KOTA"
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan dasar perencanaan daerah yaitu memanfaatkan ruang daerah secara
optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung alam akan tinggal
wacana saja jika pembangunan tidak dikendalikan secara baik dan benar, terlebih
lagi di daerah perkotaan. Kota akan dipadati oleh bangunan-bangunan komersial,
komplek-komplek perumahan baru, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), dsb.
Semua itu sebagai pengejawantahan modernisasi dan tingginya tingkat pemenuhan
kebutuhan komersial masyarakat kota. Hal ini dapat berlangsung terus tanpa tahu atau
tidak mau tahu berapa sebenarnya tingkat kebutuhan dan kemampuan masyarakat
untuk mengakses fasilitas-fasilitas tersebut. Hingga tiba pada satu keadaan dimana
kota dipadati oleh bangunan. Hilangnya taman-taman kota, munculnya permukimanpermukiman liar dan kumuh, banjir, kemacetan dimana-mana, polusi udara, air, dan
tanah. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang terpikirkannya dampak negatif apa
yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan bangunan-bangunan yang terus dibiarkan
tumbuh tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, seperti masih cukup tersediakah
daerah resapan air dan ruang terbuka sebagai paru-paru kota? Seberapa besar
bangkitan arus lalu lintas yang ditimbulkan oleh adanya bangunan-bangunan tersebut
nantinya?, dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan mendasar kerap juga muncul
sebagai akibat ketidaktahuan atau ketidakperdulian masyarakat terhadap aturan-aturan
yang ada.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini tidak lain untuk menambah wawasan kita tentang
perencanaan kota dan segala ruang lingkupnya dan agar kita dapat meaplikasikannya
dalam pembangunan kota yang dimasa yang akan datang. Selain itu juga pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian perencanaan kota
Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari
fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu
melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah
rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu
pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa
pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan
dalam rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan
proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran
dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai
tujuan
yang
dikehendaki
serta
pemantauan
dan
penilaiannya
atas
hasil
Hudson.
Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive
planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek
perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang
disbebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi: pengenalan masalah,
mengestimasi ruang lingkup problem, mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian,
menginvestigasi problem, memprediksi alternative, mengevaluasi kemajuan atas
penyelesaian spesifik.
b. Teori incemental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat
desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini
menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud dengan
desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek tertentu
selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
c.
Teori transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan
bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari
individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya juga menekankan
pusat.
Teori radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk
melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah
keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan.
Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu
dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang
perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja
sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga
pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah
Pada dasarnya pembedaan ini didasarkan atas isi atau materi dari perencanaan.
Perencanaan Fisik adalah perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur
fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan
jalur transportasi, penyediaan fasilitas umum, dan lain-lain.
Perencanaan Ekonomi berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi suatu
wilayah dan langkah-langkah untuk memperbaiki tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Perencanaan ekonomi lebih didasarkan pada mekanisme pasar ketimbang
perencanaan fisik yang lebih didasarkan atas kelayakan teknis. Perencanaan fisik
berfungsi untuk mewujudkan berbagai sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan
ekonomi.
b. Perencanaan Alokatif vs Perencenaan Inovatif
Pembedaan ini didasarkan atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut.
Perencanaan alokatif berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah
disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Inti
kegiatannya berupa koordinasi dan sinkronisasi agar system kerja untuk mencapai
tujuan itu dapat berjalan secara efektif dan efisien sepanjang waktu.
Dalam Perencanaan inovatif, para perencana lebih memiliki kebebasan, baik
dalam menetpakan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target. Artinya
mereka dapat menetapkan prosedur dalam mencapai target dengan menggunakan
c.
tunggal.
d. Perencanaan Bertujuan Jelas vs perencanaan bertujuan Laten
Pembedaan didasarkan atas konkret atau tidak konkretnya isi rencana tersebut.
Perencanaan bertujuan jelas yaitu perencanaan yang dengan tegas menyebutkan
tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut, yang sasarannya dapat diukur
keberhasilannya.
Perencanaan bertujuan laten adalah perencanaan yang tidak menyebutkan
e.
sasaran dan bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan.
Perencanaan Indikatif vs perencanaan imperative
Pembedaan ini didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan dan tingkat
kewenangan dari institusi pelaksana.
Perencanaan indikatif adalah perencanaan di mana tujuan yang hendak
dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok dengan tegas.
Tidak diatur bagaimana mencapai tujuan tersebut ataupun langkah-langkah untuk
mencapai tujuan tersebut, yang penting indicator yang dicantumkan dapat tercapai.
Perencanaan imperative adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran,
prosedur, pelaksana, waktu pelaksanaan, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat
dipakai untuk menjalankan rencana tersebut.
f. Top Down vs Bottom Up Planning
Pembedaan perencanaan jenis ini didasarkan atas kewenangan dari institusiya
g terlibat. Perencanaan model top-down dan bottom-up hanya berlaku apabila terdapat
beberapa tingkat atau lapisan pemerintahan yang masing-masing diberi wewenang
untuk melakukan perencanaan.
Perencanaan model top-down adalah apabila kewenangan utama dalam
perencanaan itu berada pada institusi yang lebih tinggi di mana institusi perencana
pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang
lebih tinggi. Rencana dari institusi yang lebih tinggi tersebut harus dijadikan bagian
rencana dari institusi yang lebih rendah.
Perencanaan model Bottom-up adalah apabila kewenangan utama pada
perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, di mana institusi prerencana
pada level yang lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan oleh
institusi perncana pada tingkat yang lebih rendah.
g. Vertical vs Horizontal Planning
Pembedaan bentuk ini juga didasarkan atas perbedaan kewenangan
antarinstitusi walaupun lebih ditekankan pada perbedaan jalur koordinasi yang
diutamakan perencana.
Vertical planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi
antarberbagai jenjang pada sector yang sama. Model ini mengutamakan keberhasilan
sektoral, jadi menekankan pentingnya koordinasi antarberbagai jenjang pada instansi
yang sama.
Horizontal planning menekankan keterkaitan antarberbagai sector sehingga
berbagai sector itu dapat berkembang secara bersinergi. Lebih melihat pentingnya
koordinasi antarberbagai instansi pada level yang sama.
h. Perencanaan yang Melibatkan Masyarakat secara langsung vs yang tidak melibatkan
masyarakat secara langsung
Pembedaan juga didasarkan atas kewenangan yang diberikan kepada institusi
perencana yang seringkali terkait dengan luas bidang yang direncanakan.
a.
umur.
b. Rencana struktur/Pemanfaatan Ruang Kota Rencana
Struktur/pemanfaatan ruang kota adalah perencanaan bentuk kota dan pnentuan
berbagai kawasan di dalam kota serta hubungan hierarki antara berbagai kawasan
tersebut. Dalam rencana struktur ruang kota setidaknya harus ditetapkan kawasan dari
berbagai kegiatan utama, seperti perdagangan, industry, prkantoran/jasa, fasilitas
social, terminal, dan perumahan.
c. Rencana struktur pelayanankegiatan kota
Rencana struktur pelayanan kgiatan kota mnggambarkan hierarki fungsi kegiatan
sejenis di perkotaan. Berbagai fasilitas yang perlu direncanakan penjenjangnnya
disertai lokasinya, misalnya menyangkut pendidikan, kesehatan, terminal, pasar,
kantor pos, perbankan, dan jasa. Misalnya dalam fasilitas pendidikan trdapat jenjang
seperti TK, SD, SMP, SMA, Akademi, Dan Perguruan Tinggi. Harus dicari
perbandingan tpat tentang jumlah fasilitas antara berbagai jenjang pendidikan dan
wilayah pengaruh dari setiap fasilitas. Dengan demikian dapat diperkirakan, fasilitas
pada jenjang lebih tinggi mana yang akan di gunakan oleh anak didik untuk
melanjutkan setelah menyelesaikan pndidikannya. Dalam menetapkan luas wilayah
pengaruh/daya tariuk dari masing masing fasilitas perlu dicatat adanya sgmntasi pasar.
d. Rencana Sistem Transportasi
Rencana system transportasi menyangkut peerncanaan system pergerakan dan
prasarana penun jang untuk berbagai njenis angkutan yang trdapat di kota , seperti
angkutan jalan raya, angkutan kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau,
e.
Unit pelayanan kota adalah berbagai unit kegiatan yang melayani kepentingan
umum, baik berupa kantor pemerintahan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan,
pelayanan social kemasyarakatan lainnya atau pemadam kebakaran.
5. Permaslahan Umum Dalam Perencanaan Kota
a. Lemahnya penegakan hukum
Pelanggaran-pelanggaran hukum yang terjadi dapat disebabkan oleh hal-hal seperti
tidak jelasnya materi hukum yang digunakan sebagai titik tolak kegiatan, rendahnya
tingkat kredibilitas aparat penegak hukum dan rendahnya kesadaran hukum. Tiga hal
tersebut mempunyai kaitan yang erat. Hingga saat ini pelanggar tata ruang sangat
jarang mendapat sanksi yang berat. Padahal dampak yang mungkin ditimbulkan oleh
pelanggaran tersebut sudah menyebabkan banyak kerugian bagi orang lain,
contohnya: peningkatan arus lalu lintas yang menyebabkan kemacetan, pencemaran
air, tanah, udara, dan sebagainya.
b. Perencanaan yang kurang sistematik, holistic dan kurang partisipasi masyarakat
Perencanaan yang disusun sebagai dasar pengambilan keputusan pembangunan
belum melihat permasalahan yang ada secara terstruktur dan menyeluruh.
Kecenderungan untuk lebih mementingkan guna dan kurang memperhatikan dampakdampak yang akan ditimbulkan dari suatu perencanaan pembangunan berakibat pada
seringnya timbul permasalahan permasalahan baru. Tidak tepatnya keputusan yang
dihasilkan dapat menyebabkan terakumulasinya dampak pembangunan tersebut.
Disamping itu, data dan informasi yang digunakan sebagai input utama bagi
perencanaan terkadang kurang akurat, sehingga dalam implementasinya tidak sesuai
target perencanaan. Disamping itu, kurangnya pelibatan masyarakat di dalam proses
penyusunannya memberi dampak pada perencanaan yang kurang mendapat respon
positif dari masyarakat seperti rasa tanggung jawab dan rasa turut memiliki terhadap
apa-apa yang dihasilkan dari pelaksanaan program dan keputusan-keputusan tersebut.
c. Perencanaan yang tertinggal oleh laju pembangunan
Adanya perencanaan jangka panjang beserta peraturan-peraturan
pembangunannya telah diupayakan sebagai pemandu dan sekaligus bingkai bagi para
pelaku pembangunan, akan tetapi angka pertumbuhan kota melampoi rencana-rencana
yang ada.
d. Perencanaan dan program yang tidak diimbangi dengan cukupnya pendanaan
Kurangnya dukungan dana mengakibatkan perencanaan yang sudah disusun tidak
sepenuhnya dapat diimplementasikan, contohnya masih banyak hasil studi mengenai
penataan lingkungan maupun kawasan yang tidak terimplementasi sesuai harapan,
dimana salah satunya disebabkan oleh kurangnya ketersediaan dana.
e.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa
pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Menurut Hudson dalam Tanner
(1981) teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik, inkremental, transaktif,
advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh tanner (1981) dengan nama
DAFTAR PUSTAKA
Syahriatarto. Sistem perencanaan kota. (online)
https://syahriartato.wordpress.com/2013/02/19/sistem-perencanaan-kota/. Diakses: 02
Mei 2015
Laksana Satria Eka Tri. 2012. Bentuk-Bentuk dan Teori-Teori Perencanaan Kota dan
Desa. (online) http://satriagovernmentunhas09.blogspot.com/2012/06/bentuk-bentukdan-teori-perencanaan.html. Diakses: 02 Mei 2015
Handayani Teti. 2006. Perencanaan Kota yang Menyeluruh untuk Masa Depan Kota
yang Lebih Baik. (online) http://ejournal.ftunram.ac.id/FullPaper/Teti-Perencanaan
%20Kota.pdf. Diakses : 02 Mei 2015
Setiabudi Agus Eka. Arti dan Ruang Lingkup Perencanaan Wilayah. (online)
http://aguseka1991.blogspot.com/2012/12/arti-dan-ruang-lingkup-perencanaan.html.
Diakses : 02 Mei 2015