Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.

0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

ADAPTASI PENDUDUK TERHADAP BENCANA BANJIR


DI KOTA GORONTALO
Irwan Wunarlan1,2
1
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo
email: irwan.wunarlan@ung.ac.id

ABSTRAK

Kota Gorontalo adalah sebuah kota dan merupakan daerah sempadan dan hilir dari ketiga yakni sungai
Bolango, Tamalate dan Bone. Kota Gorontalo tumbuh dan berkembang sehingga terjadi alih fungsi lahan.
Pengalihfungsian lahan dilakukan oleh setiap penduduk untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur ekonomi
dan sosial. Percepatan alih fungsi lahan baik di daerah hulu dan DAS berdampak pada menurunnya kualitas
lingkungan seperti terjadinya bencana alam dan hilangnya ruang terbuka yang berfungsi sebagi daerah
resapan air. Salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Gorontalo sebagai daerah aluvial yakni bencana
banjir tahunan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan berbagai faktor penyebab banjir yang
dialami oleh penduduk di Kelurahan Ipilo dan Bugis dan menganalisis strategi adaptasi serta perilaku
penduduk dalam mereduksi kerugian yang disebabkan bencana banjir di Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota
Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, data yang dihimpun melalui kuesioner
yang disebarkan kepada 73 responden dan dari institusi. Jumlah sampel responden ditentukan dengan
teknik stratified random sampling. Selanjutnya dan data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bencana banjir yang melanda Kelurahan Ipilo dan
Bugis Kota Gorontalo disebabkan oleh faktor alam, alih fungsi lahan dan perilaku negatif penduduk disekitar
bantaran sungai yang membuang sampah di sungai. Adapun bentuk adaptasi penduduk yakni memodifikasi
lingkungan dan tempat tinggal serta berperan aktif dalam kesiapsiagaan dan saling membantu saat bencana
terjadi.

Kata kunci : bencana banjir, Gorontalo, alih fungsi, penduduk, adaptasi

PENDAHULUAN 7,43% dan laju pertumbuhan penduduk pertahun


Kota Gorontalo adalah ibukota propinsi sebesar 1,62% (BPS, 2018). Pertumbuhan
dan merupakan salah satu dari 6 kabupaten/kota ekonomi merupakan resultan dari peningkatan
di wilayah Propinsi Gorontalo. Luas wilayahnya kegiatan produksi ekonomi hingga mendorong
2
yakni 79,03 km dengan jumlah penduduk peningkatan aktivitas penduduk yang
sebesar 197.613 jiwa. Secara geografis, wilayah menyebabkan kota menjadi padat dan ramai
O O
Kota Gorontalo berada pada 00 28’17”- 00 35’56” (Khadiyanto, 2005). Peningkatan aktivitas
O O
LU dan 122 59’4”-123 59’59” BT serta posisi penduduk berakibat pada peningkatan kebutuhan
daratannya berada pada ketinggian 0-16 m dari ruang yang besar untuk menampung kegiatan
permukaan laut dengan tingkat curah hujan tersebut (Yunus, 2004). Hal ini membawa dampak
3
pertahun sebesar 150,25 mm . Disamping itu, pada peningkatan kebutuhan lahan dan
Kota Gorontalo dilintasi oleh tiga buah sungai permintaan untuk pemenuhan penyediaan
besar yakni Sungai Bolango, Sungai Tamalate, perumahan permukiman, infrastruktur dan utilitas
dan Sungai Bone (BPS, 2018). Kota Gorontalo kota sehingga terjadi alih fungsi lahan dari lahan
merupakan daerah sempadan dan hilir dari ketiga tidak terbangun menjadi lahan terbangun.
sungai tersebut dengan wilayah dataran aluvial Pengalihfungsian lahan dilakukan oleh setiap
(Laya, 2015). Wilayah dataran aluvial merupakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan
kawasan budidaya yang produktif, dimana infrastruktur ekonomi dan sosial. Sebagai kota
terdapat pemanfaatan lahan oleh penduduk untuk baru, Kota Gorontalo juga mengalami alih fungsi
permukiman, perdagangan, dan pertanian (Arif, lahan. Alih fungsi di Kota Gorontalo terjadi pada
Djati, dan Sri, 2017). daerah sempadan sungai dan lahan-lahan
Letak Kota Gorontalo cukup strategis karena pertanian produktif, hal ini sulit dihindari karena
berada di daerah dataran rendah dan berada wilayah Kota Gorontalo masih didominasi lahan
dijalur transportasi sungai menyebabkan Kota pertanian yakni 4836,28 Ha (61,20%). Percepatan
Gorontalo tumbuh dan berkembangan sebagai alih fungsi lahan baik di daerah hulu dan DAS
pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya, politik akan berdampak pada menurunnya kualitas
dan teknologi. Sebagai pusat berbagai kegiatan lingkungan seperti terjadinya bencana alam dan
atau aktivitas memberi dampak pada hilangnya ruang terbuka yang berfungsi sebagai
pertumbuhan dan perkembangan kota. Hal ini daerah resapan air. Salah satu permasalahan
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yakni yang terjadi pada Kota Gorontalo sebagai daerah
I-7
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

aluvial yakni bencana banjir tahunan. Bagian serta perilaku penduduk dalam mereduksi
wilayah kota (BWK) yang terkena dampak kerugian yang disebabkan bencana banjir di
genangan banjir meliputi Kelurahan Bugis dan Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota Gorontalo.
Talumolo (Kecamatan Dumbo Raya), Kelurahan
Padebuolo, Ipilo, Tamalate dan Heledulaan
Selatan
METODE PENELITIAN
(Kecamatan Kota Timur), Kelurahan Biawao,
Biawu, Limba B (Kecamatan Kota Selatan), Metode penelitian yang digunakan adalah
Siendeng (Kecamatan Hulontalangi), dan metode survei. Metode survei ini dapat
Kelurahan Libuo, Molosipat W, Buladu mengungkap prilaku adaptasi dan tindakan
(Kecamatan Kota Barat) serta Kelurahan penduduk dalam mereduksi kerugian akibat
Tuladenggi (Kecamatan Dungingi). Bagian bencana banjir di Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota
wilayah kota yang mengalami dampak banjir Gorontalo. Data yang dapat dihimpun dari metode
tahunan disajikan pada gambar 1. Tinggi tersebut berupa data primer yang cukup
genangan banjir pada bagian wilayah kota yang komprehensif yang disesuaikan obyek penelitian.
terdampak bencana banjir mencapai 70 – 300 cm Adapun data sekunder diperoleh melalui survei
dengan durasi genangan mencapai 2-4 hari untuk institusi. Data primer yang dikumpulkan meliputi
setiap kejadian bencana. Adapun jumlah aspek fisik lingkungan permukiman dan kondisi
perumahan dan permukiman yang terkena sosial ekonomi penduduk pada wilayah yang
dampak bencana banjir mencapai 4.000 unit terpapar bencana banjir. Selain itu pengumpulan
dengan jumlah jiwa mencapai 14.956 (Paino, data primer dilakukan melalui kuesioner. Data
2018). yang telah dihimpun akan dianalisis dengan teknik
Masalah yang ditimbulkan oleh banjir cukup besar analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
yaitu terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi
akibat tergenangnya ruas jalan serta Pengambilan sampel menggunakan teknik
terganggunya kesehatan masyarakat. Oleh stratified random sampling. Stratified random
karena itu, penduduk yang beraktivitas pada sampling adalah sampel yang ditarik dengan
bagian wilayah kota yang terkena dampak memisahkan elemen-elemen populasi dalam
bencana banjir seyogyanya melakukan berbagai kelompok yang tidak overlapping yang disebut
upaya adaptasi terhadap bencana guna strata, dan kemudian memilih sebuah sampel
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh banjir secara random dari setiap stratum (Nazir, 2005).
dengan melakukan pemanfaatan ruang kota yang Teknik pengambilan sampel ini dimaksudkan agar
berkelanjutan. sampel yang diambil representatif dalam mewakili
populasi. Teknik pengambilan sampel ini
mengikuti rumus empiris yang dianjurkan oleh
Isaac dan Michael (1981) dalam Riduwan dan
Kuncoro (2007) sebagai berikut:

 2 NP(1  P)
ns =
d 2 ( N  1)   2 P(1  P)
(1)

dimana :

ns = jumlah sampel yang dicari

Gambar 1. Peta zona banjir di Kota Gorontalo N = jumlah populasi


Sumber : Arifin dan Kasim, 2012
P = proporsi populasi sebagai dasar asumsi
pembuatan tabel, diambil
Atas permasalah tersebut, maka dapat
dikemukakan pertanyaan penelitian yakni apa P = 0,05
faktor penyebab bencana banjir di Kelurahan Ipilo
dan Bugis dan bagaimana prilaku adaptasi dan d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh
tindakan penduduk terhadap bencana banjir di kesalahan yang dapat ditoleransi dalam frekuensi
Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota Gorontalo? proporsi sampel (P), d umumnya 0,05
Adapun tujuan dari penelitian yakni untuk
2
mengungkapkan berbagai faktor penyebab banjir χ = nilai tabel chi-square, diambil chi-square =
yang dialami oleh penduduk di Kelurahan Ipilo 3,841 tingkat signifikansi atau taraf alfa 95%
dan Bugis dan menganalisis strategi adaptasi
I-8
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Selanjutnya ditentukan jumlah masing-masing


sampel menurut kelurahan yang berada di Kota
Gorontalo dengan rumus (Riduwan dan Kuncoro,
2007):

Ni
ni = xns
N
(2)

dimana :

ni = jumlah sampel menurut


stratum

ns = jumlah sampel/responden Gambar 2. Peta administrasi Kelurahan Bugis dan


seluruhnya Ipilo, 2018
Ni = jumlah populasi menurut KAJIAN LITERATUR
stratum
Perilaku Adaptasi dan Tindakan
N = jumlah populasi
seluruhnya Perilaku adaptasi merupakan suatu
proses aktivitas yang sangat penting bagi setiap
Penyebaran kuesioner dan wawancara kepada mahkluk individu untuk menyesuaikan diri dan
sampel dilakukan selama 3 pekan dengan jumlah berinteraksi dengan lingkungannya. Adaptasi
sampel sebanyak 73 orang. Sampel merupakan muncul sebagai suatu proses reaksi masyarakat
penduduk di wilayah yang terkena dampak dalam menghadapi tekanan/perubahan
bencana banjir yakni Kelurahan Bugis sebanyak lingkungan dan ekosistem serta perubahan iklim.
33 responden dan Kelurahan Ipilo sebanyak 40 Manusia melakukan penyesuaian terhadap
responden. Kriteria penduduk yang ditetapkan lingkungan dengan berbagai cara agar tetap
sebagai sampel atau responden, yakni; (1) bertahan hidup (survive). Bentuk-bentuk adaptasi
responden merupakan penduduk yang terkena yang dilakukan masyarakat dapat dilihat ketika
kerentanan resiko bencana banjir yang tinggi, (2) manusia mengubah diri pribadi sesuai dengan
responden merupakan penduduk yang berusia 17 keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah
tahun atau lebih, dengan asumsi bahwa lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi
responden yang memiliki usia tersebut telah (Syaiful Huda, 2016).
memahami pertanyaan yang diajukan, (3)
responden merupakan penduduk yang bermukim Menurut Ritohardoyo (2005) sebagaimana
di daerah sempadan sungai dengan jarak 50 – dirujuk oleh Sutigno dan Bitta (2015) bahwa
100 meter. adaptasi melalui perilaku adalah yang paling
sesuai untuk kajian ekologi manusia, karena
Lokasi Penelitian merupakan tanggapan yang paling cepat
dilakukan manusia dan dapat diamati secara
Secara administratif Kelurahan Ipilo merupakan mudah dan jelas. Adaptasi manusia terhadap
bagian dari wilayah Kecamatan Kota Timur yang keadaan geografinya dapat dibedakan menjadi
memiliki luas wilayah sebesar 0,67 km2 dengan adaptasi fisiologi, morfologi, budaya, bahan
tingkat kepadatan penduduk yakni 9.408,72 makanan, dan psikologis.
2
jiwa/km sedang Kelurahan Bugis merupakan
bagian dari wilayah Kecamatan Dumbo Raya 1. Adaptasi fisiologi diartikan sebagai sifat fisik
yang memiliki luas wilayah sebesar 0,29 km2 manusia yang mampu menyesuaikan dengan
dengan tingkat kepadatan penduduk yakni 17.937 keadaan alam sekitarnya.
2
jiwa/km . Kedua wilayah kelurahan tersebut
merupakan wilayah yang memiliki tingkat 2. Adaptasi morfologi diartikan sebagai
kepadatan penduduk yang paling tinggi di Kota penyesuaian bentuk tubuh terhadap kondisi
Gorontalo. geografisnya.
3. Adaptasi budaya diartikan sebagai kebiasaan-
kebiasaan penduduk dalam menyikapi
keadaan alamnya sehingga terbentuk berbagai
kebudayaan.
4. Adaptasi bahan makanan diartikan bahwa
makanan di berbagai daerah berbeda-beda
I-9
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

sesuai dengan bahan yang tersedia di alam menjaga kualitas lingkungan sungai sehingga
sekitar. visual kawasan menjadi kumuh (Cesarin dan
Chorina, 2015). Perilaku dan kesadaran
5. Adaptasi psikoiogis diartikan sebagai psikis lingkungan yang rendah berkorelasi dengan
atau sifat kejiwaan seseorang terhadap kondisi tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
geografis lingkungannya. rendah. Adapun kondisi permukiman yang jauh
Konsep Karakteristik Permukiman Masyarakat dari tepian sungai namun masih terpapar bencana
Sekitar Bantaran Sungai banjir, memiliki kepadatan bangunan yang
sedang, kondisi lingkungan permukiman yang
Kawasan tepi sungai merupakan suatu baik, infrastruktur dan utilitas yang baik, sistem
kawasan penting dan terus berkembang menjadi pembuangan sampah dengan cara diangkut oleh
bagian dari kawasan permukiman kota. petugas kebersihan, kontruksi bangunan
Keberadaan sungai menjadi bagian yang penting permanen yang didominasi petak dan tunggal,
dalam kehidupan masyarakat sekitarnya, sistem jaringan air limbah dan jalan lingkungan
permukiman dibantaran sungai yang secara yang tertata baik dan memiliki fasilitas MCK
tradisional masih sangat bergantung pada pribadi tiap rumahnya (Sulistiyani, 2002).
pemanfaatan sungai sebagai sarana MCK dan
tempat pembuangan limbah rumah tangga baik
padat maupun cair, sehingga orientasi
Konsep Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
permukiman penduduk membelakangi sungai.
Perlaku negatif dari penduduk yang bermukim Secara umum, permukiman penduduk yang
disekitar bantaran sungai turut memberi berada dibantaran sungai atau sempadan sungai
konstribusi dalam penurunan kualitas dan daya merupakan permukiman penduduk yang
dukung lingkungan, menurunkan kualitas visual tergolong marjinal dengan mata pencaharian yang
kota serta penurunan kualitas fisik sungai marjinal pula. Sedang permukiman penduduk
(Prasetya, 2008). Sementara pada sisi yang lain, yang berada disekitar bantaran sungai merupakan
sungai dapat dimanfaatkan sebagai tempat permukiman legal dengan mata pencaharian yang
budidaya ikan, drainase makro kota, tempat formal atau non marjinal. Penduduk yang
rekreasi, pengairan, sumber air baku bagi PDAM. bermukim dibantaran sungai maupun yang
Pemanfaatan ruang pada kawasan bantaran disekitar bantaran sungai memiliki varian strata
sungai menjadi ruang terbangun seyogyanya sosial ekonomi dan relasi kekerabatan yang
harus dikendalikan karena akan memberi dampak variatif sehingga dapat dikelompokkan dengan
terhadap penyempitan badan sungai yang ciri-ciri tertentu seperti tingkat pendidikan, tingkat
memicu sedimentasi, erosi dan banjir. pendapatan, tingkat kekerabatan, tingkat usia dan
gender (Soekanto, 2010). Tingkat pendidikan
Namun, kawasan permukiman kota ditepian
pada suatu komunitas masyarakat memiliki andil
sungai memiliki karakteristik yang unik dengan
dalam menciptakan lingkungan sosial. Menurut
pola permukiman linear mengikuti pola aliran
Sutigno dan Bitta (2015) yang merujuk pendapat
sungai (Noor, Rijanta, Bakti dan Aris, 2016)
Ahmed (2001) mengatakan bahwa manfaat
dengan orientasi membelakangi sungai karena
dalam konteks sosial ekonomi bagi masyarakat
sungai tidak digunakan sebagai prasarana
dari suatu program pendidikan adalah berupa
transportasi tetapi sungai difungsikan sebagai
perbaikan dalam hal penghasilan, produktivitas,
MCK dan tempat pembuangan limbah rumah
kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga,
tangga baik cair maupun padat (Mokodongan,
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi masyarakat.
Rieneke dan Hendriek, 2014). Kondisi kawasan
permukiman ditepian sungai tidaklah ideal, bentuk Dampak Bencana Banjir
rumah yang tidak beraturan, status rumah hak
milik tapi sebagian tanah bukan hak milik, Bencana alam merupakan peristiwa alam
masyarakat merasa bahwa permukiman mereka yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
saat ini sudah sesuai dengan kebutuhannya dan bahkan memusnahkan makhluk hidup serta
kapasitasnya yaitu mereka membutuhkan terjadi perpindahan penduduk secara terpaksa.
permukiman yang berlokasi di kota dekat dengan Bencana alam sendiri dapat terjadi karena faktor
tempat kerjanya dan memiliki sarana transportasi perubahan dari alam itu sendiri atau bahkan
yang memadai (Ayodiya, 2014). akibat dari ulah manusia serta buruknya
infrastruktur pengelolaan banjir. Bencana alam
Kondisi permukiman ditepian sungai memiliki dapat menyebabkan berbagai dampak negatif,
kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk baik itu fisik maupun mental. Kerugian yang
yang tinggi, lingkungan permukiman yang kumuh, ditimbulkan oleh bencana alam diantaranya
infrastruktur dan utilitas yang terbatas, sanitasi banyaknya korban jiwa, hilangnya harta benda,
yang minim, solidaritas penduduk atau rusaknya lingkungan, dan musnahnya ekosistem
masyarakat yang tinggi tetapi perilaku dan (Ilieva et all, 2018). Penduduk yang terkena
kesadaran lingkungan rendah karena tidak dampak bencana menjadikannya miskin,
I-10
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

tunawisma dan mengangguran karena kehilangan ini disebabkan disekitar permukiman penduduk
harta dan kesempatan kerja. terdapat pasar tradisional Kampung Bugis yang
beraktivitas pada hari Senin dan Kamis.
Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Sementara mata pencaharian TNI/Polri
tengah-tengah masyarakat ialah bencana banjir. merupakan jenis mata pencaharian yang paling
Dampak negatif banjir bagi masyarakat minim digeluti oleh responden yakni 3 jiwa
diantaranya yaitu membuat aktivitas masyarakat (4,11%). Selanjutnya, tingkat pendapatan
menjadi terhambat. Banyak masyarakat yang responden (TPR) dapat dikategorisasi kedalam 3
resah karena sulit untuk bisa keluar rumah. kelompok yakni tinggi: TPR > 3.000.000
Banyak para pekerja yang kesulitan untuk berjumlah 10 jiwa (13,70%), sedang: 1.500.000 <
berangkat kerja, sehingga mereka harus TPR ≤ 3.000.000 sebanyak 17 jiwa (23,29%),
memaksakan diri untuk menembus banjir ataupun rendah: 500.000 < TPR ≤ 1.500.000, sebesar 46
terpaksa untuk izin tidak masuk kerja. Anak-anak jiwa (63,01%).
pun sulit untuk berangkat ke sekolah karena
terhadang banjir dan sekolah mereka pun banyak
yang diliburkan karena ikut juga terendam banjir.
Selain itu, tempat ibadah pun banyak yang
tergenang banjir serta rusaknya berbagai
infrastruktur dan utilitas publik (Dewan, 2014).
Banyak rumah warga yang rusak bahkan ada
yang runtuh akibat dari tekanan air yang sangat
besar. Lantai-lantai banyak yang retak dan pintu
pun ada yang jebol. Barang-barang banyak yang
rusak dan terkadang juga banyak yang hilang
hanyut terbawa aliran air banjir, rak-rak lemari pun
banyak yang keropos karena seringnya terkena
banjir (Habiba, Fadhil dan Tachya, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Karakteristik Sosial Ekonomi


Responden Di Kelurahan Ipilo dan Bugis

Penduduk yang bermukim di sekitar bantaran


sungai memiliki karakteristik sosial ekonomi yang
sangat variatif. Penduduk dapat diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik tertentu, seperti gender,
usia, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan tingkat hubungan kekerabatan.
Karakteristik ini diduga memiliki keterkaitan
dengan kemampuan penduduk untuk beradaptasi
dan berprilaku dalam mengurangi resiko bencana
banjir yang sering terjadi (Rudiarto, dkk: 2016). Gambar 3. Grafik karakteristik
Demikian halnya dengan penduduk di lingkungan responden
Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota Gorontalo.
Kajian Perilaku Penduduk dan Faktor
Penduduk selaku responden yang bermukim Penyebab Bencana Banjir Di Kelurahan Ipilo
disekitar bantaran Sungai Bone dan Sungai dan Bugis
Tamalate, didominasi oleh penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki yakni 46 jiwa (63,01%) Mengamati perilaku penduduk yang
dan jenis kelamin perempuan yakni 27 jiwa bermukim disekitar bantaran sungai Bone dan
(36,99%) dengan tingkat usia responden 17-30 Tamalate sangatlah penting karena penduduk
berjumlah 25 jiwa (34,25%) , 31-43 berjumlah 30 tersebut setiap hari selalu berintekasi dan
jiwa (41,10%), 44-56 berjumlah 16 jiwa (16,44%), beraktivitas disekitar sungai dan apabila terjadi
57-69 berjumlah 6 jiwa (8,22%). Adapun tingkat bencana banjir penduduk yang bermukim di
pendidikan responden didominasi oleh tingkat sekitar bantaran sungai yang paling terkena
pendidikan SMP/MTs berjumlah 36 jiwa (49,32%) dampak bencana. Perilaku penduduk dapat
dan sisanya sebesar 26 responden (35,62%) berkontribusi positif terhadap penanganan
berpendidikan SD/MI, 9 responden (12,33%) bencana banjir, jika penduduk memiliki
berpendidikan SMA/SMK/MA dan 2 responden pengetahuan yang baik tentang adaptasi dan
(2,74%) berpendidikan sarjana. Sedang mata faktor-faktor penyebab bencana banjir serta
pencaharian responden didominasi dengan demikian pula sebaliknya.
pedagang yang berjumlah 40 jiwa (54,79%). Hal
I-11
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Ditelisik dari hasil kuesioner diperoleh bahwa tersebut antara lain hutan produksi terbatas (HTP)
pengetahuan responden cukup baik tentang seluas 15.012 Ha, Hutan Produksi seluas 12 Ha,
penyebab bencana banjir, ini tercermin dari pertambangan emas tanpa izin, perkebunan dan
jawaban para responden atas pertanyaan yang permukiman.
diajuhkan dalam kuesioner penelitian tersaji pada
tabel-tabel berikut ini. Tabel 2. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
Terjadi Karena Alih fungsi lahan kawasan hutan
Tabel 1. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
Kelurahan
Kelurahan Pendapat Persen
Pendapat Persen No Jumlah
No Jumlah Responden (%)
Responden (%) Ipilo Bugis
Ipilo Bugis
1 Setujuh 27 21 48 65,75
1 Setujuh 36 29 65 89,04
Tidak
Tidak
2 Setujuh 12 10 22 30,14
2 Setujuh 3 4 7 9,59
3 Tidak Tahu 1 2 3 4,11
3 Tidak Tahu 1 0 1 1,37
Total 40 33 73 100,00
Total 40 33 73 100,00
sebagai daerah hulu sungai
Terjadi Karena Faktor Alam: Tingginya curah
hujan, pasang air laut dan bentangan wilayah.

Sumber : hasil analisis, 2019 Sumber : hasil analisis, 2019


Berdasarkan tabel 1 di atas, nampak Disamping itu, salah satu bencana banjir di Kota
sebagian besar masyarakat berpendapat setuju Gorontalo juga disebabkan karena adanya faktor
(89,04%) bahwa bencana banjir yang terjadi alam seperti tingginya curah hujan dan wilayah
disebabkan karena faktor alam seperti tingginya yang berbentuk cekungan atau lembah dataran
curah hujan, pasang air laut dan bentangan rendah.
wilayah. Selanjutnya pada tabel 2,
menginformasikan pendapat masyarakat yang
setuju sebesar 65,75% bahwa terjadinya alih
fungsi lahan di kawasan hutan Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone (TNBNW) menjadi
kawasan pertambangan emas tanpa izin (PETI)
dan permukiman, kawasan TNBNW merupakan
daerah hulu sungai Bone dan Tamalate. Alih
fungsi kawasan hutan merupakan faktor Disamping itu, salah satu faktor penyebab
penyebab terjadinya bencana banjir di Kota bencana banjir karena kelalaian manusia dengan
Gorontalo. berperilaku membuang sampah di sungai dan di
Pendapat masyarakat tentang alih fungsi saluran irigasi (gambar 4), dimana responden
lahan fungsi kawasan hutan menjadi penyebab yang menjawab setuju sebanyak 41 orang
bencana banjir di Kota Gorontalo diperkuat (56,16%), tidak setujuh berjumlah 24 orang
dengan pendapat Allo (2016) bahwa kawasan (32,88%) dan tidak tahu sebesar 8 orang
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (10,96%). Hal ini tersajikan pada tabel 3 dibawah
(TNBNW) yang luasnya 287.115 Ha telah ini.
mengalami alih fungsi lahan sehingga luas
menjadi 282.008,757 Ha. Alih fungsi lahan Tabel 3. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
Terjadi Karena Kelalaian Manusia dengan
Kelurahan berprilaku membuang sampah di sungai
Pendapat Persen
No Jumlah
Responden (%)
Ipilo Bugis Sumber : hasil analisis, 2019
1 Setujuh 23 18 41 56,16
Selanjutnya, disinyalir bahwa alih fungsi lahan
Tidak pertanian (sawah) yang difungsikan juga sebagai
2 Setujuh 13 11 24 32,88 daerah resapan air menjadi lahan terbangun
(permukiman). Sebanyak 53 responden (72,60%)
3 Tidak Tahu 4 4 8 10,96 menjawab setuju, 19 responden (26,03%)
menjawab tidak setuju dan 1 responden (1,37%)
Total 40 33 73 100,00 menjawab tidak tahu tentang alih fungsi lahan
tidak terbangun (open speace) menjadi lahan
I-12
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

terbangun (buildup area) sebagai penyebab Tabel 6. Dampak Bencana Banjir


bencana banjir di Kelurahan Ipilo dan Bugis (
Kelurahan
Dampak Persen
No Jumlah
Bencana (%)
Ipilo Bugis

Kerusakan
Bangunan
1 Rumah 12 10 22 30,14

Kerusakan
Tabel 4. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
2 Kendaraan 5 3 8 10,96
Terjadi Karena Alih fungsi kawasan pertanian dan
daerah resapan air menjadi area permukiman Kehilangan
3 Harta Benda 9 8 17 23,29
Sumber : hasil analisis, 2019
Terganggunya
Adapun fenomena sedimentasi yang memicu Aktivitas
terjadinya pendangkalan sungai sebagai faktor Pekerjaan
penyebab bencana banjir, umumnya responden 4 Utama 7 7 14 19,18
menjawab setujuh sebanyak 43 orang (61,43%),
tidak setujuh berjumlah 20 orang (28,57%) dan Timbulnya
tidak tahu sebesar 7 orang (10,00%). Pendapat berbagai
penyakit
masyarakat ini selaku responden penelitian
5 pasca banjir 5 4 9 12,33
disajikan pada Tabel 5, berikut ini.
Pencemaran
Tabel 5. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir Sumber Air
Terjadi Karena Pendangkalan dasar aliran sungai 6 Bersih 2 1 3 4,11
akibat sedimentasi
Total 40 33 73 100,00

Sumber: hasil analisis, 2019


Kelurahan
Pendapat Persen
No Jumlah Berdasarkan tabel 6, secara berturut-turut
Responden (%)
Ipilo Bugis dampak kerugian yang timbulkan oleh bencana
banjir yakni kerusakan bangunan tempat tinggal
1 Setujuh 21 22 43 58,90
menempati urutan pertama sebagai dampak dari
Tidak bencana banjir sebesar 22 unit (30,14%),
2 Setujuh 15 8 23 31,51 kehilangan harta benda sebesar 17 (23,29%),
terganggunya aktivitas pekerjaan utama sebesar
3 Tidak Tahu 4 3 7 9,59 14 (19,18%), timbulnya berbagai penyakit pasca
banjir sebesar 9 (12,33%), kerusakan kendaraan
Total 40 33 73 100,00 sebesar 8 unit (10,96%) dan pencemaran sumber
air bersih sebesar 3 unit (4,11%). Kerusakan
Sumber : hasil analisis, 2019 bangunan rumah yang ditimbulkan oleh bencana
banjir antara lain mengenangi permukaan lantai
Kecenderungan pembangunan dan perilaku dan halaman, tembok rumah mengalami
masyarakat yang tak peduli terhadap lingkungan peretakan akibat tergerusnya permukaan tanah,
seperti saat ini maka bencana banjir, dan kaca jendela rumah pecah, kosen jendela, pintu
bencana lain yang diakibatkan oleh kegiatan dan daun pintu menjadi melar atau mengembang
manusia, akan lebih sering terjadi di banyak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
daerah dengan intensitas yang makin tinggi dan Disamping itu, kerusakan kendaraan juga terjadi
dampak yang semakin besar dan luas. Perubahan karena terendam banjir dan kehilangan harta
tata ruang atau guna lahan serta alih fungsi lahan benda yang ikut terserat arus air.
akibat urbanisasi di berbagai wilayah perkotaan Adapun dampak banjir berupa
memberi banyak pengaruh atau kontribusinya terganggunya aktivitas pekerjaan utama di kedua
terhadap terjadinya banjir dibandingkan dengan kelurahan tersebut karena penduduk yang
pembangunan fisik pengendali banjir (Rosyidie, memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang dan
2013; Ramos, 2017). buruh terpaksa tidak bekerja. Penduduk yang
terkena dampak bencana banjir harus
Dampak Bencana Banjir
membersihkan rumah dari endapan lumpur, sisa-
Dampak yang ditimbulkan bencana banjir sisa material dan sampah yang ikut terangkut saat
di Kelurahan Ipilo dan Bugis disajikan pada Tabel banjir terjadi. Hal ini sangat mempengaruhi
6 dibawah ini: pendapatan penduduk yang hanya bekerja
I-13
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

sebagai pedagang dan buruh. Pendapatan yang Tabel 8. Tanggap Dalam Membantu Korban Saat
tidak menentu, berakibat pada kurang dapat Bencana Banjir Menerjang Kawasan Tempat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya Tinggal
penduduk berupaya menjaga kesehatan pasca
bencana banjir untuk mengantisipasi timbulnya Kelurahan
Pendapat Persen
berbagai penyakit dan pencemaran sumber air No Jumlah
Responden (%)
bersih turut mempengaruhi pemenuhan air yang Ipilo Bugis
bersih dan sehat sehingga penduduk terkena
1 Ya 21 27 48 65,75
dampak bencana banjir terpaksa mengeluarkan
anggaran lebih untuk memenuhi kebutuhan air 2 Tidak 19 6 25 34,25
dengan cara membeli air dalam kemasan ataupun
isi ulang. Total 40 33 73 100,00

Kajian Kesiapsiagaan dan Perilaku Penduduk Sumber : hasil analisis, 2019


Disekitar Bantaran Sungai Terhadap
Pengurangan Resiko Bencana Banjir Responsif penduduk dan kepedulian
terhadap penduduk lain yang terpapar bencana
Wilayah Kelurahan Ipilo dan Bugis banjir pada kedua kelurahan juga dapat
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap diklasifikasikan baik, hal ini ditunjukkan dari
bencana banjir karena kedua wilayah tersebut jawaban responden. Responden yang memiliki
memiliki topografi yang rendah dan diapit dengan kepedulian atau rasa empati untuk saling
aliran sungai Bone dan Tamalate. Kondisi membantu terhadap korban bencana banjir
eksisting ini telah menempah penduduk pada sebanyak 48 responden (65,75%) dan responden
kedua kelurahan untuk beradaptasi dan tanggap yang tidak peduli sebanyak 25 responden
terhadap bencana banjir yang selalu menerjang (34,25%). Kepedulian untuk saling membantu
wilayah permukiman di kedua wilayah kelurahan menghadapi bencana banjir sangat diperlukan
tersebut. untuk mengurangi dampak atau kerugian dan
Bentuk adaptasi dan tanggap bencana yang korban yang ditimbulkan dari bencana banjir.
dilakukan oleh penduduk di kedua kelurahan Bencana banjir merupakan bencana tahunan
tersebut terlihat dari jawaban penduduk selaku yang kerap terjadi bila musim penghujan tiba.
responden atas kuesioner penelitian yang tersaji Pemerintah telah berupaya dalam membujuk
dalam tabel-tabel berikut ini. penduduk disekitar bantaran sungai untuk
direlokasi dari wilayah yang terkena dampak
Tabel 7. Responsif Terhadap Penyuluhan dan bencana, namun penduduk menolak untuk
Sosialisi Tanggap Bencana direlokasi. Tabel 11 menunjukkan respon
penduduk bahwa sebanyak 57 responden
Kelurahan (78,08%) menolak untuk direlokasi sebagai solusi
Pendapat Persen
No Jumlah
Responden
Ipilo Bugis
(%) terbaik untuk menghindari bencana banjir.
Frekuensi bencana banjir dapat direduksi jika
1 Ya 33 23 56 76,71 penduduk di daerah bantaran sungai dan
sekitarnya memiliki perilaku yang baik dengan
2 Tidak 7 10 17 23,29 menjaga kebersihan lingkungan, drainase dan
kanal. Perilaku ini perlu dipertahankan untuk
Total 40 33 73 100,00 dijadikan sebagai perilaku positif. Lingkungan,
drainase dan kanal yang bersih dapat berfungsi
Sumber : hasil analisis, 2019 maksimal dalam menyerap dan menampung serta
mengendalikan air limpahan hujan. Peran aktif
Partisipasi masyarakat atas penyuluhan dan penduduk pada dua kelurahan sangat baik, hal ini
sosialisasi tanggap bencana adalah baik, terlihat dari jawaban responden bahwa penduduk
sebagaimana ditunjukkan dari hasil kuesioner. yang berperan aktif dalam menjaga kebersihan
Penduduk pada kedua kelurahan yakni Kelurahan lingkungan, drainase dan kanal sebanyak 62
Ipilo dan Bugis sangat responsif atas kegiatan responden (84,93%) dan sisanya sebanyak 11
tersebut, sebanyak 56 responden (76,71%) turut responden (15,07%) tidak berperan aktif dalam
berpartisipasi dan responsif pada kegiatan menjaga kebersihan lingkungan, drainase dan
penyuluhan dan sosialisasi tanggap bencana dan kanal.
sebanyak 17 responden (23,29%) menunjukkan
sikap acuh tak acuh. Keterlibatan penduduk Tabel 9. Partisipasi Aktif Seluruh Anggota Dalam
dalam kegiatan tersebut dapat memberi Menjaga Kebersihan Lingkungan, Drainase dan
pengetahuan dan diharapkan akan tanggap serta Kanal
siap menghadapi bencana jika sewaktu-waktu
bencana terjadi.

I-14
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Pendapat
Kelurahan
Persen
Tabel 12. Ketersediaan Rute dan Peralatan
No Jumlah Darurat Untuk Menunjang Proses Evakuasi
Responden (%)
Ipilo Bugis
Kelurahan
1 Ya 34 28 62 84,93 Pendapat Persen
No Jumlah
Responden (%)
Ipilo Bugis
2 Tidak 6 5 11 15,07
1 Ada 8 9 17 23,29
Total 40 33 73 100,00
2 Tidak ada 30 16 46 63,01
Sumber : hasil analisis, 2019
3 Tidak Tahu 2 8 10 13,70
Peran aktif penduduk akan maksimal bila ada
keterlibatan pemerintah maupun dukungan Total 40 33 73 100,00
peralatan darurat yang akan dipakai pada saat
evakuasi bencana. Penilaian penduduk atas Sumber : hasil analisis, 2019
keterlibatan dan kesiapsiagaan pemerintah dan
petugas dalam menghadapi bencana banjir cukup
baik, dimana responden sebanyak 68 orang atau
Tabel 13. Ketersediaan dan Kesiapsiagaan
93,15% (tabel 10) dan 38 orang atau 52,05%
Petugas Tagana Untuk Menunjang Proses
(tabel 13) memberikan pendapat bahwa
Evakuasi
keterlibatan seluruh komponen pemerintahan
kelurahan sangat efektif sebagai upaya Kelurahan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir Pendapat Persen
No Jumlah
dan ketersediaan serta kesiapsiagaan petugas Responden (%)
Ipilo Bugis
untuk menunjang proses evakuasi. Namun
keterlibatan pemerintah kelurahan dan petugas 1 Ada 18 20 38 52,05
tidak didukung dengan rute dan peralatan yang
mumpuni karena ketersediaan rute dan peralatan 2 Tidak ada 9 8 17 23,29
darurat untuk menunjang proses evakuasi masih
minim (tabel 12). 3 Tidak Tahu 10 5 15 20,55

Total 37 33 70 95,89
Tabel 10. Keterlibatan seluruh komponen baik
Pemerintah Kelurahan maupun Penduduk terasa
Sumber : hasil analisis, 2019
lebih efektif sebagai upaya kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana banjir Respon dan Adaptasi Penduduk Di sekitar
Bantaran Sungai Terhadap Bencana Banjir
Kelurahan
Pendapat Persen
No Jumlah
Responden (%) Adaptasi merupakan suatu responsif dari
Ipilo Bugis
setiap individu selama hidupnya terhadap
1 Ya 38 30 68 93,15 perubahan-perubahan lingkungan dan sosial
dengan melakukan penyesuaian diri dalam
2 Tidak 2 3 5 6,85 lingkungan yang ditempati agar dapat bertahan
hidup. Adaptasi terhadap bencana banjir
Total 40 33 73 100,00 merupakan bentuk penyesuaian diri penduduk di
sekitar bantaran sungai terhadap perubahan
Sumber : hasil analisis, 2019 lingkungan dan sosial yang ditempatinya.
Penduduk di sekitar bantaran sungai yakni
penduduk yang bermukim di Kelurahan Ipilo dan
Bugis melakukan tindakan adaptasi terhadap
Tabel 11. Relokasi Bermukim merupakan
bencana banjir antara lain membuat tanggul,
solusi terbaik untuk menghindari bencana banjir
meninggikan lantai rumah dan atapnya, mengurug
Kelurahan halaman rumah, menambah jumlah lantai rumah
Pendapat Persen dan pindah lokasi tempat tinggal. Tindakan
No Juml
Responden (%) adaptasi penduduk di kedua kelurahan tersebut
Ipilo Bugis
disajikan pada Tabel 14.
1 Ya 10 6 16 21,92 Penduduk yang melakukan adaptasi pada
tempat tinggal dengan meninggikan lantai rumah
2 Tidak 30 27 57 78,08 dan atapnya sebesar 28 orang (24,66%), pindah
lokasi tempat tinggal sebanyak 16 orang
Total 40 33 73 100,00
(21,92%), mengurug halaman rumah sebanyak 15
orang (20,55%), menambah jumlah lantai
Sumber : hasil analisis, 2019
bangunan rumah sebanyak 11 orang (15,07%)
I-15
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

dan membuat tanggul sebanyak 12 orang Berdasarkan analisis yang telah


(16,44%). dikemukakan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Tabel 14. Adaptasi Penduduk Terhadap Bencana
Banjir 1. Bencana banjir yang melanda Kelurahan Ipilo
dan Bugis Kota Gorontalo disebabkan oleh
Juml Juml Tota
Jenis Kel. Ipilo ah Kel. Bugis ah l
Persen (%) (a) faktor alam seperti tingginya intensitas
No Adap curah hujan yang dibarengi dengan pasang
tasi Y Tida Tida Tida
a k Ya k
Ya
k
permukaan air laut, bentuk bentangan alam,
(b) alih fungsi lahan pada kawasan hutan
Mem
buat 16,4
Tanam Nasional Bogani Nani Wartabone, (c)
1 33 73
tangg 4 83,5 alih fungsi lahan pertanian dan daerah
ul 7 33 40 5 28 6
resapan air menjadi lahan permukiman dan
Meni (d) perilaku negatif penduduk disekitar
nggi
lantai bantaran sungai yang membuang sampah di
ruma
h dan
sungai.
atap 24,6 75,3
2 nya 6 34 40 12 21 33 73 6 4 2. Strategi adaptasi dan perilaku penduduk
Men
dalam kesiapsiagaan dan tindakan penduduk
guru terhadap pengurangan resiko dampak
g
hala bencana banjir, yakni (a) menjaga kesehatan
man
ruma 20,5 79,4 sebagai bentuk antisipasi berbagai penyakit
3 h 8 32 40 7 26 33 73 5 5 yang timbul pasca bencana dan tidak
Men
mengkonsumsi air yang terkontamisasi
amba banjir, (b) responsif dan partisipasi penduduk
h
jumla saat mengikuti penyuluhan dan sosialisasi
h
lantai tanggap bencana, (c) kepedulian untuk saling
bang
unan
membantu saat menghadapi bencana banjir,
ruma 15,0 84,9 (d) peran aktif penduduk disekitar bantaran
4 h 4 36 40 7 26 33 73 7 3
sungai menjaga kebersihan lingkungan,
Pinda drainase dan kanal, (e) peran aktif penduduk,
h
lokas pemerintah dan petugas Tagana dalam
i
temp
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir.
at Namun, kesiapsiagaan dan tindakan
tingg 1 21,9 78,0
5 al 0 30 40 6 27 33 73 2 8 penduduk, pemerintah dan petugas Tagana
tidak ditopang dengan rute dan peralatan
Sumber : hasil analisis, 2019 darurat untuk menunjang proses evakuasi.
Adapun strategi adaptasi bangunan rumah,
Adapun bentuk adaptasi penduduk penduduk menempuh upaya (a) meninggikan
disekitar bantaran sungai di Kelurahan Ipilo dan dan menambah jumlah lantai rumah, (b)
Bugis di Kota Gorontalo disajikan pada gambar 7 mengurug halaman rumah dan (c) membuat
di bawah ini. tanggul pencegah banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Allo, N.L., 2016. Ketika Penegak Hukum


Bersepakat Lindungi Taman Nasional Bogani
Nani Wartabone.
https://www.mongabay.co.id/2016/08/05/ketika-
penegak-hukum-bersepakat-lindungi-taman-
nasional-bogani-nani wartabone/ didownload : 22
Juni 2019.

Ayodiya, N.R.P., 2014. Model Kebijakan


Permukiman Kampung Code Utara di Tepi Sungai
Code. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota.
Biro Penerbit Planologi Undip, Volume 10. No. 1,
Gambar 7. Bentuk-bentuk adaptasi penduduk pp : 22-32.
terhadap bencana banjir
Arifin, Y.I, dan Muh.Kasim. 2012. Pemetaan
Zonasi Banjir Kota Gorontalo Untuk Mitigasi
Bencana. Laporan Penelitian Pengembangan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Prodi. FMIPA UNG.
I-16
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

http://repository.ung.ac.id/riset/show/2/742/pemet Dayanan Di Kotamobagu. Sabua Vol.6, No.3, pp:


aan-zonasi-banjir-kota-gorontalo-untuk-mitigasi- 273 – 283.
bencana.html
Prasetya, E.L., 2008. Penataan Kawasan
Arif, D.A, Djati Mardiatna, dan Sri Rum Giyarsih. Bantaran Sungai Martapura Banjarmasin Sebagai
2017. Kerentanan Masyarakat Perkotaan Ruang Terbuka Rekreatif. Seminar Nasional
terhadap Bahaya Banjir di Kelurahan Legok, Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan
Kecamatan Telanipura, Kota Jambi. Majalah Kota Tropis. UNDIP Tembalang Semarang.
Geografi Indonesia Vol. 31, No. 2, September
2017 (79 - 87) https://jurnal.ugm.ac.id/mgi. Ramos M. Helena., Modesto Pérez-Sánchez., A.
Fakultas Geografi UGM dan Ikatan Geograf Bento Franco and P. Amparo López-Jiménez.
Indonesia. 2017. Urban Floods Adaptation and Sustainable
Drainage Measures. Fluids journal, 2(61) pp: 1-
BPS. 2018. Kota Gorontalo Dalam Angka. 18. www.mdpi.com/journal/fluids

Cesarin, T.B dan Chorina Ginting, 2015. Persepsi Riduwan dan E. A. Kuncoro. 2007. Cara
Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur.
Sungai. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015, pp: Bandung. Alfabeta.
117-122.
Rosyidie, A., 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya,
Dawson, RJ, L. Speight, JW Hall, S. Djordjevic, Serta Penngaruh dari Perubahan Guna Lahan.
DA Savić, J. Leandro. 2008. Attribution of flood Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24
risk in urban areas. Journal of Hidroinformatika, No. 3, hlm.241 – 249.
Vol. 10, No.4, pp: 275-288.
https://www.researchgate.net/publication Rudiarto, Iwan., Dony, P., Hajar Annisa. A., Dan
Khalid, A., 2016. Kerentanan Sosio-Ekonomi
Dewan H. Tanvir. 2015. Societal impacts and Terhadap Paparan Bencana Banjir Dan Rob Di
vulnerability to floods in Bangladesh and Nepal. Pedesaan Pesisir Kabupaten Demak. Jurnal
Weather and Climate Extremes. Weather and Wilayah Dan Lingkungan, Vol. 4, No.3, Pp: 153-
Climate Extremes 7 (2015), pp : 36–42. 170. http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/Jwl
www.elsevier.com/locate/wace.
Noor H, R. Rijanta, Bakti Setiawan, Muh. Aris
Habiba, N., M. Fadhil Nurdin dan R.A. Tachya Marfai. 2016. Analisis Permukiman Tepian Sungai
Muhamad. 2017. Adaptasi Sosial Masyarakat Yang Berkelanjutan Kasus Permukiman Tepian
Kawasan Banjir di Desa Bojongloa Kecamatan Sungai Kahayan Kota Palangkaraya. Inersia, Vol.
Rancaekek. Jurnal Pemikiran dan Penelitian XII No.1, pp: 13-24.
Sosiologi : Sosioglobal, Vol. 2 No. 1, pp : 40-58
Departemen of Sociology, Faculty of Social and Soekanto, S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar.
Political Science,Universitas Padjadjaran. Rajawali Press. Jakarta

Ileiva, L., Colin McQuistan, Anita van Breda, Ana Sulistiyani, A.T. 2002. Problema dan Kebijakan
Victoria Rodriguez, Oscar Guevara. Doris Perumahan Perkotaan. Jurnal Ilmu Sosial dan
Cordero, Karen Podvin, and Fabrice Renaud. Ilmu Politik. Vol 5, No. 3, pp: 327-344.
2018. Adopting nature-based solutions for flood
risk reduction in Latin America. Working Paper. Syaiful Huda, I. A. 2016. Bentuk-Bentuk Adaptasi
www. practicalaction.org. Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir
(Studi Kasus Di Desa Pelangwot Kecamatan
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis Laren Lamongan). Prosiding Seminar Nasional
pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan Geografi UMS 2016 (299-314).
Penerbit Universitas Diponegoro.
Sutigno, A.L dan Bitta, Pigawati. 2015. Bentuk
Laya, Aqram. 2015. Analisis Jenis Tanah Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Di
Terhadap Potensi Bahaya Banjir Di Kota Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten
Gorontalo. Jurnal Teknik Vol. 13, No 2, pp: 47-56. Demak. Jurnal Teknik PWK. http://ejournal-
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JT/article/vie s1.undip.ac.id/index.php/pwk.
w/1531/1125
Yunus, Hadi Sabari. 2004. Struktur Tata Ruang
Nazir, M., 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indonesia.

Mokodongan, B.K Rieneke, L.E. Sela dan


Hendriek, Karongkong. 2014. Identifikasi
Pemanfaatan Kawasan Bantaran Sungai

I-17
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

I-18

Anda mungkin juga menyukai