Anda di halaman 1dari 9

1.

Kendala dan Solusi Pemprov Riau Maksimalkan Perawatan Jalan

Oleh MC PROV RIAU, Senin, 3 Januari 2022 | 06:05 WIB - Redaktur: Tobari - 450

Pekanbaru, InfoPublik - Hingga kini, masih banyak infrastruktur jalan di berbagai daerah di
Riau yang butuh perbaikan dan perawatan oleh pemerintah. Khususnya pada jalan-jalan yang
merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau.

Permasalahan kerusakan jalan ini, hampir merata di seluruh daerah di Riau yang selalu
menjadi keluhan bagi masyarakat Riau yang diharapkan menjadi perhatian lebih bagi
Pemerintah.

Penyebab kerusakan jalan-jalan ini juga tidak lepas dari lemahnya pengawasan terhadap
pengguna jalan. Seperti pada kendaraan bertonase besar dan truk over kapasitas atau odol
yang selama ini disinyalir penyebab kerusakan pada jalan. Sementara, tidak semua kendaran-
kendaraan tersebut juga tidak bayar pajak pada di Riau atau kendaraan dari luar provinsi
Riau.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar, menyampaikan, jika untuk
pengawasan kendaraan yang diduga penyebab kerusakan jalan ini. Namun, sebelumnya ia
sudah mengkoordinasikan dengan semua pihak.
Terutama pada Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Riau untuk terus melakukan
pengawasan dan melakukan tindakan pada kendaran-kendaraan yang menyalahi aturan.

"Ini dari awal sudah kita tegaskan, dan itu juga sudah banyak yang ditindak oleh dinas
perhubungan kita di berbagai daerah. Kita harap ini juga harus terus ditegaskan ke
depannya," kata Gubri Syamsuar pada kegiatan refleksi pembangunan Provinsi Riau tahun
2021, dan rencana kerja 2022 bersama Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution dan
Sekdaprov Riau, SF Hariyanto, Sabtu (1/1/2022) di Gedung Daerah Riau, Pekanbaru.

Sedangkan untuk perawatan, Syamsuar menyampaikan, setiap tahun anggaran perawatan


maupun pembangunan jalan ini masuk dalam APBD Riau. Hanya saja belum bisa terpenuhi
dengan maksimal sesuai kebutuhan yang menyebabkan lambatnya perawatan.

"Perawatan jalan ini memang keuangan kita belum mampu sepenuhnya. Namun, kita tetap
mengupayakan dengan maksimal dengan berbagai cara agar jalan tersebut tetap terawat dan
bisa terus digunakan masyarakat," ujarnya.

"Dan ini juga lah tujuannya UPT-UPT (Unit Pelayanan Teknis) kita di daerah. Di mana
mereka juga dikasih anggaran agar bisa mengatasi dan menanggapi permasalah kerusakan
jalan ini," tuturnya.

Sementara, Setdaprov Riau SF Hariyanto yang juga Plt Kadis PUPR Riau menegaskan, jika
kendala perawatan jalan ini belum maksimal kuncinya ada pada ketidak seimbangan
anggaran di APBD Riau. Maka itu, hingga kini masih lamban dan terkendala.

"Namun, kita terus mencarikan solusi agar perawatan tetap jalan dan perbaikan terus
dilakukan," ujarnya.

Mudah-mudah ditahun 2022 ini tambahnya, terkait permasalah ini bisa dijalankan dengan
baik lagi. Termasuk pembangunan jembatan yang sebelumnya mangrak yang akan kita
jalankan lagi agar dapat difungsikan masyarakat sesuai tujuan.

"Kita juga sudah koordinasikan semua ini termasuk dengan pusat mana proyek yang
mangkrak sebelumnya itu kita tuntaskan agar bisa digunakan masyarakat dan mebantu
perekonomian masyarakat kedepan," tegasnya.

Kalau untuk jalan nasional, tahun 2022 ini pusat telah menuntaskan pelelangan. Sehingga
perbatasan Riau dengan provinsi lain seperti Riau-Sumbar, Jambi dan lainnya tidak ada
masalah dan tidak ada lagi yang rusak dan berlobang. Dan itu juga sudah jalan sebelumnya.
"Saat ini tinggal kita di daerah yang juga akan melakukan hal yang sama, yang pada Januari
ini segera mulai lelang kegiatan," tuturnya.

Meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19, namun Pemerintah Provinsi Riau terus
melakukan pembangunan infrastruktur. Pasalnya pembangunan infrastruktur dapat
mendorong pertumbuhan perekonomian.

Di bidang infrastruktur dilakukan pembangunan jalan pada 14 ruas dengan panjang 25,07
Km. Pelebaran jalan pada dua ruas dengan panjang 3,42 Km, rekonstruksi jalan pada 19 ruas
dengan panjang 29,05 Km.

"Kemudian, pemeliharaan jalan sepanjang 1.058,22 Km dan rehabilitasi jalan sepanjang


10,06 Km, serta jembatan dibangun pada tiga ruas jalan sebanyak dua unit," ujar Gubernur
Riau, Syamsuar.

Selain itu, Pemprov Riau juga melakukan pembangunan seawal dan bangunan pengaman
pantai lainnya dilakukan di Tanjung Lapin, Kecamatan Rupat Utara sepanjang 64,75 meter.

Pembangunan jaringan irigasi rawa, sebanyak 10 Daerah Irigasi Rawa (DIR), sepanjang
27.084 meter. Pemeliharaan jaringan irigasi sepanjang 76.936 meter, Pembangunan baru
SPAM jaringan perpipaan. (Mediacenter Riau/az/toeb)
2. Menkominfo : Percepat Pembangunan Infrastruktur Digital Indonesia

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi didampingi Dirjen SDPPI Ismail
meninjau site BTS di Sekotong, NTB, Rabu (26/07/2023).

Sekotong (SDPPI) – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi
meninjau site BTS di daerah Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk
memastikan BTS yang telah dibangun dapat dioperasikan secara efektif dan dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

“Kunjungan kita ke sini dalam rangka memastikan bahwa BTS yang telah terbangun ini dapat
segera diaktifkan karna bandwidth untuk rakyat harus segera kita wujudkan agar
pembangunan digitalisasi di Indonesia bisa adil, rata, dan berkelanjutan” ujar Menkominfo
Budi Arie Setiadi saat Kunjungan Kerjanya di Nusa Tenggara Barat, Rabu (23/7/2023).

Pada kunjungan kerjanya ke wilayah Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
Menkominfo Budi Arie Setiadi didampingi oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat
Zulkifliemansyah, Direktur Jenderal SDPPI Ismail, Inspektur Jenderal sekaligus Plt. Direktur
Utama BAKTI Arief Tri Hardiyanto, serta pejabat dan staf terkait.

Kunjungan kerja Menkominfo ini berawal dari kunjungannya ke kantor BAKTI dan
Telkomsel untuk melihat Network Operation Center (NOC) pada Selasa, (25/7/2023).
Menkominfo ingin memastikan bahwa progres pembangunan yang telah dilakukan tidak
terkendala dan secepatnya dapat bisa digunakan.

“Pembangunan BTS BAKTI Kominfo harus segera diwujudkan sampai akhir tahun ini, maka
kemarin saya melihat NOC yang dimiliki BAKTI dan Telkomsel dan kita melihat di Lombok
ada satu BTS yang sudah terbangun tapi belum aktif dan tidak dapat digunakan oleh
masyarakat, karena itu kita akan cepat supaya BTS yang sudah terbangun ini cepat dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat” jelas Menkominfo.

Menkominfo Budi juga menegaskan bawah infrastruktur digital merupakan sarana yang
sangat vital untuk mendukung kemajuan suatu bangsa sekaligus bentuk dedikasi untuk
masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah. “Ini merupakan bagian dari infrastruktur digital
kita, supaya infrastruktur digital ini bisa terwujud agar pelayanan masyarakat bisa berjalan
sehingga bisa mendukung program-program ekonomi yang lain” ucapnya.

Sebagai informasi, sejauh ini sudah terkumpul data bahwa ada 534 BTS di seluruh Indonesia
yang sudah dibangun namun belum dapat diguanakan secara efektif, Menkominfo
memastikan bahwa ini dapat diselesaikan secepat mungkin.

“Ini secepatnya akan kita selesaikan dan kedepannya saya harap di Indonesia dapat bebas dari
blankspot khususnya di NTB ini” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkifliemansyah mengapresiasi
kedatangan Menkominfo dan Direktur Jenderal SDPPI untuk memastikan di wilayah Nusa
Tenggara Barat dapat terkoneksi dengan baik. “Terima kasih atas kunjungannya, semoga
kepedulian Pak Menteri dan Pak Dirjen bisa memberikan dampak positif untuk masyarakat
Nusa Tenggara Barat secara keseluruhan” ucapnya.

(Sumber/ Foto : Fandi R, Setditjen)

Sumber :https://www.infopublik.id/kategori/nusantara/594547/kendala-dan-solusi-
pemprov-riau-maksimalkan-perawatan-jalan

: https://www.postel.go.id/berita-menkominfo-percepat-pembangunan-
infrastruktur-digital-indonesia-27-6004
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN

EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN KAIMANA PAPUA BARAT

Kebijakan pengembangan infrastruktur di Papua didasarkan pada fakta bahwa Papua adalah
salah satu daerah yang paling terpencil dan terisolasi di Indonesia. Dengan kondisi geografis
yang sulit dijangkau, transportasi dan akses ke infrastruktur sangat terbatas. Kondisi ini
menyulitkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan untuk memperbaiki infrastruktur
di Papua. Di antaranya adalah program Pembangunan Infrastruktur Papua dan Papua Barat
(PIP-PB) yang dicanangkan pada tahun 2014. (Orocomna 2017)

Program ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, serta peningkatan
listrik dan air bersih. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan konektivitas antar
wilayah di Papua dengan membangun jaringan telekomunikasi, termasuk internet. Hal ini
penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di wilayah
tersebut.

Papua Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di pulau Papua, jika dilihat dari
permasalahan infrastruktur Papua Barat masih masuk dalam kategori ketersediaan
infrastruktur dan pemanfaatan sumber daya alam yang kurang. Oleh karena itu, Pemerintah
Papua Barat menargetkan cadangan gas yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan listrik
berbasis gas, mengingat Papua Barat memiliki sumber daya alam gas terbesar di Indonesia.
Dengan adanya pembangunan serta pengembangan infrastruktur yang semakin meningkat
diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di Papua Barat, sehingga tidak
terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial di kalangan masyarakat dan juga dapat
meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Provinsi Papua Barat.

Perkembangan ekonomi di Kabupaten Kaimana jika dilihat berdasarkan nilai PDRB Kaimana
pada tahun 2020 mengalami penurunan, yang disebabkan karena pemasukan barang baik dari
laut maupun udara terhambat sehingga kebutuhan masyarakat sulit terpenuhi dan harga
barang-barang utamanya yang tidak diproduksi sendiri oleh Kabupaten Kaimana menjadi
mahal. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 jauh lebih rendah bahkan negatif bila
dibandingkan dengan nilai pertumbuhan yang tercatat pada tahun 2019. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat penurunan produksi yang curam pada perekonomian Kabupaten Kaimana di
tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Meskipun laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Kaimana sudah mengalami perlambatan, namun laju pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2020
turun mencapai -2,31 persen. (Dewi et al. n.d.)

Infrastruktur di Kabupaten Kaimana sangatlah masih terbilang kurang, karena belum


meratanya pembangunan sarana dan prasarana serta jalan menuju beberapa distrik/kecamatan
dan kampung yang ada. Kampung Tanusan, Distrik Arguni Bawah,Kabupaten Kaimana,
Provinsi Papua Barat merupakan salah satu dari 15 kampung yang ada di Distrik Arguni
Bawah, yang sekaligus sebagai pusat/ibukota Distrik. Sebagai pusat distrik/kecamatan,
kampung ini dapat dikatakan amat terbatas hal ini disebabkan oleh kurangnya akan
pembangunan infrastruktur. Selain itu, akses menuju ke kampung ini hanya dapat
menggunakan jalur perairan laut dengan jarak tempuh 100 km dari Kaimana. (Dewi et al.
n.d.)

Keterbatasan infrastruktur menyebabkan perusahaan-perusahaan yang sudah ada tidak akan


terdorong melakukan ekspansi dari investor dan investor baru juga tidak tertarik melakukan
investasi yang selanjutnya akan mempegaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang mana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi ruas jalan yang buruk akan
menghambat lalu lintas perekonomian suatu daerah yang mana berimbas pada kelancaran
akses perekonomian suatu masyarakat, yang mengakibatkan mobilitas antara daerah dan
distrubusi barang menjadi sulit. (Siregar and Tanjung 2020).

Kebijakan pengembangan infrastruktur di Papua juga menghadapi beberapa tantangan,


seperti kondisi alam yang ekstrem, kurangnya sumber daya manusia yang terlatih, kesulitan
dalam pembebasan lahan, biaya yang tinggi, serta kendala keamanan yang masih sering
terjadi di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah perlu terus berupaya untuk mengatasi
tantangan ini agar Pembangunan infrastruktur di Papua dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil mencapai tujuannya (Sihaloho, Abbas, and Anggraeni 2022).

Beberapa kebijakan pengembangan infrastruktur di Papua yang sudah dilakukan antara lain
Program Trans Papua, program pembangunan infrastruktur jalan di Papua yang bertujuan
untuk menghubungkan seluruh wilayah Papua dengan jalan yang baik dan layak (Kambu et
al., 2022a). Program ini meliputi pembangunan jalan, jembatan, dan jalan alternatif untuk
menghubungkan daerah-daerah terpencil di Papua.

Kebijakan lain yaitu pembangunan bandara di Papua dilakukan sebagai upaya untuk
memperbaiki konektivitas udara Papua dengan wilayah lain di Indonesia. Beberapa bandara
yang sudah dibangun antara lain Bandara Internasional Sentani di Jayapura, Bandara Frans
Kaisiepo di Biak, dan Bandara Mopah di Merauke(Maheswara & Rachmawati, 2022).
Pembangunan bandara di Papua diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di wilayah ini
melalui peningkatan mobilitas barang dan manusia. Pembangunan pelabuhan di Papua juga
sangat penting untuk meningkatkan konektivitas Papua dengan wilayah lain di Indonesia.
Beberapa pelabuhan yang sudah dibangun antara lain Pelabuhan Jayapura, Pelabuhan Sorong,
dan Pelabuhan Merauke. Pembangunan pelabuhan diharapkan dapat mempermudah distribusi
barang dan meningkatkan ekspor impor di Papua (Misbahuddin et al. 2023).

Kebijakan pengembangan infrastruktur di Indonesia telah dilakukan dengan beberapa


program dan proyek, seperti pembangunan jalan tol, pembangunan bandara, Pembangunan
pelabuhan, dan lain-lain. Namun, masih terdapat beberapa gap atau kesenjangan dalam
implementasi kebijakan pengembangan infrastruktur, antara lain terbatasnya sumber daya
manusia yang berkualitas di bidang teknik sipil dan manajemen proyek, sehingga
menghambat pelaksanaan proyek infrastruktur. Kurangnya koordinasi antar lembaga
pemerintah, sehingga terjadi tumpang tindih dalam pembangunan infrastruktur dan tidak
maksimalnya penggunaan anggaran. Masih rendahnya kualitas infrastruktur yang dibangun,
seperti rendahnya kualitas jalan tol yang masih sering terjadi kecelakaan, belum optimalnya
pemanfaatan fasilitas bandara, dan lain-lain. (Tjilen, Ohoiwutun, and Tambaip 2023)

Pembangunan infrastruktur yang baik dan terintegrasi dengan baik dapat memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti meningkatkan konektivitas antar
wilayah, sehingga mempercepat pergerakan barang dan jasa serta mengurangi biaya logistik.
Meningkatkan produktivitas ekonomi, dengan adanya infrastruktur yang memadai dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi. Meningkatkan daya saing daerah atau
negara, dengan adanya infrastruktur yang memadai maka daerah atau negara tersebut menjadi
lebih menarik bagi investor.

Dewi, Gracia, Datu Menga, Mohammad Reza, and Ardiyanto Maksimilianus Gai.
“Penggembangan Infrastruktur Dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di
Kabupaten Kaimana Papua Barat (Infrastructure Development in Supporting Regional
Economic Growth in Kaimana Regency West Papua).” : 1–8.

Misbahuddin, Misbahuddin, Nashriah Akil, Umar Syarifuddin, and Saharuddin Saharuddin.


2023. “Analisis Model Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (Kek) Sorong
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat.” YUME : Journal of
Management 6(1): 345.

Orocomna, Efradus. 2017. “IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR.”


2(02): 209–23.

Sihaloho, Rezya Agnesica Helena, Rusdi J Abbas, and Silvia Dian Anggraeni. 2022.
“Strategi Manuver Geoekonomi Indonesia Dalam Merespons Dukungan Negara-Negara
Pasifik Selatan Atas Isu Kemerdekaan Papua.” Jurnal Kajian Wilayah 12(1): 1.

Siregar, Dwi Rayana, and Ahmad Albar Tanjung. 2020. “Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Langkat 2010-2019.” Jurnal Ekonomi Bisnis 19(2): 173–80.

Tjilen, Alexander Phuk, Yosephina Ohoiwutun, and Beatus Tambaip. 2023. “KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI MERAUKE.” 6.

Anda mungkin juga menyukai