Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL JURNAL REVIEW

GEOLOGI DASAR

Penafsiran Struktur Geologi Bawah Permukaan di Kawasan


Semburan Lumpur Sidoarjo, Berdasarkan Penampang
Ground Penetrating Radar (GPR) Penafsiran Struktur Geologi Bawah
Permukaan di Kawasan
Semburan Lumpur Sidoarjo, Berdasarkan Penampang
Ground Penetrating Radar (GPR)

DISUSUN OLEH:
NATANAEL RASMANA KETAREN (3161131031)

KELAS D REGULER 2016

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSIAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan kehadiratNya kepada kta, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
tugas Critical jurnal Review tentang ” Geologi dasar“ dengan baik
Adapun critical jurnal review ini saya buat dengan persiapan yang cukup dan
semampu mungkin saya selesaikan, didalam critical jurnal review ini akan
diuraikan tentang Geologi dasar. Didalam penulisan critical jurnal review ini Saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada segala pihak yang telah membantu Saya
dalam pembuatan critical jurnal review ini.
Saya sadar masih banyak kekurangan didalam penulisan critical jurnal review
ini baik dalam segi penyusunan, Bahasa, dan segi lainnya.oleh karena itu Saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga saya dapat
memperbaiki laporan ini dengan lebih baik lagi. Harapan saya semoga laporan ini
bermanfaat untuk kita semua

PENULIS

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Didalam mempelajari gelogi, terdapat didalamnya mempelajari tentang struktur


permukaan bumi. Salah satu kejadian dari gejala geologi adalah semburan lumpur sidoarjo. Dan
Masih banyak gejala geologi lainnya lainnya

Adapun topik yang akan dibahas pada critical jurnal review ini mengangkat judul tentang
“Penafsiran Struktur Geologi Bawah Permukaan di Kawasan Semburan Lumpur Sidoarjo,
Berdasarkan Penampang Ground Penetrating Radar (GPR)”. Jurnal yang dibahas pada kali ini
membahas tentang bencana tanah semburan lumpur di sidoarjo. Critical jurnal ini dilakukan
untuk memenuhi tugas sebagai pelajar di Universitas Negeri Medan Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial, sekali gus untuk menambah pemahaman & membuka wawasan
kita tentang bagaimana proses longsor yang pernah terjadi didaerah sidoarjo

Untuk itu supaya kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan penulis didalam
tulisannya di jurnal tersebut, kita perlu membaca secara seksama agar mengerti maksud dan
tujuannya ,

Tujuan
1.Untuk mengetahui bagaimana kejadian semburan lumpur di Sidoarji
2.Untuk menambah pengetahuan kita tentang kejadian semburan lumpur
3.Untuk memperkuat kemampuan kita didalam memahami kejadian semburan lumpur

BAB II
PEMBAHASAN
CRITICAL JURNAL REVIEW

JUDUL : Penafsiran Struktur Geologi Bawah Permukaan di Kawasan


Semburan Lumpur Sidoarjo, Berdasarkan Penampang
Ground Penetrating Radar (GPR)
JURNAL :Jurnal Geologi indonesia
DOWNLOAD :https://ijog.geologi.esdm.go.id/index.php/IJOG/article/download
VOLUME DAN HALAMAN :5 nomor 3
TAHUN :2010
PENULIS :K. Budiono, Handoko, Hermawan, dan Godwin
REVIEW :Natanael Rasmana Ketaren
TANGGAL :19-11-2016

 Tujuan Penulisan
Tujuan dari Review penelitian ini adalah untuk untuk melihat perkembangan struktur
geologi dangkal sehubungan dengan semburan kecil yang sering muncul di sekitar semburan
utama
Pendugaan Ground Probing Radar (GPR)
dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan geologi bawah
permukaan yang relatif dangkal dalam bentuk penampang yang bersifat menerus. Daerah
penelitian merupakan kawasan di sekitar semburan lumpur Sidoarjo yang secara administratif
terletak di Sidoarjo,

 subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan kerja sama penelitian antara Badan Penanggulangan
Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan BALITBANG ESDM.

 Aransement Data
Ground Probing Radar adalah metode geofisika yang dikembangkan sebagai salah satu
alat bantu untuk penelitian geologi bawah permukaan dangkal dan terperinci. Prinsip
penggunaan metode GPR ini tidak jauh berbeda dengan metode seismik pantul. Kedalaman
penetrasi metode GPR ini sangat bergantung pada sifat kelistrikan geologi bawah permukaan,
seperti: konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik. Kedua sifat listrik tersebut berkaitan erat
dengan sifat fisik tanah atau batuan yang antara lain kadar air dan sifat kegaramannya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada kedalaman dangkal sering dijumpai struktur geologi berupa
perlipatan, patahan, dan rekahan. Berdasarkan hasil tersebut, metode GPR ini sangat bermanfaat
untuk membantu menentukan daerah yang berpotensi terjadinya semburan-semburan kecil,
sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk membantu perencanaan mitigasi.

 Metode penelitian
Metode penelitian menggunakan metode Ground Probing Radar (GPR). Yaitu salah
Satu metode geofisika yang dikembangkan sebagai salah satu alat bantu untuk penelitian geologi
bawah permukaan yang relatif dangkal dan terperinci. Prinsip penggunaan metode GPR tidak
jauh berbeda dengan metode seismik pantul, seperti identifikasi fasies dan sekuen lapisan bawah
permukaan (Heterendrr., 1998). Teknik penggunaan metode GPR ( Gambar 3) adalah sistem
Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP), dengan cara memanfaatkan pengembalian
gelombang elektromagnet yang dipancarkan melalui permukaan tanah dengan perantaraan
antena. Pemancaran dan pengembalian gelombang elektromagnet berlangsung cepat sekali yaitu
dalam satuan waktu nannosecond (Allen, 1979). Kedalaman penetrasi dengan metode
GEORADAR sangat bergantung sifat kelistrikan media yang diselidiki, seperti: konduktivitas
listrik dan konstanta dielektrik. Kedua sifat listrik tersebut berkaitan erat dengan sifat fisik tanah
atau batuan yang antara lain kadar air dan sifat kegaramannya. Berdasarkan pengalaman, metode
GEORADAR ini penetrasinya akan mencapai 25 - 30 m apabila digunakan pada daerah yang
kadar kegaramannya relatif kecil. Khusus dalam pendeteksian material yang kadar besinya relatif
tinggi, penetrasi GPR akan berkurang, sesuai dengan kadar besi yang terdapat pada material
tersebut (Budiono, 1999). Di daerah penelitian, kemampuan penetrasi pada masing-masing
lintasan disesuaikan dengan tujuan utama pendeteksian , misalnya pendeteksian kondisi tanggul
dan kondisi tanah atau batuan di sekitar semburan gas. Secara garis besar peralatan Subsurface
Interface Radar terdiri atas (Gambar 4):

a. Model Control Module, Surveyor 20 beserta Komputer.


b. Model Transducer (deep probing, 80 Mhz dan 200 Mhz).
c. Model Transducer (shalow probing, 1 GHz (General purpose).
d. Kabel-kabel, power suply dll.

Model Control Module adalah alat untuk meneruskan gelombang ke transducer dan ke
komputer. Model Main Frame merupakan alat untuk merubah gelombang listrik menjadi impulse
sumber. Transducer merupakan pengirim dan penerima gelombang. Sementara komputer untuk
mengubah ahasil menjadi penampang citra rekaman SIR.

1.5. langkah penelitian


Pengambilan data GPR (Ground Probing Radar) sepanjang tanggul titik 16 sampai 11
telah dilakukan dengan mempergunakan ternsducer 200 MHz dan 40 MHz . Penafsiran salah
satu lintasan yang dilakukan di daerah ini adalah: Rekaman GPR memperlihatkan adanya proses
penurunan di beberapa tubuh tanggul. Kondisi penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan sifat fisik dan keteknika tanah yang bersangkutan, sehingga menyebabkan perbedaan
sifat kompaksi tanah bahan urukan tanggul tersebut. Penurunan tersebut menyebabkan timbulnya
retakan –retakan di bagian atas tanggul, sehingga mempermudah terjadinya longsoran.
Hasil rekaman data GPR di sekitar tanggul titik 25 memperlihatkan kondisi tanah atau
sedimen tempat bertumpunya tanggul sangat tidak stabil. Kondisi ketidakstabilan tersebut
diperlihatkan oleh pola struktur geologi berupa patahan atau rekahan dan penurunan yang
bersifat lokal .Pada lokasi ini terlihat indikasi penurunan yang kemungkinan diakibatkan oleh
pembebanan material di atasnya atau kemungkinan juga diakibatkan oleh struktur geologi berupa
patahan. Rekaman GPR di titik 41 - 40 di sekitar jalan tol lama, memperlihatkan stuktur
menyerupai antiklin yang cukup jelas . Rekaman memperlihatkan puncak antiklin hampir
mendekati permukaan tanah. Penampakan struktur menyerupai antiklin ini kemungkinan salah
satunya akibat adanya tekanan gas dari bawah, namun demikian penafsiran ini perlu penelitian
yang lebih terperinci.Indikasi struktur bawah permukaan dijumpainpula di titik C-46. Struktur
menyerupai antiklin disini terlihat lebih banyak dibandingkan dengan titik 40-41. Kondisi seperti
ini kemungkinan karena tekanan gas di lokasi C-46 relatif lebih aktif.
Indikasi jejak struktur perlipatan dijumpai pula di jalan raya Porong, namun
penampakannya kurang jelas . Reflektor sekuen paling atas berpola paralel sampai subparalel,
sedangkan dibawahnya subparalel. Struktur bawah permukaan di sekitar semburan gas dan air,
menunjukkan adanya sayap struktur perlipatan menuju puncak perlipatan yang merupakan pusat
semburan gas dan air di Kampung Siring .
Pendeteksian di sekitar semburan baru di daerah Siring Barat dilakukan pada bulan Juni
2009 dengan mempergunakan transducer MLF 320. Rekaman memperlihatkan perbedaan
reflektor yang cukup jelas, yaitu antara rekaman bebas reflektor dan subparalel

1.6 hasil penelitian


Pengambilan data GPR (Ground Probing Radar) sepanjang tanggul titik 16 sampai 11
telah dilakukan dengan mempergunakan ternsducer 200 MHz dan 40 MHz (Gambar 5).
Penafsiran salah satu lintasan yang dilakukan di daerah ini adalah: Rekaman GPR
memperlihatkan adanya proses penurunan di beberapa tubuh tanggul. Kondisi penurunan ini
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dan keteknikan tanah yang bersangkutan,
sehingga menyebabkan perbedaan sifat kompaksi tanah bahan urukan tanggul tersebut.
Penurunan tersebut menyebabkan timbulnya retakan –retakan di bagian atas tanggul, sehingga
mempermudah terjadinya longsoran Hasil rekaman data GPR di sekitar tanggul titik 25
memperlihatkan kondisi tanah atau sedimen tempat bertumpunya tanggul sangat tidak stabil.
Kondisi ketidakstabilan tersebut diperlihatkan oleh pola struktur geologi berupa patahan
atau rekahan dan penurunan yang bersifat lokal . Pada lokasi ini terlihat indikasi penurunan yang
kemungkinan diakibatkan oleh pembebanan material di atasnya atau kemungkinan juga
diakibatkan oleh struktur geologi berupa patahan.

Rekaman GPR di titik 41 - 40 di sekitar jalan tol lama, memperlihatkan stuktur


menyerupai antiklin yang cukup jelas. Rekaman memperlihatkan puncak antiklin hampir
mendekati permukaan tanah. Penampakan struktur menyerupai antiklin ini kemungkinan salah
satunya akibat adanya tekanan gas dari bawah, namun demikian penafsiran ini perlu penelitian
yang lebih terperinci. Indikasi struktur bawah permukaan dijumpai pula di titik C-46 . Struktur
menyerupai antiklin disini terlihat lebih banyak dibandingkan dengan titik 40-41. Kondisi seperti
ini kemungkinan karena tekanan gas di lokasi C 46 relatif lebih aktif. Indikasi jejak struktur
perlipatan dijumpai pula di jalan raya Porong, namun penampakannya kurang jelas. Reflektor
sekuen paling atas berpola paralel sampai subparalel, sedangkan di bawahnya subparalel.
Struktur bawah permukaan di sekitar semburan gas dan air, menunjukkan adanya sayap struktur
perlipatan menuju puncak perlipatan yang merupakan pusat semburan gas dan air di Kampung
Siring . Pendeteksian di sekitar semburan baru di daerahSiring Barat dilakukan pada bulan Juni
2009 dengan mempergunakan transducer MLF 320. Rekaman memperlihatkan perbedaan
reflektor yang cukup jelas, yaitu antara rekaman bebas reflektor dan subparalel.

1.7 kelebihan penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan
Kualitatif dalam menjabarkan mitigasi bencana semburan lumpur di sidoarjo Subjek penelitian
merupakan data GPR (Ground Probing Radar) yang diharapkan penulis dapat memperoleh
informasi apa yang diketahui tentang sesuatu yang berkaitan dengan fenomena atau kasus yang
diteliti. Dalam sebuah penelitian kualitatif subjek penelitian atau narasumber disebut informan.
Informan adalah orang yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai situasi
dan kondisi latar penelitian. Sehingga informan haruslah seseorang yang mengetahui dan paham
tentang materi yang dibutuhkan dalam penelitian.yang dimaksud informan didalam penelitian ini
adalah Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo ( BPLS).sehingga data dan informasi yang
diperoleh fakta dan dapat dipertanggung jawabkan
1.8 kelemahan penelitian
Langkah langkah dalam penelitiannya kurang jelas, sehingga untuk mengetahui cara
penelitiannya kurang dapat dipahami tahapan tahapan dalam mengumpulkan data. Untuk
pengumpulan informasinya harus dilakukan dengan mencari narasumber yang tahu pasti tentang
kejadian Lumpur di Sidoarjo, sehingga membutuhkan kepastian terhadap narasumber yang
benar benar mengetahui infomasi tersebut. Sehingga tak jarang ada data yang tidak jelas
disebabkan banyak narasumber banyak pendapat tentang hasil perolehan data yang kadang saling
bertentangan.

1.9 kesimpulan
Penjelasan jurnal dalam membahas tentang semburan Lumpur Di Sidoarjo tersebut sudah
baik.dari jurnal tersebut dapat disimpulkan Mitigasi bencana lumpur Sidoarjo dilakukan secara
struktural maupun non struktural. Struktur geologi yang menyerupai struktur perlipatan dan
rekahan dijumpai secara jelas di lokasi titik 41 - 43, lokasi SPILL WAY, titik 47 - 25, dan di
beberapa lokasi jalan raya Porong dan Siring Barat. Arah sumbu struktur tersebut relatif berarah
barattimur. Kondisi tersebut sesuai dengan gelembung gas baru yang muncul ke permukaan dan
dijumpai sepanjang arah barat-timur.Rekaman GPR di sekitar tanggul memperlihatkan badan
tanggul bagian bawah relatif tidak stabil. Sifat kompaksi tidak merata sangat jelas terlihat pada
rekaman. Hal ini kemungkinan karena adanya aliran air pada bagian bawah tanggul. Patahan dan
penurunan sangat jelas terlihat pada rekaman GPR di lokasi 47 - 25. Kondisi seperti ini
mengganggu kestabilan tanggul di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai