Anda di halaman 1dari 13

`PERENCANAAN STRATEGIS DAN SIKLUS PEMBANGUNAN DAERAH

DISUSUN OLEH
ZULHAMSAH

DOSEN PENGAMPU
Dra. Hj Replita M.Si

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYEIKH ALI HASAN AHMMAD AD-DARY
PADANG SIDEMPUAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kesejahteraan masyarakat juga didorong oleh tumbuh dan berkembangnya


ekonomi di daerah tersebut. Tentu untuk mewujudkan suatu perkembangan dalam
pembangunan ekonomi membutuhkan perencanaan yang matang serta perhitungan yang
tepat. Agar pertumbuhan ekonomi dalam daerah tersebut dapat berjalan dengan baik dan
juga mencapai tujuan yang telah direncanakan. Didalam suatu daerah pasti mempunyai
sumber daya manusia dan juga sumber daya alam yang sangat berlimpah, namun
biasanya banyak dari masyarakat yang tidak mampu memperdayakan atau mengelola
kekayaan alam yang melimpah. Disinilah peran kita sebagai akademisi membuat
rancangan strategis untuk suatu daerah yang ingin kita majukan ekonominya dengan
berusaha memperdayakan SDA dan SDM yang ada.

Pertumbuhan ekonomi daerah sangat berdampak baik kepada masyarakat. Hal ini
ditandai dengan berkurangnya kemiskinan didaerah tersebut dan tingkat pengangguran
semakin sedikit serta mampu mandiri sebagai daearah yang produktif dan aktif dalam
tatanan sosial masyarakatnya. Untuk menunjang perkembangannya juga harus dimulai
dari berbagai sektor baik itu pertanian, peternakan, lingkungan hidup, pariwisata, kuliner,
infrastruktur dan lain lain. Semuanya terkait secara umum dalam proses pembangunan
ekonomi daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perencanaan strategis?
2. Bagaimana siklus pembangunan ekonomi daerah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan strategis
Untuk mengelola sumber daya alam yang ada didaerah masing masing dibutuhkan
sebuah perencanaan yang tepat sehingga pengelolaan berjalan dengan baik. Perencanaan
adalah proses pembuatan skema dalam rangka untuk mencapai tujuan suatu daerah.
Perencanaan strategis dalam suatu daerah adalah proses pengarahan atau pengalokasian
sumber daya alam dan masyarakatnya yang memiliki potensi meningkatkan pendapatan
daerahnya. Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen
yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada
masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan
organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke
depan.1

Untuk suatu daerah sangat perlu melakukan perencanaan terhadap segala yang
berpotensi meningkatkan ekonomi dalam masyarakat dan pemerintah pada umumnya
yang akan melakukan perencanaan di daerahnya masing masing. Dadang sholihin
mengatakan ada 3 tahapan untuk melakukan perencanaan yaitu :2

1. Perumusan dan penentuan tujuan


2. Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia
3. Pemilihan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
dan disepakati bersama

Tiga tahapan diatas sebagai langkah awal dalam penyusunan rencana atau plan
kedepannya dan sebagai acuan dalam menjalankan proses pembangunan ekonomi daerah.
Perencanaan ini dapat dilakukan oleh berbagai institusi yang berwenang atas tercapainya
kesejahteraan yang merata diantara penduduk disebuah negara/daerah. Namun pada
umumnya, perencananaan dilakukan oleh lembaga pemerintah mengingat seorang
individu akan berusaha untuk memuaskan kebutuhan hidupnya tanpa memperhatikan
dampak yang ditimbulkannya kepada individu lain. Perencanaan juga sebagai bagian dari
pengambilan keputusan. Secara singkat, pengambilan keputusan ditujukan untuk

1
( Kerzner , 2001
2
Suharsih, D. N. (2017, April). Analisis dan Evaluasi Dampak Dana Alokasi Khusus Terhadap Indikator Kinerja
Pembangunan di Daerah Studi Kasus Kabupaten-Kota . Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan , 18(1), 62-70.
menyelesaikan suatu masalah sedangkan perencanaan ditujukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu di masa yang akan datang.

B. tujuan Perencanaan:3
 Menciptakan suatu perekonomian nasional yang serba diatur, yang
direncanakan tujuan dan jalannya (Mohammad Hatta).
 Perencanaan pada dasarnya berkaitan dengan dua hal yaitu:(1). penentuan
pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang hendak dicapai dalam
jangka waktu tertentu atas dasar “nilai” ( kemampuan) yang dimiliki oleh
masyarakat setempat. (2). pilihan-pilihan di antara berbagai alternatif yang
efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tertentu, baik berupa
penentuan tujuan yang di dasarkan atas pemilihan berbagai alternatif
berdasarkan satu kriteria tertentu (Widjojo Nitisastro).

C. Alasan-alasan Kegagalan dalam Perencanaan


1. Kekurangan dalam Penyusunan Rencana dan Pelaksanaannya
Rencana-rencana sering kali terlalu ambisius. Mereka mencoba untuk
melaksanakan sekian banyak tujuan sekaligus, tanpa mempertimbangkan bahwa
beberapa tujuan tersebut bersaing, bahkan saling bertentangan.Mereka sering kali
hebat dalam rancangan, tapi tidak jelas dalam merinci kebijakan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang ditetapkan. Akhirnya, kesenjangan antara perumusan
perencanaan dengan pelaksanaannya sering kali sangat besar.
2. Data yang Tidak Memadai dan Tidak Dapat di Percaya
Biasanya kebijakan perekonomian dalam suatu rencana pembangunan
sebagian besar tergantung mutu dan tingkat kepercayaan data statistik yang
mendasarinya. Apabila data tersebut lemah, tidak dapat dipercaya, atau tidak
dapat data sama sekali seperti dibeberapa negara miskin, maka ketepatan dan
konsistensi internal dan rencana ekonomi kuantitatif hampir tidak ada sama
sekali. Dan apabila data yang tidak dipercaya itu digabungkan dengan tidak

3
Nia Permatasari, D. S. (2016, Juni). Perencanaan Pembangunan Ekonomi Wilayah Berbasis
Pertanian Dalam Rangka Pengurangan Kemiskinan di Kalimantan Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia,
4, 27-42
adanya pakar ekonomi, pakar statistik dan tenaga perencanaan yang bermutu
(situasi ini juga terjadi di banyak negara miskin), maka usaha untuk merumuskan
dan melaksanakan rencana pembangunan yang kemprehensif dan terinci,
barangkali akan menyebabkan frustasi di semua tingkat. Dalam situasi seperti ini,
membuat suatu perencanaan yang ekstensif merupakan suatu kebodohan dan
membuang-buang sumber daya manusia kelas tinggi yang memang langka.

3. Gangguan Perekonomian yang Tidak Diperkirakan Sebelumnya, Baik eksternal


Maupun Internal
Karena sebagian besar negara berkembang menganut sistem “perekonomian
terbuka” yang tergantung pada perubahan perdagangan internasional, bantuan dan
investasi swasta asing, maka sangat sulit untuk membuat ramalan jangka pendek,
apalagi perencanaan jangka panjang. Meningkatnya harga minyak pada tahun
1974 dan 1979 telah menyebabkan rusaknya rencana-rencana pembangunan
disebagian besar negara berkembang. Akan tetapi, krisis energi adalah hanyalah
kasus ekstrim dari kecendrungan umum faktor-faktor perekonomian, dimana
sebagian besar pemerintah di negara berkembang hanya sedikit mempunyai
kendali dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan kebijakan
pembangunannya.Karena kepekaannya terhadap faktor-faktor eksternal tersebut,
maka pemerintah negara berkembang perlu mempertahan keluwesan yang
maksimum dalam rencana perekonomian dan bersiap-bersiap untuk melakukan
penyesuaian apabila keadaan menghendaki demikian. Bagaimana pun, dalam
jangka panjang kebijakan untuk lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap faktor-faktor eksternal, akan dapat memberikan jawaban pada dilema
ini, Integrasi ekonomi merupakan alternatif yang menarik, baik bagi kebijaksaan
pembangunan yang berorientasi keluar, maupun kebijakan pembangunan yang
beriotasi kedalam.
4. Kelemahan kelembagaan
Di antaranya teramasuk pemisahan badan-badan perencanaan dari aparat
pemerintah yang membuat keputusan sehari-hari, kegagalan para perencana,
administrator dan pemimpin-pemimpin politik mengadakan dialog dan
komunikasi interen tentang berbagai saran dan strategi dan transfer praktek
perencanaan kelembagaan internasional dan penyusunan organisasi yang
mungkin kurang sesuai dengan kondisi setempat. Selain itu, sering pulak di
kemukakan tentang keprihatinan terhadap ketidakcakapan dan ketidakmampuan
pegawai pemerintah, prosedur birokrasi yang berbelit-belit, kehati-hatian yang
berlebihan serta penolakan terhadap inovasi dan perubahan, persaingan antat
pegawai kementerian dan departemen (misalnya, kementerian keuangan dan
badan perencanaan sering kali bertentangan dari pada kerjasama), lemahnya
kesepakatan terhdap tujuan nasional dibandingkan dengan tujuan tujuan regional,
departemen, dan terakhir adalah kurangnya rasa untuk mendahulukan
kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi, menyebabkan korupsi politik
dan korupsi birokrasi yang merajalela disebagian besar pemerintah negara.
5. Kurangnya kemampuan politik
Sebab terakhir kegagalan perencanaan dinegara-negara belum berkembang
bukan hanya sekedar kekurangan potensi ekonomi, tapi juga kurang memadainya
kemampuan administratif. Lebih dari itu, buruknya hasil-hasil dari suatu rencana
dan semakin melebarnya ke senjangan antara perumusan perencana dengan
pelaksanaannya juga menunjukan kurangnya kesepakatan dan “kemauan politik
untuk membangun” karna itu suatu kemauan politik untuk membangun
memerlukan bukan sekadar tujuan-tujuan yang bijak dan pidato yang muluk-
muluk.4 Hal itu juga memerlukan kemempuan yang luar biasa dan keberanian
politik yang tegar menghadapi tantangan kekuatan kelompok-kelompok elit dan
kelompok yang mempunyai kepentingan sendiri serta membujuk mereka bahwa
pembangunan merupakan kepentingan seluruh warga negara dalam jangka
panjang. Tanpa dukungan mereka, rela atau terpaksa, kemauan untuk membangun
pada sebagian politisi, barangkali akan berhadapan dengan perlawana yang
kukuh, furstasi yang berkelanjutan dan menumbuhkan pertentangan ineteren.

D. Pembangunan
Proses multidimensional yang menyangkut reorganisasi dan reorientasi sistem
ekonomi dan sosial secara keseluruhan .Disamping untuk peningkatan suatu pendapatan
dan output pembangunan menyangkut perubahan radikal dalam struktur kelembagaan,
struktur sosial, administrasi, perubahan sikap, adat serta kepercayaan.5

4
Agustino, Leo.2014.Politik Lokal dan Otonomi Daerah.Bandung:PENERBIT ALFABETA
5
Widodo ,Tri. 2008. Perencanaan Pembangunan (Era Otonomi Daerah).Yogyakarta :UPP STIM
YKPN YOGYAKARTA., h. 13
Pembangunan dalam pandangan ini diartikan sebagai berbagai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat
nasional atau Produk Domestik Bruto (PDRB) ditingkat daerah. Penggunaan indikator
PDB ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat
kemakmuran bangsa. Dengan kata lain, indikator ini memungkinkan kita untuk
mengetahui tingkat output yang diproduksi disebuah negara untuk dikonsumsi oleh
penduduknya atau digunakan untuk melakukan investasi. Selain penggunaan indikator
PDB sebagai tolak ukur pertumbuhan di sebuah negara, beberapa ahli ekonomi
pembangunan menggunakan indikator produksi dan penyerapan tenaga kerja
(employment) di negara tersebut.

E. Perencanaan Pembangunan
Jadi, Perencanaan pembangunan adalah suatu proses perumusan alternatif-
alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang
akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas
kemasyarakatan, baik yangbersifat fisik (material), maupun nonfisik (mental dan
spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Perencanaan Pembangunan adalah teknik atau jasa untuk mencapai tujuan dan
sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah dirumuskan oleh badan
perencanaan pusat.6 Dalam pembangunan baik dibidang ekonomi maupun segala bidang,
sebaiknya ada sebuah perencananaan pembangunan supaya pembangunan lebih lancar
dalam pelaksanaanya. Dalam perencanaan terdapat pengarahan kegiatan, yang dapat
digunakan untuk perkiraan potensi, prospek hambatan, serta resiko yang mungkin
dihadapi dimasa mendatang.

Perencanaan Pemnbangunan ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi


berbagai ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan tertentu, Inilah yang
membedakan perencananaan pembangunan dengan perencanaan-perencanaan yang lain.

Tingkat kemajuan perekonomian Indonesia yang masih tergolong sebagai negara


yang sedang membangun (developing country), terlebih-lebih lagi setelah di dera krisis
moneter yang berkembang menjadi krisis multidimesi (ekonomi, sosial, politik), tetap

6
Arsyad,Lincoln.1999.Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta :
BPFE, h. 103
menuntut campur tangan pemerintah secara lebih besar untuk pemulihan dan
menggerakan kegiatan perekonomian masyarakat, yang sekaligus diharapkan dapat
mendorong perubahan sosial secara lebih mendasar.

Fakta menunjukkan bahwa di negara-negara maju dan penganut mekanisme pasar


sekalipun, peranan dan intervensi Pemerintah masih tetap ada dan dibutuhkan untuk
kepentingan publik melalui kebijakan-kebijakan makro dan mikro ekonomi antara lain
melalui kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter, dan peran regulatori lainnya. Proses
perencanaan pembangunan tersebut perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi,
konsisten, dan berkelanjutan melalui peran pemerintah bersama masyarakat dengan
memperhatikan kondisi ekonomi, perubahan-perubahan sosio-politk, perkembangan
sosial budaya yang ada, perkembangan ilmu dan teknologi, dan perkembangan dunia
internasional atau globalisasi.

F. Peran Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan :


1. Sebagai pengalokasian sumber-sumber daya yang dimiliki oleh negara untuk
pembangunan.
2. Penciptaan stabilisasi ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter.
3. Sebagai pendistribusi sumber daya .

Penjabaran ketiga fungsi ini di Indonesia dapat dilihat dalam pasal 33 UUD 1945
Amandemen keempat. Ayat (2) dan ayat (3) menyebutkan bahwa negara menguasai bumi
serta kekayaaan alam yang dikandung didalamnya, serta cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan bagi hajat hidup orang banyak.Penguasaan dimaksudkan untuk
dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.7 Hal ini mengamanatkan kepada
Pemerintah agar secara aktif dan langsung menciptakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Selanjutnya ayat (4) menyebutkan bahwa perekonomian diselenggarakan atas
dasar-dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

G. Tujuan pembangunan yaitu :

7
Ristanti, Y. D. (2017, April). Undang-Undang Otonomi Daerah dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Jurnal
Riset Akutansi Keuangan, 2
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan
pokok.Barang yang dimaksud berupa kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta
kebutuhan lain yang mendukung seperti kesehatan, pendidikan hingga keamanan.
2. Peningkatan standar hidup.Tujuan kedua ini tidak hanya mencakup peningkatan
pendapatan semata namun juga harus meliputi penyediaan lapangan kerja,
perbaikan kualitas pendidikan dan kehidupan masyarakat yang baik secara materiil
maupun menumbuhkan jati diri yang terkandung di dalam setiap bangsa.
3. Perluasan pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu.Perluasan kesempatan
ini mencakup pembebasan masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang
serta kepada segala sesuatu yang mungkin merendahkan martabat kehidupan
masyarakat tersebut.

H. Strategi Pembangunan Ekonomi


Salah satu konsep penting adalah mengetahui tentang strategi pembangunan
ekonomi. Secara umum strategi pembangunan ekonomi adalah untuk mengembangkan
kesempatan kerja bagi penduduk yang ada sekarang dan upaya untuk mencapai stabilitas
ekonomi serta mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja yang beragam.
Pembangunan ekonomi akan berhasil bila mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha. Hal
ini utuk menganitsipasi kemungkinan terjadinya fluktuasi ekonomi sektoral, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kesempatan kerja. Tujuan kegiatan ini adalah menciptakan
manfat sosial, seperti misalnya dengan menciptakan proyek-proyek padat karya utuk
memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh keuntungan dari usahanya.

Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan


atas faktor-faktor (variable) yang akan dijadikan faktor/variable utama yang menjadi
penentu jalannya proses pertumbuhan.8 Beberapa strategi pembangunan ekonomi yang
dapat disampaikan adalah :

1. Strategi pertumbuhan
Strategi pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat pada upaya
pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar,
terarah, dan memusat, sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah

8
Kuncoro, Mudrajad.2004.Otonomi & Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang). Jakarta : PENERBIT ERLANGGA.
melalui proses merambat ke bawah (trickle-down-effect) pendistribusian kembali.
Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan
terciptanya pertumbuhan ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini
adalah, bahwa pada kenyataannya yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin
tajam.
2. Strategi pembangunan dan pemerataan
Inti dari konsep ini adalah, dengan ditekankannya peningkatan pembangunan
melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan perencanaan
induk, dan program terpadu. Keadaan sosial antara si kaya dan si miskin mendorong
para ilmuwan untuk mencari alternatif. Alternatif baru yang muncul adalah strategi
pembangunan pemerataan. Strategi ini dikemukakan oleh Ilma Aldeman dan Morris.
Yang menonjol pada pertumbuhan pemerataan ini adalah ditekannya peningkatan
pembangunan melalui teknik sosial engineering, seperti melalui penyusunan rencana
induk, paket program terpadu. Dengan kata lain, pembangunan masih diselenggarakan
atas dasar persepsi, instrumen yang ditentukan dari dan oleh mereka yang berada
“diatas” (Ismid Hadad, 1980). Namun ternyata model pertumbuhan pemerataan ini
juga belum mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang
berkembang seperti pengangguran masal, kemiskinan struktural dan kepincangan
sosial.
3. Strategi Ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli
ekonimi mencari alternatif lain, sehingga pada tahun 1965 muncul strategi
pembangunan dengan nama strategi ketergantungan adalah : Jika suatu Negara ingin
terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, Negara tersebut harus
mengarahkan upaya pembangunan ekonominya pada usah melepaskan
ketergantungan dari pihak lain. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah;
meningkatkan produksi nasional yang disertai dengan peningkatan kemampuan
dalam bidang produksi, lebih mencintai produk nasional, dan sejenisnya. Teori
ketergantungan ini kemudian dikeritik oleh Kathari dengan mengatakan “sebab
selaluakan gampang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua kesalahan pada
pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di dalam lingkungan
masyarakat kita sendiri dibiarkan saja”.9

9
Kathari dalam Ismid Hadad, 1980)
Ada 3 unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika
dikaitkan dengan hubungan pusat dan daerah:10
a. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistic memerlukan
pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional di
tempat daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar
antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.
b. Sesuatu yang tampaknya baik secara rasional belum tentu baik untuk daerah, dan
sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional.
c. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya,
administrasi, proses pengambilan keputusan, dan otoritas biasanya sangat berbeda
pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat
pengendalian kebijakan sangat berbeda pada tingkat tersebut. Oleh karena itu,
perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogianya
dilakukan dengan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai
sumber daya pembangunan sebaik mungkin sehingga benar-benar dapat dicapai,
dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat
daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek perencanaannya.

10
Kusuma, H. (2016, Februari). Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan, 9.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pengaturan perencanaan pembangunan ekonomi daerah dikonstruksikan sebagai
aturan-aturan yang tertib yuridis dengan cara ditentukan jenjang perundang-undangan
secara hirarki. Namun kalau melihat bahwa suatu sitem perundang-undangan itu yang
dibangunharuslah konsisten, koheren juga harus responden, maka pengaturan
perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan tujuannya adalah untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada skala daerah. Dengan demikian,
dengan melihat sistem perundang-undangan yang dibangun harus korensponden, maka
harmoni (keselarasan, kecocokan, keserasian) pengaturan dari perencanaan pemabngunan
daerah tidak harus terjadi, terlebih karena adanya pelaksanaan asas desentralisasi dalam
wujud otomomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo.2014.Politik Lokal dan Otonomi Daerah.Bandung:PENERBIT ALFABETA
Widodo ,Tri. 2008. Perencanaan Pembangunan (Era Otonomi Daerah).Yogyakarta :UPP
STIM YKPN YOGYAKARTA.
Kuncoro, Mudrajad.2004.Otonomi & Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang). Jakarta : PENERBIT ERLANGGA.
Riyadi,Supriady Deddy.2004. Perencanaan pembangunan Daerah (Strategi Menggali
potensi dalam Mewujudkan Otonami Daerah).Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
.
Tarigan, Robinson. 2008. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Michael.1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.PT .Gelora Aksara Pratama
Arsyad,Lincoln.1999.Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta : BPFE
Boediono, 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi.Yogyakarta:BPFE
Widjaja,2014.Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia.Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada.
Agustino,Leo.2011.Sisi Gelap Otonomi Daerah.Jakarta:Widya Padjajaran

Yesi Indian Ariska, Y. ,. (2016, Januari-Juni). Analisis Pengaruh Pemerintah


Pengeluaran,Infrastruktur,dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Baru. Jurnal Ekonomi
dan Perencanaan Pembangunan , 06 .

Anda mungkin juga menyukai