DISUSUN OLEH
ZULHAMSAH
DOSEN PENGAMPU
Dra. Hj Replita M.Si
Pertumbuhan ekonomi daerah sangat berdampak baik kepada masyarakat. Hal ini
ditandai dengan berkurangnya kemiskinan didaerah tersebut dan tingkat pengangguran
semakin sedikit serta mampu mandiri sebagai daearah yang produktif dan aktif dalam
tatanan sosial masyarakatnya. Untuk menunjang perkembangannya juga harus dimulai
dari berbagai sektor baik itu pertanian, peternakan, lingkungan hidup, pariwisata, kuliner,
infrastruktur dan lain lain. Semuanya terkait secara umum dalam proses pembangunan
ekonomi daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perencanaan strategis?
2. Bagaimana siklus pembangunan ekonomi daerah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan strategis
Untuk mengelola sumber daya alam yang ada didaerah masing masing dibutuhkan
sebuah perencanaan yang tepat sehingga pengelolaan berjalan dengan baik. Perencanaan
adalah proses pembuatan skema dalam rangka untuk mencapai tujuan suatu daerah.
Perencanaan strategis dalam suatu daerah adalah proses pengarahan atau pengalokasian
sumber daya alam dan masyarakatnya yang memiliki potensi meningkatkan pendapatan
daerahnya. Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen
yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada
masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan
organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke
depan.1
Untuk suatu daerah sangat perlu melakukan perencanaan terhadap segala yang
berpotensi meningkatkan ekonomi dalam masyarakat dan pemerintah pada umumnya
yang akan melakukan perencanaan di daerahnya masing masing. Dadang sholihin
mengatakan ada 3 tahapan untuk melakukan perencanaan yaitu :2
Tiga tahapan diatas sebagai langkah awal dalam penyusunan rencana atau plan
kedepannya dan sebagai acuan dalam menjalankan proses pembangunan ekonomi daerah.
Perencanaan ini dapat dilakukan oleh berbagai institusi yang berwenang atas tercapainya
kesejahteraan yang merata diantara penduduk disebuah negara/daerah. Namun pada
umumnya, perencananaan dilakukan oleh lembaga pemerintah mengingat seorang
individu akan berusaha untuk memuaskan kebutuhan hidupnya tanpa memperhatikan
dampak yang ditimbulkannya kepada individu lain. Perencanaan juga sebagai bagian dari
pengambilan keputusan. Secara singkat, pengambilan keputusan ditujukan untuk
1
( Kerzner , 2001
2
Suharsih, D. N. (2017, April). Analisis dan Evaluasi Dampak Dana Alokasi Khusus Terhadap Indikator Kinerja
Pembangunan di Daerah Studi Kasus Kabupaten-Kota . Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan , 18(1), 62-70.
menyelesaikan suatu masalah sedangkan perencanaan ditujukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu di masa yang akan datang.
B. tujuan Perencanaan:3
Menciptakan suatu perekonomian nasional yang serba diatur, yang
direncanakan tujuan dan jalannya (Mohammad Hatta).
Perencanaan pada dasarnya berkaitan dengan dua hal yaitu:(1). penentuan
pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang hendak dicapai dalam
jangka waktu tertentu atas dasar “nilai” ( kemampuan) yang dimiliki oleh
masyarakat setempat. (2). pilihan-pilihan di antara berbagai alternatif yang
efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tertentu, baik berupa
penentuan tujuan yang di dasarkan atas pemilihan berbagai alternatif
berdasarkan satu kriteria tertentu (Widjojo Nitisastro).
3
Nia Permatasari, D. S. (2016, Juni). Perencanaan Pembangunan Ekonomi Wilayah Berbasis
Pertanian Dalam Rangka Pengurangan Kemiskinan di Kalimantan Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia,
4, 27-42
adanya pakar ekonomi, pakar statistik dan tenaga perencanaan yang bermutu
(situasi ini juga terjadi di banyak negara miskin), maka usaha untuk merumuskan
dan melaksanakan rencana pembangunan yang kemprehensif dan terinci,
barangkali akan menyebabkan frustasi di semua tingkat. Dalam situasi seperti ini,
membuat suatu perencanaan yang ekstensif merupakan suatu kebodohan dan
membuang-buang sumber daya manusia kelas tinggi yang memang langka.
D. Pembangunan
Proses multidimensional yang menyangkut reorganisasi dan reorientasi sistem
ekonomi dan sosial secara keseluruhan .Disamping untuk peningkatan suatu pendapatan
dan output pembangunan menyangkut perubahan radikal dalam struktur kelembagaan,
struktur sosial, administrasi, perubahan sikap, adat serta kepercayaan.5
4
Agustino, Leo.2014.Politik Lokal dan Otonomi Daerah.Bandung:PENERBIT ALFABETA
5
Widodo ,Tri. 2008. Perencanaan Pembangunan (Era Otonomi Daerah).Yogyakarta :UPP STIM
YKPN YOGYAKARTA., h. 13
Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat
nasional atau Produk Domestik Bruto (PDRB) ditingkat daerah. Penggunaan indikator
PDB ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat
kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk
mengetahui tingkat output yang diproduksi disebuah negara untuk dikonsumsi oleh
penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan indikator
PDB sebagai tolak ukur pertumbuhan di sebuah negara, beberapa ahli ekonomi
pembangunan menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga kerja
(employment) di negara tersebut.
E. Perencanaan Pembangunan
Jadi, Perencanaan pembangunan adalah suatu proses perumusan alternatif-
alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang
akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas
kemasyarakatan, baik yangbersifat fisik (material), maupun nonfisik (mental dan
spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.
Perencanaan Pembangunan adalah teknik atau jasa untuk mencapai tujuan dan
sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah dirumuskan oleh badan
perencanaan pusat.6 Dalam pembangunan baik dibidang ekonomi maupun segala bidang,
sebaiknya ada sebuah perencananaan pembangunan supaya pembangunan lebih lancar
dalam pelaksanaanya. Dalam perencanaan terdapat pengarahan kegiatan, yang dapat
digunakan untuk perkiraan potensi, prospek hambatan, serta resiko yang mungkin
dihadapi dimasa mendatang.
6
Arsyad,Lincoln.1999.Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta :
BPFE, h. 103
menuntut campur tangan pemerintah secara lebih besar untuk pemulihan dan
menggerakan kegiatan perekonomian masyarakat, yang sekaligus diharapkan dapat
mendorong perubahan sosial secara lebih mendasar.
Penjabaran ketiga fungsi ini di Indonesia dapat dilihat dalam pasal 33 UUD 1945
Amandemen keempat. Ayat (2) dan ayat (3) menyebutkan bahwa negara menguasai bumi
serta kekayaaan alam yang dikandung didalamnya, serta cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan bagi hajat hidup orang banyak.Penguasaan dimaksudkan untuk
dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.7 Hal ini mengamanatkan kepada
Pemerintah agar secara aktif dan langsung menciptakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Selanjutnya ayat (4) menyebutkan bahwa perekonomian diselenggarakan atas
dasar-dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
7
Ristanti, Y. D. (2017, April). Undang-Undang Otonomi Daerah dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Jurnal
Riset Akutansi Keuangan, 2
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan
pokok.Barang yang dimaksud berupa kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta
kebutuhan lain yang mendukung seperti kesehatan, pendidikan hingga keamanan.
2. Peningkatan standar hidup.Tujuan kedua ini tidak hanya mencakup peningkatan
pendapatan semata namun juga harus meliputi penyediaan lapangan kerja,
perbaikan kualitas pendidikan dan kehidupan masyarakat yang baik secara materiil
maupun menumbuhkan jati diri yang terkandung di dalam setiap bangsa.
3. Perluasan pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu.Perluasan kesempatan
ini mencakup pembebasan masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang
serta kepada segala sesuatu yang mungkin merendahkan martabat kehidupan
masyarakat tersebut.
1. Strategi pertumbuhan
Strategi pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat pada upaya
pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar,
terarah, dan memusat, sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah
8
Kuncoro, Mudrajad.2004.Otonomi & Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang). Jakarta : PENERBIT ERLANGGA.
melalui proses merambat ke bawah (trickle-down-effect) pendistribusian kembali.
Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan
terciptanya pertumbuhan ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini
adalah, bahwa pada kenyataannya yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin
tajam.
2. Strategi pembangunan dan pemerataan
Inti dari konsep ini adalah, dengan ditekankannya peningkatan pembangunan
melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan perencanaan
induk, dan program terpadu. Keadaan sosial antara si kaya dan si miskin mendorong
para ilmuwan untuk mencari alternatif. Alternatif baru yang muncul adalah strategi
pembangunan pemerataan. Strategi ini dikemukakan oleh Ilma Aldeman dan Morris.
Yang menonjol pada pertumbuhan pemerataan ini adalah ditekannya peningkatan
pembangunan melalui teknik sosial engineering, seperti melalui penyusunan rencana
induk, paket program terpadu. Dengan kata lain, pembangunan masih diselenggarakan
atas dasar persepsi, instrumen yang ditentukan dari dan oleh mereka yang berada
“diatas” (Ismid Hadad, 1980). Namun ternyata model pertumbuhan pemerataan ini
juga belum mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang
berkembang seperti pengangguran masal, kemiskinan struktural dan kepincangan
sosial.
3. Strategi Ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli
ekonimi mencari alternatif lain, sehingga pada tahun 1965 muncul strategi
pembangunan dengan nama strategi ketergantungan adalah : Jika suatu Negara ingin
terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, Negara tersebut harus
mengarahkan upaya pembangunan ekonominya pada usah melepaskan
ketergantungan dari pihak lain. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah;
meningkatkan produksi nasional yang disertai dengan peningkatan kemampuan
dalam bidang produksi, lebih mencintai produk nasional, dan sejenisnya. Teori
ketergantungan ini kemudian dikeritik oleh Kathari dengan mengatakan “sebab
selaluakan gampang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua kesalahan pada
pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di dalam lingkungan
masyarakat kita sendiri dibiarkan saja”.9
9
Kathari dalam Ismid Hadad, 1980)
Ada 3 unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika
dikaitkan dengan hubungan pusat dan daerah:10
a. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistic memerlukan
pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional di
tempat daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar
antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.
b. Sesuatu yang tampaknya baik secara rasional belum tentu baik untuk daerah, dan
sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional.
c. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya,
administrasi, proses pengambilan keputusan, dan otoritas biasanya sangat berbeda
pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat
pengendalian kebijakan sangat berbeda pada tingkat tersebut. Oleh karena itu,
perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogianya
dilakukan dengan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai
sumber daya pembangunan sebaik mungkin sehingga benar-benar dapat dicapai,
dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat
daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek perencanaannya.
10
Kusuma, H. (2016, Februari). Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan, 9.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Pengaturan perencanaan pembangunan ekonomi daerah dikonstruksikan sebagai
aturan-aturan yang tertib yuridis dengan cara ditentukan jenjang perundang-undangan
secara hirarki. Namun kalau melihat bahwa suatu sitem perundang-undangan itu yang
dibangunharuslah konsisten, koheren juga harus responden, maka pengaturan
perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tujuannya adalah untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada skala daerah. Dengan demikian,
dengan melihat sistem perundang-undangan yang dibangun harus korensponden, maka
harmoni (keselarasan, kecocokan, keserasian) pengaturan dari perencanaan pemabngunan
daerah tidak harus terjadi, terlebih karena adanya pelaksanaan asas desentralisasi dalam
wujud otomomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo.2014.Politik Lokal dan Otonomi Daerah.Bandung:PENERBIT ALFABETA
Widodo ,Tri. 2008. Perencanaan Pembangunan (Era Otonomi Daerah).Yogyakarta :UPP
STIM YKPN YOGYAKARTA.
Kuncoro, Mudrajad.2004.Otonomi & Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang). Jakarta : PENERBIT ERLANGGA.
Riyadi,Supriady Deddy.2004. Perencanaan pembangunan Daerah (Strategi Menggali
potensi dalam Mewujudkan Otonami Daerah).Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
.
Tarigan, Robinson. 2008. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Michael.1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.PT .Gelora Aksara Pratama
Arsyad,Lincoln.1999.Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta : BPFE
Boediono, 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi.Yogyakarta:BPFE
Widjaja,2014.Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia.Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada.
Agustino,Leo.2011.Sisi Gelap Otonomi Daerah.Jakarta:Widya Padjajaran