Anda di halaman 1dari 5

I.1.

Argumen Pentingnya Perencanaan


Selain aspek pendekatan dan definisi, satu hal penting yang perlu dibahas adalah argumen
pentingnya perencanaan. Terdapat beberapa argumen yakni argumen peran pemerintah (birokrasi),
kegagalan pasar, alokasi sumberdaya, pluralis dan dampak perilaku, bantuan luar negeri. Argumen
pentingya perencanaan pembangunan berangkat dari hal mendasar terkait dualisme antara peran
pemerintah versus swasta dan birokrasi versus pasar. Kedua dualisme ini pada dasarnya menunjukan
dikotomi mekanisme dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan ekonomi. Lebih tepatnya terkait
dengan pilihan sistem ekonomi. Unsur-unsur sebuah sistem ekonomi sebagaimana dilansir oleh Gregory
& Stuart dalam Deliarnov (2006) mencakup organisasi pengaturan pengambilan keputusan, mekanisme
penyebaran informasi dan kordinasi, hak kepemilikan, dan mekanisme penetapan tujuan dan sistem
insentif. Perwujudan dari seluruh unsur akan menampakan sistem ekonomi dominan yang dianut oleh
sebuah negara, apakah bias pada sistem ekonomi sosialisme atau kapitalisme, sehingga apakah
pemerintah atau swasta yang superior dalam mengendalikan kegiatan ekonomi? Terlepas dari hal
tersebut, eksistensi birokrasi sangat diperlukan oleh setiap masyarakat karena tidak semua interaksi
ekonomi dan sosial dapat dikelola dengan cara altruisme, anarki atau mekanisme pasar.
Argumen kontemporer untuk meninggalkan perencanaan dan membatasi peran pemerintah
pada umumnya diikuti oleh meningkatnya kepercayaan terhadap pihak swasta dan sifat persaingan
pasar (Klosternam, 1996). Akan tetapi dalam kenyataannya pasar sering tidak bekerja efektif sehingga
muncul “kegagalan pasar” terkait konsumsi barang publik, eksternalitas, kondisi dilema tahanan, dan
masalah distribusi (Todaro, 2012; Rachbini, 2006; Klosternam, 1996). Dalam kondisi ini perencanaan
dibutuhkan. Hanya saja, sebagaimana yang dipertanyakan oleh Campbell dan Fainstein (1996)
bagaimana peran perencanaan di sebuah wilayah dalam kondisi sistem ekonomi kapitalis dan sistem
demokrasi? Sampai terakhir tulisannya tidak membahas secara eksplisit tepatnya peran yang dimaksud.
Ketersediaan sumberdaya yang terbatas di negara-negara berkembang baik sumberdaya
keuangan maupun tenaga kerja terampil menjadi alasan utama perlunya perencanaan agar dapat
dimanfaatkan sedemikian rupa secara produktif. Selain itu, diperlukan pula kemampuan untuk berpikir
ke depan secara benar agar bisa terhindar dari proses manajemen krisis berkelanjutan yang merupakan
bentuk mahal dari sebuah manajemen. Sederhananya, perencanaan pembangunan memiliki argumen
kuat sebagai instrumen untuk mengurutkan pemanfaatan sumberdaya yang terbatas sesuai skala
prioritas namun tetap komprehensif.
Namun dalam praktiknya tidak mudah pula menyusun perencanaan yang komprehensif namun
jelas skala prioritasnya. Pengalaman di negara Federal Amerika Serikat, salah satu permasalahan utama
yang dihadapi oleh pihak Kongres dan Pemerintah Federal adalah ketidakmampuan dalam
mengidentifikasi alternatif kebijakan pemecahan masalah tertentu secara sistematis serta melakukan
evaluasi secara mendalam terkait dampak jangka pendek-jangka panjang serta dampak primer-
sekundernya (Starling, 1979).
Argumen pluralis yang diungkapkan oleh Klosternam (1996) dan argumen dampak perilaku yang
dinyatakan oleh Todaro (2012) memiliki irisan yang menarik untuk dikaji. Dalam pandangan Klosternam
(1996), tindakan pemerintah tidak semestinya diarahkan melalui perencanaan jangka panjang
melainkan melalui peningkatan kepercayaan terhadap proses tawar-menawar politik yang sedang
terjadi. Arena politik seringkali didominasi oleh kelompok maupun individu-individu yang memiliki akses
terhadap petugas pemerintahan untuk melindungi kepentingan mereka dan memastikan pemerintah
bertindak sesuai keinginannya. Sementara itu, pihak-pihak yang tidak mampu terlibat dalam proses
tawar-menawar politik seringkali menjadi kaum minoritas. Oleh karena itu muncul kebutuhan yang
fundamental terhadap perencanaan di sektor publik yang mampu mewakili kepentingan semua pihak,
mengkoordinasikan tindakan individu dan kelompok, serta mempertimbangkan dampak ke depan dari
keputusan yang diambil saat ini. Demikian halnya pemikiran Todaro (2012), menekankan urgensi
perencanaan pembangunan ekonomi sebagai pranata yang berisi pernyataan rinci mengenai tujuan
ekonomi dan sosial yang akan memberikan dampak perilaku. Dampak perilaku tersebut berkaitan
dengan upaya mendapatkan dukungan publik dan menggiring collective action dalam membangun
negara tanpa memandang berbagai perbedaan. Irisan dari argumen keduanya adalah kordinasi tindakan
yang hanya bisa dilakukan jika rencana sudah tersusun.
Argumen yang terakhir dimunculkan oleh Todaro (2012), bahwa perumusan rencana
pembangunan secara rinci acapkali merupakan syarat yang harus dipenuhi pemerintah negara-negara
berkembang untuk mendapatkan bantuan luar negeri, baik dalam kerangka bilateral maupun
multilateral. Argumen ini sangat memprihatikan karena secara implisit orientasi pembangunan negara-
negara berkembang menjadi disetir oleh negara-negara pemberi bantuan.
Catatan Escobar dalam Sugiono (2006) menunjukan bahwa doktrin dan teori pembangunan
dianggap berfungsi sebagai mekanisme kontrol dan disiplin, melalui tiga strategi yakni inkorporasi
progresif problem, profesionalisasi pembangunan dan strategi institusionalisasi pembangunan. Ketiga
strategi tersebut pada intinya menunjukan bagaimana pemberlakuan doktrin dan teori pembangunan
sejatinya ditujukan untuk melayani kepentingan Amerika Serikat sebagai kekuatan hegemoni dalam
tataran internasional. Kajian A.F. Robertson dalam Sugiono (2006) memperkuat bahwa jaringan
pembangunan merupakan sebuah proses prefesional, hierarkis dan top-down dari lembaga antar
pemerintahan untuk negara-negara penerima bantuan.
Argumen ini sangat memprihatinkan, karena orientasi perencanaan menjadi kabur tidak sesuai
nature dan karakteristik serta kebutuhan negara-negara yang merencanakannya. Dan sebaliknya negara-
negara tersebut menjadi ketergantungan dan tidak memiliki kebebasan dalam menjalani
pembangunannya. Padahal perencanaan untuk kebebasan sebagaimana dilansir oleh Von Mises (2008).

Elemen Perencanaan:

• Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, implikasi: perencanaan sangat
berkaitan dengan:

– proyeksi/prediksi

– penjadwalan kegiatan

– monitoring dan evaluasi.

• Merencanakan berarti memilih:

– Memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi yang lebih baik.

– Memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut

• Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya : SDA, SDM, Modal

– Sumber daya terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber daya sebaik
mungkin.

– Konsekuensi: pengumpulan dan analisis data dan informasi mengenai ketersediaan


sumber daya yang ada menjadi sangat penting.

Perencanaan bukan merupakan:

– Aktivitas individual

– Orientasi masa kini

– Rutinitas

– Trial and error

– Utopis

– Terbatas pada pembuatan rencana

Tapi merupakan:

– Bersifat publik
– Berorientasi masa depan

– Strategis

– Deliberate (sengaja dan penuh pertimbangan)

– Terhubung pada tindakan

Fungsi/Manfaat Perencanaan:

 Sebagai penuntun arah

 Minimalisasi Ketidakpastian

 Minimalisasi inefisiensi sumber daya

 Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas

Sifat Perencanaan:

• Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat nasional, sektoral
dan spasial.

• Dari bentuknya perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan
parsial.

• Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah.

• Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau jangka
pendek.

• Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down), dari
bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.

• Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan dapat indikatif atau
preskriptif.

• Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif dan radikal.

Kualitas Produk Perencanaan

 3 (tiga) aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas produk


perencanaan:

 Pertama, tuntutan untuk semakin melibatkan partisipasi masyarakat


dalam proses pengambilan keputusan dan adanya keterbukaan dalam
proses pengelolaan pembangunan.
 Kedua, perencanaan tahunan dan perencanaan jangka menengah
perlu terintegrasi dalam perencanaan jangka panjang. Pentingnya
perspektif jangka panjang juga ditekankan dengan perlunya
menampung kecenderungan global jangka panjang dalam
perencanaan jangka menengah. Pentingnya kecenderungan jangka
panjang di dunia, khususnya perkembangan ekonomi dan teknologi,
perlu dikaji implikasinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan
jangka menengah.

 Ketiga, perlunya memperhatikan kualitas data dan informasi yang


akurat dan terkini sebagai basis pengambilan keputusan dan
penyusunan dokumen perencanaan.

Perencanaan yang ideal setidaknya memenuhi tiga prinsip, yaitu prinsip partisipatif, kesinambungan,
dan holistik.

 Prinsip partisipatif, menunjukkan bahwa rakyat atau masyarakat yang memperoleh


manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya.

 Prinsip kesinambungan, menunjukkan bahwa perencanaan tidak hanya berhenti pada


satu tahap, tetapi harus berlanjut sehingga menjamin adanya kemajuan terus
menerus dalam kesejahteraan.

 Prinsip holistik, dimaksudkan bahwa masalah dalam perencanaan dan


pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus
dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.

Sistem yang dikehendaki (ideal) selain harus mencakupi hal-hal di atas, juga mengandung
sistem yang dapat berkembang serta sistem yang terbuka dan demokratis.

Anda mungkin juga menyukai