Pengertian Wilayah
Wilayah atau sering disebut region adalah unit geografis yg memiliki kriteria, batasan
dan individualitas tertentu. Individualitas ini terjadi karena di dalam region ini terjadi
interaksi yg kemudian memberi ciri khas kepada region (ruang) itu sendiri.
Oleh karena itu region merupakan suatu unit geografi dari permukaan bumi yang
memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan wilayah lain. Region
memilik ukuran yang bervariasi, mulai dari yang paling luas sampai sangat sempit yang
memiliki komponen :
Biotik. Komponen biotik meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan
Abiotik. Komponen abiotik meliputi air, tanah, dan udara
Kultural. Komponen kultural meliputi kebudayaan dan teknologi
Dengan demikian penggolongan wilayah dapat dilakukan dengan mengacu pada
keadaan alam dan tingkat kebudayaan
Wilayah ini adalah wilayah yang punya kesamaan dalam kriteria tertentu, baik kriteria fisik atau sosial.
Misalnya, suatu wilayah punya kesamaan dalam kegiatan bercocok tanam, maka wilayahnya disebut
wilayah pertanian. Atau suatu wilayah punya kesamaan bentuk lahan yang berbukit-bukit, maka wilayah
itu disebut wilayah perbukitan atau dataran tinggi.
Karakteristik tipe wilayah formal, yaitu:
2. Bersifat statis.
3. Tidak aktif.
4. Terbentuk karena adanya keseragaman (kesamaan baik kriteria fisik atau sosial).
Wilayah ini adalah wilayah banyak diatur oleh beberapa kegiatan dan saling terkait, ditandai adanya
interaksi dengan wilayah sekitarnya. Misalnya saja sebuah industri yang didirikan pada suatu wilayah
dan karyawan yang tinggal di sekitarnya. Setiap pagi para karyawan ini bekerja menuju pabrik dan sore
kembali lagi ke rumah masing-masing.
Karakteristik tipe wilayah fungsional, yaitu:
2. Bersifat dinamis.
3. Aktif.
3. Pusat menjadi pusat pertemuan arus barang, gagasan, dan manusia secara terorganisasi.
1. Wilayah kota
2. Wilayah industri
3. Wilayah perdagangan
4. Wilayah konservasi
C. Klasifikasi Wilayah
Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk mengadakan penggolongan wilayah secara
sistematis kedalam bagian-bagian tertentu berdasarkan properti tertentu. .
Tujuan utama klasifikasi adalah untuk tidak menonjolkan sifat-sifat tertentu dari
sejumlah individu, melainkan mencari diferensisasi antar golongan. Cara klasifikasi
dapat dikerjakan dengan sifat kualitatif maupun kuantitatif. Klasifikasi dapat bertujuan
untuk mengetahui deferensiasi jenis dan deferensiasi tingkat.
Proses pengklasifikasian wilayah dalam disiplin ilmu geografi telah berlangsung sangat
lama dan dikenal dengan istilah pewilayahan (regionaliasi). Perlu dipahami bahwa
bahwa tidak ada batasan luas terhadap region, oleh karena itu penentuan kriteria dan
batasan region harus “bermakna” (meaningfull). Iklim, topografi, jenis tanah,
kebudayaan, bahasa, suku bangsa, tingkat kesejahteraan penduduk adalah
kriteria/karakteristik dari keseragaman pembentuk wilayah. Dengan demikian
penentuan suatu wilayah sebagai suatu region, didasarkan adanya kriteria: Kesatuan
Bentuk, Kesatuan Ruang, dan Kesatuan Fungsi
Ketiganya mencirikan keseragaman gejala sebagai hasil distribusi, interelasi dan
interaksi unsur-unsur geografi di dalamnya.
5.Factor Analysis Region. Berdasarkan metoda statistik-deskriptif atau
dengan metoda statistik-analitik. Penentuan wilayah berdasarkan analisis faktor
terutama bertujuan untuk hal-hal yang bersifat produktif, seperti penentuan wilayah
untuk tanaman jagung dan kentang. Selain itu juga bersifat pencegahan terhadap
becana.
Suatu wilayah dikatakan sebagai pusat pertumbuhan apabila wilayah tersebut memiliki
1. Perkembangan cepat
2. Pertumbuhan cepat
3. Pembangunan menonjol
4. Kegiatan ekonomi ramai
Oleh karena itu suatu wilayah memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi pusat
pertumbuhan di dukung: Kondisi Geografis, Potensi Sumber Daya
Alam, Potensi Sumber Daya Manusia, dan Jaringan Transportasi.
1. Potensi Wilayah
Misalnya, pulau Bali merupakan wilayah dengan potensi wisata alam dan juga sosial
budaya. Pulau Bali dapat berrkembang menjadi pusat pertumbuhan dengan cara
memacu pengembangan sektor pariwisata di pulau tersebut. Pada akhirnya
pertumbuhan di pulau Bali dapat memacu perkembangan wilayah pulau-pulau lain di
sekitarnya terutama pulau-pulau di Nusa Tenggara yang pada awalnya belum
berkembang dapat menjadi pulau yang maju secara ekonomi.
Di lain pihak, pusatpusat pertokoan atau pelayanan jasa (produsen) yang menyediakan
kebutuhan masyarakat sudah barang tentu tidak memiliki keinginan untuk merugi.
Mereka harus benar-benar paham, berapa banyak jumlah minimal penduduk
(konsumen) yang dibutuhkan bagi kelancaran dan kesinambungan suplai barang atau
jasa sehingga tidak mengalami kerugian apalagi sampai mengalami kebangkrutan.
Jumlah minimal penduduk ini dikenal dengan istilah threshold.
Pusat pelayanan yang ber-threshold kecil, seperti toko makanan dan minuman tidak
memerlukan konsumen terlalu banyak untuk menjual beraneka barang dagangannya
karena penduduk senantiasa memer lukan barang-barang konsumsi tersebut setiap
hari. Oleh karena itu, lokasinya dapat ditempatkan sampai ke kota-kota atau wilayah
kecil. Sebaliknya pusat pelayanan masyarakat yang ber-threshold tinggi seperti
pertokoan yang menjual barang-barang mewah, seperti kendaraan bermotor, barang-
barang lux, dan perhiasan. Oleh karena barang-barang tersebut relatif lebih sulit terjual
maka agar barang-barang tersebut dapat laku dalam jumlah yang cukup banyak perlu
dilokasikan di tempat-tempat atau kawasan (wilayah) yang cukup sentral. Lokasinya di
kota besar yang jaraknya relatif terjangkau penduduk di wilayah sekitarnya dan juga
terpenuhi batas minimal jumlah penduduk untuk menjaga kesinambungan suplai
barang.
Dari pemikirannya itu muncullah istilah tempat-tempat yang sentral (central place).
Menurut teori Christaller ini, suatu pusat aktivitas yang senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang sentral, yaitu suatu tempat
atau wilayah (kawasan) yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah yang
maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi
konsumen dari barang-barang dan jasa tersebut.
Selanjutnya dijelaskan bahwa tempat yang sentral merupakan suatu titik simpul dari
suatu bentuk heksagonal (segi enam). Wilayah yang terletak di dalam segi enam
itu merupakan daerah-daerah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang
sentral tersebut.
Dalam kenyataan sehari-hari, suatu tempat yang sentral dapat berupa kota-kota besar,
rumah sakit, pusat perbelanjaan (pasar), ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten,
kecamatan, dan sarana pendidikan. Setiap tempat yang sentral tersebut memiliki
kekuatan pengaruh untuk menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya
jangkau yang berbeda. Sebagai contoh, ibu kota provinsi mampu menarik wilayah-
wilayah kabupaten dan kota, sedangkan ibu kota kabupaten mampu menarik wilayah-
wilayah kecamatan yang ada di sekelilingnya. Demikian pula ibu kota kecamatan
mampu menarik wilayah-wilayah yang lebih kecil. Hal yang sama juga berlaku bagi
pusat pelayanan masyarakat lainnya.
Keberadaan setiap tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh yang berbeda sesuai
dengan besar-kecilnya suatu wilayah, sehingga terjadilah hierarki atau tingkatan tempat
yang sentral. Sebagai contoh, hierarki kota sebagai pusat pelayanan masyarakat
meliputi ibu kota negara, provinsi, kabupaten atau kota, kecamatan, dan desa
(kelurahan).
Hierarki tempat yang sentral dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) membagi wilayah Indonesia ke dalam 4 regional
pembangunan utama dan sepuluh (X) wilayah pembangunan. Pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia
wilayah Indonesia menjadi empat pusat pertumbuhan dengan kota utamanya yaitu Medan, Jakarta,
Surabaya, Makassar atau Ujung pandang. Setiap pusat pertumbuhan atau regional membawahi
beberapa wilayah.
Dengan melihat tabel ini, mudah-mudahan kamu jadi lebih mengerti lagi apa itu wilayah pusat
pertumbuhan.
N Pusat Pertumbuhan
o Regional Utama Wilayah Pembangunan
Kalbar
2. B Jakarta VI Pusatnya di Pontianak