Anda di halaman 1dari 67

STUDY

COLLABORATION
ACTION
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)

STUDY COLLABORATION ACTION 1


STUDY
COLLABORATION
ACTION
Koordinator Studi : Mokhamad Fakhrur Rifqie
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
Pejabat Pembuat Komitment IBM - PMU KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
Penulis : Agus Sudirman PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
program financing institutional Collaboration specialist - NMC
Eka Chandra NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)
qualitative - evaluation specialist - Advisory
Surveyor : Eka Chandra
qualitative evaluation specialist - Advisory
M. Syaifudin
sub prof for legal & conflict resolution - NMC
Syaiful Amin
sub prof for community planning - NMC
Akhmad Nashiruddin N.
sub prof for institutional city level & Collaboration - NMC
M. Saiful Arif
WEB master specialist - NMC
Agus Sudirman
program financing institutional Collaboration specialist - NMC
Aris Tiyanto
sub prof institutional on community level - NMC
M.Jihad Dienullah
sub prof for socialization - NMC
Ayi Sugandhi
program institutional financing & manual specialist – Advisory

Tata Letak & Cover : Bambang Irawan


sub prof graphic & designer
Editor : M.I. Stephen vincent
sub prof for media management & ICT

Diterbitkan oleh:
Pejabat Pembuat Komitmen Infrastruktur Berbasis Masyarakat KOTAKU Wilayah 1

2 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 3


KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Kementrian PUPR sejak tahun 1999 telah mengembangkan Program yang KATA PENGANTAR | iv
bertujuan menempatkan dan menguatkan masyarakat sebagai pelaku DAFTAR ISI | v
pembangunan melalui pengembangan kelembagaan dan tata kelola
pembangunan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel. Pada 2007 program
RINGKASAN EKSEKUTIF
terus berlanjut sampai 2014 sebagai program nasional untuk penanggulangan
kemiskinan di bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PENDAHULUAN | 8
(PNPM) Mandiri Perkotaan. Sejak 2015, hasil dan pengalaman program Hasil Kajian | 8
sebelumnya, digunakan Kementerian PUPR untuk merancang program Faktor-faktor Pendukung Kolaborasi | 16
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan pencegahan timbulnya kumuh Tantangan Kolaborasi Penanganan Kumuh | 18
baru di bawah Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Proses Pelaksanaan
Program KOTAKU ini dinakhodai Pemerintah Daerah menggunakan platform KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH
kolaborasi dengan melibatkan berbagai stakeholder diantaranya; unsur I. PENDAHULUAN | 22
perguruan tinggi, LSM, pihak swasta dan elemen masyarakat. II. METODOLOGI | 28
II.1. Konsepsi Kolaborasi | 28
Di pertengahan pelaksanaan program Kotaku, Project Management Unit (PMU)
II.2. Lokasi & Proses Kajian | 33
menilai penting adanya sebuah studi untuk mendapatkan gambaran kenyataan
III. HASIL KAJIAN | 37
penyelenggaraan kolaborasi di berbagai level yang akan menjadi potret kondisi
kekinian, sekaligus basis proyeksi bagi perbaikan penyelenggaraan kolaborasi III.1. Pengurangan Luasan Kumuh di Lokasi Studi | 37
penanganan kumuh ke depan. Fakta peningkatan pembiayaan dari berbagai III.2. Dana, Kegiatan, dan Penerima Manfaat Kolaborasi | 41
sumber yang diikuti pencapaian target pengurangan luasan kumuh di tahun III.3. Penyelenggaraan Kolaborasi | 48
2016 hingga 2018, adalah bukti bahwa praktik tata kelola kolaborasi dalam III.4. Kinerja Kelembagaan | 61
penanganan kumuh sudah terjadi, meskipun masih perlu dioptimalkan di masa III.5. Pendampingan Perencanaan Penataan Permukiman Kumuh | 67
depan. Hasil studi ini merupakan tambahan informasi bagi pelaku program dan IV. PEMBAHASAN | 74
pemangku kepentingan lainnya tentang peta persoalan kolaborasi penanganan IV.1. Kontribusi Kolaborasi Terhadap Pengurangan Luasan Kumuh | 74
kumuh untuk bahan diskusi merumuskan langkah-langkah optimalisasi. IV.2. Tata Kelola Kolaborasi Penanganan Permukiman Kumuh | 84
IV.3. Faktor Pendukung Dan Tantangan Kolaborasi | 88
Akhirnya kami menyadari ketidaksempurnaan dan kekurangan studi ini,
V. PEMBELAJARAN & SARAN | 92
sehingga saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
V.1. Pembelajaran | 92
penyempurnaan studi selanjutnya. Apresiasi kami sampaikan juga kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta energi dalam V.2. Saran | 94
pelaksanaan. Semoga usaha yang sudah dicurahkan bermanfaat bagi penataan
permukiman, khususnya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman LAMPIRAN | 98
kumuh ke depan. DOKUMENTASI STUDI KOLABORASI PENANGANAN KUMUH | 114
Akhir kata kami ucapkan, terima kasih.

Jakarta, Desember 2019


Pejabat Pembuat Komitmen
Infrastruktur Berbasis Masyarakat

Mokhamad Fakhrur Rifqie

4
iv STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION v5
RINGKASAN
EKSEKUTIF
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)

6 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 7


PENDAHULUAN
nilai tengahnya sama dengan estimasi proporsi kolaborasi nasional
sebesar 82 %. Ada beberapa kota lokasi studi yang sudah mencapai
dan melampaui empat kali nilai BPM sesuai target program. Tapi ada
PMU berinisiatif mempelajari pengalaman dan praktik kolaborasi dan juga kota yang masih belum mencapai target. Lebih jelasnya seperti
kelembagaan di 17 kota/kabupaten lokasi proyek NSUP. Tujuannya tergambar pada grafik di bawah ini.
adalah memahami pola dan faktor penentu untuk dasar peningkatan Grafik Nilai BPM, Nilai Pendanaan Kolaborasi, dan Nilai 4 x di 17 Kota/
pelaksanaan proyek ke depan. Inisiatif ini didasari hasil tinjauan Bank Kabupaten 2016-2018
Dunia dan PMU bahwa target kolaborasi pemerintah, khususnya
pemerintah daerah di periode tengah proyek tercapai secara signifikan.
Upaya memahami tata kelola kolaborasi kajian ini adalah dengan
mengadopsi kerangka analisis yang disarankan Chris Ansell & Alison
Gash (2007). Fokus kajian terfokus pada tiga aspek:

1. Kontribusi kolaborasi terhadap pengurangan luasan kumuh

2. Proses penyelenggaraan kolaborasi, dan

3. Faktor-faktor pendukung dan tantangan yang dihadapi dalam


berkolaborasi. Informasi dikumpulkan dari sumber primer dan
sekunder, diolah, dan dianalisis melalui pendekatan kualitatif dan Meskipun pendanaan telah cukup besar untuk membiayai kegiatan
kuantitatif. pengurangan kumuh di suatu lokasi, namun untuk sampai
menuntaskan kumuh tergantung pada nilai kekumuhan awal di lokasi
Lokasi dipilih menurut sebaran kewilayahan. Wilayah barat; Jawa tersebut yang harus dikurangi.
Timur dan Jawa Tengah; wilayah tengah; Maluku Utara dan Sulawesi
Utara, dan timur; Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Di Di dalam studi ini ditemukan bahwa tidak semua lokasi kumuh yang
provinsi dipilih dua kota (kecuali Papua Barat), satu kota mewakili dana sudah diintervensi kegiatan dengan dana yang cukup besar bisa
kolaborasi besar, lainnya rendah. Lima kota dipilih khusus. Narasumber langsung mengurangi luasan kumuhnya. Hal ini tergantung pada
dipilih yang berpengalaman dalam kolaborasi; pemerintah daerah nilai kekumuhan awal yang memang harus dikurangi hingga nilai di
(Pokja PKP), lurah, BKM, KSM, OSP, Tim Korkot, dan Fasilitator. bawah 19 (kumuh berat 71-95, kumuh sedang 45-70, kumuh ringan 19-
44) seperti pada Grafik 2. Contoh kelurahan yang sudah diintervensi
HASIL KAJIAN kegiatan namun luasan kumuhnya tidak berkurang sama sekali adalah
Lebih dari separuh lokasi studi sudah mencapai target 4 kali BPM, Kelurahan Molas, Soa-Sia, Darma, Tidar Utara, dan Klamana. Kelurahan
namun pencapaian terhadap target kolobarasi 4 kali BPM tidak serta yang sudah ada pencapaian pengurangan kumuhnya adalah Kelurahan
merta mencerminkan tinggi rendahnya komitmen pemerintah daerah Kutowinangun Lor (83 %), Sooko (19 %), Balowerti (93 %), Alak (52 %),
terhadap pengurangan kumuh. Baru Tengah (35 %), Bitung Barat 1 (75 %), dan Kelurahan Rum (54 %).
Kelurahan yang sudah berhasil mengurangi luasan kumuhnya hingga
Di 17 lokasi studi, semua kota/kabupaten sudah ada pembiayaan 100 % adalah Kelurahan Taubneno, Mesjid, Pangali-ali, dan Kelurahan
kolaborasi infrastruktur pada lokasi kumuh yang bervariasi antara 62- Kampung Baru.
85 % dari total pembiayaan (BPM dan kolaborasi). Kisaran perhitungan

8 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 9


Grafik Luas Kumuh Awal, Luas Kumuh Akhir, Pengurangan Luasan Grafik Proporsi Pengurangan luasan kumuh di 3 kelurahan
Kumuh di Kelurahan/Desa 2016-2018 tahun 2016 -2018

Kolaborasi berkontribusi signifikan terhadap pengurangan luasan Grafik Proporsi Pengurangan Luasan Kumuh di 2 Kabupaten
kumuh. Proporsinya lebih besar 4 kali terhadap BPM, baik dari Periode 2016-2018
kontribusi pendanaan, jenis dan volume kegiatan infrastruktur,
maupun jumlah penerima manfaat.

Hingga saat ini perhitungan kebutuhan pendanaan untuk menyelesaikan


satu hektare luasan kumuh masih belum ada standarnya.

Kelurahan lokasi studi yang sudah tidak kumuh ada berada di


Kelurahan Taubneno, Mesjid, dan Kelurahan Pangali-ali. Jumlah
pengurangan kumuh dari ketiga kelurahan tersebut mencapai seluas
23,55 ha dengan total pendanaan sebesar Rp 37 miliar atau rata-rata
per hektare sebesar Rp 1,750 miliar. Sedangkan pada lokasi studi
tingkat kota ada dua kabupaten yang kumuhnya sudah dianggap tuntas Tata kelola kolaborasi dalam penanganan kumuh telah terbentuk dan
yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Majene. Jumlah berjalan di semua lokasi studi.
pengurangan luasan kumuh pada dua kabupaten tersebut seluas 30,2
ha dengan total pendanaan sebesar Rp 46,8 miliar atau rata-rata dana Proses penyelenggaraan kolaborasi dalam tahap perencanaan di level
yang digunakan per hektare adalah sebesar Rp 1,25 miliar. kota diinisiasi oleh Pokja PKP dan di level masyarakat diinisiasi oleh
BKM. Di tingkat masyarakat BKM membentuk gugus tugas khusus
Berdasarkan perhitungan di atas pendanaan kolaborasi signifikan bidang perencanaan dengan nama Tim Inti Perencanaan Partisipatif
berkontribusi terhadap pengurangan luasan kumuh bila dibandingkan (TIFF). Pokja PKP pada hakekatnya adalah lembaga koordinasi
dengan pendanaan yang berasal dari program atau BPM. Seperti yang resmi dibentuk kepala daerah. Dalam praktiknya Pokja PKP
terlihat dalam grafik di bawah, dari 100 % pencapaian pengurangan melaksanakan tugas dan perannya sebagai organisasi pengarah dalam
luasan kumuh baik tingkat kota maupun tingkat kelurahan, kolaborasi penanganan kumuh.
berkontribusi sekitar 83-84 %, sedangkan BPM hanya sekitar 16-17 %.

10 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 11


Pokja PKP melibatkan berbagai unsur baik dari pemerintah maupun “Sudah ada RP2KPKP sejak 2018, namun belum disahkan.
non-pemerintah, termasuk BKM, dalam satu forum untuk merumuskan Meski begitu kegiatan perencanaan mulai dari RPLP-RP2KPKP
berbagai kebijakan terkait penanganan kumuh di daerah. Termasuk sudah diakomodir dan dituangkan dalam dokumen dokumen
soal pendanaan dan bentuk kegiatan. Gambaran mengenai bagaimana RKPD 2018 dan 2019. Tahun ini ada review (survey) Baseline
kebijakan pendanaan dan kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan oleh lagi melibatkan warga dan tim Program Kotaku yang hasilnya
Pokja PKP dan BKM melalui: akan dilokakaryakan di tiap kelurahan dan digunakan sebagai
bahan penyusunan rencana ke depan”. (anggota Pokja PKP dari
1. Integrasi
Bapelitbangda Bidang Ekbang Kota Salatiga);
2. Inovasi Keterpaduan
“Dari hasil memorandum RP2KPKP pada 2017-2018, beberapa
3. Kemitraan. OPD sudah melaksanakan kegiatan yang terkait dengan
penanganan kumuh sesuai sektornya. Untuk 2019, ada beberapa
Pendanaan dan kegiatan kolaborasi yang kebijakannya dirumuskan oleh kegiatan di dalam RPLP dan RP2KPKP yang sedang dilaksanakan
Pokja PKP dan BKM telah berkontribusi besar terhadap pengurangan di beberapa lokasi. Beberapa sumber pendanaan di antaranya
luasan kumuh di lokasi studi. Hal ini dikarenakan kebijakan yang adalah dari APBD II, dana kelurahan, dan dari APBN melalui
dirumuskan mengacu pada dokumen RPLP dan RP2KPKP sebagai satker provinsi, seperti yang sedang dikerjakan di Kelurahan
suatu bentuk konsensus. Makassar Timur calon lokasi Skala Kawasan”. (Anggota Pokja
PKP Kota Ternate);
RPLP dan RP2KPKP dijadikan rujukan kebijakan, karena:
“Kami sangat terbantu dengan adanya RPLP. Karena di dalamnya
1. Disusun melalui mekanisme partisipatif,
sudah memuat kegiatan yang cukup rinci, apalagi selama ini kami
2. Daftar kegiatannya sesuai kebutuhan masyarakat, belum memiliki anggaran dan SDM untuk menyusun dokumen
seperti itu”. (anggota Pokja PKP Dinas Perkim Kabupaten TTS);
3. Data dan informasi rinci dan valid,
“Kami ikut membangun kegiatan talud sungai di Oesapa untuk
4. Berisi informasi detail by name by address yang telah dikonfirmasi menata kawasan yang direncanakan RP2KPKP. Kami ikut terlibat
kesesuaiannya dengan data sekunder kelurahan. dalam penataan dan pembangunan talud tersebut karena sesuai
5. Dokumen tersebut sudah dalam bentuk perencanaan ruang, yang dengan tupoksi kami dan ini pun arahan dari hasil diskusi dengan
terkonsolidasi dengan perencanaan kota (RTRW, RDTR, RP2KPKP, Pokja PKP”. (anggota Pokja PKP BPBD Kupang).
dan perencanaan sektor lainnya) sesuai dengan kebutuhan Keberadaan Pokja PKP selain sebagai forum khusus untuk
pemerintah. mengarahkan dan merumuskan keputusan di bidang penanganan
Bentuk perencanaan tersebut mengisi kekosongan data dan informasi kumuh di level kota, terdapat forum perencanaan tingkat kota
yang selama ini dibutuhkan OPD guna merealisasikan anggarannya. lainnya sebagai bagian dari sistem perencanaan daerah, yaitu forum
musyawarah perencanaan pembangunan daerah (musrenbang kota/
RP2KPKP dan RPLP sudah menjadi rujukan dalam pelaksanaan kabupaten). Arahan dan rumusan yang telah dihasilkan Pokja PKP
pembangunan tingkat kelurahan dan kota, seperti yang terungkap dari dibawa ke forum musrenbang untuk menjadi kebijakan perencanaan
beberapa hasil diskusi di lapangan sebagai berikut: dan penganggaran daerah.

12 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 13


Seperti telah digambarkan sebelumnya di bagian III.3., proses
penyelenggaraan kolaborasi dengan mengintegrasikan rencana
investasi kegiatan penanganan kumuh ke dalam perencanaan reguler
sudah terjadi hampir di semua lokasi studi dan menjadi pola umum
seperti yang tergambar dalam skema di bawah ini. Di dalam skema
di bawah tergambar adanya seluruh kriteria tata kelola kolaborasi.
Lebih dari itu skema proses integrasi perencanaan ini memperlihatkan
adanya keterpaduan vertikal maupun horizontal.

Gambar Proses Integrasi RPLP dan RP2KPKP ke Perencanaan


Pemerintah Daerah

Rancangan
Awal Renja -KL
Provinsi

Rancangan
Renja-SKPD Forum SKPD
Provinsi Provinsi
Perda/
Perbud
Rancangan
Kabupaten / Kota

Konsolidasi RPJM Usulan Perubahan Paska


Profil 100 0 Pra Musrenbang RKP Kab/
Daerah Perubahan RPJMD RKPD Kab/ Musrenbang
100 Kota/Kab dan Analisa Kota
Kab/ Kota Musrenbang Kota Kab/ Kota
data RPJMD Kab/ Kota
Proses
Renstra Rancangan Renja -SKPD Penyusunan
Penyusunan Forum SKPD Renja SKPD
SKPD Kab/ Renja-SKPD Kab/ Kota APBD Kab/
Dokumen Kab/ Kota Kab/ Kota
Kota Kab/ Kota Kota
RP2KPKP
Kecamatan

Rancangan
Renstra Musrenbang Renja
Renja-
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Kecamatan
Renstra
Kelurahan
Penyusunan
Profil 100 0
100
Kelurahan / Desa

Profil 100 0 Perencanaan Rancangan Rancangan RKP Desa / Pelaksanaan


100 Desa/ RPJM Desa Musrenbang
Partisipatif Awal RPJM RKP Desa Kelurahan Kegiatan
kelurahan Desa
(RPLP) Desa Pembangunan

Rencana
Investasi
Sumber: Diolah dari Data Kunjungan Studi Kolaborasi 2019 Swasta

14 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 15


Dari gambaran skema proses di atas, terlihat bahwa dokumen RPLP 1. Kegiatan pendampingan dan penguatan kapasitas terhadap
dan RP2KPKP mempengaruhi dokumen perencanaan di atasnya, pemerintah daerah dan masyarakat dalam perencanaan penataan
seperti: RPJMDes, Restra OPD, RKPD, dan RPJMD. Seperti yang terjadi permukiman kumuh,
di 15 kota/kabupaten dari 17 lokasi studi yang telah memasukkan isu
2. Kinerja kelembagaan yaitu Pokja PKP yang berfungsi dan
penanganan kumuh ke dalam RPJMD, kecuali Kabupaten Mojokerto
keberdayaan BKM, dan
dan Kabupaten TTS.
3. Dukungan teknis dan keaktifan pengendalian dari konsultan provinsi
Kelompok Pemanfaat Pemeliharaan telah dibentuk di seluruh
dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) terhadap pendamping di
kelurahan lokasi studi namun fungsinya belum optimal.
daerah.
KPP diharapkan dibentuk di setiap kelurahan sejalan dengan adanya
Ketiga faktor tersebut ada di semua lokasi studi sebagai bagian dari
kegiatan investasi yang dibiayai program. Harapannya adalah supaya
pelaksanaan rancangan Program Kotaku.
mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menjaga fungsi
dan keberlanjutan kualitas infrastruktur yang dibangun. Kajian ini menemukan kota yang menduduki peringkat paling tinggi
dari aspek kecepatan mengurangi luasan kumuh, pencapaian target
Semua kelurahan lokasi studi telah membentuk KPP di tingkat
kolaborasi empat kali BPM dan keberadaan semua tipe penyelenggaraan
kelurahan, kendati hingga sekarang KPP yang aktif baru ada di 12
kolaborasi yaitu Kota Samarinda dan Kota Kupang.
kelurahan. KPP yang aktif itu berada di lokasi pembangunan Ruang
Terbuka Hijau, tata kelola persampahan, air minum, dan MCK. Biaya Untuk menemukan faktor penentu pencapaian prestasi kedua kota
operasional KPP berupa honor dan operasional perawatan berasal dari tersebut diperlukan kajian dan analisa lebih lanjut. Kajian ini menduga
iuran warga pemanfaat. Gambaran aktivitas KPP tersaji pada ilustrasi sejumlah faktor menjadi penentu perbedaan pencapaian setiap kota
di bawah. dalam hal kecepatan pengurangan luasan kumuh, pencapaian target
kolaborasi empat kali BPM, dan keberadaan tipe penyelenggaraan
Tabel 10. Status Keaktifan KPP di 17 Kelurahan/Desa Lokasi Studi 2018
kolaborasi. Yakni:
Keberadaan KPP pada Kegiatan Kolaborasi ditingkat Kelurahan/Desa 1. Perbedaan kualitas kelembagaan:
JENIS INVESTASI KEGIATAN Kutawarin Baru Bitung Kampung
gin Lor Sooko Balowerti Taubneno Alak Tengah Mesjid Molas Barat 1 Pangali-ali Darma Baru
MCK √ √ √ √ √ √ √ √ a. Pemerintah daerah belum melibatkan pihak-pihak di luar
Persampahan √ √ √ √ √



√ pemerintah untuk menjadi anggota Pokja PKP/forum (contoh
Air Bersih
Sarana Ruang Terbuka Hijau √ √ √ Salatiga dan Manado)

Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku b. Pokja PKP masih diketuai oleh Dinas Perkim (contoh Kota
Magelang, Kota Ternate, dan Kabupaten TTS)

c. Pokja PKP yang kurang berfungsi karena tidak memiliki rencana


FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KOLABORASI kerja, tidak ada biaya operasional, pergantian personel dan
Dalam uraian sebelumnya terlihat bahwa tata kelola kolaborasi telah hanya diisi oleh staf, tidak adanya insentif dan disinsentif (contoh
berkontribusi terhadap pengurangan luasan kumuh. Terdapat tiga Kediri, Salatiga, Tidore, dan TTS)
faktor pendukung yang memungkinkan hal ini terjadi. Yaitu:

16 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 17


2. Perbedaan kualitas pendampingan: para pihak kolaborator kesulitan dalam hal monitoring dan
evaluasi untuk mengetahui progres pencapaian penangananan
a. Beberapa kota kegiatan level kota hanya dikendalikan oleh kumuh di daerahnya dapat diakses dengan mudah sebagai media
Askot Mandiri, formasi tim tidak lengkap atau tidak ada Askot pengawasan, pengendalian, dan perencanaan, kecuali Kota Manado
Kolaborasi dan Kelembagaan (contoh Kabupaten Mojokerto, dengan Big datanya.
Kota Kediri, Kabupaten Buleleng, Kabupaten TTS, dan Tidore)
2. Isu legalitas lahan permukiman, seperti yang terjadi dalam kasus
b. Beberapa kota pendamping belum maksimal memfasilitasi permukiman yang menempati lahan tidak sesuai peruntukan,
produk perencanaan RP2KPKP (contoh Kota Denpasar, perumahan, atau permukiman yang berada di lahan bukan miliknya.
Kabupaten Buleleng, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten TTS) Bila hal ini tidak dicarikan solusi, maka kegiatan penanganan
c. Intensitas pendampingan forum konsultasi level kota ditemukan kumuh hanya akan menjangkau lokasi yang legal. Akibatnya,
lebih rendah di kota-kota yang belum memiliki perencanaan pengurangan luasan kumuh tidak akan mencapai 0 %, seperti yang
Skala Kawasan (contoh Kabupaten Mojokerto, Salatiga, Tidore, terjadi di Kota Ternate.
dan Kabupaten Buleleng) 3. Belum ada kebijakan daerah untuk menerapkan strategi
3. Perbedaan konteks lokal: pencegahan. Akibatnya, para pihak yang ingin berkolaborasi
dalam pencegahan belum memiliki pijakan. Bila hal ini dibiarkan,
a. Dukungan pimpinan daerah (contoh camat dan lurah di Bitung, cenderung berpotensi menimbulkan kumuh baru dan lokasi yang
kepala Bappeda di Manado) sudah ditingkatkan kualitasnya berpotensi menjadi kumuh kembali.
b. Inisiatif dan inovasi lokal (contoh Kelurahan Mesjid di Samarinda, 4. Belum optimalnya peran camat dalam penanganan kumuh. Camat
Kelurahan Baru Tengah di Balikpapan, Kelurahan Kutowinangun yang diharapkan berperan sebagai koordinator dan pembina
Lor di Salatiga, dan Kelurahan Sooko di Kabupaten Mojokerto) dalam penanganan kumuh di wilayahnya belum terjadi, kecuali di
Kecamatan Mahesa Kota Bitung.
c. Kurang tersedia pihak-pihak di luar pemerintah yang berpotensi
menjadi mitra kerja sama dalam pengurangan kumuh (contoh 5. Belum ada review program, dokumen perencanaan, dan data
Kabupaten TTS dan Kota Tidore Kepulauan) baseline. Sudah hampir lima tahun, data Baseline dan RPLP/
RP2KPKP digunakan sebagai media perencanaan penanganan
1. Masih ada kecenderungan ego sektoral, dan
kumuh. Sudah banyak kegiatan yang direalisasikan namun hingga
2. Defisit anggaran, belum memiliki RDTR. saat ini belum ada kota/kabupaten yang melakukan review.
Jika review tidak dilakukan maka tidak akan diperoleh kondisi
kekumuhan terkini, kecuali Kota Salatiga dan Kota Manado yang
TANTANGAN KOLABORASI PENANGANAN KUMUH sudah melakukan review Baseline.

Kajian ini menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi kolaborasi.


Yaitu:

1. Kurangnya akses para pihak terhadap teknologi data atau informasi


tentang perumahan dan permukiman. Hal ini mengakibatkan

18 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 19


KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN
KUMUH
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)

20 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 21


I. PENDAHULUAN
Gambar 1. Program-Program Pengembangan Infrastruktur Berbasis
Masyarakat 1999-2018

Dalam dua dekade terakhir, pemerintah dan masyarakat Indonesia


telah memiliki pengalaman pembangunan perkotaan. Khususnya,
dalam menangani masalah kemiskinan dan permukiman berbasis
masyarakat. Pada 1999, pemerintah Indonesia meluncurkan program
penguatan kapasitas masyarakat pasca-Krisis Ekonomi. Program ini
bertujuan menempatkan dan menguatkan masyarakat sebagai pelaku
pembangunan melalui pengembangan kelembagaan dan tata kelola
pembangunan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel. Pada 2007
program terus berlanjut sampai 2014 sebagai program nasional untuk
penanggulangan kemiskinan di bawah payung Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.

Pengalaman dan hasil yang dicapai kedua program tersebut kemudian


dijadikan dasar prakarsa pemerintah, khususnya Kementerian Sumber: Satuan Pengelola Program Kotaku
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Pembangunan
Kawasan Permukiman (PKP) mengembangkan Program Peningkatan Gagasan inovatif yang membedakan Program Kotaku dari program-
Kualitas Kawasan Permukiman (P2KKP) untuk meningkatkan kualitas program sebelumnya adalah ide mengenai platform kolaborasi,
sarana, prasarana, dan utilitas kawasan permukiman pada 2015. pengembangan kelembagaan koordinasi di tingkat kota (Kelompok
Sejak 2016, hasil dan pengalaman P2KKP (dan program sebelumnya) Kerja PKP), dan gagasan menempatkan pemerintah daerah sebagai
digunakan Kementerian PUPR untuk merancang program peningkatan pemimpin di dalam penanganan kumuh daerah.
kualitas permukiman kumuh dan pencegahan timbulnya kumuh baru
Pada 2016, Program Kotaku didukung Bank Dunia, Asian Infrastructure
di bawah Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).
Investment Bank (AIIB), dan Islamic Development Bank (IsDB) di bawah
payung proyek National Slum Upgrading Project (NSUP), dan didukung
oleh Asian Development Bank di bawah proyek Neighborhood Upgrading
Shelter Project (NUSP). Ruang lingkup kajian ini hanya fokus pada
wilayah kerja Program Kotaku di bawah proyek NSUP yang didukung
Bank Dunia dan AIIB yaitu di 153 kota/kabupaten. Khususnya di kota-
kota yang dijadikan lokasi studi untuk dijadikan unit pengamatan.

Di dalam dokumen penilaian proyek NSUP Bank Dunia, dinyatakan


bahwa proyek dirancang untuk membentuk platform kolaborasi, yaitu
menekankan pada kemampuan pemerintah daerah merancang dan
melaksanakan sistem terpadu intervensi penanganan permukiman
kumuh. Melalui pembentukan pedoman konsolidasi program nasional
permukiman kumuh serta kerangka kerja pemantauan dan evaluasi

22 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 23


terpadu yang dirancang proyek, kolaborasi antarsektor diharapkan pendanaan mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama sumber
efektif memperkuat pencapaian program 100-0-100. Sebab hampir pendanaan kolaborasi dari APBD II.
sebagian besar proyek yang mendukung program tersebut berada di
Menurut catatan realisasi pembiayaan, nilai pembiayaan kolaborasi telah
bawah Kementerian PUPR.
melampaui angka estimasi awal penilaian proyek. Yaitu, total realisasi
Di tingkat nasional maupun daerah, proyek membentuk Pokja PKP untuk pembiayaan proyek pada periode 2017-2018 untuk semua komponen
memastikan kolaborasi berjalan efektif, dan memastikan dukungan adalah sebesar US$ 513.000.000 (100 %), total pembiayaan tersebut
pemda pada pengelolaan infrastuktur tersier bersama masyarakat berasal dari komponen pinjaman Bank Dunia sebesar US$ 46.000.000
(badan keswadayaan masyarakat, BKM). Pokja PKP dibentuk untuk (9 %), pinjaman AIIB sebesar US$ 46.000.000 (9 %), pembiayaan dari
memastikan pula adanya komunikasi regular dan pengambilan APBN sebesar US$ 105.000.000 (20 %), dan pembiayaan dari APBD I-II
keputusan di antara para pemangku kepentingan di daerah. dan sumber lainnya sebesar US$ 316.000.000 (62 %).

Rancangan proyek untuk membentuk dan melaksanakan platform Khusus untuk pembiayaan dukungan infrastruktur dan investasi
kolaborasi yang termuat di dalam dokumen penilaian proyek (Project lainnya (Komponen 3) 2017-2018 (di seluruh lokasi dampingan baik
Appraisal Document) adalah sebagai berikut; pemerintah daerah akan kelurahan pencegahan maupun kelurahan kumuh) total realisasi
memimpin perencanaan dan implementasi pada Skala Kota, yang akan pembiayaan sebesar US$ 473.000.000 (100 %). Terdiri dari pembiayaan
didukung melalui perencanaan terintegrasi dan peningkatan kapasitas yang bersumber dari Bank Dunia sebesar US$ 30.000.000 (6 %), dari
pemerintah daerah (Komponen 2 dan 3). Selain itu, koordinasi yang AIIB sebesar US$ 30.000.000 (6 %), pembiayaan dari APBN sebesar
efektif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat US$ 100.000.000 (22 %), dan pembiayaan dari APBD I-II dan lainnya
sangat penting untuk memastikan kelancaran pelaksanaan dan sebesar US$ 313.000.000 (66 %).
pertanggungjawaban yang didukung pembentukan Unit Pengelolaan
Menurut laporan misi Midterm Review (MTR) Bank Dunia, pencapaian
Kolaborasi Pusat (CCMU) untuk mengembangkan kebijakan dan
pendanaan kolaborasi dimungkinkan melalui dua cara. Yaitu:
kelembagaan, serta bantuan teknis dan dukungan pelaksanaan
(Komponen 1 dan 4). Dalam Komponen 2, persiapan dan kesepakatan a. Pertama, pengaturan dari atas, CCMU telah menciptakan berbagai
RP2KPKP (SIAP) akan lebih lanjut memfasilitasi koordinasi antarsektor mekanisme untuk memastikan bahwa anggaran khusus yang
dan lintas sektor. Pengembangan RPLP (CSP) akan memastikan dikelola oleh kementerian dialokasikan ke daerah kumuh, sebagai
partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Proses konsultatif contoh Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk perumahan, air, dan
dibentuk untuk memastikan bahwa RP2KPKP (SIAP) dan RPLP (CSP) sanitasi.
terintegrasi.
b. Kedua, pengemasan dari bawah, PMU melalui tim konsultan
Salah satu parameter kolaborasi dan komitmen pemerintah daerah nasional dan lokal telah bekerja dengan pemerintah daerah untuk
terhadap penanganan kumuh adalah pencapaian rasio target nilai meningkatkan pendanaan kolaboratif dengan menggunakan
pembiayaan kolaborasi terhadap nilai pembiayaan dari donor. Estimasi RP2KPKP dan RPLP sebagai instrumen utama. Dana dan kegiatan
awal berkisar antara 3 sampai 4 kali lebih tinggi. Hasil tinjauan tengah kolaborasi tersebut dicatat dan disimpan dalam sistem informasi
proyek yang dilakukan Bank Dunia dan PMU terhadap data realisasi manajemen proyek.
pembiayaan proyek sampai Desember 2018 menemukan bahwa rasio
pendanaan kolaborasi pada pembiayaan proyek infrastruktur tingkat Pada Juli 2019, PMU berinisiatif melakukan kajian mengenai praktik
lingkungan telah mencapai angka yang ditargetkan. Secara nasional kolaborasi dan kelembagaan dalam peningkatan kualitas perumahan
di Wilayah 2, kecenderungan nilai kolaborasi dari berbagai sumber kumuh dan permukiman kumuh. Khususnya untuk menelusuri aliran

24 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 25


dana, kegiatan infrastruktur, penerima manfaat, penyelenggaraan e. Kinerja kelembagaan, terutama kinerja Pokja PKP,
kolaborasi, serta kelembagaan tingkat kota dan masyarakat.
f. Faktor-faktor pendukung peningkatan kinerja kelembagaan.
Kajian ini dimaksudkan untuk memahami kontribusi kolaborasi terhadap
Termasuk pula pembahasan mengenai:
pengurangan luasan kumuh, proses penyelenggaraan kolaborasi, dan
faktor-faktor pendukung serta tantangan yang dihadapi untuk dijadikan a. Kontribusi kolaborasi terhadap pengurangan kumuh,
bahan pembelajaran dalam upaya peningkatan pelaksanaan proyek ke
depan. Untuk mencapai maksud tersebut ada tiga pertanyaan yang b. Tata kelola kolaborasi penanganan permukiman kumuh, dan
ingin dijawab, yaitu:
c. Faktor-faktor pendukung dan tantangan kolaborasi.
i. Sejauhmana kolaborasi berkontribusi terhadap pengurangan
Laporan ini diakhiri oleh uraian mengenai pembelajaran dan saran.
luasan kumuh?

ii. Bagaimana penyelenggaraan kolaborasi terjadi di tingkat kota dan


masyarakat?

iii. Apa faktor-faktor yang mendukung kolaborasi dan apa


tantangannya?

Tiga pertanyaan tersebut dijawab dengan berfokus pada penelusuran


informasi dan data mengenai:

i. Pengurangan luasan kumuh di lokasi studi;

ii. Besaran dana dan sumbernya, infrastruktur terbangun, dan


kelompok penerima manfaat;

iii. Pengalaman aktor-aktor yang terlibat dalam proses


penyelenggaraan kolaborasi; serta

iv. Proses perencanaan dan kinerja kelembagaan (Pokja PKP dan BKM)
dan faktor-faktor pendukung peningkatan kinerja kelembagaan.

Laporan ini merupakan output kajian berisi gambaran mengenai:


a. Pengurangan luasan kumuh di lokasi studi,
b. Jenis dan besaran dana, infrastruktur terbangun, dan kelompok
penerima manfaat,
c. Penyelenggaraan kolaborasi,
d. Proses perencanaan penataan lingkungan permukiman berbasis
masyarakat,

26 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 27


II. METODOLOGI
2. Peserta dalam forum termasuk aktor non-pemerintah,

3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan tidak


hanya ‘’dikonsultasikan’’ oleh badan publik,
II.1. KONSEPSI KOLABORASI
4. Forum ini diatur secara formal dan bertemu secara kolektif,
Konsepsi kolaborasi dalam wacana akademik dan praktis merentang
dari konsepsi mengenai suatu model nilai, mentalitas, model hubungan, 5. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan melalui konsensus
sampai model tata kelola, khususnya tata kelola urusan publik. (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktiknya), dan
Sebagai suatu model nilai, kolaborasi dikaitkan dengan prinsip- 6. Fokus kolaborasi adalah pada kebijakan publik atau manajemen
prinsip inklusivitas, partisipasi, kesetaraan, persamaan, penerimaan publik.
atas perbedaan, dan empati. Sebagai suatu mentalitas, kolaborasi
dilihat sebagai pola pikir yang mengakui prinsip-prinsip tersebut Untuk memahami tata kelola kolaborasi kajian ini mengadopsi kerangka
dalam hubungan sosial. Sebagai suatu model hubungan, kolaborasi analisis yang disarankan oleh Chris Ansell & Alison Gash (2007) adalah
dilihat sebagai suatu pola atau derajat kedudukan antarpihak dalam sebagai berikut:
berinteraksi dan transaksi, yaitu merentang dari pola jaringan, kerja
Gambar 2. Kerangka Analisis Tata Kelola Kolaborasi
sama, kemitraan, dan terakhir kolaborasi. Sedangkan sebagai suatu
model tata kelola, khususnya tata kelola urusan publik, kolaborasi
dilihat sebagai suatu model pengaturan dan pengambilan keputusan
bersama. Kajian ini berpijak pada cara pandang yang terakhir, yaitu
sebagai suatu model tata kelola.

Pengertian umum kolaborasi sebagai model tata kelola dirumuskan


Ansell & Gash (2007), yaitu:

“Suatu tata kelola di mana satu atau lebih lembaga


publik secara langsung melibatkan pemangku
kepentingan non-pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan kolektif yang formal,
berorientasi pada konsensus, dan musyawarah dan
yang bertujuan untuk membuat atau menerapkan
kebijakan publik atau mengelola program atau aset Batasan pengertian di atas dijadikan pijakan karena dinilai lebih
publik.” (Chris Ansell & Alison Gash, 2007:544) operasional dibanding pengertian lainnya. Selain itu, dinilai mendekati
dengan rancangan konsepsi kolaborasi untuk penanganan permukiman
Chris Ansell & Alison Gash (2007: 544-5) menyarankan enam kriteria kumuh di Program Kotaku.
penting dari suatu tata kelola kolaboratif, yakni:
DEFINISI OPERASIONAL
1. Keberadaan forum yang diprakarsai oleh lembaga atau lembaga
publik, Pengertian operasional kolaborasi dalam kajian ini menggunakan
pintu masuk pada kriteria keenam tata kelola kolaboratif di atas. Yaitu,

28 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 29


berfokus pada kebijakan publik atau manajemen publik pada aspek lingkungan, drainase lingkungan, sarana air bersih, sanitasi,
penyelenggaraan dan pembiayaan. bangunan, pengelolaan persampahan, sarana proteksi bahaya
kebakaran, dan ruang terbuka hijau yang dibiayai oleh dana
Berdasarkan pertimbangan tersebut, ruang lingkup dan pengertian kolaborasi di delineasi permukiman kumuh.
kolaborasi yang digunakan jauh lebih sempit dan teknis dibanding
rumusan pengertian di atas. Yaitu, kolaborasi sebagai ‘pembiayaan iv. Dana kolaborasi adalah nilai pembiayaan yang dialokasikan di lokasi
dan proses penyelenggaraan infrastruktur dan kegiatan pendukungnya delineasi kumuh untuk membiayai kegiatan peningkatan kualitas
yang relevan dengan peningkatan kualitas permukiman kumuh infrastruktur. Seperti jalan lingkungan, drainase lingkungan,
(pengurangan luasan kumuh) yang melibatkan multi-pihak’. sarana air bersih, sanitasi, bangunan, pengelolaan persampahan,
sarana proteksi bahaya kebakaran, dan ruang terbuka hijau.
Berdasarkan ruang lingkup pengertian operasional di atas berikut Untuk membiayai kegiatan lainnya seperti biaya perencanaan
adalah batasan pengertian beberapa istilah yang digunakan, yaitu teknis, biaya operasional BKM, peningkatan kesehatan,
sebagai berikut: peningkatan kapasitas SDM masyarakat dan pendamping, serta
i. Permukiman kumuh. Permukiman kumuh adalah permukiman sosialisasi bersumber dari luar pendanaan NSUP antara periode
yang mengalami penurunan kualitas infrastruktur dasar (7 2016 sampai 2018.
Indikator + 1) yang ditandai oleh penetapan delineasi luasan v. Proses penyelenggaraan kolaborasi, yaitu tahapan dan mekanisme
permukiman kumuh dan tingkat keparahan oleh pemerintah kegiatan perencanaan dan pembiayaan pembangunan infrastruktur.
daerah. Peningkatan kualitas permukiman kumuh ditandai Aspek proses mengandung pengertian ‘cakupan kolaborasi’.
turunnya derajat kekumuhan yang diindikasikan oleh penurunan Kategorisasi ‘cakupan kolaborasi’ dalam konteks program telah
nilai kekumuhan dan pengurangan luasan kumuh sampai di bawah dirumuskan, yaitu meliputi:
19.1
1. Kolaborasi data, yaitu pemerintah kelurahan bersama
ii. Pengurangan luas kumuh. Pengurangan luasan kumuh adalah masyarakatmenetapkan data Baseline kumuh, dan wali kota/
pengurangan jumlah lokasi perumahan dan permukiman kumuh bupati mengulas dan menetapkan SK Kumuh berbasis Baseline
yang telah ditetapkan melalui surat keputusan bupati. Di dalamnya kelurahan;
tercantum indikasi luas permukiman ruang lingkup terkecil dalam
satuan delineasi ruang (dalam praktiknya merupakan satu kesatuan 2. Kolaborasi rencana, yaitu pemerintah kelurahan bersama
rukun tetangga [RT], dan atau kumpulan RT). Suatu lokasi delineasi masyarakat menetapkan rencana penataan permukiman
dapat dikatakan tidak kumuh (yang kemudian berimplikasi kepada kumuh Skala Lingkungan (RPLP) dan wali kota/bupati
pengurangan luas kumuh) apabila telah mencapai suatu nilai mengulas dan menetapkan rencana kota (RP2KPKP) berbasis
kekumuhan yang dipersyaratkan Peraturan Menteri PUPR Nomor rencana kelurahan (RPLP);
14 Tahun 2018 dan Permen PUPR No. 2/2016. Gambaran mengenai
3. Kolaborasi rancangan, yaitu pemerintah kota/kabupaten
pengurangan luasan kumuh dalam kajian ini didasarkan pada data
memfasilitasi pemerintah kelurahan dan masyarakat
sekunder yang telah dihitung mengikuti kaidah-kaidah tersebut.
menetapkan rancangan teknis (DED) dan rencana biaya (RAB)
iii. Infrastruktur kolaborasi dan kegiatan pendukung adalah kegiatan infrastruktur Skala Lingkungan; wali kota/bupati
infrastruktur dasar di permukiman kumuh. Terdiri dari jalan menyusun rancangan teknis (DED) dan rencana biaya (RAB)
kegiatan infrastruktur Skala Kawasan atau Skala Kota,
Permen PUPR No.14/2018
1

30 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 31


4. Kolaborasi pembiayaan, yaitu pemerintah kota/kabupaten c. Mandiri, dan
memfasilitasi stakeholder kota dan kelurahan serta
mengalokasikan dana serta program di Skala Lingkungan d. Menuju madani yang dinilai berdasarkan sejumlah
prioritas; wali kota/bupati mengalokasikan APBD untuk indikator.
kegiatan infrastruktur Skala Kawasan atau Skala Kota; vii. Pemberdayaan, yaitu ‘hasil’ pendampingan terhadap pemerintah
5. Kolaborasi kelembagaan, yaitu pemerintah kota/kabupaten daerah dan masyarakat dalam merumuskan kebutuhan
memfasilitasi BKM dan sinergi pemerintah kelurahan dengan infrastruktur permukiman dalam bentuk dokumen Rencana
BKM; wali kota/bupati memfasilitasi Pokja PKP dan pemangku Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dan dokumen Rencana
kepentingan kota setempat; Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) di tingkat kota/kabupaten.
6. Kolaborasi keberlanjutan, yaitu pemerintah kota/kabupaten
memfasilitasi pemerintah kelurahan dengan BKM untuk Keseluruhan pengertian konsepsi di atas digunakan untuk ‘menangkap’
pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur Skala realitas konsepsi operasional kolaborasi Program Kotaku. Rumusannya:
Lingkungan; wali kota/bupati memfasilitasi organisasi “Kumuh adalah persoalan bersama dan harus ditangani bersama-
perangkat daerah (OPD) terkait untuk pemanfaatan dan sama dengan pemda sebagai nakhodanya (sosialisasi), membangun
pemeliharaan infrastruktur Skala Kawasan atau Skala Kota. kesepahaman arti kumuh, strategi penanganan dan pencegahan,
membangun komitmen siapa berperan apa di mana (perencanaan),
Dua faktor yang diduga penentu proses kolaborasi dari kerangka lalu membangun kemitraan dengan berbagai pihak yang potensial. Di
analisis Chris Ansell & Alison Gash (Gambar 1) juga ditelusuri dengan antaranya adalah pemerintah kota/kabupaten, masyarakat, pemerintah
batasan pengertian sebagai berikut: pusat, swasta, atau lembaga swadaya masyarakat (LSM), guna
merealisasikan berbagai kegiatan penanganan kumuh yang sudah
vi. Kinerja kelembagaan, yaitu keberfungsian kelembagaan
direncanakan. Jadi kolaborasi penanganan kumuh adalah kegiatan
pemerintah daerah (Pokja PKP) yang indikator-indikatornya terdiri
bersama dalam penanganan kumuh yang terencana”.
dari lima aspek, yaitu:
Mengacu pada pengertian-pengertian di atas, kolaborasi sebagai
a. Memiliki rencana kerja;
tata kelola dapat ditelusuri dan dipahami melalui cerita pengalaman
b. Memiliki sekretariat; para pelaku (proses), pengamatan terhadap lingkungan (bangunan),
catatan-catatan mengenai pembiayaan/pendanaan, dan data sekunder
c. Memiliki biaya operasional pelaksanaan (BOP); lainnya.
d. Ada kegiatan rapat rutin, dan II.2. LOKASI DAN PROSES KAJIAN
e. Ada kegiatan monitoring. Kajian dilaksanakan di 17 kota/kabupaten dan 17 kelurahan/desa di
Sementara kinerja kelembagaan masyarakat (BKM) sembilan provinsi lokasi NSUP/Program Kotaku. Lokasi kajian tingkat
Program Kotaku memiliki empat kategori, yakni: provinsi dipilih menurut sebaran kewilayahan: Wilayah Barat; Jawa
Timur dan Jawa Tengah, Wilayah Tengah; Kalimantan Timur, Maluku
a. Awal, Utara, dan Sulawesi Utara, dan Wilayah Timur; Papua Barat dan Nusa
Tenggara Timur (NTT).
b. Berdaya,

32 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 33


Di setiap provinsi dipilih dua kota (kecuali Papua Barat), satu kota Narasumber adalah pihak yang dipastikan memiliki pengalaman
mewakili dana kolaborasi besar, dan kota lainnya dana kolaborasi menyelenggarakan kolaborasi di daerah, yaitu pemerintah daerah,
rendah di provinsi tesebut. Lantas di lokasi kota/kabupaten dipilih satu pelaksana proyek, dan pendamping proyek. Di kalangan pemerintah
kelurahan yang telah diketahui dari data sekunder terdapat pembiayaan daerah, dipilih orang-orang yang tergabung dalam Pokja PKP.
kolaborasi untuk pembangunan infrastruktur di delineasi kumuh. Kedudukan narasumber dalam struktur organisasi pemerintah daerah
bervariasi, mencakup; ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Lalu lima kota yang dipilih khusus adalah Kota Denpasar di Provinsi (Bappeda), kepala Dinas (OPD/SKPD), kepala bidang, dan atau kepala
Bali karena dalam dua tahun terakhir provinsi ini tidak memperoleh seksi, dan lurah. Narasumber dari masyarakat adalah anggota pimpinan
BPM. Sedangkan Kota Majene dan Kota Polewalimandar di Sulawesi kolektif badan keswadayaan masyarakat (BKM) dan kelompok swadaya
Barat dipilih karena kota/kabupaten yang diintervensi memiliki jumlah masyarakat (KSM). Narasumber lainnya adalah pendamping program,
kelurahan/desa paling sedikit dibanding kota/kabupaten lainnya di mencakup Team Leader OSP, tenaga ahli FIC OSP, Koordinator Kota
level nasional Wilayah 2. dan atau Asisten Kota Mandiri, Askot Kelembagaan dan Kolaborasi,
dan para fasilitator. Tenaga ahli (TA) di OSP diwawancara juga untuk
Kajian ini memanfaatkan data kualitatif dan kuantitatif. Data konfirmasi seperti TA Monitoring and Evaluation, TA Urban Panning,
kualitatif yang diperoleh melalui kerja lapangan di sejumlah lokasi dan TA SIM.
tidak dimaksudkan untuk memperbandingkan antarlokasi dan atau
perbandingan kasus, melainkan untuk pengayaan. Hal ini karena Informasi mengenai pengalaman penyelenggaraan kolaborasi
sifat studi lebih pada penelusuran multi-lokasi untuk memperoleh dikumpulkan dengan metode wawancara kelompok, wawancara
tipologi dan gambaran proses kolaborasi (yang tercermin dari cerita mendalam individual, secara formal maupun informal. Kegiatan
narasumber) di seluruh lokasi studi. Oleh karena itu, data kualitatif wawancara secara mendalam dilaksanakan kepada perwakilan Pokja
yang berhasil dikumpulkan dikategorisasi dan dikelompokkan secara PKP di 12 kota dan lima kabupaten (melibatkan 92 anggota pokja).
induktif berdasarkan tafsiran terhadap persamaan dan perbedaan Wawancara mendalam (secara open ended) dilaksanakan kepada
karakter, baik pada level lokasi, maupun pada level substansi topik. perwakilan pemerintahan lurah/desa, BKM, KSM, dan relawan lokal
Hubungan yang mungkin terjadi antarsubstansi topik, ditafsirkan (melibatkan 117 orang) pada setiap kota/kabupaten yang menjadi
berdasarkan asumsi kerangka logis manajemen proyek (input, proses, target.
output). Penafsiran diperluas pada konteks-konteks yang menjelaskan
karakter substansial dari aspek yang dikaji sejauh informasi tersedia Hasil wawancara dengan perwakilan Pokja PKP (pemda) langsung
dengan landasan kerangka analisis hipotetis yang telah disampaikan dikonfirmasi kepada pendamping di tingkat kota/kabupaten yaitu
di atas. Tim Koordinator Kota (melibatkan 87 orang). Hasil wawancara
dengan perwakilan pemerintahan tingkat kelurahan/desa, BKM,
Data kuantitatif dalam kajian ini lebih banyak bersumber dari data KSM, dan relawan lokal sudah langsung dikonfirmasi kepada Tim
sekunder, berupa angka-angka pada skala nominal sampai rasio dari Fasilitator (melibatkan 91 orang) yang mendampingi kelurahan/
sejumlah variabel atau aspek yang relevan. Analisis statistik deskriptif desa tersebut, sekaligus validasi terhadap data sekunder mengenai
sederhana digunakan untuk data-data tersebut. Seperti pembuatan Kinerja Kelembagaan dengan melakukan uji dokumen, dan validasi
peringkat, perhitungan pemusatan, tabel frekuensi, dan grafik. Hasil data pendanaan kolaborasi melalui pengamatan terhadap kegiatan
analisis kualitatif dan kuantitatif ini digunakan untuk saling melengkapi, infrastruktur di lapangan. Informasi lain terkait dana, kegiatan, dan
yaitu teknik paling sederhana dari kajian yang menggunakan metode penerima manfaat diperoleh dari data sekunder, baik data yang dimiliki
campuran. oleh KMP, OSP, Korkot, maupun Pokja PKP.

34 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 35


III. HASIL KAJIAN
Tabel 1. Lokasi Studi

PROV KOTA/KAB KEL/DESA


KOTA MAGELANG TIDAR UTARA Pada bagian ini digambarkan mengenai situasi dan kondisi terkini
JAWA TENGAH
KOTA SALATIGA KUTOWINANGUN LOR di lokasi studi; Pertama, gambaran mengenai pengurangan luasan
KAB. MOJOKERTO SOOKO kumuh; kedua, gambaran dana, kegiatan dan penerima manfaat
JAWA TIMUR
KOTA KEDIRI BALOWERTI kolaborasi; ketiga, penyelenggaraan kolaborasi; keempat, gambaran
KAB. BULELENG KAMPUNG BARU kinerja kelembagaan; dan kelima, gambaran pendampingan
BALI
KOTA DENPASAR DESA DAUH PURIH KAUH perencanaan penanganan kumuh.
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN TAUBNENO
NUSA TENGGARA TIMUR
KOTA KUPANG ALAK
KOTA SAMARINDA MESJID
KALIMANTAN TIMUR
KOTA BALIKPAPAN BARU TENGAH III.1. PENGURANGAN LUASAN KUMUH DI LOKASI STUDI
KOTA MANADO MOLAS
SULAWESI UTARA Selama periode 2016-2018, lebih dari separuh luasan kumuh awal di 17
KOTA BITUNG BITUNG BARAT I
KAB. POLEWALI MANDAR DARMA kota/kabupaten lokasi studi telah berhasil dikurangi. Ada kota-kota yang
SULAWESI BARAT kumuhnya berkurang besar, ada pula yang relatif kecil. Berdasarkan
KAB. MAJENE PANGALI-ALI
KOTA TIDORE KEPULAUAN RUM data Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku, persentase
MALUKU UTARA
KOTA TERNATE SOA SIO pencapaian pengurangan luasan kumuh di 17 kota/kabupaten lokasi
PAPUA BARAT KOTA SORONG KLAMANA studi terhadap seluruh luasan kumuh awal di kota-kota lokasi adalah
sebesar 60 %; dan pengurangan kumuh di 17 kelurahan/desa lokasi
studi sebesar 43 %.
Kajian dilakukan selama kurang lebih tiga bulan yaitu Juli sampai
September 2019. Selama kurang lebih 90 hari tersebut, tahapan Pencapaian pengurangan luasan kumuh di masing-masing kota/
kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan kerangka acuan kerja, kabupaten bervariasi (lihat Tabel 2, Grafik 1, dan Grafik 2). Rata-rata
memilih lokasi, mempersiapkan metode dan instrumen, pengumpulan pengurangan luas kumuh di seluruh kota/kabupaten studi adalah
informasi, penyusunan catatan lapangan, pengolahan dan analisis, sebesar 48,74 hektare, dengan nilai tengah sebesar 21 ha. Ada lima
dan pembuat laporan. Tahap persiapan dilakukan oleh USK FIC KMP 2 kota yang pencapaiannya di atas rata-rata. Berturut-turut dari yang
bersama Advisory, dan berkonsultasi dengan PPK Wilayah 2. paling besar luasan pengurangan kumuhnya adalah Kota Samarinda,
Balikpapan, Manado, Kupang, dan Kota Bitung, serta sisanya berada di
bawah rata-rata.

Satu penjelasan adanya variasi pencapaian pengurangan luasan kumuh


ini adalah perbedaan luasan kumuh awal di masing-masing kota/
kabupaten. Luasan kumuh awal di lokasi studi bervariasi (lihat Grafik 1).
Rata-rata luas kumuh awal untuk seluruh kota/lokasi studi adalah 89
ha dengan nilai tengahnya sebesar 69 ha. Mengacu pada hasil hitungan
rata-rata dan nilai tengah, hampir separuh dari 17 kota lokasi studi
memiliki luas kumuh di atas rata-rata. Berturut-turut dari yang paling

36 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 37


besar luasan kumuhnya, yaitu Kota Samarinda, Balikpapan, Manado, Gambaran pengurangan luas kumuh di level kota tercermin pula di
Kupang, Bitung, Magelang, Tidore, dan Kota Sorong, serta sisanya di level kelurahan/desa. Wilayah yang sudah dinyatakan tidak kumuh
bawah rata-rata. secara perhitungan numerik adalah Kelurahan Mesjid di Kota
Samarinda (luas kumuh awal dan pencapaian pengurangan kumuh
Dua kota yang memiliki luasan kumuh terkecil adalah Kabupaten Timor 5,18 ha), Desa Taubneno di Kabupaten TTS (luas kumuh awal dan
Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Majene. Kedua kota ini telah pencapaian pengurangan kumuh 7,38 ha). Kelurahan yang sama
berhasil menghilangkan kumuh sampai 0 ha di level kota/kabupaten sekali tidak ada pencapaian pengurangan luasan kumuh meskipun
pada 2018. Kota/kabupaten lainnya masih menyisakan luas kumuh sudah banyak intervensi kegiatan adalah Kelurahan Molas di Kota
rata-rata 37 ha, dengan nilai tengah sebesar 36 ha. Ada delapan dari 15 Manado (luas kumuh awal 13,79 ha, pencapaian pengurangan kumuh
kota/kabupaten yang masih menyisakan luas kumuh di atas rata-rata 0 ha), Kelurahan Klamana di Kota Sorong (luas kumuh awal 5,64 ha,
luas akhir kumuh seluruh kota. Berturut-turut dari yang paling besar pencapaian pengurangan kumuh 0 ha). Kelurahan yang memiliki
sisa luasan kumuhnya, yaitu Kota Balikpapan, Tidore, Bitung, Polewali pencapaian pengurangan kumuh namum belum menuntaskan luasan
Mandar, Sorong, Magelang, Denpasar, dan Kota Manado (perhitungan kumuh secara keseluruhan terjadi di Kelurahan Bitung Barat 1 di Kota
rata-rata dan grafik lihat di lampiran). Bitung (luas kumuh awal 23,61 ha, pencapaian pengurangan kumuh
Berdasarkan data pengurangan luasan kumuh di atas, cukup ‘aman’ 17,75 ha, menyisakan 5,86 ha luas kumuh).
jika dikatakan bahwa Kota Samarinda dan Kota Kupang adalah dua kota Berdasarkan fakta pengurangan kumuh di level kota dan kelurahan,
yang paling cepat menurunkan luasan kumuh di level kota/kabupaten. diperoleh penjelasan bahwa di lokasi-lokasi yang memiliki nilai
Maknanya, dalam durasi waktu yang sama, kedua kota tersebut telah kekumuhan yang tinggi, jumlah kegiatan yang banyak tidak serta merta
mengurangi luasan kumuh tertinggi dan sisa luasan kumuh akhirnya mengurangi luasan kumuh. Akan tetapi, pencapaian pengurangan
ada di bawah rata-rata. Kota Balikpapan juga tergolong cepat dalam berkontribusi pada perubahan nilai kekumuhan yang lebih baik (lihat
mengurangi kumuh, kendati sisa kumuh akhir masih di atas rata-rata. pembahasan sub Bab IV.1.2 dan detil progres pengurangan luasan
Dua kota/kabupaten yang tergolong lambat dalam mengurangi luasan kumuh di lokasi studi dapat dilihat di lampiran 1 dan 2.).
kumuhnya adalah Kabupaten Polewali Mandar dan Denpasar.
Tabel 2. Luas Pengurangan Kumuh Menurut Level Unit Analisis
Secara umum pengurangan luasan kumuh di lokasi studi selama 2016-
2016-2018
2018 terjadi secara bertahap dan bertingkat. Dikatakan bertahap karena
kegiatan-kegiatan yang menjadi komponen kekumuhan diselesaikan Level Unit Luas Luas Pengurangan Kumuh (ha) Sisa Luas % Capaian
Analisis Kumuh Kumuh Luas
dalam lebih dari satu jangka waktu. Dan disebut bertingkat karena Awal 2016 2017 2018 Kumulatif (ha) Kumuh
investasi kegiatan pertama-tama menyumbang kepada ketersediaan (ha)
dan atau peningkatan kualitas infrastruktur yang menjadi komponen Kota/Kabupaten 1639.1 1.1 519.8 459.5 982.0 657.1 60%
bagi perhitungan derajat kekumuhan, sampai pada derajat yang bisa Lokasi Studi

diterima sebagai pengurangan luasan kumuh (berat, sedang, ringan, (17 Kota/Kab.)
tidak ada kumuh). Angka luasan kumuh yang dicapai pada 2016 sebesar Desa/Kelurahan 171.8 0 21.8 52.0 73.8 98.0 43%
1,1 ha, dan di tingkat kelurahan belum ada pengurangan kumuh. Lokasi Studi
Namun demikian, terjadi lonjakan pengurangan kumuh di tahun-tahun (16 Desa/Kel.)
selanjutnya.
Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku

38 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 39


Grafik 1. Luas Kumuh Awal, Kumuh Akhir, Pengurangan Luasan III.2. DANA, KEGIATAN, DAN PENERIMA MANFAAT
Kumuh di Lokasi Studi 2016-2018 KOLABORASI
III.2.1. NILAI DAN SUMBER PENDANAAN KOLABORASI

Total nilai pendanaan kolaborasi di 17 kota/kabupaten lokasi studi


periode 2016-2018 sebesar Rp 812 miliar. Sumber dana kolaborasi
berasal dari APBN (40 %), APBD I (17 %), APBD II (39 %), dana desa/
kelurahan, dan sumber non-pemerintah, yaitu: BUMN/D, sektor
perbankan, perusahaan swasta, organisasi nirlaba, dan swadaya
masyarakat (4 %).

Pendanaan di tingkat kelurahan/desa pada 2016-2018 mencapai


sebesar Rp 88,5 miliar. Sumber dana kolaborasi berasal dari APBN (34
%), APBD I (25 %), APBD II (38 %), dana desa/kelurahan, dan sumber
non-pemerintah, yaitu: BUMN/D, sektor perbankan, perusahaan
swasta, organisasi nirlaba, dan swadaya masyarakat (3 %). Secara
Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
berturut-turut peringkat kota menurut besaran nilai kolaborasi di
lokasi studi adalah Kota Sorong, Samarinda, Kupang, Manado, dan Kota
Magelang.
Grafik 2. Luas Kumuh Awal, Luas Kumuh Akhir, Pengurangan Luasan
Kumuh di Kelurahan/Desa 2016-2018 Besaran nilai kolaborasi setiap tahun di setiap kota/kabupaten
bervariatif. Ada tiga kelompok kota berdasarkan kecenderungan
perubahan besaran nilai setiap tahun dalam periode 2016-2018, yaitu:

1. Kota-kota yang nilai kolaborasinya cenderung naik,

2. Kota-kota yang nilai kolaborasinya cenderung turun, dan

3. Kota-kota yang nilai kolaborasinya berfluktuatif.

Di kelompok pertama, ada tujuh dari 17 kota/kabupaten yang nilai


kolaborasinya meningkat setiap tahun. Berturut-turut berdasarkan
peringkat nilai kolaborasinya (dari terbesar ke terkecil), yaitu Kota
Kupang, Magelang, Majene, Polewali Mandar, Kediri, Salatiga, dan Kota
Mojokerto.

Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku

40 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 41


Dari ketujuh kota tersebut, hanya tiga kota yang nilai APBD II-nya Grafik 3. Komposisi Sumber Pembiayaan Kolaborasi di 17 Kota/
setiap tahun meningkat yaitu Kupang, Majene, dan Salatiga2. Kenaikan Kabupaten dan 17 Kelurahan/Desa Periode 2016-2018
yang terjadi di tiga kota lainnya didukung oleh penambahan komponen
sumber pendanaan APBN dan APBD I, dan atau kenaikan nilai dari
kedua jenis sumber tersebut.

Kenaikan dana kolaborasi per tahun yang terjadi di Kota Kupang terjadi
karena kontribusi APBD II setiap tahun bertambah. Selain itu ada
kenaikan yang cukup besar dana Direktorat PKP pada 2018, serta mulai
dialokasikannya dana APBD I dan Dana Alokasi Khusus ke delineasi
kumuh pada 2018.

Di Kota Magelang, kontribusi APBD II sempat turun pada 2017, namun Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
naik hampir dua kali lipat setahun kemudian. Berbeda dengan Kupang,
Kota Magelang telah mengalokasikan APBD I sejak tiga tahun berturut- Grafik 4. Nilai Dana Kolaborasi di 17 Kota/Kabupaten Lokasi Studi
turut, kendati pada 2018 nilai kontribusinya turun. Namun di tahun Periode 2016-2018
yang sama, Kota Magelang memperoleh komponen dana kolaborasi
tambahan yang bersumber dari Direktorat PKP, APBN, dan Dana
Alokasi Khusus.

Senada dengan Kupang, Kota Majene terus meningkatkan alokasi


APBD II ke lokasi kumuh selama tiga tahun terakhir dan memperoleh
APBD I pada 2016 dan 2018. Dana kolaborasi meningkat pada 2018
dengan adanya tambahan komponen dari Direktorat PKP, APBN, dan
Dana Alokasi Khusus.
Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
Di Kota Polewali Mandar, sumber dari APBD II fluktuatif. Kontribusi
terbesar terhadap peningkatan dana kolaborasi di kota ini bersumber Kota yang berada di kelompok kedua, yaitu yang selama tiga tahun
dari APBN pusat pada 2018. Untuk melihat detil sumber dan nilai cenderung menurun, ada sebanyak empat kota. Berturut-turut
pendanaan kolaborasi dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. berdasarkan peringkat nilainya (dari terbesar ke terkecil) yaitu Kota
Sorong, Manado, Bitung, dan Kota Timor Tengah Selatan. Di Kota
Sorong, penurunan dana terjadi mengikuti penurunan dana pusat
dan provinsi, sementara dana APBD II per tahun justru meningkat.
2
Program Kotaku memanfaatkan data Baseline yang dihasilkan P2KKP pada 2015 dan Kota-kota yang dana kolaborasinya setiap tahun berfluktuatif adalah
sudah menghasilkan data Baseline serta dokumen RPLP di awal 2016, dan program Kota Samarinda, Denpasar, Ternate, Buleleng, Balikpapan, dan Kota
NSUP dimulai pada 2017. Dari data SIM Program Kotaku diketahui ada kecenderungan
total pembiayaan APBD II naik setiap tahun. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa pemda Tidore Kepulauan. Fluktuasi yang terjadi di kota-kota ini penyebabnya
mulai fokus pada kegiatan di kelurahan kumuh dalam dua tahun terakhir (2017-2018). bervariasi: perubahan dana pusat, APBD I, dan atau perubahan dana
Kecenderungan ini dapat dimengerti karena sejak 2016 hampir semua kelurahan/
APBD II.
desa dampingan Program Kotaku sudah menyusun RPLP dan beberapa kota sudah
menyusun RP2KPKP.

42 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 43


dan bangunan gedung (pembangunan RTLH). Hanya di beberapa kota
Ilustrasi 1. Pendanaan Kolaborasi di Kabupaten Majene saja ditemukan kegiatan pembangunan saluran pembuangan limbah
(meter) dan proteksi kebakaran (meter).
Kegiatan Kolaborasi di Kabupaten Majene yang dilakukan pada 2017
s/d 2018 telah melaksanakan kurang lebih 28 kegiatan dengan total Keadaan di level kota hampir serupa dengan di level kelurahan/
anggaran yang dimanfaatkan sebesar Rp 42.896.660.000. Dengan
desa. Di Kelurahan Baru Tengah dan Kelurahan Mesjid dijumpai jenis
rincian anggaran tersebut bersumber dari dana yang berasal dari
Direktorat PKP sebesar Rp 6.447.889.000, Direktorat PKP lainnya Rp kegiatan paling banyak, sedang di Rum dan Bitung Barat 1 jumlah
2.207.500.000, APBN pusat sebesar Rp 5.676.670.000, APBD 1 (provinsi) jenis kegiatannya paling sedikit. Di semua kelurahan/desa ditemukan
sebesar Rp 3.518.650.000, APBD II (kabupaten) Rp 22.578.415.000, kegiatan jalan kecuali Kelurahan Bitung Barat 1. Di semua kelurahan/
DAK sebesar Rp 600.000.000, ADD sebesar Rp 1.732.336.000, CSR desa ditemukan kegiatan drainase, kecuali Kelurahan Molas, Bitung
perbankan sebesar Rp 135.000.000, dan swadaya masyarat sebesar Rp
Barat 1 dan Kelurahan Kampung baru (lihat Tabel 3 dan 4).
200.000.
Tabel 3. Jenis Kegiatan Infrastruktur Kolaborasi di 17 Kota/Kabupaten
Kegiatan kolaborasi di Kelurahan Pangali-ali yang dilakukan pada
2017 s/d 2018 telah melaksanakan kurang lebih ada 22 kegiatan Lokasi Studi Periode 2016-2018
dengan total anggaran yang dimanfaatkan sebesar Rp 15.273.489.000.
Dengan rincian, anggaran tersebut bersumber dari anggaran yang
berasal dari Direktorat PKP sebesar Rp 6.447.889.000, APBN pusat
sebesar Rp 1.587.500.000, APBD 2 (kabupaten) Rp 7.203.100.000, dan
CSR perbankan sebesar Rp 35.000.000.

III.2.2. KEGIATAN INFRASTRUKTUR DAN PENERIMA MANFAAT


KOLABORASI

Sumber-sumber pendanaan dari APBN, APBD I, APBD II, dan sumber Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
pendanaan lainnya yang dikerahkan ke lokasi delineasi kumuh digunakan
Tabel 4. Jenis Kegiatan Infrastruktur Kolaborasi di 16 Kelurahan/
untuk kegiatan peningkatan kualitas semua jenis infrastruktur yang
Desa Lokasi Studi Periode 2016-2018
menjadi indikator kumuh. Yaitu mencakup perbaikan perumahan,
pembangunan jalan, drainase, ruang terbuka hijau, sanitasi, sarana air
bersih, fasilitas pembuangam limbah, ruang terbuka publik, dan sarana
proteksi kebakaran. Tentunya situasi di masing-masing kota bervariasi
sesuai kebutuhan yang ada di delineasi kumuh. Demikian juga jumlah
jenis kegiatan yang dilaksanakan di setiap kota dalam periode 2016-
2018 bervariasi.

Kegiatan kolaborasi paling banyak ada di Kota Magelang dengan 11 jenis


dan Kota Kediri 10 jenis kegiatan. Sedangkan kota yang paling sedikit
jenis kegiatannya yaitu Kota Kupang, Kabupaten TTS, dan Kabupaten
Mojokerto sebanyak lima jenis kegiatan. Di semua kota/kabupaten
ditemukan tiga jenis kegiatan yang selalu ada, yaitu: jalan, drainase, Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku

44 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 45


Tabel 5. Penerima Manfaat Infrastruktur Kolaborasi di 17 Kota/ memiliki potensi wisata, seperti kegiatan penataan Kawasan Wisata
Kabupaten Lokasi Studi 2016-2018 Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kota Salatiga dimanfaatkan
oleh 1.466 kepala keluarga (KK), dan 390 di antaranya adalah KK MBR.
Total jumlah penduduk 3.950 jiwa yang terdiri dari 2.074 perempuan
dan 876 laki-laki. Begitu pun yang terjadi pada pembangunan Ruang
Terbuka Hijau di Balowerti, Kota Kediri, telah menciptakan lapangan
pekerjaan bagi warga sekitar.

Sebagai contoh hasil kunjungan ke Kelurahan Soa Sio, Kota Ternate


mencatat minimal ada delapan kegiatan. Jumlah pendanaan yang
dikucurkan sebesar Rp 2.734.121.000 dari APBN dengan penerima
manfaat sebanyak 303 KK, yang 192 di antaranya adalah MBR, dengan
total penduduk sejumlah 1.009 jiwa. Satu kegiatan di Kelurahan Soa
Sio yang dikunjungi adalah pembangunan jalan baru di lokasi kumuh
Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku di RT 7, sepanjang 383 meter dengan pendanaan APBN sebesar Rp
1.532.000.000 dan dimanfaatkan 276 jiwa (64 KK). Menurut warga,
Tabel 6. Penerima Manfaat Infrastruktur Kolaborasi di 17 Kelurahan/
kondisi jalan sebelumnya tidak ada sehingga harus memutar karena
Desa Lokasi Studi 2016-2018
bangunan permukiman berada di atas air. Pembuatan jalan beton lebih
memudahkan masyarakat untuk mengakses jalan keluar masuk tanpa
harus memutar permukiman lagi.

Di Kota Tidore, tepatnya di Kelurahan Rum, ada kegiatan kolaborasi


yang jumlah pendanaannya sebesar Rp 96.750.000 dari APBD II dengan
penerima manfaat sebanyak 56 KK (236 jiwa). Warga menuturkan,
pembuatan saluran air yang didanai APBD Kota Tidore Kepulauan dan
jalan berkonstruksi paving block yang didanai BPM Program Kotaku
memberikan kenyamanan bagi akses penggunan jalan dan masyarakat
sekitar. Sebab, selain membuat lingkungan sekitar tertata, saat air
hujan sudah masuk ke saluran air yang berujung di saluran Barangka.

Contoh lainnya adalah kegiatan penataan kawasan kumuh di


Kelurahan Peguyangan, Kota Denpasar yang dilakukan ada 2019
Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku ini dengan anggaran APBD II TA 2019 oleh Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman, dan Pertanahan sebesar Rp 222.144.508.
Penghuni permukiman secara umum, khususnya Masyarakat
Pembangunannya sudah hampir selesai dan pemanfaat kegiatan
Berpenghasilan Rendah (MBR), telah memperoleh akses yang lebih
ini adalah masyarakat pemulung sebagai penghuni lama dan warga
baik terhadap semua infrastruktur dasar permukiman yang telah
yang mau berswadaya dengan mengorbankan lokasi rumah yang
dibangun atau ditingkatkan kualitasnya. Bahkan kajian ini menemukan
terkena dampak pembangunan drainase dan jalan ber-paving block
bahwa kegiatan yang direncanakan secara terpadu di lokasi yang
sesuai perencanaan. Kesadaran masyarakat lumayan baik dan telah

46 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 47


mengubah wajah permukiman sehingga kekumuhan di lingkungan ini Kab. Polewali Mandar √ - - - √
sudah hampir terselesaikan. Sorong √ - - - √

Kupang √ √ - √
III.3. PENYELENGGARAAN KOLABORASI Kab. Timor Tengah √ - - - -
Selatan
Kajian ini menemukan tiga pola penyelenggaraan kolaborasi dalam Samarinda √ √ - - √
penanganan kumuh, yaitu: Balikpapan √ √ - - √

1. Integrasi RPLP-RP2KPKP ke sistem perencanaan dan Sumber Data: Data Primer Kunjungan Lapangan Kajian Kolaborasi 2019
penganggaran pemerintah daerah (reguler);
III.3.1. INTEGRASI KE SISTEM PERENCANAAN PEMERINTAH DAERAH
2. Inovasi dan inisiatif lokal keterpaduan, yang diprakarsai pemda
maupun masyarakat; Penyelenggaraan kolaborasi dengan cara mengintegrasikan RPLP-
RP2KPK ke sistem perencanaan daerah menjadi pola umum yang
3. Kerja sama dan kemitraan yang diprakarsai pemda maupun ditemukan di semua kota/kabupaten. Pada intinya, pola ini adalah
masyarakat ke sektor swasta (termasuk BUMN/BUMD). upaya mendapatkan pembiayaan kegiatan dari sumber APBD II, APBD
I, dan dana transfer APBN ke pemerintah daerah. Ada empat variasi
Tabel 6 di bawah menyajikan ringkasan keberadaan ketiga pola proses:
tersebut di kota/kabupaten. Dari tabel tersebut, wilayah yang telah
menyelenggarakan tiga jenis aktivitas kolaborasi adalah Kota Magelang, 1. Masyarakat mendorong integrasi RPLP ke rencana pembangunan
Salatiga, Manado, Kupang, Balikpapan, dan Kota Samarinda. pemerintah desa, kelurahan, dan SKPD. Mekanisme ini
dijumpai di semua kelurahan/desa. Contoh integrasi RPLP ke
Tabel 7. Jenis Penyelenggaraan Kolaborasi di 17 Kota/Kabupaten dalam rencana pembangunan desa terjadi di Desa Baktireja,
Lokasi Studi 2016-2018 Kabupaten Buleleng (desa alternatif pengamatan). Proses
integrasi dimulai dari perencanaaan di tingkat desa melalui
Kota/Kabupaten Integrasi Inisiatif dan Inovasi Keterpaduan Kerja Sama dan Ke- musrenbang desa, untuk membahas usulan kegiatan di
ke Sistem mitraan
Perencanaan Skala Skala Data tahun berikutnya. Pada momentum pembahasan usulan,
Daerah Lingkungan Kawasan
BKM mengusulkan kegiatan yang tercantum dalam RPLP.
Denpasar √ - - - √
Setelah masuk menjadi rencana kegiatan desa, pelaksanaan
Kab. Buleleng √ - - - √
pembangunan dilakukan swakelola oleh pemerintah desa.
Ternate √ - - - √

Tidore Kepulauan √ - - - -
Contoh integrasi RPLP ke rencana SKPD/OPD terjadi di Kelurahan
Kediri √ √ - - -
Molas, Kota Manado. Menurut BKM setempat, proses integrasi
Kab. Mojokerto √ √ - - -
dimulai dari perencanaaan di tingkat kelurahan melalui musrenbang
Magelang √ √ - √
kelurahan, untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
Salatiga √ √ - - √
dan membahas usulan kegiatan untuk tahun depan. Pada pembahasan
Manado √ - - √ √
usulan, BKM mengajukan rencana kegiatan yang tercantum dalam
Bitung √ - - √ √
RPLP. Hasil usulan rencana kegiatan tingkat kelurahan dibawa
Kab. Majene √ - - - √
ke musrenbang kecamatan untuk dijadikan prioritas usulan

48 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 49


kegiatan di musrenbang kota. Setelah masuk menjadi rencana terkait pengurangan kumuh mendapatkan anggaran.
kegiatan kota, pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh OPD.
Setelah tahun pertama, dua tahun berturut-turut kemudian DPRD dan
Contoh integrasi ke rencana kelurahan terjadi di Kelurahan Bitung Tim Anggaran selalu menyetujui anggaran kegiatan kumuh. Walau
Barat 1. Pada 2019, dana kelurahan langsung dimanfaatkan sesuai memang, mengalami penurunan nilai karena ada defisit anggaran.
daftar investasi kegiatan di dalam dokumen RPLP yang diusulkan Dana BOP digunakan untuk kegiatan rutin pokja, BOP BKM sebesar
BKM dan dilaksanakan secara swakelola. Menurut jajaran aparat tiga persen dan selebihnya digunakan untuk pembangunan fisik.
di Kelurahan Bitung Barat 1, pelaksanaan dana kelurahan untuk
di Bitung Barat 1 juga dikolaborasikan di lokasi kumuh agar Dalam menyusun anggaran, Dinas PUPR tetap melakukan
pelaksanaan kegiatan menuntaskan prioritas masalah pada 2019. perencanaan dari bawah melalui musrenbang dan merujuk kepada
perencanaan penataan lingkungan yang yang telah dibuat oleh
Kesepakatan kolaborasi dana kelurahan untuk penanganan program (RPLP). Keberadaan dokumen RPLP telah mengurangi
kawasan kumuh ini juga sudah dituangkan dalam kesepakatan anggaran untuk kegiatan perencanaan pemda di bidang
di tingkat kecamatan. Senada dengan itu, perwakilan aparat di permukiman. Bupati dan wakil bupati telah menetapkan indikator
Kecamatan Mahesa mengungkap bahwa semua pengelolaan pengurangan kawasan permukiman kumuh dalam RPJMD pada
kegiatan dana kelurahan harus dilaksanakan swakelola dan pihak 2019 ini. Upaya yang dilakukan oleh pokja adalah dengan selalu
kelurahan wajib bekerja sama dengan BKM. Sistem, administrasi membahas upaya pengurangan kumuh dengan pendamping dari
dan pengendalian kegiatan juga disamakan dengan pola yang Program Kotaku.
diusung Program Kotaku karena dinilai telah berpengalaman
3. kegiatan penanganan kumuh dalam sistem
menangani swakelola di masyarakat di perkotaan.
perencanaan dan penganggaran secara berjenjang.
2. SKPD melalui pokja menggunakan kegiatan yang ada di RPLP- Kemudian memasukkan agenda penanganan
RP2KPKP sebagai bagian dari renja. Melalui Satker PKP, Pokja permukiman kumuh ke dalam Renstra/RKPD/RJPMD
PKP, dan atau Forum SKPD kegiatan yang tercantum dalam kota, seperti yang ditemukan di Kabupaten Majene.
RPLP-RP2KPKP dibawa ke musrenbang kota/kabupaten menjadi
bagian dari renja Dinas Perkim, PU, PRKP, atau PUPR sesuai Proses ini diawali dengan pembahasan dan kesepakatan
penamaan di kota/kabupaten masing-masing. Renja dibahas di Tim prioritas antara BKM, kelurahan, dan tokoh masyarakat yang
Anggaran, lalu dibawa ke DPRD untuk disahkan sebagai kegiatan akan diusulkan mengenai daftar investasi. Pembahasan
di dalam RKPD. Proses ini ditemukan di sebagian besar kota/ tersebut dilakukan dengan menggunakan metode FGD
kabupaten kajian seperti Majene, Samarinda, Manado, Kupang, yang difasilitasi pendamping dari Program Kotaku. Setelah
TTS, Kabupaten Mojokerto, Buleleng, dan Polewali Mandar. ada kesepakatan mengenai prioritas investasi maka
peserta FGD membentuk tim delegasi dari unsur BKM dan
Sebagai contoh di TTS, upaya yang dilakukan untuk Fasilitator Program Kotaku sebagai tenaga pendamping.
memperoleh anggaran BOP dan kegiatan peningkatan kualitas Tim delegasi yang dibentuk sebelumnya dibekali
dilakukan dengan cara beraudiensi dengan DPRD dan Tim penguatan oleh fasilitator dengan tujuan agar investasi
Anggaran. Berbekal data mengenai kawasan permukiman yang ada di dokumen RPLP dapat masuk ke dokumen
kumuh dan SK Kumuh serta mengenai adanya program musrenbang tingkat kelurahan hingga level kecamatan.
kementerian untuk mengurangi kumuh, akhirnya kegiatan

50 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 51


Di tingkat kota, Tim Korkot, Pokja, dan OPD lainnya III.3.2. INISIATIF DAN INOVASI LOKAL KETERPADUAN
melakukan FGD mengenai potensi investasi yang
dapat masuk ke dalam dokumen hasil musrenbang Inisiatif dan inovasi lokal membangun keterpaduan ditemukan di
kabupaten. Setelah ada kesepakatan mengenai daftar beberapa kota, yaitu Kediri, Mojokerto, Magelang, Manado, Samarinda,
investasi, peserta FGD membentuk Tim Delegasi dan Balikpapan. Bentuk inisiatif yang terjadi mencakup:
untuk kegiatan musrenbang tingkat kabupaten. 1. Keterpaduan perencanaan dan pembiayaan di level lingkungan
dengan cara menetapkan lingkungan kelurahan sebagai ‘kampung
Pada saat berlangsungnya kegiatan musrenbang tingkat tematik’. Sebagai contoh di Kota Samarinda, Balikpapan, Kediri
kabupaten, Tim Korkot didelegasikan sebagai narasumber. dan Mojokerto;
Hasil dari musrenbang tingkat kabupaten menjadi bahan
FGD antara Tim Korkot, Tim POKJA, serta OPD lainnya 2. Keterpaduan pada skala kegiatan, seperti terjadi di Kediri;
untuk membahas investasi prioritas yang akan dibawa
3. Keterpaduan perencanaan dan pembiayaan di Skala Kawasan,
ke tingkat provinsi. Di musrenbang tingkat provinsi,
seperti terjadi di Magelang dan Kupang; serta
tim delegasi mengawal usulan prioritas kota untuk
dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan provinsi. 4. Keterpaduan dalam bentuk penyediaan data, seperti yang terjadi
Dokumen perencanaan provinsi yang sudah disepakati di Manado.
disahkan gubernur sebagai acuan bagi semua APBD baik
tingkat kabupaten dan provinsi, DAK, maupun CSR. 1. Inisiatif keterpaduan perencanaan dan pembiayaan di level
lingkungan dengan cara menetapkan kelurahan sebagai
1. Pemerintah daerah mengalokasikan dana-dana transfer ‘kampung tematik’. Tahapan yang terjadi pada pola ini diawali
pemerintah pusat dari APBN untuk penanganan kumuh. oleh penetapan suatu lingkungan sebagai kampung tematik
Di semua lokasi studi, pemerintah daerah mengalokasikan baik oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat.
dana transfer pemerintah pusat seperti Dana Alokasi
Khusus (DAK) perumahan ke lokasi kumuh. Proses diawali Sebagai contoh di Balikpapan, pemerintah daerah berinisiatif
dari usulan kebutuhan RTLH oleh Dinas Perkim di tingkat menetapkan suatu kampung tematik dan mengembangkan
kabupaten ke Kementerian PUPR. Data kebutuhan RTLH program pencegahan bencana kebakaran kampung di
bersumber dari data yang dimiliki dinas, dan disinkronkan Kelurahan Baru Tengah. Inisiatif ini kemudian berkembang
dengan data kebutuhan RTLH yang ada di Baseline melibatkan pemangku kepentingan lain dalam pembiayaan,
permukiman kumuh, yang juga termuat dalam RPLP. melibatkan relawan dan lembaga masyarakat (BKM).

Hasil sinkronisasi berupa daftar usulan kebutuhan Pola yang sama ditemukan di Samarinda, pemerintah
RTLH yang sesuai dengan persyaratan, yang selanjutnya menetapkan Kelurahan Mesjid sebagai ‘Kampung KB’, dan
diusulkan ke Kementerian PUPR untuk divalidasi bersama kemudian tematiknya dikembangkan masyarakat menjadi
pemerintah daerah. Hasil validasi ditetapkan sebagai ‘Kampung Ketupat Warna-Warni’. Pola yang hampir sama
sasaran alokasi pembiayaan DAK perumahan yang harus ditemukan di Salatiga dan Mojokerto.
direalisasikan oleh pemda.
2. Inisiatif keterpaduan pada skala kegiatan. Inisiatif keterpaduan
pada level kegiatan yang terjadi di lapangan berawal dari

52 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 53


inisiatif masyarakat, pendamping, dan pemerintah kelurahan
yang mengusulkan kegiatan dalam RPLP kepada pemerintah Ilustrasi 2. Inisiatif dan Inovasi Lokal Kampung Tematik di
kabupaten. Contoh inisiatif ini terjadi di Kota Kediri. Balikpapan

Proses kolaborasi yang telah dilakukan di Kelurahan Baru Tengah


Program Kotaku melalui Dinas Perkim memaparkan rencana
adalah sebagai berikut:
kegiatan BPM dengan lokasi kegiatan yang ada dalam dokumen Akibat kebakaran yang telah terjadi beberapa tahun silam, yang
RP2KPKP. Kemudian Bappeda mengundang OPD-OPD terkait telah meluas di Kelurahan Baru Tengah, pemerintah kota akhirnya
dan berbagi peran merealisasikan kegiatan yang diusulkan. mencanangkan program Gang Api yaitu membebaskan rumah di
Bappeda berperan menyelesaikan dokumen DED RTH. dalam satu blok untuk dijadikan ruang terbuka yang juga berfungsi
untuk mencegah api merembet ke blok lain jika terjadi kebakaran.
Sesuai tupoksi, Dinas Perkim mendukung pembiayaan untuk
Mulailah Gang Api digunakan sebagai ruang publik seperti fasilitas pos
pemasangan paving block dan penerangan jalan umum (PJU). pelayanan terpadu (posyandu), tempat pertemuan, dan fungsi lainnya.
Sampah menjadi persoalan utama, sehingga Dinas Lingkungan Hidup
Perencanaan di RP2KPKP di kawasan Balowerti sudah lama menawarkan program “Clean, Green, and Health” untuk membina
direncanakan. Setelah masyarakat berkali-kali menanyakan masyarakat dalam mengatasi persampahan. Dimulai dari pemberian
penguatan kapasitas terkait cara pengelolaan persampahan dan
momentum BPM di Kelurahan Balowerti, PU berkolaborasi
pemanfaatannya. Para relawan dan BKM kemudian membentuk
mensukseskan RTH dengan membangun tiga buah kelompok yang disebut Gentong Darling, singkatan bebas dari Gerakan
gazebo. DLHKP sesuai tupoksi ikut mensukseskan dengan Gotong-Royong Sadar Lingkungan. Kelompok ini bertujuan mengajak
mengalokasikan anggaran untuk tanaman lindung, tanaman masyarakat dalam upaya memperbaiki lingkungan sekitarnya agar
perdu, dan playground. Bahkan sedianya, Pemerintah Kota menjadi lebih baik.
Kediri mentargetkan pembangunan satu RTH di setiap
Program pertama adalah menyelesaikan permasalahan persampahan
kelurahan pada 2019. di lingkungan mereka. Cara yang unik dilakukan adalah membuat
halte sampah, sebagai tempat pembuangan sampah sementara
3. Inisiatif keterpaduan pada Skala Kawasan. Inisiatif yang digantung sesuai dengan nomor tertentu dan di lokasi tertentu.
keterpaduan Skala Kawasan ini dilakukan sebelum Penomoran dilakukan berdasarkan kelompok masyarakat seperti
kegiatan Skala Kawasan Program Kotaku. Sebagai contoh di kelompok dasawisma yang terdiri dari beberapa KK. Penomoran
Magelang dan Kupang, berbekal dari RPLP dan RP2KPKP. ini efektif untuk mengetahui kelompok masyarakat mana yang tidak
membuang sampah di tempatnya, dan malah membuang sampah ke
laut, sehingga mereka diberi penyadaran agar tak lagi membuang
Pendamping Program Kotaku level kota/kabupaten maupun sampah ke laut.
provinsi mendorong Pokja PKP untuk memasukan kegiatan
Skala Kawasan pada dokumen perencanaan. Inisiatif dimulai Pada 2017, BLM Program Kotaku membantu kegiatan ini dengan
menyediakan gerobak sampah untuk mendukung kegiatan tersebut.
Selanjutnya kelompok relawan mengembangkan programnya dengan
membentuk kepengurusan sampah, mulai dari petugas pengangkut,
jadwal pihak -pihak yang bertugas di masing-masing RT.
Melihat kinerja masyarakat yang antusias, maka pemerintah kota
dan Forum Komunikasi CSR mengajak OPD-OPD lain dan juga pihak-
pihak lain untuk membantu masyarakat Kelurahan Baru Tengah
untuk menyelesaikan permasalahan permukimannya. Dari pihak PT
Sampoerna kemudian menjawab ajakan tersebut dengan memberikan

54 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 55


bantuan dalam bentuk program Urban Farming dengan bantuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan potensi
sebesar Rp 229.695.000 yang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama ketupat sebagai sumber mata pencaharian masyarakat. Berbekal
adalah penguatan kapasitas dan tahap kedua adalah implementasi RPLP yang sudah ada, masyarakat menyusun kebutuhan-kebutuhan
dalam bentuk pembibitan dan penanaman dalam media pot. Selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahannya.
Dinas Pertanian juga membantu dalam tahap implementasi dengan Program Kotaku memulai untuk memberikan stimulan pada 2017
memberikan bantuan Rp 100.000.000 untuk membangun rumah sebesar Rp 350.000.000 dengan memperbaiki jalan lingkungan yang
bibit. Maka, selain persampahan, kelompok Gentong Darling mulai semula rusak dan becek dengan pembangunan jalan ber-paving block
mengajak masyarakat untuk menghijaukan lingkungannya dengan pada RT 021. Selanjutnya pada tahun yang sama dimulai sosialisasi
tanaman hias maupun tanaman produktif di sekitar rumah. dan perencanaan terkait rencana penanganan kumuh Skala Kawasan
Dinas Perkim juga mulai turun tangan untuk menjawab permasalahan di Kelurahan Masjid. Masyarakat pun mulai berpikir untuk lebih
masyarakat dengan melanjutkan program Gang Api, dan menjadikannya terbuka lagi, harapan akan lingkungan yang lebih tertata menjadi lebih
sebagai ruang publik yang nyaman agar tidak menjadi tempat yang nyata. Warga pun mulai mengembangkan mimpinya ke arah kawasan
tak beraturan. Program ini kemudian disinkronkan dengan program yang bisa menjadi lebih menarik dan mampu menjadi target kunjungan
urban farming, persampahan, dan program dari BPBD. Dinas Perkim wisata sehingga mereka bisa lebih banyak untuk berjualan. Mulailah
kemudian mulai menyediakan fasilitas dasar seperti jalan titian, disusun tema kampung yang lebih besar yaitu Kampung Ketupat
pergola, dan fasilitas bermain anak, PT Sampoerna menyediakan media sebagai Kampung Warna-Warni yang penuh pesona. Program kegiatan
tanam dan bibit untuk impelementasi urban farming, Dinas Kebersihan yang lebih besar disusun seperti jalan lingkar, penataan rumah yang
menyediakan tempat sampah, dan BPBD kemudian menyediakan menjorok ke sungai, rencana ruang terbuka hijau, penyediaan IPAL,
“Hidran Kering” dan pelatihan untuk cara memadamkan api pada dan lainnya.
saat kebakaran. Hingga saat ini dari 32 gang api yang ada, delapan di Masyarakat tak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
antaranya sudah ditata dengan tematik yang berbeda-beda. Misalnya Mereka menginisiasi “arisan” untuk pengecatan rumah, setiap dua
ada taman edukasi, taman lansia, ada taman anak, dan lainnya yang minggu sekali. Hasil arisan akan dibelikan cat dan warga membantu
disesuaikan dengan karakterikstik dan kebutuhan masyarakat. mengecat rumah. Hal ini dilakukan masyarakat yang awalnya meminta
bantuan sebuah perusahaan cat namun bantuan tak kunjung tiba
Sumber: Laporan Kunjungan Kota Balikpapan membantu perwujudan kampung berwarna. OPD setempat mulai
menanggapi kebutuhan masyarakat, Dinas Perkim menyalurkan DAK
BSPS untuk membantu perbaikan rumah, DAK Sanitasi juga diarahkan
ke lokasi tersebut untuk membantu pembangunan IPAL, termasuk
Ilustrasi 3. Inisiatif dan Inovasi Lokal Kampung Tematik di Samarinda
pembangunan jalan di pinggir sungai.
Pada 2018, kegiatan Skala Kawasan regular mulai melanjutkan
Proses kolaborasi yang telah dilakukan di Kelurahan Masjid adalah
pembangunan jalan inspeksi pinggir sungai dan membangun ruang
sebagai berikut:
terbuka. Beberapa perguruang tinggi juga mulai memberikan
Proses kolaborasi pada awalnya di mulai ketika Kelurahan Masjid
bantuannya, wlaaupun dalam bentuk non-fisik. Seperti penguatan
secara bersamaan ditentukan sebagai lokasi kumuh dan dicanangkan
kapasitas masyarakat terkait kampung hijau, cinta lingkungan,
sebagai “Kampung KB” berdasarkan SK Wali Kota Samarinda.
dan sebagainya dalam rangka proses penghijauan kampung. Pihak
Penetapannya sebagai “Kampung KB memberikan jaminan bagi
kelurahan memberikan stimulan dalam bentuk beberapa pot bunga
warga Kelurahan Masjid, khususnya lokasi di RT 21, RT 09, dan
yang ditempatkan di pinggir jalan. Langkah itu ditanggapi swadaya
RT 07 untuk kerja sama lintas SKPD supaya berkolaborasi dalam
masyarakat sehingga pot-pot bunga menjadi bertambah banyak dan
menyelesaikan program-program masyarakat. Kampung KB ditujukan
mulai dirawat sendiri oleh warga. Arisan masyarakat berkembang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi yang telah
menjadi arisan untuk penyediaan pot bunga dan bak sampah. Sampai
ditetapkan. Dengan jaminan Kampung KB sebagai pintu masuk
saat ini, lingkungan RT 021 sudah mulai terlihat asri dan bersih.
kolaborasi, masyarakat mulai menyusun program-program yang akan
dipasarkan, menyusun mimpi sederhana awalnya yaitu strategi supaya Sumber: Laporan Kunjungan Kota Samarinda
lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik dari sebelumnya sembari

56 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 57


dari pertemuan informal antara pendamping, masyarakat, kegiatan yang membutuhkan perbaikan di lokasi kumuh. Kondisi ini
dan pemda. Dalam dokumen perencanaan, setiap OPD terjadi hampir di sebagian besar kota lokasi studi.
yang relevan seperti Perkim, PU, BPLDH, memfokuskan
Sebagai contoh di Kota Sorong, secara spesifik pemerintah kota belum
kegiatan-kegiatan di lokasi yang telah ditentukan.
menyediakan anggaran untuk indikasi program yang tertuang dalam
dokumen RP2KPKP. PAD Kota Sorong tergolong sangat kecil, sekitar Rp
Di Magelang, sejumlah pemangku kepentingan non-
45 miliar per tahun dari sektor jasa. Sehingga saat ini pemkot setempat
pemerintah seperti perbankan dan perusahaan swasta turut
hanya menyediakan tidak lebih dari 20 persen anggaran untuk ganti
andil dalam pembiayaan pembangunan kawasan. Di Kupang,
rugi dan penyediaan lahan. Dengan PAD yang sangat kecil, otomatis
pembangunan Skala Kawasan untuk tujuan destinasi wisata di
pembiayaan kegiatan kolaborasi sangat bertumpu pada pendanaan
kawasan Oesapa ikut melibatkan kontribusi provinsi.
kolaborasi.

Pemerintah Kota Sorong telah berinisiatif berkolaborasi dalam


4. Inisiatif keterpaduan data untuk perencanaan dan pemantauan. penanganan kumuh dengan CSR yaitu kegiatan penataan Kawasan Sriti
Inisiatif ini diawali oleh keberadaan database kumuh (Baseline (pinggiran sungai) di Kelurahan Remu Utara dengan membuat Ruang
kumuh) yang kemudian dikembangkan oleh pemda atas inisiatif Terbuka Hijau. RTH yang sama juga dibuat di Kelurahan Remu Selatan
Pokja PKP (lihat uraian ini di Ilustrasi 4). dan Klasagi sebagai percontohan.

III.3.3. MEMBANGUN KERJA SAMA DAN KEMITRAAN Pola kedua, adalah inisiatif pihak swasta dalam rangka realisasi
kegiatan CSR yang menghubungi pemda untuk memperoleh kegiatan-
Saluran kerja sama dengan pihak non-pemerintah telah diusahakan kegiatan yang relevan dengan target CSR mereka. Pada pola yang
oleh masyarakat, pokja, dan pendamping di beberapa lokasi kajian. kedua ini, pemda mengarahkan kegiatan CSR ke lokasi peningkatan
Pihak yang diajak bekerja sama meliputi perusahaan, perbankan, permukiman kumuh yang telah ditetapkan pemerintah.
organisasi nirlaba, dan perguruan tinggi. Pola kerja sama dalam bentuk
pembiayaan penyelenggaraan infrastruktur umumnya terjadi dengan Sebagai contoh di Kota Balikpapan. Awalnya kegiatan kelompok
pihak perusahaan dan perbankan dengan cara memanfaatkan dana Gentong Darling sudah berjalan dengan penanganan sampah metode
tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility, halte sampah, kemudian Dinas Perkim masuk menata Gang Api.
CSR). Misalnya, seperti yang terjadi di Kupang, Kota Balikpapan, dan BPM Program Kotaku Tahun Anggaran 2018 hadir menangani aspek
Kabupaten Majene. kumuh yang meliputi sanitasi, persampahan, dan proteksi kebakaran
berupa hidran kering. PT Sampoerna pun masuk melalui forum CSR
Sedikitnya ada dua pola kerja sama dan kemitraan: Kota Balikpapan atas arahan Bappeda untuk diperkenalkan dengan
Program Kotaku yang kemudian mengarahkan ke Kelurahan Baru
1. Inisiatif ‘pemasaran’ oleh masyarakat dan pemda ke pihak swasta,
Tengah untuk penanganan kampung atas air dengan konsep Urban
dan
Farming. Dinas Pertanian setempat pun tertarik untuk masuk dengan
2. Buy in oleh pihak swasta dalam rangka pembiayaan CSR. program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan bekerja sama
dalam hal pengadaan bibit, rumah bibit, pelatihan, tanah, dan media.
Pola yang pertama, umumnya didahului inisiatif masyarakat dan Setelah itu Dinas Perkim melanjutkan lagi dengan membuat ruang
pemda yang didampingi untuk mengusulkan pembiayaan kegiatan yang terbuka publik seperti taman bacaan, taman bermain, taman berolah
tercantum dalam RPLP/RP2KPKP ke pihak non-pemerintah dan atau raga, taman lansia, dan taman serumpun. Kolaborasi dilanjutkan

58 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 59


PT Sampoerna untuk pengadaan fasilitas bermain dan media taman dan CCMU memediasi dan memfasilitasi berbagai program kementerian
vertikal serta proteksi kebakaran berupa hidran kering. dan lembaga yang terkait dengan perumahan dan permukiman untuk
berkontribusi pada penanganan kumuh. Di antaranya adalah DAK
III.3.4. PARA PIHAK KOLABORASI Perumahan, BSPS, Sanimas, IUWASH Plus, dan lainnya.

Aktor kunci di dalam Program Kotaku memainkan peranan penting


III.4. KINERJA KELEMBAGAAN
pada proses mengupayakan pendanaan kolaborasi dari pemerintah
daerah dan sektor swasta. Pendanaan dan kegiatan kolaborasi
III.4.1. KINERJA POKJA PKP
terjadi sebagai hasil kerja kolektif yang dilakukan oleh: PMU, satker,
Pokja PKP, perangkat kecamatan/kelurahan/desa, BKM, warga, dan Mayoritas Pokja PKP di lokasi studi sudah berfungsi. Kinerja dan
konsultan Program Kotaku. Dasar kegiatan dan pendanaan kolaborasi pelaksanaan fungsi Pokja PKP diukur setiap tahunnya dengan indikator
tidak terlepas dari produk kebijakan. Di antaranya SK kumuh, perda sebagai berikut:
kumuh, RPJMD yang memuat isu kumuh, RP2KPKP, RPLP, dan
1) Ketersediaan rencana kerja,
Baseline (profile permukiman) yang partisipatif dan tersosialisasikan
dengan baik. 2) Ketersediaan BOP,
3) Ketersediaan sekretariat,
RP2KPKP, RPLP, dan Baseline yang notabene sebagai produk Program
Kotaku di tingkat kota dan komunitas menjadi alat yang berkontribusi 4) Adanya aktivitas rapat dan monitoring lapangan.
besar sebagai media kolaborasi dengan berbagai pihak. Pihak yang
berpotensial sebagai sumber pendanaan dan kegiatan sudah nyata Di tahun 2018, ada 13 pokja dari 17 pokja yang diamati tergolong
berkontribusi pada penanganan kumuh. Misalnya sejumlah program berfungsi, yaitu : Kab; Buleleng, Majene, Polewali mandar, Mojokerto,
di lembaga kementerian negara, BUMN, OPD provinsi, OPD kota/ Kota; Balikpapan, Bitung, Denpasar, Kupang, Manado, Samarinda,
kabupaten, perguruan tinggi, perbankan, swasta, LSM, swadaya atau Sorong, Ternate, Mageleng. Informasi lebih detil mengenai
perorangan, bahkan dari luar negeri. keberfungsian Pokja PKP lihat lampiran 5.

Peran BKM adalah mengintegrasikan RPLP ke dalam musrenbang di Struktur organisasi. Di seluruh lokasi kajian, Pokja PKP sudah
hampir semua lokasi kajian. Kepala desa dan kelurahan menggunakan terbentuk sejak 2016, yang ditetapkan melalui surat keputusan kepala
RPLP sebagai rujukan penggunaan anggaran dana desa dan dana daerah. Struktur organisasi Pokja PKP di 17 kota/kabupaten adalah
kelurahan di hampir sebagian besar lokasi kajian. sebagai berikut: 14 Pokja PKP diketuai kepala Bappeda dan tiga Pokja
PKP lainnya diketuai kepala Dinas Perkim.
Jajaran pemerintah kecamatan di Kota Bitung, misalnya, mendorong
pelaksanaan kegiatan dana kelurahan untuk merujuk ke RPLP. Pokja Keanggotaan Pokja PKP bervariasi di setiap kota, namun secara umum
PKP pun mendorong melalui memorandum program di tingkat kota, sudah melibatkan unsur OPD/ASN dan unsur non-pemerintah. Dari
untuk menghadirkan OPD terkait supaya berkontribusi merealisasikan 17 Pokja PKP, hanya ada dua Pokja PKP yang 100 persen anggotanya
kegiatan yang ada di RP2KPKP. Sementara dinas memasukkan Aparatur Sipil Negara (ASN), yaitu Pokja PKP di Kota Salatiga dan Kota
daftar investasi RP2KPKP ke dalam RKPD. Pendamping bertugas Manado.
mengadvokasi, memediasi, dan memfasilitasi BKM dan pemda untuk
menjalin kemitraan dengan berbagai potensi sumber pembiayaan. PMU Contoh Pokja PKP yang sudah melibatkan unsur non-pemerintah dari

60 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 61


berbagai kalangan terdapat di Kota Sorong, Keanggotaannya mencakup untuk menggabungkan Pokja PKP yang ada di PUPR dengan Pokja
perguruan tinggi, LSM, BUMN, REI, asosiasi keahlian, LSM, BKM, dan AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) yang ada di Bappeda.
konsultan Program Kotaku. Hal yang sama juga terjadi di Kota Magelang, yang berubah dari
Pokja PKP menjadi Pokja PPAS, sesuai arahan Badan Perencanaan
Pokja PKP telah mendorong kebijakan tingkat daerah untuk menangani Pembangunan Nasional (Bappenas).
permukiman kumuh dan sebagian di antaranya telah melakukan
keterpaduan perencanaan. Semua Pokja PKP telah mendorong Penyatuan kedua pokja diharapkan menjadi langkah penuntasan
penerbitan SK Kumuh, penyusunan RP2KPKP, penganggaran untuk permukiman kumuh dari permasalahan air dan penyehatan lingkungan
pembiayaan investasi kegiatan, dan pembiayaan kegiatan rapat, serta (sanitasi) melalui koordinasi antarperangkat di daerah. Termasuk
pemantauan kegiatan penanganan permukiman kumuh. juga penerapan kolaborasi dari pihak non-pemerintah yang memiliki
perhatian terhadap isu-isu tersebut.
Ada sebagian kota/kabupaten yang sudah melangkah lebih jauh
melakukan keterpaduan perencanaan penganggaran permukiman
kumuh: Kota Manado dan Kota Samarinda. Pokja PKP di Manado sudah Ilustrasi 4. Big Data Kota Manado
menghasilkan beberapa output seperti regulasi dan perencanaan.
Misalnya SK Kumuh, Perda Kumuh, Dokumen RP2KPKP, Perda Studio Big Data dan Program Kotaku Kota Manado diresmikan pada
14 Juli 2017 oleh Wali Kota Manado G.S.V. Lumentut bersama Wakil
Sampah, peraturan wali kota tentang sampah sampai kecamatan,
Wali Kota Manado Mor Bastian. Kehadiran inovasi Teknologi Informasi
peraturan daerah tentang sanitasi dan perda rumah susun. (TI) ini berawal ketika Program Kotaku Manado mempresentasikan
konsep Data Baseline By Name By Address kepada Bapelitbangda
Pokja PKP juga sudah memiliki inovasi data yaitu membuat Big Data Kota Manado di awal 2017. Konsep data Program Kotaku menginpirasi
berbasis spasial yang sudah mendapat penghargaan sebagai terbaik dan semakin menguatkan ide yang memang sudah direncanakan
se-Asia Tenggara. Data tersebut adalah hasil pengembangan dari Pemerintah Kota Manado, kendati masih belum mendapat konsep
pendataan perumahan dan permukiman yang sesuai harapan. Dengan
Baseline Kumuh Program Kotaku. modal dana APBD Tahun 2017 sebesar Rp 296.000.000, Bapelitbangda
memaksimalkan potensi 16 ASN yang sudah dua kali belajar
Pokja PKP Kota Samarinda aktif mensinkronkan program-program Penginderaan Jauh di Pustekdata LAPAN pada April dan Mei 2017.
daerah dan pusat agar disalurkan ke lokasi kumuh. Termasuk juga aktif Dengan dukungan informasi dan data Program Kotaku Manado serta
dalam memberikan sosialisasi terkait regulasi dan rencana pemerintah merekrut tenaga profesional di bidang TI, langkah awal yang dilakukan
adalah menyusun Peta Spasial di Kelurahan Pinaesaan dan beberapa
soal penanganan kumuh kepada camat, lurah, dan masyarakat di lokasi
kelurahan di Kecamatan Wenang dengan nama Sistem Informasi
kumuh. Gabungan Aplikasi Perangkat Daerah (SiGita).
Generasi pertama aplikasi berbasis spasial dengan tujuan deteksi
Perkembangan terkini pengaturan Pokja PKP di lokasi studi. Dengan wajib pajak dan optimalisasi Pajak Bumi dan Bangunan ini kemudian
adanya Pokja PPAS di tingkat pusat berimbas juga ke kabupaten kota. dikembangkan di Studio Big Data dan Program Kotaku. Aplikasi tersebut
juga diikutkan dalam Kompetisi Pemanfaatan Informasi Geospasial
Contoh di Kabupaten TTS, ketua Pokja PKP berada di Dinas PUPR pada
dengan pengembangan aplikasi generasi kedua yang diberi nama
awal dibentuk. Sedangkan mulai 2019, ketua Pokja PKP adalah ketua Dikomando, alias Digitasi Data dan Informasi Berbasis Geospasial
Bappeda, dan berganti nama dari Pokja PKP (Pengembangan Kawasan Terpadu dan Terkoneksi Program Kotaku Manado. Dikomando berhasil
Pemukiman) menjadi Pokja P3AMS (Pembangunan Perumahan masuk peringkat 10 besar kompetisi Inovasi Pemanfaatan Informasi
Permukiman, Air Minum, dan Sanitasi). Perubahan nama yang dinilai Geospasial yang dilaksanakan Badan Informasi Geospasial dan
lebih mewadahi kepentingan lintas sektor tersebut sebagai inisiatif

62 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 63


III.4.2. TINGKAT KEMANDIRIAN BKM
mendapat Penghargaan Bhumandala Award 2017.
Tak langsung berpuas diri, Kepala Bapelitbangda Kota Manado Liny Mayoritas BKM di lokasi studi sudah mandiri. Perkembangan
Tambajong yang menjadi sosok di belakang layar dan tim terus belajar, organisasi BKM dinilai setiap tahun dengan indikator sebagai berikut:
bekerja dan mengagas ide-ide cerdas karena melihat kebutuhan kualitas statuta organisasi, kualitas kepemimpinan, kualitas sistem
perencanaan daerah. Studio Big Data dan Program Kotaku kemudian manajemen, kualitas sumber daya keuangan, kualitas sumber daya
mengembangkan Generasi Ketiga yang diberi nama Panada (Portal manusia, dan kolaborasi/hubungan eksternal.
Analisis Data Berbasis Peta). Seluruh lurah dan kepala lingkungan
dilibatkan untuk menentukan batas lingkungan dan kelurahan Di tahun 2018, dari 17 BKM ada 5 BKM tergolong sebagai BKM Menuju
serta identifikasi bangunannya. Panada pun diikutkan dalam
kompetisi Pemanfaatan Informasi Geospasial dan berhasil menyabet
Madani, yaitu : BKM Tidar Utara, BKM Taubneno, BKM Alak, BKM Darma
penghargaan Bhumandala Award pada 2018, dan masuk Top 99 Inovasi dan BKM Pangaliali. Informasi lebih detil mengenai perkembangan
Pelayanan Publik dari Kemenpan RB pada 2019. organisasai BKM lihat di lampiran 6.
Dengan mengusung prinsip satu data-satu peta-satu perencanaan,
Manado telah memiliki peta resolusi sangat tinggi, bahkan dengan BKM yang sudah mandiri menjadi penggerak masyarakat dalam
hasil teknologi penginderaan jauh terkini. Peta dasar dan peta resolusi penanganan kumuh secara swadaya dan kemitraan. Di Samarinda,
sangat tinggi inilah yang dikembangkan sehingga Panada memiliki BKM Mesjid Sejahtera di Kelurahan Mesjid dengan pengalamannya
banyak fitur dan menu yang dapat menjadi dasar kebijakan dan
sejak PNPM telah mampu mendorong kolaborasi penanganan kumuh
pengambilan keputusan pemerintah. Misalnya mulai dari Administrasi
hingga Tematik Geoportal seperti sebaran toko Indomaret/Alfamaret, di kawasan kumuh. Sejak dimulainya perencanaan, BKM mendorong
lokasi Puskesmas, contoh bangunan ber-IMB, menara telekomunikasi, program untuk dipasarkan yang akhirnya mampu dibiayai dari BSPS,
dan lain-lain. Bahkan Panada telah merambah dunia kesehatan melalui Dinas Perkim, dan dana APBN. Selain itu BKM telah mampu mendorong
pemetaan wanita usia subur yg sudah atau belum melaksanakan test swadaya masyarakat melalui Arisan Cat, Arisan Pot Bunga, dan Arisan
IVA untuk mencegah kanker serviks.
Saat ini Studio Big Data dan Program Kotaku telah menjadi UPTD
Bak Sampah yang mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka
Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial di Pemerintahan Kota sendiri.
Manado. Program Kotaku sudah tidak menjadi bagian di dalamnya
karena data yang dimiliki tidak up to date lagi. Pelaksanaan sosialisasi terus menerus dan pelibatan masyarakat yang
Dengan mengakses panada.manadokota.go.id, bukan hanya warga Kota aktif tampaknya menjadi kunci keberhasilan kolaborasi di Kelurahan
Manado tetapi siapa saja dapat menyaksikan sendiri sajian pemetaan Mesjid. Jajaran Pemerintah Kelurahan Mesjid pun telah mampu
wilayah. Di masa mendatang, Panada akan dikembangkan lagi untuk mendorong program-program lain untuk diprioritaskan di kawasan
menyajikan data realtime yang terkoneksi dengan data kependudukan
kumuh. Termasuk memberikan pemahaman-pemahaman kepada
(KTP) dan nomor bangunan. Tujuannya supaya akurasi alamat rumah
dan bangunan untuk kebutuhan Satu Data Manado dapat tersaji. ketua RT yang tidak masuk kawasan dan menyalurkan program-
program yang lain yang cocok untuk RT non-kumuh lainnya.
Sumber: Laporan Kunjungan Kota Manado
Keberadaaan dan kapasitas BKM telah diakui oleh pemerintah kota/
kabupaten. Pokja PKP mengakui bahwa peran BKM sangat berkontribusi
dalam penanganan kumuh, terutama dalam pemberdayaan dan
penataan lingkungan serta dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
perumahan dan permukiman. Seperti di Denpasar, Pokja PKP secara
kontinu melakukan pembinaan terhadap BKM. Dan BKM pun dilibatkan
dalam pertemuan tingkat kota melalui Forum Komunikasi Antar-Badan
Keswadayaan Masyarakat (FKA-BKM).
64 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 65
Sementara menurut Pokja Kota Kediri, peran BKM sangat besar fasilitas yang sudah dibangun. Biaya perawatan iuran warga besaran
khususnya dalam penyadaran masyarakat. Contoh kasus di Kelurahan mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per bulan per KK. Eksistensi KPP
Pakelan yang menjadi wilayah banjir, sudah tiga tahun pemda diakui, bahkan sekarang diikutsertakan pemda setempat dalam review
melakukan normalisasi dan perbaikan konstruksi di atas saluran Baseline 100-0-100 Tahun Anggaran 2019.
tersier yang banyak ditempati pedagang, tapi selalu gagal. Tahun ini,
Tim KPP hasil inisiasi Dinas Perkim akan dilibatkan sehingga lebih
berjalan lancar saat dilakukan bersama dengan BKM.
efektif dalam pemeliharaan infrastruktur yang sudah dibangun. Pola di
Kemampuan BKM yang terjadi di lokasi studi ini adalah hasil dari Kota Salatiga menerapkan serah terima aset pengelolaan dari pemda
pendampingan Program Kotaku, seperti yang akan dijelaskan di Bab ke KPP di tingkat komunitas untuk dimanfaatkan dan dipelihara setiap
III.5. ada pembangunan sarana dan prasarana yang diusulkan warga dan
dibangun Dinas Perkim.
III.4.3. KELOMPOK PEMANFAAT PEMELIHARA
Contoh lainnya di Kota Bitung. Amir selaku anggota KPP Bitung Barat
Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan telah dibentuk di seluruh 1 menyampaikan bahwa tidak ada biaya operasional di KPP setempat.
kelurahan lokasi studi namun fungsinya belum optimal. Pasalnya, kegiatan yang dilakukan KPP adalah memberikan motivasi
kepada warga untuk mampu menjaga sarana prasarana yang ada
KPP diharapkan dibentuk di setiap kelurahan sejalan dengan adanya
kegiatan investasi yang dibiayai program. Harapannya adalah supaya dari berbagai hal dalam informasi-informasi dari KPP, LKM, dan
mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menjaga fungsi pemerintah kelurahan. Mulai dari konstruksi yang ada untuk tetap
dan keberlanjutan kualitas infrastruktur yang dibangun. dijaga, kebersihan, hingga perbaikan jika terjadi kerusakan-kerusakan.

Semua kelurahan lokasi studi telah membentuk KPP di tingkat Anggota KPP Bidang Lingkungan bernama Rita menambahkan bahwa
bila ada kerusakan, masyarakat akan patungan untuk memperbaiki
kelurahan, kendati hingga sekarang KPP yang aktif baru ada di 12
kelurahan. KPP yang aktif itu berada di lokasi pembangunan Ruang yang rusak. Di Kelurahan Bitung Barat 1 ini rutin dilaksanakan kegiatan
Terbuka Hijau, tata kelola persampahan, air minum, dan MCK. Biaya kerja bakti setiap Jumat.
operasional KPP berupa honor dan operasional perawatan berasal dari
iuran warga pemanfaat. Gambaran aktivitas KPP tersaji pada ilustrasi
di bawah. III.5. PENDAMPINGAN PERENCANAAN PENATAAN
PERMUKIMAN KUMUH
Tabel 10. Status Keaktifan KPP di 17 Kelurahan/Desa Lokasi
Studi 2018 Penanganan kumuh yang terjadi di lokasi studi menggunakan
pendekatan pembangunan kolaboratif. Pendekatan ini pada praktiknya
Keberadaan KPP pada Kegiatan Kolaborasi ditingkat Kelurahan/Desa
JENIS INVESTASI KEGIATAN Kutawarin Baru Bitung Kampung tidak hanya mengerahkan pelaku dan sumber daya dari satu sektor,
gin Lor Sooko Balowerti Taubneno Alak Tengah Mesjid Molas Barat 1 Pangali-ali Darma Baru
melainkan sudah melibatkan berbagai pelaku dan sektor lainnya—
MCK √ √ √ √ √ √ √ √
Persampahan √ √ √ √ √ √ √ yang memiliki hubungan vertikal maupun horizontal. Pendekatan ini
√ √
Air Bersih
Sarana Ruang Terbuka Hijau √ √ √
telah menempatkan pemda sebagai nakhoda yang mengarahkan dan
mensinegikan sumber daya dan para pihak, termasuk masyarakat
Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
sebagai subjek pembangunan untuk penanganan kumuh.
Ilustrasi KPP yang aktif di Kota Salatiga. Kinerja KPP berjalan baik dan
Sinergi sumber daya dan para pelaku terlihat dari proses persiapan dan
biasanya dikontrol sebulan sekali dan dilakukan pemeliharaan terhadap

66 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 67


perencanaan penataan lingkungan permukiman. Proses pendampingan Proses tahapan perencanaan permukiman berbasis masyarakat seperti
pemerintah daerah dan masyarakat di lokasi studi periode 2015-2018 dalam skema di atas sudah dilaksanakan di seluruh kota/kabupaten
tersaji sebagaimana tersaji di gambar 3. lokasi studi. Proses tersebut diawali kegiatan konsolidasi data kumuh
dari berbagai sumber data oleh pemerintah kota/kabupaten. Data yang
Gambar 3 Skema tahapan kegiatan perencanaan program KOTAKU dikonsolidasikan adalah data Baseline kumuh (profil permukiman) dan
data lainnya di sektor permukiman yang dimiliki oleh pemda.
Bulan Ke-1 Bulan Ke-3 Bulan Ke-5 Bulan Ke-6 Bulan Ke-7 Bulan Ke-9 Bulan Ke-10 dst
KEGIATAN TINGKAT KAB/KOTA

TAHAP PERSIAPAN TAHAP PERENCANAAN Hasil konsolidasi data digunakan sebagai potret kondisi kekumuhan
I.PERSIAPAN II.REVIEW DATA III.ANALISIS KAJIAN IV.PERUMUSAN
V.KEBERLANJUTAN
awal. Potret ini selanjutnya dianalisa yang hasilnya menjadi bahan
1. Sosialisasi Awal
7.Pengumpulan
Data : Primer &
10.Review
data profil
11.Overview
visi & misi dan
12.Analisis penanganan
permukiman kumuh
14.Penyusunan
17.Integrasi RP2KP-KP
dengan Perencanaan
penyusunan dokumen perencanaan di tingkat kota dan masyarakat.
2. Pembentukan/ permukima kebijakan Dokumen RP2KP-KP
Penyusunan dokumen perencanaan di tingkat kota (RP2KPKP)
Sekunder perkotaan Pembanguan Daerah
Penguatan Pokja PKP n kota permukiman

Kolaborasi Kolaborasi
dikoordinasikan oleh pokja, sedangkan perencanaan di tingkat desa/
kelurahan dikoordinasikan TIPP untuk menghasilkan dokumen RPLP.
Kolaborasi Memorandum
Memorandum Memorandum
Program/Kegiatan
Baseline Kumuh Keberlanjutan Program

Di semua lokasi studi tingkat kota sudah ada dokumen perencanaan


KEGIATAN TINGKAT

4.
3a.
MASYARAKAT

Pembentukan/ 6. Baseline 8.Pemetaan 9.Profil


Sosialisasi 13.Analisis penanganan 16.Integrasi RPLP
Penguatan Survey Tematik, Kajian Permukim 15.Penyusunan
Awal
RP2KPKP, kecuali Mojokerto yang masih dalam tahap penyusunan. Di
TIPP permukiman kumuh kel/ dengan Perencanaan
Masalah, Potensi an Kel/ Dokumen RPLP
3b.Pembentukan/ desa/kawasan Pembanguan Daerah
5.RPK & Peluang Desa
Penguatan BKM/LKM

I.PERSIAPAN II.PEMETAAN SWADAYA III.ANALISIS KAJIAN IV.PERUMUSAN


V.KEBERLANJUTAN
semua kelurahan lokasi studi sudah tersedia dokumen perencanaan
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PERENCANAAN
RPLP. Gambaran mengenai perkembangan dokumen RP2KPKP di
lokasi studi terlihat pada Grafik 5.
Dalam proses tahapan penyiapan yang sudah dilaksanakan, tim
Tabel 11. Status RP2KPKP dan RPLP di 17 Kota/Kabupaten
pendamping melakukan berbagai aktivitas sosialisasi dan peningkatan
Lokasi Studi
kapasitas kepada pemerintah desa, warga/relawan, dan BKM di tingkat
masyarakat. Output-nya, warga dan BKM bersepakat merevitalisasi STATUS
STATUS RPLP DI KELURAHAN/DESA KUMUH (PENINGKATAN KUALITAS)
∑ Kel/ ∑ Kel ∑ Kel Selesai ∑ Kel Telah ∑ RPLP Telah
dengan menambah peran penanganan kumuh selain penanggulangan NAMA KOTA/KABUPATEN DOKUMEN
Desa Peningkatan Penyusunan Pengesahan Terkonsolidasi
RP2KPKP
kemiskinan. Kualitas RPLP RPLP (Kel)
KOTA MAGELANG Disahkan 17 7 7 7 7
KOTA SALATIGA Disahkan 23 4 4 4 4
Di tingkat kota dalam tahapan penyiapan dilakukan aktivitas yang sama MOJOKERTO Proses 100 4 4 4 4
kepada aparatur pemda dan relawan kota, dengan output terbentuknya KOTA KEDIRI Disahkan 46 4 4 4 4
BULELENG Dokumen Final 29 6 6 6 6
Pokja PKP. Dalam proses tahapan persiapan di level masyarakat, tim KOTA DENPASAR Dokumen Final 43 1 1 1 1
fasilitator melakukan berbagai aktivitas pendampingan. Di antaranya TIMOR TENGAH SELATAN Review 13 2 2 2 2
KOTA KUPANG Disahkan 51 11 11 11 11
adalah peningkatan kapasitas kepada Tim Inti Perencanaan Partisipatif KOTA BALIKPAPAN Disahkan 34 12 12 12 12
(TIPP), mendampingi TIPP dalam pelaksanaan pemetaan swadaya KOTA SAMARINDA Disahkan 53 12 12 12 12
KOTA MANADO Disahkan 87 10 10 10 10
(penggalian data dan informasi lapangan melalui survei, wawancara, KOTA BITUNG Disahkan 69 5 5 5 5
MAJENE Disahkan 8 5 5 5 5
FGD, rembuk), serta mendampingi TIPP dalam penyusunan dokumen POLEWALI MANDAR Disahkan 9 4 4 4 4
profil permukiman tingkat kelurahan. Di tingkat kota dilakukan KOTA TERNATE Disahkan 77 12 12 12 12
KOTA TIDORE KEPULAUAN Disahkan 75 4 4 4 4
aktivitas yang sama kepada Pokja PKP kota, dengan output tersusunnya KOTA SORONG Disahkan 31 17 17 17 17
dokumen profil permukiman kota. TOTAL 765 120 120 120 120

Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku

68 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 69


isu kumuh hingga masuk dalam misi atau target di RPJMD.

Tim penyusun perencanaan tingkat kota dan tingkat kelurahan/desa Keseluruhan proses dan ketersediaan dokumen perencanaan di
lokasi studi menjalin komunikasi dan konsultasi. Tujuannya adalah atas, baik di kota maupun di tingkat masyarakat, terjadi sebagai
untuk mensinergikan kegiatan tingkat kabupaten/kota dengan kegiatan hasil pendampingan dan penguatan terhadap pemerintah kota
tingkat kelurahan/desa, dan sinergi kegiatan antara Skala Kawasan dan masyarakat yang dilakukan tim pendamping Program Kotaku.
dalam kabupaten/kota. Pendampingan program yang dilakukan di lapangan dilaksanakan
melalui peningkatan kapasitas kelembagaan BKM yang mencakup
Proses konsultasi yang terjadi di lapangan dilakukan di setiap tahapan beberapa faktor kemampuan.
perencanaan. Komunikasi dan konsultasi ini pada praktiknya berupa
forum-forum diskusi formal dan informal dalam rangka membangun Misalnya, internalisasi nilai. Yaitu kegiatan yang bertujuan agar BKM
persamaan persepsi dan kesepakatan-kesepakatan terhadap proses mampu menjaga, menerapkan, dan menyematkan nilai-nilai universal
menuju kota tanpa kumuh. kepada pihak-pihak yang diajak berkolaborasi. Selain itu adalah
menjadi mitra pemerintah, yaitu kegiatan yang bertujuan meningkatkan
Forum konsultasi ditemukan lebih intens terjadi di kemampuan pengorganisasian masyarakat dan menjadi mitra
kota-kota yang memiliki rencana Skala Kawasan3 pemerintah. Kemudian kemampuan menyusun dokumen perencanaan
3
, seperti di Kota Ternate, Kupang, Manado, Balikpapan, Samarinda, penataan lingkungan permukiman (RPLP), dan berkemampuan menjadi
dan Kota Magelang. Fokus pembahasannya diutamakan pada isu penggerak kolaborasi dengan berbagai pihak. Kemampuan yang
keterkaitan kegiatan Skala Lingkungan yang beririsan dengan kegiatan dituntut lainnya adalah memanfaatkan sistem informasi penanganan
Skala Kawasan. Hasil dari proses komunikasi dan atau konsultasi kumuh, termasuk kemampuan membangun infrastruktur sesuai
tersebut terlihat dari dokumen perencanaan RPLP di kelurahan kumuh standar teknis dan layak untuk semua.
lokasi studi yang sudah terkonsolidasi dengan perencanaan tingkat
kota. Ilustrasi pengalaman pendampingan yang dilakukan oleh tim korkot
dan atau fasilitator tersaji dalam ilustrasi di bawah ini.
Dalam proses integrasi kegiatan penanganan kumuh yang termuat
dalam dokumen RPLP dan RP2KPKP ke dalam perencanaan reguler, tim
fasilitator melakukan beberapa aktivitas. Di antaranya, meningkatkan
kapasitas BKM dan aparatur desa sebagai perwakilan yang akan Ilustrasi 5. Proses Pendampingan Perencanaan Partisipatif
Kelurahan Pangali-ali, Kabupaten Majene
membawa misi kegiatan penanganan kumuh dalam musrenbang. Tim
fasilitator pun mendampingi utusan yang mengawal kegiatan kumuh Berawal dari permasalahan kumuh di Kelurahan Pangali-ali pada 2015.
dalam proses musrenbang dari level desa hingga kota. Ada instruksi program yang mengharuskan bahwa di lokasi Program
Kotaku harus melakukan pendataan Baseline tanpa terkecuali. Pada
Di tingkat kota pendamping melakukan advokasi kegiatan penanganan saat itu Pemerintah Kelurahan Pangali-ali bersama BKM Pattoe Rannu
kumuh yang termuat dalam dokumen RP2KPKP melalui Pokja PKP dan relawan masyarakat yang ada di bersepakat melakukan pendataan
untuk menjadi prioritas usulan kegiatan dalam forum OPD. Keluaran kumuh. Namun sebelum kegiatan tersebut dimulai terlebih dahulu
dari kegiatan ini adalah daftar investasi yang termuat dalam RPLP dan dilaksanakan beberapa persiapan seperti sosialisasi tingkat kelurahan
sampai di tingkat basis.
RP2KPKP menjadi prioritas kegiatan yang akan didanai dari APBD I dan Setelah sosialisasi dilaksanakan, dibentuklah TIPP di tingkat
II. Selain itu para pendamping tingkat kota juga sekaligus mengadvokasi kelurahan yang anggotanya terdiri dari aparat kelurahan, BKM, kepala
3 Rencana Skala Kawasan yang diprakarsai baik oleh Program Kotaku lingkungan, dan relawan yang akan melakukan pendataan Baseline.
maupun oleh pemerintah daerah.

70 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 71


Para anggota TIPP mendapatkan penguatan (coaching) oleh Tim menyusunan dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Fasilitator terkait tata cara pendataan Baseline, dengan menyiapkan Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) di tingkat kabupaten,
data-data dasar, seperti data sekunder, data monografi, peta dasar serta menyusun Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
kelurahan/desa, dan informasi lain yang dibutuhkan. di tingkat kelurahan. Kedua dokumen tersebut merupakan satu
Selanjutnya TIPP dibagi dalam beberapa kelompok sesuai banyaknya kesatuan saling terkait dan terkonsolidasi. Di dalamnya memuat
lingkungan yang ada di Kelurahan Pangali-ali, untuk melakukan semua permasalahan dan perencanaan kegiatan dalam penanganan
pendataan Baseline di beberapa wilayah kumuh di tingkat basis. Karena kawasan kumuh dalam mengintervensi program/kegiatan khususnya
tidak jelas RT, RW, dan batasnya, maka disepakati pendataan tingkat di Kelurahan Pangali-ali.
basis dilakukan di level lingkungan. Relawan yang tergabung dalam Kondisi kawasan pesisir Kelurahan Pangali-ali sudah jauh lebih baik
TIPP yang didampingi fasilitator kelurahan melaksanakan pendataan dari sebelumnya setelah mendapatkan intervensi anggaran BPM
Baseline dengan turun langsung ke lapangan untuk melakukan FGD di dari Program Kotaku selama dua tahun terakhir (2017-2018) dengan
tingkat masyarakat tentang persoalan permukiman kumuh yang ada di total anggaran sebesar Rp 1.500.000.000. Genangan air sudah
Kelurahan Pangali-ali. berkurang drastis di beberapa tempat. Sanitasi lingkungan berupa
Pendataan dilaksanaan berdasarkan 7 (tujuh) indikator kumuh yang jamban komunal sudah memadai, akses air bersih bagi masyarakat
menjadi ketentuan pendataan Baseline tersebut. Dari pendataan yang MBR juga telah tercukupi dengan baik walaupun masih ada beberapa
dilaksanakan maka teridentifikasilah semua data-data yang diperlukan rumah tangga yang belum mempunyai jaringan air minum. Kini akses
dalam Baseline. Yakni kondisi bangunan hunian, jalan lingkungan, jalan pun sudah sangat bagus serta sarana persampahan juga sudah
drainase lingkungan, pembuangan air limbah penyediaan air bersih tersedia di masing-masing rumah warga.
dan air minum, pengelolaan persampahan, dan pengamanan bahaya
kebakaran. Pelaksanaan pendataan membutuhkan waktu kurang
lebih satu bulan karena pada saat pendataan ada beberapa data yang BKM, relawan, dan aparatur pemerintah desa atau kelurahan
dibutuhkan masih kurang jelas. Di antaranya persoalan bangunan mendapatkan peningkatan kapasitas dari fasilitator kelurahan melalui
rumah, luas lantai, bangunan menghadap ke jalan, dan lain-lain.
berbagai jenis kegiatan. Di antaranya pelatihan, penguatan (coaching),
sosialisasi, dan pendampingan kegiatan belajar kelurahan (KBK).
Ilustrasi 6. Proses Pendampingan Perencanaan Partisipatif Sebelumnya fasilitator mendapatkan peningkatan kapasitas dari para
pemandu nasonal di tingkat provinsi yang sudah mengikuti Training of
Adapun metode yang digunakan selain FGD adalah wawancara Trainers (TOT) oleh pemandu nasional. Materi-materi yang diterima
semi terstruktur dan transek untuk memastikan validitas data yang seluruh peserta tampak pada Tabel 12.
dihasilkan dari FGD dan sesuai kondisi sebenarnya di lapangan.
Setelah semua pendataan tersebut selesai maka dilakukan konsolidasi Tabel 12. Materi dan Isu yang Dibahas dalam Pelatihan di 17 BKM
dan analisis data di tingkat kelurahan untuk merekap persoalan
permukiman, baik rumah tangga maupun permasalahan lingkungan Jenis/Materi Pelatihan
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
lain (7 indikator) yang dituangkan dalam peta tematik permasalahan. 1. Konsep Kumuh 1. Pemerintah Sebagai Nakhoda 1. Memahami isi dokumen 1. Pemda sebagai Nakhoda dan BKM
Data Baseline yang telah selesai akan dijadikan acuan dalam menyusun 2. Permukiman Kumuh 2. Konsep Permukiman RPLP sebagai Penggerak Kolaborasi
3. Kolaborasi 3. Pembangunan yang 2. Pemetaan sumber daya Pembangunan
profil kumuh kelurahan beserta indikasi kegiatannya dan telah 4. Indikator Kumuh membahagiakan pelaksanaan kegiatan 2. Kolaborasi 1 data, 1 Peta dan 1
disepakati dalam kegiatan pelatihan di tingkat kelurahan sampai pada 4. Konsep dasar penanganan penanganan kumuh Perencanaan
kumuh 3. Perencanaan Teknis 3. Integrasi RPLP dengan
tingkat kabupaten. Hasil data Baseline dijadikan dasar penyusunan 5. Program KOTAKU 4. Pelaksanaan Konstruksi RPJMDes/RKP Desa, renstra/renja
dokumen RPLP di tingkat kelurahan, yang proses penyusunannya 6. Peran Pelaku dan Revitalisasi 5. Supervisi kegiatan kecamatan
memakan waktu kurang lebih enam bulan dengan menggunakan Peran BKM/LKM
7. Sinergi Perencanaan
infrastruktur
5. KPP
4. Indikator keberhasilan Program
5. PPM
pendanaan swadaya.
Lantas hasil pendataan Baseline tersebut juga dijadikan dasar dalam
Sumber data: Data Manual Tim Pelatihan

72 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 73


IV. PEMBAHASAN
BPM. Namun target tersebut tidak bisa digunakan sebagai acuan
mengestimasi kebutuhan biaya bagi penuntasan luasan kumuh di
daerah. Apabila mengacu pada hasil perhitungan di lokasi yang sudah
Pada bagian ini dibahas mengenai tata kelola kolaborasi yang tidak kumuh, perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1
telah berkontribusi terhadap penanganan kumuh. Pertama akan hektare kumuh berkisar antara Rp 1,25 miliar sampai Rp 1,75 miliar.
dibahas mengenai kontribusi dana dan kegiatan kolaborasi terhadap Secara terperinci pembahasannya ada di bawah ini.
pengurangan luasan kumuh, kemudian dibahas mengenai karakter
tata kelola kolaborasi yang terbentuk dan berjalan di lokasi studi. IV.1.1. PENCAPAIAN TARGET DANA KOLABORASI

Lebih dari separuh lokasi studi sudah mencapai target 4 kali BPM,
namun pencapaian terhadap target kolobarasi 4 kali BPM tidak serta
IV.1. KONTRIBUSI KOLABORASI TERHADAP PENGURANGAN LUASAN merta mencerminkan tinggi rendahnya komitmen pemerintah daerah
KUMUH terhadap pengurangan kumuh.
Bagian ini membahas kontribusi dana kolaborasi terhadap pengurangan Di 17 lokasi studi, semua kota/kabupaten sudah ada pembiayaan
kumuh di lokasi studi. Pertama disajikan gambaran pencapaian target kolaborasi infrastruktur pada lokasi kumuh yang bervariasi antara 62-
dana kolaborasi di lokasi studi. Bagian kedua berisi pembahasan isu 85 % dari total pembiayaan (BPM dan kolaborasi). Kisaran perhitungan
standarisasi pembiayaan pengurangan kumuh yang berkaitan dengan nilai tengahnya sama dengan estimasi proporsi kolaborasi nasional
derajat kekumuhan. Dan yang terakhir, membahas kontribusi kolaborasi sebesar 82 %. Ada beberapa kota lokasi studi yang sudah mencapai
terhadap pengurangan kumuh dengan dua pendekatan. Yakni melihat dan melampaui empat kali nilai BPM sesuai target program. Tapi ada
kontribusi pengurangan kumuh di tiga kelurahan yang telah selesai juga kota yang masih belum mencapai target. Lebih jelasnya seperti
menuntaskan kumuh. Selain itu menyandingkan proporsi volume dan tergambar pada grafik di bawah ini.
jenis kegiatan, besaran nilai pendanaan, dan jumlah penerima manfaat
yang bersumber dari BPM dan kolaborasi.

Kontribusi kolaborasi dalam pengurangan luasan kumuh cukup besar


di lokasi studi. Hal ini terlihat dari hasil menyandingkan proporsi
pendanaan BPM dan kolaborasi di dua kabupaten dan di tiga kelurahan
yang sudah tidak kumuh. Di lokasi-lokasi tersebut, dana kolaborasi
lebih besar dibanding BPM dan digunakan untuk membiayai jenis serta
volume kegiatan yang juga lebih besar.

Pola proporsi dana dan kegiatan tersebut ditemukan juga di lokasi-


lokasi yang belum menuntaskan kumuh, tapi sudah mengurangi nilai Grafik 5 Nilai BPM, Nilai Pendanaan Kolaborasi dan Nilai 4 x di 17 Kota/
kekumuhan. Hal ini menyiratkan, meskipun nilai dana kolaborasi Kab tahun 2016-2018
dan BPM telah cukup besar untuk membiayai kegiatan, namun untuk
sampai menuntaskan kumuh tergantung pada nilai kekumuhan awal
yang harus dikurangi.
Sumber: Diolah dari data Sistem Informasi Manajemen KOTAKU
Hampir separuh lokasi studi sudah mencapai target empat kali

74 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 75


Dari 17 kota lokasi studi ada 9 kota yang capaian pendanaan besar sumber pendanaan kolaborasinya berasal dari APBD II adalah
kolaborasinya melebihi target pendanaan kolaborasi (empat kali lebih Kabupaten TTS, Balikpapan, Salatiga, Kabupaten Mojokerto, Kediri,
besar dari pendanaan BPM). Yaitu Kota Sorong, Samarinda, Kupang, dan Kabupaten Buleleng.
Manado, Magelang, Kabupaten Majene, Kabupaten Polman, dan
Kabupaten Buleleng. Kota yang kolaborasinya sudah melebihi BPM Fakta ini menyiratkan bahwa pencapaian terhadap target kolaborasi
namun target empat kali BPM belum tercapai adalah Kota Kediri, empat kali BPM tidak serta merta mencerminkan tinggi rendahnya
Ternate, Bitung, Salatiga, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten TTS. komitmen pemerintah daerah terhadap pengurangan kumuh. Informasi
lebih detil mengenai capaian kolaborasi terhadap target projek (4 x
Kota yang nilai kolaborasinya lebih kecil dari pendanaan BPM terjadi di BPM) lihat di lampiran 7.
Balikpapan dan Tidore Kepulauan. Kota dengan pendanaan kolaborasi
terbesar adalah Kota Sorong dengan BPM sebesar Rp 11 miliar dengan IV.1.2. ISU STANDARISASI PEMBIAYAAN PENGURANGAN KUMUH
sandingan dana kolaborasi sebesar Rp 229 miliar (APBN Rp 144 M; DAN DERAJAT KEKUMUHAN
APBD I Rp 64 M; APBD II Rp 19 M; dan pendanaan lainnya Rp 882 juta). Meskipun pendanaan telah cukup besar untuk membiayai kegiatan
Artinya, dana kolaborasi Kota Sorong mencapai 21 kali lebih besar dari pengurangan kumuh di suatu lokasi, namun untuk sampai menuntaskan
anggaran BPM. kumuh tergantung pada nilai kekumuhan awal yang harus dikurangi di
lokasi tersebut.
Kota Samarinda mendapatkan alokasi BPM sebesar Rp 14,8 miliar
dengan sandingan dana kolaborasi sebesar Rp 125,7 miliar (APBN Rp Didalam studi ini ditemukan bahwa tidak semua lokasi kumuh yang
49,5 M; APBD I Rp 58,8 M; APBD II Rp 12 M; dan dana lainnya Rp 5,3 sudah diintervensi kegiatan dengan dana yang cukup besar ,bisa
M). Artinya, pencapaian dana kolaborasi di Kota Samarinda hampir langsung mengurangi luasan kumuhnya, hal ini tergantung pada
sembilan kali lebih besar dari dana BPM. berapa nilai kekumuhan awal yang harus dikurangi (Kumuh berat 71-
95 , kumuh sedang 45-70, kumuh ringan 19-44) hingga turun menjadi
Contoh kota yang capaian pendanaan kolaborasinya di bawah empat nilai dibawah 19.
kali BPM, bahkan tidak lebih besar dari BPM adalah Kota Balikpapan.
Besaran BPM yang dianggarkan adalah Rp 99,9 miliar, ditambah dana Beberapa kelurahan yang sudah diintervensi kegiatan namun luasan
sandingan kolaborasi sebesar Rp 8,1 miliar (hanya ada APBN Rp 194 kumuhnya tidak berkurang samasekali yaitu ;Kel Molas, Soa-Sio,
juta dan APBD II Rp 7,9 M). Kota Tidore Kepulauan mendapat dana BPM Darma, Kampung baru, Tidar utara dan Klamana. Kelurahan yang
Rp 12 miliar dan dana kolaborasi Rp 6,9 miliar (APBN Rp 1,1 M; APBD sudah ada capaian pengurangan kumuhnya yaitu; Kel Kutowinangun
II Rp 640 juta; dan pendanaan lainnya sebesar Rp 5 M). lor, Sooko, Balowerti, Alak, Baru tengah, Bitung barat 1, Rum dan
kelurahan yang sudah berhasil mengurangi luasan kumuhnya hingga
Sumber pendanaan terbesar kota yang kolaborasinya melebihi 100% yaitu; kel Taubneno, Mesjid, , dan Pangali-ali. seperti terlihat
target empat kali BPM bervariasi. Misalnya Sorong dan Manado dana pada lampiran 8.
terbesarnya dari APBN, Samarinda dana terbesarnya dari APBD I,
sedangkan Kabupaten Majene, Kabupaten Poleman, Magelang, dan
Kupang sumber pendanaan kolaborasi terbesarnya dari APBD II. Tiga
kota yang belum mencapai target, sumber pembiayaan kolaborasi
terbesarnya berasal dari APBN yaitu Kota Ternate, Tidore, dan
Kota Bitung. Kota yang kolaborasinya belum tercapai dan sebagian

76 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 77


Gambar 4. Contoh Pengurangan Luasan Kumuh Berdasarkan IV.1.3. KONTRIBUSI DANA DAN KEGIATAN KOLABORASI TERHADAP
Perhitungan di Level Rukun Tetangga PENGURANGAN KUMUH

Kolaborasi berkontribusi signifikan terhadap pengurangan luasan


kumuh, proporsinya lebih besar 4-5 kali terhadap BPM, baik dari
kontribusi pendanaan, jenis dan volume kegiatan infrastruktur, maupun
jumlah penerima manfaat.

Hingga saat ini perhitungan kebutuhan pendanaan untuk menyelesaikan


satu hektare luasan kumuh masih belum memiliki standar. Karena,
tergantung pada:

1. Hasil penilaian aspek kondisi kekumuhan (Kumuh Ringan,


Kumuh Sedang, Kumuh Berat);

2. Penilaian lokasi berdasarkan pada aspek legalitas tanah


Lampiran 8 adalah satu contoh perhitungan pengurangan kumuh. Tabel
(status tanah legal dan status tanah ilegal).
itu menggambarkan Kelurahan Molas yang sudah diintervensi dengan
berbagai kegiatan BPM dari 2017 hingga 2018, namun luasan kumuhnya 3. Aspek pertimbangan lainnya/strategis (pertimbangan lain
belum berkurang. Kegiatan tersebut adalah jalan 597 meter, drainase kategori ringan, sedang, tinggi) yang akan menentukan
278 meter, jembatan 82 meter, persampahan satu unit, perpipaan air pola penanganan tertentu: pemugaran, peremajaan, atau
bersih 2.400 meter, sumur bor 12 unit. Dan pembangunan dari hasil permukiman kembali.
kolaborasi yang dilakukan adalah jalan 535 meter, persampahan tujuh
unit, dan sumur bor tiga unit. Intervensi tersebut hanya mengurangi Tipologi lokasi pun akan sangat berpengaruh terhadap pembiayaan.
derajat kekumuhan dari nilai awal 33 pada 2016, bergeser ke 28 pada Di antaranya untuk permukiman atas air, tepi air, dataran rendah,
2017, dan 22 pada 2018, dengan luasan kumuh yang tetap sebesar perbukitan, atau kawasan rawan bencana. Kondisi kekumuhan, pola
13,78 ha. Kelurahan Molas belum berhasil mengurangi luasan kumuh penanganan, dan tipologi permukiman kumuh akan sangat menentukan
dengan nilai di bawah angka 19. varian besarnya pembiayaan dalam menyelesaikan penanganan per
hektare luasan kumuh.
Lain halnya dengan Kelurahan Mesjid, areal kumuh tersebar di tiga RT Di sebagian besar lokasi penanganan kumuh yang dilaksanakan oleh
dengan total luas kumuh 5,18 ha dengan intervensi kegiatan Program Program Kotaku—khususnya pada lokasi studi memiliki klasifikasi
Kotaku periode 2017-2018. Kegiatan melalui BPM berupa jalan 443 kekumuhan sedang hingga ringan. Walaupun ada varian tipologi lokasi
meter, persampahan empat unit, dan dari kolaborasi berupa jalan 789 permukiman, namun hampir semua berada pada status tanah legal
meter, drainase 386 meter, jembatan 390 meter, rehabilitasi 22 unit sehingga pola penanganan yang dilakukan adalah peremajaan.
rumah, MCK satu unit, persampahan 10 unit, air bersih 789 meter, dan
air bersih 386 unit. Dari tiga RT lokasi kumuh tersebut, derajat nilai Pola penanganan yang dilakukan diasumsikan seragam dalam studi
kumuh terus menurun hingga semua RT berada di bawah nilai 19. ini guna kepentingan menghitung proporsi kontribusi pengurangan
Bahkan satu RT menyabet keberhasilan hingga ke nilai 5, yang artinya luasan kumuh dari kolaborasi. Pendekatan yang digunakan adalah
mampu mengurangi luasan kumuh hingga 100 %. perhitungan pengurangan luasan kumuh berdasarkan pada proporsi
pendanaan BPM dan kolaborasi (Grafik 6-9), serta pendekatan

78 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 79


perhitungan pengurangan luasan kumuh berdasarkan proporsi jumlah Seperti yang terjadi di Kelurahan Taubneno, Mesjid, dan Kelurahan
kegiatan dan volume kegiatan BPM dan kolaborasi (lihat tabel 13,14,15, Pangali-ali. Jumlah pengurangan kumuh dari ketiga kelurahan
dan 16). tersebut seluas 23,55 ha dengan total pendanaan sebesar Rp 37 miliar,
atau rata-rata per hektare sebesar Rp 1,750 miliar.
Grafik 6. Proporsi Pengurangan Luasan Kumuh di 3 Kelurahan
Periode 2016-2018 Sedangkan pada lokasi studi tingkat kota, ada dua kabupaten yang
kumuhnya sudah dianggap tuntas yaitu Kabupaten Timor Tengah
Selatan dan Kabupaten Majene. Jumlah pengurangan luasan kumuh
pada kedua kabupaten tersebut seluas 30,2 ha, dengan total pendanaan
Rp 46,8 miliar atau rata-rata dana yang digunakan sebesar Rp 1,25
miliar per ha.

Berdasarkan fakta dan perhitungan di atas, pendanaan kolaborasi


signifikan berkontribusi terhadap pengurangan luasan kumuh bila
dibandingkan dengan pendanaan yang berasal dari Program Kotaku
atau BPM. Dalam Grafik 11-14 nampak bahwa dari 100 % capaian
pengurangan luasan kumuh baik tingkat kota maupun tingkat kelurahan
Grafik 7. Proporsi Pengurangan Luasan Kumuh di 2 Kabupaten kolaborasi berkontribusi sekitar 83-84 %, sedangkan BPM hanya
Periode 2016-2018 sekitar 16-17 %. Informasi lebih detil mengenai proporsi perhitungan
luasan kumuh BPM dan Kolaborasi dapat dilihat di lampiran 9 dan 10.

Tabel 13. Volume Kegiatan Menurut Jenis Kegiatan dan Pendanaan di


17 Kota/Kabupaten Lokasi Studi

Hasil studi ini menemukan bahwa bila efektivitas diartikan besaran dana
pengurangan kumuh yang diperlukan untuk menyelesaikan persatuan
hektare luasan kumuh, maka rata-rata dana yang dibutuhkan sekitar
Rp 1,25 hingga 1,75 miliar.

Mengacu Tabel 7, pendekatan perhitungan pengurangan luasan kumuh


berdasarkan pada proporsi pendanaan BPM dan kolaborasi di lokasi
studi hanya bisa dilaksanakan terhadap lokasi yang dianggap sudah
selesai penanganan kumuhnya (capaian pengurangan kumuh 100 %).

80 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 81


Tabel 14. Volume Kegiatan Menurut Jenis Kegiatan dan Pendanaan di seluas 6.839 meter per segi. Kolaborasi pun telah mengutamakan
17 Kelurahan/Desa pembangunan infrastruktur yang tidak diperhatikan BPM, yaitu:
jembatan sepanjang 390 meter, bangunan gedung (2.154 RTLH), dan
saluran pembuangan limbah sepanjang 700 meter.

Proporsi kegiatan di tingkat kota/kabupaten dari 15 jenis kegiatan,


kolaborasi unggul pada satuan volume di 13 jenis kegiatan (87 %), dan
BPM hanya unggul pada satuan volume di dua jenis kegiatan (13 %).
Sedangkan proporsi kegiatan di tingkat kelurahan/desa, dari 13 jenis
kegiatan kolaborasi unggul pada satuan volume di 10 jenis kegiatan (77
%) dan BPM hanya unggul di tiga jenis kegiatan (23 %).

Seperti halnya pada proporsi pendanaan dan kegiatan, proporsi pada


penerima manfaat antara kolaborasi dengan BPM hampir senada.
Semua penerima manfaat pada setiap jenis kegiatan yang bersumber
dari kolaborasi lebih besar dibandingkan dengan penerima manfaat
dari kegiatan yang bersumber dari BPM, baik di tingkat kota maupun di
Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
tingkat kelurahan.
Berdasarkan tabel di atas, jenis pembangunan didominasi oleh kegiatan
Sebagai contoh di tingkat kota. Total jumlah KK penerima manfaat
yang dibiayai kolaborasi baik di tingkat kota maupun di tingkat desa.
dari kolaborasi ada 303.768 dengan jumlah jiwa 1.059.207. Sedangkan
Sebagai contoh, dana kolaborasi dimanfaatkan untuk pembiayaan
jumlah KK penerima manfaat dari BPM hanya 56.517 dengan jumlah
15 jenis kegiatan yang dibangun di seluruh lokasi di tingkat kota,
jiwa 217.590. Artinya, jumlah penerima manfaat kolaborasi baik KK
sementara BPM membiayai 11 jenis kegiatan. Di tingkat kelurahan,
maupun jiwa lebih besar lima kali dari jumlah penerima manfaat BPM.
dana kolaborasi membiayai 11 kegiatan, BPM membiayai 10 kegiatan.
Pada tingkat kelurahan, total jumlah KK penerima manfaat kolaborasi
Berdasarkan tabel yang sama, volume kegiatan pembangunan juga
ada 40.835 dengan jumlah jiwa 134.127 orang. Sedangkan jumlah KK
didominasi oleh kegiatan yang dibiayai kolaborasi baik di tingkat kota
penerima manfaat dari BPM hanya 6.128 dengan jumlah jiwa 23.183
maupun di tingkat desa. Sebagai contoh di tingkat kota, pada kegiatan
orang. Artinya, jumlah penerima manfaat kolaborasi baik KK maupun
jalan kolaborasi membangun 399.575 meter dan BPM membangun
jiwa lebih besar enam kali dari jumlah penerima manfaat BPM.
57.232 m. Di tingkat kelurahan/desa, kolaborasi membangun jalan
sepanjang 27.226 m, BPM membangun 6.836 m. Pada kegiatan
drainase di tingkat kota, kolaborasi membangun 284.976 meter,
BPM membangun 103.189 m. Sementara di tingkat kelurahan/desa,
kolaborasi membangun jalan sepanjang 9.012 m, BPM membangun
40.917 m.

Di tingkat kota, kolaborasi telah menitikberatkan prioritas pada


infrastruktur yang tidak diperhatikan BPM. Yaitu pembangunan
6.943 RTLH, penerangan umum ada 45 unit, dan ruang terbuka hijau

82 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 83


Tabel 15. Jumlah Penerima Manfaat Kegiatan di 17 Kota/Kabupaten 2. Peserta dalam forum termasuk aktor non-pemerintah;
Lokasi Studi
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan
VOLUME
PEMANFAAT KOLABORASI PEMANFAAT BDI dan tidak hanya ‘’dikonsultasikan’’ oleh badan publik;
JENIS INVESTASI KEGIATAN SATUAN JIWA JIWA VOLUME JIWA
KOLABORASI JML KK JML MBR JML JIWA JML KK JML MBR JML JIWA
PEREMPUAN DIFABLE BDI PEREMPUAN
Jalan
Drainase
Meter
meter
399,575
284,976
104,174
62,102
51,356
34,562
369,800
225,059
201,753
123,291
66
31
33,889
52,447
14,868
20,525
6,506
8,776
57,985
76,631
29,573
39,213 4. Forum ini diatur secara formal dan bertemu secara kolektif;
Drainase unit 224 27,370 13,565 80,115 45,620 2 20 296 131 1,141 585
Jembatan Meter 7,142 5,744 2,754 18,767 10,322 - 59 547 255 2,314 1,220
Bangunan Gedung
MCK
Unit
unit
6,943
1,719
7,111
10,499
7,054
5,584
28,395
34,256
17,818
18,954
14
9 315 869 470 3,689 1,905 5. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan melalui
Persampahan unit 4,633 69,488 47,339 250,808 136,005 57 332 13,325 5,530 51,436 26,280
Air Bersih
Air Bersih
Meter
unit
2,927
2,109
4,800
1,116
3,319
850
18,462
4,224
10,736
2,500
3
1
3,426
195
487
1,671
246
940
2,300
7,586
1,209
4,009
konsensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam
Penerangan Umum
Saluran Pembuangan Limbah
unit
Meter
45
2,240
250
1,011
126
495
1,166
2,865
610
2,023
-
- 1,042 395 148 1,493 760 praktiknya); dan
Sarana Ruang Terbuka Hijau M2 6,859 2,028 617 7,830 4,100 - 268 72 36 230 118
Proteksi Bahaya Kebakaran Meter 968 438 33 1,565 832
Proteksi Bahaya Kebakaran
TOTAL
Unit 630 8,075
303,768
5,059
172,680
17,460
1,059,207
10,715
584,447
1
184
101 3,024
56,517
674
23,745
11,220
217,590
5,687
111,391
6. Fokus kolaborasi adalah pada kebijakan publik atau
manajemen publik.

Karakter Pokja PKP seperti yang tergambar di atas ditemukan di


Tabel 16. Jumlah Penerima Manfaat Kegiatan di 17 Kelurahan/Desa
hampir semua lokasi seperti tampak pada tabel di bawah.
Lokasi Studi
Sebagaimana tergambar di bagian III.4. proses penyelenggaraan
kolaborasi dalam tahap perencanaan di level kota diinisiasi oleh Pokja
PEMANFAAT KOLABORASI PEMANFAAT BDI
JIWA
JENIS INVESTASI KEGIATAN SATUAN JIWA JIWA JML JML
VOLUME JML KK JML MBR JML JIWA VOLUME JML KK PEREMPU
PEREMPUAN DIFABLE MBR JIWA
AN PKP, dan di level masyarakat diinisiasi oleh BKM. Di tingkat masyarakat
Jalan Meter 27,228 11,169 6,597 38,526 22,433 4,666 1,273 653 4,932 2,580
Drainase Meter 40,917 15,420 9,655 46,395 27,681 6,201 1,292 533 4,868 2,498 BKM membentuk gugus tugas khusus bidang perencanaan dengan
Drainase 2 147 85 554 282
Jembatan Meter 390 544 328 1,870 1,027 nama Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP).
Bangunan Gedung Unit 2,154 2,252 2,036 8,695 5,196
MCK Unit 156 803 553 3,180 1,950 57 189 104 699 340
Persampahan
Air Bersih
Unit
Meter
1,029
120
8,225
1,158
5,393
685
26,459
4,592
15,468
2,645
1
1
49 2,851 1,394 10,793 5,472 Pokja PKP hakekatnya adalah lembaga koordinasi yang resmi dibentuk
Air Bersih
Saluran Pembuangan Limbah
Unit
Meter
320
700 136 92 686 350
16 84 63 363 180 oleh kepala daerah, dalam praktiknya Pokja PKP melaksanakan tugas
Sarana Ruang Terbuka Hijau
Proteksi Bahaya Kebakaran
M2
Unit
1,133
14
638
490
204
244
2,451
1,273
1,282
921 2 290 169 974 520
dan perannya sebagai organisasi pengarah dalam penanganan kumuh.
TOTAL 40,835 25,787 134,127 78,953 2 6,126 3,001 23,183 11,872
Unsur yang terlibat dan mendapat pengarahan berasal dari pemerintah
maupun non-pemerintah, termasuk BKM dalam satu forum untuk
Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
merumuskan berbagai kebijakan terkait penanganan kumuh di daerah,
termasuk pendanaan dan bentuk kegiatan.
IV.2. TATA KELOLA KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN
KUMUH Gambaran mengenai kebijakan pendanaan dan kegiatan dirumuskan
dan dilaksanakan oleh Pokja PKP dan BKM telah digambarkan pada
Tata kelola kolaborasi dalam penanganan kumuh telah terbentuk dan
bagian III.3, yaitu melalui:
berjalan di semua lokasi studi.
1. Integrasi
Keberadaan Pokja PKP sesuai dengan kriteria tata kelola kolaborasi
yang dirumuskan oleh Ansell & Gash (2007). Yaitu mencakup: 2. Inovasi Keterpaduan

1. Keberadaan forum yang diprakarsai oleh lembaga atau 3. Kemitraan.


lembaga publik; Pada bagian IV.1 telah dibahas bahwa dana dan kegiatan kolaborasi yang
kebijakannya dirumuskan oleh Pokja PKP dan BKM telah berkontribusi

84 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 85


besar terhadap pengurangan luasan kumuh di lokasi studi. Hal ini belum memiliki anggaran dan SDM untuk menyusun dokumen
dikarenakan kebijakan yang dirumuskan mengacu pada dokumen seperti itu”. (anggota Pokja PKP Dinas Perkim Kabupaten TTS);
RPLP dan RP2KPKP sebagai suatu bentuk konsensus.
“Kami ikut membangun kegiatan talud sungai di Oesapa untuk
RPLP dan RP2KPKP dijadikan rujukan kebijakan karena disusun melalui menata kawasan yang direncanakan RP2KPKP. Kami ikut terlibat
mekanisme partisipatif, dan daftar kegiatannya sudah sesuai kebutuhan dalam penataan dan pembangunan talud tersebut karena sesuai
masyarakat, data dan informasi rinci dan valid, berisi informasi detail, dengan tupoksi kami dan ini pun arahan dari hasil diskusi dengan
by name by address yang telah dikonfirmasi kesesuaiannya dengan Pokja PKP”. (anggota Pokja PKP BPBD Kupang).
data skunder kelurahan.
Tabel 17. Keberadaan Kriteria Tata Kelola Kolaborasi di Lokasi Studi
Rujukan tersebut juga sudah dalam bentuk perencanaan ruang, Kota Kabupaten Lokasi Studi

terkonsolidasi dengan perencanaan kota (RTRW, RDTR, RP2KPKP, dan N0 Kriteria Tata Kelola Kolaboratif Pokja PKP Kab
Buleleng
Denpasar Ternate Tidore Kediri
Kab
Mojokerto
Magelang Salatiga Manado Bitung
Kab Kab
Majene Polewali
Sorong Kupang Kab TTS Samarinda
Balik
Papan

perencanaan sektor lainnya) sesuai kebutuhan pemerintah. Bentuk Keberadaan forum yang diprakarsai oleh
1 lembaga atau lembaga publik
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Peserta dalam forum termasuk aktor non-


perencanaan seperti ini mengisi kekosongan data dan informasi yang 2 pemerintah
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

selama ini dibutuhkan OPD guna merealisasikan anggarannya. Peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan tidak hanya '' √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dikonsultasikan '' oleh badan publik
3

RP2KPKP dan RPLP sudah menjadi rujukan dalam pelaksanaan


Forum ini diatur secara formal dan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 bertemu secara kolektif,
Forum ini bertujuan untuk membuat
pembangunan tingkat kelurahan dan kota, seperti yang terungkap dari keputusan melalui konsensus (bahkan jika
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
konsensus tidak tercapai dalam
beberapa hasil diskusi di lapangan, sebagai berikut: 5 praktiknya)
Fokus kolaborasi adalah pada kebijakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 publik atau manajemen publik.

“Sudah ada RP2KPKP sejak 2018, namun belum disahkan. Meski


begitu kegiatan perencanaan mulai dari RPLP-RP2KPKP sudah Keberadaan Pokja PKP selain sebagai forum khusus untuk
diakomodir dan dituangkan dalam dokumen dokumen RKPD 2018 mengarahkan dan merumuskan keputusan di bidang penanganan
dan 2019. Tahun ini ada review (survey) Baseline lagi melibatkan kumuh di level kota, terdapat forum perencanaan tingkat kota
warga dan tim Program Kotaku yang hasilnya akan dilokakaryakan lainnya sebagai bagian dari sistem perencanaan daerah, yaitu forum
di tiap kelurahan dan digunakan sebagai bahan penyusunan musyawarah perencanaan pembangunan daerah (musrenbang kota/
rencana ke depan”. (anggota Pokja PKP dari Bapelitbangda Bidang kabupaten). Arahan dan rumusan yang telah dihasilkan Pokja PKP
Ekbang Kota Salatiga); dibawa ke forum musrenbang untuk menjadi kebijakan perencanaan
“Dari hasil memorandum RP2KPKP pada 2017-2018, beberapa OPD dan penganggaran daerah.
sudah melaksanakan kegiatan yang terkait dengan penanganan Seperti telah digambarkan sebelumnya di bagian III.3., proses
kumuh sesuai sektornya. Untuk 2019, ada beberapa kegiatan di penyelenggaraan kolaborasi dengan mengintegrasikan rencana
dalam RPLP dan RP2KPKP yang sedang dilaksanakan di beberapa investasi kegiatan penanganan kumuh kedalam perencanaan reguler
lokasi. Beberapa sumber pendanaan di antaranya adalah dari APBD sudah terjadi hampir di semua lokasi studi dan menjadi pola umum
II, dana kelurahan, dan dari APBN melalui satker provinsi, seperti seperti yang tergambar dalam Skema Proses Tata Kelola Kolaborasi
yang sedang dikerjakan di Kelurahan Makassar Timur calon lokasi KOTAKU (lihat lampiran 11).
Skala Kawasan”. (Anggota Pokja PKP Kota Ternate);
Dari gambaran skema proses pada lampiran 11, terlihat bagaimana
“Kami sangat terbantu dengan adanya RPLP. Karena di dalamnya dokumen RPLP dan RP2KPKP mempengaruhi dokumen perencanaan
sudah memuat kegiatan yang cukup rinci, apalagi selama ini kami diatasnya seperti; RPJMDes, Restra OPD, RKPD, RPJMD. Seperti yang

86 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 87


terjadi di 15 kota/kabupaten dari 17 lokasi studi yang telah memasukan 1. Perbedaan Kualitas Kelembagaan
isu penanganan kumuh kedalam RPJMD kecuali Kab Mojokerto dan
a. Pemerintah daerah belum melibatkan pihak-pihak di luar
TTS.
pemerintah untuk menjadi anggota Pokja PKP/forum (contoh
IV.3. FAKTOR PENDUKUNG DAN TANTANGAN KOLABORASI Salatiga dan Manado),

IV.3.1. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENENTU VARIASI PENCAPAIAN b. Pokja PKP masih diketuai oleh Dinas Perkim (contoh Kota
KOLABORASI magelang, Kota Ternate, dan Kabupaten TTS),

Dalam uraian sebelumnya terlihat bahwa tata kelola kolaborasi telah c. Pokja PKP yang kurang berfungsi karena tidak memiliki
berkontribusi terhadap pengurangan luasan kumuh. Terdapat tiga rencana kerja, tidak ada biaya operasional, pergantian
faktor pendukung yang memungkinkan hal ini terjadi. Yaitu: personel dan hanya diisi oleh staf, tidak adanya insentif dan
disinsentif (contoh Kediri, Salatiga, Tidore, dan TTS).
1) Kegiatan pendampingan dan penguatan kapasitas terhadap
pemerintah daerah dan masyarakat dalam perencanaan 2. Perbedaan Kualitas Pendampingan
penataan permukiman kumuh, a. Di beberapa kota, kegiatan dikendalikan oleh Askot Mandiri
2) Kinerja kelembagaan yaitu Pokja PKP yang berfungsi dan yang formasi timnya tidak selengkap formasi tim Korkot
keberdayaan BKM, dan (contoh Kabupaten Mojokerto, Kota Kediri, Kabupaten
Buleleng, Kabupaten TTS, dan Tidore).
3) Dukungan teknis dan keaktifan pengendalian dari
konsultan provinsi dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) b. Di beberapa kota, pendamping belum optimal memfasilitasi
terhadap pendamping di daerah. produk dokumen perencanaan RP2KPKP (contoh Kota
Denpasar, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Mojokerto, dan
Ketiga faktor tersebut ada di semua lokasi studi sebagai bagian dari Kabupaten TTS).
pelaksanaan rancangan Program Kotaku.
c. Intensitas pendampingan forum konsultasi level kota
Kajian ini menemukan kota yang menduduki peringkat paling tinggi ditemukan lebih rendah di kota-kota yang belum memiliki
dari aspek kecepatan mengurangi luasan kumuh. Pencapaian target perencanaan Skala Kawasan (contoh Kabupaten Mojokerto,
kolaborasi empat kali BPM dan keberadaan semua tipe penyelenggaraan Salatiga, Tidore, dan Kabupaten Buleleng).
kolaborasi yaitu Kota Samarinda dan Kota Kupang.
3. Perbedaan Konteks Lokal
Untuk menemukan faktor penentu pencapaian prestasi kedua kota
tersebut diperlukan kajian dan analisa lebih lanjut. Meskipun begitu a. Dukungan pimpinan daerah (contoh camat dan lurah di
kajian ini menduga sejumlah faktor yang menjadi penentu perbedaan Bitung, kepala Bappeda di Manado).
capaian setiap kota dalam hal kecepatan pengurangan luasan kumuh, b. Inisiatif dan inovasi lokal (contoh Kelurahan Mesjid
capaian target kolaborasi empat kali BPM, dan keberadaan tipe di Samarinda, Kelurahan Baru Tengah di Balikpapan,
penyelenggaraan kolaborasi. Faktor tersebut adalah: Kelurahan Kutowinangun Lor di Salatiga, dan Kelurahan
Sooko di Kabupaten Mojokerto).

88 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 89


c. Kurang tersedia pihak-pihak di luar pemerintah yang 4. Belum optimalnya peran camat dalam penanganan
berpotensi menjadi mitra kerja sama dalam pengurangan kumuh.Camat yang diharapkan berperan sebagai
kumuh (contoh Kabupaten TTS dan Kota Tidore Kepulauan). koordinator dan pembina dalam penanganan kumuh di
wilayahnya belum terjadi, kecuali di Kecamatan Mahesa,
d. Masih ada kecenderungan ego sektoral.
Kota Bitung.
e. Defisit anggaran, belum memiliki RDTR.
5. Belum ada review program, dokumen perencanaan,
dan data Baseline. Data Baseline dan RPLP/RP2KPKP
digunakan sebagai media perencanaan penanganan
IV.3.2. TANTANGAN KOLABORASI kumuh selama hampir lima tahun. Sudah banyak kegiatan
yang direalisasikan namun hingga saat ini belum ada
Kajian ini menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi kolaborasi.
kota/kabupaten yang melakukan review. Jika review tidak
Yaitu:
dilakukan maka tidak akan diperoleh kondisi kekumuhan
1. Kurangnya akses para pihak terhadap teknologi data atau terkini, kecuali Kota Salatiga dan Kota Manado yang sudah
informasi tentang perumahan dan permukiman. Hal ini melakukan review Baseline.
mengakibatkan para pihak kolaborator kesulitan dalam
hal monitoring dan evaluasi untuk mengetahui progres
capaian penangananan kumuh di daerahnya dapat diakses
dengan mudah sebagai media wasdal dan perencanaan,
kecuali Kota Manado dengan Big datanya.

2. Isu legalitas lahan permukiman. Seperti yang terjadi


dalam kasus permukiman yang menempati lahan tidak
sesuai peruntukan, perumahan, atau permukiman yang
berada di lahan bukan miliknya. Bila hal ini tidak dicarikan
solusi, maka kegiatan penanganan kumuh hanya akan
menjangkau lokasi yang legal. Akibatnya, pengurangan
luasan kumuh tidak akan mencapai 0 %, seperti yang
terjadi di Kota Ternate.

3. Belum ada kebijakan daerah untuk menerapkan


strategi pencegahan. Akibatnya, para pihak yang ingin
berkolaborasi dalam pencegahan belum memiliki pijakan.
Bila hal ini dibiarkan, cenderung berpotensi menimbulkan
kumuh baru dan lokasi yang sudah ditingkatkan kualitasnya
berpotensi menjadi kumuh kembali.

90 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 91


V. PEMBELAJARAN
sesuai kebutuhan masyarakat; data dan informasi rinci dan valid;
berisi informasi detil by name by address yang telah dikonfirmasi

DAN SARAN kesesuaiannya dengan data sekunder kelurahan; sudah dalam bentuk
perencanaan ruang, dan terkonsolidasi dengan perencanaan kota
(RTRW, RDTR, RP2KPKP, dan perencanaan sektor lainnya) sesuai
V.1. PEMBELAJARAN kebutuhan pemerintah. Bentuk perencanaan seperti ini mengisi
kekosongan data dan informasi yang selama ini dibutuhkan OPD guna
Kajian ini menemukan bahwa keberadaan Pokja PKP sebagai cerminan
merealisasikan anggarannya.
dari tata kelola kolaborasi telah berkontribusi terhadap pengurangan
83-84 % luas kumuh dengan biaya berkisar antara Rp 1,25 hingga 1,75 Tata kelola kolaborasi dalam penanganan kumuh yang tercermin di
miliar per hektare. lokasi studi menghadapi sejumlah tantangan. Yakni:
Pelaksanaan Program Kotaku telah mendorong pembentukan dan 1) Akses terhadap teknologi data atau informasi tentang
berjalannya tata kelola kolaborasi penanganan kumuh di lokasi studi. perumahan dan permukiman masih kurang,
Dukungan teknis dan keaktifan pengendalian dari konsultan provinsi
dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) terhadap pendamping di 2) Isu legalitas lahan permukiman,
daerah selama 2016 - 2018 berperan terhadap berjalannya kegiatan
3) Belum adanya kebijakan untuk menerapkan strategi
pendampingan dan penguatan kapasitas yang dilakukan pendamping
pencegahan,
kota/kabupaten terhadap pemerintah daerah dan masyarakat.
Terutama selama pada tahap perencanaan penataan permukiman 4) Belum optimalnya peran camat dalam penanganan kumuh,
kumuh, dan terjaganya kinerja kelembagaan yang tercermin dari Pokja dan
PKP yang berfungsi dan pemberdayaan BKM.
5) Belum ada review program, dokumen perencanaan, dan
Pokja PKP adalah organisasi/lembaga yang resmi dibentuk kepala Baseline.
daerah guna mengarahkan dan mengkoordinasikan penanganan
kumuh di daerah. Pada praktiknya Pokja PKP telah melibatkan berbagai Apabila tantangan ini tidak berhasil diatasi atau diselesaikan, diduga
unsur baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, termasuk BKM, akan berimplikasi pada kecepatan pengurangan kumuh, keberlanjutan
dalam satu forum untuk merumuskan berbagai kebijakan penanganan kelembagaan, dan pada upaya penataan kawasan permukiman secara
kumuh di daerah termasuk pendanaan dan bentuk kegiatan. Kajian umum di kemudian hari.
ini menemukan konsensus kebijakan dilakukan melalui: Integrasi, Ada empat isu lainnya yang perlu jadi perhatian baik dalam penanganan
Inovasi Keterpaduan, dan Kemitraan antara pihak untuk berkomitmen kumuh maupun penyelenggaraan kolaborasi, yaitu:
merealisasikan kegiatan yang termuat dalam dokumen RPLP dan
RP2KPKP. Keberadaan Pokja PKP serta karakter tata kelola yang 1. Meskipun pendanaan, jenis, dan volume kegiatan, serta penerima
dijalankannya ini sesuai dengan konsep tata kelola kolaborasi yang manfaat telah cukup besar untuk membiayai kegiatan pengurangan
dirumuskan Ansell & Gash (2007). kumuh di suatu lokasi, namun kecepatan dalam menuntaskan
kumuh tergantung pada nilai kekumuhan awal yang harus
Komitmen para pihak yang turut berkolaborasi merealisasikan dikurangi.
hasil RPLP dan RP2KPKP. Karena kedua dokumen tersebut dinilai
telah disusun melalui mekanisme partisipatif; daftar kegiatannya

92 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 93


2. Kebutuhan pendanaan per hektare luasan kumuh bervariasi di 2. Melakukan review terhadap Baseline dan RPLP-RP2KPKP yang
setiap lokasi, tergantung pada: partisipatif berbasis data dan informasi yang dipercaya untuk
melihat pencapaian pengurangan luasan kumuh, GAP SPM,
a. Kondisi kekumuhan, persoalan lahan, dan pencapaian SDG’S.
b. Tipologi permukiman kumuh, 3. Melakukan sosialisasi data dan informasi mengenai hasil review
c. pola penanganan. kepada berbagai pemangku kepentingan di tingkat kota dan provinsi
(misalnya di tingkat provinsi dilakukan pada rapat koordinasi
3. Faktor yang diduga menentukan variasi capaian target kolaborasi dengan Pokja PKP tingkat provinsi) dan membangun komitmen
adalah Perbedaan kualitas kelembagaan, Perbedaan kualitas dengan berbagai stakeholder tingkat kota maupun provinsi untuk
pendampingan, dan Perbedaan konteks lokal. berkontribusi merealisasikan investasi kegiatan.
4. Kelompok Pemanfaat Pemeliharaan telah dibentuk di seluruh 4. Restrukturisasi kelembagaan pokja dari sektor ke Bappeda untuk
kelurahan lokasi studi sejalan dengan adanya kegiatan investasi memudahkan koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral.
yang dibiayai Program Kotaku. Diharapkan KPP mampu
melakukan kegiatan-kegiatan yang tujuannya menjaga fungsi
serta keberlanjutan kualitas infrastruktur yang dibangun. Para pendamping disarankan untuk memastikan Pokja PKP di daerah
5. KPP yang aktif ada di 12 kelurahan. Dari seluruh kelurahan melakukan evaluasi kinerja akhir tahun berdasarkan panduan dan
tersebut, KPP hanya aktif di lokasi pembangunan (blok): Ruang bantuan teknis.
Terbuka Hijau, persampahan, air minum, dan MCK. Biaya Tim Korkot disarankan melaksanakan pendampingan tingkat kota,
operasional KPP (honor dan operasional perawatan) berasal dari yang mencakup:
iuran warga pemanfaat.
1. Melakukan asistensi teknis terhadap Pokja PKP dalam melakukan
kegiatan evaluasi kinerja, review Baseline dan RPLP-RP2KPKP,
dan mensosialisasikan hasilnya di tingkat kota.
V.2. SARAN
2. Mengadvokasi restrukturisasi kelembagaan pokja. Sedangkan
V.2.1. SARAN UNTUK PROGRAM OSP disarankan mengendalikan kegiatan pendampingan korkot di
tingkat kota, mencakup:
Seperti yang telah disampaikan di atas, pada masa yang akan datang
kolaborasi untuk penanganan kumuh (peningkatan dan pencegahan) 3. Mensupervisi dan memastikan pendamping kota (korkot)
menghadapi tantangan. Baik tantangan yang terkait dengan melakukan kegiatan asistensi terhadap pokja dalam melakukan
permasalahan kumuh, pelaksanaan program, maupun tantangan evaluasi, me-review Baseline, dan RPLP-RP2KPKP serta kegiatan
kelembagaan. Untuk menghadapi tantangan tersebut studi ini sosialisasinya.
menyarankan ke para pihak, sebagai berikut: 4. Mendorong Pokja PKP provinsi menjadi penggerak kolaborasi di
tingkat provinsi.
Pokja PKP disarankan untuk:
5. Memastikan korkot melakukan advokasi restrukturisasi pokja
1. Melakukan evaluasi kinerja akhir tahun dalam kaitannya dengan
tingkat kota.
penanganan permukiman kumuh.

94 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 95


KMP disarankan mengendalikan kegiatan OSP, mencakup:

1. Mendiseminasikan petunjuk evaluasi, review Baseline, dan RPLP


kepada OSP.

2. Mensupervisi dan memastikan OSP dalam mendorong Pokja PKP


provinsi menjadi penggerak kolaborasi di tingkat provinsi.

3. Mensupervisi dan memastikan OSP melaksanakan kegiatan


diseminasi ke korkot terkait asistensi teknis evaluasi, review
Baseline, dan RPLP-RP2KPKP, yang sosialisasinya dilakukan oleh
pokja.

Pihak Advisory disarankan membuat petunjuk buat Pokja PKP tingkat


kota dalam melakukan evaluasi, me-review Baseline dan RPLP-
RP2KPKP serta mensosialisasikan hasilnya dan membuat sistem
LAMPIRAN
pengendalian kegiatan-kegiatan tersebut.
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
PMU dan CCMU disarankan memastikan tersedianya dasar hukum bagi
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
proyek dan pokja untuk pelaksanaan evaluasi, review, dan sosialiasi.
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
Mencakup: NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)
1. Nota dinas atau surat kepada satker provinsi dan kota kabupaten
untuk melakukan evaluasi kinerja penanganan kumuh, me-review
Baseline, dan RPLP-RP2KPKP, dan mensosialisasikan hasilnya.

2. Menyarankan ke CCMU untuk mendorong pengesahan peraturan


Menteri PUPR dan atau SE Kementerian Dalam Negeri tentang
kelembagaan Pokja PKP.

V.2.2. SARAN STUDI LANJUTAN

Mempelajari lebih dalam mengenai keberlanjutan tata kelola kolaborasi


dan kelembagaan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) dalam
menjaga fungsi infrastruktur yang sudah dibangun.

96 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 97


Lampiran 1. Tabel Progres Pengurangan Luasan Kumuh dan Nilai
Pendanaan di 17 Kota/Kab

PROGRES PENGURANGAN LUASAN KUMUH NILAI DAN SUMBER PENDANAAN LOKASI KUMUH
Luas Luas Luas Luas
Jumlah Akumulasi
KOTA_KAB Luas kumuh pengurangan pengurangan pengurangan pengurangan Luas kumuh Akumulasi Nilai BDI kolaborasi kumuh kolaborasi kumuh kolaborasi kumuh
kelurahan BDI Tahun 2016 BDI Tahun 2017 BDI Tahun 2018 kolaborasi kumuh
awal (ha) kumuh (ha) kumuh (ha) kumuh (ha) kumuh (ha) akhir (ha) 2016-2018 tahun 2016 tahun 2017 tahun 2018
kumuh tahun 2016-2018
tahun 2016 tahun 2017 Tahun 2018 kumulatif
KOTA DENPASAR 11 46.84 1.6 45.21 - 4,686,554,300 19,673,876,100 6,407,009,600 34,487,802,300
KOTA MAGELANG 15 100.56 1.07 23.89 28.43 53.39 47.17 3,000,000,000 1,700,000,000 500,000,000 5,200,000,000 5,584,621,200 16,112,149,800 35,730,296,500 57,427,067,500
KOTA SALATIGA 23 21.84 - 18.15 3.34 21.49 0.35 3,000,000,000 - 555,000,000 3,555,000,000 - 3,019,324,000 7,244,786,000 10,264,110,000
KAB. MOJOKERTO 4 26.37 - 1.11 7.70 8.81 17.56 500,000,000 2,550,000,000 3,050,000,000 100,000,000 424,942,000 5,825,723,000 6,350,665,000
KOTA KEDIRI 10 63.33 - 45.53 6.74 52.26 11.07 1,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 1,226,627,000 5,125,363,600 11,440,102,100 19,133,831,900
KAB. BULELENG 6 35.18 - 14.12 5.60 19.72 15.46 1,000,000,000 1,000,000,000 3,315,000,000 4,181,840,000 1,839,750,000 9,336,590,000
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 2 8.76 - 5.38 3.38 8.76 - 1,500,000,000 450,000,000 1,950,000,000 1,430,945,000 748,878,000 479,505,500 2,679,328,500
KOTA KUPANG 42 139.28 - 12.87 98.98 111.85 27.43 4,550,000,000 13,900,000,000 18,450,000,000 22,699,170,000 30,236,372,000 52,692,551,800 105,628,093,800
KOTA BALIKPAPAN 13 282.77 - 91.68 94.33 186.01 96.76 3,000,000,000 850,000,000 16,105,000,000 19,955,000,000 1,283,167,000 3,830,542,000 1,980,777,500 8,140,956,500
KOTA SAMARINDA 24 312.10 - 159.67 116.32 275.99 36.11 3,950,000,000 10,850,000,000 14,800,000,000 21,176,013,200 73,283,253,000 30,447,839,500 125,723,351,700
KOTA MANADO 25 155.86 - 97.95 16.65 114.60 41.26 4,700,000,000 8,500,000,000 13,200,000,000 46,936,464,500 23,275,972,800 16,887,930,000 91,973,302,300
KOTA BITUNG 12 136.26 - 31.19 37.20 68.39 67.87 3,000,000,000 1,400,000,000 5,700,000,000 10,100,000,000 6,456,000,000 6,983,500,000 1,182,500,000 15,012,000,000
KAB. MAJENE 5 21.49 - 6.31 15.18 21.49 - 1,700,000,000 1,150,000,000 2,850,000,000 710,200,000 13,034,475,000 18,809,749,000 39,353,554,000
KAB. POLEWALI MANDAR 7 68.51 - 4.98 - 4.98 63.53 1,700,000,000 1,700,000,000 4,104,700,000 12,884,995,000 14,974,240,800 34,166,035,800
KOTA TERNATE 18 38.26 - 2.25 0.80 3.05 35.21 1,800,000,000 3,400,000,000 5,150,000,000 10,350,000,000 1,125,196,400 8,316,079,800 7,160,239,500 16,601,515,700
KOTA TIDORE KEPULAUAN 18 96.40 - 3.00 3.80 6.80 89.60 1,000,000,000 11,150,000,000 12,150,000,000 1,135,000,000 3,662,615,000 1,973,021,000 6,976,636,000
KOTA SORONG 25 85.27 - 1.73 21.03 22.76 62.51 7,500,000,000 3,500,000,000 11,000,000,000 110,302,671,000 55,691,207,300 15,024,740,000 229,328,283,600
Total 260 1,639.08 1.07 519.80 459.48 981.98 657 13,800,000,000 36,450,000,000 86,060,000,000 136,310,000,000 227,585,775,300 260,811,509,300 223,693,752,200 812,583,124,600

Lampiran 2. Tabel Progres Pengurangan Luasan Kumuh dan Nilai Lampiran 3. Tabel Sumber dan Nilai pendanaan di 17 Kota/Kab
Pendanaan di 17 Kel/Desa

LUAS KUMUH SUMBER PENDANAAN SUMBER PENDANAAN KOLABORASI


KOTA-KABUPATEN
Capai APBN APBD I APBD II PENDANAAN LAINNYA TOTAL
KEL/DESA
Kumuh Awal Pengurangan Sisa kumuh BDI Kolaborasi BDI + Kolaborasi KOTA MAGELANG 3,205,000,000 3,297,101,300 49,790,026,200 645,000,000 56,937,127,500
Kumuh KOTA SALATIGA - - 10,258,759,000 - 10,258,759,000
TIDAR UTARA 4.48 0 4.48 - 4,550,400,000 4,550,400,000 KAB. MOJOKERTO 870,000,000 - 5,195,560,000 285,105,000 6,350,665,000
KUTOWINANGUN LOR 2.03 1.68 0.35 150,000,000 3,417,076,000 3,567,076,000 KOTA KEDIRI - - 19,068,851,900 46,900,000 19,115,751,900
SOOKO 19 3.7 15.3 1,850,000,000 5,995,575,000 7,845,575,000 KAB. BULELENG - - 8,327,840,000 1,008,750,000 9,336,590,000
BALOWERTI 6.98 6.48 0.5 1,000,000,000 643,154,000 1,643,154,000 KOTA DENPASAR 68,148,200 - 14,806,844,000 19,453,335,100 34,328,327,300
KAMPUNG BARU 7.39 7.39 - 6,378,292,300 6,378,292,300 KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 278,000,000 930,739,000 1,450,589,500 20,000,000 2,679,328,500
TAUBNENO 7.38 7.38 0 950,000,000 1,885,173,000 2,835,173,000 KOTA KUPANG 6,302,300,000 90,000,000 97,110,616,000 172,000,000 103,674,916,000
ALAK 3.09 1.61 1.48 500,000,000 2,261,750,000 2,761,750,000 KOTA BALIKPAPAN 194,000,000 - 7,946,956,500 - 8,140,956,500
MESJID 5.18 5.18 0 850,000,000 16,458,060,000 17,308,060,000
KOTA SAMARINDA 49,572,860,000 58,850,673,200 11,934,135,500 5,257,388,000 125,615,056,700
BARU TENGAH 22.51 7.9 14.61 2,000,000,000 760,308,000 2,760,308,000
KOTA MANADO 67,359,043,500 2,301,375,000 22,184,653,800 24,730,000 91,869,802,300
MOLAS 13.79 0 13.79 1,250,000,000 622,476,800 1,872,476,800
KOTA BITUNG 9,260,500,000 1,881,000,000 488,000,000 342,500,000 11,972,000,000
BITUNG BARAT I 23.61 17.75 5.86 1,250,000,000 600,000,000 1,850,000,000
KAB. MAJENE 18,449,089,000 1,457,850,000 19,131,415,000 135,200,000 39,173,554,000
DARMA 31.6 0 31.6 - 7,214,694,500 7,214,694,500
KAB. POLEWALI MANDAR 5,691,420,000 5,348,700,000 22,834,315,800 230,000,000 34,104,435,800
PANGALI-ALI 10.99 10.99 0 1,500,000,000 15,273,489,000 16,773,489,000
RUM 7 3.8 3.2 750,000,000 96,750,000 846,750,000
KOTA TERNATE 12,744,014,500 - 3,857,501,200 - 16,601,515,700
SOA SIO 1.28 0 1.28 500,000,000 2,734,121,000 3,234,121,000 KOTA TIDORE KEPULAUAN 1,135,000,000 - 640,228,000 5,201,408,000 6,976,636,000
KLAMANA 5.64 0 5.64 - 19,632,590,000 19,632,590,000 KOTA SORONG 141,301,443,800 64,777,300,000 19,120,667,600 882,461,000 226,081,872,400
TOTAL 171.95 66.47 105 12,550,000,000 88,523,909,600 101,073,909,600 TOTAL 316,430,819,000 138,934,738,500 314,146,960,000 33,704,777,100 803,217,294,600

98 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 99


Lampiran 4. Tabel Pendanaan Kolaborasi Tahun 2016-2017
di 17 Kota/Kab
TAHUN PENDANAAN KOLABORASI
KOTA-KABUPATEN
2016 2017 2018 2016-2018
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 1,430,945,000 748,878,000 479,505,500 2,679,328,500
KAB. MOJOKERTO 100,000,000 424,942,000 5,825,723,000 6,350,665,000
KOTA TIDORE KEPULAUAN 1,135,000,000 3,662,615,000 1,973,021,000 6,976,636,000
KOTA BALIKPAPAN 1,283,167,000 3,830,542,000 1,980,777,500 8,140,956,500
KAB. BULELENG 3,315,000,000 4,181,840,000 1,839,750,000 9,336,590,000
KOTA SALATIGA - 3,019,324,000 7,244,786,000 10,264,110,000
KOTA BITUNG 6,456,000,000 6,983,500,000 1,182,500,000 15,012,000,000
KOTA TERNATE 1,125,196,400 8,316,079,800 7,160,239,500 16,601,515,700
KOTA KEDIRI 1,226,627,000 5,125,363,600 11,440,102,100 19,133,831,900
KAB. POLEWALI MANDAR 4,104,700,000 12,884,995,000 14,974,240,800 34,166,035,800
KOTA DENPASAR 4,686,554,300 19,673,876,100 6,407,009,600 34,487,802,300
KAB. MAJENE 710,200,000 13,034,475,000 18,809,749,000 39,353,554,000
KOTA MAGELANG 5,584,621,200 16,112,149,800 35,730,296,500 57,427,067,500
KOTA MANADO 46,936,464,500 23,275,972,800 16,887,930,000 91,973,302,300
KOTA KUPANG 22,699,170,000 30,236,372,000 52,692,551,800 105,628,093,800
KOTA SAMARINDA 21,176,013,200 73,283,253,000 30,447,839,500 125,723,351,700
KOTA SORONG 110,302,671,000 55,691,207,300 15,024,740,000 229,328,283,600
TOTAL 232,272,329,600 280,485,385,400 230,100,761,800 812,583,124,600

Lampiran 5. Tabel Keberfungsian Pokja PKP di 17 Kota/Kab


Tahun 2018
Unsur Pokja PKP
Memiliki Memiliki Aktivitas Aktivitas REI (Real Perbanka
KATEGORI Dukungan
N0 KOTA/ KABUPATEN NOMOR SURAT KEPUTUSAN Rencana Sekretaria Rapat Monitori Perguruan Estate n/
PENILAIAN BOP
Kerja t Pokja Rutin ng Rutin OPD Tinggi Indonesi
BKM LSM
Perusaha
Swasta Konsultan Lainnya TOTAL

a) an
1 BULELENG 050/25/MK/2016 Berfungsi 1 1 1 1 1 12 1 0 1 0 0 1 1 0 16
2 KOTA BALIKPAPAN 188.45-288/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 42 7 2 2 1 11 1 12 78
3 KOTA BITUNG 188. 45/HKM/SK/156/2016 Berfungsi 1 1 1 1 1 16 1 2 1 1 1 1 3 26
4 KOTA DENPASAR 188.45/302/HK/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 20 3 0 0 0 0 0 0 0 23
5 KOTA KEDIRI 188.45/264/419.033/2018 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 38 4 1 2 45
6 KOTA KUPANG Nomor: 90A/KEP/HK/2018 Tgl 12 Maret 2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 46 8 54
7 KOTA MAGELANG 648/47/112 TAHUN 2017 Tanggal 22 Mei 2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 17 2 0 1 0 2 0 1 2 25
8 KOTA MANADO 53/KEP/B.01/BAPELITBANG/2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 71 71
9 KOTA SALATIGA 056-05/312/2018 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 10
10 KOTA SAMARINDA No. 413.2/279/HK-KS/VII/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 24 1 0 1 0 1 0 0 3 30
11 KOTA SORONG 800.05/133/2016 Berfungsi 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 1 34
12 KOTA TERNATE 24/II.4/KT/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 51 0 0 0 0 1 0 1 0 53
13 KOTA TIDORE KEPULAUAN 63.1 Tahun 2017 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 26 1 0 0 0 1 0 0 1 29
14 MAJENE NOMOR : 831/HK/KEP-BUP/IV/2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 26 1 27
15 MOJOKERTO 188.45/454/HK/416-012/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 36 2 3 2 6 1 50
16 POLEWALI MANDAR Nomor : 138 Tahun 2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 29 1 1 31
17 TIMOR TENGAH SELATAN Nomor:264/KEP/HK/2018 Tgl 25 Mei 2018 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 26 1 1 28

100 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 101


Lampiran 6. Tabel Hasil Penilaian Perkembangan Organisasi BKM di
17 Kel/Desa Tahun 2018
SUMBERDAYA
STATUTA ORGANISASI KEPEMIMPINAN SISTEM MANAJEMEN SUMBERDAYA KEUANGAN KOLABORASI
MANUSIA
Legitimasi Penga Perempuan Pengelolaan Penerima NILAI
KELURAHAN/DESA Mekanisme Partisipasi Dokumen Pertangg Pengemba Organisasi KRITERIA
Visi- Struktur Badan Pemilihan mbilan dlm Pertemuan Perenca Monitoring Informasi Manfaat Sumber Rencana Laporan Masyar Pemeri (%)
Minta Usulan Anggota tasi ungjawa ngan Kaderisasi KSM non-
Misi Organisasi Hukum Anggota Keput Pengambilan BKM naan Evaluasi dan Masalah Kegiatan/ pendanaan Keuangan Keuangan akat ntah
Masyarakat BKM Informasi ban kapasitas pemerintah
BKM usan Keputusan (PIM) Program
TIDAR UTARA 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 76% Menuju Madani
KUTOWINANG
UN LOR 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 69% Mandiri
SOOKO 2 2 2 2 4 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 63% Mandiri
BALOWERTI 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 1 55% Mandiri
KAMPUNG
BARU 3 2 2 2 3 4 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 62% Mandiri
TAUBNENO 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 85% Menuju Madani
ALAK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 79% Menuju Madani
MESJID 3 2 1 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 1 2 3 2 2 3 1 58% Mandiri
BARU TENGAH 2 2 1 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 63% Mandiri
MOLAS 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 55% Mandiri
BITUNG BARAT
I 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 1 62% Mandiri
DARMA 4 2 3 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 77% Menuju Madani
PANGALI-ALI 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 88% Menuju Madani
RUM 3 2 4 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 3 2 2 4 3 3 2 66% Mandiri
SOA SIO 2 4 4 4 4 3 4 1 2 4 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 52% Mandiri
KLAMANA 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 4 1 3 2 2 2 2 2 3 2 58% Mandiri

Lampiran 7. Tabel Capaian Pendanaan Kolaborasi terhadap Target


)Pendanaan (4XBPM
KOTA-KABUPATEN DANA BPM DANA Kolaborasi TARGET (4 X BPM)
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 1,950,000,000 2,679,328,500 7,800,000,000
KAB. MOJOKERTO 3,050,000,000 6,350,665,000 12,200,000,000
KOTA TIDORE KEPULAUAN 12,150,000,000 6,976,636,000 48,600,000,000
KOTA BALIKPAPAN 19,955,000,000 8,140,956,500 79,820,000,000
KAB. BULELENG 1,000,000,000 9,336,590,000 4,000,000,000
KOTA SALATIGA 3,555,000,000 10,264,110,000 14,220,000,000
KOTA BITUNG 10,100,000,000 15,012,000,000 40,400,000,000
KOTA TERNATE 10,350,000,000 16,601,515,700 41,400,000,000
KOTA KEDIRI 7,000,000,000 19,133,831,900 28,000,000,000
KAB. POLEWALI MANDAR 1,700,000,000 34,166,035,800 6,800,000,000
KOTA DENPASAR - 34,487,802,300 -
KAB. MAJENE 2,850,000,000 39,353,554,000 11,400,000,000
KOTA MAGELANG 5,200,000,000 57,427,067,500 20,800,000,000
KOTA MANADO 13,200,000,000 91,973,302,300 52,800,000,000
KOTA KUPANG 18,450,000,000 105,628,093,800 73,800,000,000
KOTA SAMARINDA 14,800,000,000 125,723,351,700 59,200,000,000
KOTA SORONG 11,000,000,000 229,328,283,600 44,000,000,000

102 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 103


Lampiran 8. Tabel Proporsi Jenis Kegiatan, Volume Kegiatan
berdasarkan Sumber Kolaborasi dan BDI di setiap kelurahan/desa

KELURAHAN /DESA LOKASI STUDI


KUTOWINANG SOOKO BALOWERTI TAUBNENO ALAK BARU TENGAH MESJID MOLAS BITUNG BARAT I PANGALI-ALI SOA SIO RUM Darma Tidar Utara Klamana Kampung Baru
TOTAL VOLUME KEGIATAN
JENIS INVESTASI KEGIATAN SATUAN Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume Volume
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi BDI Kolaborasi
Jalan Meter 219 3657 1188 1189 106 114 912 698 366 1000 889 443 789 597 535 937 10704 927 568 3910 789 527 1500 6836 27228
Drainase Meter 280 1624 2078 4106 824 1523 1104 740 400 507 386 278 1158 2867 13059 423 75 348 648 17500 9012 40917
Drainase Unit 10 2 82 94 0
Jembatan Meter 390 0 390
Bangunan Gedung Unit 18 52 11 21 36 71 22 40 81 38 124 1622 18 2154
MCK Unit 1 15 5 2 84 33 1 1 20 2 14 104 10 8 144 156
Persampahan Unit 8 4 4 4 11 12 52 40 4 10 7 5 18 961 2 3 116 1029
Air Bersih Meter 2400 120 2400 120
Air Bersih Unit 12 3 17 317 29 320
Penerangan Umum Unit 0 0
Saluran Pembuangan Limbah Meter 200 500 0 700
Sarana Ruang Terbuka Hijau M2 233 850 50 50 1133
Sarana Ruang Terbuka Hijau Meter 0 0
Proteksi Bahaya Kebakaran Meter 1666 1666 0
Proteksi Bahaya Kebakaran Unit 13 2 1 2 14
Total Kegiatan 3 5 3 4 4 4 3 4 3 5 3 6 3 6 6 3 3 2 5 8 1 3 3 1 5 3 3 3
Kumuh Awal Ha 2.03 19 6.98 7.38 3.09 22.51 5.18 13.79 23.61 10.99 1.28 7 31.6 4.48 5.64 7.39 171.95
Capaian Pengurangan Kumuh Ha 1.68 3.7 6.48 7.38 1.61 7.9 5.18 0 17.75 10.99 0 3.8 0 0 0 7.39 73.86
Sisa Kumuh Ha 0.35 15.3 0.5 0 1.48 14.61 0 13.79 5.86 0 1.28 3.2 31.6 4.48 5.64 0 98.09
Persen Pengurangan Kumuh % 83% 19% 93% 100% 52% 35% 100% 0% 75% 100% 0% 54% 0% 0% 0% 100% 43%

104 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 105


Lampiran 9. Tabel Proporsi Progres pengurangan luasan kumuh dan
Nilai pendanaan kumuh di Kelurahan/desa

SUMBER PENDANAAN LUAS KUMUH PROPORSI PENGURANGAN KUMUH


Capai
KEL/DESA Kumuh Sisa
BDI Kolaborasi BDI + Kolaborasi Pengurangan BDI Kolaborasi Rupiah/ha
Awal kumuh
Kumuh
TIDAR UTARA - 4,550,400,000 4,550,400,000 4.48 0 4.48 - - -
KUTOWINANGUN LOR 150,000,000 3,417,076,000 3,567,076,000 2.03 1.68 0.35
SOOKO 1,850,000,000 5,995,575,000 7,845,575,000 19 3.7 15.3
BALOWERTI 1,000,000,000 643,154,000 1,643,154,000 6.98 6.48 0.5
KAMPUNG BARU - 6,378,292,300 6,378,292,300 7.39 7.39
TAUBNENO 950,000,000 1,885,173,000 2,835,173,000 7.38 7.38 0 2.47 4.91 384,169,783
ALAK 500,000,000 2,261,750,000 2,761,750,000 3.09 1.61 1.48
MESJID 850,000,000 16,458,060,000 17,308,060,000 5.18 5.18 0 0.25 4.93 3,341,324,324
BARU TENGAH 2,000,000,000 760,308,000 2,760,308,000 22.51 7.9 14.61
MOLAS 1,250,000,000 622,476,800 1,872,476,800 13.79 0 13.79
BITUNG BARAT I 1,250,000,000 600,000,000 1,850,000,000 23.61 17.75 5.86
DARMA - 7,214,694,500 7,214,694,500 31.6 0 31.6
PANGALI-ALI 1,500,000,000 15,273,489,000 16,773,489,000 10.99 10.99 0 0.98 10.01 1,526,250,136
RUM 750,000,000 96,750,000 846,750,000 7 3.8 3.2
SOA SIO 500,000,000 2,734,121,000 3,234,121,000 1.28 0 1.28 - - -
KLAMANA - 19,632,590,000 19,632,590,000 5.64 0 5.64 - - -
TOTAL-RERATA 12,550,000,000 88,523,909,600 101,073,909,600 171.95 66.47 105 3.71 19.84 1,750,581,415

Dari perhitungan proporsi pengurangan kumuh dalam tabel yang sudah


bisa dihitung hanya kelurahan yang dianggap sudah tidak kumuh lagi
(nilai Kekumuhan dibawah 19) yaitu kelurahan/desa Taubneno, Mesjid,
Pangali-ngali. Dengan rata-rata kebutuhan dana untuk satu hektar
1,75 milyar dengan proporsi pengurangan luasan hektar kumuh dari
BDI 3,71 Ha dan Kolaborasi 19,84 Ha ( BDI=16% dan Kolaborasi=84%)

106 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 107


Lampiran 10. Tabel Proporsi Progres pengurangan luasan kumuh
dan Nilai pendanaan kumuh di Kota/Kabupaten

PROPORSI
PENDANAAN KUMUH
KOTA/KABUPATEN PENGURANGAN RUPIAH PER HA
BDI Kolaborasi BDI + KOLABORASI AWAL CAPAIAN AKHIR BDI Kolaborasi
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 1,950,000,000 2,679,328,500 4,629,328,500 8.76 8.76 0 3.69 5.07 528,462,158
KAB. MOJOKERTO 3,050,000,000 6,350,665,000 9,400,665,000 26.37 8.81 17.56
KOTA TIDORE KEPULAUAN 12,150,000,000 6,976,636,000 19,126,636,000 96.40 6.80 89.6
KOTA BALIKPAPAN 19,955,000,000 8,140,956,500 28,095,956,500 282.77 186.01 96.76
KAB. BULELENG 1,000,000,000 9,336,590,000 10,336,590,000 35.18 19.72 15.46
KOTA SALATIGA 3,555,000,000 10,264,110,000 13,819,110,000 21.84 21.49 0.35
KOTA BITUNG 10,100,000,000 15,012,000,000 25,112,000,000 136.26 68.39 67.87
KOTA TERNATE 10,350,000,000 16,601,515,700 26,951,515,700 38.26 3.05 35.21
KOTA KEDIRI 7,000,000,000 19,133,831,900 26,133,831,900 63.33 52.26 11.067
KAB. POLEWALI MANDAR 1,700,000,000 34,166,035,800 35,866,035,800 68.51 4.98 63.53
KOTA DENPASAR - 34,487,802,300 34,487,802,300 46.84 1.63 45.2083
KAB. MAJENE 2,850,000,000 39,353,554,000 42,203,554,000 21.49 21.49 0 1.45 20.04 1,963,869,428
KOTA MAGELANG 5,200,000,000 57,427,067,500 62,627,067,500 100.56 53.39 47.171
KOTA MANADO 13,200,000,000 91,973,302,300 105,173,302,300 155.86 114.60 41.26
KOTA KUPANG 18,450,000,000 105,628,093,800 124,078,093,800 139.28 111.85 27.43
KOTA SAMARINDA 14,800,000,000 125,723,351,700 140,523,351,700 312.10 275.99 36.11
KOTA SORONG 11,000,000,000 229,328,283,600 240,328,283,600 85.27 22.76 62.51
TOTAL- RERATA 136,310,000,000 812,583,124,600 948,893,124,600 1,639 982 657 5.14 25.11 1,246,165,793

Dari perhitungan proporsi pengurangan kumuh dalam tabel yang sudah


bisa dihitung hanya Kota/kab yang dianggap sudah tidak kumuh lagi
(nilai Kekumuhan dibawah 19) yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan
dan Majene. Dengan rata-rata kebutuhan dana untuk satu hektar 1,25
milyar dengan proporsi pengurangan luasan hektar kumuh dari BDI
5.14 Ha dan Kolaborasi 25.11 Ha ( BDI=17% dan Kolaborasi=83%)

108 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 109


Lampiran 11. Gambar Skema Proses Tata Kelola Kolaborasi KOTAKU

Rancangan
Awal Renja -KL
Provinsi

Rancangan
Renja-SKPD Forum SKPD
Provinsi Provinsi
Perda/
Perbud
Rancangan
Kabupaten / Kota

Konsolidasi RPJM Usulan Perubahan Paska


Profil 100 0 Pra Musrenbang RKP Kab/
Daerah Perubahan RPJMD RKPD Kab/ Musrenbang
100 Kota/Kab dan Analisa Kota
Kab/ Kota Musrenbang Kota Kab/ Kota
data RPJMD Kab/ Kota
Proses
Renstra Rancangan Renja -SKPD Penyusunan
Penyusunan Forum SKPD Renja SKPD
SKPD Kab/ Renja-SKPD Kab/ Kota APBD Kab/
Dokumen Kab/ Kota Kab/ Kota
Kota Kab/ Kota Kota
RP2KPKP
Kecamatan

Rancangan
Renstra Musrenbang Renja
Renja-
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Kecamatan
Renstra
Kelurahan
Penyusunan
Profil 100 0
100
Kelurahan / Desa

Profil 100 0 Perencanaan Rancangan Rancangan RKP Desa / Pelaksanaan


100 Desa/ RPJM Desa Musrenbang
Partisipatif Awal RPJM RKP Desa Kelurahan Kegiatan
kelurahan Desa
(RPLP) Desa Pembangunan

Rencana
Investasi
Swasta

Didalam skema diatas tergambar adanya seluruh kriteria tata kelola


kolaborasi. Lebih dari itu skema proses integrasi perencanaan ini
memperlihatkan adanya keterpaduan vertikal maupun horizontal.

110 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 111


DOKUMENTASI
STUDI KOLABORASI
PENANGANAN
KUMUH
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)

D O K U M E N T A S I
STUDI KOLABORASI
PENANGANAN KUMUH

112 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 113


KELURAHAN BALOWERTI - KOTA KEDIRI KELURAHAN TAUBNENO - KABUPATEN TIMUR TENGAH SELATAN

Pembangunan/Kegiatan: Ruang Terbuka Hijau dilengkapi: Akses jalan, Pembangunan/Kegiatan: Jalan lingkungan, plat beton, drainase, motor
Gazibu, Kolam resapan, Tempat bermain, Penerangan umum, Jalan sampah. Sumber Pendanaan: APBD II
terapi. Sumber Dana: APBD, APBN Swadaya Fungsi dan manfaat: Jalan tersebut merupakan satu-satunya akses
Fungsi dan manfaat diantaranya; Menjadi wadah kegiatan/ interaksi di RT003 yang kondisi masih jalan tanah sehingga sangat becek dan
antar warga, Ruang Terbuka Hijau menjadi center point kegiatan tergenang air di saat musim hujan tiba tapi sekarang sudah tidak banjir
masyarakat maupun pihak luar yang berkunjung, menjadi destinasi dan tidak becek dan warga mudah dan cepat untuk akses ke lokasi
kegiatan wisata dan pendidikan yang menarik, Sebagai wadah kegiatan lainnya.
anak-anak, pemuda, dan orangtua.

114 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 115


KELURAHAN SOOKKO - KABUPATEN MOJOKERTO KELURAHAN PANGALIALI - KABUPATEN MAJENE

Pembangunan/Kegiatan: Drainase tertutup, Rehab Rumah 15 Unit. Pembangunan/kegiatan ; Jalan beton, tanggul, drainase, tembok
Sumber Pendanaan ; APBDesa , APBN. penahan siring, tutup drainase, railing, tangga beton dan Pengecatan.
Fungsi dan manfaat, Rumah sudah tidak bocor, aman dan nyaman. Sumber Pendanaan; APBN
Fungsi dan manfaat ; Prasarana yang sudah memadai jalan lingkungan
yang tadinya rusak sekarang sudah bagus, drainase sudah dapat
berfungsi dengan baik dan terhindar dari longsor dan perubahan wajah
lingkungan yang bersih cantik indah tanpa kumuh.

116 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 117


KELURAHAN ALAK - KOTA KUPANG KELURAHAN KUTOWINANGUN LOR - KOTA SALATIGA

Pembangunan dinding penahan tanah, pembangunan jalan baru, Pembangunan/Kegiatan; Penataan kawasan wisata pancuran, drainase,
drainase, plat deker. Sumber pendanaan CSR dan APBD II Jalan, dll. Sumber pendanaan; APBD dan swadaya.
Fungsi dan manfaat; jalan sudah bisa diakses dan lebih aman dari Fungsi dan manfaat; Kawasan permukiman menjadi destinasi wisata
longsor dan gerusan air hujan lokal lebih aman, nyaman dan asri

118 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 119


KELURAHAN DARMA - KABUPATEN POLEWALI MANDAR KELURAHAN SOA SIO - KOTA TERNATE

Pembangunan/Kegiatan; TPS3R, tembok penahan tanah, Jalan. Pembangunan/kegiatan; jalan baru , Pendanaan dari APBN
Sumber Pendanaan; APBN, APBD I , APBD II, CSR dan Swadaya Fungsi dan manfaat ; Kondisi jalan sebelumnya tidak ada sehingga
Fungsi dan manfaat; Tidak ada buang, tumpuk dan bakar sampah harus memutar karena bangunan diatas air, Setelah pembuatan jalan
sembarangan, akses jalan sudah baik, nyaris tidak adalagi genangan beton lebih memudahkan masyarakat untuk mengakses jalan keluar
dimusim hujan. tidak memutar lagi

120 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 121


KELURAHAN KAMPUNG BARU - KABUPATEN BULELENG KELURAHAN RUM - KOTA TIDORE KEPULAUAN

Pembangunan/kegiatan; Jalan beton dan jalan aspal. Sumber Pembangunan/kegiatan; Drainase. Sumber pendanaan APBD II
pendanaan APBD II Fungsi dan manfaat; Pembuatan salauran air dan Jalan paving block
Fungsi dan manfaat; jalan sebelumnya becek dan berdebu, setelah memberikan kenyamanan bagi akses penggunan jalan dan masyarakat
ditingkatkan kualitasnya sekarang lebih nyaman dan aman. sekitar, karena selain membuat lingkungan sekitar tertata juga pada
saat hujan airnya masuk ke saluran air yang berujung di saluran
Barangka”

122 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 123


KELURAHAN KLAMAN - KOTA SORONG KELURAHAN MOLAS - KOTA MANADO

Pembangunan/Kegiatan; Jalan. Sumber pendanaan APBD Pembangunan/kegiatan; Jalan paving, sambungai air bersih dan motor
Fungsi dan Manfaat; Kondisi jalan yang buruk dikarenakan permukaan sampah. Sumber pendanaan; APBN, APBD II dan Swadaya
jalan yang masih tanah, jika hujan turun becek dan licin, Warga Fungsi dan manfaat ; Sebagian besar akses jalan lingkungan menjadi
sekarang sudah bisa mengakses jalan baru sehingga memudahkan lebih aman dan nyaman, air minum sudah sampai rumah, tidak ada
untuk mengakses jalan lain juga memudahkan untuk akses kegiatan lagi sampah numpuk, bakar dan buang sembarangan, lingkungan lebih
ekonomi. bersih.

124 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 125


KELURAHAN MESJID - KOTA SAMARINDA KELURAHAN BARU TENGAH - KOTA BALIKPAPAN

Pembangunan/kegiatan; Rehab rumah, jalan, bak samah, IPAL Pembangunan: Jalan, drainase, RTH, bak sampah, hidrant, urban
komunal, ruang rerbuka publik. Sumber Pembiayaan ; APBN, APBD I, farming, rehab rumah, pot bunga dll . Sumber pembiayaan; APBD II,
APBD II, CSR, Swadaya BPBD, CSR, Swadaya
Fungsi dan manfaat; Lingkungan perumahan dan permukiman sudah Manfaat dan fungsi; Kawasan perumahan dan permukiman menjadi
tidak kumuh lagi, aman dan yaman, jadi destinasi baru sebagai ruang lebih aman, nyaman dan sehat, menjadi titik kumpul sebagai destinasi
kumpul wisata lokal.

126 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 127


DESA DAUH PURIH KAUH - KOTA DENPASAR KELURAHAN BITUNG BARAT 1 - KOTA BITUNG

Pembangunan/kegiatan; Jalan Paving . Sumber pendanaan APBDes. Pembangunan/Kegiatan; Ruang terbuka, Sambungan Rumah air
Fungsi dan manfaat; sebelumnya kualitas permukaan jalan rusak minum, Jembatan/box culvert. Sumber pendanaan ; Swadaya, PT
dan becek musim hujan dan musim kemarau berdebu, setelah d Ada PDAM dan APBD II.
peningkatan kualitas permukaan jalan lebih nyaman dan aman Fungsi dan manfaat; Air minum sudah sampai rumah tidak perlu antri
jauh, Ruang terbuka sebagai titik kumpul bersosialisasi dan taman
bermain anak.

128 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 129


KELURAHAN TIDAR UTARA - KOTA MAGELANG

Pembangunan/Kegiatan; IPAL Komunal, Sambungan Air Minum,


Drainase. Sumber Pendanaan; APBN, APBD II, IUWASH Plus.
Fungsi dan manfaat; Sudah tidak adalagi genangan dimusim hujan
jalanan kering, drainase tidak tercemar tinja karena sudah ada IPAL,
air minum sudah sampai kerumah tidak antri dan jauh.

130 STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION 131


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM dan PERUMAHAN RAKYAT
Jl. Pattimura No.20 Kebayoran baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110

132 STUDY COLLABORATION ACTION

Anda mungkin juga menyukai