KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan Modul Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Tingkat II. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar peserta diklat
dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan penyusunan
modul di masa akan datang.
Terima kasih.
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
A. DESKRIPSI SINGKAT .................................................................................................. 3
B. MANFAAT MODUL BAGI PESERTA DIKLAT ............................................................. 3
C. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 3
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ............................................................. 4
E. ESTIMASI WAKTU ....................................................................................................... 4
F. PETUNJUK BELAJAR .................................................................................................. 4
BAB II POLA PIKIR ASN................................................................................................................. 5
A. KONSEP DASAR POLA PIKIR .................................................................................... 5
B. PROSES TERBENTUKNYA POLA PIKIR ................................................................... 6
C. JENIS-JENIS POLA PIKIR ........................................................................................... 8
D. HAMBATAN POLA PIKIR ........................................................................................... 16
E. MENJAGA DAN MEMELIHARA POLA PIKIR ............................................................ 18
F. KONSEP DIRI PNS .................................................................................................... 21
G. MINDSETTING (POLA PIKIR) YANG MENENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU ...... 24
H. POLA PIKIR, SIKAP DAN PERILAKU ASN YANG DIKEHENDAKI .......................... 27
I. MERUBAH POLA PIKIR, SIKAP, DAN PERILAKU NEGATIF KE POLA PIKIR, SIKAP,
DAN PERILAKU POSITIF .......................................................................................... 27
J. POLA PIKIR MENGHAMBAT PERUBAHAN ............................................................. 28
K. KETERKAITAN ANTARA POLA PIKIR DAN KEGIATAN PTSL ................................ 30
RANGKUMAN ...................................................................................................................... 32
LATIHAN .............................................................................................................................. 32
BAB III KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK DAN PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK DI
LINGKUNGAN BPN ....................................................................................................................... 33
A. RUANG LINGKUP KODE ETIK.................................................................................. 33
B. KEWAJIBAN DAN LARANGAN DALAM PENUGASAN ............................................ 41
C. PENGHARGAAN DAN SANKSI ................................................................................. 43
RANGKUMAN ...................................................................................................................... 51
LATIHAN .............................................................................................................................. 51
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahwa Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum
oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia;
b. Bahwa untuk percepatan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud Pasal 19
UUPA perlu dilaksanakan pendaftaran tanah pertama kali secara masal melalui
Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang merupakan
salah satu Program Prioritas Nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Menurut UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan
bahwa Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah.
Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi
tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik; pelayan publik; dan
perekat dan pemersatu bangsa. Tugas Pegawai ASN adalah:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkuali tas; dan
A. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini memfasilitasi peserta Diklat PTSL Tk I dan Tingkat II sehingga
mampu memiliki kesadaran mengubah pola pikir sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN), dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya perubahan sikap dan
perilaku ASN sebagai pelayan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan
prima dan praktik pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Dalam Modul ini akan
dibahas Konsep Dasar Pola Pikir, Jenis Pola Pikir, Hambatan Pola Pikir, Konsep Diri
ASN.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan memiliki kompetensi yaitu
memahami dasar – dasar pembentukan mindsetting untuk mensukseskan pekerjaan
PTSL. Sedangkan indikator keberhasilan dari modul mata diklat ini adalah :
1. Peserta mengetahui konsep pembentukan pola pikir
2. Peserta mengetahui kode etik pelayanan publik dan penyelenggara pelayanan
publik di lingkungan BPN
3. Peserta memahami pola pikir dan kegiatan anti korupsi
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran
”Mindsetting” sebagai upaya persiapan kegiatan PTSL 5 Jam Pelatihan (5 JP).
F. PETUNJUK BELAJAR
Peserta diharapkan dapat memiliki kompetensi pada mata diklat ini dengan
membaca seluruh modul ini. Kemudian peserta perlu menyimak dengan baik
penjelasan yang disampaikan oleh fasilitator serta mendiskusikan dengan sesama
peserta di dalam diskusi kelompok.
BAB II
POLA PIKIR ASN
Indikator Keberhasilan : peserta diharapkan dapat memahami konsep dasar pola pikir, jenis pola
pikir, hambatan pola pikir dan konsep diri PNS
bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang dimana seluruh informasi tersimpan.
Pengalaman yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang membentuk pola
pikir seseorang. Rekaman bawah sadar ini berasal dari lingkungan dimana dia
berada.Pengaruh lingkungan tersebut di antaranya adalah lingkungan keluarga,
lingkungan sosial, adat istiadat, serta lingkungan pergaulan seseorang.
Untuk meneropong masa depan berawal dari membangun pola pikir. Ada
banyak hal, termasuk tantangan, pilihan dan menentukan arah sesuai keinginan
melihat masa depan. Pakar psikologi Howard Gardner menuangkan ide dalam
bukunya ‘Five Mind for the Future’,
Pertama, mulai dari pikiran yang disipilin.Artinya berangkat dari suatu perilaku yang
mencirikan disiplin ilmu, keterampilan pada suatu profesi.
Kedua, pikiran yang dapat menyerap berbagai informasi dari beragam
sumber.Kemudian memahami dan meraciknya menjadi suatu pengetahuan yang
baru.
Ketiga, pikiran yang mencoba membentangkan pertanyaan tak terduga, termasuk
memaparkan cara berpikir baru. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu
berpikir secara lateral dan bukan sekedar berpikir linear.
Empat, pola pikir menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan
dengan sikap saling curiga.
Kelima. pola pikir etis. Inilah pola pikir yang membujuk membangun kemuliaan dan
keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita.
2. Keluarga
Setelah orangtua, kita melihat dunia lain, yaitu keluarga : saudara laki-laki, saudara
perempuan, kakek, nenek, paman, bibi, dan anak-anak mereka. Dari mereka akal
akan menangkap informasi yang telah ada. Dengan demikian, proses
pembentukan pikiran semakin kuat.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita : tetangga, tukang
sayur, sopir taksi, dan semua orang yang tinggal di lingkungan kita. Akal terus
mengikat informasi yang didapat dari luar dan disatukan dengan informasi yang
sudah tersimpan di alam bawah sadar. Dengan begitu, proses pembentukan pikiran
semakin kuat.
4. Sekolah
Sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran maka
kita akan dengan mudah meniru apa yang ada di sekolah, baik yang positif maupun
negatif. Semua itu memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada
sehingga menjadi semakin kuat di alam bawah sadar.
5. Teman
Teman itu paling penting setelah orangtua. Berteman merupakan aktualisasi diri
pertama dalam kehidupan karena kita sendiri yang menentukan pilihan, tanpa
pengaruh orangtua. Sangat mungkin kita belajar perilaku negatif dari teman.
Semua itu ikut mempengaruhi proses pembentukan pikiran kita.
6. Media massa
Sebagian besar remaja menonton televisi cukup lama hingga lima puluh jam dalam
seminggu. Mereka akan terpengaruh oleh apa yang ditonton, positif atau negatif.
Hal ini memperkaya proses pembentukan pikiran setiap orang sehingga menjadi
semakin kuat dan mendalam dibandingkan sebelumnya.
7. Diri sendiri
Sekian sumber eksternal turut memperkuat terbentuknya pikiran. Pikiran itu
kemudian membentuk keyakinan dan prinsip yang kuat. Selanjutnya kita bisa
menambahkan sikap baru yang positif atau negatif. Akal menggabungkan sikap
baru itu dengan data-data sebelumnya sehingga proses pembentukan pikiran
semakin kuat dan mendalam. Dengan demikian, kita mampu beradaptasi dalam
menghadapi dunia luar. Kemampuan inilah yang menentukan kita sukses atau
gagal dan bahagia atau sengsara.
f) Pola pikir seorang yang mandiri. Tidak terlalu memikirkan perasaan orang
lain sehingga orang lain dapat merasa bebas.
Carol S Dweck, P.hD dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa : “One of
the most basic beliefs we carry about ourselves, Dweck found in her research, has to
do with how we view and inhabit what we consider to be our personality. A “fixed
mindset” assumes that our character, intelligence, and creative ability are static givens
which we can’t change in any meaningful way, and success is the affirmation of that
inherent intelligence, an assessment of how those givens measure up against an
equally fixed standard; striving for success and avoiding failure at all costs become a
way of maintaining the sense of being smart or skilled.
A “growth mindset,” on the other hand, thrives on challenge and sees failure not
as evidence of unintelligence but as a heartening springboard for growth and for
stretching our existing abilities. Out of these two mindsets, which we manifest from a
very early age, springs a great deal of our behavior, our relationship with success and
failure in both professional and personal contexts, and ultimately our capacity for
happiness”.
"Salah satu keyakinan paling mendasar yang kita bawa tentang diri kita sendiri,
menurut pendapat Dweck dalam penelitiannya, berkaitan dengan bagaimana kita
memandang dan menghuni apa yang kita anggap sebagai kepribadian kita. Sebuah
"pola pikir tetap" mengasumsikan bahwa karakter, kecerdasan, dan kemampuan
kreatif kita adalah dorongan statis yang tidak dapat kita ubah dengan cara yang
berarti, dan kesuksesan adalah penegasan dari kecerdasan inheren itu, penilaian
tentang bagaimana orang-orang tersebut mengukur melawan yang sama standar
tetap; berjuang untuk sukses dan menghindari kegagalan dengan segala cara menjadi
cara mempertahankan rasa menjadi pintar atau terampil.
Sebuah "mindset berkembang", di sisi lain, tumbuh subur dalam tantangan dan
melihat kegagalan bukan sebagai bukti ketidakmampuan tapi sebagai batu loncatan
untuk pertumbuhan dan untuk memperluas kemampuan kita yang ada. Dari dua pola
pikir ini, yang kita wujudkan sejak usia dini, menunjukkan banyak perilaku kita,
hubungan kita dengan kesuksesan dan kegagalan baik dalam konteks profesional
maupun pribadi, dan pada akhirnya kapasitas kita untuk kebahagiaan".
“The growth mindset says all of these things can be developed. All — you, your
partner, and the relationship — are capable of growth and change. In the fixed mindset,
the ideal is instant, perfect, and perpetual compatibility. Like it was meant to be. Like
riding off into the sunset. Like “they lived happily ever after.”
"Pola pikir bertumbuh mengatakan semua hal ini dapat dikembangkan. Semua -
Anda, pasangan Anda, dan hubungannya - mampu tumbuh dan berubah. Dalam pola
pikir tetap, ideal adalah kompatibilitas instan, sempurna, dan abadi. Seperti itu
dimaksudkan untuk menjadi. Seperti naik ke matahari terbenam. Seperti "mereka
hidup bahagia selamanya."
Jenis Pola Pikir menurul Carol S Dweck, P.hD (dalam Maria Popova : 2014)
terbagi menjadi 2 yaitu Gifted Mindset dan Growth Mindset. Carol Dweck adalah
seorang profesor yang aktif mengajar di Stanford University, California, Amerika. Ia
mengkatagorikan dua tipe orang ditinjau dari cara berpikir : Growth mindset dan fixed
mindset.
Growth mindset adalah tipikal orang yang tidak mudah menyerah. Mereka yang
berada dalam katagori ini condong berpikir positif tentang kemampuan mereka dan
mampu memperbaiki diri dengan melihat sisi kelemahannya dalam segala hal.
Kebanyakan orang dengan cara berpikir growth mindset percaya bahwa kemampuan
seseorang itu adalah dinamis dan bisa diperbaiki dengan usaha yang baik. Sebagai
contoh, mereka yang tergolong dalam growth mindset ketika mengalamj kegagalan
akan kembali mencoba dan belajar dari kesalahan atas kegagalannya. Motivasi
mereka akan muncul karena tingkat kepercayaan akan kemampuan mereka selalu
mengarah ke sisi positif. Bagaimana proses menumbuhkan pola pikir agar
berkembang, sebagaimana dirilis oleh Grestein, Ed.D.
Disisi lain, Fixed mindset adalah tipikal orang yang gampang menyerah dan
condong menyalahkan kelemahan dalam diri mereka. Orang-orang seperti ini selalu
melihat sisi negatif dalam diri mereka dan menganggap kegagalan sebagai akhir dari
segalanya. Mereka yang tergolong dalam fixed mindset condong berpikir negatif jika
mengalami kegagalan dalam segala hal dan mudah putus asa tanpa mau mencoba
kembali serta menyalahkan takdir. Mereka menganggap kegagalan adalah akhir dari
segalanya dan tidak bisa diperbaiki karena bagi mereka kemampuan seseorang selalu
statis dan tidak bisa dirubah.
Jika melihat lebih dalam faktor kecendrungan seseorang menjadi bagian dari
growth mindset atau fixed mindset bisa disebabkan dari pola asuh yang salah ketika
kecil. Banyak sekali orang tua yang salah mendidik anak sehingga mereka banyak
yang terjebak dalam dunia fixed mindset. Beberapa diantaranya seperti
mengharapkan anak mendapatkan nilai bagus di sekolah tanpa melihat proses
bagaimana seorang anak mendapatkan nilai tersebut. Dalam teori growth mindset
seharusnya seorang pendidik (orang tua khususnya) harus menghargai proses belajar
seorang anak ketimbang hasil yang dicapainya. Ketika orang tua menghargai anak
akan usahanya maka ia akan termotivasi untuk berusaha lebih keras. Tidak mengapa
jika nantinya nilai yang di dapat justru tidak sesuai harapan karena justru ia akan
belajar dari usahanya.
Tidak sedikit orang tua mengharapkan anaknya menjadi pinter tapi tidak
memberikan dukungan dalam proses anak belajar. Sudah menjadi tradisi dalam
budaya timur bahwa nilai mewakili kecerdasan seseorang tanpa mau melihat
bagaimana nilai tersebut berefek pada cara berpikir anak. Orang tua yang bangga
dengan nilai rapor yang bagus hanya akan melahirkan anak yang tergelincir ke
golongan fixed mindset, mereka akan puas dengan nilai dan ketika mengalami
kegagalan akan sulit bangun untuk mau mencoba. Ini tidak lain karena mereka jarang
mendapat stimulasi dan ap
resiasi akan usahanya dalan mencapai nilai. Anehnya anak-anak dengan nilai
bagus di sekolah hanya unggul disisi akademik tapi lemah disisi interaksi sosial, walau
ada sebagian yang bagus keduanya namun sangat sedikit.
Hal lain yang menyebabkan seseorang tergolong kedalam fixed mindset adalah
dikarenakan pola pengajaran yang salah di sekolah. Sama seperti orang tua, guru
memiliki andil besar dalam membentuk kepribadian seorang siswa. Siswa yang selalu
dinilai pandai karena kemampuannya akan puas dengan apa yang ia dapatkan.
Sedangkan siswa dengan kemampuan dibawah rata-rata ketika mereka di bimbing
dengan baik dan guru mengapresiasi usaha mereka malah siswa seperti ini akan
selalu berani mencoba walau gagal berulang kali.
Hal-hal kecil yang mendasar seperti appresiasi dan dukungan dalam proses
akan membentuk seseorang menjadi growth mindset. Sebaliknya, menghargai hasil
tanpa melihat proses hanya akan membentuk tipe fixed mindset. Tentu tidak mudah
menjadi tipikal growth mindset jika hidup di lingkungan yang tidak menghargai usaha
seseorang dna malah melihat sesuatu dari hasil akhir. Hal utama yang perlu dilakukan
erlebih kepada orang tua dan pendidik yaitu mendukung sang anak untuk terus
mencoba ketika ia salah tanpa menghakiminya lebih dini. Yakinkan sang anak bahwa
usahanya itu lebih penting ketimbang hasil yang ia capai. Nantinya ia akan belajar
bahwa kemauan untuk bisa dan berani mencoba adalah kunci kesuksesan.
menemukan dalam dua dekade penelitiannya dengan anak-anak dan orang dewasa,
sungguh luar biasa. Dia menulis:
Selama dua puluh tahun, penelitian saya menunjukkan bahwa pandangan yang
Anda adopsi untuk diri Anda sendiri sangat mempengaruhi cara Anda menjalani hidup
Anda. Ini dapat menentukan apakah Anda menjadi orang yang Anda inginkan dan
apakah Anda memenuhi hal-hal yang Anda hargai. Bagaimana ini bisa terjadi?
Bagaimana bisa kepercayaan sederhana memiliki kekuatan untuk mengubah
psikologi Anda dan, sebagai hasilnya, hidup Anda?
Percaya bahwa kualitas Anda diukir di batu - pola pikir tetap - menciptakan
urgensi untuk membuktikan diri Anda berulang-ulang. Jika Anda hanya memiliki
sejumlah kecerdasan, kepribadian tertentu, dan karakter moral tertentu - yah, maka
Anda sebaiknya membuktikan bahwa Anda memiliki dosis yang sehat dari mereka. Ini
tidak akan berguna untuk melihat atau merasa kurang memiliki karakteristik dasar ini.
Saya telah melihat begitu banyak orang dengan tujuan yang satu ini untuk
membuktikan diri mereka sendiri - di kelas, dalam karir mereka, dan dalam hubungan
mereka. Setiap situasi menuntut konfirmasi kecerdasan, kepribadian, atau karakter
mereka. Setiap situasi dievaluasi: Apakah saya akan berhasil atau gagal? Apakah
saya akan terlihat cerdas atau bodoh? Akankah saya diterima atau ditolak? Apakah
saya akan merasa seperti pemenang atau pecundang ? .
Ada pola pikir lain di mana sifat-sifat ini bukan sekadar tangan yang harus
ditangani dan harus Anda jalani, selalu berusaha meyakinkan diri sendiri dan orang
lain bahwa Anda memiliki kemilau kerajaan saat Anda diam-diam khawatir itu adalah
sepasang puluhan. Dalam pola pikir ini, tangan yang Anda tangani hanyalah titik awal
untuk pembangunan. Pola pikir pertumbuhan ini didasarkan pada keyakinan bahwa
kualitas dasar Anda adalah hal yang dapat Anda kembangkan melalui usaha Anda.
Meskipun orang mungkin berbeda dalam segala hal - dalam bakat awal dan bakat,
minat, atau temperamen mereka - setiap orang dapat berubah dan tumbuh melalui
penerapan dan pengalaman.
Apakah orang-orang dengan pola pikir ini percaya bahwa siapapun bisa menjadi
apa saja, siapa pun yang memiliki motivasi atau pendidikan yang tepat dapat menjadi
Einstein atau Beethoven? Tidak, tapi mereka percaya bahwa potensi sejati seseorang
tidak diketahui (dan tidak dapat diketahui); bahwa tidak mungkin untuk meramalkan
apa yang bisa dicapai dengan hasrat, kerja keras, dan bertahun-tahun.
13) Masing-masing bekerja sesuai dengan uraian tugas yang ada dan belum optimal
untuk bekerjasa sama dengan unit lain.
14) Sifat individualisme lebih menonjol dibandingkan kebersamaan.
15) Tidak ada sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai melanggar aturan.
Budaya KKN yang menjiwai sebagian aparat.
16) Tingkat kesejahteraan yang kurang memadai.
Pengaruh budaya prestise yang lebih menonjol, sehingga aspek rasionalitas
sering dikesampingkan.
17) Sistem seleksi (rekruitmen) yang masih kurang transparan.
18) Tidak berani tegas, karena khawatir mendapat reaksi yang negatif.
19) Banyak aparatur belum memahami makna keadilan dan keterbukaan.
Mengubah pola pikir (Juni Pranoto, 2007) berarti berusaha menggeser pola pikir
negatif (tetap) tersebut, menjadi pola pikir positif (berkembang).
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian ditegaskan bahwa untuk kelancaran penyelengggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada penyempurnaan
aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil.
yang mengikuti alur-alur aturan atau norma-norma yang sesuia dengan gaya hidup
teratur misalnya: Makan-minum teratur, Olahraga yang teratur, berkeluarga
mengikuti aturan (Tidak selingkuh). Selanjutnya pola hidup sehat secara rohani
ialah pola hidup yang mengikuti petunjuk-petunjuk sebagaimana yang diwajibkan
ataupun yang disunahkan berdasarkan norma-norma agama ataupun adat istiadat
yang berlaku ditengah-tengah masyarakat, misalnya: Menjalankan ibadah secara
teratur.
Petugas PTSL tidak terlepas dari status PNS sehingga dalam bertindak harus
mencerminkan konsep diri PNS. Perilaku positif yang ditunjukkan oleh petugas PTSL
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program PTSL. Hal tersebut karena PTSL
melibatkan peran masyarakat dalam mengumpulkan data fisik dan yuridis. Dengan
demikian keberhasilan program PTSL ditunjang oleh konsep diri positif petugas PTSL.
Adapun konsep diri positif PNS antara lain dengan menunjukan sikap perilaku
(1) bekerja sebagai Ibadah, (2) menghindari sikap tidak terpuji, (3) bekerja profesional,
(4) meningkatkan kompetensi dirinya secara terus menerus, (5) bertindak sebagai
pelayan masyarakat, (6) Bekerja berdasarkan peraturan yang berlaku, (7) bersikap
terbuka dan realistis sehingga tidak rentan terhadap perubahan, (8) mampu bekerja
dalam tim.
Perubahan Pola Pikir diperlukan karena, dengan adanya perubahan pola pikir
diharapkan PNS mampu mengembangkan pola pikir yang positif dan meminimalisasi
pola pikir dirinya yang negatif. Ini berarti akan mensukseskan tugas dan peranan PNS
sebagai abdi negara, abdi masyarakat, dan pelayan masyarakat.
Berikut hal yang dapat kamu pikirkan tentang perbedaan orang yang percaya diri
dan tidak percaya diri :
1. Karakteristik atau ciri-ciri individu yang percaya diri.
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri
yang proporsional, diantaranya adalah:
Personal Mastery, Mental Model, Share Vision, Learning Organization dan System
Thinking.
tersebut dibesarkan, lingkungan sosial, nilai tradisi budaya setempat, serta lingkungan
pergaulan masyarakat sekitarnya.
Kesemuanya tersebut direkam secara permanen dalam pikiran bawah sadarnya.
Rekaman akan muncul dalam pikiran apabila ada rangsangan yang membangkitkan
rekaman tersebut untuk berputar kembali secara utuh. Pertanyaannya adalah pola
pikir yang bagaimanakah yang terekam dalam diri seseorang? Hal ini sangat
tergantung dari input (masukan) ke dalam otak seseorang. Pola pikir yang telah
tertanam dan mengakar dalam dirinya tersebut akan terlihat dalam pola perilaku
sehari-hari.
Dengan demikian faktor dominan yang membentuk pola pikir seseorang adalah
lingkungan dimana dia berada. Pola pikir ini dapat memicu pelaksanaan pekerjaan
sekaligus juga menghambat pelaksanaan pekerjaan. Pola pikir yang kemudian
membentuk seseorang bersikap dan bertindak. Bila seseorang lebih dominan pola
pikir negatifnya maka yang tampak adalah sikap dan perilaku negatif. Sebaliknya bila
seseorang lebih cenderung berpola pikir positif, maka orang tersebut lebih bersikap
dan berperilaku positif.
Workshop Pengembangan Jati Diri dan Pola Pikir Bagi para pejabat struktural
dan Fungsional, 2003).Selanjutnya dikatakan bahwa pola pikir adalah pola yang
menetap dalam pikiran bawah sadar seseorang. Keyakinan merupakan bagian
dari pola pikir (mind setting, LPCD, 2005). Apakah pikiran bawah sadar itu?
Mel sandy (dalam Aspina Syarif 2014) dalam bukunya The piece of mind
mengatakan bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang dimana seluruh informasi
tersimpan. Pengalaman yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang
membentuk pola pikir seseorang.Rekaman bawah sadar ini berasal dari
lingkungan dimana dia berada. Pengaruh lingkungan tersebut di antaranya adalah
lingkungan keluarga, lingkungan sosial, adat istiadat, serta lingkungan pergaulan
seseorang.
Pertanyaannya adalah pola pikir yang bagaimanakah yang terekam dalam diri
seseorang? Hal ini sangat tergantung dari input yang masuk ke dalam otak
seseorang. Pola pikir yang sudah mengakar dalam dirinya tersebut akan terlihat
dalam pola perilakunya sehari-hari. Oleh karena itu faktor dominan yang membentuk
pola pikir seseorang adalah lingkungan dimana dia berada.Pola pikir ini dapat
memicu pelaksanaan pekerjaan sekaligus juga menghambat pelaksanaan pekerjaan.
Untuk meneropong masa depan berawal dari membangun pola pikir. Ada
banyak hal, termasuk tantangan, pilihan dan menentukan arah sesuai keinginan
melihat masa depan. Pakar psikologi Howard Gardner menuangkan ide dalam
bukunya ‘Five Mind for the Future’ , melaui uraian tentang teori kecerdasan majemuk
yang dia paparkan melalui serangkaian riset.
Kelima.
Pola pikir etis. Inilah pola pikir yang membujuk membangun kemuliaan dan keluhuran
dalam kehidupan personal dan profesional kita. Sebab pada akhirnya, bagaimana
mungkin menjadi ‘terbaik’ jika pola pikir masih berselimut dengki, cemburu, sok
tahu dan merasa hebat.
Berhati-hatilah pada orang yang berkata, “Cuma ada satu jawaban benar!”, dan
siap-siaplah Anda untuk diceramahi.
2. Rasa Puas
Orang yang sudah puas sangat sulit untuk menerima gagasan perubahan.
Orang-orang ini tidak dapat melihat alasan dilakukannya perubahan. Mereka
memegang teguh gagasan ‘kalau tidak rusak, untuk apa dibetulkan. Bentuk
resistensi terhadap perubahan seperti ini sebenarnya dapat dimaklumi. Karena
mereka melihat bahwa dengan perubahan yang akan dilakukan tidak ada jaminan
bahwa keadaan akan menjadi bertambah baik. Ibaratnya, bila Anda sukses, dan
telah menjalani gaya hidup tertentu yang nyaman, aman, menyenangkan.. apakah
terpikir Anda akan merubah gaya hidup Anda?
3. Proses Instant
Jaman sekarang adalah jamannya instant, seketika. Semuanya ingin
seketika. Baru bekerja, seketika ingin gaji besar, jabatan tinggi, tangan bersih.
Banyak pula perusahaan yang prosesnya belum rampung sudah mengharap hasil
yang nyata. Padahal prosesnya masih berjalan.
4. Pikiran Terpolarisasi
Pola pikir seperti ini masih lebih baik dibanding keabsolutan. Masalahnya
adalah, biasanya pola pikir seperti ini tendensinya seperti bandul jam dinding: kalau
tidak ke kiri ya ke kanan, selalu mengambil titik ekstrim. Buat mereka, tidak ada
jalan tengah. Ibaratnya, ketika menerapkan sistem yang baru, mereka
meninggalkan SEMUA hal-hal positif yang ada pada sistem yang lama. Padahal,
sistem yang lama juga ada positifnya.
5. Orang yang Terlalu Pandai
Orang-orang pandai terkadang mempunyai proses berfikir lebih cepat
dibanding orang awam. Pikiran mereka bagai komputer yang mampu memilah-
milah sejumlah besar data dengan petunjuk yang sedikit. Namun, mereka sering
gagal mempertimbangkan elemen-elemen yang seharusnya dijadikan faktor dalam
pengambilan keputusan dan secara khusus gagal mempertimbangkan
konsekuensi dari keputusan itu.
6. Angan-angan
Media telah membentuk kita menjadi orang yang suka berangan-angan. Iklan
TV misalnya, selalu menyajikan bahwa segala masalah itu mudah untuk
diselesaikan hanya dengan menggunakan prosuk tertentu. Sinetron-sinetron
menggambarkan mereka yang muda, kaya, cantik, tampan, berpenghasilan besar,
namun tidak bekerja atau bekerjanya sedikit sekali. Sebagai akhirnya, proses
berfikir mereka yang sering melihat tayangan-tayangan itu menjadi lebih dangkal
dan pendek.
7. Tidak Punya Keberanian
Tak punya keberanian tidak berarti jelek. Terkadang atas nama ‘keberanian’
yang terjadi adalah tindakan yang tidak dipikir panjang dan konyol. Yang sering
terjadi mengapa tidak terjadi perubahan ke arah lebih baik yang signifikan adalah,
karena kita tahu suatu hal yang bila dibiarkan dalam jangka panjang akan berefek
negatif, tetapi kita masih membiarkannya.
Pada saat seperti ini alangkah lebih baik bila kita bertanya kepada diri
sendiri,”Peran/tindakan apa yang dapat saya lakukan agar keadaan lebih baik?”,
sambil Anda mengumpulkan data – data yang dibutuhkan.
8. Gender
Walau pengaruhnya tidak sebesar bila dibanding hal-hal di atas, namun dalam
beberapa hal pikiran mengenai gender ini mempengaruhi pola pikir kita. Kita
memisahkannya sebagai hal-hal yang maskulin dan feminin. Ada hal-hal yang
sebaiknya di kerjakan pria dan ada yang sebaiknya di kerjakan oleh wanita. Namun,
batasan-batasan ini kini sudah banyak berkurang dibanding beberapa dekade lalu.
Peran Pola pikir disini sangat berperan dalam hal bagaimana cara pandang
seorang aparatur dalam menerima tantangan pekerjaan tambahan yang luarbiasa
tinggi, disisi lain harus juga melaksanakan pekerjaan rutin. Sementara sama halnya
dengan penyelesaian pekerjaan rutin, penyelesain kegiatan PTSL juga membutuhkan
kerjasama dengan pihak luar (external).
Cara pandang yang lebih mendominasi kearah positiflah yang seharusnya
dipergunakan dalam menyikapi kegiatan PTSL, bahwa melalui cara berfikir yang
bertumbuh dan berkembang, PTSL dijadikan sebagai sarana memberikan yang
terbaik bag lembaga ini, pengabdian bagi masyarakat dan memberikan layanan yang
terbaik bagi masyarakat. PTSL bukan sebagai beban dan mengganggu kegiatan rutin.
Kegiatan pelayanan dibidang pertanahan yang selama ini dikerjakan adalah
bersifat menunggu datangnya masyarakat di loket pelayanan, dengan hadirnya PTSL
maka pegawai di ajak lebih aktif mencari bidang tanah per Desa yang belum
bersertifikat. Hal tersebut merangsang pola pikir untuk selalu berkembang.
Gambar 4. Ilustrasi bagan keterkaitan Fixed dan Growth Mindset Pola Pikir dan Kegiatan PTSL
RANGKUMAN
Pola Pikir terbagi menjadi 2 yaitu; Growth mindset dan Fixed Minset. Growth
mindset adalah tipikal orang yang tidak mudah menyerah. Mereka yang berada dalam
katagori ini condong berpikir positif tentang kemampuan mereka dan mampu
memperbaiki diri dengan melihat sisi kelemahannya dalam segala hal. Sedangkan
Fixed mindset adalah tipikal orang yang gampang menyerah dan condong
menyalahkan kelemahan dalam diri mereka. Orang-orang seperti ini selalu melihat
sisi negatif dalam diri mereka dan menganggap kegagalan sebagai akhir dari
segalanya.
LATIHAN
1. Bagaimana Konsep Pola Pikir menurut Saudara ?
2. Pola Pikir dibedakan menjadi dua yaitu Fixed Mind Set dan Growth Mindset,
bagimanakah penerapan kedua pola pikir tersebut dalam pelaksanaan Tugas
Saudara ?
3. Kondisi apa saja yang bisa menghambat Pola Pikir Saudara ?
4. Bagiamana Saudara Sebagai Aparatur Sipil Negara membangun pola pikir yang
positif dalam melaksanakan tugas sebagai pelayanan publik ?
5. Faktor apa saja yang menghambat pola pikir Aparatur Sipil Negara ke arah
perubahan yang lebih baik lagi ?
BAB III
KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK DAN
PENYELENGGARA PELAYANAN
PUBLIK DI LINGKUNGAN BPN
Pengertian kode etik yang lainnya yaitu, merupakan suatu bentuk aturan yang
tertulis, yang secara sistematik dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip
moral yang ada & ketika dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi
berbagai macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik
tersebut.
Secara etimologi, kata etika merupakan serapan dari bahasa Yunani kuno yaitu
ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan hidup yang dianggap baik oleh
kalangan atau masyarakat tertentu. Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah :
- Sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya
- Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral
- Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik)
Tujuan kode etik yaitu supaya profesional memberikan jasa yang sebaik-baiknya
kepada para pemakai atau para nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan dari yang tidak profesional.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan yang
naluriah, yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa serta perilaku tenaga profesional.
Jadi ketaatan tersebut terbentuk dari masing-masing orang bukan karena suatu
paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa jika dia melanggar kode
etiknya sendiri maka profesinya akan rusak & yang rugi dia sendiri.
Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku, karena akibat perkembangan
zaman maka kode etik mungkin menjadi usang/sudah tidak sesuai dengan tuntutan
zaman. Seperti misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri),
sejak dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah
dicantumkan.
Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi termasuk juga instansi
pemerintah sehingga masing-masing dari petugas mempunyai kode etik tersendiri.
Seperti misalnya kode etik guru, pustakawan, dokter, pengacara dan sebagainya.
Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh pengadilan, sebab melanggar kode etik
tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contohnya untuk Ikatan Dokter
Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Jika seorang dokter dianggap telah
melanggar kode etik tersebut, maka ia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik
Kedokteran Indonesia, bukan diperiksa oleh pengadilan.
Kode etik bagi PNS merupakan bagian dari prinsip yang harus dipatuhi sesuai
dengan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yaitu:
- Nilai dasar
- Kode etik dan kode perilaku
- Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik
- Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
- Kualifikasi akademik
- Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
- Profesionalitas jabatan
Selanjutnya kode etik harus dibuat secara khusus oleh masing – masing instansi
dengan tujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik berisi
pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
- Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
- Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
- Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
- Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
- Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
- Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
- Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
- Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
- Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
- Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
- Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
Kode etik menjadi salah satu pertimbangan dalam hal karier, penjatuhan
hukuman disiplin hingga pemberian penghargaan. Pelanggaran kode etik pada yang
terkait dengan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah yang bersifat moral
hazard seperti korupsi, pungli, gratifikasi, dan sebagainya. Sedangkan yang terkait
dengan kurangnya keramahan (lack of hospitality) merupakan bagian dari masalah
layanan publik sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
Secara khusus pengaturan kode etik bagi PNS diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa
Korps Dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan peraturan tersebut, kode etik
disusun dalam rangka mewujudkan pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil dan
menjunjung tinggi kehormatan serta keteladanan sikap, tingkah laku dan perbuatan
Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas kedinasan dan pergaulan hidup
sehari-hari (Pasal 5 PP No. 42 Tahun 2004).
Pedoman etika yang harus dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Sipil dalam
kehidupan sehari – hari adalah dalam bentuk berbagai etika sebagai berikut :
1). Etika dalam bernegara
- Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
- Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara
2011 Tentang Kode Etik Pelayanan Publik Dan Penyelenggara Pelayanan Publik Di
Liingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Kode etik di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional bertujuan :
a. Menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik di bidang pertanahan sesuai dengan Standar Pelayanan dan
peraturan perundang-undangan
b. Membina karakter/watak, moral, perilaku, kesadaran akan tanggung jawab,
keteladanan dan wawasan kebangsaaan bagi pegawai Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat
c. Mewujudkan kemampuan profesional yang bermutu tinggi, tangguh dan handal
bagi pegawai Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
d. Meningkatkan disiplin, menumbuhkan semangat, etos kerja dan dedikasi untuk
meningkatkan kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
e. Membina kebersamaan, semangat persatuan, kesatuan untuk meningkatkan
kekompakan kerjasama dan semangat pengabdian kepada masyarakat
f. Menjamin terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
pelayanan publik di bidang pertanahan yang berguna bagi kesejahteran rakyat
Selanjutnya di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional terdapat kode etik dalam bentuk Sapta Tertib Pertanahan. Dasar
ketentuan Sapta Tertib Pertanahan adalah Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 277/Kep-7.1/Vi/2012 Tentang Sapta Tertib
Pertanahan. Pelaksanaan Sapta Tertib Pertanahan harus menjadi pedoman bagi
semua pimpinan unit kerja dan staf di lingkungan Kantor Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan. Berdasarkan peraturan tersebut pejabat dan staf yang tidak
mengindahkan Sapta Tertib Pertanahan dapat diberi sanksi dan bagi pejabat atau staf
yang melaksanakan dengan baik menjadi pertimbangan dalam pemberian reward.
Isi dari Sapta Tertib Pertanahan adalah :
1. Tertib Administrasi
2. Tertib Anggaran
3. Tertib Perlengkapan
4. Tertib Perkantoran
5. Tertib Kepegawaian
6. Tertib Disiplin Kerja
7. Tertib Moral
Terkait dengan kegiatan PTSL, maka Sapta Tertib Pertanahan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tertib Administrasi
- Mengentri data yuridis dan fisik ke dalam Geo-KKP dengan konsisten
- Mengelola buku tanah, surat ukur, peta, warkah secara baik dan tertib
- Mengelola tata persuratan yang tertib dan lebih efektif/efisien
- Menata arsip pertanahan (peta, buku tanah, surat ukur, warkah) dalam
manajemen arsip modern
- Menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) dalam setiap kegiatan
2. Tertib Anggaran
- Melakukan penatausahaan keuangan
- Membuat laporan keuangan secara tepat waktu dan tepat ketentuan
- Melaksanakan dan mengelola anggaran yang transparan dan efisien
3. Tertib Perlengkapan
- Memanfaatkan sarana dan prasarana perkantoran sesuai dengan kebutuhan
- Menggunakan dan memanfaatan Barang Milik Negara sesuai dengan tujuannya
4. Tertib Perkantoran
- Melakukan penataan ruang kantor atau base camp yang lebih efisien dan efektif
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat
- Menjaga kebersihan dan kerapian kantor
5. Tertib Kepegawaian
- Melakukan rekrutmen tenaga pembantu yang transparan
- Mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang tersedia
- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
6. Tertib Disiplin Kerja
- Mentaati jam kerja
yang diberikan oleh organisasi dalam usahanya untuk merespon kinerja karyawan,
baik secara kualitas maupun kuantitas.
Sedamaryanti (2001) menjelaskan bahwa penghargaan berfungsi sebagai
motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, juga untuk
memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Maksud dan tujuan dari
penghargaan adalah agar karyawan menjadi lebih giat lagi usahanya untuk
memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya. Jadi dalam sisi yang
lebih luas, penghargaan dirancang agar mampu menarik perhatian, mempertahankan
dan mendorong karyawan agar bekerja lebih produktif, di mana penghargaan harus
mencerminkan win-win result, bagi karyawan dan perusahaan. Secara luas
penghargaan diciptakan untuk menarik, menahan, dan memotivasi kinerja karyawan.
Tujuan yang lebih penting didalamnya adalah keadilan atas persamaan yang
bisa dicapai dengan setidaknya tiga dimensi berikut:
- Kesamaan Internal: berdasarkan harga dari apa yang diberikan karyawan bagi
perusahaan
- Kesamaan Eksternal: disesuaikan dengan pembayaran raya-rata perusahaan
lainnya
- Kesamaan Individual: pembayaran yang adil sesama individu yang melakukan
pekerjaan yang sama atau serupa.
(reward) yang didasarkan pada. Sebagai contoh kecil hal-hal yang mencakup
penghargaan adalah penghargaan kristal optik perbandingan jenis-jenis pekerjaan
didalam perusahaan. Untuk itu perlu maka perlu dilakukan analisa jabatan (job
analysis), uraian pekerjaan/tugas (job description), evaluasi pekerjaan (job
evaluation) dan job structure untuk menentukan besarnya imbalan untuk tiap-tiap
jenis pekerjaan. Konsistensi internal menjadi salah satu faktor yang menentukan
semua tingkatan imbalan pekerjaan yang sama, maupun semua pekerjaan yang
berbeda. Pada kenyataannya, perbedaan penghargaan yang diberikan sesuai
kinerja masing-masing karyawan merupakan salah satu kunci yang menantang para
manajer.
Kompetensi eksternal adalah penetapan besarnya penghargaan pada tingkatan
dimana perusahaan masih memiliki keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain
sehingga perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang memiliki
keunggulan/berkualitas untuk tetap bekerja diperusahaan.
Kontribusi karyawan merupakan penetapan besarnya penghargaan yang
merujuk kepada kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan.
Penghargaan dapat ditetapkan berdasarkan senioritas, prestasi kerja, panduan
insentif, dan program yang ada di dalam perusahaan.
Administrasi merupakan faktor keempat yang dijadikan bahan pertimbangan
oleh perusahaan dalam menetapkan kebijaksanaan pemberian penghargaan, antara
lain aspek perencanaan, anggaran yang tersedia, komunikasi dan evaluasi.
Komponen Penghargaan
Ada berbagai jenis dan bentuk komponen penghargaan (reward) yang mungkin
diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerja atau lama waktu dedikasi
dalam perusahaan. Penghargaan dapat juga dibedakan atas penghargaan tradisional
dan kontemporer yang berbeda dan yang baik untuk mengenali cara kerja keras dan
dedikasi. Sebagai contoh kecil hal-hal yang mencakup penghargaan adalah
penghargaan kristal optik bagi karyawan berprestasi kerja. Kendatipun wujud dan
bentuk penghargaan kecil namun jelas dan sempurna dengan kata-kata terukir di
dalamnya. Pihak perusahaan dapat menulis pengakuan atau prestasi di bagian depan
penghargaan dan menunjukkan penghargaan dengan cara ini. Ini adalah contoh
pemberian penghargaan yang mampu memotivasi karyawan lainnya agar berprestasi
kerja. Secara lebih rinci, komponen-komponen penghargaan yang dimaksud adalah
gaji, bonus, insentif, dan promosi.
Tujuan Penghargaan
Sedamaryanti menjelaskan bahwa penghargaan berfungsi sebagai motivasi
untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, juga untuk memperkuat
perilaku yang disetujui secara sosial. Maksud dan tujuan dari penghargaan adalah
agar karyawan menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya. Jadi dalam sisi yang lebih luas,
penghargaan dirancang agar mampu menarik perhatian, mempertahankan dan
mendorong karyawan agar bekerja lebih produktif, di mana penghargaan harus
mencerminkan win-win result, bagi karyawan dan perusahaan.
Sanksi (punishment)
Pada prinsipnya sanksi (punishment) adalah segala sesuatu yang dapat
memperlemah perilaku dan cenderung untuk mengurangi frekuensi perilaku yang
berikutnya dan biasanya terdiri dari permintaan suatu konsekuensi yang tidak
diharapkan. Sanksi yang dimaksud merupakan konsekuensi yang tidak
menyenangkan terhadap respon perilaku tertentu. Maka secara umum sanksi adalah
tindakan berupa siksaan yang dikenakan kepada orang yang melakukan kesalahan
atau pelanggaran tertentu seperti pelanggaran undang-undang dan sebagainya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa sanksi adalah suatu
konsekuensi yang tidak menyenangkan (siksa) terhadap suatu respons perilaku
tertentu dengan tujuan untuk memperlemah perilaku tersebut dan mengurangi
frekuensi perilaku yang berikutnya.
Ngalim Purwanto (1988) membagi sanksi (punishment) menjadi dua macam
yaitu :
- Sanksi preventif yaitu sanksi yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak
terjadi pelanggaran. Sanski ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran dilakukan.
Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman.
- Sanksi represif yaitu sanksi yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh
adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi sanksi itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
Tujuan Sanksi
Sanksi pegawai menurut Timpe (1999) yang merangkup pendapat Cameron
menjelaskan bahwa sanksi-sanksi yang dilaksanakan bagi para pelanggar aturan,
pada prinsipnya bertujuan untuk memperingatkan pegawai dengan jelas tentang
perilaku yang diharuskan dan akibat-akibat pelanggaran yang dapat terus berlanjut.
Komponen Sanksi
Siagian (1998) menjelaskan bahwa disiplin juga merupakan bagian penting dari
sanksi. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota
organisasi memenuhi berbaga kebutuhan yang harus dipenuhi oleh para anggota
organisasi. Siagian juga menjelaskan bahwa pada dasarnya dalam suatu organisasi
terdapat dua jenis disiplin, yaitu :
Disiplin yang bersifat preventif yaitu pendisiplinan preventif merupakan bentuk
pendisiplinan yang bersifat tindakan yang mendorong para bawahan untuk taat pada
berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Disiplin yang bersifat korektif yaitu pendisiplinan korektif lebih ditujukan kepada
pemberian sanksi kepada bawahan atas sejumlah pelanggaran yang telah
dilakukannya. Dengan kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap,tindakan, dan
perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi maka diusahakan
jangansampai para pegawai berperilaku negatif. Siagian (1998) menyebutkan bahwa
agar upaya pendisiplinan di kalangan pegawai dapat tercapai, maka sanksi
pendisiplinan harus diterapkan secara bertahap. Pendisiplinan secara bertahap yaitu
dengan mengambil langkah yang bersifat sanksi pendisiplinan, mulai dari yang tingkat
ringan hingga yang terberat.
Timpe menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip yang dikenali membentuk
dasar-dasar organisasi dalam program sanksi yang baik. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut :
- Komunikasi standar yaitu kebijakan-kebijakan, standar dan prosedur-prosedur
sanksi lama, dibuat secara tertulis dan dikomunikasikan kepada para bawahan.
RANGKUMAN
Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar/salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan & perbuatan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu
supaya aparat bertindak profesional memberikan jasa yang sebaik-baiknya kepada
para pemakai atau para nasabahnya. Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku,
karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang/sudah
tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh
pengadilan, sebab melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum.
Di lingkungan pekerjaan teknis pertanahan berlaku kode etik termasuk di
dalamnya kewajiban dan larangan yang tertuang dalam Sapta Tertib Pertanahan.
Penerapan Sapta Pertanahan adalah dalam rangka formulasi pelaksanaan
Reformasi Birokrasi di lingkungan BPN. Tujuan penetapan Sapta Tertib Pertanahan
adalah untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah serta peningkatan
manajemen pertanahan yang lebih efektif, efisien dan akuntabel di lingkungan Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang
disetujui secara sosial, juga untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.
Maksud dan tujuan dari penghargaan adalah agar karyawan menjadi lebih giat lagi
usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya.
Pada prinsipnya sanksi (punishment) adalah segala sesuatu yang dapat
memperlemah perilaku dan cenderung untuk mengurangi frekuensi perilaku yang
berikutnya dan biasanya terdiri dari permintaan suatu konsekuensi yang tidak
diharapkan. Sanksi yang dimaksud merupakan konsekuensi yang tidak
menyenangkan terhadap respon perilaku tertentu.
LATIHAN
1. Apa tujuan dari penerapan kode etik bagi kemajuan organisasi ?
2. Bagaimana pelaksanaan kode etik di dalam organisasi anda ?
3. Apakah kewajiban dan larangan perlu ada di dalam kode etik
4. Bagaimana konsep penghargaan dan sanksi diterapkan dalam organisasi anda
BAB IV
ANTI KORUPSI
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan merasuk keseluruh
lapisan masyarakat. Perkembangan tindak pidana korupsi ini berfluktuasi dari tahun
ke tahun sehingga dapat dikatakan korupsi tidak pernah berkurang. Dari segi
kuantitas, jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara semakin
meningkat. Sedangkan dari segi kualitas pelaku korupsi tidak pernah kehabisan akal,
selalu saja ada cara baru menggerogoti uang negara. Selain itu korupsi juga merasuki
segala lapisan birokrasi yaitu mulai dari tingkat bawah hingga tingkat pimpinan
kementerian atau lembaga negara. Bahkan korupsi juga menerpa dunia swasta, yang
selama ini hanya dunia birokrasi saja.
Kata korupsi apabila dirunut berasal dari berbagai bahasa, antara lain :
- Dari bahasa Latin, dengan akar kata corruptus yang berarti kerusakan
- Dari bahasa Yunani, dengan akar kata corruption yang berarti perbuatan busuk,
merusak, menyimpang, melanggar peraturan
- Dari bahasa Inggris, dengan akar kata corruption yang berarti kebusukan,
kebejatan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap, penyimpangan dari kesucian,
tidak bermoral, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah (The
Lexicon Webster Dictionary).
(3). Mercenry corruption adalah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan
(4). Ideological corruption yaitu suatu jenis korupsi illegal maupun discretionery yang
dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.
Berdasarkan Konvensi Anti Korupsi (KAK) 2003 oleh Perserikatan Bangsa –
Bangsa, terdapat 4 macam pidana korupsi, yaitu1 :
1. Tindak pidana korupsi penyuapan pejabat – pejabat publik nasional (Bribery of
National Public Officials)
2. Tindak pidana korupsi penyuapan di sektor swasta (Bribery in the private sector)
3. Tindak pidana korupsi terhadap perbuatan memperkaya secara tidak sah (Illicit
Enrichment)
4. Tindak pidana korupsi terhadap memperdagangkan pengaruh (Trading In
Influence)
Definisi tindak pidana korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No. 20 Tahun 2001, adalah setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, yang dapat dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara minimal 5 tahun dan maksimal 20 tahun dan dengan denda paling
sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah.
Selain memiliki undang – undang sendiri mengenai tindak pidana korupsi,
Indonesia juga meratifikasi konvensi PBB anti korupsi melalui UU No 7 Tahun 2006.
Di dalam penjelasan undang – undang tersebut pengertian tindak pidana korupsi
adalah ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang menjunjung tinggi
transparansi, integritas dan akuntabilitas, serta keamanan dan strabilitas bangsa
Indonesia. Dengan demikian korupsi sudah merupakan tindak pidana yang bersifat
sistematis sehingga diperlukan langkah-langkah pencegahan tingkat nasional dan
internasional.
1 Lilik Mulyadi, 2007, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Alumni,
Bandung, hal. 115-116
- Saksi atau Ahli yang Tidak Memberi Keterangan atau Memberi Keterangan Palsu,
diatur dalam ketentuan Pasal 22 jo. Pasal 35 UU PTPK
- Orang yang Memegang Rahasia Jabatan Tidak Memberikan Keterangan atau
Memberi Keterangan Palsu, diatur dalam ketentuan Pasal 22 jo. Pasal 36 UU PTPK
- Saksi yang Membuka Identitas Pelapor, diatur dalam ketentuan Pasal 24 jo. Pasal
31 UU PTPK;
Perlu kita ketahui bahwa yang disebut dengan pelaku korupsi adalah setiap
orang,baik perorangan dan korupsi, yang terdiri dari2 :
- Orang yang melakukan (pleger)
- Orang yang menyuruh melakukan (doen pleger)
- Orang yang turut serta melakuakn (medepleger)
- Orang yang membujuk untuk melakukan (uitlokker)
- Orang yang memberikan bantuan pada waktu kejahatan dilakukan
- Orang yang sengaja memberikan kesempatan, sarana atau keterangan apapun
untuk melakukan kejahatan
Ancaman hukuman kepada pelaku korupsi berupa hukum pidana dan hukum
tambahan. Hukum pidana yang dijatuhkan berupa hukuman kurungan dan denda.
Tingkat hukuman kurungan dan besarnya denda sesuai kesalahan yang dibuat
sebagaimana disebutkan dalam pasal – pasal UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
Tahun 2001.
2Surachmin dan Suhandi Cahaya, 2011, Strategi dan Teknik Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, Hal. 31-
32
g. Penghayaran Nilai – Nilai Agama Yang Kurang. Seluruh agama tidak ada yang
membernarkan tindakan korupsi dan manipulasi baik secara tersurat maupun
tersirat yang terbungkus dalam pesan – pesan moral. Hanya saja ajaran agama
yang agung tersebut tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari oleh para
koruptor bahkan dimanipulasi dengan bungkus perbuatan kebajikan. Padahal amal
kebaikan yang bersumber dari kecurangan dalam hal ini korupsi tidak akan diterima
Tuhan dalam ajaran agama apapun.
Mencegah korupsi hukumnya wajib, baik dari dalil agama maupun hukum positif.
Bekerja sama untuk melakukan korupsi dalam agama adalah HARAM, sedangkan
dalam hukum positif adalah KRIMINAL. Kita membantu terjadinya korupsi saja sudah
tidak dibenarkan apalagi melakkukannya. Oleh karena itu sudah seharusnya harus
ada motivasi tersendiri untuk mencegah terjadinya korupsi. Korupsi memang
membutuhkan kerja keras semua pihak untuk melawan korupsi, tetapi kerja keras itu
harus dimulai dari diri sendiri, dari sekarang dan dari yang terkecil yaitu menanamkan
motivasi anti korupsi.
Bentuk – bentuk motivasi anti korupsi adalah sebagai berikut :
1. Tidak ingin memulai dan berbuat korupsi dalam bentuk apapun, sekecil apapun
dan dalam kondisi apapun
2. Menganggap perbuatan korupsi adalah haram, tidak berkah dan tidak
mendatangkan balasan kebaikan dari Tuhan
3. Mengingatkan diri bahwa perbuatan korupsi adalah perbuatan melawan hukum
sehingga akan berhadapan konsekuensi hukum apabila nekad melakukan korupsi
4. Menganggap perbuatan korupsi adalah perbuatan pengkhianatan kepada bangsa
dan negara
5. Menjauhkan diri dari perilaku konsumtif dan hedonisme agar tidak terjerat
perbuatan korupsi
3Bambang Waluyu, 2016, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, hal. 114-
115
Komitmen anti korupsi harus dibuat oleh seluruh aparat yang terkait baik di level
tertinggi hingga terendah. Komitmen tersebut tidak hanya sebatas slogan, tetapi bila
perlu ditulis di atas kanvas diimplementasikan.
RANGKUMAN
Istilah tindak pidana korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No. 20 Tahun 2001, yaitu setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi ada karena memang sudah diniatkan oleh pelaku
korupsi dan celah – celah kesempatan untuk korupsi itu memang ada. Celah – celah
4
Lilik Mulyadi, 2007, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Alumni, Bandung, hal.
115-116
LATIHAN
1. Sebutkan potensi – potensi korupsi yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan
layanan pertanahan.
2. Bagaimana mencegah terjadinya korupsi yang mungkin terjadi di bidang layanan
pertanahan.
3. Bagaimana strategi kampanye anti korupsi yang dilakukan di lingkungan layanan
pertanahan agar setiap petugas tidak berniat melakukan tindak korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
KUNCI JAWABAN
BAB II
4. Berikut ini akan disajikan beberapa jenis pola pikir yang dimiliki oleh seseorang.
g) Pola pikir perfeksionis. Kita menilai diri kita begitu tajam sehingga
sekilas kita tidak berani mencoba sesuatu yang tidak kita kuasai dengan
sangat sempurna. Pola pikir pesimis. Kita tidak mampu melihat atau
peduli akan keberhasilan kita karena kita memilih untuk hanya melihat
pada kegagalan kita.
h) Pola pikir bergantung pada orang lain. Kita sangat ingin untuk bebas
tapi dilain pihak kita merasa bahwa hanya orang lain yang dapat
menyelamatkan kita.
i) Pola pikir "saling membutuhkan". Kita memfokuskan diri untuk
mencintai orang lain dan membuat orang yang dicintai menjadi
bergantung pada kita dengan mencurahkan segala perhatian dan
perasaan cinta kita kepadanya.
j) Pola pikir birokrat/dogmatik, memaksakan kehendaknya untuk
mengikuti aturan dan merasa kita yang paling tahu segalanya.
k) Pola pikir Taoisme. Bahwasanya hitam tidak selalu jelek dan putih tidak
selalu baik.
l) Pola pikir seorang yang mandiri. Tidak terlalu memikirkan perasaan
orang lain sehingga orang lain dapat merasa bebas.
BAB III
1. Untuk memberikan batasan moral yang harus dipatuhi oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam bekerja di suatu lingkungan organisasi sehingga tujuan
organisasi tercapai.
2. Kode etik yang dibuat dalam suatu organisasi harus tersosialisasi dengan baik
kepada setiap anggota organisasi. Selanjutnya dalam kegiatan organisasi setiap
anggota dituntut untuk melaksanakan kode etik.
3. Kewajiban dan larangan harus ada dalam setiap kode etik. Dimaksudkan agar
setiap anggota dapat mengetahui secara jelas apa saja yang harus dilakukan
dan apa saja yang harus ditinggalkan.
4. Pemberian penghargaan harus diberikan berdasarkan prestasi dan pemberian
sanksi harus diberikan berdasarkan kesalahan yang dilakukan dengan standar
yang telah ditentukan.
BAB IV
1. Potensi korupsi dapat terjadi dari yang kecil hingga yang besar. Setiap bentuk
penyimpangan dapat terjadi dalam layanan pertanahan.
2. Setiap pegawai sesuai dengan peraturan kepegawaian harus berusaha
mencegah terjadinya korupsi semaksimal mungkin. Dengan demikian terjadi
saling mengingatkan agar tidak melakukan korupsi.
3. Sosialisasi anti korupsi dilakukan secara terus menerus dengan berbagai
metode dan media.
RIWAYAT HIDUP
Pengalaman bekerja :
- Staf di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Tengah 1990 – 1992
- Kepala Sub Seksi Rencana dan Bimbingan Penatagunaan Tanah di Kantor Pertanahan
Kabupaten Lampung Barat 1992 – 1995
- Tugas belajar 1996 – 1998 di Australia
- Staf Kanwil BPN Provinsi Lampung 1999 – 2001
- Kepala Seksi Perencanaan Penatagunaan Tanah di Kantor Wilayah BPN Provinsi
Lampung
- Staf di Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat 2003 – 2005
- Surveyor Pemetaan Muda di Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat 2004 – 2005
- Kepala Seksi Penatagunaan Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Tasikmalaya 2005
– 2006
- Kepala Sub Direktorat Tematik Kawasan di Direktorat Pemetaan Tematik, BPN RI 2006
– 2011
- Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan di Kantor Wilayah BPN Provinsi
Kalimantan Barat 2011 – 2014
- Widyaiswara di Pusdiklat BPN 2014 – sekarang
Alamat email : h_arnowo@yahoo.com