Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM

TAHUN ANGGARAN 2009,2010 DAN SEMESTER I 2011

1. PERENCANAAN KEGIATAN REDISTOL TIDAK MEMPRIORITASKAN PELAKSANAAN


REDISTRIBUSI MENURUT SURAT KEPUTUSAN PENEGASAN TOL LAMA DAN TIDAK
MEMPERHATIKAN SIKLUS KEGIATAN

KONDISI

Tanah ditegaskan menjadi obyek landreform oleh Kepala BPN setelah penyuluhan,
identifikasi petani/penggarapnya, dan pemetaan keliling. Tahapan kegiatan setelah
penegasan tanah obyek landreform adalah:

a. Seleksi petani/penggarap calon penerima redistribusi;


b. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah;
c. Penerbitan Surat Keputusan Redistribusi Tanah;
d. Pendaftaran hak atas tanah atau penerbitan sertipikat hak atas tanah/

Pengukuran dan pemetaan bidang seharusnya dilakukan terhadap tanah yang telah
ditegaskan menjadi obyek landreform dan telah diseleksi petani/penggarapnya sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan
Pemberian Ganti Kerugian.

KRITERIA

Petunjuk Pelaksanaan Redistol Tahun 2009, 2010, dan 2011 pada ‘Hal yang Perlu Mendapat
Perhatian’ a.l. menyatakan tanah-tanah yang diredistribusi adalah tanah yang telah
ditegaskan menjadi obyek landreform dan clean and clear secara fisik dan yuridis atau bukan
tanah sengketa atau yang diklaim pihak lain.

Seharusnya bidang-bidang tanah yang telah ditetapkan dengan SK TOL lama ini
diprioritaskan untuk dilaksanakan.

AKIBAT

Kondisi tersebut berpotensi mengakibatkan bidang tanah yang diredistribusikan ke


masyarakat tidak memenuhi status clear and clean karena kondisi penguasaan dan
pemanfaatan lahan sekarang berbeda dengan kondisi saat identifikasi/seleksi subyek/obyek
redistol. Selain itu, penerima redistribusi sesuai SK Penegasan Tanah Obyek landreform lama
belum menerima tanah yang menjadi haknya.

SEBAB

Hal tersebut terjadi karena BPN Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan dan Kantor
Pertanahan tidak memprioritaskan pelaksanaan redistribusi tanah dari SK Penegasan TOL
lama dan kurang memperhatikan timeline kegiatan redistol.
KOMENTAR INSTANSI (terlampir)
Lampiran Surat Direktur Landreform
Nomor : 109/S.400.19/XI/2011
Tanggal : 02 Desember 2011

TANGGAPAN/KOMENTAR HASIL PEMERIKSAAN ATAS KINERJA PENGELOLAAN REDISTOL TAHUN 2009, 2010, DAN SEMESTER I 2011
No. Temuan Tanggapan/Komentar Keterangan/Upaya Tindak Lanjut
I. Perencanaan Kegiatan Pengelolaan Dana, Data, serta Sumber Daya Manusia
1. Perencaan Kegiatan Redistol tidak 1.1 Bahwa pada prinsipnya perencanaan kegiatan 1.1 Diminta kepada Kepala Kanwil BPN
memprioritaskan pelaksanaan redistribusi tanah sudah mempertimbangkan Provinsi untuk menginventarisasi tanah-
redistribusi dari Surat Keputusan penyelesaian redistribusi tanah dari TOL lama tanah yang telah ditegaskan menjadi
Penegasan TOL lama dan tidak yang belum diselesaikan secara tuntas sampai tanah obyek landreform (TOL lama) yang
memperhatikan siklus kegiatan. dengan sertipikat. masih belum ditindaklanjuti sampai
Namun dalam pelaksanaannya agar dengan penerbitan sertipikat tanahnya
memperhatikan kondisi dan ketentuan yang untuk segera diprioritaskan
dipersyaratkan menyangkut jenis penggunaan penyelesaiannya (Surat Edaran ke Kanwil
tanah, tata ruang, serta subyek yang sedang dipersiapkan).
menempati tanah tersebut.
1.2 Dalam perencanaannya siklus kegiatan
redistribusi tanah merupakan kegiatan yang
diselesaikan dalam satu tahun anggaran,
namun di dalam prakteknya diperlukan
kepastian mengenai kondisi subyek dan obyek
yang clear and clean serta dipenuhinya
kewajiban-kewajiban subyek penerima (seperti
BPHTB). Hal ini mengakibatkan dalam beberapa
kasus memerlukan waktu penyelesaian
kegiatan melampaui satu tahun anggaran,
tergantung kepada kecepatan dan kemampuan
subyek untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
2. HARGA SATUAN KEGIATAN REDISTOL 1) TIDAK SEPENUHNYA DIDASARKAN STANDAR
BIAYA UMUM/KHUSUS YANG BERLAKU DAN ALOKASI BIAYA PER SUB KEGIATAN TIDAK
SESUAI RINCIAN ANGGARAN BELANJA

KONDISI

Perencanaan didasarkan prinsip-prinsip dasar, yaitu: (1) terintegrasi, (2) terkoordinasi, (3) tepat
sasaran, (4) efisiensi, dan (5) tepat waktu. BPN menerapkan anggaran berbasis output/outcome
kegiatan dengan mengacu tahapan teknis kegiatan dan kapasitas penyelesaian kegiatan serta
Harga Satuan (Standar Biaya Umum dan Standar Biaya Khusus).

Proses Perencanaan Anggaran

Proses perencanaan anggaran BPN dikaitkan dengan timeline kegiatan sebagai berikut:

a. Penyiapan rancangan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RKKL) dimulai Januari-Februari


Tahun T-1. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) RKKL harus mengacu pada hasil
kinerja Tahun sebelumnya, Rencana Strategis (Renstra), dan data pokok perencanaan, (2)
pengusulan dilakukan berjenjang dari daerah ke pusat, (3) program pengelolaan
dikoordinasikan dengan kedeputian teknis, (4) kegiatan program pengendukung
dikoordinasikan dengan Sekretariat Utama, dan (5) dibahas di tingkat Rapat Pimpinan BPN.
b. Pembahasan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dilakukan bersama dengan Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kemeterian Keuangan
(Kemenkeu) pada Februari-Maret Tahun T-1. Rancangan RKP harus mengacu Renstra dan
usulan satker.kan pa
c. Penyusunan rancangan RKKL dilaksana April-Mei Tahun T-1 dalam bentuk trilateral meeting
dengan mengacu pada pagu indikatif dan Rancangan RKP. Sosialisasi internal pagu indikatif
dilaksanakan pada Mei-Juni Tahun T-1 dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Nasional untuk finalisasi Rancangan RKP.
d. Pagu sementara diterbitkan pada Juli Tahun T-1 melalui Surat Edaran (SE) Menteri
Keuangan. Pada Agustus-Oktober Tahun T-1 Pemerintah menyampaikan Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada
DPR dan menelaah Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) bersama
Komisi II DPR. Selanjutnya pagu definitif diterbitkan dalam SE Menteri Keuangan pada
Oktober-November Tahun T-1.
e. Pada November-Desember Tahun T-1, BPN menyusun konsep Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA), menelaah DIPA bersama Kemenkeu, sampai dengan pengesahan DIPA.

Dokumen perencanaan harus menyertakan Kerangka Acuan Kegiatan, data aset, dan Rincian
Anggaran Belanja (RAB). Mekanisme perencanaan redistol terkait waktu kegiatan dapat dilihat
pada gambar terlampir.

Harga satuan kegiatan redistol

Dalam DIPA BPN Tahun Anggaran 2009, 2010, dan 2011, harga satuan kegiatan redistol
ditetapkan sebagai berikut:

1
Harga Satuan Kegiatan Redistol adalah standar biaya “overall” yang mencakup keseluruhan mulai dari
penegasan, redistribusi tanah, penerbitan sertipikat, sampai akses reform. Harga satuan tersebut merupakan
harga satuan tertinggi.
No. DIPA Harga Satuan per Bidang (Rp) Peruntukan Wilayah
1. Tahun 2009 520.000,00 Daerah kepulauan
420.000,00 Diluar daerah kepulauan
2. Tahun 2010 450.000,00 Provinsi Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Banten
600.000,00 Provinsi Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Kalsel
Bengkulu, Gorontalo
750.000,00 Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Kalbar, Kalteng,
Sulsel, Sulbar
900.000,00 Provinsi Sulut, Sulteng, Sultra, NTB, Babel
1.100.000,00 Provinsi Maluku, Maluku Utara, NTT, Papua, Papua
Barat
3. Tahun 2011 450.000,00 Provinsi Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten
600.000,00 Provinsi Jambi, Sumsel, Lampung, Kalsel Bengkulu,
Gorontalo
750.000,00 Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Kalbar, Kalteng,
Sulsel, Sulbar
900.000,00 Provinsi Sulut, Sulteng, Sultra, NTB, Babel
1.100.000,00 Provinsi Maluku, Maluku Utara, NTT

Dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Redistol Tahun 2009, 2t010, dan 2011 dijelaskan bahwa
harga satuan adalah standar biaya “overall” yang mencakup keseluruhan kegiatan mulai dari
penegasan redistribusi tanah, penerbitan sertipikat, sampai akses reform. Harga satuan tersebut
merupakan harga satuan tertinggi. Khusus Juklak Redistol Tahun 2009, Juklak ini menampilkan
simulasi RAB yang mengalokasikan harga satuan untuk sub-sub kegiatan dalam redistol.
Sedangkan Juklak Redistol Tahun 2010 dan 2011 tidak menyajikan rincian harga satuan. Sampai
dengan pemeriksaan berakhir (24 November 2011), tim tidak memperoleh dokumen analisis dan
pertimbangan yang dijadikan dasar penyusunan harga satuan Tahun 2009 tersebut.

Pada Tahun 2009, belum ada Standar Biaya Khusus yang mengatur tarif biaya kegiatan redistol.
Standar Biaya Khusus yang mengatur tarif sertipikasi redistribusi tanah baru ditetapkan oleh
Menteri Keuangan pada Tahun 2010. Peraturan tersebut menetapkan tarif biaya sertipikasi
redistribusi tanah per bidang. Namun, tarif tersebut tidak mencakup keseluruhan kegiatan yang
harus dilaksanakan dalam redistol. Biaya yang diperlukan dalam sub kegiatan ‘pra penegasan
s.d. penegasan Tanah Obyek Landreform (TOL)’ dan sub kegiatan ‘akses reform’ belum diatur.

Biro Perencaan dan Kerja Sama Luar Negeri BPN menyatakan bahwa mulai Tahun 2010 harga
satuan redistol mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Alokasi biaya untuk sub kegiatan ‘sertipikasi redistribusi tanah’ telah mengacu Standar biaya
Khusus (SBK) yang berlaku di BPN sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
108/PMK.02/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang Standar Biaya Khusus Tahun Anggaran 2010.
Sedangkan anggaran biaya sub kegiatan ‘penegasan TOL’ dan ‘akses reform’ belum diatur
dalam standar biaya.
b. Kategori zona wilayah yang berlaku berubah, dari hanya dua zona wilayah pada Tahun 2009
menjadi lima zona wilayah pada Tahun 2010 dan 2011.
c. Kenaikan harga satuan yang terjadi pada Tahun 2010 didasarkan pada pertimbangan adanya
perbedaan kebutuhan anggaran biaya untuk zona wilayah yang berbeda.

Sedangkan pada Tahun 2011, tidak ada lagi penetapan Standar Biaya Khusus untuk kegiatan
redistol. Biaya sub-sub kegiatan redistol mengacu pada ketentuan masing-masing unit teknis
terkit, misal: biaya pengukuran/pemetaan mengacu pada ketentuan yang berlaku di Deputi
Bidang Survey, Pengukuran, dan Pemetaan. Padahal, tidak semua sub kegiatan memiliki standar
subyek, pra penegasan s.d. penegasan TOL, dan kegiatan akses reform. Hal ini menimbulkan
ketidakseragaman alokasi biaya redistol di unit pelaksana karena tidak ada standar biaya yang
dijadikan acuan.

KRITERIA

a. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 01/PM.2/2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang
Standar Biaya Umum (SBU) Tahun Anggaran 2010, Pasal 2 menyatakan SBU Tahun Anggaran
2010 digunakan sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga untuk menghitung
biaya kegiatan dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Tahun Anggaran 2010.
b. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 108/PMK.02/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang
Standar Biaya Khusus (SBK) Tahun Anggaran 2010, Pasal 1, ayat (1) menyatakan Standar
Biaya Khusus adalah standar biaya yang digunakan untuk ketygiatan yang khusus
dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga tertentu dan/atau di wilayah tertentu.
Pasal 1, ayat (2) menyatakan Standar Biaya Khusus sebagaimana dimaksu pada ayat (1)
dapat bersifat Indeks Biaya Satuan atau Indeks Biaya Kegiatan. Sedangkan Pasal 2
menyatakan bahwa Standar Biaya Khusus TA 2010 merupakan standar biaya paling tinggi
yang digunakan sebagai pedoman perhitungan alokasi biaya dalam penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga TA 2010.
c. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Redistol Tahun 2009, 2010, dan 2011 yang a.l. menetapkan
target bidang yang harus dicapai untuk setiap provinsi dan pagu anggaran yang harus ditaati
untuk per tahun anggaran. Namun, apabila terjadi perbedaan target dan anggaran pada
Juklak dengan yang dinyatakan dalam DIPA Kantor Wilayah, maka yang digunakan adalah
target dan anggaran pada DIPA Kantor Wilayah.

AKIBAT

Keadaan tersebut mengakibatkan kegiatan dalam redistol yang benar-benar dibutuhkan untuk
mencapai tujuan kegiatan tidak memperoleh alokasi biaya yang optimal. Selain itu, belum
adanya standar biaya untuk beberapa sub kegiatan dalam redistol membuka peluang
penyalahgunaan anggaran.

SEBAB

Hal tersebut disebabkan BPN tidak memformulasikan harga satuan kegiatan redistol sesuai
ketentuan yang berlaku dan lemahnya dokumentasi kegiatan perencanaan anggaran dan
kegiatan.

KOMENTAR INSTANSI (terlampir)


No. Temuan Tanggapan/Komentar Keterangan/Upaya Tindak Lanjut
2. Harga Satuan Kegiatan Redistol tidak 2.1 Dalam perencanaan kegiatan Redistol setiap 2.1.a. Untuk tahun 2011 tidak diperlukan
sepenuhnya didasarkan Standar Biaya tahun sudah mengacu dan didasarkan kepada standar biaya khusus karena masih
Umum/Khusus yang berlaku dan alokasi harga satuan standar biaya umum/khusus memberlakukan standar biaya khusu
Biaya per Sub Kegiatan tidak sesuai Rincian yang berlaku untuk tahun anggaran tahun 2010, khususnya untuk kegiatan
Anggaran Belanja bersangkutan. Namun perlu dijelaskan bahwa sertipikasi.
berdasarkan Permenkeu nomor
108/PMK.02/2009 tanggal 12 Juni 2009 untuk 2.1.b. Saat ini sedang disusun indeks standar
Tahun Anggaran 2010 telah diterbitkan biaya khusus untuk tahun 2012 (draft
standar biaya khusus untuk kegiatan terlampir)
sertipikasi redistribusi, sedangkan kegiatan
lainnya di luar sertipikasi tahun 2010 masih
mengacu kepada standar biaya umum.
Selanjutnya untuk tahun anggaran berikutnya
(2011), mengingat relatif tidak ada kenaikan
harga yang signifikan disamping lokasi obyek
relatif kondisinya sama, maka harga standar
biaya khusus tahun 2010 masih diberlakukan
untuk tahun 2011.

2.2 Adanya alokasi biaya per sub kegiatan tidak 2.2.a. Untuk menghindari terjadinya kesalahan
sesuai rincian anggaran belanja terjadi karena dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2011
kelemahan pemahaman SDM di lapangan dan tahun-tahun selanjutnya, kepada
terhadap pelaksana di lapangan (Kanwil BPN
Sulawesi Tenggara) diminta agar tidak
mengulangi kekeliruan dalam bentuk
pergeseran/penambahan alokasi
biaya/kegiatan/anggaran belanja. Hal ini
telah dipatuhi dan dipedomani oleh
pelaksana di lapangan.
2.3 Untuk menghindari terjadinya kelemahan
dalam pendokumentasian kegiatan
perencanaan anggaran (termasuk
formulasi harga satuan) dan kegiatan,
akan ditingkatkan koordinasi antar unit-
unit teknis terkait dengan Biro
Perencanaan dan Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Anggaran dalam
merencanakan dan menyusun
kegiatan/biaya redistribusi TOL tahun
mendatang. Konsep standar biaya khusus
yang akan diberlakukan dalam RAB
kegiatan redistol tahun 2012 terlampir.
3. SERAPAN DANA KEGIATAN REDISTOL RENDAH

KONDISI

Penggunaan dana redistol yang efektif adalah yang mampu memenuhi kriteria-kriteria berikut:
(1) serapan dana redistol sesuai capaian; (2) dana redistol dialokasikan untuk kegiatan yang
mendukung pencapaian target redistol; (3) alokasi dana sesuai kebutuhan masing-masing kantor
pertanahan; (4) pembiayaan ganda terhadap sub-sub kegiatan redistol dapat dicegah.

Serapan dana Tahun 2009

Rekapitulasi Laporan Fisik Kegiatan Redistol Tahun 2009 di Direktorat Landreform menunjukkan
serapan dana mencapai Rp 76.921.201.000,00 atau 56,94% dari anggaran sebesar Rp
135.100.000.000,00. Dua provinsi yang dibebani target kegiatan redistol Tahun 2009 karena
calon lokasi redistol tumpang tindih dengan kawasan hutan. Target redistol Tahun 2009
dibebankan pada 31 provinsi yang dapat dikategorikan berdasarkan persentase serapan dana
redistol sebagai berikut:

No. Persentase Serapan Dana Redistol Jumlah Provinsi Persentase Jumlah Provinsi
dibandingkan Anggaran
1. Serapan dana = 0% 2 provinsi 6,45%
2. 0% < Serapan dana < 50% 10 provinsi 32,26%
3. 50% ≤ Serapan dana ≤ 100% 19 provinsi 61,29%
Total 31 provinsi 100%

Serapan dana Tahun 2010

Rekapitulasi Laporan Fisik Kegiatan Redistol Tahun 2010 di Direktorat Landreform menunjukkan
serapan dana mencapai mencapai Rp 86.328.356.000,00 atau 57,74% dari anggaran sebesar Rp
149.502.500.000,00. Tiga provinsi yang dibebani target kegiatan redistol, Provinsi Riau,
Kalimantan Tengah, dan Papua tidak membelanjakan anggaran untuk redistol Tahun 2010
karena calon lokasi redistol di Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah tumpang tindih dengan
kawasan hutan. Sedangkan di Provinsi Riau, pemilik tanah adat tidak bersedia melepaskan hak
atas tanahnya kepada para penggarap dan belum adanya rekomendasi dari Dinas Kehutanan.
Target redistol Tahun 2010 dibebankan pada 31 provinsi yang dapat dikategorikan berdasarkan
serapan dana redistol sebagai berikut:

No. Persentase Serapan Dana Redistol Jumlah Provinsi Persentase Jumlah Provinsi
dibandingkan Anggaran
1. Serapan dana = 0% 3 provinsi 9,68%
2. 0% < Serapan dana < 50% 9 provinsi 29,03%
3. 50% ≤ Serapan dana ≤ 100% 19 provinsi 61,29%
Total 31 provinsi 100%

Latar belakang serapan dana redistol tidak optimal

Tingkat serapan dana redistol pada Tahun 2009 dan 2010 relatif sama, masing-masing sebesar
56,94% dan 57,74% dari anggaran. Apabila dibandingkan dengan tingkat capaian fisik penerbitan
sertipikat, timbul kesenjangan (gap) nilai, yaitu tingkat capaian jumlah sertipikat redistol yang
diterbitkan Tahun 2009 dan 2010 masing-masing sebesar 45,55% (100% x 141.220/310.000
bidang) dan 81,10% (100% x 170.713/210.500 bidang) dari target. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa sub kegiatan dalam redistol dilaksanakan pada tahun yang berbeda. Selain itu,
beberapa kegiatan yang dilaksanakan tidak dapat dibuat bukti pertanggungjawabannya.
Rendahnya serapan dana redistol pada Tahun 2009 dan 2010 disebabkan hal-hal berikut:

a. Data yang digunakan sebagai dasar perencanaan dan penetapan target kurang akurat.
Contoh: Pada Tahun 2009 Provinsi Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan tengah masing-
masing ditargetkan meredistribusi tanah sebanyak 10.000 bidang, 2.000 bidang, dan 2.000
bidang. Pada Tahun 2010, Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah dibebani target masing-
dmasing sebanyak 5.000 bidang dan 1.000 bidang. Ternyata calon lokasi redistol di provinsi-
provinsi tersebut tumpang tindih dengan kawasan hutan sehingga pada Tahun 2009 dan
2010 ketiga provinsi tersebut tidak dapat menerbitkan sertipikat redistol. Hal ini
berpengaruh langsung terhadap rendahnya serapan dana redistol secara keseluruhan.
b. Di beberapa daerah, kegiatan redistol dilaksanakan terhadap tanah yang telah melalui
proses IP4T, sehingga tidak memerlukan pengukuran dan pemetaan bidang tanah lagi. Oleh
karena beberapa sub kegiatan dalam redistol tidak dilaksanakan, maka serapan dana
otomatis akan berkurang.
c. Pelaksana di beberapa daerah kesulitan untuk membuat bukti pertanggungjawaban
mengenai penyuluhan,pengukuran dan pemetaan yang didalamnya mengandung komponen
biaya penginapan/akomodasi. Hal ini terjadi karena lokasi redistol yang pada umumnya jauh
dari pusat kota sehingga tidak tersedia penginapan/hotel yang umumnya mengeluarkan
tanda bukti pembayaran akomodasi. Biasanya pelaksana menginap di rumah penduduk atau
pejabat desa terkait.
d. Ketaatan beberapa Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan dalam melaksanakan kegiatan
redistol sesuai target waktu yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan relatif rendah
sehingga siklus kegiatan redistol tidak dapat dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
Karena kegiatan redistol yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran tidak lengkap maka
penyerapan dana redistol untuk tahun yang bersangkutan tidak optimal.
e. Beberapa daerah mengalokasikan harga satuan per bidang redistol tidak berdasarkan
Rincian Anggaran Belanja yang disusun oleh Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri.
Harga satuan per bidang redistol dialokasikan untuk beberapa sub kegiatan yang tidak perlu
dilaksanakan dalam kegiatan redistol pada tahun yang bersangkutan.

KRITERIA

Petunjuk Pelaksanaan Redistol Tahun 2009, 2010, dan 2011 a.l. menyatakan target redistol
tahun terkait dan tujuan Juklak agar pelaksanaan redistol sesuai dengan tahapan kegiatan
pelaksanaan dan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.

AKIBAT

Kondisi tersebut mengakibatkan kegiatan dalam redistol yang benar-benar dibutuhkan untuk
mencapai tujuan dan target kegiatan tidak memperoleh alokasi biaya yang optimal.

SEBAB

Kondisi tersebut terjadi karena BPN kurang memperhatikan kebutuhan riil kegiatan dan kondisi
kawasan dalam perencanaan dan penganggaran kegiatan redistol.

KOMENTAR INSTANSI (terlampir)


3. Serapan dana kegiatan Redistol rendah dan 3. Capaian pelaksanaan redistribusi tanah idealnya 3. Perlu aturan yang jelas dari
tidak sesuai capaian fisik kegiatan harus berimbang antara fisik dan keuangan. Dalam Departemen Keuangan mengenai
pelaksanaannya, ditemui realisasi anggaran mekanisme pertanggungjawaban
redistribusi tanah lebih rendah dari pagu yang biaya atas kondisi daerah yang tidak
tersedia, sementara realisasi fisik ternyata lebih mempunyai fasilitas hotel/penginapan
tinggi apabila diperhitungkan dengan dana yang khususnya di daerah
telah dicairkan. pedesaan/terpencil agar tidak
mengganggu pelayanan pertanahan
Hal ini terjadi karena: dan merugikan petugas pelaksana.
a. Terdapat kegiatan-kegiatan lanjutan tahun
sebelumnya (sisa Redistol, Penegasan TOL Lama,
eks kegiatan IP4T) yang sebagian kegiatannya
sudah dibiayai sebelumnya, namun masih
diperhitungkan/dialokasikan pembiayaannya
secara penuh pada tahun selanjutnya untuk
penyelesaian final kegiatan (tahun sebelumnya
hanya direalisasikan sampai sub kegiatan/tahapan
seperti penegasan dan/atau pengukuran bidang);
b. Beberapa kegiatan dalam pelaksanaannya tidak
dicairkan anggarannya oleh petugas di lapangan
karena yang bersangkutan kurang memahami dan
mendapat kesulitan dalam kbentuk
pertanggungjawaban keuangan untuk kegiatan-
kegiatan tertentu, seperti pertanggungjawaban
biaya penginapan di desa-desa daerah pedalaman,
dimana petugas terpaksa menginap di rumah
penduduk atau di rumah Kepala Desa karena tidak
ada hotel atau penginapan di lokasi tersebut.
4. PEMBIAYAAN GANDA TERJADI PADA KEGIATAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN KELILING
DAN BIDANG TANAH OBYEK LANDREFORM DI KOTA PALEMBANG

KONDISI

Penggunaan dana redistol yang efektif adalah yang mampu memenuhi kriteria-kriteria berikut:
(1) serapan dana redistol sesuai capaian; (2) dana redistol dialokasikan untuk kegiatan yang
mendukung pencapaian target redistol; (3) alokasi dana sesuai dengan kebutuhan masing-
masing kantor pertanahan; (4) pembiayaan ganda terhadap sub-sub kegiatan redistol dapat
dicegah.

Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pertanggungjawaban keuangan kegiatan redistol pada


Kantor Pertanahan Kota Palembang di Desa Pulokerto, Kecamatan Gandus, menunjukkan hal-hal
berikut:

a. Obyek redistol di Desa Pulokerto Tahun 2009 berasal dari Inventarisasi Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) Tahun 2008, sehingga kegiatan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah telah dilaksanakan pada Tahun 2008.
b. Obyek redistol di Desa Pulokerto Tahun 2010 berasal dari kegiatan IP4T tahun 2009,
sehingga pengukuran dan pemetaan bidang tanah telah dilaksanakan pada Tahun 2009.

Pengukuran dan pemetaan di Desa Pulokerto, Kecamatan Gandus, Kota Palembang Tahun 2009,
hanya menghasilkan satu laporan untuk kegiatan IP4T, berupa data ukur dan daftar koordinat.
Sedangkan pengukuran dan pemetaan di lokasi yang sama untuk kegiatan redistol tidak
menghasilkan laporan.

Berdasarkan wawancara dengan petugas ukur terkait diketahui bahwa pengukuran dan
pemetaan di Desa Pulokerto hanya dilaksanakan satu kali untuk kegiatan IP4T. Sedangkan
pengukuran dan pemetaan untuk kegiatan redistol tidak dilaksanakan. Namun, dana untuk
kegiatan tersebut sebesar Rp 75.000.000,00 (2 x Rp 37.500.000,00) telah dicairkan dan petugas
ukur telah menandatangani kuitansi pembayaran uang lelah tersebut.

KRITERIA

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform Tahun 2011 poin IV.
Anggaran antara lain menyatakan agar menghindarkan pembiayaan ganda apabila tanah-tanah
yang tersedia adalah tanah-tanah pada lokasi hasil IP4T, baik tanah negara maupun tanah obyek
landreform.

AKIBAT

Kondisi tersebut mengakibatkan pengeluaran kegiatan redistol yang tidak dapat


dipertanggungjawabkan senilai Rp 75.000.000,00 (2 x Rp 37.500.000,00). Anggaran biaya
tersebut seharusnya dapat dialokasikan untuk kegiatan lain yang lebih dibutuhkan untuk
mencapai target dan tujuan program landreform.

SEBAB

Kondisi tersebut terjadi karena pengawasan Kantor Wilayah BPN Provinsi Sumatera Selatan
untuk mencegah pembiayaan ganda terhadap sub-sub kegiatan redistol lemah.

KOMENTAR INSTANSI (terlampir)


4. Pembiayaan ganda terjadi pada kegiatan 4. Adanya pembiayaan ganda yang ditemui pada 4. Kepada Kanwil BPN Provinsi Sumatera
pengukuran dan pemetaan keliling dan kegiatan pengukuran dan pemetaan keliling serta Selatan diminta untuk meneliti kembali
bidang tanah obyek landreform di Kota bidang tanah obyek landreform di Kelurahan dugaan kebenaran pembiayaan ganda
Palembang. Pulokerto, Kota Palembang sebanyak 500 bidang tersebut untuk selanjutnya menyegerakan
dapat dijelaskan bahwa: pengembaliannya ke kas negara (surat
 Semula direncanakan pengukuran sebanyak terlampir).
500 bidang akan tetapi dalam evaluasi
pelaksanaan diperkirakan target tersebut sulit
untuk dicapai pada tahun yang bersangkutan,
maka lokasinya dialihkan, dengan menerbitkan
surat tugas baru, ke Kelurahan Kramasan yang
merupakan obyek lokasi kegiatan IP4T tahun
2009 yang kondisinya lebih memungkinkan
untuk memenuhi pencapaian target sertipikasi
sebanyak 500 bidang tersebut (orientasi
pencapaian target/kinerja) karena praktis
hanya memerlukan kegiatan-kegiatan tahap
akhir untuk terbitnya sertipikat.
 Terhadap kegiatan pengukuran di Kelurahan
Pulokerto yang disinyalir dibiayai kembali
dengan kegiatan IP4T tahun 2010 akan diteliti
kembali dan segera dipertanggungjawabkan
termasuk pengembalian ke kas negara atas
kelebihan pembiayaan tersebut.
5. DATA KEGIATAN REDISTOL KURANG AKURAT DAN TIDAK KONSISTEN

KONDISI

Data merupakan sumber daya yang vital dalam pelaksanaan kegiatan redistol. Agar kegiatan
redistol berjalan efektif, kuantitas dan kualitas data harus memadai. Data yang ada seharusnya
menyediakan informasi yang cukup untuk melaksanakan redistol yang ditargetkan. Selain itu,
data harus akurat dan konsisten antara dokumen yang satu dengan yang lain.

Dalam Rapat Dengar Pendapat antara BPN dengan Komisi II DPR tanggal 1 Desember 2009,
Kepala BPN a.l. menyatakan bahwa Reforma Agraria bisa berhasil baik jika 7 (tujuh) prasyarat
dipenuhi, salah satunya adalah ketersediaan data dan informasi yang memadai.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa data kegiatan redistol kurang akurat dan tidak
konsisten, baik pada data subyek maupun obyek redistol.

KRITERIA

Petunjuk Pelaksanaan Redistol Tahun 2009, 2010, dan 2011 pada ‘Hal yang Perlu Mendapat
Perhatian’ a.l. menyatakan petani peserta redistribusi harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud PP No 224 tahun 1961 Pasal 8 dan 9. Tanah-tanah yang diredistribusi
adalah tanah yang telah ditegaskan menjadi obyek landreform dan clean and clear secara fisik
dan yuridis atau bukan tanah sengketa atau yang diklaim pihak lain. Terhadap subyek maupun
obyek yang bermasalah atau dikhawatirkan akan mendapat permasalahan di kemudian hari
perlu dilakukan penelitian untuk selanjutnya dibawa ke sidang panitia pertimbangan landreform.

Selain itu, penting sekali diperhatikan mengenai konsistensi data yang ada di dalam berkas, a.l.
mengenai luas obyek (termasuk penguasaan terbesar dan terkecil dalam Risalah Pengolahan
Data/RPD), jumlah bidang, jumlah penggarap (KK), nama administrasi yang tercantum dalam
Surat Permohonan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, Riwayat Tanah, SKPT atau SKT,
Berita Acara PPL/Rekomendasi Bupati/Walikota, Berita Acara Hasil Peninjauan Lapang,
Rekomendasi dari Dinas/Instansi terkait, Daftar Penggarap dan Peta Keliling, Peta Situasi dan
Petunjuk Lokasi, dan RPD.

AKIBAT

Kondisi tersebut mengakibatkan administrasi pembuatan sertipikat dan kepastian hukum


kepemilikan tanah dari redistol tidak terjamin.

SEBAB

Kondisi tersebut terjadi karena proses inventarisasi/identifikasi dan seleksi subyek/obyek


redistol tidak berjalan dengan baik dan pelaksana kurang memahami pentingnya keakuratan dan
kekonsistenan data pendukung pembuatan sertipikat.

KOMENTAR INSTANSI (terlampir)


5. Data Kegiatan Redistol kurang akurat 5. Pada prinsipnya data subyek kegiatan Redistribusi Tanah 5. Untuk meningkatkan akurasi
dan tidak konsisten diperoleh dari bukti identitas diri berupa Kartu Tanda data kegiatan Redistribusi
Penduduk (KTP). Namun karena lokasi kegiatan Redistribusi Tanah, akan dilakukan
Tanah umumnya berada di pedesaan bahkan sebagian sangat penajaman mekanisme
jauh dari ibu kota kecamatan, sehingga banyak subyek calon inventarisasi dan seleksi subyek
penerima manfaat yang tidak/belum mempunyai Kartu Tanda calon penerima manfaat di
Penduduk (KTP). Untuk itu maka solusinya adalah mengambil dalam Petunjuk Pelaksanaan
data identitas yang termuat dalam Surat Keterangan Domisili Kegiatan Landreform yang
atau surat keterangan lainnya yang dibuat oleh Kepala Desa sedang disusun (draft
setempat. Keterangan Domisili yang diterbitkan oleh terlampir).
pemerintahan desa ini ternyata mengandung kelemahan,
karena dalam beberapa temuan dalam uji petik menunjukan
ada yang tidak lengkap, belum ditandatangani atau penulisan
ejaan nama subyek yang tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai