1. Dalam struktur organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, yang mempunyai tugas untuk menangani dan menyelesaikan Sengketa, Konflik dan Perkara adalah : a. Dirjen Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan b. Dirjen Pengkajian dan Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah. c. Dirjen Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah d. Deputi Bidang Penanganan Pertanahan, Pemanfaatan Ruang dan Tanah 2. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam menangani dan menyelesaikan kasus pertanahan berpedoman pada peraturan perundangan, khususnya adalah : a. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan. b. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Pengkajian Kasus Pertanahan. c. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 1 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Operasional Pelayanan di Bidang Pertanahan. d. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 34 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan. 3. Permasalahan kasus pertanahan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Sengketa tanah, Konflik tanah dan Perkara tanah. Perbedaan yang mendasar antara Sengketa Tanah dan Konflik Tanah adalah : a. Sengketa tanah subjeknya individu/perorangan sedangkan pada Konflik tanah subjeknya badan hukum. b. Sengketa tanah subjeknya dapat Perorangan atau Badan Hukum sedangkan pada Konflik tanah subjeknya Instansi Pemerintah/TNI/POLRI. c. Sengketa tanah subjeknya dapat Perorangan/Badan Hukum/Instansi Pemerintah/TNI/POLRI sedangkan pada Konflik tanah subjeknya Kelompok Masyarakat melawan Perkebunan. d. Sengketa tanah subjeknya Perorangan/Badan Hukum/Instansi Pemerintah/TNI/POLRI sedangkan pada Konflik tanah subjeknya Badan Hukum/Kelompok Masyarakat/Instansi Pemerintah/TNI/POLRI yang mempunyai dampak luas secara sosiologis 4. Kasus pertanahan yang ditangani oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berdasarkan tipologi kasusnya dibagi menjadi 8 tipologi, yang salah satunya adalah Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Pelaksanaan Putusan Pengadilan akan menjadi permasalahan jika: a. Dalam satu objek tanah terdapat beberapa Putusan Pengadilan. b. Dalam satu objek tanah terdapat Putusan Pengadilan Perdata dan Putusan Pengadilan TUN yang amarnya saling bertentangan. c. Dalam satu objek tanah terdapat lebih dari satu Putusan Pengadilan pada tingkat Peradilan yang sama yang amarnya saling bertentangan. d. b dan c benar
5. Pembatalan hak atas tanah dapat dilaksanakan oleh Kementerian Agraria
dan Tata Ruang, jika : a. Terdapat Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang membatalkan hak atas tanahnya. b. Terdapat Kesalahan luas tanah dalam menerbitkan sertipikatnya. c. Pemerintah membutuhkan tanah yang dimaksud untuk pembangunan kepentingan umum. d. a, b dan c benar. 6. Penyelesaian kasus pertanahan dapat dilakukan dengan cara mediasi apabila : a. Para pihak memperoleh pembagian tanah secara adil 50% - 50%. b. Para pihak berkeinginan untuk diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. c. Salah satu pihak berkeinginan untuk menyelesaikan melalui jalur peradilan. d. a, b dan c salah 7. Dalam membuat Akta Jual Beli, seorang PPAT kesulitan untuk meminta tanda tangan persetujuan suami penjual karena bekerja di luar kota sehingga dia menitipkan Akta Jual Beli kepada penjual untuk ditandatangani suaminya. Kemudian ternyata penjual memalsukan tanda tangan suaminya tanpa sepengetahuan PPAT. Kepada PPAT tersebut dapat disangkakan telah melakukan perbuatan tindak pidana menempatkan keterangan palsu dalam akta otentik yang diatur dalam : a. Pasal 285 KUHP b. Pasal 380 KUHP c. Pasal 372 KUHP d. Pasal 263 KUHP 8. Dalam rangka pencegahan timbulnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melakukan cara-cara sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas pencatatan/administrasi pertanahan dan kualitas SDM pertanahan. b. Melaksanakan pengendalian pemberian hak atas tanah skala besar (HGU dan HGB). c. Pembinaan peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. d. a, b dan c benar. 9. Jika dalam pencatatan pemeliharaan data dalam pendaftaran tanah terdapat data yang tidak benar berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium kriminal kepolisian karena tanda tangan penjual dalam akta jual beli terbukti non identik, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional akan melakukan tindakan: a. Memperbaiki pencatatan pemeliharaan data dalam administrasi pertanahan dengan membuat berita acara; b. Membatalkan pencatatan pemeliharaan data dalam administrasi pertanahan karena cacat administrasi; c. Membatalkan pencatatan pemeliharaan data dalam administrasi pertanahan setelah terdapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; d. Membatalkan akta jual beli yang dijadikan dasar perubahan pencatatan data dalam administrasi pertanahan. 10. Dampak adanya sengketa konflik dan perkara pertanahan secara ekonomis, secara sosial dan secara ekologi menimbulkan kerugian baik secara materi maupun secara psikis, kecuali: a. Pengeluaran biaya yang besar. b. Kehilangan masa produktif. c. Merenggangkan hubungan persaudaraan. d. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup.