COLLABORATION
ACTION
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)
Diterbitkan oleh:
Pejabat Pembuat Komitmen Infrastruktur Berbasis Masyarakat KOTAKU Wilayah 1
Kementrian PUPR sejak tahun 1999 telah mengembangkan Program yang KATA PENGANTAR | iv
bertujuan menempatkan dan menguatkan masyarakat sebagai pelaku DAFTAR ISI | v
pembangunan melalui pengembangan kelembagaan dan tata kelola
pembangunan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel. Pada 2007 program
RINGKASAN EKSEKUTIF
terus berlanjut sampai 2014 sebagai program nasional untuk penanggulangan
kemiskinan di bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PENDAHULUAN | 8
(PNPM) Mandiri Perkotaan. Sejak 2015, hasil dan pengalaman program Hasil Kajian | 8
sebelumnya, digunakan Kementerian PUPR untuk merancang program Faktor-faktor Pendukung Kolaborasi | 16
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan pencegahan timbulnya kumuh Tantangan Kolaborasi Penanganan Kumuh | 18
baru di bawah Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Proses Pelaksanaan
Program KOTAKU ini dinakhodai Pemerintah Daerah menggunakan platform KOLABORASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH
kolaborasi dengan melibatkan berbagai stakeholder diantaranya; unsur I. PENDAHULUAN | 22
perguruan tinggi, LSM, pihak swasta dan elemen masyarakat. II. METODOLOGI | 28
II.1. Konsepsi Kolaborasi | 28
Di pertengahan pelaksanaan program Kotaku, Project Management Unit (PMU)
II.2. Lokasi & Proses Kajian | 33
menilai penting adanya sebuah studi untuk mendapatkan gambaran kenyataan
III. HASIL KAJIAN | 37
penyelenggaraan kolaborasi di berbagai level yang akan menjadi potret kondisi
kekinian, sekaligus basis proyeksi bagi perbaikan penyelenggaraan kolaborasi III.1. Pengurangan Luasan Kumuh di Lokasi Studi | 37
penanganan kumuh ke depan. Fakta peningkatan pembiayaan dari berbagai III.2. Dana, Kegiatan, dan Penerima Manfaat Kolaborasi | 41
sumber yang diikuti pencapaian target pengurangan luasan kumuh di tahun III.3. Penyelenggaraan Kolaborasi | 48
2016 hingga 2018, adalah bukti bahwa praktik tata kelola kolaborasi dalam III.4. Kinerja Kelembagaan | 61
penanganan kumuh sudah terjadi, meskipun masih perlu dioptimalkan di masa III.5. Pendampingan Perencanaan Penataan Permukiman Kumuh | 67
depan. Hasil studi ini merupakan tambahan informasi bagi pelaku program dan IV. PEMBAHASAN | 74
pemangku kepentingan lainnya tentang peta persoalan kolaborasi penanganan IV.1. Kontribusi Kolaborasi Terhadap Pengurangan Luasan Kumuh | 74
kumuh untuk bahan diskusi merumuskan langkah-langkah optimalisasi. IV.2. Tata Kelola Kolaborasi Penanganan Permukiman Kumuh | 84
IV.3. Faktor Pendukung Dan Tantangan Kolaborasi | 88
Akhirnya kami menyadari ketidaksempurnaan dan kekurangan studi ini,
V. PEMBELAJARAN & SARAN | 92
sehingga saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
V.1. Pembelajaran | 92
penyempurnaan studi selanjutnya. Apresiasi kami sampaikan juga kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta energi dalam V.2. Saran | 94
pelaksanaan. Semoga usaha yang sudah dicurahkan bermanfaat bagi penataan
permukiman, khususnya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman LAMPIRAN | 98
kumuh ke depan. DOKUMENTASI STUDI KOLABORASI PENANGANAN KUMUH | 114
Akhir kata kami ucapkan, terima kasih.
4
iv STUDY COLLABORATION ACTION STUDY COLLABORATION ACTION v5
RINGKASAN
EKSEKUTIF
KAJIAN TENTANG PRAKTIK KOLABORASI PENINGKATAN
KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH DI 17 KOTA/KABUPATEN LOKASI
NATIONAL SLUM UPGRADING PROJECT (NSUP)
Kolaborasi berkontribusi signifikan terhadap pengurangan luasan Grafik Proporsi Pengurangan Luasan Kumuh di 2 Kabupaten
kumuh. Proporsinya lebih besar 4 kali terhadap BPM, baik dari Periode 2016-2018
kontribusi pendanaan, jenis dan volume kegiatan infrastruktur,
maupun jumlah penerima manfaat.
Rancangan
Awal Renja -KL
Provinsi
Rancangan
Renja-SKPD Forum SKPD
Provinsi Provinsi
Perda/
Perbud
Rancangan
Kabupaten / Kota
Rancangan
Renstra Musrenbang Renja
Renja-
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Kecamatan
Renstra
Kelurahan
Penyusunan
Profil 100 0
100
Kelurahan / Desa
Rencana
Investasi
Sumber: Diolah dari Data Kunjungan Studi Kolaborasi 2019 Swasta
Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku b. Pokja PKP masih diketuai oleh Dinas Perkim (contoh Kota
Magelang, Kota Ternate, dan Kabupaten TTS)
Rancangan proyek untuk membentuk dan melaksanakan platform Khusus untuk pembiayaan dukungan infrastruktur dan investasi
kolaborasi yang termuat di dalam dokumen penilaian proyek (Project lainnya (Komponen 3) 2017-2018 (di seluruh lokasi dampingan baik
Appraisal Document) adalah sebagai berikut; pemerintah daerah akan kelurahan pencegahan maupun kelurahan kumuh) total realisasi
memimpin perencanaan dan implementasi pada Skala Kota, yang akan pembiayaan sebesar US$ 473.000.000 (100 %). Terdiri dari pembiayaan
didukung melalui perencanaan terintegrasi dan peningkatan kapasitas yang bersumber dari Bank Dunia sebesar US$ 30.000.000 (6 %), dari
pemerintah daerah (Komponen 2 dan 3). Selain itu, koordinasi yang AIIB sebesar US$ 30.000.000 (6 %), pembiayaan dari APBN sebesar
efektif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat US$ 100.000.000 (22 %), dan pembiayaan dari APBD I-II dan lainnya
sangat penting untuk memastikan kelancaran pelaksanaan dan sebesar US$ 313.000.000 (66 %).
pertanggungjawaban yang didukung pembentukan Unit Pengelolaan
Menurut laporan misi Midterm Review (MTR) Bank Dunia, pencapaian
Kolaborasi Pusat (CCMU) untuk mengembangkan kebijakan dan
pendanaan kolaborasi dimungkinkan melalui dua cara. Yaitu:
kelembagaan, serta bantuan teknis dan dukungan pelaksanaan
(Komponen 1 dan 4). Dalam Komponen 2, persiapan dan kesepakatan a. Pertama, pengaturan dari atas, CCMU telah menciptakan berbagai
RP2KPKP (SIAP) akan lebih lanjut memfasilitasi koordinasi antarsektor mekanisme untuk memastikan bahwa anggaran khusus yang
dan lintas sektor. Pengembangan RPLP (CSP) akan memastikan dikelola oleh kementerian dialokasikan ke daerah kumuh, sebagai
partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Proses konsultatif contoh Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk perumahan, air, dan
dibentuk untuk memastikan bahwa RP2KPKP (SIAP) dan RPLP (CSP) sanitasi.
terintegrasi.
b. Kedua, pengemasan dari bawah, PMU melalui tim konsultan
Salah satu parameter kolaborasi dan komitmen pemerintah daerah nasional dan lokal telah bekerja dengan pemerintah daerah untuk
terhadap penanganan kumuh adalah pencapaian rasio target nilai meningkatkan pendanaan kolaboratif dengan menggunakan
pembiayaan kolaborasi terhadap nilai pembiayaan dari donor. Estimasi RP2KPKP dan RPLP sebagai instrumen utama. Dana dan kegiatan
awal berkisar antara 3 sampai 4 kali lebih tinggi. Hasil tinjauan tengah kolaborasi tersebut dicatat dan disimpan dalam sistem informasi
proyek yang dilakukan Bank Dunia dan PMU terhadap data realisasi manajemen proyek.
pembiayaan proyek sampai Desember 2018 menemukan bahwa rasio
pendanaan kolaborasi pada pembiayaan proyek infrastruktur tingkat Pada Juli 2019, PMU berinisiatif melakukan kajian mengenai praktik
lingkungan telah mencapai angka yang ditargetkan. Secara nasional kolaborasi dan kelembagaan dalam peningkatan kualitas perumahan
di Wilayah 2, kecenderungan nilai kolaborasi dari berbagai sumber kumuh dan permukiman kumuh. Khususnya untuk menelusuri aliran
iv. Proses perencanaan dan kinerja kelembagaan (Pokja PKP dan BKM)
dan faktor-faktor pendukung peningkatan kinerja kelembagaan.
diterima sebagai pengurangan luasan kumuh (berat, sedang, ringan, (17 Kota/Kab.)
tidak ada kumuh). Angka luasan kumuh yang dicapai pada 2016 sebesar Desa/Kelurahan 171.8 0 21.8 52.0 73.8 98.0 43%
1,1 ha, dan di tingkat kelurahan belum ada pengurangan kumuh. Lokasi Studi
Namun demikian, terjadi lonjakan pengurangan kumuh di tahun-tahun (16 Desa/Kel.)
selanjutnya.
Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
Kenaikan dana kolaborasi per tahun yang terjadi di Kota Kupang terjadi
karena kontribusi APBD II setiap tahun bertambah. Selain itu ada
kenaikan yang cukup besar dana Direktorat PKP pada 2018, serta mulai
dialokasikannya dana APBD I dan Dana Alokasi Khusus ke delineasi
kumuh pada 2018.
Di Kota Magelang, kontribusi APBD II sempat turun pada 2017, namun Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
naik hampir dua kali lipat setahun kemudian. Berbeda dengan Kupang,
Kota Magelang telah mengalokasikan APBD I sejak tiga tahun berturut- Grafik 4. Nilai Dana Kolaborasi di 17 Kota/Kabupaten Lokasi Studi
turut, kendati pada 2018 nilai kontribusinya turun. Namun di tahun Periode 2016-2018
yang sama, Kota Magelang memperoleh komponen dana kolaborasi
tambahan yang bersumber dari Direktorat PKP, APBN, dan Dana
Alokasi Khusus.
Sumber-sumber pendanaan dari APBN, APBD I, APBD II, dan sumber Sumber Data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
pendanaan lainnya yang dikerahkan ke lokasi delineasi kumuh digunakan
Tabel 4. Jenis Kegiatan Infrastruktur Kolaborasi di 16 Kelurahan/
untuk kegiatan peningkatan kualitas semua jenis infrastruktur yang
Desa Lokasi Studi Periode 2016-2018
menjadi indikator kumuh. Yaitu mencakup perbaikan perumahan,
pembangunan jalan, drainase, ruang terbuka hijau, sanitasi, sarana air
bersih, fasilitas pembuangam limbah, ruang terbuka publik, dan sarana
proteksi kebakaran. Tentunya situasi di masing-masing kota bervariasi
sesuai kebutuhan yang ada di delineasi kumuh. Demikian juga jumlah
jenis kegiatan yang dilaksanakan di setiap kota dalam periode 2016-
2018 bervariasi.
Kupang √ √ - √
III.3. PENYELENGGARAAN KOLABORASI Kab. Timor Tengah √ - - - -
Selatan
Kajian ini menemukan tiga pola penyelenggaraan kolaborasi dalam Samarinda √ √ - - √
penanganan kumuh, yaitu: Balikpapan √ √ - - √
1. Integrasi RPLP-RP2KPKP ke sistem perencanaan dan Sumber Data: Data Primer Kunjungan Lapangan Kajian Kolaborasi 2019
penganggaran pemerintah daerah (reguler);
III.3.1. INTEGRASI KE SISTEM PERENCANAAN PEMERINTAH DAERAH
2. Inovasi dan inisiatif lokal keterpaduan, yang diprakarsai pemda
maupun masyarakat; Penyelenggaraan kolaborasi dengan cara mengintegrasikan RPLP-
RP2KPK ke sistem perencanaan daerah menjadi pola umum yang
3. Kerja sama dan kemitraan yang diprakarsai pemda maupun ditemukan di semua kota/kabupaten. Pada intinya, pola ini adalah
masyarakat ke sektor swasta (termasuk BUMN/BUMD). upaya mendapatkan pembiayaan kegiatan dari sumber APBD II, APBD
I, dan dana transfer APBN ke pemerintah daerah. Ada empat variasi
Tabel 6 di bawah menyajikan ringkasan keberadaan ketiga pola proses:
tersebut di kota/kabupaten. Dari tabel tersebut, wilayah yang telah
menyelenggarakan tiga jenis aktivitas kolaborasi adalah Kota Magelang, 1. Masyarakat mendorong integrasi RPLP ke rencana pembangunan
Salatiga, Manado, Kupang, Balikpapan, dan Kota Samarinda. pemerintah desa, kelurahan, dan SKPD. Mekanisme ini
dijumpai di semua kelurahan/desa. Contoh integrasi RPLP ke
Tabel 7. Jenis Penyelenggaraan Kolaborasi di 17 Kota/Kabupaten dalam rencana pembangunan desa terjadi di Desa Baktireja,
Lokasi Studi 2016-2018 Kabupaten Buleleng (desa alternatif pengamatan). Proses
integrasi dimulai dari perencanaaan di tingkat desa melalui
Kota/Kabupaten Integrasi Inisiatif dan Inovasi Keterpaduan Kerja Sama dan Ke- musrenbang desa, untuk membahas usulan kegiatan di
ke Sistem mitraan
Perencanaan Skala Skala Data tahun berikutnya. Pada momentum pembahasan usulan,
Daerah Lingkungan Kawasan
BKM mengusulkan kegiatan yang tercantum dalam RPLP.
Denpasar √ - - - √
Setelah masuk menjadi rencana kegiatan desa, pelaksanaan
Kab. Buleleng √ - - - √
pembangunan dilakukan swakelola oleh pemerintah desa.
Ternate √ - - - √
Tidore Kepulauan √ - - - -
Contoh integrasi RPLP ke rencana SKPD/OPD terjadi di Kelurahan
Kediri √ √ - - -
Molas, Kota Manado. Menurut BKM setempat, proses integrasi
Kab. Mojokerto √ √ - - -
dimulai dari perencanaaan di tingkat kelurahan melalui musrenbang
Magelang √ √ - √
kelurahan, untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
Salatiga √ √ - - √
dan membahas usulan kegiatan untuk tahun depan. Pada pembahasan
Manado √ - - √ √
usulan, BKM mengajukan rencana kegiatan yang tercantum dalam
Bitung √ - - √ √
RPLP. Hasil usulan rencana kegiatan tingkat kelurahan dibawa
Kab. Majene √ - - - √
ke musrenbang kecamatan untuk dijadikan prioritas usulan
Hasil sinkronisasi berupa daftar usulan kebutuhan Pola yang sama ditemukan di Samarinda, pemerintah
RTLH yang sesuai dengan persyaratan, yang selanjutnya menetapkan Kelurahan Mesjid sebagai ‘Kampung KB’, dan
diusulkan ke Kementerian PUPR untuk divalidasi bersama kemudian tematiknya dikembangkan masyarakat menjadi
pemerintah daerah. Hasil validasi ditetapkan sebagai ‘Kampung Ketupat Warna-Warni’. Pola yang hampir sama
sasaran alokasi pembiayaan DAK perumahan yang harus ditemukan di Salatiga dan Mojokerto.
direalisasikan oleh pemda.
2. Inisiatif keterpaduan pada skala kegiatan. Inisiatif keterpaduan
pada level kegiatan yang terjadi di lapangan berawal dari
III.3.3. MEMBANGUN KERJA SAMA DAN KEMITRAAN Pola kedua, adalah inisiatif pihak swasta dalam rangka realisasi
kegiatan CSR yang menghubungi pemda untuk memperoleh kegiatan-
Saluran kerja sama dengan pihak non-pemerintah telah diusahakan kegiatan yang relevan dengan target CSR mereka. Pada pola yang
oleh masyarakat, pokja, dan pendamping di beberapa lokasi kajian. kedua ini, pemda mengarahkan kegiatan CSR ke lokasi peningkatan
Pihak yang diajak bekerja sama meliputi perusahaan, perbankan, permukiman kumuh yang telah ditetapkan pemerintah.
organisasi nirlaba, dan perguruan tinggi. Pola kerja sama dalam bentuk
pembiayaan penyelenggaraan infrastruktur umumnya terjadi dengan Sebagai contoh di Kota Balikpapan. Awalnya kegiatan kelompok
pihak perusahaan dan perbankan dengan cara memanfaatkan dana Gentong Darling sudah berjalan dengan penanganan sampah metode
tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility, halte sampah, kemudian Dinas Perkim masuk menata Gang Api.
CSR). Misalnya, seperti yang terjadi di Kupang, Kota Balikpapan, dan BPM Program Kotaku Tahun Anggaran 2018 hadir menangani aspek
Kabupaten Majene. kumuh yang meliputi sanitasi, persampahan, dan proteksi kebakaran
berupa hidran kering. PT Sampoerna pun masuk melalui forum CSR
Sedikitnya ada dua pola kerja sama dan kemitraan: Kota Balikpapan atas arahan Bappeda untuk diperkenalkan dengan
Program Kotaku yang kemudian mengarahkan ke Kelurahan Baru
1. Inisiatif ‘pemasaran’ oleh masyarakat dan pemda ke pihak swasta,
Tengah untuk penanganan kampung atas air dengan konsep Urban
dan
Farming. Dinas Pertanian setempat pun tertarik untuk masuk dengan
2. Buy in oleh pihak swasta dalam rangka pembiayaan CSR. program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan bekerja sama
dalam hal pengadaan bibit, rumah bibit, pelatihan, tanah, dan media.
Pola yang pertama, umumnya didahului inisiatif masyarakat dan Setelah itu Dinas Perkim melanjutkan lagi dengan membuat ruang
pemda yang didampingi untuk mengusulkan pembiayaan kegiatan yang terbuka publik seperti taman bacaan, taman bermain, taman berolah
tercantum dalam RPLP/RP2KPKP ke pihak non-pemerintah dan atau raga, taman lansia, dan taman serumpun. Kolaborasi dilanjutkan
Peran BKM adalah mengintegrasikan RPLP ke dalam musrenbang di Struktur organisasi. Di seluruh lokasi kajian, Pokja PKP sudah
hampir semua lokasi kajian. Kepala desa dan kelurahan menggunakan terbentuk sejak 2016, yang ditetapkan melalui surat keputusan kepala
RPLP sebagai rujukan penggunaan anggaran dana desa dan dana daerah. Struktur organisasi Pokja PKP di 17 kota/kabupaten adalah
kelurahan di hampir sebagian besar lokasi kajian. sebagai berikut: 14 Pokja PKP diketuai kepala Bappeda dan tiga Pokja
PKP lainnya diketuai kepala Dinas Perkim.
Jajaran pemerintah kecamatan di Kota Bitung, misalnya, mendorong
pelaksanaan kegiatan dana kelurahan untuk merujuk ke RPLP. Pokja Keanggotaan Pokja PKP bervariasi di setiap kota, namun secara umum
PKP pun mendorong melalui memorandum program di tingkat kota, sudah melibatkan unsur OPD/ASN dan unsur non-pemerintah. Dari
untuk menghadirkan OPD terkait supaya berkontribusi merealisasikan 17 Pokja PKP, hanya ada dua Pokja PKP yang 100 persen anggotanya
kegiatan yang ada di RP2KPKP. Sementara dinas memasukkan Aparatur Sipil Negara (ASN), yaitu Pokja PKP di Kota Salatiga dan Kota
daftar investasi RP2KPKP ke dalam RKPD. Pendamping bertugas Manado.
mengadvokasi, memediasi, dan memfasilitasi BKM dan pemda untuk
menjalin kemitraan dengan berbagai potensi sumber pembiayaan. PMU Contoh Pokja PKP yang sudah melibatkan unsur non-pemerintah dari
Semua kelurahan lokasi studi telah membentuk KPP di tingkat Anggota KPP Bidang Lingkungan bernama Rita menambahkan bahwa
bila ada kerusakan, masyarakat akan patungan untuk memperbaiki
kelurahan, kendati hingga sekarang KPP yang aktif baru ada di 12
kelurahan. KPP yang aktif itu berada di lokasi pembangunan Ruang yang rusak. Di Kelurahan Bitung Barat 1 ini rutin dilaksanakan kegiatan
Terbuka Hijau, tata kelola persampahan, air minum, dan MCK. Biaya kerja bakti setiap Jumat.
operasional KPP berupa honor dan operasional perawatan berasal dari
iuran warga pemanfaat. Gambaran aktivitas KPP tersaji pada ilustrasi
di bawah. III.5. PENDAMPINGAN PERENCANAAN PENATAAN
PERMUKIMAN KUMUH
Tabel 10. Status Keaktifan KPP di 17 Kelurahan/Desa Lokasi
Studi 2018 Penanganan kumuh yang terjadi di lokasi studi menggunakan
pendekatan pembangunan kolaboratif. Pendekatan ini pada praktiknya
Keberadaan KPP pada Kegiatan Kolaborasi ditingkat Kelurahan/Desa
JENIS INVESTASI KEGIATAN Kutawarin Baru Bitung Kampung tidak hanya mengerahkan pelaku dan sumber daya dari satu sektor,
gin Lor Sooko Balowerti Taubneno Alak Tengah Mesjid Molas Barat 1 Pangali-ali Darma Baru
melainkan sudah melibatkan berbagai pelaku dan sektor lainnya—
MCK √ √ √ √ √ √ √ √
Persampahan √ √ √ √ √ √ √ yang memiliki hubungan vertikal maupun horizontal. Pendekatan ini
√ √
Air Bersih
Sarana Ruang Terbuka Hijau √ √ √
telah menempatkan pemda sebagai nakhoda yang mengarahkan dan
mensinegikan sumber daya dan para pihak, termasuk masyarakat
Sumber data: Sistem Informasi Manajemen Program Kotaku
sebagai subjek pembangunan untuk penanganan kumuh.
Ilustrasi KPP yang aktif di Kota Salatiga. Kinerja KPP berjalan baik dan
Sinergi sumber daya dan para pelaku terlihat dari proses persiapan dan
biasanya dikontrol sebulan sekali dan dilakukan pemeliharaan terhadap
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PERENCANAAN Hasil konsolidasi data digunakan sebagai potret kondisi kekumuhan
I.PERSIAPAN II.REVIEW DATA III.ANALISIS KAJIAN IV.PERUMUSAN
V.KEBERLANJUTAN
awal. Potret ini selanjutnya dianalisa yang hasilnya menjadi bahan
1. Sosialisasi Awal
7.Pengumpulan
Data : Primer &
10.Review
data profil
11.Overview
visi & misi dan
12.Analisis penanganan
permukiman kumuh
14.Penyusunan
17.Integrasi RP2KP-KP
dengan Perencanaan
penyusunan dokumen perencanaan di tingkat kota dan masyarakat.
2. Pembentukan/ permukima kebijakan Dokumen RP2KP-KP
Penyusunan dokumen perencanaan di tingkat kota (RP2KPKP)
Sekunder perkotaan Pembanguan Daerah
Penguatan Pokja PKP n kota permukiman
Kolaborasi Kolaborasi
dikoordinasikan oleh pokja, sedangkan perencanaan di tingkat desa/
kelurahan dikoordinasikan TIPP untuk menghasilkan dokumen RPLP.
Kolaborasi Memorandum
Memorandum Memorandum
Program/Kegiatan
Baseline Kumuh Keberlanjutan Program
4.
3a.
MASYARAKAT
Tim penyusun perencanaan tingkat kota dan tingkat kelurahan/desa Keseluruhan proses dan ketersediaan dokumen perencanaan di
lokasi studi menjalin komunikasi dan konsultasi. Tujuannya adalah atas, baik di kota maupun di tingkat masyarakat, terjadi sebagai
untuk mensinergikan kegiatan tingkat kabupaten/kota dengan kegiatan hasil pendampingan dan penguatan terhadap pemerintah kota
tingkat kelurahan/desa, dan sinergi kegiatan antara Skala Kawasan dan masyarakat yang dilakukan tim pendamping Program Kotaku.
dalam kabupaten/kota. Pendampingan program yang dilakukan di lapangan dilaksanakan
melalui peningkatan kapasitas kelembagaan BKM yang mencakup
Proses konsultasi yang terjadi di lapangan dilakukan di setiap tahapan beberapa faktor kemampuan.
perencanaan. Komunikasi dan konsultasi ini pada praktiknya berupa
forum-forum diskusi formal dan informal dalam rangka membangun Misalnya, internalisasi nilai. Yaitu kegiatan yang bertujuan agar BKM
persamaan persepsi dan kesepakatan-kesepakatan terhadap proses mampu menjaga, menerapkan, dan menyematkan nilai-nilai universal
menuju kota tanpa kumuh. kepada pihak-pihak yang diajak berkolaborasi. Selain itu adalah
menjadi mitra pemerintah, yaitu kegiatan yang bertujuan meningkatkan
Forum konsultasi ditemukan lebih intens terjadi di kemampuan pengorganisasian masyarakat dan menjadi mitra
kota-kota yang memiliki rencana Skala Kawasan3 pemerintah. Kemudian kemampuan menyusun dokumen perencanaan
3
, seperti di Kota Ternate, Kupang, Manado, Balikpapan, Samarinda, penataan lingkungan permukiman (RPLP), dan berkemampuan menjadi
dan Kota Magelang. Fokus pembahasannya diutamakan pada isu penggerak kolaborasi dengan berbagai pihak. Kemampuan yang
keterkaitan kegiatan Skala Lingkungan yang beririsan dengan kegiatan dituntut lainnya adalah memanfaatkan sistem informasi penanganan
Skala Kawasan. Hasil dari proses komunikasi dan atau konsultasi kumuh, termasuk kemampuan membangun infrastruktur sesuai
tersebut terlihat dari dokumen perencanaan RPLP di kelurahan kumuh standar teknis dan layak untuk semua.
lokasi studi yang sudah terkonsolidasi dengan perencanaan tingkat
kota. Ilustrasi pengalaman pendampingan yang dilakukan oleh tim korkot
dan atau fasilitator tersaji dalam ilustrasi di bawah ini.
Dalam proses integrasi kegiatan penanganan kumuh yang termuat
dalam dokumen RPLP dan RP2KPKP ke dalam perencanaan reguler, tim
fasilitator melakukan beberapa aktivitas. Di antaranya, meningkatkan
kapasitas BKM dan aparatur desa sebagai perwakilan yang akan Ilustrasi 5. Proses Pendampingan Perencanaan Partisipatif
Kelurahan Pangali-ali, Kabupaten Majene
membawa misi kegiatan penanganan kumuh dalam musrenbang. Tim
fasilitator pun mendampingi utusan yang mengawal kegiatan kumuh Berawal dari permasalahan kumuh di Kelurahan Pangali-ali pada 2015.
dalam proses musrenbang dari level desa hingga kota. Ada instruksi program yang mengharuskan bahwa di lokasi Program
Kotaku harus melakukan pendataan Baseline tanpa terkecuali. Pada
Di tingkat kota pendamping melakukan advokasi kegiatan penanganan saat itu Pemerintah Kelurahan Pangali-ali bersama BKM Pattoe Rannu
kumuh yang termuat dalam dokumen RP2KPKP melalui Pokja PKP dan relawan masyarakat yang ada di bersepakat melakukan pendataan
untuk menjadi prioritas usulan kegiatan dalam forum OPD. Keluaran kumuh. Namun sebelum kegiatan tersebut dimulai terlebih dahulu
dari kegiatan ini adalah daftar investasi yang termuat dalam RPLP dan dilaksanakan beberapa persiapan seperti sosialisasi tingkat kelurahan
sampai di tingkat basis.
RP2KPKP menjadi prioritas kegiatan yang akan didanai dari APBD I dan Setelah sosialisasi dilaksanakan, dibentuklah TIPP di tingkat
II. Selain itu para pendamping tingkat kota juga sekaligus mengadvokasi kelurahan yang anggotanya terdiri dari aparat kelurahan, BKM, kepala
3 Rencana Skala Kawasan yang diprakarsai baik oleh Program Kotaku lingkungan, dan relawan yang akan melakukan pendataan Baseline.
maupun oleh pemerintah daerah.
Lebih dari separuh lokasi studi sudah mencapai target 4 kali BPM,
namun pencapaian terhadap target kolobarasi 4 kali BPM tidak serta
IV.1. KONTRIBUSI KOLABORASI TERHADAP PENGURANGAN LUASAN merta mencerminkan tinggi rendahnya komitmen pemerintah daerah
KUMUH terhadap pengurangan kumuh.
Bagian ini membahas kontribusi dana kolaborasi terhadap pengurangan Di 17 lokasi studi, semua kota/kabupaten sudah ada pembiayaan
kumuh di lokasi studi. Pertama disajikan gambaran pencapaian target kolaborasi infrastruktur pada lokasi kumuh yang bervariasi antara 62-
dana kolaborasi di lokasi studi. Bagian kedua berisi pembahasan isu 85 % dari total pembiayaan (BPM dan kolaborasi). Kisaran perhitungan
standarisasi pembiayaan pengurangan kumuh yang berkaitan dengan nilai tengahnya sama dengan estimasi proporsi kolaborasi nasional
derajat kekumuhan. Dan yang terakhir, membahas kontribusi kolaborasi sebesar 82 %. Ada beberapa kota lokasi studi yang sudah mencapai
terhadap pengurangan kumuh dengan dua pendekatan. Yakni melihat dan melampaui empat kali nilai BPM sesuai target program. Tapi ada
kontribusi pengurangan kumuh di tiga kelurahan yang telah selesai juga kota yang masih belum mencapai target. Lebih jelasnya seperti
menuntaskan kumuh. Selain itu menyandingkan proporsi volume dan tergambar pada grafik di bawah ini.
jenis kegiatan, besaran nilai pendanaan, dan jumlah penerima manfaat
yang bersumber dari BPM dan kolaborasi.
Hasil studi ini menemukan bahwa bila efektivitas diartikan besaran dana
pengurangan kumuh yang diperlukan untuk menyelesaikan persatuan
hektare luasan kumuh, maka rata-rata dana yang dibutuhkan sekitar
Rp 1,25 hingga 1,75 miliar.
terkonsolidasi dengan perencanaan kota (RTRW, RDTR, RP2KPKP, dan N0 Kriteria Tata Kelola Kolaboratif Pokja PKP Kab
Buleleng
Denpasar Ternate Tidore Kediri
Kab
Mojokerto
Magelang Salatiga Manado Bitung
Kab Kab
Majene Polewali
Sorong Kupang Kab TTS Samarinda
Balik
Papan
perencanaan sektor lainnya) sesuai kebutuhan pemerintah. Bentuk Keberadaan forum yang diprakarsai oleh
1 lembaga atau lembaga publik
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
selama ini dibutuhkan OPD guna merealisasikan anggarannya. Peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan tidak hanya '' √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dikonsultasikan '' oleh badan publik
3
IV.3.1. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENENTU VARIASI PENCAPAIAN b. Pokja PKP masih diketuai oleh Dinas Perkim (contoh Kota
KOLABORASI magelang, Kota Ternate, dan Kabupaten TTS),
Dalam uraian sebelumnya terlihat bahwa tata kelola kolaborasi telah c. Pokja PKP yang kurang berfungsi karena tidak memiliki
berkontribusi terhadap pengurangan luasan kumuh. Terdapat tiga rencana kerja, tidak ada biaya operasional, pergantian
faktor pendukung yang memungkinkan hal ini terjadi. Yaitu: personel dan hanya diisi oleh staf, tidak adanya insentif dan
disinsentif (contoh Kediri, Salatiga, Tidore, dan TTS).
1) Kegiatan pendampingan dan penguatan kapasitas terhadap
pemerintah daerah dan masyarakat dalam perencanaan 2. Perbedaan Kualitas Pendampingan
penataan permukiman kumuh, a. Di beberapa kota, kegiatan dikendalikan oleh Askot Mandiri
2) Kinerja kelembagaan yaitu Pokja PKP yang berfungsi dan yang formasi timnya tidak selengkap formasi tim Korkot
keberdayaan BKM, dan (contoh Kabupaten Mojokerto, Kota Kediri, Kabupaten
Buleleng, Kabupaten TTS, dan Tidore).
3) Dukungan teknis dan keaktifan pengendalian dari
konsultan provinsi dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) b. Di beberapa kota, pendamping belum optimal memfasilitasi
terhadap pendamping di daerah. produk dokumen perencanaan RP2KPKP (contoh Kota
Denpasar, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Mojokerto, dan
Ketiga faktor tersebut ada di semua lokasi studi sebagai bagian dari Kabupaten TTS).
pelaksanaan rancangan Program Kotaku.
c. Intensitas pendampingan forum konsultasi level kota
Kajian ini menemukan kota yang menduduki peringkat paling tinggi ditemukan lebih rendah di kota-kota yang belum memiliki
dari aspek kecepatan mengurangi luasan kumuh. Pencapaian target perencanaan Skala Kawasan (contoh Kabupaten Mojokerto,
kolaborasi empat kali BPM dan keberadaan semua tipe penyelenggaraan Salatiga, Tidore, dan Kabupaten Buleleng).
kolaborasi yaitu Kota Samarinda dan Kota Kupang.
3. Perbedaan Konteks Lokal
Untuk menemukan faktor penentu pencapaian prestasi kedua kota
tersebut diperlukan kajian dan analisa lebih lanjut. Meskipun begitu a. Dukungan pimpinan daerah (contoh camat dan lurah di
kajian ini menduga sejumlah faktor yang menjadi penentu perbedaan Bitung, kepala Bappeda di Manado).
capaian setiap kota dalam hal kecepatan pengurangan luasan kumuh, b. Inisiatif dan inovasi lokal (contoh Kelurahan Mesjid
capaian target kolaborasi empat kali BPM, dan keberadaan tipe di Samarinda, Kelurahan Baru Tengah di Balikpapan,
penyelenggaraan kolaborasi. Faktor tersebut adalah: Kelurahan Kutowinangun Lor di Salatiga, dan Kelurahan
Sooko di Kabupaten Mojokerto).
DAN SARAN kesesuaiannya dengan data sekunder kelurahan; sudah dalam bentuk
perencanaan ruang, dan terkonsolidasi dengan perencanaan kota
(RTRW, RDTR, RP2KPKP, dan perencanaan sektor lainnya) sesuai
V.1. PEMBELAJARAN kebutuhan pemerintah. Bentuk perencanaan seperti ini mengisi
kekosongan data dan informasi yang selama ini dibutuhkan OPD guna
Kajian ini menemukan bahwa keberadaan Pokja PKP sebagai cerminan
merealisasikan anggarannya.
dari tata kelola kolaborasi telah berkontribusi terhadap pengurangan
83-84 % luas kumuh dengan biaya berkisar antara Rp 1,25 hingga 1,75 Tata kelola kolaborasi dalam penanganan kumuh yang tercermin di
miliar per hektare. lokasi studi menghadapi sejumlah tantangan. Yakni:
Pelaksanaan Program Kotaku telah mendorong pembentukan dan 1) Akses terhadap teknologi data atau informasi tentang
berjalannya tata kelola kolaborasi penanganan kumuh di lokasi studi. perumahan dan permukiman masih kurang,
Dukungan teknis dan keaktifan pengendalian dari konsultan provinsi
dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) terhadap pendamping di 2) Isu legalitas lahan permukiman,
daerah selama 2016 - 2018 berperan terhadap berjalannya kegiatan
3) Belum adanya kebijakan untuk menerapkan strategi
pendampingan dan penguatan kapasitas yang dilakukan pendamping
pencegahan,
kota/kabupaten terhadap pemerintah daerah dan masyarakat.
Terutama selama pada tahap perencanaan penataan permukiman 4) Belum optimalnya peran camat dalam penanganan kumuh,
kumuh, dan terjaganya kinerja kelembagaan yang tercermin dari Pokja dan
PKP yang berfungsi dan pemberdayaan BKM.
5) Belum ada review program, dokumen perencanaan, dan
Pokja PKP adalah organisasi/lembaga yang resmi dibentuk kepala Baseline.
daerah guna mengarahkan dan mengkoordinasikan penanganan
kumuh di daerah. Pada praktiknya Pokja PKP telah melibatkan berbagai Apabila tantangan ini tidak berhasil diatasi atau diselesaikan, diduga
unsur baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, termasuk BKM, akan berimplikasi pada kecepatan pengurangan kumuh, keberlanjutan
dalam satu forum untuk merumuskan berbagai kebijakan penanganan kelembagaan, dan pada upaya penataan kawasan permukiman secara
kumuh di daerah termasuk pendanaan dan bentuk kegiatan. Kajian umum di kemudian hari.
ini menemukan konsensus kebijakan dilakukan melalui: Integrasi, Ada empat isu lainnya yang perlu jadi perhatian baik dalam penanganan
Inovasi Keterpaduan, dan Kemitraan antara pihak untuk berkomitmen kumuh maupun penyelenggaraan kolaborasi, yaitu:
merealisasikan kegiatan yang termuat dalam dokumen RPLP dan
RP2KPKP. Keberadaan Pokja PKP serta karakter tata kelola yang 1. Meskipun pendanaan, jenis, dan volume kegiatan, serta penerima
dijalankannya ini sesuai dengan konsep tata kelola kolaborasi yang manfaat telah cukup besar untuk membiayai kegiatan pengurangan
dirumuskan Ansell & Gash (2007). kumuh di suatu lokasi, namun kecepatan dalam menuntaskan
kumuh tergantung pada nilai kekumuhan awal yang harus
Komitmen para pihak yang turut berkolaborasi merealisasikan dikurangi.
hasil RPLP dan RP2KPKP. Karena kedua dokumen tersebut dinilai
telah disusun melalui mekanisme partisipatif; daftar kegiatannya
PROGRES PENGURANGAN LUASAN KUMUH NILAI DAN SUMBER PENDANAAN LOKASI KUMUH
Luas Luas Luas Luas
Jumlah Akumulasi
KOTA_KAB Luas kumuh pengurangan pengurangan pengurangan pengurangan Luas kumuh Akumulasi Nilai BDI kolaborasi kumuh kolaborasi kumuh kolaborasi kumuh
kelurahan BDI Tahun 2016 BDI Tahun 2017 BDI Tahun 2018 kolaborasi kumuh
awal (ha) kumuh (ha) kumuh (ha) kumuh (ha) kumuh (ha) akhir (ha) 2016-2018 tahun 2016 tahun 2017 tahun 2018
kumuh tahun 2016-2018
tahun 2016 tahun 2017 Tahun 2018 kumulatif
KOTA DENPASAR 11 46.84 1.6 45.21 - 4,686,554,300 19,673,876,100 6,407,009,600 34,487,802,300
KOTA MAGELANG 15 100.56 1.07 23.89 28.43 53.39 47.17 3,000,000,000 1,700,000,000 500,000,000 5,200,000,000 5,584,621,200 16,112,149,800 35,730,296,500 57,427,067,500
KOTA SALATIGA 23 21.84 - 18.15 3.34 21.49 0.35 3,000,000,000 - 555,000,000 3,555,000,000 - 3,019,324,000 7,244,786,000 10,264,110,000
KAB. MOJOKERTO 4 26.37 - 1.11 7.70 8.81 17.56 500,000,000 2,550,000,000 3,050,000,000 100,000,000 424,942,000 5,825,723,000 6,350,665,000
KOTA KEDIRI 10 63.33 - 45.53 6.74 52.26 11.07 1,000,000,000 6,000,000,000 7,000,000,000 1,226,627,000 5,125,363,600 11,440,102,100 19,133,831,900
KAB. BULELENG 6 35.18 - 14.12 5.60 19.72 15.46 1,000,000,000 1,000,000,000 3,315,000,000 4,181,840,000 1,839,750,000 9,336,590,000
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 2 8.76 - 5.38 3.38 8.76 - 1,500,000,000 450,000,000 1,950,000,000 1,430,945,000 748,878,000 479,505,500 2,679,328,500
KOTA KUPANG 42 139.28 - 12.87 98.98 111.85 27.43 4,550,000,000 13,900,000,000 18,450,000,000 22,699,170,000 30,236,372,000 52,692,551,800 105,628,093,800
KOTA BALIKPAPAN 13 282.77 - 91.68 94.33 186.01 96.76 3,000,000,000 850,000,000 16,105,000,000 19,955,000,000 1,283,167,000 3,830,542,000 1,980,777,500 8,140,956,500
KOTA SAMARINDA 24 312.10 - 159.67 116.32 275.99 36.11 3,950,000,000 10,850,000,000 14,800,000,000 21,176,013,200 73,283,253,000 30,447,839,500 125,723,351,700
KOTA MANADO 25 155.86 - 97.95 16.65 114.60 41.26 4,700,000,000 8,500,000,000 13,200,000,000 46,936,464,500 23,275,972,800 16,887,930,000 91,973,302,300
KOTA BITUNG 12 136.26 - 31.19 37.20 68.39 67.87 3,000,000,000 1,400,000,000 5,700,000,000 10,100,000,000 6,456,000,000 6,983,500,000 1,182,500,000 15,012,000,000
KAB. MAJENE 5 21.49 - 6.31 15.18 21.49 - 1,700,000,000 1,150,000,000 2,850,000,000 710,200,000 13,034,475,000 18,809,749,000 39,353,554,000
KAB. POLEWALI MANDAR 7 68.51 - 4.98 - 4.98 63.53 1,700,000,000 1,700,000,000 4,104,700,000 12,884,995,000 14,974,240,800 34,166,035,800
KOTA TERNATE 18 38.26 - 2.25 0.80 3.05 35.21 1,800,000,000 3,400,000,000 5,150,000,000 10,350,000,000 1,125,196,400 8,316,079,800 7,160,239,500 16,601,515,700
KOTA TIDORE KEPULAUAN 18 96.40 - 3.00 3.80 6.80 89.60 1,000,000,000 11,150,000,000 12,150,000,000 1,135,000,000 3,662,615,000 1,973,021,000 6,976,636,000
KOTA SORONG 25 85.27 - 1.73 21.03 22.76 62.51 7,500,000,000 3,500,000,000 11,000,000,000 110,302,671,000 55,691,207,300 15,024,740,000 229,328,283,600
Total 260 1,639.08 1.07 519.80 459.48 981.98 657 13,800,000,000 36,450,000,000 86,060,000,000 136,310,000,000 227,585,775,300 260,811,509,300 223,693,752,200 812,583,124,600
Lampiran 2. Tabel Progres Pengurangan Luasan Kumuh dan Nilai Lampiran 3. Tabel Sumber dan Nilai pendanaan di 17 Kota/Kab
Pendanaan di 17 Kel/Desa
a) an
1 BULELENG 050/25/MK/2016 Berfungsi 1 1 1 1 1 12 1 0 1 0 0 1 1 0 16
2 KOTA BALIKPAPAN 188.45-288/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 42 7 2 2 1 11 1 12 78
3 KOTA BITUNG 188. 45/HKM/SK/156/2016 Berfungsi 1 1 1 1 1 16 1 2 1 1 1 1 3 26
4 KOTA DENPASAR 188.45/302/HK/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 20 3 0 0 0 0 0 0 0 23
5 KOTA KEDIRI 188.45/264/419.033/2018 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 38 4 1 2 45
6 KOTA KUPANG Nomor: 90A/KEP/HK/2018 Tgl 12 Maret 2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 46 8 54
7 KOTA MAGELANG 648/47/112 TAHUN 2017 Tanggal 22 Mei 2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 17 2 0 1 0 2 0 1 2 25
8 KOTA MANADO 53/KEP/B.01/BAPELITBANG/2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 71 71
9 KOTA SALATIGA 056-05/312/2018 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 10
10 KOTA SAMARINDA No. 413.2/279/HK-KS/VII/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 24 1 0 1 0 1 0 0 3 30
11 KOTA SORONG 800.05/133/2016 Berfungsi 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 1 34
12 KOTA TERNATE 24/II.4/KT/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 51 0 0 0 0 1 0 1 0 53
13 KOTA TIDORE KEPULAUAN 63.1 Tahun 2017 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 26 1 0 0 0 1 0 0 1 29
14 MAJENE NOMOR : 831/HK/KEP-BUP/IV/2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 26 1 27
15 MOJOKERTO 188.45/454/HK/416-012/2017 Berfungsi 1 1 1 1 1 36 2 3 2 6 1 50
16 POLEWALI MANDAR Nomor : 138 Tahun 2018 Berfungsi 1 1 1 1 1 29 1 1 31
17 TIMOR TENGAH SELATAN Nomor:264/KEP/HK/2018 Tgl 25 Mei 2018 Kurang Berfungsi 1 1 1 1 26 1 1 28
PROPORSI
PENDANAAN KUMUH
KOTA/KABUPATEN PENGURANGAN RUPIAH PER HA
BDI Kolaborasi BDI + KOLABORASI AWAL CAPAIAN AKHIR BDI Kolaborasi
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN 1,950,000,000 2,679,328,500 4,629,328,500 8.76 8.76 0 3.69 5.07 528,462,158
KAB. MOJOKERTO 3,050,000,000 6,350,665,000 9,400,665,000 26.37 8.81 17.56
KOTA TIDORE KEPULAUAN 12,150,000,000 6,976,636,000 19,126,636,000 96.40 6.80 89.6
KOTA BALIKPAPAN 19,955,000,000 8,140,956,500 28,095,956,500 282.77 186.01 96.76
KAB. BULELENG 1,000,000,000 9,336,590,000 10,336,590,000 35.18 19.72 15.46
KOTA SALATIGA 3,555,000,000 10,264,110,000 13,819,110,000 21.84 21.49 0.35
KOTA BITUNG 10,100,000,000 15,012,000,000 25,112,000,000 136.26 68.39 67.87
KOTA TERNATE 10,350,000,000 16,601,515,700 26,951,515,700 38.26 3.05 35.21
KOTA KEDIRI 7,000,000,000 19,133,831,900 26,133,831,900 63.33 52.26 11.067
KAB. POLEWALI MANDAR 1,700,000,000 34,166,035,800 35,866,035,800 68.51 4.98 63.53
KOTA DENPASAR - 34,487,802,300 34,487,802,300 46.84 1.63 45.2083
KAB. MAJENE 2,850,000,000 39,353,554,000 42,203,554,000 21.49 21.49 0 1.45 20.04 1,963,869,428
KOTA MAGELANG 5,200,000,000 57,427,067,500 62,627,067,500 100.56 53.39 47.171
KOTA MANADO 13,200,000,000 91,973,302,300 105,173,302,300 155.86 114.60 41.26
KOTA KUPANG 18,450,000,000 105,628,093,800 124,078,093,800 139.28 111.85 27.43
KOTA SAMARINDA 14,800,000,000 125,723,351,700 140,523,351,700 312.10 275.99 36.11
KOTA SORONG 11,000,000,000 229,328,283,600 240,328,283,600 85.27 22.76 62.51
TOTAL- RERATA 136,310,000,000 812,583,124,600 948,893,124,600 1,639 982 657 5.14 25.11 1,246,165,793
Rancangan
Awal Renja -KL
Provinsi
Rancangan
Renja-SKPD Forum SKPD
Provinsi Provinsi
Perda/
Perbud
Rancangan
Kabupaten / Kota
Rancangan
Renstra Musrenbang Renja
Renja-
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Kecamatan
Renstra
Kelurahan
Penyusunan
Profil 100 0
100
Kelurahan / Desa
Rencana
Investasi
Swasta
D O K U M E N T A S I
STUDI KOLABORASI
PENANGANAN KUMUH
Pembangunan/Kegiatan: Ruang Terbuka Hijau dilengkapi: Akses jalan, Pembangunan/Kegiatan: Jalan lingkungan, plat beton, drainase, motor
Gazibu, Kolam resapan, Tempat bermain, Penerangan umum, Jalan sampah. Sumber Pendanaan: APBD II
terapi. Sumber Dana: APBD, APBN Swadaya Fungsi dan manfaat: Jalan tersebut merupakan satu-satunya akses
Fungsi dan manfaat diantaranya; Menjadi wadah kegiatan/ interaksi di RT003 yang kondisi masih jalan tanah sehingga sangat becek dan
antar warga, Ruang Terbuka Hijau menjadi center point kegiatan tergenang air di saat musim hujan tiba tapi sekarang sudah tidak banjir
masyarakat maupun pihak luar yang berkunjung, menjadi destinasi dan tidak becek dan warga mudah dan cepat untuk akses ke lokasi
kegiatan wisata dan pendidikan yang menarik, Sebagai wadah kegiatan lainnya.
anak-anak, pemuda, dan orangtua.
Pembangunan/Kegiatan: Drainase tertutup, Rehab Rumah 15 Unit. Pembangunan/kegiatan ; Jalan beton, tanggul, drainase, tembok
Sumber Pendanaan ; APBDesa , APBN. penahan siring, tutup drainase, railing, tangga beton dan Pengecatan.
Fungsi dan manfaat, Rumah sudah tidak bocor, aman dan nyaman. Sumber Pendanaan; APBN
Fungsi dan manfaat ; Prasarana yang sudah memadai jalan lingkungan
yang tadinya rusak sekarang sudah bagus, drainase sudah dapat
berfungsi dengan baik dan terhindar dari longsor dan perubahan wajah
lingkungan yang bersih cantik indah tanpa kumuh.
Pembangunan dinding penahan tanah, pembangunan jalan baru, Pembangunan/Kegiatan; Penataan kawasan wisata pancuran, drainase,
drainase, plat deker. Sumber pendanaan CSR dan APBD II Jalan, dll. Sumber pendanaan; APBD dan swadaya.
Fungsi dan manfaat; jalan sudah bisa diakses dan lebih aman dari Fungsi dan manfaat; Kawasan permukiman menjadi destinasi wisata
longsor dan gerusan air hujan lokal lebih aman, nyaman dan asri
Pembangunan/Kegiatan; TPS3R, tembok penahan tanah, Jalan. Pembangunan/kegiatan; jalan baru , Pendanaan dari APBN
Sumber Pendanaan; APBN, APBD I , APBD II, CSR dan Swadaya Fungsi dan manfaat ; Kondisi jalan sebelumnya tidak ada sehingga
Fungsi dan manfaat; Tidak ada buang, tumpuk dan bakar sampah harus memutar karena bangunan diatas air, Setelah pembuatan jalan
sembarangan, akses jalan sudah baik, nyaris tidak adalagi genangan beton lebih memudahkan masyarakat untuk mengakses jalan keluar
dimusim hujan. tidak memutar lagi
Pembangunan/kegiatan; Jalan beton dan jalan aspal. Sumber Pembangunan/kegiatan; Drainase. Sumber pendanaan APBD II
pendanaan APBD II Fungsi dan manfaat; Pembuatan salauran air dan Jalan paving block
Fungsi dan manfaat; jalan sebelumnya becek dan berdebu, setelah memberikan kenyamanan bagi akses penggunan jalan dan masyarakat
ditingkatkan kualitasnya sekarang lebih nyaman dan aman. sekitar, karena selain membuat lingkungan sekitar tertata juga pada
saat hujan airnya masuk ke saluran air yang berujung di saluran
Barangka”
Pembangunan/Kegiatan; Jalan. Sumber pendanaan APBD Pembangunan/kegiatan; Jalan paving, sambungai air bersih dan motor
Fungsi dan Manfaat; Kondisi jalan yang buruk dikarenakan permukaan sampah. Sumber pendanaan; APBN, APBD II dan Swadaya
jalan yang masih tanah, jika hujan turun becek dan licin, Warga Fungsi dan manfaat ; Sebagian besar akses jalan lingkungan menjadi
sekarang sudah bisa mengakses jalan baru sehingga memudahkan lebih aman dan nyaman, air minum sudah sampai rumah, tidak ada
untuk mengakses jalan lain juga memudahkan untuk akses kegiatan lagi sampah numpuk, bakar dan buang sembarangan, lingkungan lebih
ekonomi. bersih.
Pembangunan/kegiatan; Rehab rumah, jalan, bak samah, IPAL Pembangunan: Jalan, drainase, RTH, bak sampah, hidrant, urban
komunal, ruang rerbuka publik. Sumber Pembiayaan ; APBN, APBD I, farming, rehab rumah, pot bunga dll . Sumber pembiayaan; APBD II,
APBD II, CSR, Swadaya BPBD, CSR, Swadaya
Fungsi dan manfaat; Lingkungan perumahan dan permukiman sudah Manfaat dan fungsi; Kawasan perumahan dan permukiman menjadi
tidak kumuh lagi, aman dan yaman, jadi destinasi baru sebagai ruang lebih aman, nyaman dan sehat, menjadi titik kumpul sebagai destinasi
kumpul wisata lokal.
Pembangunan/kegiatan; Jalan Paving . Sumber pendanaan APBDes. Pembangunan/Kegiatan; Ruang terbuka, Sambungan Rumah air
Fungsi dan manfaat; sebelumnya kualitas permukaan jalan rusak minum, Jembatan/box culvert. Sumber pendanaan ; Swadaya, PT
dan becek musim hujan dan musim kemarau berdebu, setelah d Ada PDAM dan APBD II.
peningkatan kualitas permukaan jalan lebih nyaman dan aman Fungsi dan manfaat; Air minum sudah sampai rumah tidak perlu antri
jauh, Ruang terbuka sebagai titik kumpul bersosialisasi dan taman
bermain anak.