektif bila konsep rencana sudah mulai tersusun, sehingga dapat dilakukan

penilaian langsung atas arahan-arahan rencana pemanfaatan dan pola ruang terhadap

indikator-indikator teknis lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Uji ini

sebenarnya merupakan iterasi atau pengembangan dari uji yang dilakukan di awal proses

penyusunan RTRW sebagaimana dijelaskan pada nomor 1.

Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi besaran dan

waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini

dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun ketersediaan data, sehingga pengujian

dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian secara kuantitatif maupun kualitatif

sama-sama bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa proses konsultasi maupun diskusi

dengan pihak-pihak yang terkait.

Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang beralasan,

relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan

sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan yang lainnya) atau

mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.

Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak-dampak Turunan maupun Kumulatif.

Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana jenis-jenis KRP

tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau dampak-dampak lanjutan yang

lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, maupun akumulasi efek dalam jangka waktu

panjang dan pada skala ruang yang besar.

Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan dengan cara :

mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model daftar uji untuk

menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai konsistensi muatan RTRW

terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar uji untuk menuntun pengambil

keputusan mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-opsi yang mendukung

keberlanjutan, dan lain sebagainya

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


18
Laporan Pendahuluan

melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan data,

kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana

melakukannya secara berulang/iteratif

mengembangkan atau memodifikasi jenis pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan

kepentingan pengujian atau kemajuan pengetahuan.

2.11 TELAAH KAPASITAS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TERHADAP


KEGIATAN PEMBANGUNAN
Secara sederhana, daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan mendukung

kehidupan di dalamnya. Konsep dasar pendekatan ini adalah menyesuaikan kemampuan alam

menyediakan berbagai bentuk kebutuhan makhluk untuk dapat hidup. Dalam penataan ruang, daya

dukung lingkungan terhadap kegiatan pembangunan diartikan sebagai penyediaan sumber daya

alam untuk digunakan manusia agar dapat hidup dan beraktivitas.

Beberapa contoh teknik yang digunakan dalam model telaah ini adalah Tapak Ekologis

(ecological footprints) yang menekankan penghitungan tingkat konsumsi individu terhadap sumber

daya alam, dan Keseimbangan Bionomic ( bionomic equilibrium) yang membuat model ukuran

populasi optimal suatu ekosistem atas dasar ketersediaan sumber daya alam dengan akses penuh

(open-access resources). Kerangka telaah ini mengilhami kerangka telaah yang lebih spesifik,

seperti kerangka pengukuran kinerja layanan ekosistem (tingkat keberlangsungan fungsi

ekosistem akibat intervensi kegiatan manusia), atau kerangka untuk mengukur efisiensi

pemanfaatan sumberdaya alam.

Gambar 2.3 Kerangka Sederhana Pendekatan Daya Dukung Lingkungan

2.12 PRINSIP DAN NILAI KLHS


Seperti halnya definisi KLHS, hingga saat ini boleh dikatakan tidak ada prinsip-prinsip

KLHS yang secara universal diterima oleh semua pihak. Namun demikian dari pilot project

aplikasi KLHS yang diselenggarakan oleh KLHS –DANIDA; beberapa prinsip KLHS yang

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


19
Laporan Pendahuluan

diletakkan oleh Sadler dan Verheem (19996) serta Sadler dan Brook (1998) tampaknya sesuai

untuk situasi Indonesia . Prinsip-prinsip KLHS yang di maksud adalah:

Sesuai kebutuhan (fit-for-the purpose)

Berorientasi pada tujuan (objectives led)

Didorong motif keberlanjutan (sustainability-driven)

Lingkup yang komprehensif (comprehensive scope)

Relevan dengan kebijakan (decision –relevant)

Terpadu (integrated)

Transparan (transparent)

Partisipatif (participative)

Akuntabel (accountable)

Efektif-biaya (cost-effective)

Melihat prinsip-prinsip tersebut tampak bahwa KLHS bukan seperti studi yang

konvensional kita kenal. Juga bukan seperti AMDAL dimana partisipasi public dilibatkan pada dua

momen yakni saat persiapan Kerangka Acuan dan saat penilaian ANDAL, RKL dan RPL. Di dalam

penyelenggaraan KLHS tidak hanya elemen partisipasi masyarakat yang disentuh tetapi juga

persoalan transparansi dan akuntabilitas. Sebab yang dituju KLHS pada hakekatnya adalah

lahirnya kebijakan, rencana dan program yang melalui proses-proses yang partipasif, transparan

dan akuntabel, mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan keberlanjutan.

Selain prinsip-prinsip dasar tersebut, khusus untuk Indonesia, juga terformulasi nilai-

nilai yang dipandang penting untuk dianut dalam aplikasi KLHS di Indonesia. Nilai-nilai dimaksud

adalah :

Keterkaitan (interdependency)

Keseimbangan (equilibrium)

Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependencies) digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS dengan

maksud agar dalam penyelenggaraan KLHS dipertimbangkan benar keterkaitan antara satu

komponen dengan komponen lain, antara satu unsure dengan unsure lain, atau antara satu variable

biofisik dengan variable biologi, atau keterkaitan antara local dan global, keterkaitan antar

sector, antara daerah, dan seterusnya. Dengan membangun peraturan tersebut KLHS dapat

diselenggarakan secara komprehensif atau holistic.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


20
Laporan Pendahuluan

Keseimbangan (equilibrium) digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS dengan maksud

agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai atau dipandu oleh nilai-nilai keseimbangan seperti

keseimbangan antara kepentingan sosial ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup,

keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, keseimbangan kepentingan

pembangunan pusat dan daerah, dan lain sebagainya. Implikasinya, forum-forum untuk

identifikasi dan pemetaan kedalaman kepentingan para pihak menjadi salah satu proses dan

metode yang penting digunakan dalam KLHS. Keadilan (justice) digunakan sebagai nilai penting

dengan maksud agar melaui KLHS dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak

mengakibatkan marginalisasi sekelompok atau golongan tertentu masyarakat karena adanya

pembatasan akses dan control terhadap sumber-sumber alam atau modal atau pengetahuan.

Dengan mengaplikasikan nilai keterkaitan dalam KLHS diharapkan dapat dihasilkan

kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan sector, wilayah, global-

lokal. Pada aras yang lebih mikro, yakni proses KLHS, keterkaitan juga mengandung makna

dihasilkannya KLHS yang bersifat holistic berkat adanya keterkaitan analisis antar komponen

fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi.

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


21
Laporan Pendahuluan

Analisis masalah, kelembagaan,


stakeholders, analisis jaringan
kerja kebijakan termasuk aspirasi
publik

SIG/data dasar 1.PENAPISAN


dan sasaran- Apakah diperlukan studi KLHS, Lokakarya-
sasaran LH menentukan konstks kelembagaan, skenario
isu-isu permasalahan LH, keterkaitan kebijakan
KRP dengan persoalan LH, tujuan dan
Fokus KLHS.
2. PELINGKUPAN
Ruang lingkup KLHS, studi data
dasar, isu-isu keberlanjutan
pembangunan, sasaran KLHS dan
sasaran KRP.
Indicator, aliran
dampak LH, analisis 3.ALTERNATIF KRP
manfaat dan resiko Tujuan/sasaran KRP, Identifikasi dan Model system-
LH perbandingan alternatifnya,KRP lain sistem teknik-
yang relevan, Analisis Sistem ekonomik
4.ANALISIS LINGKUNGAN
(EVALUASI DAN VALUASI DAMPAK
KRP)
Interpretasi data, Evaluasi dan
prakiraan dampak: tidak langsung,
kumulatif, dan sinergitik; analisis
multi criteria, ketidak pastian dan
pembobotan; mitigasi dampak
5.ALTERNATIF KRP DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Hasil, proses dan mekanisme
pengambilan keputusan; keterlibatan
public dan skatehoder lain;
Argumentasi pengambilan keputusan

Analisis multi
6.RENCANA PEMANTAUAN DAN criteria,
PENGOLAAN KRP survei public,
Implementasi mitigasi dampak; valuasi
Monitoring untuk perbaikan KRP, ekonomi
Efektifitas Tindak lanjut pengelolaan dampak
biaya, analisis KRP melalui pembentukan system
manfaat biaya yang adaptif

Gambar 2.4 Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


22
Laporan Pendahuluan

2 TINJAUAN TEORI................................................................................................................... 2-1

2.1 Konsep Dasar Klhs (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)............................2-1

2.2 Definisi Klhs (Kajian Lingkungan Hidup Strategis).........................................2-3

2.3 Kaidah Klhs (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)..........................................2-4

2.4 Manfaat Klhs (Kajian Lingkungan Strategis).....................................................2-6

2.5 Tujuan Klhs (Kajian Lingkungan Strategis)........................................................2-6

2.6 Struktur Klhs (Kajian Lingkungan Hidup Strategis).......................................2-7

2.7 Fokus Klhs (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)............................................2-8

2.8 Klhs Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan....................................2-9

2.9 Klhs Dalam Proses Pengambilan Keputusan...................................................2-10

2.10 Klhs Dalam Penataan Ruang.............................................................................. 2-11

2.10.1 Pendekatan KLHS............................................................................................. 2-11

2.10.2 Tata Laksana KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang........................2-12

2.10.3 Penyusunan Dokumen KLHS....................................................................... 2-12

2.10.4 Melebur Proses KLHS dengan Proses Penyusunan RTRW/KRP Tata


Ruang 2-17

2.11 Telaah Kapasitas Daya Dukung Lingkungan Terhadap Kegiatan


Pembangunan 2-19

2.12 Prinsip Dan Nilai Klhs.......................................................................................... 2-19

Gambar 2.1 Kerangka Kerja KLHS Secara Umum (Dapat disesuaikan dengan
Keadaan)....................................................................................................................................................... 2-15
Gambar 2.2 Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS Dalam Evaluasi
Laporan RTRW Propinsi........................................................................................................................ 2-16
Gambar 2.3 Kerangka Sederhana Pendekatan Daya Dukung Lingkungan............2-19
Gambar 2.4 Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS.......................................................2-22

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


23
Laporan Pendahuluan

Tabel 2.1 Contoh Integrasi Penyusunan Dokumen KLHS Dalam Penyusunan


RTRW Propinsi........................................................................................................................................... 2-16

Penyusunan KLHS Pada Rencana Detail Tata Ruang BWP Sendang


24

Anda mungkin juga menyukai