Anda di halaman 1dari 27

TEAM BASED PROJECT- PJBL PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

WILAYAH
“ANALISIS PERMASALAHAN PEMBEBASAN LAHAN AKIBAT PEMBANGUNAN
JALAN TOL MEDAN-BINJAI SERTA UPAYA PENYELESAIANNYA "

Dosen Pengampu: -Dr. Darwin Parlaungan Lubis M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
CHARLES FAUCOULD NAHAMPUN
ERWAN SYAHPUTRA
MARNITA GRACYA BR SIAGIAN
NEZELIANA PUTRI
SEHATI BR GINTING

Kelas A/ Semester 6

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pjbl mata kuliah PPW.
Dalam critical book report penulis memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi tugas dari
dosen pada matakuliah ppw. Adapun tujuan dari pjbl ini adalah untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Darwin P. Lubis, M.Siselaku
dosen matakuliah ppw yang merupakan matakuliah di semester 6 di universitas negeri medan
dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari
pjbl ini masih banyak kesalahan dalam penulisan dan masih banyak sekali kesalahan dalam
pembuatannya sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Demikian pjbl ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Medan, mei 2022


Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan jalan tol medan-binjai direcanakan sebagai solusi mengurangi kemecetan yang
ada dan memperlancar arus barang keyempat lain.Namun hal yersebut belum tentu bisa
mengatasi berbagai masalahn secara keseluruhan .Pembangunan jalan tol dapat
mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif .Nah dampak postif yang ditimbulkan
dapat mengurangi kemacetan , mempercepat atau memperlancar arus barang juga
tentunya.Namun disisilain menimbulkan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat
yang berada disekitar jalan tol yang dibangun tersebut .Nah dampak yang dirasakan
masyarakat tersebut terhadap aspek ekonomi masyarakat yang berada disekitar pemnagunan
jalan tol tersebut.Seperti halnya dengan masyarakat kota medan sepanjang jalan tol smapai
ke binjai juga mengalami hal tersebut kaibat adanya pebangunan jalan tol yang tidak bisa
dipungkuri dampaknya.Banyak masyarakat yang merasakan nya dengan adanya jalan tol
maka warung warung disepanjanga jalan pun mulai sepi ,selain itu juga beberapa tempat
yang mejadi makanan khas dari masyarkat juga ikut seoi sehingga pendapatan masyarakat
turun dan membuat permalahan dalam menucuckupi kebutuhan hidup.

Dikota medan hingga binjai sepanjang jaln tol tersebut masyarakat mulai mengeluh
dalam kegiatan perekonomian mereka.Permasalahan tersebut menjadi hal yang harus mereka
hadapi dalam kehidupan sehari hari sehingga ada masyarakat yang merasakan dampak positif
dari pembangunan jalan tol ada juga yang merasakan dampak negatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana permasalahan pembangunan jalan tol medan-binjai


2. Bagaimana usaha penyelesaian pembebasan lahan untuk kepentingan jalan tol
3. Bagaimana Hasil Yang Diperoleh Dalam Pembebasan Jalan Tol Medan - Binjai

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahuipermasalahan pembangunan jalan tol medan-binjai
2. Mengetaahui usaha penyelesaian pembebasan lahan untuk kepentingan jalan tol
3. Mengetahui Hasil Yang Diperoleh Dalam Pembebasan Jalan Tol Medan – Binjai.
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 Devinisi perencanaa dan pengembangan wilayah
2.1.1 Perencanaan Wilayah
Pengertian Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial
danekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan
antaratujuan dan keputusan – keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Perencanaan wilayah adalah suatu agenda atau rancangan antara manusia
denganlingkungan yang dengan sengaja dibuat untuk menambah, mengurang, memperbaiki,
ataupunmelengkapi sesuatu dengan harapan memperoleh hasil maksimal dan efisien
meliputimasalah ekonomi dan pembangunan wilayah.Defenisi yang sangat sederhana
mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkahyangdiperl
ukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tingkatan kedua, perencanaan dapatdidefinisikan
sebagai menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikanfaktor-faktor
pembatas dalam mencapai tujuan tersebut memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk
mencapai suatu tujuan.
Ciri-ciri pokok dari perencanaan umum mencakup serangkaian tindakan berurutanyang
ditujukan pada pemecahan persoalan-persoalan di masa datang dan semua
perencanaanmencakup suatu proses yang berurutan yang dapat di wujudkan sebagai konsep
dalamsejumlah tahapan.Karena tindakannya berurutan, berarti ada tahapan yang dilalui dalam
perencanaan,antara lain :
1. Identifikasi Persoalan
2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif
3. Proyeksi keadaan di masa akan datang
4. Pencarian dan penilaian berbagai alternative
5. Penyusunan rencana terpilih
Syarat-Syarat perencanaan yang baik :
a. Logis, masuk akal
b. Realistik, nyata
c. Sederhana
d. Sistematik dan ilmiah
e. Obyektif
f. Fleksibel
g. Manfaat
h. Optimasi dan efisiensi
Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :
a. Limitasi dan kendala
b. Motivasi dan dinamika
c. Kepentingan bersama
d. Norma-norma tertentu.
Dalam perencanaan wilayah terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
meliputifaktor-faktor perencanaan berupa SDA dan SDM yang disertai dengan ketercukupan
modaldan keberadaan teknologi, idiologi dan falsafah, sasaran, dasar Kebijakan, data dan
metode,kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya guna memperoleh kelancaran
dalam perencanaan hingga pembangunan wilayah.
2.1.2 Pengembangan Wilayah
Pengembangan secara umum ialah adanya suatu kegiatan yang bersifat membangundan
memperlengkap sesuatu dengan tujuan melakukan perubahan baik secara khusus
ataupunumum.Selain itu pengembangan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan
memaksimalkansuatu kinerja yang sebelumnya dianggap bermasalah atau kurang maksimal
denganmelakukan interaksi penyesuaan konteks lingkungan.
Pengembangan wilayah adalah suatu gerakan sebagian ataupun menyeluruh
gunameningkatkan fungsi lahan dan penataan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan
dankesehateraan masyarakat untuk memajukan daerah. Selain itu pengembangan wilayah
jugadapat diartikan sebagai upaya terpadu memacu perkembangan sosial ekonomi,
menjagakesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah.
Tujuan pengembangan wilayah adalah meningkatkan atau menciptakan dayagunasecara
berkelanjutan khususnya untuk kepentingan penduduk melalui aktivitas daya guna.Ukuran
dayaguna: Menurut kemungkinan sebagai permukiman yang layak, Produksi
barang, bahan atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, Kapasitas menghasilkan pend
apatan Yang tidak tergantung oleh penduduk : keadaan biofisik/keadaan alam, untukmengukur
dayaguna perlu memperhatikan berbagai keadaan, meliputi :
a. Biofisik
b. Sosial
c. Budaya
d. Ekonomi
Sehingga dapat membawa peluang bagi penerapan pranata sumberdaya dan
kimah(aset).Suatu pengembangan wilayah sangat bergantung pada lingkup ekonomi, hal
inidisebabkan karena perekonomian merupakan faktor penentu dan pemicu terjadinya
suatu pengembangan wilayah.Ekonomi bergerak secara global dan memiliki pengaruh yang
sangat besar pada setiap tipe wilayah. Ketidaksiapan suatu daerah (wilayah) pada pengaruhglobal
isasi ekonomi akan berpengaruh langsung pada tingkat kesejahteraan masyarakat padawilayah
tersebut dan secara otomatis akan menuntut terjadinya suatu pengembangan wilayahguna
mengimbangi globalisasi ekonomi yang terus maju. Pengaruh globalisasi, pasar bebasdan
regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial, danekonomi
antarnegara, antardaerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan.
Globalisasi juga ditandai dengan adanya revolusi teknologi informasi, transportasi
danmanajemen. Revolusi tersebut telah menyebabkan batas antara kawasan perkotaan
dan perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya polarisasi pembangunan daerah, terbentuknya
kotadunia (global cities), sistem kota dalam skala internasional, terbentuknya
wilayah pembangunan antarnegara (transborder regions), serta terbentuknya koridor pengemban
ganwilayah baik skala lokal, nasional, regional dan internasional.
Berbagai dampak yang di akibatkan dari globalisasi ekonomi terhadap
pembangunanlokal secara sederhana sebagai berikut :
1 Berubahnya orientasi pembangunan yang harus bertumpu pada peningkatan
individu,kelompok dan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi persaingan global,
sehinggamemungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive), mengembangkan diri
danmeningkatkan kesejahteraan
2 Semakin pentingnya peran lembaga non pemerintah seperti, pihak swasta,
masyasrakat,dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pelaksanaan pembangunan
dan pembiayaan.
3 Terjadinya peningkatan urbanisasi di pinggiran kota besar dibandingkan di dalam
kota besar itu sendiri
2.2Permasalaha Dan Konsep-Konsep Pembangunan Kota
2.2.1 Permasalahan Kota-kota di Indonesia
Adapun permasalahn kota di Indonesia pada era ini adalah tingkat urbanisasi yangtinggi,
yang menyebabkan jumlah penduduk di kota lebih banyak dari desa. Akibat dariperpindahan besar-besaran,
angka kemiskinan di perkotaan pun menjadi lebih tinggi, sertakualitas lingkungan hidup perkotaan yang menurun,
karena banyak muncul permukimankumuh di sudut-sudut kota. Permasalah transportasi pun menjadi bagian dari
kota, banyaknya jumlah pengguna kendaraan pribadi seperti motor menyebabkan kemacetan
parah pada kotapadat. Karena kebutuhan akan rumah di kota-kota, hal ini menyebabkan berkurangnya
areauntuk ruang terbuka hijau. Adapun solusi yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukanpendekatan-
pendekatan seperti Bottom Up, Top Down, Interactive, Dual Level.
2.2.2Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkotaan di Indonesia
Isi dari kebijakan dan strategi perkotaan di Indonesia yang disusun oleh KementerianPekerjaan Umum
terdiri dari 3 kebijakan, antara lain:1) Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan
nasional.2) Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan
sosial.3) Peningkatan kapasitas SDM serta kelembagaan pusat dan daerah dalam pengeloganpembangunan
perkotaan.
2.2.3Konsep-Konsep Pembangunan Kota
1 Green Cities
Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan para ahli adalah menghindaripembangunan
kawasan yang tidak terbangun. Hal ini menekankan pada kebutuhan terhadaprencana pengembangan kota dan
kota-kota baru yang memperhatikan kondisi ekologis lokaldan meminimalkan dampak merugikan dari
pengembangan kota, selanjutnya juga memastikanpengembangan kota yang dengan sendirinya menciptakan aset
alami lokal.
2. Mega Cites
SebuahMegacity biasanya didefinisikan sebagai wilayah metropolitan dengan jumlahpenduduk lebih
dari sepuluh juta orang. SebuahMegacity bisa menjadi daerah metropolitantunggal atau dua atau lebih
daerah metropolitan yang menyatu. Istilahconurbation,metropolis danmetroplex juga diterapkan
pada keduanya
3. Satelite town
Kota baru yang disengaja dibangun untuk aktivitas pemerintahan, dirancang sebagai kota mandiri dengan
menyediakan aktivitas (pekerjaan) bagi penduduknya agar kota baru dapat menjadi tempat bermukim para
pendatang (alonso, boume 1978:536).
4. Smart & sompact cites
Smart Citiesadalah pengembangan dan pengolahan kota dengan pemanfaatan TeknologiInformasi dan
Kominikasi untuk mengubungkan, memonitor, dan mengendalikan berbagaisumber daya yang ada di dalam
kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkanpelayanan kepada warganya serta
mendukung pembangunan berkelanjutan. SementaraCompact Cities adalah konsep desain dan perencanaan
perkotaan yang berfokus terdapapembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang beragam dan
bercampur jadisatu dalam satu lahan yang sama untuk mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin.
2.3 Jalan Tol
Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi
tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan tertentu agar mampu
menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman. Jenis perkerasan ada tiga
yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Perkerasan kaku adalah suatu
konstruksi perkerasan dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan
ikatnya. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
mendistribusikan beban dari atas menuju ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.
Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu :
1 Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (Jointed plain concrete
pavement).
2 Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed reinforced concrete
pavement).
3 Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly reinforced concrete pavement).
4 Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete pavement).
5 Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced concrete pavement)
Komponen perkerasan kaku (rigid pavement) adalah :
1 Lapisan-lapisan perkerasan kaku yaitu tanah dasar, lapis pondasi bawah, dan pelat beton.
2 Tulangan
3 Sambungan
4 Bound breaker
5 Alur permukaan
Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar
tol dan merupakan jalan alternatif lintas jalan umum yang telah ada. Jalan tol diselenggarakan
dengan maksud untuk mempercepat pewujudan jaringan jalan dengan sebagian atau seluruh
pendanaan berasal dari pengguna jalan untuk meringankan beban pemerintah. Jalan tol
diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan efisien pelayanan jasa distribusi guna menujukkan
pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan wilayah dengan memperhatikan rencana induk
jaringan jalan.
Salah satu pembangunan insfrastruktur yang memerlukan lahan atau tanah sangat luas
adalah pembangunan jalan tol. Sebab jalan tol didesain khusus sebagai jalan alternatif jalur darat
yang bebas dari hambatan. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2005 Tentang Jalan Tol pada
Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa jalan tol adalah jalanan umum yang merupakan bagian
sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar to.
Dengan adanya pembangunan jalan tol ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
dan kapasitas jaringan jalan dalam melayani lalu lintas. Pembangunan jalan tol tidak lepas dari
aspek fisik dan aspek non fisik pada masyarakat. Aspek fisik berkaitan dengan lingkungan
sedangkan aspek non fisik adalah masalah sosial masyarakat. Kedua aspek tersebut tentunya
dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang terkena dampak dari adanya pembangunan jalan
tol tersebut. Pembangunan jalan tol yangmenghubungkan 2 (dua) propinsi.
Jalan tol memiliki beberapa tahap pembangunan. Untuk tahap pelaksanaan yang pertama
adalah prakonstruksi yaitu pembebasan lahan untuk proyek jalan tol. Pembebasan lahan pada
proyek jalan tol melewati lahan yang sebagian besar digunakan penduduk desa untuk pertanian.
Untuk itu, masyarakat yang terkena pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol
mendapatkan kompensasi sebagai ganti rugi berupa uang tunai sebesar lahan yang dilewati
proyek jalan tol tersebut. Meskipun demikian dampak dari pembebasan lahan untuk
pembangunan jalan tol sangat dirasakan oleh masyarakat desa terutama petani sebab lahan
pertanian yang dijadikan sumber mata pencaharian utama semakin berkurang. Selain itu, lahan
pertanian menjadi 2 (dua) bagian karena terpisah oleh pembangunan jalan tol, hal tersebut
tentunya menjadi kendala petani mengenai irigasi atau pengairan. Dampaknya adalah pada hak
ekonomi masyarakat berkaitan dengan haknya sebagai warga negara untuk mendapatkan
kemakmuran dari negara sebagai berikut jumlah pendapatan dari pertanian menurun sebab lahan
yang digunakan untuk kegiatan pertanian semakin berkurang hal tersebut berkaitan dengan hak
masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak serta ketidakpuasan
masyarakat atas nilai dan proses ganti rugi (lahan, pekarangan dan bangunan). Sedangkan Heri
dan Jumanta (2010: 65) menjelaskan bahwa hak asasi ekonomi (proverty rights), yaitu hak untuk
memiliki sesuatu, membeli, dan menjual sesuatu serta memanfaatkannya.
Padahal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33
ayat (3) yang menjelaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
yang diletakkan dalam penguasaan negara itu digunakan untuk mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
BAB 3

METODE PENELITIAN.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kota
Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan fokus penelitian terhadap Permasalahan Pembangunan
Jalan Tol Medan-Binjai serta dampaknya terhadap aktivitas masyarakat sekitar. Untuk waktu
penelitian sendiri di laksnakan pada tanggal 10-12 Mei 2022.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data yang melalui Studi literatur dan kepustakaan, dimana peneliti
mengambil data dari jurnal dan penelitian-penelitian terkait Permasalahan Pembangunan Jalan
Tol Medan-Binjai serta dampaknya terhadap masyarakat sekitar.

Sumber data dalam penelitian ini diantaranya Buku, Jurnal, Penelitian terdahulu yang terkait.

3.3 Subyek Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentang permasalahan Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai serta
dampaknya terhadap masyarakat sekitar,Yang menjadi subyek untuk penelitian ini adalah para
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tol Medan- Binjai.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisi data merupakan salah satu teknik dalam metode penelitian yang mana teknik
analisisi data ini adalah metode dalam memproses data untuk dijadikan menjadi sebuah iformasi
tertentu. Teknik analisis data ini dimaksudkan agar data yang di peroleh di lapangan dapat lebih
mudah di pahami oleh pengguna. Dan dalam penelitian ini teknik analisis datanya menggunakan
teknik analisis deskriptif , yang mana data yang di peroleh dari Studi literatur dan kepustakaan di
analisis serta di sajikan secara sistematis agar dapat mudah dipahami dan juga di simpulkan.
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai


Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria sebagai berikut: "Ayat (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ayat (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini
meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan
peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat."

Bahwa Pasal 19 ayat (2) huruf c. Undang-undang Pokok Agraria menegaskan surat-surat
tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat, dalam hal ini belum sebagai alat pembuktian
yang mutlak. Alat bukti kepemilikan tanah di Indonesia yang sudah berupa Sertipikat Hak Atas
Tanah saja setiap saat atau di kemudian hari masih dapat diganggu gugat. Pasal 43 Undang-
Undang ini menyatakan: Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan atau pemberian Ganti
Kerugian sudah dititipkan di pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)
bahwa: "Kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat bukti
haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
negara."

Permasalahan pembebasan tanah untuk jalan tol sampai saat ini masih menjadi
permasalahan yang sangat pelik dalam usaha penambahan lajur maupun jalur jalan tol.
Seringkali proyek jalan tol terhambat hanya karena masih ada masalah dengan tanah yang
ternyata masih menjadi sengketa. Proses ini seringkali membutuhkan waktu yang sangat lama.
Permasalahan mengenai pembebasan tanah untuk proyek jalan tol sendiri sudah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan aturan turunannya seperti Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, serta aturan lain yang
berkaitan dengan pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang diatur dengan Perpres
Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. Menurut Pasal 2 Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pengadaan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Selanjutnya di Pasal 5
dijelaskan bahwa pembangunan Jalan Tol termasuk dalam kategori pembangunan untuk
kepentingan umum.

Salah satu kunci keberhasilan dalam proses pembebasan tanah adalah masyarakat yang
dapat diajak bekerja sama dengan baik. Jika penawaran yang diberikan sesuai dengan apa yang
diharapkan pemilik tanah, tentu proses pembebasan ini tidak akan berjalan terlalu lama. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan pembebasan lahan sulit untuk dilakukan. Faktor pertama
yang akan menyulitkan proses pembebasan lahan adalah belum tercapainya kesepakatan antara
pemilik lahan dengan panitia pengadaan tanah. Ketidak sesuaian harga yang ditetapkan dengan
harga yang diinginkan pemilik tanah kerap kali menjadi masalah. Ketentuan mengenai ganti rugi
sebenarnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Bentuk ganti rugi bisa
berupa Uang; Tanah pengganti; Permukiman kembali; Kepemilikan saham; atau Bentuk lain
yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Faktor kedua yang mungkin dihadapi adalah bila ternyata tanah yang dilalui proyek Jalan
Tol tersebut adalah tanah ulayat. Masyarakat adat tentu akan berusaha sekuat mungkin untuk
mempertahankan tanah ulayat yang dimilikinya, sedangkan ketentuan dalam Undang-Undang,
memungkinkan untuk mengambil alih tanah yang dimaksud. Permasalahan tersebut akan muncul
pada pembangunan Jalan Tol di daerah yang masih memegang teguh tanah ulayat. Bahkan lebih
jauh dalam Pasal 59 Undang-Undang 38 Tahun 2004, ditentukan lagi bila kesepakatan tidak
tercapai dan lokasi pembangunan tidak dapat dipindahkan, dilakukan pencabutan hak atas tanah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan, dan dalam pelaksanaannya
pembangunan jalan dapat dimulai pada bidang tanah yang telah diberi ganti kerugian atau telah
dicabut hak atas tanahnya. Dari gambaran pasal di atas, bisa terbayang akan banyak penolakan
yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan proses pembebasan tanah yang akan digunakan
sebagai jalan tol. Potensi permasalahan ini sekiranya akan banyak muncul ketika MoU
Pembangunan Jalan Tol di Sumatera akan direalisasikan mengingat di Pulau Sumatra masih
banyak suku yang mempertahankan eksistensi tanah ulayat yang mereka miliki. Oleh karena itu
hendaknya rencana pembangunan Jalan Tol di Sumatera juga memperhatikan apakah
pembangunan tersebut akan melintasi tanah ulayat atau tidak dan kemungkinannya untuk
membebaskan tanah tersebut.

Dalam pelaksanaannya, proyek jalan tol ini ternyata mengalami masalahmasalah yang
membuat pembangunannya sering terhambat bahkan terhenti. Masalah yang mengganggu
pembangunan jalan tol Medan-Binjai ini adalah Pembebasan lahan untuk proyek pembangunan
strategis di Sumatera Utara (Sumut) hingga saat ini berjalan baik. Pembayaran ganti rugi lahan
yang dititipkan ke pengadilan atau konsinyasi untuk jalan tol Medan-Binjai sudah mencapai
90%.

4.2 Upaya Penyelesaian Pembebeasan Lahan Untuk Kepentingan Jalan Tol Medan-Binjai
A. Upaya Penyelesaian Masalah Hukum

Masalah pembebasan lahan masih menjadi kendala dalam proyek pembangunan


infrastruktur di Indonesia. Proyek jalan tol di wilayah Sumatera Utara, misalnya, hingga saat ini
masih belum bisa rampung karena masalah lahan. Hingga saat ini, perkembangan pembebasan
lahan untuk ruas Tol MedanBinjai terus berjalan. Tol Medan-Binjai merupakan satu dari
sembilan ruas yang masuk ke dalam Jaringan Tol Trans Sumatera. Didesain sepanjang 16,72
kilometer, ruas tol ini akan dibangun dalam tiga seksioleh PT Hutama Karya (persero) dengan
total investasi Rp 1,604 triliun. Menurut data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian
Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR), hingga saat ini pembebasan tanahnya sudah
mencapai 77,92 persen dibandingkan data awal tahun sebesar 69,7 persen.

Satuan kerja (Satker) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-
Pera) masih terganjal pembebasan lahan untuk pengerjaan Tol Medan -Binjai yang mancakup di
kawasan Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli. Mengenai
perkembangan terbaru pembangunan tol trans Sumatera Medan-Binjai, banyak lahan di PTPN II
yang diokupasi masyarakat di Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, di antaranya
merupakan lahan stanvas (grand Sultan) yang ditempati masyarakat. Pembangunan tol sepanjang
16,72 Kilometer itu diketahui menggunakan tiga seksi tahap pengerjaan dengan biaya investasi
mencapai Rp1,6 triliun serta biaya kontruksi diperkirakan memakan biaya Rp1,2 triliun. saat ini
sebagian warga yang terimbas pembangunan sudah dilakukan pendataan oleh tim percepatan.
Langkah yang sudah dilakukan seperti pendataan administratif yang mana harus dilengkapi
sebelum kompensasi pembebasan lahan dilakukan. Masyarakat yang terkena 6trase jalan tol
sudah diimbau untuk melengkapi syarat administrasi seperti melengkapi Pajak Bumi Bangunan
(PBB), foto copy surat tanah kepemilikannya dan sarat administrasi lainnya. Lahan masyarakat
yang saat ini status lahannya stanvas, dirinya mengaku belum mengetahui bagaimana mekanisme
pembebasannya. Itukan lahan masyarakat yang sudah puluhan tahun menetap, harus diganti.
Namun mengenai pembebasannya belum mengetahui. Jangan sampai masyarakat merasa
dirugikan sehingga tidak timbul permasalahan nantinya.

Dari pengalaman, pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang bukan disebabkan
oleh tidak relanya rakyat pemilik tanah atau tidak sepakatnya harga tanah, melainkan oleh ulah
oknum aparat dan atau spekulan tanah, baik itu yang berkaitan dengan urusan administrasi tanah
maupun oknum yang memanfaatkan situasi. Sebagai akibatnya, sengketa tanah telah berubah
menjadi ajang rebutan rezeki, yang dampak nya cenderung tak terkendali. Pasal 10 ayat 2
Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum yang antara lain menyebutkan, bila tidak ada kesepakatan dalam
suatu musyawarah, pihak yang memerlukan lahan dapat menitipkan uang untuk ganti rugi ke
pengadilan dan instansi tersebut dapat menggunakan lahan. Pasal itu, oleh banyak pihak
mengesankan pemberian legitimasi yuridis untuk munculnya tindakan pemaksaan oleh
pemerintah melalui suatu perbuatan hukum yang disebut dengan konsinyasi.

B. Upaya Penyelesaian Masalah Sosial Ekonomi Dari Masyarakat Yang Dibebaskan

Pembangunan infrastruktur adalah bagian dari upaya mensejahterakan rakyat, pun upaya
ganti adil atas obyek kepemilikan tanah. Demikian juga dengan pengaturan pengelolaan ruas
jalan selanjutnya. Siapapun tidak ingin pembangunan menjadi bentuk lain dari upaya pemiskinan
atau menciptakan kemiskinan baru. Dan, kesejahteraan bagi rakyat adalah upaya perlindungan,
penjaminan, pemenuhan dan pemberdayaan hak-hak dan kepentingan rakyat di bidang ekonomi
(termasuk kepemilikan atas tanah deserta kemungkinan ganti adilnya), di bidang politik
(termasuk rasa aman dan nyaman, dihargai keberadaannya diruang pengambilan keputusan
politik ganti adil tanah, dihormati martabatnya dalam pelaksanaan kebijakan, dan lain-lain) serta
di bidang budaya (termasuk penerimaan cara-cara penyelesaian masalah yang dihadapi).

Proses pemberian ganti rugi bagi masyarakat pemilik tanah dalam proyek pembangunan
jalan tol Medan-Binjai belum terlaksana secara maksimal, bahkan penentuan besarnya nilai ganti
rugi pun belum dilakukan secara merata, meskipun masyarakat di tujuh kecamatan yang dilalui
telah mendengar mengenai rencana ganti rugi tersebut. Arti ganti rugi menurut Perpres Nomor
148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1 ayat (12) sebagai berikut: Ganti rugi adalah penggantian terhadap
kerugian baik bersifat fisik maupun non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang
mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang
dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi
sebelum terkena proyek pengadaan tanah.

Belum tuntasnya permasalahan pembebasan lahan tol Medan-Binjai, berdampak serius.


Pembangunan jalan tol belum bisa direalisasikan karena banyak pengadaan tanah. Objek
pengadaan tanah tersebut adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman,
benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai. Pihak yang berhak wajib
melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah
pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Ganti Kerugian tersebut adalah penggantian yang layak dan adil kepada
pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Suatu perusahaan dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan,
misalnya keuntungan atau deviden Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan
pemerataan pembangunan dan menjaga keseimbangan dalam pengembangan wilayah mdengan
memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya
berasal dari pengguna jalan. Selain itu tujuan dari dibangunnya jalan tol yakni untuk
meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan
ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya. Pembangunan Tol
Medan-Binjai belum terganggu masalah melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial
dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang pembebasan lahan. Kendati
demikian, pembebasan lahan akan terus dilakukan agar nanti tidak mengganggu pekerjaan.

Dari aspek sosial, dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol ini antara lain
berupa ketidakpuasan masyarakat terhadap proses pembebasan tanah, terutama menyangkut
harga ganti rugi kepada masyarakat yang tanahnya dijadikan lahan pembangunan jalan tol
Medan-Binjai, konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat
terhadap rencana pembangunan, Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama
apabila kegiatan proyek menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya,
kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama
akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal
maupun horizontal. Akibat pembangunan jalan tol Medan-Binjai lahan sawah juga hilang
sehingga diperkirakan Medan-Binjai akan kehilangan pertanian per tahun. Dalam hubungan ini
masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan petani dan
kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anak-anak) untuk berpartisipasi aktif dalam
perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Salah satu dampak positif jalan tol Medan-Binjai diharapkan mampu meningkatkan
gairah perekonomian Medan-Binjai yang pada akhirnya akan mendorong kesejahteraan
masyarakat. Namun demikian, pembangunan ini juga tidak menutup kemungkinan munculnya
beberapa dampak lain yang justru negatif, seperti berkurangnya aktivitas bisnis masyarakat yang
selama ini tergantung pada mobilitas transportasi. Dampak ini muncul karena pembangunan
jalan tol akan mengalihkan arus mobilitas masyarakat, sehingga sektor-sektor usaha tertentu
yang berada pada jalur transportasi eksisting menjadi terancam. Untuk mengantisipasi
kemungkinan timbulnya nampak ini, maka perlu dilakukan kajian yang diarahkan untuk
mengetahui dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Medan-Binjai.

4.3 Hasil Yang Diperoleh Dalam Pembebasan Jalan Tol Medan – Binjai
Pembangunan merupakan suatu proses mengubah masyarakat secara terencana, yang
bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan program-program yang sudah
ditentukan melalui suatu kebijakan. Pembangunan itu sendiri meliputi semua proses perubahan
yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Konsep pembangunan meliputi
beberapa aspek multi kompleks, pembangunan bukan hanya persoalan ekonomi semata tetapi
juga menyangkut aspek sosial budaya.

Dalam pelaksanaan pembebasan lahan juga terdapat permasalahan berupa tidak sesuainya
harga ganti rugi yang diberikan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan persepsi antara
masyarakat dengan pemerintah terkait kesepakatan harga ganti rugi. Menetapkan nilai ganti rugi
terhadap kerugian non fisik dalam pelepasan atau penyerahan hak atas tanah tidaklah mudah
mengukurnya karena sifatnya sangat relatif, tetapi dapat berakibat pemegang hak atas tanah akan
meminta harga di atas harga pasaran karena mereka tidak berminat melepaskan bidang tanahnya
yang terkena pembebasan lahan. Penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan, penilaian atas tanah di
Medan-Binjai telah dilakukan oleh pemenang tender konsultan penilai. Sebagian besar
masyarakat yang menolak adalah masyarakat petani yang menopangkan penghidupannya dari
hasil tanah yang dimiliki.

Proses pengumpulan berkas–berkas kepemilikan tanah mulai dilakukan. Sepanjang


proses tersebut warga berusaha melengkapi segala persyaratan yang diminta oleh panitia
pengadaan tanah. Warga berharap agar nantinya ketika segala berkas persyaratan sudah lengkap,
dalam proses pembayaran uang ganti rugi tidak menemui kendala lagi. Setelah melengkapi
segala berkas-berkas persyaratan yang diminta panitia pengadaan tanah. Dipenuhi oleh warga,
proses selanjutnya adalah pemberian uang ganti rugi. Proses pemberian uang ganti rugi dimulai.
Pemberian uang ganti rugi diberikan kepada warga yang tanah atau lahannya terkena
pembangunan jalan tol Medan-Binjai. Proses pembayaran uang ganti rugi ini dilewatkan melalui
rekening tabungan. Sehingga warga yang tanah ataupun lahannya diberi ganti rugi akan
mendapatkan rekening tabungan yang didalamnya berisi nominal sesuai dengan luas lahan
mereka yang terkena pembebasan. Setelah proses pembayaran uang ganti rugi sebagai upaya
pembebasan lahan telah dilaksanakan. Proses pembangunan jalan tol Medan-Binjai dilanjutkan
dengan proses eksekusi lahan berupa pengurukan. Dalam proses eksekusi ataupun pengurukan
dilakukan pada awal tahun 2013 hanya sebagaian tanah lahan pertanian yang sudah dibebaskan
saja, karena pada saat itu masih ada beberapa warga yang belum sepakat mengenai pembebasan
atau lahan pertanian miliknya.
Pembebasan lahan di wilayah Medan-Binjai melibatkan lahan milik petani guna
pembangunan jalan tol, memunculkan interaksi sosial antara pemerintah, dan rakyat (petani)
selaku pemilik lahan. Pemerintah melakukan negosiasi dengan petani selaku pemilik lahan
dengan jalan musyawarah, sebagai upaya untuk bekerjasama. Dalam hal ini pemerintah dan
petani mencari kesepakatan jenis ganti rugi dan besarnya jumlah ganti rugi yang diinginkan
petani. Para petani yang sepakat menerima ganti rugi dihimbau oleh pemerintah untuk
menandatangani surat pernyataan yang dibuat oleh pemerintah selaku panitia pengadaan tanah.

Para petani yang ada di Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan
Medan Deli dan Desa Tanjung Gusta khususnya para petani dengan kepemilikan lahan yang
sempit serta yang berprofesi sebagai buruh tani cenderung untuk beralih atau bergeser profesi ke
bidang pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Makin berkurangnya lahan pertanian di Kelurahan
Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli dan Desa Tanjung Gusta akibat
pembangunan jalan tol Medan-Binjai, menyebabkan banyaknya penduduk yang awalnya bekerja
sebagai petani beralih pekerjaan ke bidang non pertanian, seperti menjadi pedagang, menjadi
sopir, dan sebagainya. Fenomena tersebut menyebabkan bergesernya lapangan pekerja di bidang
non pertanian, terutama petani miskin atau berlahan sempit. Makin berkurangnya lahan pertanian
di Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli dan Desa Tanjung
Gusta akibat pembangunan jalan tol Medan-Binjai, menyebabkan banyaknya penduduk yang
awalnya bekerja sebagai petani beralih pekerjaan ke bidang non pertanian, seperti menjadi
pedagang, menjadi sopir,dan sebagainya. Fenomena tersebut menyebabkan bergesernya
lapangan pekerja di bidang non pertanian, terutama petani miskin atau berlahan sempit.
Pemberian uang ganti rugi lahan dimanfaatkan para petani untuk keperluan sebagai berikut:
Pertama, para petani dengan lahan luas menerima uang hasil pembebasan lahan dengan jumlah
yang sangat besar, di karenakan dalam pengerjaan pembangunan jalan tol MedanBinjai
menerjang keseluruhan sawah milik petani berlahan luas. Oleh karena jumlah yang sangat besar
uang hasil pembebasan lahan tersebut mereka depositkan ke bank. Kedua, setelah mendapat uang
ganti rugi, para petani yang umumnya merupakan petani berlahan luas dan sedang. Para petani
tersebut membeli tanah di luar desa, luar kecamatan, bahkan luar kabupaten. Jeda waktu antara
proses penerimaan uang ganti dengan proses eksekusi lahan, dapat dimanfaatkan untuk
menggarap lahan pertaniannya. Dengan membeli sawah di luar desa mereka bisa memiliki lahan
lagi. Ketiga, para petani yang sebagian lahan pertaniannya terkena pembebasan lahan dalam
artian hanya beberapa dari luas lahannya yang terkena proyek pembangunan jalan tol. Sehingga
sebagian lahan pertaniannya masih bisa digunakan untuk bertani. Oleh karenanya pemberian
uang ganti rugi sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup para keluarga petani.
Keempat, para petani dengan lahan sempit sangat kesulitan dalam upaya mencari lahan pertanian
baru dikarenakan modal mereka yang tidak cukup banyak.

Hasil pemberian uang ganti rugi dimanfaatkan untuk penanaman modal. Alokasi
penanaman modal digunakan petani sebagai modal investasi (seperti penyewaan sound sistem,
tenda), untuk modal berdagang atau untuk modal pembelian sarana tranportasi yang digunakan
untuk usaha jasa transportasi. Kelima, petani dengan lahan luas ketika lahan pertaniannya
terkena pembebasan lahan pembangunan jalan tol Medan-Binjai, sudah dapat dipastikan bahwa
mereka akan mendapatkan uang ganti rugi yang tidak sedikit. Hal ini sesuai dengan luas lahan
yang terkena dampak proyek pembangunan jalan tol.

Permasalahan yang umumnya muncul dari risiko pembebasan lahan adalah:

1. Permasalahan mengenai kepastian biaya pembebasan lahan, permasalahan ini sangat


sering muncul dalam proyek Infrastruktur, biaya awal pembebasan lahan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah akan membengkak pada saat pembebasan lahan dilakukan.

2. Permasalahan mengenai waktu tersedianya lahan, permasalahan ini muncul


dikarenakan sulitnya mencapai kesepakatan harga pembebasan lahan. Pemilik tanah umumnya
meminta harga di atas harga Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), sehingga menghambat proses
pembebasan lahan.

Proses pemberian ganti kerugian berlangsung pada tahap musyawarah, aspek yang perlu
diperhatikan pada saat menentukan besaran ganti kerugian adalah bentuk ganti kerugian untuk
warga Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli dan Desa
Tanjung Gusta, kesepakatan para pihak, hasil penilaian harga tanah, tenggat waktu, dan
penetapan ganti kerugian. Pada pembuatan jalan tol Medan-Binjai ini bentuk ganti kerugian yang
diberikan umumnya yaitu dalam bentuk uang, uang merupakan sarana yang mudah dalam
melakukan transaksi apapun, sehingga uang merupakan pilihan warga terkait bentuk ganti
kerugian pada pembuatan jalan tol Medan-Binjai meskipun sebenarnya bentuk ganti kerugian
tidak hanya uang saja. pengganti, pemukiman kembali, kepemilkan saham, dan bentuk lain yang
disetujui oleh para pihak. Sesuai dengan keinginan warga, pemberian ganti kerugian jalan tol
Medan-Binjai ganti kerugian yang diberikan yaitu dalam bentuk uang. Kesepakatan merupakan
unsur penting dalam sebuah musyawarah, karena dengan kesepakatan maka tidak ada pihak yang
merasa dirugikan satu sama lain. Pada pembuatan jalan tol Medan-Binjai sebagian masyarakat
belum terjadi kesepakatan yang sepenuhnya, karena masih ada beberapa yang belum sepakat
dengan ganti kerugian yang diberikan oleh panitia pengadaan tanah.

Pada pembuatan jalan tol Medan-Binjai tahapan dalam proyek besar ini sudah
dilaksanakan dengan baik oleh Panitia Pengadaan Tanah, mulai dari proses pembebasan tanah,
proses ganti kerugian namun pada kenyataannya masih ada warga yangtidak sepakat dengan
harga ganti kerugian yang diberikan oleh pihak Panitia Pengadaan Tanah. Dalam menjalankan
tugasnya dilapangan, Panitia Pengadaan Tanah berpedoman pada Peraturan Ketua Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2007 semua tahapan proses pembuatan
jalan tol sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Penyelesaian masalah warga terkena proyek
yang masih belum sepakat dengan besar ganti kerugian yang diberikan sudah melalui beberapa
cara, antara lain dengan mengadakan musyawarah lagi dengan warga supaya terjadi titik temu
dan mendapatkan solusi, namun tidak ada hasilnya. Pemerintah pada dasarnya mempunyai dua
cara memperoleh tanah pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yaitu dengan cara
pelepasan hak atas tanah dan pencabutan hak atas tanah. Pelepasan hak atas tanah dilakukan
dengan cara jual beli, tukar menukar atau perbuatan hukum lainnya yang disetujui oleh pemilik
tanah. Pada pengadaan tanah untuk pembuatan jalan tol Medan-Binjai, semua cara sudah
dilakukan untuk mencapai kesepakatan harga, namun tidak mencapai hasil oleh karena itu
pemerintah mempunyai kuasa untuk melakukan pencabutan atas tanah guna mendapatkan tanah
untuk pembangunan kepentingan umum. Pencabutan hak atas tanah adalah cara terakhir ketika
semua prosedur yang dilaksanakan sudah tidak mencapai hasil, namum dalam pelaksanaan
pencabutan hak atas tanah harus memenuhi persyaratan dan benar-benar menunjukan bahwa
tujuan pencabutan tanah itu semata-mata untuk kepentingan umum.

Masyarakat sangat mempunyai peranan penting pada proyek pengadaan tanah untuk
kepentingan umum,dimana masyarakat merupakan salah satu pihak penting pada pembuatan
jalan tol ini, maka dukungan masyarakat sekitar proyek pengadaan tanah untuk kepentingan
umum sangatlah penting. Masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir,
Kecamatan Medan Deli dan Desa Tanjung Gusta merupakan masyarakat dengan yang
kebanyakan bermata pencaharian petani. Mereka menggarap sawah dan ladang untuk
menghidupi keluarganya. Ketika ada sosialisasi tentang akan adanya proyek jalan tol yang
melewati desa mereka maka disambut dengan senang. Banyak hal yang membuat mereka
senang, desa mereka akan menjdi ramai, tanah mereka juga akan menjadi mahal harganya.
Warga Medan-Binjai sangat mendukung dengan adanya proyek jalan tol di desa mereka, sampai-
sampai ketika pengukuran lahan ladang mereka di babat mereka rela. Warga mengatakan bahwa
pada sosialisasi awal Panitia Pengadaan Tanah menjanjikan akan memberikan ganti untung
bukan ganti rugi, ketika penulis melakukan wawancara di lapangan dan mendatangi rumah WTP
(Warga Terkena Proyek), mereka semua menyatakan hal yang sama.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pembebasan jalan Tol Medan - Binjai saat ini
adalah tercapainya kesepakatan antara pemerintahdan pemilik tanah. Adapun cara
pengeloalaannya adalah dengan :

1. Rutin melaksanakan sosialisasi rencana pembangunan jalan tol kepada masyarakat


disekitar lokasi rencana jalan tol yang akan dibuat dan membuat kesepakatan proses ganti rugi
tanah secara wajar dan tidak saling merugikan untuk mengantisipasi penolakan masyarakat dan
banyaknya calo tanah/perantara.

2. Pemerintah mempersiapkan dana untuk ganti rugi tanah tepat waktu sehingga proses
pembayaran ganti rugi tanah tepat waktu.

3. Pemerintah bekerjasama dengan Pemerintahan tingkat daerah yang lebih rendah seperti
kecamatan, kelurahan, RW/RT disekitar lokasi rencana jalan tol dalamrangka inventarisasi lahan
masyarakat untuk mengantisipasi adanya pembebasanlahan yang masih bersengketa atau belum
jelas kepemilikan tanahnya.
BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah :

1. Permasalahan pembebasan tanah untuk jalan tol sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang
sangat pelik dalam usaha penambahan lajur maupun jalur jalan tol. Seringkali proyek jalan tol terhambat
hanya karena masih ada masalah dengan tanah yang ternyata masih menjadi sengketa.

2. Faktor kedua yang mungkin dihadapi adalah bila ternyata tanah yang dilalui proyek Jalan Tol tersebut
adalah tanah ulayat. Masyarakat adat tentu akan berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan tanah
ulayat yang dimilikinya, sedangkan ketentuan dalam Undang-Undang, memungkinkan untuk mengambil
alih tanah yang dimaksud.

3. Masalah yang mengganggu pembangunan jalan tol Medan-Binjai ini adalah Pembebasan lahan untuk
proyek pembangunan strategis di Sumatera Utara (Sumut) hingga saat ini berjalan baik. Pembayaran ganti
rugi lahan yang dititipkan ke pengadilan atau konsinyasi untuk jalan tol Medan-Binjai sudah mencapai
90%.

4. Dari aspek sosial, dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol ini antara lain berupa
ketidakpuasan masyarakat terhadap proses pembebasan tanah, terutama menyangkut harga ganti rugi
kepada masyarakat yang tanahnya dijadikan lahan pembangunan jalan tol Medan-Binjai, konflik
horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan,
Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek menimbulkan dampak
negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan.

6. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pembebasan jalan Tol Medan - Binjai saat ini adalah
tercapainya kesepakatan antara pemerintahdan pemilik tanah. Adapun cara pengeloalaannya adalah
dengan :

A. Rutin melaksanakan sosialisasi rencana pembangunan jalan tol kepada masyarakat disekitar lokasi
rencana jalan tol yang akan dibuat dan membuat kesepakatan proses ganti rugi tanah secara wajar dan
tidak saling merugikan untuk mengantisipasi penolakan masyarakat dan banyaknya calo tanah/perantara.

B. Pemerintah mempersiapkan dana untuk ganti rugi tanah tepat waktu sehingga proses pembayaran ganti
rugi tanah tepat waktu.

C. Pemerintah bekerjasama dengan Pemerintahan tingkat daerah yang lebih rendah seperti kecamatan,
kelurahan, RW/RT disekitar lokasi rencana jalan tol dalamrangka inventarisasi lahan masyarakat untuk
mengantisipasi adanya pembebasanlahan yang masih bersengketa atau belum jelas kepemilikan tanahnya.
5.2 Saran

Kami sebagai penulis berharap dengan adanya penelitian ini maka akan dapat di jadikan sebagai pedoman
kita untuk dapat lebih memperhatikan bagaimana permasalahan dan dampak dari pembangunan Jalan Tol.
Dan semoga dengan adanya penelitian ini dapat menjadi acuan dalam kebijakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khusus nya di sekitar Pembangunan Jalan Tol.
DAFTRA PUSTAKA
Fitriana, R. (2014). Studi Komparasi Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Tol
Menggunakan Metode Bina Marga 2002 dan AASHTO 1993 (Studi Kasus: Ruas Jalan Tol Solo–
Kertosono) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Adisasmito, R. (2013). Pembangunan Pedesaan – Pendekatan Partisipati Tipologi, Strategi,
Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Asshiddiqie, J. (2016). Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas
Badan Pengantar Jalan tol Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. (2005). Kebijakan dan
Strategi Pembangunan Jalan Tol. Seminar Tantangan dan Strategi Truk Angkutan Barang Dalam
Menciptakan Keunggulan Bersaing. Banten: Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia.
(http://supplychainindonesia.com/new/download/529/., diunduh tanggal 4 Mei 2017)
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia (https://www.komnasham.go.id, diunduh tanggal
20 April 2017)
Djam’an, S. dan Komariah, A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
El-Muhtaj Majda.(2007). Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia: Dari UUD 1945
sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002. Jakarta: Kencana.
Hartomo dan Aziz, A. (1999). Llmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Herdiwanto, H dan Hamdayama, J. (2010). Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwaganegara:
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Hermawan R, Rodhiatun, Al Rasyid, H. (2015). Kajian Investasi Pembangunan Jalan Tol di
Indonesia Berdasarkan Sistem Syariah: Studi Kasus Jalan Tol Cikampek-Palimanan. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 26 (2), 86-99.(http://digilib.mercubuana.ac.id/e-artikel1.php?
No_Artikel=0000017440, diunduh tanggal 30 Mei 2017)
Khasanah, U., Nugraha, N., & Kokotiasa, W. (2017). Dampak Pembangunan Jalan Tol Solo-
Kertosonoterhadap Hak Ekonomi Masyarakat Desa Kasreman Kecamatan Geneng Kabupaten
Ngawi. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 5(2), 108-120.
Soelaiman, F., Tandian, N. P., & Rosidin, N. (2006). Perancangan, Pembuatan dan Pengujian
Prototipe SKEA Menggunakan Rotor Savonius dan Windside untuk Penerangan Jalan
Tol. Bandung ITB.

Anda mungkin juga menyukai