0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ABSTRAK
Kota Gorontalo adalah sebuah kota dan merupakan daerah sempadan dan hilir dari ketiga yakni sungai
Bolango, Tamalate dan Bone. Kota Gorontalo tumbuh dan berkembang sehingga terjadi alih fungsi lahan.
Pengalihfungsian lahan dilakukan oleh setiap penduduk untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur ekonomi
dan sosial. Percepatan alih fungsi lahan baik di daerah hulu dan DAS berdampak pada menurunnya kualitas
lingkungan seperti terjadinya bencana alam dan hilangnya ruang terbuka yang berfungsi sebagi daerah
resapan air. Salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Gorontalo sebagai daerah aluvial yakni bencana
banjir tahunan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan berbagai faktor penyebab banjir yang
dialami oleh penduduk di Kelurahan Ipilo dan Bugis dan menganalisis strategi adaptasi serta perilaku
penduduk dalam mereduksi kerugian yang disebabkan bencana banjir di Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota
Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, data yang dihimpun melalui kuesioner
yang disebarkan kepada 73 responden dan dari institusi. Jumlah sampel responden ditentukan dengan
teknik stratified random sampling. Selanjutnya dan data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bencana banjir yang melanda Kelurahan Ipilo dan
Bugis Kota Gorontalo disebabkan oleh faktor alam, alih fungsi lahan dan perilaku negatif penduduk disekitar
bantaran sungai yang membuang sampah di sungai. Adapun bentuk adaptasi penduduk yakni memodifikasi
lingkungan dan tempat tinggal serta berperan aktif dalam kesiapsiagaan dan saling membantu saat bencana
terjadi.
aluvial yakni bencana banjir tahunan. Bagian serta perilaku penduduk dalam mereduksi
wilayah kota (BWK) yang terkena dampak kerugian yang disebabkan bencana banjir di
genangan banjir meliputi Kelurahan Bugis dan Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota Gorontalo.
Talumolo (Kecamatan Dumbo Raya), Kelurahan
Padebuolo, Ipilo, Tamalate dan Heledulaan
Selatan
METODE PENELITIAN
(Kecamatan Kota Timur), Kelurahan Biawao,
Biawu, Limba B (Kecamatan Kota Selatan), Metode penelitian yang digunakan adalah
Siendeng (Kecamatan Hulontalangi), dan metode survei. Metode survei ini dapat
Kelurahan Libuo, Molosipat W, Buladu mengungkap prilaku adaptasi dan tindakan
(Kecamatan Kota Barat) serta Kelurahan penduduk dalam mereduksi kerugian akibat
Tuladenggi (Kecamatan Dungingi). Bagian bencana banjir di Kelurahan Ipilo dan Bugis Kota
wilayah kota yang mengalami dampak banjir Gorontalo. Data yang dapat dihimpun dari metode
tahunan disajikan pada gambar 1. Tinggi tersebut berupa data primer yang cukup
genangan banjir pada bagian wilayah kota yang komprehensif yang disesuaikan obyek penelitian.
terdampak bencana banjir mencapai 70 – 300 cm Adapun data sekunder diperoleh melalui survei
dengan durasi genangan mencapai 2-4 hari untuk institusi. Data primer yang dikumpulkan meliputi
setiap kejadian bencana. Adapun jumlah aspek fisik lingkungan permukiman dan kondisi
perumahan dan permukiman yang terkena sosial ekonomi penduduk pada wilayah yang
dampak bencana banjir mencapai 4.000 unit terpapar bencana banjir. Selain itu pengumpulan
dengan jumlah jiwa mencapai 14.956 (Paino, data primer dilakukan melalui kuesioner. Data
2018). yang telah dihimpun akan dianalisis dengan teknik
Masalah yang ditimbulkan oleh banjir cukup besar analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
yaitu terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi
akibat tergenangnya ruas jalan serta Pengambilan sampel menggunakan teknik
terganggunya kesehatan masyarakat. Oleh stratified random sampling. Stratified random
karena itu, penduduk yang beraktivitas pada sampling adalah sampel yang ditarik dengan
bagian wilayah kota yang terkena dampak memisahkan elemen-elemen populasi dalam
bencana banjir seyogyanya melakukan berbagai kelompok yang tidak overlapping yang disebut
upaya adaptasi terhadap bencana guna strata, dan kemudian memilih sebuah sampel
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh banjir secara random dari setiap stratum (Nazir, 2005).
dengan melakukan pemanfaatan ruang kota yang Teknik pengambilan sampel ini dimaksudkan agar
berkelanjutan. sampel yang diambil representatif dalam mewakili
populasi. Teknik pengambilan sampel ini
mengikuti rumus empiris yang dianjurkan oleh
Isaac dan Michael (1981) dalam Riduwan dan
Kuncoro (2007) sebagai berikut:
2 NP(1 P)
ns =
d 2 ( N 1) 2 P(1 P)
(1)
dimana :
Ni
ni = xns
N
(2)
dimana :
sesuai dengan bahan yang tersedia di alam menjaga kualitas lingkungan sungai sehingga
sekitar. visual kawasan menjadi kumuh (Cesarin dan
Chorina, 2015). Perilaku dan kesadaran
5. Adaptasi psikoiogis diartikan sebagai psikis lingkungan yang rendah berkorelasi dengan
atau sifat kejiwaan seseorang terhadap kondisi tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
geografis lingkungannya. rendah. Adapun kondisi permukiman yang jauh
Konsep Karakteristik Permukiman Masyarakat dari tepian sungai namun masih terpapar bencana
Sekitar Bantaran Sungai banjir, memiliki kepadatan bangunan yang
sedang, kondisi lingkungan permukiman yang
Kawasan tepi sungai merupakan suatu baik, infrastruktur dan utilitas yang baik, sistem
kawasan penting dan terus berkembang menjadi pembuangan sampah dengan cara diangkut oleh
bagian dari kawasan permukiman kota. petugas kebersihan, kontruksi bangunan
Keberadaan sungai menjadi bagian yang penting permanen yang didominasi petak dan tunggal,
dalam kehidupan masyarakat sekitarnya, sistem jaringan air limbah dan jalan lingkungan
permukiman dibantaran sungai yang secara yang tertata baik dan memiliki fasilitas MCK
tradisional masih sangat bergantung pada pribadi tiap rumahnya (Sulistiyani, 2002).
pemanfaatan sungai sebagai sarana MCK dan
tempat pembuangan limbah rumah tangga baik
padat maupun cair, sehingga orientasi
Konsep Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
permukiman penduduk membelakangi sungai.
Perlaku negatif dari penduduk yang bermukim Secara umum, permukiman penduduk yang
disekitar bantaran sungai turut memberi berada dibantaran sungai atau sempadan sungai
konstribusi dalam penurunan kualitas dan daya merupakan permukiman penduduk yang
dukung lingkungan, menurunkan kualitas visual tergolong marjinal dengan mata pencaharian yang
kota serta penurunan kualitas fisik sungai marjinal pula. Sedang permukiman penduduk
(Prasetya, 2008). Sementara pada sisi yang lain, yang berada disekitar bantaran sungai merupakan
sungai dapat dimanfaatkan sebagai tempat permukiman legal dengan mata pencaharian yang
budidaya ikan, drainase makro kota, tempat formal atau non marjinal. Penduduk yang
rekreasi, pengairan, sumber air baku bagi PDAM. bermukim dibantaran sungai maupun yang
Pemanfaatan ruang pada kawasan bantaran disekitar bantaran sungai memiliki varian strata
sungai menjadi ruang terbangun seyogyanya sosial ekonomi dan relasi kekerabatan yang
harus dikendalikan karena akan memberi dampak variatif sehingga dapat dikelompokkan dengan
terhadap penyempitan badan sungai yang ciri-ciri tertentu seperti tingkat pendidikan, tingkat
memicu sedimentasi, erosi dan banjir. pendapatan, tingkat kekerabatan, tingkat usia dan
gender (Soekanto, 2010). Tingkat pendidikan
Namun, kawasan permukiman kota ditepian
pada suatu komunitas masyarakat memiliki andil
sungai memiliki karakteristik yang unik dengan
dalam menciptakan lingkungan sosial. Menurut
pola permukiman linear mengikuti pola aliran
Sutigno dan Bitta (2015) yang merujuk pendapat
sungai (Noor, Rijanta, Bakti dan Aris, 2016)
Ahmed (2001) mengatakan bahwa manfaat
dengan orientasi membelakangi sungai karena
dalam konteks sosial ekonomi bagi masyarakat
sungai tidak digunakan sebagai prasarana
dari suatu program pendidikan adalah berupa
transportasi tetapi sungai difungsikan sebagai
perbaikan dalam hal penghasilan, produktivitas,
MCK dan tempat pembuangan limbah rumah
kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga,
tangga baik cair maupun padat (Mokodongan,
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi masyarakat.
Rieneke dan Hendriek, 2014). Kondisi kawasan
permukiman ditepian sungai tidaklah ideal, bentuk Dampak Bencana Banjir
rumah yang tidak beraturan, status rumah hak
milik tapi sebagian tanah bukan hak milik, Bencana alam merupakan peristiwa alam
masyarakat merasa bahwa permukiman mereka yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
saat ini sudah sesuai dengan kebutuhannya dan bahkan memusnahkan makhluk hidup serta
kapasitasnya yaitu mereka membutuhkan terjadi perpindahan penduduk secara terpaksa.
permukiman yang berlokasi di kota dekat dengan Bencana alam sendiri dapat terjadi karena faktor
tempat kerjanya dan memiliki sarana transportasi perubahan dari alam itu sendiri atau bahkan
yang memadai (Ayodiya, 2014). akibat dari ulah manusia serta buruknya
infrastruktur pengelolaan banjir. Bencana alam
Kondisi permukiman ditepian sungai memiliki dapat menyebabkan berbagai dampak negatif,
kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk baik itu fisik maupun mental. Kerugian yang
yang tinggi, lingkungan permukiman yang kumuh, ditimbulkan oleh bencana alam diantaranya
infrastruktur dan utilitas yang terbatas, sanitasi banyaknya korban jiwa, hilangnya harta benda,
yang minim, solidaritas penduduk atau rusaknya lingkungan, dan musnahnya ekosistem
masyarakat yang tinggi tetapi perilaku dan (Ilieva et all, 2018). Penduduk yang terkena
kesadaran lingkungan rendah karena tidak dampak bencana menjadikannya miskin,
I-10
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
tunawisma dan mengangguran karena kehilangan ini disebabkan disekitar permukiman penduduk
harta dan kesempatan kerja. terdapat pasar tradisional Kampung Bugis yang
beraktivitas pada hari Senin dan Kamis.
Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Sementara mata pencaharian TNI/Polri
tengah-tengah masyarakat ialah bencana banjir. merupakan jenis mata pencaharian yang paling
Dampak negatif banjir bagi masyarakat minim digeluti oleh responden yakni 3 jiwa
diantaranya yaitu membuat aktivitas masyarakat (4,11%). Selanjutnya, tingkat pendapatan
menjadi terhambat. Banyak masyarakat yang responden (TPR) dapat dikategorisasi kedalam 3
resah karena sulit untuk bisa keluar rumah. kelompok yakni tinggi: TPR > 3.000.000
Banyak para pekerja yang kesulitan untuk berjumlah 10 jiwa (13,70%), sedang: 1.500.000 <
berangkat kerja, sehingga mereka harus TPR ≤ 3.000.000 sebanyak 17 jiwa (23,29%),
memaksakan diri untuk menembus banjir ataupun rendah: 500.000 < TPR ≤ 1.500.000, sebesar 46
terpaksa untuk izin tidak masuk kerja. Anak-anak jiwa (63,01%).
pun sulit untuk berangkat ke sekolah karena
terhadang banjir dan sekolah mereka pun banyak
yang diliburkan karena ikut juga terendam banjir.
Selain itu, tempat ibadah pun banyak yang
tergenang banjir serta rusaknya berbagai
infrastruktur dan utilitas publik (Dewan, 2014).
Banyak rumah warga yang rusak bahkan ada
yang runtuh akibat dari tekanan air yang sangat
besar. Lantai-lantai banyak yang retak dan pintu
pun ada yang jebol. Barang-barang banyak yang
rusak dan terkadang juga banyak yang hilang
hanyut terbawa aliran air banjir, rak-rak lemari pun
banyak yang keropos karena seringnya terkena
banjir (Habiba, Fadhil dan Tachya, 2017).
Ditelisik dari hasil kuesioner diperoleh bahwa tersebut antara lain hutan produksi terbatas (HTP)
pengetahuan responden cukup baik tentang seluas 15.012 Ha, Hutan Produksi seluas 12 Ha,
penyebab bencana banjir, ini tercermin dari pertambangan emas tanpa izin, perkebunan dan
jawaban para responden atas pertanyaan yang permukiman.
diajuhkan dalam kuesioner penelitian tersaji pada
tabel-tabel berikut ini. Tabel 2. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
Terjadi Karena Alih fungsi lahan kawasan hutan
Tabel 1. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
Kelurahan
Kelurahan Pendapat Persen
Pendapat Persen No Jumlah
No Jumlah Responden (%)
Responden (%) Ipilo Bugis
Ipilo Bugis
1 Setujuh 27 21 48 65,75
1 Setujuh 36 29 65 89,04
Tidak
Tidak
2 Setujuh 12 10 22 30,14
2 Setujuh 3 4 7 9,59
3 Tidak Tahu 1 2 3 4,11
3 Tidak Tahu 1 0 1 1,37
Total 40 33 73 100,00
Total 40 33 73 100,00
sebagai daerah hulu sungai
Terjadi Karena Faktor Alam: Tingginya curah
hujan, pasang air laut dan bentangan wilayah.
Kerusakan
Bangunan
1 Rumah 12 10 22 30,14
Kerusakan
Tabel 4. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir
2 Kendaraan 5 3 8 10,96
Terjadi Karena Alih fungsi kawasan pertanian dan
daerah resapan air menjadi area permukiman Kehilangan
3 Harta Benda 9 8 17 23,29
Sumber : hasil analisis, 2019
Terganggunya
Adapun fenomena sedimentasi yang memicu Aktivitas
terjadinya pendangkalan sungai sebagai faktor Pekerjaan
penyebab bencana banjir, umumnya responden 4 Utama 7 7 14 19,18
menjawab setujuh sebanyak 43 orang (61,43%),
tidak setujuh berjumlah 20 orang (28,57%) dan Timbulnya
tidak tahu sebesar 7 orang (10,00%). Pendapat berbagai
penyakit
masyarakat ini selaku responden penelitian
5 pasca banjir 5 4 9 12,33
disajikan pada Tabel 5, berikut ini.
Pencemaran
Tabel 5. Pengetahuan Responden Bahwa Banjir Sumber Air
Terjadi Karena Pendangkalan dasar aliran sungai 6 Bersih 2 1 3 4,11
akibat sedimentasi
Total 40 33 73 100,00
sebagai pedagang dan buruh. Pendapatan yang Tabel 8. Tanggap Dalam Membantu Korban Saat
tidak menentu, berakibat pada kurang dapat Bencana Banjir Menerjang Kawasan Tempat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya Tinggal
penduduk berupaya menjaga kesehatan pasca
bencana banjir untuk mengantisipasi timbulnya Kelurahan
Pendapat Persen
berbagai penyakit dan pencemaran sumber air No Jumlah
Responden (%)
bersih turut mempengaruhi pemenuhan air yang Ipilo Bugis
bersih dan sehat sehingga penduduk terkena
1 Ya 21 27 48 65,75
dampak bencana banjir terpaksa mengeluarkan
anggaran lebih untuk memenuhi kebutuhan air 2 Tidak 19 6 25 34,25
dengan cara membeli air dalam kemasan ataupun
isi ulang. Total 40 33 73 100,00
I-14
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Pendapat
Kelurahan
Persen
Tabel 12. Ketersediaan Rute dan Peralatan
No Jumlah Darurat Untuk Menunjang Proses Evakuasi
Responden (%)
Ipilo Bugis
Kelurahan
1 Ya 34 28 62 84,93 Pendapat Persen
No Jumlah
Responden (%)
Ipilo Bugis
2 Tidak 6 5 11 15,07
1 Ada 8 9 17 23,29
Total 40 33 73 100,00
2 Tidak ada 30 16 46 63,01
Sumber : hasil analisis, 2019
3 Tidak Tahu 2 8 10 13,70
Peran aktif penduduk akan maksimal bila ada
keterlibatan pemerintah maupun dukungan Total 40 33 73 100,00
peralatan darurat yang akan dipakai pada saat
evakuasi bencana. Penilaian penduduk atas Sumber : hasil analisis, 2019
keterlibatan dan kesiapsiagaan pemerintah dan
petugas dalam menghadapi bencana banjir cukup
baik, dimana responden sebanyak 68 orang atau
Tabel 13. Ketersediaan dan Kesiapsiagaan
93,15% (tabel 10) dan 38 orang atau 52,05%
Petugas Tagana Untuk Menunjang Proses
(tabel 13) memberikan pendapat bahwa
Evakuasi
keterlibatan seluruh komponen pemerintahan
kelurahan sangat efektif sebagai upaya Kelurahan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir Pendapat Persen
No Jumlah
dan ketersediaan serta kesiapsiagaan petugas Responden (%)
Ipilo Bugis
untuk menunjang proses evakuasi. Namun
keterlibatan pemerintah kelurahan dan petugas 1 Ada 18 20 38 52,05
tidak didukung dengan rute dan peralatan yang
mumpuni karena ketersediaan rute dan peralatan 2 Tidak ada 9 8 17 23,29
darurat untuk menunjang proses evakuasi masih
minim (tabel 12). 3 Tidak Tahu 10 5 15 20,55
Total 37 33 70 95,89
Tabel 10. Keterlibatan seluruh komponen baik
Pemerintah Kelurahan maupun Penduduk terasa
Sumber : hasil analisis, 2019
lebih efektif sebagai upaya kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana banjir Respon dan Adaptasi Penduduk Di sekitar
Bantaran Sungai Terhadap Bencana Banjir
Kelurahan
Pendapat Persen
No Jumlah
Responden (%) Adaptasi merupakan suatu responsif dari
Ipilo Bugis
setiap individu selama hidupnya terhadap
1 Ya 38 30 68 93,15 perubahan-perubahan lingkungan dan sosial
dengan melakukan penyesuaian diri dalam
2 Tidak 2 3 5 6,85 lingkungan yang ditempati agar dapat bertahan
hidup. Adaptasi terhadap bencana banjir
Total 40 33 73 100,00 merupakan bentuk penyesuaian diri penduduk di
sekitar bantaran sungai terhadap perubahan
Sumber : hasil analisis, 2019 lingkungan dan sosial yang ditempatinya.
Penduduk di sekitar bantaran sungai yakni
penduduk yang bermukim di Kelurahan Ipilo dan
Bugis melakukan tindakan adaptasi terhadap
Tabel 11. Relokasi Bermukim merupakan
bencana banjir antara lain membuat tanggul,
solusi terbaik untuk menghindari bencana banjir
meninggikan lantai rumah dan atapnya, mengurug
Kelurahan halaman rumah, menambah jumlah lantai rumah
Pendapat Persen dan pindah lokasi tempat tinggal. Tindakan
No Juml
Responden (%) adaptasi penduduk di kedua kelurahan tersebut
Ipilo Bugis
disajikan pada Tabel 14.
1 Ya 10 6 16 21,92 Penduduk yang melakukan adaptasi pada
tempat tinggal dengan meninggikan lantai rumah
2 Tidak 30 27 57 78,08 dan atapnya sebesar 28 orang (24,66%), pindah
lokasi tempat tinggal sebanyak 16 orang
Total 40 33 73 100,00
(21,92%), mengurug halaman rumah sebanyak 15
orang (20,55%), menambah jumlah lantai
Sumber : hasil analisis, 2019
bangunan rumah sebanyak 11 orang (15,07%)
I-15
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Cesarin, T.B dan Chorina Ginting, 2015. Persepsi Riduwan dan E. A. Kuncoro. 2007. Cara
Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur.
Sungai. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015, pp: Bandung. Alfabeta.
117-122.
Rosyidie, A., 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya,
Dawson, RJ, L. Speight, JW Hall, S. Djordjevic, Serta Penngaruh dari Perubahan Guna Lahan.
DA Savić, J. Leandro. 2008. Attribution of flood Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24
risk in urban areas. Journal of Hidroinformatika, No. 3, hlm.241 – 249.
Vol. 10, No.4, pp: 275-288.
https://www.researchgate.net/publication Rudiarto, Iwan., Dony, P., Hajar Annisa. A., Dan
Khalid, A., 2016. Kerentanan Sosio-Ekonomi
Dewan H. Tanvir. 2015. Societal impacts and Terhadap Paparan Bencana Banjir Dan Rob Di
vulnerability to floods in Bangladesh and Nepal. Pedesaan Pesisir Kabupaten Demak. Jurnal
Weather and Climate Extremes. Weather and Wilayah Dan Lingkungan, Vol. 4, No.3, Pp: 153-
Climate Extremes 7 (2015), pp : 36–42. 170. http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/Jwl
www.elsevier.com/locate/wace.
Noor H, R. Rijanta, Bakti Setiawan, Muh. Aris
Habiba, N., M. Fadhil Nurdin dan R.A. Tachya Marfai. 2016. Analisis Permukiman Tepian Sungai
Muhamad. 2017. Adaptasi Sosial Masyarakat Yang Berkelanjutan Kasus Permukiman Tepian
Kawasan Banjir di Desa Bojongloa Kecamatan Sungai Kahayan Kota Palangkaraya. Inersia, Vol.
Rancaekek. Jurnal Pemikiran dan Penelitian XII No.1, pp: 13-24.
Sosiologi : Sosioglobal, Vol. 2 No. 1, pp : 40-58
Departemen of Sociology, Faculty of Social and Soekanto, S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar.
Political Science,Universitas Padjadjaran. Rajawali Press. Jakarta
Ileiva, L., Colin McQuistan, Anita van Breda, Ana Sulistiyani, A.T. 2002. Problema dan Kebijakan
Victoria Rodriguez, Oscar Guevara. Doris Perumahan Perkotaan. Jurnal Ilmu Sosial dan
Cordero, Karen Podvin, and Fabrice Renaud. Ilmu Politik. Vol 5, No. 3, pp: 327-344.
2018. Adopting nature-based solutions for flood
risk reduction in Latin America. Working Paper. Syaiful Huda, I. A. 2016. Bentuk-Bentuk Adaptasi
www. practicalaction.org. Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir
(Studi Kasus Di Desa Pelangwot Kecamatan
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis Laren Lamongan). Prosiding Seminar Nasional
pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan Geografi UMS 2016 (299-314).
Penerbit Universitas Diponegoro.
Sutigno, A.L dan Bitta, Pigawati. 2015. Bentuk
Laya, Aqram. 2015. Analisis Jenis Tanah Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Di
Terhadap Potensi Bahaya Banjir Di Kota Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten
Gorontalo. Jurnal Teknik Vol. 13, No 2, pp: 47-56. Demak. Jurnal Teknik PWK. http://ejournal-
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JT/article/vie s1.undip.ac.id/index.php/pwk.
w/1531/1125
Yunus, Hadi Sabari. 2004. Struktur Tata Ruang
Nazir, M., 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indonesia.
I-17
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
I-18