org)
Direktorat Jenderal Penataan Agraria
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan ridha-Nya, sehingga Petunjuk Teknis Kegiatan Landreform
dapat diselesaikan.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
E. Pengertian
F. Ruang Lingkup
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan IP4T Tahun Anggaran 2019 berada pada DIPA Kantor Pertanahan.
Pelaksanaan kegiatan IP4T dikelompokkan menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu:
persiapan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, serta pelaporan. Tahapan
pelaksanaan kegiatan IP4T dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini.
A. Tahapan Persiapan
Jika target IP4T tidak mencakup jumlah bidang dalam satu desa
lengkap, maka kegiatan IP4T agar dilakukan secara mengelompok
dalam satu blok/RT/RW.
c. Apabila tidak tersedia, peta kerja dapat berasal dari Peta PBB atau
sumber lainnya, seperti: peta garis, citra satelit, foto udara, google
earth/map dan peta lainnya.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Soaialisasi/Penyuluhan
d. Bila di atas tanah yang sudah terdaftar ada lebih dari satu penguasaan,
maka didaftar berdasarkan eksisting penguasaan saat pendataan. Jadi
dalam hal ini bidang tanah didata berdasarkan bidang penguasaan,
bukan berdasarkan bidang pemilikan. Sebagai ilustrasi apabila dalam
satu letter C atau satu sertipikat (induk) sebagai dasar pemilikan tanah
namun secara eksisting ada 5 penguasaan tanah karena jual beli atau
warisan atau sewa, maka didata 5 bidang tanah.
e. Pengumpulan Data P4T juga dilengkapi dengan Sket dan Toponimi yang
dapat dibantu dengan alat GPS Navigasi.
g. Pembuatan sket dan toponimi dilakukan pada Peta Kerja dengan cara
mendeliniasi garis batas bidang-bidang tanah.
b. Data sekunder dapat diperoleh dari Kantor Desa Lokasi Kegiatan IP4T,
Monografi Desa dan atau data profil desa dari Kantor Badan Pusat
Statistik (BPS) setempat.
b. Penggabungan kedua data base ini melalui field kunci yang sama, yaitu
Nomor Inventarisasi (NIS).Pada tahap ini harus diyakinkan bahwa
nomor inventarisasi dalam data spasial harus sama dengan nomor
inventarisasi dalam data tekstual P4T.
d. Peta P4T dibuat dalam format .shp yang terdiri dari: Peta Penguasaan
Tanah, Peta Pemilikan Tanah, Peta Penggunaan Tanah, Peta
Pemanfaatan Tanah.
5. Analisa Data
b. Kategorisasi berdasarkan:
c. Laporan Triwulan ada 4 macam, yaitu : B03, B06, B09, B12. Eviden B03
pelaporan pada bulan ke 3 berupa pembuatan SK Lokasi dan SK
Pelaksana. B06 pelaporan bulan ke 6 merupakan pelaporan tahap
sosialisasi/penyuluhan. B09 pelaporan bulan ke 9 sebagai pelaporan
jumlah bidang tanah yang telah selesai didata. B12 pelaporan bulan ke
Dalam tahap ini ada sub kegiatan kontrol kualitas dan sub kegiatan
supervisi, monitoring dan evaluasi.
1. Kontrol Kualitas
BAB III
ORGANISASI PELAKSANA
E. Sekretaris
F. Satgas Sosialisasi/Penyuluhan
BAB IV
A. Pelaporan
1. Laporan SKMPP.
2. Laporan Triwulan.
Kegiatan IP4T Tahun 2019 termasuk salah satu kegiatan yang dipantau
kemajuan kegiatannya. Maka pelaksana kegiatan IP4T di daerah harus
melaporkan kepada Sistem Kendali Mutu dan Progam Pertanahan (SKMPP) BPN
RI.
B. Output
Data tekstual dan spasial, serta hasil analisa data P4T merupakan isi dari
Laporan IP4T Desa. Laporan IP4T Desa diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan
kegiatan pertanahan lainnya pada tahun berikutnya.
Selamat bekerja.
DAFTAR ISI
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Tanah ………………………………………………………..
Lampiran 2.14.b. Contoh Format Surat Keputusan Her-Redistribusi 86
Lampiran 5.1. Contoh Format Monitoring dan Evaluasi …………… 90
Lampiran 6.1. Contoh Format Laporan Akhir ………………………... 93
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Pelaksanaan Redistribusi Tanah merupakan implementasi dari
amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), Undang-Undang Nomor 56 Tahun
1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, Peraturan Pemerintah
Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pembagian Tanah dan Pemberian
Ganti Kerugian serta diperluas dengan Peraturan Presiden Nomor 86
Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.
Tujuan Redistribusi Tanah adalah mengadakan pembagian tanah
dengan memberikan dasar pemilikan tanah sekaligus memberi
kepastian hukum hak atas tanah kepada subjek yang memenuhi
persyaratan sehingga dapat memperbaiki serta meningkatkan keadaan
sosial ekonomi subjek redistribusi tanah.
Adapun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Redistribusi Tanah Tahun
2019 ini mengalami penyederhanaan tahapan kegiatan yang semula 12
tahapan menjadi 7 tahapan serta pendalaman objek monitoring dan
supervisi dalam rangka quality insurance. Penyederhanaan dan
pendalaman ini dilakukan untuk menindaklanjuti rekomendasi
terhadap temuan-temuan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kegiatan
Redistribusi Tanah oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional serta dalam
rangka percepatan dan tercapainya target kegiatan redistribusi tanah
secara nasional.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup dari Petunjuk Teknis meliputi rangkaian kegiatan
pelaksanaan redistribusi tanah sejak persiapan sampai dengan
pelaporan.
D. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Redistribusi Tanah adalah
sebagai berikut:
1. TAP Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan
Tanah-Tanah Partikelir (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1571).
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043).
4. Undang-Undang Nomor 56 Prp. Tahun 1960 tentang Penetapan
Luas Tanah Pertanian (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 174,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2117).
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4725).
E. Pengertian
1. Redistribusi Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah dalam rangka pemberian Tanah Negara yang
bersumber dari Objek Redistribusi Tanah kepada Subjek
Redistribusi Tanah.
2. Penegasan Tanah Objek Redistribusi adalah kewenangan
pemerintah untuk menetapkan suatu bidang tanah menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara untuk selanjutnya dibagikan
dan atau diberikan dan atau di redistribusikan kepada subjek yang
memenuhi persyaratan.
3. Objek Redistribusi Tanah adalah tanah-tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018
yang fungsi penggunaan dan pemanfaatannya berupa tanah
pertanian dan non pertanian sesuai dengan peruntukan Rencana
Tata Ruang, serta ditetapkan menjadi Tanah Objek Reforma Agraria
11. Tanah clean and clear adalah tanah yang secara fisik maupun
yuridis tidak ada keberatan atau “klaim” dari pihak lain, tidak
dalam sengketa dan konflik, secara fisik jelas batas-batasnya, tidak
tumpang tindih, tidak berada dalam kawasan hutan dan tidak
dilekati oleh sesuatu hak atas tanah.
BAB II
TAHAPAN KEGIATAN
B. Redistribusi Tanah
Tahapan kegiatan redistribusi tanah meliputi kegiatan
Penyuluhan, Inventarisasi dan Identifikasi Objek dan Subjek,
Pengukuran dan Pemetaan, Sidang Panitia Pertimbangan Landreform,
Penetapan Objek dan Subjek, Penerbitan Surat Keputusan Redistribusi
Tanah serta Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertipikat.
1. Penyuluhan
Penyuluhan adalah kegiatan memberikan informasi tentang
kegiatan redistribusi tanah secara umum. Penyuluhan dilaksanakan
oleh Tim Penyuluhan dan dapat melibatkan Panitia Pertimbangan
Landreform. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan penyuluhan ini
adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan bahan dan materi penyuluhan untuk mempermudah
peserta penyuluhan memahami materi redistribusi tanah.
b. Mengundang calon peserta Redistribusi, Anggota Panitia
Pertimbangan Landreform, Badan Perwakilan Desa (BPD), Kepala
Dusun/Ketua RW, Ketua RT, tokoh masyarakat (pemuka agama,
tetua adat), serta stakeholder lainnya bilamana dipandang perlu.
c. Menyiapkan daftar hadir. Format daftar hadir sebagaimana contoh
pada Lampiran 2.3.
d. Materi penyuluhan kegiatan redistribusi, antara lain :
1. gambaran umum kegiatan redistribusi;
2. manfaat kegiatan redistribusi;
1 Penerima redistibusi atas tanah yang berasal dari tanah kelebihan maksimum dan absentee yang belum
memenuhi kewajiban membayar uang pemasukan ke negara (harga tanah dan uang administrasi) sesuai
ketentuan Pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 juncto Keputusan Menteri Negara
Agraria Nomor 4 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Harga Ganti Rugi Tanah Kelebihan Maksimum dan
Absentee/Guntai, maka penerima redistribusi tanah yang baru wajib membayar harga tanah dan uang
administrasi ke Kas Negara sesuai mata anggaran pendapatan BPN (MAP : 423291 Pendapatan Jasa Lainnya).
2 Penerima redistribusi tanah yang baru wajib memenuhi kewajiban dalam jangka waktu paling lama 2 tahun.
Catatan :
1. Sertipikat hasil redistribusi tanah yang telah terbit selanjutnya diserahkan
kepada para penerima tanah melalui kegiatan penyerahan sertipikat. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
2. Dalam rangka mewujudkan tujuan landreform secara utuh yaitu peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pembagian tanah, maka sertipikat hasil
redistribusi tanah yang telah diserahkan kepada subjek penerima redistribusi
tanah, selanjutnya harus ditindaklanjuti dengan kegiatan Fasilitasi Pembinaan
Petani Penerima Tanah atau saat ini lebih dikenal sebagai kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat atau pemberian akses reform.
3. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembinaan petani penerima tanah, Kepala
Kantor Wilayah BPN memerintahkan kepada Kepala Bidang Hubungan Hukum
Pertanahan untuk segera menindaklanjuti data subjek penerima Redistribusi
Tanah dengan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat atau pemberian akses
reform.
BAB III
PELAKSANA KEGIATAN
BAB IV
ANGGARAN
Catatan :
Dikarenakan tahapan dalam Petunjuk Teknis Redistribusi Tanah Tahun
2019 berbeda dengan tahapan dalam Satuan Biaya Keluaran Redistribusi
Tanah Tahun 2019, maka terdapat perubahan Satuan Biaya Keluaran
sebagaimana berikut :
No. Kategori Wilayah SBK semula SBK menjadi
1 Kategori I : Rp. 1.105.721,- Rp. 1.065.278,-
a. Provinsi Papua
b. Provinsi Papua Barat
c. Provinsi Nusa Tenggara
Timur
d. Provinsi Maluku
e. Provinsi Maluku Utara
2 Kategori II : Rp. 927.658,- Rp. 813.153,-
a. Provinsi Sulawesi Utara
b. Provinsi Sulawesi Tengah
c. Provinsi Sulawesi Tenggara
d. Provinsi Nusa Tenggara
Barat
e. Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
BAB V
MONITORING, SUPERVISI DAN EVALUASI
yang ditemui
BAB VI
PELAPORAN
BAB VII
PENUTUP
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.5. Pengertian
1. Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan
melalui penataan aset dan disertai dengan penataan akses untuk
kemakmuran rakyat Indonesia;
2. Penataan Aset adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam rangka menciptakan keadilan
di bidang penguasaan dan pemilikan tanah;
3. Penataan Akses adalah Penataan Akses adalah pemberian kesempatan
akses permodalan maupun bantuan lain kepada Subjek Reforma Agraria
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang berbasis pada
pemanfaatan tanah, yang disebut juga pemberdayaan masyarakat;
4. Tanah Obyek Reforma Agraria yang selanjutnya disingkat TORA adalah
tanah yang dikuasai oleh negara dan/atau tanah yang telah dimiliki oleh
masyarakat untuk diredistribusi atau dilegalisasi;
1.6. Sistematika
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KELEMBAGAAN REFORMA AGRARIA
BAB III PENYELENGGARAAN REFORMA AGRARIA
BAB IV PENDANAAN
BAB V PELAPORAN
BAB VI PENUTUP
BAB II
KELEMBAGAAN REFORMA AGRARIA
Bagan 2.1
kelembagaan gugus tugas reforma agraria
Bagan 2.2
struktur organisasi tim pelaksana harian gtra pusat.
a. Ketua : Gubernur
b. Wakil Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi
c. Ketua Pelaksana Harian : Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional
d. Anggota yang berasal dari Pejabat Tinggi Pratama Perangkat Daerah
Provinsi, Pejabat Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, Pejabat
yang ditunjuk oleh Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan Tokoh
masyarakat dan/atau akademisi.
e. Anggota Gugus Tugas Reforma Agraria Provinsi yang berasal dari pejabat
tinggi pratama perangkat daerah provinsi merupakan perangkat daerah
yang membidangi urusan/fungsi penunjang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, Lingkungan Hidup, Kehutanan, Transmigrasi,
Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Perumahan dan Kawasan
Pemukiman, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Pemberdayaan
Masyarakat dan desa, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber
Daya Mineral, Pertanahan, Keuangan, Perencanaan dan Penanaman
Modal.
Bagan 2.3
struktur organisasi tim pelaksana harian gtra provinsi.
updating data, dan pelaporan data tanah obyek reforma agraria yang
berasal dari data TORA usulan daerah/partisipasi masyarakat, serta
berkoordinasi dengan pihak-pihak internal maupun eksternal terkait
dalam rangka penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi.
7. Satuan Tugas Pengembangan Akses Reform, bertugas melaksanakan
inventarisasi, identifikasi, dan pengembangan rencana dan kegiatan
pemberian akses reform bagi penerima TORA, serta berkoordinasi dengan
pihak-pihak internal maupun eksternal terkait dalam rangka
penyelenggaraan reforma agraria di tingkat Provinsi. Untuk provinsi yang
akses reformnya lebih kepada non pertanian, anggota tim pengembangan
akses reform dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan kondisi
wilayah.
Susunan Tim Pelaksana Harian GTRA Provinsi ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah BPN Provinsi selaku Ketua Pelaksana Harian GTRA Provinsi.
Rincian struktur organisasi Tim GTRA Provinsi dan Tim Pelaksana Harian
GTRA Provinsi adalah sebagaimana bagan berikut:
Bagan 2.4
struktur organisasi sekretariat dan tim pelaksana harian gtra provinsi
Format Keputusan Tim Pelaksana Harian GTRA Provinsi sebagaimana
pada lampiran 2.2. Tim Pelaksana Harian GTRA Provinsi disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan sumber TORA dan potensi akses reform yang
tersedia di masing-masing provinsi. Sebagai contoh:
Bagan 2.5
struktur organisasi tim pelaksana harian kabupaten/kota.
Bagan 2.6
struktur organisasi sekretariat dan tim pelaksana harian gtra kabupaten/kota
Tim Pelaksana Harian GTRA Kabupaten/Kota menyesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan sumber TORA dan potensi akses reform yang tersedia
di masing-masing Kabupaten/Kota. Untuk Kabupaten/Kota yang akses
reformnya lebih kepada non pertanian, anggota tim pengembangan akses
reform dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan kondisi wilayah.
BAB III
PENYELENGGARAAN REFORMA AGRARIA
Bagan 3.1
Bisnis Proses Dalam Kegiatan Penyediaan TORA
ii. Tanah yang diperoleh dari pelepasan Hak Guna Usaha yang
diubah menjadi Hak Guna Bangunan karena penyesuaian tata
ruang.
iii. Tanah yang diperoleh dari kewajiban menyerahkan sebagian
dari tanah yang diusahakan oleh pemegang hak.
b. Tanah Terlantar
Dilakukan terhadap tanah hasil penertiban tanah terlantar:
i. telah ditetapkan menjadi Tanah Cadangan Umum Negara yang
pendayagunaannya ditujukan untuk kegiatan Reforma Agraria.
ii. pelepasan sebagai hasil optimalisasi penggunaan dan
pemanfaatan tanah terindikasi terlantar.
c. Tanah Negara Lainnya
i. Tanah hasil penyelesaian konflik;
ii. Tanah bekas tambang yang telah direklamasi di luar kawasan
hutan;
iii. Tanah timbul;
iv. Tanah Negara yang belum digarap dan/atau telah digarap;
v. Tanah-tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak rakyat
atas tanah, meliputi:
- tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam bentuk
tanggung jawab sosial dan/atau lingkungan;
- tanah hasil konsolidasi yang subyeknya memenuhi kriteria
reforma agraria yaitu berupa sumbangan tanah untuk
pembangunan (STUP) dan tanah pengganti biaya
pelaksanaan (TPBP) Konsolidasi Tanah yang telah disepakati
untuk diberikan kepada pemerintah sebagai TORA; dan
d. Tanah yang berasal dari pelepasan kawasan hutan dan tanah hasil
perubahan tata batas kawasan hutan.
Gambar 3.1.
Langkah-langkah pembuatan Peta Kerja.
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- SP : Nama satuan permukiman transmigrasi (type: text,
width:50)
- Status : Status tanah transmigrasi (Belum HPL/SK HPL/SHPL)
(type: text, width:50)
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Pemilik : Nama PT pemegang hak/bekas pemegang (type: text,
width:50)
- Tahun_hak : Tanggal, bulan dan tahun berakhirnya Hak (type: text,
width:50)
- No. SK : Nomor SK Hak/ Nomor HGU(type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi HGU habis (dikuasai masyarakat, dikuasai
pihak ketiga….)(type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
c. Tanah Terlantar
Kab/ Desa/ No. Tanggal Luas
No Fid Prov Kec Pemilik Ket
Kota Kel SK SK (ha)
1
2
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Pemilik : Nama PT pemilik/bekas pemilik (type: text, width:50)
- No. SK : Nomor SK Penetapan Tanah terlantar (type: text, width:50)
- Tanggal : Tanggal, bulan dan tahun SK(type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi tanah terlantar (dikuasai masyarakat, dikuasai
pihak ketiga….) (type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Jenis TN : Jenis Kelompok tanah negara lainnya (Tanah timbul, TN
Bebas, TN dikuasai (type: text, width:50)
- No. SK : Nomor SK Penetapan Tanah terlantar (type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi TN lainnya (dikuasai masyarakat, dikuasai
pihak ketiga….)(type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- No. SK : Nomor SK Penetapan Pelepasan Kawasan Hutan (type:
text, width:50)
- Tanggal : Tanggal, bulan dan tahun SK(type: text, width:50)
- Kriteria : Kriteria/kategori pelepasan kawasan hutan (alokasi 20%
kebun, permukiman dan fasos, fasum, transmigrasi dll…)
(type: text, width:50)
- Keterangan : Informasi terkait dengan PKH (sudah tata batas, perlu
tata batas ….)(type: text, width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Sumber_TORA: Kelompok TORA, dari PKH, HGU habis dst (type: text,
width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
- Jumlah_Bid : Jumlah bidang tanah (type: double, precision:9, scale: 0)
- Jumlah_KK : Jumlah KK /subyek (type: double, precision:9, scale: 0)
- Keterangan : Informasi tambahan (type: text, width:50)
Keterangan
- F_id : Informasi id bidang/lokasi TORA (type: short integer)
- Provinsi : Nama provinsi (type: text, width:30 )
- Kab/Kota : Nama kabupaten/kota (type: text, width:50)
- Kecamatan : Nama kecamatan (type: text, width:50)
- Desa/kel : Nama desa/kelurahan (type: text, width:50)
- Sumber_TORA : Kelompok TORA, dari PKH, HGU habis dst (type: text,
width:50)
- Luas : Luas dalam hektar (type: double, precision:9, scale: 3)
Gambar 3.2.
2. Peninjauan lapang
Tujuan peninjauan lapang adalah untuk mencari potensi pengembangan
akses reform di lokasi redistribusi tanah/legalisasi aset yang belum
mendapatkan akses reform, dengan memperhatikan potensi sumber daya
alam, potensi sumber daya manusia, ketertarikan masyarakat, potensi
pasar, sosial budaya masyarakat dan lain-lain.
Gambar 3.3.
bisnis proses dalam kegiatan penataan akses
b. Data tekstual:
Format data tekstual yang disusun dalam database adalah dalam bentuk
tabular dalam format .xls yang memuat minimal jumlah, bidang, luas dan
subjek penerima.
BAB IV
PENDANAAN
BAB V
PELAPORAN
BAB VI
PENUTUP