NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
ABSTRAK
Tujuan penulisan adalah melakukan analisis kondisi permukiman di bantaran sungai
Winongo, Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta sebagai respon terhadap area resapan air. Hal
tersebut dilakukan dengan latar belakang sungai Winongo yang tidak asri serta keberadaan
permukiman yang padat memicu munculnya dampak negatif baik untuk permukiman maupun
untuk sungai Winongo tersebut. Sebagai upaya untuk memperbaiki penataan permukiman di
bantaran sungai Winongo agar dapat memaksimalkan daerah resapan air dan sempadan sungai
sesuai dengan kebutuhan warga. Pokok permasalahan yang terjadi adalah area permukiman yang
sebagian besar tidak sesuai dengan garis sempadan sungai menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
umum, No. 63/prt/1993. Selain itu juga keberadaan permukiman padat yang tidak tertata dengan
baik sehingga menutupi daerah resapan air. Hal ini terkait dengan Kota Yogyakarta yang
memiliki banyak daerah aliran sungai yang dihimpit permukiman padat. Kemungkinan besar
apabila area-area bantaran sungai tidak tertata dan terurus dengan baik, maka dapat
meningkatkan pencemaran lingkungan kota yang bermula dari sungai. Dasar teori yang akan
digunakan pada kajian adalah (1) Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota (2)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/prt/1993 (3) Sabaruddin, Arif, 2013, A-Z
Persyaratan Teknis Bangunan, (4) Laksito, Boedhi, 2014, Metode Perencanaan dan Perancangan
Arsitektur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif yang
berupa penyelidikan (survey), perencanaan permukiman kota sebagai tahapan awal dari
rangkaian kegiatan penyelidikan. Tahapan selanjutnya yaitu menganalisa hasil dari penyelidikan
tersebut. Kemudian dasar-dasar pertimbangan yang akan mendukung konsep perencanaan
dihasilkan dari penyelidikan dan analisa dari hasil yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada
bantaran sungai Winongo. Dari kajian ini akan dihasilkan suatu rencana zonasi dan blokplan
permukiman yang telah sesuai dengan Peraturan daerah, serta penerapan kriteria permukiman
yang baik sebagai respon terhadap area resapan air.
Kata Kunci: kondisi permukiman, area resapan air, bantaran sungai Winongo, Ngampilan,
Yogyakarta
1
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1. Latar belakang proyek
Berdasarkan data data rincian dan statistik pemerintahan, disebutkan
bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta pada tahun
2015 adalah ±19.080 jiwa, yang terdiri dari ±5.000 laki-laki dan ±5.400
perempuan yang terbagi dalam ±3.500 kepala keluarga (KK). Sebagian
dari masyarakat tersebut bermukim di bantaran sungai Winongo, yang
menjadi batas sebelah Barat Kelurahan. Permukiman yang ada tersebut
semakin lama semakin padat dan berkembang sehingga menyebabkan area
di bantaran sungai juga semakin berkurang. Makalah ini dibuat untuk
meneliti seberapa besar penggunaan lahan di bantaran sungai Winongo,
Ngampilan yang digunakan sebagai permukiman dan fungsi lain
selanjutnya untuk mendesain ulang permukiman di bantaran sungai
tersebut sesuai dengan peraturan dan kriteria permukiman yang baik.
2
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
3
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Lokasi Survey
4
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Warga (RW), salah satunya area permukiman yang menjadi titik penelitian
yang mempunyai luas ±0.0386Km² dengan mobilitas penduduk yang
tinggi. Berada di daerah bantaran sungai Winongo yang menjadi
permukiman daerah aliran sungai. Kondisi lahan merupakan tanah yang
berkontur di bantaran Sungai Winongo (semakin ke arah sungai, kontur
tanah semakin menurun). Terhitung dari jalan raya Letjen Suprapto ±
turun 8 m. Lokasi penelitian bermula dari pertigaan jalan Kementrian
Kidul ke Selatan sepanjang 300m. Bangunan di area permukiman sebagian
besar digunakan untuk rumah tinggal dan usaha. Rumah tinggal rata-rata
terdiri dari 1 atau maksimal 2 lantai. Warga menggunakan tanah secara
maksimal untuk mendirikan bangunan. Blok rumah yang terletak berderet
sehingga jalan kampung langsung berbatasan dengan rumah warga
membentuk lorong-lorong sempit berukuran ±1-2m yang sulit diakses oleh
kendaraan. Lokasi ini dipilih karena permukiman padat yang letaknya
sangat dekat dengan tepi sungai. Selain itu, penelitian ini juga merupakan
pengembangan dari penelitian tentang permukiman padat pada mata kuliah
Kajian Perumahan.
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, 2015)
1.2 Tujuan Penelitian
Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan melakukan analisis kondisi
permukiman di bantaran sungai Winongo, Ngampilan, Yogyakarta sebagai
respon terhadap area resapan air.
1.3 Sasaran Penelitian
1. Melakukan analisis sempadan sungai Winongo berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/prt/1993
2. Melakukan analisis penggunaan lahan berdasarkan Fungsi sempadan
dan bantaran sungai
3. Melakukan analisis perpetakan lahan berdasarkan zonnasi kegiatan
residensisal dan aktivitas pendukungnya yang menggunakan metode:
1.4 Lingkup Penelitian
5
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
6
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
7
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
8
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
c. Paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
Berdasarkan parameter di atas, peraturan yang akan digunakan yaitu
garis sempadan sungai tidak bertanggul dalam kawasan perkotaan dengan
jarak paling sedikit 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dengan kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 (tiga) meter.
(Sumber: Permen PUPRRI No.28/Prt/M/2015)
2.4 Daerah Aliran Sungai
Sheng (1968) mendefinisikan DAS sebagai suatu kawasan yang
mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem alir an sungai
yang mengalir dari hulu menuju ke muara atau tempat-tempat tertentu
berupa danau atau lautan.
Tabel 2.1 Sintesa Kajian Teori
Area Permukiman Kota
Indikator Variabel Tolok Ukur
1. Penggunaan 1) Perpetakan lahan residensial, 1) Rumah dan hotel
lahan 2) Perpetakan lahan sosial, 2) Sekolah
(Direktorat Tata 3) Perpetakan lahan ekonomi, 3) Warung, toko, dan ruko
Kota dan Tata 4) Perpetakan lahan budaya, 4) Kantor RT/RW, kantor
Daerah, 1979) kelurahan, tempat
ibadah, balai pertemuan,
dan pendopo
5) Perpetakan lahan lingkungan dan 5) Jalan, taman, area
infrastruktur olahraga dan bermain,
drainase, ruang terbuka
hijau, tangki septik, dan
sumur resapan
9
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
10
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
kelestarian dan
keamanan fungsi serta
fisik sungai dan danau
Sumber: Permen PU No.
05/PRT/M/2008
5) Area parkir, tangki
septik, bak sampah, dan
5) Sebagai daerah servis seperti area
sumur resapan
parkir, penempatan tangki septik,
bak sampah, dan sumur resapan
11
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Metode Kuantitatif
Metode analisa pencarian data yang dikombinasikankan dengan
angka, Kasiram (2008: 149). Menghasilkan data-data yang sesuai dengan
kebutuhan agar dapat mendukung kelayakan penataan permukiman di
bantaran sungai Winongo.
1. Data Primer
Data primer pada kajian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Melakukan wawancara singkat dengan warga di Kelurahan
Ngampilan, Yogyakarta untuk mengetahui informasi tentang
keadaan permukiman, keadaan bantaran sungai Winongo serta
jalur air limbah rumah tangga yang langsung berhubungan
dengan sungai tanpa dilakukan peresapan terlebih dahulu.
b. Melakukan pengamatan langsung agar data lebih akurat di
lingkungan bantaran sungai Winongo yang disertai dengan
pengukuran garis sempadan sungai.
c. Survey langsung di area permukiman untuk mengetahui
kegunaan perpetakan lahan residensial, sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan dan infrastruktur di sepanjang bantaran sungai
Winongo.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada kajian adalah mengetahui luas, jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk di Kecamatan Ngampilan yang diperoleh
melalui data Badan Pusat Statistik Penduduk Kota Yogyakarta. Studi
pustaka dan literatur untuk mengetahui kriteria penggunaan lahan
permukiman, fungsi sempadan dan bantaran sungai.
12
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
III.2Cara analisis
Konsep:
Mayor Activity Center
Penelitian ini Masalah yang Melakukan perbaikan yang terdiri dari 3 blok masa
terdapat indikator terjadi adalah perpetakan lahan dengan (activity center: komersial,
office, dan residensial; social
tentang Penggunaan ketidakteraturan Metoda Transit-Oriented center: pusat pemerintahan
lahan (Direktorat Tata penggunaan lahan Development dan SNI dan residensial
Kota dan Tata Daerah 1979) No. 03-1733-2004 pemerintahan; dan
permukiman tentang Tata Cara
dengan variabel memanfaatkan
residensial: rumah susun)
Perencanaan Lingkungan sehingga lebih menghemat
perpetakan lahan area sempadan Perumahan di Perkotaan penggunaan lahan dan
residensial, ekonomi, sungai selebar 10- serta memperbaiki area 80% area sempadan sungai
budaya, lingkungan 15 meter menjadi sempadan sungai menjadi dapat dimanfaatkan sebagai
dan infrastruktur area permukiman ruang terbuka hijau dan taman dan area resapan,
area resapan Peraturan sisanya (20%) Permen
serta Indikator yang seharusnya Umum No. 05/PRT/M/2008,
Menteri Pekerjaan Umum
tentang Sempadan menjadi ruang No. 05/PRT/M/2008 RTH yaitu berupa perkerasan
dan bantaran sungai terbuka hijau dan tentang Ruang Terbuka dimanfaatkan sebagai ruang
(Sabaruddin, Arif, 2013 dan semi publik seperti: arena
area resapan Hijau olahraga, tempat bermain,
Laksito, Boedhi, 2014)
dan lahan parkir
Cara analisis memiliki dasar yang bersumber dari teori penggunaan lahan
dan Sempadan dan bantaran sungai. Hal tersebut menjadi indikator
permasalahan utama pada daerah permukiman di bantaran sungai Winongo
(sesuai dengan observasi di lapangan). Sehingga pada penulisan, permasalahan
yang ada akan diselesaikan dengan mengaplikasikan teori yang ada serta
menerapkan peraturan yang berlaku untuk selanjutnya dibuat sebuah konsep
perancangan kawasan permukiman di bantaran sungai Winongo.
13
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
14
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Perumahan yang
melanggar
sempadan sungai
Gambar 4.1 Ploting perumahan yang tidak sesuai dengan sempadan sungai
Menurut survey dan data yang ada dilapangan terdapat sekitar ±63
rumah tinggal yang tidak sesuai dengan peraturan sempadan sungai.
Perumahan tersebut akan direlokasikan demi mensterilkan sempadan
sungai. Agar fungsi perpetakan lahan tetap terjaga dan tidak menyalahi
peraturan daerah.
15
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
16
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Sebelum Sesudah
Redesain jalur
jalan lingkungan
dengan lebar 4m
17
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Sebelum Sesudah
Activity Center
Mixed-use residential
Perpetakan lahan BUDAYA
Mixed-use goverment
19
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
20
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Pohon berukuran
sedang-kecil
Perkerasan sebagai
tempat beraktivitas
seperti olahraga, Jalan untuk
bermain, berkumpul, Pedestrian
kendaraan
tempat parkir, dll
21
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
22
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
V. KESIMPULAN
V.1Kesimpulan
23
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
24
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
25
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Yogyakarta, 2015, Ngampilan dalam Angka 2015,
Yogyakarta: BPS-Statistik Yogyakarta
Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah, 1979, Pedoman Perencanaan Lingkungan
Permukiman Kota, Jakarta: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan
http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id/ (Data Hasil Konsolidasi dan
Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan
Pencatatan Sipil Kemendagri diolah bagian Kependudukan Biro Tata
Pemerintahan Setda DIY)
Laksito, Boedhi, 2014, Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur, Jakarta:
Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 63/PRT/1993, Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 05/PRT/M/2008, Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Sabaruddin, Arif, 2013, A-Z Persyaratan Teknis Bangunan, Jakarta: Griya Kreasi
(Penebar Swadaya Grup)
TOD Corridor Master Plan, 2009, Metoda Transit-Oriented Development, City of
Spark, Nevada
26
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI WINONGO, KELURAHAN
NGAMPILAN,YOGYAKARTA
SEBAGAI RESPON TERHADAP AREA RESAPAN AIR
27