Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL KEGIATAN PENYULUHAN PENGELOMPOKAN

SAMPAH DAN GOTONG ROYONG DI RW 06 KELURAHAN


KENANGA KOTA TANGERANG

Disusun sebagai Salah Satu Syarat dalam Stase Keperawatan Komunitas

DISUSUN OLEH :

MUFTIAWATI, S.Kep

17.1490.1041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji Sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun laporan kegiatan
penyuluhan asam urat. Laporan ini adalah sebagai bukti tertulis hasil dari kegiatan
penyuluhan asam urat yang sudah dilakukan. Sebagai salah satu tugas untuk memenuhi
tugas profesi Ners Stase Keperawatan komunitas yang dilakukan selama 3 minggu.
Laporan ini dapat diselesaikan namun dalam penulisannya kami menemui
beberapa kendala berkat bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan penyuluhan pengelompokan sampah dan
gotong royong di RW 06 Kelurahan Cipondoh Kota Tangerang. Kelompok pada
kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan moril maupun materil sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Terimakasih ini
kelompok sampaikan kepada :
1. Ibu Ns. Hera Hastuti, M.Kep Sp.Kep.Kom Selaku Koordinator Mata Kuliah
Stase Keperawatan Komunitas
2. Bapak/Ibu Staff Dosen Keperawatan
3. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah membantu baik ide, moril dan materil.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kami masih mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan umumnya.
Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang, 26 Maret 2017


Penulis

Muftiawati,S.Kep
LAPORAN HASIL KEGIATAN PENYULUHAN PENGELOMPOKAN
SAMPAH DAN GOTONG ROYONG DI RW 06 KELURAHAN
KENANGA KOTA TANGERANG

A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah, semakin meningkat pula volume sampah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
karena setiap penduduk mulai dari bayi sampai orang tua pasti menghasilkan sisa
buangan dari proses aktivitasnya hidupnya seperti makan, masak, mandi, bekerja dan
sebagainya (Rahman, 2013). Disamping itu pola konsumsi masyarakat dan kemajuan
teknologi berkontribusi dalam menimbulkan sampah yang semakin beragam, antara lain
sampah kemasan yang berbahaya dan sulit diurai oleh alam selain itu terdapat sampah
plastic, kertas, produk kemasan yang mengandung B3 (Bahan Beracun Berbahaya).
Jumlah dan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang kita
konsumsi semakin meningkat perekonomian dalam rumah tangga maka semakin
bervariasi jumlah sampah yang dihasilkan. Selain kondisi tersebut masih djumpai
timbulan atau buangan sampah di sungai sehingga memberikan dampak negative pada
lingkungan yang akhirnya menganggu kesehatan manusia (Subekti, 2013).
Menurut WHO (World Health Organization), sampah merupakansuatu materi
yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap kesehatan (Mukono, 2000). Setiap hari kita tidak dapat lepas
dari sampah, karena kita membuangnya baik di rumah atau di kantor dan dimanapun kita
berada sehingga akan menimbulkan pencemaran tanah, air, dan udara. Berdasarkan data
BPS tahun 2000, tingkat pelayanan sampah secara nasional saat ini hanya mencapai
kurang lebih 40%, dengan kualitas pelayanan yang belum memadai. Kondisi tersebut
masih jauh dari standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan yaitu 60% dengan
pelayanan pengumpulan/ pengangkutan minimal seminggu 2 kali (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 21/ PRT/M/2006).
Indonesia memiliki penduduk 327 juta jiwa berbanding lurus dengan produksi
sampah setiap harinya. Diperkirakan, tahun 2025 produksi sampah diIndonesia akan
mencapai angka 130.000 ton per hari. Ancaman itu bukan tanpa alasan. Pasalnya
aktivitas masyarakat pada umumnya menuntut untuk selalu berhubungan dengan
makanan dalam kemasan. Indonesia, sekitar 56% sampah dike lola oleh pemerintah.
Sisanya dikelola dengan cara dibakar sebesar 35%, dikubur 7,5%, di kompos 1,6%, dan
dengan cara lain 15,9% (Profil Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2016).
Menurut Riset Greeneration, organisasi non pemerintah yang 10 tahun mengikuti
isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per
tahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan
ekosistem. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu Indonesia dalam kondisi darurat
sampah. data statistik sampah di Indonesia mencatat bahwa Indonesia menduduki negara
penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Cina (Profil Kabupaten/Kota
Tangerang 2016).
Berdasarkan data buku putih sanitasi Tahun 2016 dan Dinas Kebersihan masing-
masing wilayah, perharinya Kabupaten Tangerang menghasilkan timbulan sampah 7.625
m3/hari pada tahun 2015 dengan tingkat pelayanan hanya sebesar 26 % dari total
timbulan sampah, Kota Tangerang menghasilkan timbulan sampah 6.028 m3/hari pada
tahun 2015 dengan tingkat pelayanan hanya sebesar 70 % dengan terjadi penurunan
tingkat pelayanan setiap tahunnya serta Kota Tangerang Selatan menghasilkan timbulan
sampah 4.941 m3/hari pada tahun 2015 dengan tingkat pelayanan hanya sebesar 59%
dari total jumlah timbulan sampah perkotaan (DKP, 2015).
Berdasarkan data hasil survey awal dilapangan pada tanggal 26 Februari 2018 di
RW 06 Kelurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang terlihat masih
banyaknya warga yang membuang sampahnya dikali, banyaknya tumpukan sampah yang
tidak pada tempatnya, sampah organik dan anorganik masih menyatu, adanya sampah
pada saluran air, meskipun terdapat tempat sampah namun masih ada sampah-sampah
yang berserakan di sekitar tempat sampah, banyaknya barang-barang bekas yang ada
dirumah warga dan tidak beraturan, terdapat tempat pembuangan sampah yang tidak
dikelola sehigga sampah banyak tertumpuk disatu tempat, Selain hal tersebut, jumlah
sampah di Kelurahan Kenanga tidak lepas dari padatnya penduduk ehingga hasil
buangan sampahnya menyebabkan penumpukan sampah di TPS yang tidak terkendali,
dan berdampak pada lingkungan, masalah ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hadrianti (2016) hubungan sanitasi lingkungan fan tindakan 3 m plus terhadap
kejadian DBD, penelitian lain Ismawati, (2015), diketahui bahwa ada hubungan antara
sampah, kepadatan lalat, dan kejadian diare balita. Dampak yang tidak langsung dari
timbulan sampah berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak dalam sampah,
selain itu juga menyebabkan pencemaran lingkungan (Devi Nuraini Santi, 2001). Dari
hasil penyebaran angket didapatkan data prilaku membuang sampah di sungai atau kali
sebanyak 3,57% dan di tempat sampah sembarang tempat sebanyak 1,43%. Berdasarkan
cara pengelolahan didapatkan sebanyak 29,29% dengan cara dibakar dan 3,57%
ditumuk, penimpanan barangbekas didapatkan sebnayk 12,14% disimpan digudang, 5,71
dibakar dan 4, 29% %. Penyakit DBD menapai 14,3%.
Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan
sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan
sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan,
persawahan, sungai dan lautan selain itu sampah dapat mengakibatkan meningkatnaya
penyebaran penyakit, bau menyengat, dan lain-lain hingga mengganggu kenyamanan dan
kesehatan. Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah
dengan cara membuang sampah sekaligus memanfaatkannnya sehingga selain
membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Ini secara ekonomi akan
mengurangi biaya penanganannya .
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada pasal 6 dinyatakan bahwa
masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk berpartisipasi dalam memelihara
kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan menaggulangi pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam UU NO. 18 Tahun 2008 secara
eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban dalam
pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah pasal 12 dinyatakan, setiap orang
wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan
lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi
media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium
perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu
tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai
estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya (Azwar, 1986).
Pengelolaan sampah di perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan
penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005) faktor-faktor tersebut di antaranya
adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah, keberadaan
pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang persampahan dan
penegakan hukumnya. Sampah dengan volume paling tinggi adalah sampah di rumah
tangga.
Masyarakat harus berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
pengelolaan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik dan tatanan sosial budaya daerah masing-masing. Berangkat dari ketentuan
tersebut, tentu menjadi kewajiban dan hak setiap orang baik secara individu maupun
secara kolektif, demikian pula kelompok masyarakat pengusaha dan komponen
masyarakat lain dan khususnya di RW 06 lurahan Kenanga Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan dan pengelolaan sampah dalam
upaya untuk menciptakan lingkungan yang baik, bersih, dan sehat salah satu kegiatannya
yaitu dengan gotong royong dan melakukan pengelolaan sampah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan ini adalah sebagai bukti tertulis hasil dari kegiatan penyuluhan
pengelompokan sampah dan gotong royong yang sudah dilakukan. Sebagai salah satu
tugas untuk memenuhi syarat profesi Ners Stase Keperawatan komunitas yang
dilakukan selama 3 minggu.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai bahan pertanggung jawaban kegiatan penyuluhan pengelompokan
sampah dan gotong royong di RW 06 Kelurahan Kenanga
b. Sebagai bahan alat menyampaikan informasi hasil kegiatan penyuluhan
penyuluhan pengelompokan sampah dan gotong royong di RW 06 Kelurahan
Kenanga
c. Sebagai bahan untuk evaluasi penilaian akademik maupun non akademik
C. Hasil kegiatan
1. Persiapan
Persiapan dalam perencanaan kegiatan penyuluhan Kota Tangerang dilakukan 2
minggu sebelum acara penyuluhan, penyuluhan pengelompokan sampah dan gotong
royong di RW 06 Kelurahan Kenanga Kota Tangerang. Proposal dan materi di
konsultasikan 3 hari sebelum kegiatan, undangan di sampaikan 3 hari sebelumnya,
undangan di sampaikan melalui lisan dan tulisan di kegiatan sebelumnya, persiapan
alat, tempat, konsumsi dan perlengkapan lainnya di laksanakan 3 hari sebelum
kegiatan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan pengelompokan sampah dan gotong royong di laksanakan
di RW 06 Kelurahan Kenanga Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang
dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Maret 2018, di Musollah Babus Syallam RT06/06,
pada pukul 07.00 s/d selesai, dengan jumlah peserta untuk pengelompokan sampah
yang hadir sejumlah 22 warga, dan 35 warga untuk gotong royong dari target 15 untuk
penyuluhan pengelompokan sampah dan 45 untuk gotong royong warga yang
diundang, pada kegiatan tersebut dihadiri oleh ketua RW 06, Ketua RT 06, Ketua RT
04, Ketua RT 03, perwakilan warga dari RT 06, kader kesehatan RW 06 Kelurahan
Kenanga Kota Tangerang, Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar, antusias warga
dalam mengikuti kegiatan tersebut sangat baik dibuktikan dengan banyaknya
pertanyaan yang dilontarkan, interaksi antara penyuluh dan peserta sangat baik,
masyarakat aktif mengungkapkan mengenai pengetahuannya tentang pengelompokan
sampah, semua warga mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Selama kegiatan
gotong royong warga tampak antusias untuk membersihkan lingkungan RT 06 yang
sudah dibagi titik-titik lokasinya.
3. Evaluasi Hasil
a. Struktur
Peserta yang hadir sebanyak ± 90% warga RT 06/06 serta perwakilan warga dari
RT 06. Setting tempat sesuai dengan rencana yang telah dibuat, penyuluhan
pengelompokan sampah dan gotong royong berjalan dengan efektif,
perlengkapan yang digunakan selama kegiatan sudah cukup baik dan digunakan
sebagaimana fungsinya. Peran mahasiswa sesuai dengan perencanaan kordinator
setiap wilayah kerja sudah dibagi, observer dan fasilitator berperan sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
b. Proses
Pelaksanaan kegiatan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 07: 20 WIB
untuk penyuluhan dan 07:20 s/d 09:30 WIB untuk gotong royong, pelaksanaan
sesuai dengan jadwal yang direncanakan, penyuluhan dimulai dengan pengerian
sampah dan pembagian sampah dan manfaat sampah. Warga RT 06 sudah cukup
kompak dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan antusias warga terhadap
kegiatan penyuluhan sangat baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga
yang datang mengikuti kegiatan penyuluhan asam urat.
c. Hasil
1) Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan hingga selesai.
2) Peserta mampu memahami pengertian sampah
3) Peserta mampu memahami pembagian sampah
4) Peserta mampu memahami contoh-contoh sampah organik dan anorganik
5) Peserta menetahui manfaat sampah organik dan anorganik
6) Peserta mampu melakukan pembagian sampah organik dan anorganik
7) Lingkungan RT 06 bersih sesuai dengan titik-titik yang telah ditentukan
8) Masyarakat 90% warga hadir dari yang ditargetkan 95% ikut kegiatan
penyuluhan pengelompokan sampah dan gotong royong.
4. Analisa SWOT
a. Kekuatan
Kegiatan ini mampu menghadirkan 35 warga dari target yang diharapkan yaitu
40 warga di RT 06/06, hal ini didukung oleh tokoh masyarakat dan kader serta
Ibu RT 06 yang telah membantu menginformasikan kepada warganya.
Kemampuan penyuluh yang mampu mengkondisikan kegiatan agar interaktif
membuat daya tarik tersendiri sehingga kegiatan penyuluhan hidup. Kegiatan
inipun berjalan berkat adanya pengajian rutin sehingga mampu mengkondisikan
warga untuk hadir.
a. Kelemahan
Dalam melaksanakan kegiatan pengelompokan sampah, kurang adanya alat peraga
berupa tong sampah yang sudah dibedakan.
b. Peluang
Antusias masyarakat dan sudah terjalinnya bina trust yang baik bersama warga
menjadi peluang mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan asam
pengelompokan sampah.
c. Ancaman
Peserta yang ikut dalam kegiatan penyuluhan datang dari latar belakang
pendidikan yang berbeda dan peserta juga ada yang terdiri dari lansia, ibu rumah
tangga sehingga materi yang disampaikan perlu memakai bahasa yang integral agar
semua peserta mampu memahami.
Lampiran Foto Kegiatan Gotong royong dan Pengelolaan Sampah

Anda mungkin juga menyukai