Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN

NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI


WINONGO, KELURAHAN NGAMPILAN, YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Yendri Novriandi1, Lisa Tri Nopyanti1, Finda Rosyida1, Oneceria1
dan Ir. Suparwoko, MURP, PhD.2
1
Mahasiswa Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia
2
Dosen Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia
Email: lisatri20@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penulisan adalah melakukan analisis kondisi permukiman di bantaran sungai
Winongo, Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta sebagai respon terhadap area resapan air. Hal
tersebut dilakukan dengan latar belakang sungai Winongo yang tidak asri serta keberadaan
permukiman yang padat memicu munculnya dampak negatif baik untuk permukiman maupun
untuk sungai Winongo tersebut. Sebagai upaya untuk memperbaiki penataan permukiman di
bantaran sungai Winongo agar dapat memaksimalkan daerah resapan air dan sempadan sungai
sesuai dengan kebutuhan warga. Pokok permasalahan yang terjadi adalah area permukiman yang
sebagian besar tidak sesuai dengan garis sempadan sungai menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
umum, No. 63/prt/1993. Selain itu juga keberadaan permukiman padat yang tidak tertata dengan
baik sehingga menutupi daerah resapan air. Hal ini terkait dengan Kota Yogyakarta yang
memiliki banyak daerah aliran sungai yang dihimpit permukiman padat. Kemungkinan besar
apabila area-area bantaran sungai tidak tertata dan terurus dengan baik, maka dapat
meningkatkan pencemaran lingkungan kota yang bermula dari sungai. Dasar teori yang akan
digunakan pada kajian adalah (1) Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota (2)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/prt/1993 (3) Sabaruddin, Arif, 2013, A-Z
Persyaratan Teknis Bangunan, (4) Laksito, Boedhi, 2014, Metode Perencanaan dan Perancangan
Arsitektur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif yang
berupa penyelidikan (survey), perencanaan permukiman kota sebagai tahapan awal dari
rangkaian kegiatan penyelidikan. Tahapan selanjutnya yaitu menganalisa hasil dari penyelidikan
tersebut. Kemudian dasar-dasar pertimbangan yang akan mendukung konsep perencanaan
dihasilkan dari penyelidikan dan analisa dari hasil yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada
bantaran sungai Winongo. Dari kajian ini akan dihasilkan suatu rencana zonasi dan blokplan
permukiman yang telah sesuai dengan Peraturan daerah, serta penerapan kriteria permukiman
yang baik sebagai respon terhadap area resapan air.

Kata Kunci: kondisi permukiman, area resapan air, bantaran sungai Winongo, Ngampilan,
Yogyakarta

1
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1. Latar belakang proyek
Berdasarkan data data rincian dan statistik pemerintahan, disebutkan
bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta pada tahun
2015 adalah ±19.080 jiwa, yang terdiri dari ±5.000 laki-laki dan ±5.400
perempuan yang terbagi dalam ±3.500 kepala keluarga (KK). Sebagian
dari masyarakat tersebut bermukim di bantaran sungai Winongo, yang
menjadi batas sebelah Barat Kelurahan. Permukiman yang ada tersebut
semakin lama semakin padat dan berkembang sehingga menyebabkan area
di bantaran sungai juga semakin berkurang. Makalah ini dibuat untuk
meneliti seberapa besar penggunaan lahan di bantaran sungai Winongo,
Ngampilan yang digunakan sebagai permukiman dan fungsi lain
selanjutnya untuk mendesain ulang permukiman di bantaran sungai
tersebut sesuai dengan peraturan dan kriteria permukiman yang baik.

Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk Kelurahan Ngampilan Tahun 2013-


2014
Kepadatan
Kelurahan Luas (Km²) Jumlah Penduduk
Penduduk
(1) (2) (3)
(4)
Ngampilan 0.45 10.594 23.542
Tahun 2013 0.82 18.619 22.706,09
Tahun 2014 0.82 19.080 23.268,29
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, 2015

2
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Sumber: Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri


DIY, 2015

Sumber: Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri


DIY, 2015

Sumber: Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil Kemendagri


DIY, 2015
2. Latar belakang permasalahan
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa
jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai
muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh sempadan (PP RI No. 38 tahun
2011). Daerah sempadan sungai merupakan bagian penting dari sungai
sebagai area peresapan air sehingga air yang berada di permukaan tanah
dapat meresap sampai ke sungai selanjutnya dialirkan ke laut.
Permasalahan sungai secara ekologis adalah keberadaan permukiman dan
aktivitas warga di sempadan yang akan berpengaruh pada berbagai
permasalahan yaitu: semakin berkurangnya area resapan air hujan, kualitas
ekologi sempadan dan bantaran sungai yang menjadi tercemar, semakin
langkanya keanekaragaman hayati yang berada di area sempadan, buangan
limbah rumah tangga atau industri rumah tangga ke sungai, serta

3
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

penumpukan sampah di area sempadan sungai. Dari pengertian tersebut,


seharusnya area sempadan sungai bebas dari hal-hal yang menghalangi
meresapnya air ke dalam tanah. Namun apabila dilihat, masih banyak area
di pinggiran sungai khususnya sungai di Yogyakarta yang digunakan oleh
masyarakat untuk membangun permukiman.
(Sumber: http://blh.jogjaprov.go.id/2013/01/mewujudkan-sungai-winongo-
asri-2/)

3. Latar belakang lokasi

Lokasi Survey

Gambar 1.1 Peta Lokasi Survey

Kecamatan Ngampilan secara geografis terletak di sebelah Barat Laut


kota 7-8ºLS dan 11-11,1ºBT berada diketinggian 114m dari permukaan
laut. Daerah strategis yang dekat dengan pusat kota Yogyakarta
(khususnya di area Keraton dan Malioboro). Kecamatan Ngampilan
mempunyai luas 0,45 Km² dengan jumlah kepadatan ±23.268,29
menjadikannya salah satu wilayah terpadat penduduknya di Yogyakarta
(Menurut data statistik DIY). Di Kelurahan Ngampilan terdapat 13 Rukun

4
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Warga (RW), salah satunya area permukiman yang menjadi titik penelitian
yang mempunyai luas ±0.0386Km² dengan mobilitas penduduk yang
tinggi. Berada di daerah bantaran sungai Winongo yang menjadi
permukiman daerah aliran sungai. Kondisi lahan merupakan tanah yang
berkontur di bantaran Sungai Winongo (semakin ke arah sungai, kontur
tanah semakin menurun). Terhitung dari jalan raya Letjen Suprapto ±
turun 8 m. Lokasi penelitian bermula dari pertigaan jalan Kementrian
Kidul ke Selatan sepanjang 300m. Bangunan di area permukiman sebagian
besar digunakan untuk rumah tinggal dan usaha. Rumah tinggal rata-rata
terdiri dari 1 atau maksimal 2 lantai. Warga menggunakan tanah secara
maksimal untuk mendirikan bangunan. Blok rumah yang terletak berderet
sehingga jalan kampung langsung berbatasan dengan rumah warga
membentuk lorong-lorong sempit berukuran ±1-2m yang sulit diakses oleh
kendaraan. Lokasi ini dipilih karena permukiman padat yang letaknya
sangat dekat dengan tepi sungai. Selain itu, penelitian ini juga merupakan
pengembangan dari penelitian tentang permukiman padat pada mata kuliah
Kajian Perumahan.
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, 2015)
1.2 Tujuan Penelitian
Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan melakukan analisis kondisi
permukiman di bantaran sungai Winongo, Ngampilan, Yogyakarta sebagai
respon terhadap area resapan air.
1.3 Sasaran Penelitian
1. Melakukan analisis sempadan sungai Winongo berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/prt/1993
2. Melakukan analisis penggunaan lahan berdasarkan Fungsi sempadan
dan bantaran sungai
3. Melakukan analisis perpetakan lahan berdasarkan zonnasi kegiatan
residensisal dan aktivitas pendukungnya yang menggunakan metode:
1.4 Lingkup Penelitian

5
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

1. Mengkaji kondisi permukiman di bantaran Sungai Winongo,


Ngampilan, Yogyakarta termasuk resapan air
2. Mengetahui kegunaan perpetakan lahan di bantaran sungai Winongo
3. Menghasilkan rencana zonasi, dan blok untuk memperbaiki penataan
permukiman di bantaran sungai agar dapat memaksimalkan daerah
resapan air.

II. KAJIAN PUSTAKA


2.1 Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

6
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan


tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
(UU RI No. 4 Tahun 1992)
Dalam buku Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota
terdapat kajian yang berkenaan dengan penggunaan lahan permukiman
yang parameternya menjadi rujukan dalam pengembangan variabel kajian.
Parameter tersebut antara lain:
1. Perpetakan lahan residensial
2. Perpetakan lahan sosial
3. Perpetakan lahan ekonomi
4. Perpetakan lahan budaya
5. Perpetakan lahan lingkungan dan infrastruktur
(Sumber: Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, 1979)
2.2 Metode Transit-Oriented Development
Zonnasi pengembangan penggunaan lahan permukiman dan
pengembangan bangunan vertikal mixed-use.

Gambar 2.1 Zonnasi perpetakan lahan TOD


1) Kombinasi gubahan massa dengan perpetakan lahan parkir
2) Mengatur koneksi pedesterian dan gubahan massa
3) Kombinasi bangunan vertikal mixed-use
4) Relokasi bangunan residensial (tipe sedang)
5) Relokasi bangunan komersial yang difokuskan pada area jalan utama
6) Bangunan terorientasi dengan taman dan ruang terbuka

7
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

2.3 Sempadan Sungai


Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung
sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Kriteria
Penetapan Garis Sempadan berdasarkan pasal 4 tentang penetapan garis
sempadan sungai dan garis sempadan danau, yaitu:
1. Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di
antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak
bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul
untuk sungai bertanggul.
2. Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan
pada:
a. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
b. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
d. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
e. sungai yang terpengaruh pasang air laut dan mata air.
Pada pembahasan ini difokuskan pada garis sempadan dengan kriteria
sungai tidak bertanggul di kawasan perkotaan dengan parameter penilaian
sebagai berikut:
1. Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a,
ditentukan:
a. Paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
b. Paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh)
meter; dan

8
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

c. Paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
Berdasarkan parameter di atas, peraturan yang akan digunakan yaitu
garis sempadan sungai tidak bertanggul dalam kawasan perkotaan dengan
jarak paling sedikit 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dengan kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 (tiga) meter.
(Sumber: Permen PUPRRI No.28/Prt/M/2015)
2.4 Daerah Aliran Sungai
Sheng (1968) mendefinisikan DAS sebagai suatu kawasan yang
mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem alir an sungai
yang mengalir dari hulu menuju ke muara atau tempat-tempat tertentu
berupa danau atau lautan.
Tabel 2.1 Sintesa Kajian Teori
Area Permukiman Kota
Indikator Variabel Tolok Ukur
1. Penggunaan 1) Perpetakan lahan residensial, 1) Rumah dan hotel
lahan 2) Perpetakan lahan sosial, 2) Sekolah
(Direktorat Tata 3) Perpetakan lahan ekonomi, 3) Warung, toko, dan ruko
Kota dan Tata 4) Perpetakan lahan budaya, 4) Kantor RT/RW, kantor
Daerah, 1979) kelurahan, tempat
ibadah, balai pertemuan,
dan pendopo
5) Perpetakan lahan lingkungan dan 5) Jalan, taman, area
infrastruktur olahraga dan bermain,
drainase, ruang terbuka
hijau, tangki septik, dan
sumur resapan

Area Bantaran Sungai

9
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Indikator Variabel Tolok Ukur


1. Lebar sempadan 1) Garis sempadan dan ditetapkan 1) Sempadan 15 meter
sungai sekurang-kurangnya 10-15 meter
(Peraturan Menteri dari tepi sungai
Pekerjaan Umum,
No. 63/prt/1993)
2. Fungsi sempadan 1) Menjaga Daerah Aliran Sungai 1) Lebar sungai yang dapat
dan bantaran agar lebar sungai tetap terjaga dijaga
sungai 2) Mengatur ruang koridor tepi 2) Jalur kendaraan dan
(Sabaruddin, Arif, sungai pejalan kaki
2013 dan Laksito,
3) Pekarangan hijau dengan tanaman 3) Ruang terbuka hijau:
Boedhi, 2014)
sebagai buffer terhadap udara a) Papan penyuluhan
kotor atau pencemaran udara dari dan peringatan, serta
jalan raya sehingga udara yang rambu-rambu
masuk ke dalam rumah adalah pekerjaan
udara bersih b) Pemasangan
rentangan kabel
listrik, kabel telpon,
dan pipa air minum
c) Prasarana jembatan
umum
d) pembangunan
prasarana lalu lintas
air, bangunan
pengambilan
danpembuangan air.
Sumber: Permen PU No.
05/PRT/M/2008

4) Sebagai ruang semi publik (fungsi 4) Ruang semi publik:


ruang sempadan sungai) Kegiatan yang tidak
menimbulkan dampak
merugikan bagi

10
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

kelestarian dan
keamanan fungsi serta
fisik sungai dan danau
Sumber: Permen PU No.
05/PRT/M/2008
5) Area parkir, tangki
septik, bak sampah, dan
5) Sebagai daerah servis seperti area
sumur resapan
parkir, penempatan tangki septik,
bak sampah, dan sumur resapan

III. METODE PENELITIAN


III.1 Cara memperoleh data

11
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Metode Kuantitatif
Metode analisa pencarian data yang dikombinasikankan dengan
angka, Kasiram (2008: 149). Menghasilkan data-data yang sesuai dengan
kebutuhan agar dapat mendukung kelayakan penataan permukiman di
bantaran sungai Winongo.
1. Data Primer
Data primer pada kajian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Melakukan wawancara singkat dengan warga di Kelurahan
Ngampilan, Yogyakarta untuk mengetahui informasi tentang
keadaan permukiman, keadaan bantaran sungai Winongo serta
jalur air limbah rumah tangga yang langsung berhubungan
dengan sungai tanpa dilakukan peresapan terlebih dahulu.
b. Melakukan pengamatan langsung agar data lebih akurat di
lingkungan bantaran sungai Winongo yang disertai dengan
pengukuran garis sempadan sungai.
c. Survey langsung di area permukiman untuk mengetahui
kegunaan perpetakan lahan residensial, sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan dan infrastruktur di sepanjang bantaran sungai
Winongo.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada kajian adalah mengetahui luas, jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk di Kecamatan Ngampilan yang diperoleh
melalui data Badan Pusat Statistik Penduduk Kota Yogyakarta. Studi
pustaka dan literatur untuk mengetahui kriteria penggunaan lahan
permukiman, fungsi sempadan dan bantaran sungai.

12
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

III.2Cara analisis

Konsep:
Mayor Activity Center
Penelitian ini Masalah yang Melakukan perbaikan yang terdiri dari 3 blok masa
terdapat indikator terjadi adalah perpetakan lahan dengan (activity center: komersial,
office, dan residensial; social
tentang Penggunaan ketidakteraturan Metoda Transit-Oriented center: pusat pemerintahan
lahan (Direktorat Tata penggunaan lahan Development dan SNI dan residensial
Kota dan Tata Daerah 1979) No. 03-1733-2004 pemerintahan; dan
permukiman tentang Tata Cara
dengan variabel memanfaatkan
residensial: rumah susun)
Perencanaan Lingkungan sehingga lebih menghemat
perpetakan lahan area sempadan Perumahan di Perkotaan penggunaan lahan dan
residensial, ekonomi, sungai selebar 10- serta memperbaiki area 80% area sempadan sungai
budaya, lingkungan 15 meter menjadi sempadan sungai menjadi dapat dimanfaatkan sebagai
dan infrastruktur area permukiman ruang terbuka hijau dan taman dan area resapan,
area resapan Peraturan sisanya (20%) Permen
serta Indikator yang seharusnya Umum No. 05/PRT/M/2008,
Menteri Pekerjaan Umum
tentang Sempadan menjadi ruang No. 05/PRT/M/2008 RTH yaitu berupa perkerasan
dan bantaran sungai terbuka hijau dan tentang Ruang Terbuka dimanfaatkan sebagai ruang
(Sabaruddin, Arif, 2013 dan semi publik seperti: arena
area resapan Hijau olahraga, tempat bermain,
Laksito, Boedhi, 2014)
dan lahan parkir

Diagram 3.1 Analisis berdasarkan indikator

Cara analisis memiliki dasar yang bersumber dari teori penggunaan lahan
dan Sempadan dan bantaran sungai. Hal tersebut menjadi indikator
permasalahan utama pada daerah permukiman di bantaran sungai Winongo
(sesuai dengan observasi di lapangan). Sehingga pada penulisan, permasalahan
yang ada akan diselesaikan dengan mengaplikasikan teori yang ada serta
menerapkan peraturan yang berlaku untuk selanjutnya dibuat sebuah konsep
perancangan kawasan permukiman di bantaran sungai Winongo.

13
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Analisis perpetakan
lahan residensial pada permukiman bantaran sungai Winongo
Menurut teori penggunaan lahan (Direktorat Tata Kota dan Tata
Daerah, 1979):
1. Perpetakan lahan residensial
2. Perpetakan lahan sosial
3. Perpetakan lahan ekonomi
4. Perpetakan lahan budaya
5. Perpetakan lahan lingkungan dan infrastruktur
Kondisi eksisting perpetakan lahan di permukiman Winongo sangat
padat dan tidak teratur. Banyak perpetakan lahan yang seharusnya
digunakan untuk sempadan sungai tetapi dialih fungsikan oleh
masyarakat menjadi lahan residensial. Hal tersebut berdampak buruk
bagi sempadan sungai Winongo yang seharusnya merupakan area
resapan air dan ruang terbuka hijau.

14
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Perumahan yang
melanggar
sempadan sungai

Gambar 4.1 Ploting perumahan yang tidak sesuai dengan sempadan sungai
Menurut survey dan data yang ada dilapangan terdapat sekitar ±63
rumah tinggal yang tidak sesuai dengan peraturan sempadan sungai.
Perumahan tersebut akan direlokasikan demi mensterilkan sempadan
sungai. Agar fungsi perpetakan lahan tetap terjaga dan tidak menyalahi
peraturan daerah.

Gambar 4.2 Kondisi Eksisting area sempadan sungai

15
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Gambar 4.3 Kondisi Eksisting perpetakan lahan residensial

Variabel tersebut disesuaikan dengan keadaan dilapangan dan akan


diatur kembali berdasarkan kriteria dan parameter pada metoda Transit-
Oriented Development. Sehingga permukiman di bantaran sungai
Winongo dapat terbentuk sesuai dengan peraturan pemerintah dan
kriteria permukiman yang baik.
Sebelum melakukan zonning perpetakan lahan terlebih dahulu
dilakukan penambahan jalur jalan yang berfungsi sebagai sirkulasi.
Jalur jalan tersebut juga berfungsi sebagai Grid pengatur blok massa
agar dapat tertata dengan baik menurut SNI No. 03-1733-2004 tentang
Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan bagian
3.4.9 mengatakan bahwa jalan lingkungan memiliki jalur selebar ± 4 m
yang ada dalam satuan permukiman atau lingkungan perumahan.

Gambar 4.4 Metoda Transit-Oriented Development-Major Activity Center

16
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Sebelum Sesudah

Redesain jalur jalan


lingkungan dengan
lebar 4m

Redesain jalur
jalan lingkungan
dengan lebar 4m

Gambar 4.5 Skema redesain jalur jalan sekunder


Setelah melakukan penambahan jalur sirkulasi lingkungan atau grid
massa (lihat gambar 4.6) maka selanjutnya dilakukan perbaikan perpetakan
blok massa bangunan yang disesuaikan dengan grid dengan ketentuan jarak
antar blok massa yang menjadi jalur lingkungan sekunder mengacu pada
peraturan bagain 3.4.12 yang mengatakan jalan lingkungan I jalur selebar ±
1,5 m – 2,0 m penghubung pusat permukiman dengan pusat lingkungan I atau
pusat lingkungan I yang lainnya; atau menuju Lokal Sekunder III.

17
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Sebelum Sesudah

Rencana BLOKPLAN tipe 1

Rencana BLOKPLAN tipe 2

Lebar jalan lingkungan


4,0m

Jarak antar massa 2,0m

Rencana BLOKPLAN tipe 3

Gambar 4.6 Skema redesain ploting blok massa

Gambar 4.7 Skema redesain Gambar 4.8 Skema redesain


blokplan tipe 1 blokplan tipe 2
18
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Gambar 4.9 Skema redesain Gambar 4.10 Skema blokplan


blokplan tipe 3 rujukan TOD

Perpetakan lahan INFRASTRUKTUR


Perpetakan lahan EKONOMI

Activity Center

Existing single Perpetakan lahan RESIDENSIAL


residential

Perpetakan lahan LINGKUNGAN Perpetakan lahan SOSIAL

Mixed-use residential
Perpetakan lahan BUDAYA

Mixed-use goverment

Gambar 4.11 Zonnasi pengembangan permukiman di bantaran sungai Winongo

19
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Gambar 4.12 Rujukan desain kawasan permukiman di bantaran sungai Winongo


Kondisi perpetakan lahan yang tidak terintegrasi dengan baik menyebabkan
buruknya kualitas permukiman dan menjadi sangat padat.

IV.2 Analisis fungsi


resapan air pada sempadan sungai Winongo
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/prt/1993 yang
menyebutkan sempadan sungai adalah 10-15 meter bebas bangunan.
Namun, sempadan tidak terpenuhi karena ruang sempadan digunakan
untuk permukiman padat. Sehingga kondisi tersebut tidak sesuai dengan
Fungsi sempadan sungai untuk menjaga Daerah Aliran Sungai agar lebar
sungai tetap lestari (Sabaruddin, 2013 dan Laksito, 2014):
1. Mengatur ruang koridor tepi sungai
2. Sebagai pekarangan hijau dengan tanaman sebagai buffer terhadap
udara kotor atau pencemaran udara dari jalan raya sehingga udara
yang masuk ke dalam rumah adalah udara bersih
3. Sebagai ruang semi publik (fungsi ruang sempadan sungai)

Gambar 4.13 Permukiman di bantaran sungai Winongo mencemari sungai

20
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Berdasarkan fungsi pelestarian sungai maka lebar sempadan sungai


diambil maksimal dari 15 meter dengan fungsi sebagai ruang terbuka
hijau bantaran sungai. Dalam Permen Pekerjaan Umum No.
05/PRT/M/2008, RTH di Ngampilan termasuk ke dalam Ruang Terbuka
Hijau Kelurahan dengan ketentuan desain RTH sebagai berikut:
1. Luas taman minimal 0,30 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas
minimal taman 9.000 m2.
2. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80%-
90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras
sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas.
3. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai
keperluan, juga terdapat minimal 25 (dua puluh lima) pohon
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman aktif
dan minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil
atau sedang untuk jenis taman pasif.

Elemen soft scape sebagai


area peresapan air

Pohon berukuran
sedang-kecil

Perkerasan sebagai
tempat beraktivitas
seperti olahraga, Jalan untuk
bermain, berkumpul, Pedestrian
kendaraan
tempat parkir, dll

Gambar 4.14 Skema ploting ruang terbuka hijau

21
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Sumber: Omahideku oleh Yosansusetya@gmail.com

Gambar 4.15 Rujukan desain area sempadan di bantaran sungai Winongo


Lebar sempadan di bantaran sungai Winongo tidak dapat terjaga
sesuai dengan peraturan daerah setempat. Pada kajian ini dilakukan
kembali analisis terkait sempadan sungai Winongo dan tercatat harus
menggusur dan merelokasikan ± 63 hunian yang melanggar sempadan
sungai. Untuk selanjutnya area sempadan difungsikan sebagai mana
mestinya untuk menjadi ruang terbuka hijau dan area resapan.

22
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

V. KESIMPULAN
V.1Kesimpulan

1. Area Permukiman Kota


Permukiman di kawasan perkotaan merupakan hal yang paling
menonjol dan menjadi unsur terpenting untuk dilakukannya
pengembangan yang perlu untuk diarahkan. Terutama pada zonasi
penggunaan lahan menjadi penting untuk dirancang sesuai dengan
peraturan daerah setempat. Contoh pada kasus kajian di kawasan
permukiman di bantaran sungai Winongo merupakan dampak buruk
dalam pembangunan. Karena banyak perpetakan lahan terutama
residensial melanggar peraturan setempat terkait sempadan sungai. Hal
tersebut selanjutnya berimbas pada sungai Winongo yang semakin
tercemar dan menyebabkan lingkungan menjadi kumuh dan tidak
tertata. Dengan menggunakan Metoda Transit-Oriented Development
dalam sebuah rancangan permukiman maka akan didapatkan hasil yang
dapat menjadikan suatu kota menjadi lebih baik dan tertata.
2. Area Bantaran Sungai
Lebar sempadan di bantaran sungai Winongo tidak dapat terjaga
sesuai dengan peraturan daerah setempat. Pada kajian ini dilakukan
kembali analisis terkait sempadan sungai Winongo dan tercatat harus
menggusur dan merelokasikan ± 63 hunian yang melanggar sempadan
sungai. Untuk selanjutnya area sempadan difungsikan sebagai mana
mestinya untuk menjadi ruang terbuka hijau dan area resapan.
V.2Rekomendasi
Rekomendasikan untuk dilakukannya redesain kawasan terkait
penggunaan lahan yang berimbas pada relokasi masyarakat dari model
permukiman satu lantai menjadi model permukiman rumah susun (terdiri dari
beberapa lantai). Menurut hasil analisa menggunakan metode Transit-
Oriented Development dapat digambarkan modul massa yang akan menjadi
bangunan mix-used (tempat tinggal, komersial, kantor, dan area
pemerintahan). Selanjutnya membuat jalur jalan di area permukiman agar

23
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

memudahkan akses masyarakat di permukiman yang sesuai dengan peraturan.


Membuat ruang terbuka hijau khususnya di area bantaran sungai Winongo
sehingga sempadan sungai dapat tetap terjaga.
V.3Saran-Saran
1. Bidang Ilmu bagian Permukiman Kota
Bidang Ilmu khususnya di bagian Permukiman kota untuk lebih
giat melakukan riset untuk mengembangkan ilmu permukiman kota
yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal tersebut jelas sangat
berguna bagi pemerintah dan masyarakat untuk dijadikan acuan dan
parameter dalam pembangunan agar permukiman kota bisa berjalan
dan berkembang dengan baik dan selaras dengan zamannya.
2. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 81 Tahun 2008 Tentang
Rincian Tugas Dan Tata Kerja Dinas Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Kota Yogyakarta, dengan jelas memaparkan tata kerja dan
rincian tugas yang harus dilaksanakan dengan baik oleh instansi.
Sementara fakta dilapangan menegaskan bahwa permukiman
Ngampilan memiliki kompleksitas masalah yang sangat tinggi. Namun
permasalahan tersebut seolah tidak ada instansi yang bergerak untuk
melakukan upaya pemecahan permasalahan, menyelenggarakan
kebijakan, mengkoordinasikan permasalahan terlebih melakukan
pengendalian atau evaluasi permasalahan. Kami menyarankan agar
instansi-instansi terkait untuk lebih giat lagi melakukan observasi di
lapangan serta lebih tegas untuk mengambil keputusan dan menindak
lanjuti suatu permasalahan yang ada. Hal tersebut sangat perlu
dilakukan agar dampak buruk yang terjadi pada suatu wilayah
Kelurahan tidak merambat hingga menyebabkan permasalahan ini
meluas setingkat Kota Yogyakarta terlebih permasalahan pada bantaran
sungai.
3. Masyarakat Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta

24
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Fakta dilapangan bahwaa perilaku dan sikap kepedulian


masyarakat terhadap lingkungan masih sangat kurang. Kami
menyarankan masyarakat meningkatkan kesadaran diri untuk lebih
peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah
seperti: untuk tidak membuang sampah pada area sungai, tidak
melakukan pembangunan permanen di area sempadan sungai, tidak
menutup jalur sirkulasi kendaraan dengan aktivitas pribadi, membuang
semua aliran limbah air kotor kedalam tangki septik atau sumur
peresapan sehingga tidak mencemari sungai dan lain-lain. Masyarakat
harus konsisten untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang akan
berdampak pada lingkungan yang berarti akan “membunuh” manusia
secara perlahan. Mulai menanamkan budaya cinta lingkungan dan
saling menjunjung tinggi solidaritas sesama warga masyarakat untuk
bersama-sama membangun kota Yogyakarta yang istimewa.

25
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Yogyakarta, 2015, Ngampilan dalam Angka 2015,
Yogyakarta: BPS-Statistik Yogyakarta
Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, 1979, Pedoman Perencanaan Lingkungan
Permukiman Kota, Jakarta: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan
http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id/ (Data Hasil Konsolidasi dan
Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan
Pencatatan Sipil Kemendagri diolah bagian Kependudukan Biro Tata
Pemerintahan Setda DIY)
Laksito, Boedhi, 2014, Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur, Jakarta:
Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/PRT/1993, Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 05/PRT/M/2008, Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Sabaruddin, Arif, 2013, A-Z Persyaratan Teknis Bangunan, Jakarta: Griya Kreasi
(Penebar Swadaya Grup)
TOD Corridor Master Plan, 2009, Metoda Transit-Oriented Development, City of
Spark, Nevada

26
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR

27

Anda mungkin juga menyukai