iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul .................................................. 8
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Arahan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Berdasarkan Kemampuan Tanah
dan Faktor Fisik Lainnya ........................................................................................... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Format Keputusan Penetapan Lokasi Tanah Terindikasi Tanah Timbul
Lampiran 1.A. Peta Penetapan Lokasi Tanah Terindikasi Tanah Timbul
Lampiran 2. Format Peta Kerja Inventarisasi Data Tanah Timbul
Lampiran 3. Format Keputusan Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul
Lampiran 4. Format Formulir Berita Acara Peninjauan Lapangan
Lampiran 5. Informasi Tentang Kemampuan Tanah
Lampiran 6. Formulir Berita Acara Rapat Pembahasan
Lampiran 7. Contoh Peta Petunjuk Lokasi
Lampiran 8. Contoh Peta Penguasaan Tanah
Lampiran 9. Contoh Peta Pemilikan Tanah
Lampiran 10. Contoh Peta Penggunaan Tanah
Lampiran 11. Contoh Peta Pemanfaatan Tanah
Lampiran 12. Contoh Peta Kemampuan Tanah
Lampiran 13. Contoh Peta Rencana Tata Ruang (RTR)
Lampiran 14. Format Risalah Inventarisasi Data Tanah Timbul
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kawasan sekitar perairan (pantai, sungai, danau) sering mengalami
perubahan baik dalam bentuk maupun luas lahan. Perubahan tersebut terjadi
sebagai akibat adanya perubahan iklim dan pengaruh pasang surut air laut, abrasi
dan sedimentasi. Terjadinya abrasi dan sedimentasi di beberapa tempat, seringkali
menyebabkan muncul area baru yang dikenal dengan tanah timbul.
Tanah timbul banyak muncul di kawasan pantai yang berdekatan dengan
muara sungai besar. Tanah timbul terjadi karena adanya erosi tanah di hulu sungai
yang kemudian hanyut terbawa arus sungai, sebagian mengendap menjadi tanah
timbul dan sebagian lagi terbawa ke muara sungai. Jika hal ini berlarut, maka akan
terjadi endapan lumpur yang semakin meluas dan meninggi, sehingga membentuk
daratan baru.
Area tanah timbul seperti di atas, menjadi peluang bagi masyarakat yang
bermukim di sekitar pantai ataupun sungai, karena sebagai sumber daya alam baru,
tanah timbul merupakan daratan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk
usaha pertanian (tambak, kebun, tegalan, dsb) dan non pertanian (mendirikan
bangunan sebagai tempat tinggal atau usaha lain).
Di berbagai pengaturan, penguasaan tanah timbul merupakan tanah yang
dikuasai langsung oleh negara. Namun negara belum mampu mengidentifikasi
semua terjadinya tanah timbul, sehingga masyarakat yang mengetahui lebih dulu
adanya tanah timbul langsung mengakui, menguasai dan memanfaatkannya. Oleh
karena itu, diperlukan kegiatan inventarisasi data tanah timbul untuk menegaskan
keberadaan tanah timbul.
Pernyataan tanah timbul sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh negara
dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah, Pasal 12 yang menyatakan bahwa: “Tanah yang berasal dari
tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa,
danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh negara”. Selain itu, dalam Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17
1
Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Pasal 15 ayat (1) dinyatakan bahwa, “Tanah timbul merupakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara”.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 12 Tahun 2021, Pasal 5 menyebutkan bahwa “Pertimbangan
Teknis Pertanahan diberikan untuk kegiatan (a) penerbitan KKPR; (b) penegasan
status dan rekomendasi penguasaan tanah timbul dan (c) penyelenggaraan
kebijakan penggunaan dan pemanfaatan tanah. Selanjutnya dalam Pasal 5 juga
disebutkan bahwa “Pertimbangan Teknis Pertanahan untuk kegiatan Penegasan
Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul diberikan sebagai bahan
pertimbangan Penerbitan Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah
Timbul sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
B. DASAR HUKUM
Kegiatan Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul
merupakan pelaksanaan amanat yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
2
6. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Sempadan Pantai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 113);
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 83);
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 573);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 661);
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 985);
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 986);
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 331);
13. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang dan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 330).
3
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Pertimbangan Teknis Pertanahan. Tujuannya adalah agar diperoleh pemahaman
teknis yang sama di daerah dalam pelaksanaan Inventarisasi Data Tanah Timbul
serta Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Tanah Timbul meliputi;
1. Kegiatan Inventarisasi Data Tanah Timbul; dan
2. Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul.
E. DEFINISI
Definisi dari istilah yang digunakan dalam Petunjuk Teknis Tanah Timbul
adalah:
1. Tanah timbul adalah daratan yang terbentuk secara alami maupun buatan
karena proses pengendapan di sungai, danau, pantai dan/atau pulau timbul,
serta penguasaan tanahnya dikuasai negara;
2. Penegasan status tanah timbul adalah penetapan status tanah objek tanah yang
dikuasai langsung oleh negara;
3. Rekomendasi adalah arahan penggunaan, pemanfaatan atau pemberian hak
atas tanah objek tanah yang dikuasai langsung oleh negara;
4. Pertimbangan Teknis Pertanahan adalah pertimbangan yang memuat hasil
analisis teknis penatagunaan tanah yang meliputi ketentuan dan syarat
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan tanah dengan
memperhatikan rencana tata ruang, sifat dan jenis hak, kemampuan tanah,
ketersediaan tanah serta kondisi permasalahan pertanahan;
5. Penguasaan Tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok
orang, atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
6. Laporan Inventarisasi Data Tanah Timbul adalah laporan hasil analisis dan
pengolahan data lapangan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Inventarisasi
Data Tanah Timbul;
4
7. Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul yang selanjutnya disebut Tim
Pelaksana merupakan tim yang dibentuk oleh Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi yang ditugaskan untuk menginventarisasi data
di lokasi terindikasi tanah timbul sesuai dengan yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul; dan
8. Tanah yang dikuasai langsung oleh negara adalah tanah yang tidak dilekati
dengan suatu hak atas tanah, bukan tanah adat, bukan tanah ulayat, bukan
merupakan Barang Milik Negara/Daerah dan atau Badan Usaha Milik
Negara/Daerah.
5
BAB II
INVENTARISASI DATA TANAH TIMBUL
6
1) Batas lokasi yang dimohon;
2) Batas administrasi;
3) Garis pantai;
4) Toponimi; dan
5) Batas kawasan hutan.
Format Peta Kerja terdapat dalam Lampiran 2.
3. Pembentukan Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul.
Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul beranggotakan sebagaimana
berikut:
a. Kepala Kantor Wilayah BPN, selaku penanggung jawab;
b. Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan, selaku ketua;
c. Koordinator Pelaksana Kegiatan Penatagunaan Tanah, selaku sekretaris;
d. Instansi yang membidangi kelautan dan perikanan/instansi yang
membidangi wilayah sungai, situ, danau, embung, waduk (sesuai objek yang
diinventarisasi), selaku anggota;
e. Instansi yang membidangi tata ruang, selaku anggota; dan
f. Unsur teknis di lingkungan Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan lokasi
kegiatan, selaku anggota.
7
TIM PELAKSANA
INVENTARISASI DATA TANAH
TIMBUL
Penanggung Jawab
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Ketua
Kepala Bidang Penataan
dan Pemberdayaan Sekretaris
Koordinator Pelaksana
Kegiatan Penatagunaan Tanah
Anggota
Gambar 1. Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul
B. PENGUMPULAN DATA
B.1. PENINJAUAN LAPANGAN
1. Rapat Persiapan Lapangan di Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten lokasi
kegiatan;
2. Peninjauan lapangan dilengkapi dengan:
a. Surat tugas; dan
b. Peta kerja.
3. Peninjauan lapangan dilakukan untuk:
a. Memverifikasi data pada peta kerja; dan
b. Mengetahui penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
kemampuan tanah dan informasi lainnya yang terkait dengan lokasi tanah
timbul.
4. Hasil peninjauan lapangan dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani
oleh Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul.
Format Formulir Berita Acara Peninjauan Lapangan sesuai dengan
Lampiran 4.
8
Tahapan peninjauan lapang terdiri dari:
a. Identifikasi informasi P4T existing pada lokasi terindikasi tanah timbul;
b. Pengambilan data koordinat lokasi dengan GPS dan peralatan teknis lainnya;
c. Pengambilan titik sampel kemampuan tanah yang mewakili kondisi existing
tanah timbul;
d. Pengambilan foto lokasi tanah timbul;
e. Penyusunan laporan hasil peninjauan lapang dilengkapi dengan data faktor fisik
atas tanah timbul, yang meliputi:
1) Abrasi: berdasarkan pengamatan lapangan, mengenai ada atau tidaknya
abrasi yaitu suatu proses alam berupa pengikisan tanah pada daerah pesisir
pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut, yang juga disebut dengan
erosi pantai;
2) Pola pasang surut (berapa kali dalam sehari);
3) Keberadaan mangrove/terumbu karang;
4) Tingkat kekerasan tanah timbul (keras, lunak, sangat lunak);
5) Jenis tanah timbul (pasir, lumpur, liat);
6) Tingkat stabilitas tanah timbul (kestabilan dilihat berdasarkan parameter
waktu selama 5 tahun terakhir bahwa tanah timbul tersebut keberadaannya
relatif tetap ada); dan
7) Data dan informasi potensi kebencanaan karena peristiwa alam, yang dapat
diperoleh dari instansi yang membidangi penanggulangan bencana (BPBD).
9
2. Pengolahan dan analisis data berupa:
a. Validasi letak lokasi;
b. Update penguasaan tanah;
c. Update pemilikan tanah;
d. Update penggunaan tanah;
e. Update pemanfaatan tanah;
f. Analisis kemampuan tanah
Unsur kemampuan tanah terdiri dari lereng, tekstur tanah, drainase,
kedalaman efektif, erosi, faktor pembatas, dan ketinggian. Dalam analisis
kemampuan tanah, yang dilakukan adalah tumpang susun (overlay) antara
lokasi yang dimohon dengan data spasial kemampuan tanah. Data spasial
kemampuan tanah diutamakan dari hasil peninjauan lapangan (data primer)
untuk lokasi yang memungkinkan dilakukan survei lapangan. Apabila tidak
mungkin dilakukan survei lapangan dapat menggunakan data sekunder
yang tersedia di Kantor Pertanahan atau instansi terkait.
Penjelasan lebih lanjut terkait unsur–unsur kemampuan tanah dapat dilihat
pada Lampiran 5;
g. Analisis Faktor Fisik Lainnya dan Aspek Kebencanaan
Faktor fisik lainnya merujuk pada kondisi yang mempengaruhi lokasi di
wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan (perairan) dan wilayah
tertentu (perairan) yang diperoleh dari data primer dan/atau sekunder,
meliputi abrasi, pola pasang surut (berapa kali dalam sehari), keberadaan
mangrove/terumbu karang, tingkat kekerasan tanah timbul (keras, lunak,
sangat lunak), jenis tanah timbul (pasir, lumpur, liat), dan tingkat stabilitas
tanah timbul (kestabilan dilihat berdasarkan parameter waktu selama 5
tahun terakhir). Sedangkan aspek kebencanaan, data dan informasinya
dapat diperoleh dari instansi yang membidangi penanggulangan bencana
(BPBD).
Dengan menggunakan klasifikasi kemampuan tanah dan faktor fisik lainnya,
akan didapatkan mana daerah yang berdasarkan kemampuan tanah sesuai
untuk kawasan pertanian, kawasan non pertanian, dan kawasan lindung
yang selanjutnya digunakan sebagai dasar rekomendasi arahan penggunaan
dan pemanfaatan tanah;
10
Tabel 1. Arahan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Berdasarkan Kemampuan
Tanah dan Faktor Fisik Lainnya
Kemampuan
No Pertanian Non Pertanian Kawasan Lindung
Tanah
Tingkat
1 0-3% 0-3% 0-3%
Kelerengan
2 Ancaman abrasi kecil kecil besar
Jenis tanah liat, lumpur, liat, lumpur,
3 liat, lumpur, pasir
timbul pasir pasir
halus, sedang, halus, sedang,
4 Tekstur tanah halus, sedang, kasar
kasar kasar
Kedalaman
5 ≥ 25 cm ≥ 90 cm ≥ 0 cm
efektif
tidak tidak tergenang,
tergenang, tergenang periodik,
6 Drainase tidak tergenang
tergenang tergenang terus
periodik menerus
11
3. Hasil rapat pembahasan dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani
oleh ketua, sekretaris, dan anggota.
Formulir Berita Acara Rapat Pembahasan tercantum dalam Lampiran 6.
12
D.2. LAPORAN DAN RISALAH INVENTARISASI DATA TANAH TIMBUL
Tahapan Laporan dan Risalah Inventarisasi Data Tanah Timbul adalah sebagai
berikut:
1. Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan menyampaikan Laporan
Inventarisasi Data Tanah Timbul dan lampiran peta kepada Kepala Kantor
Wilayah.
2. Laporan Inventarisasi Data Tanah Timbul ditindaklanjuti dengan Risalah
Inventarisasi Data Tanah Timbul yang ditandatangani oleh Kepala Kantor
Wilayah.
3. Risalah Inventarisasi Data Tanah Timbul paling sedikit memuat:
a. Hasil Laporan Inventarisasi Data Tanah Timbul
b. Rekomendasi penggunaan dan pemanfaatan tanah timbul:
1) Arahan penggunaan dan pemanfaatan tanah; dan
2) Syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah.
4. Risalah Inventarisasi Data Tanah Timbul yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Wilayah dipakai sebagai dasar Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan
Tanah Timbul oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.
Format Risalah Inventarisasi Data Tanah Timbul tercantum dalam Lampiran 14.
13
BAB III
PENEGASAN STATUS DAN REKOMENDASI PENGUASAAN
TANAH TIMBUL
14
Permohonan Penegasan Status dan Rekomendasi Tanah Timbul dapat
diajukan oleh:
a. Warga Negara Indonesia, baik sendiri maupun secara bersama-sama;
b. Instansi Pemerintah;
c. Badan Hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan
di wilayah Republik Indonesia;
15
Permohonan Penegasan dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul
langsung dimohon oleh Badan Bank Tanah kepada Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional c.q. Direktorat Jenderal Penataan Agraria.
16
Disclaimer:
Saat ini sedang dilaksanakan proses revisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penataan
Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang didalamnya terdapat
pengaturan mengenai pemberian hak atas tanah timbul. Dalam hal pembagian
kewenangan pemberian Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan
Tanah Timbul untuk kedepannya akan menyesuaikan hasil revisi Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terbaru.
17
BAB IV
HAL-HAL YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENEGASAN
STATUS DAN REKOMENDASI PENGUASAAN TANAH TIMBUL
18
3. Rencana dan pengembangan lokasi harus menyediakan, antara lain:
a. Akses jalan, saluran drainase/pembuangan, jaringan irigasi, dan lain
sebagainya kepada masyarakat umum di dalam dan sekitar lokasi tanah
yang dimohon atau ditetapkan, sesuai dengan kebutuhan.
b. Sarana dan prasarana publik (fasos dan fasum) dan mengintegrasikannya
dengan sarana dan prasarana yang ada sesuai dengan perencanaan
pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
c. Sarana pengolahan limbah secara terpadu bagi penggunaan tanah industri
yang dimohon atau ditetapkan.
d. Sarana konservasi tanah dan air seperti sumur resapan, biopori, terasering,
sodetan, dan lain sebagainya.
e. Sarana dan prasarana seperti tempat parkir, tempat ibadah sesuai dengan
sekalanya, sanitasi, kebersihan, keamanan dan sebagainya bagi penggunaan
dan pemanfaatan tanah untuk pusat-pusat perdagangan, dan kegiatan
lainnya yang berkaitan dengan masyarakat luas (restoran, pusat
perbelanjaan, dan sebagainya).
4. Terhadap penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berada di tanah timbul dan
sempadan pantai antara lain:
a. Tidak boleh menutup akses masyarakat untuk mencapai pesisir dan pantai.
b. Harus menyediakan dan/atau meningkatkan kualitas sarana akses yang
sudah ada.
5. Penggunaan dan pemanfaatan tanah yang memanfaatkan tubuh air/menjorok
ke laut:
a. Tidak boleh mematikan usaha-usaha nelayan setempat.
b. Tidak boleh merusak ekosistem pantai seperti terumbu karang, mangrove,
dan biota laut lainnya.
c. Tidak boleh menimbulkan polusi air.
d. Harus menyediakan sarana pencegahan abrasi dan erosi pantai seperti
pemecah gelombang, rekayasa vegetatif, dan sebagainya.
e. Rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah diupayakan tidak boleh
menggunakan tanah-tanah pertanian subur dan tanah-tanah yang memiliki
habitat khusus untuk komoditas tertentu.
19
f. Rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang memanfaatkan air tanah
dalam jumlah yang besar.
g. Harus memperhitungkan ketersediaan air tanah bagi masyarakat sekitar.
h. Harus menyediakan air bersih beserta sarana dan prasaranya bagi
masyarakat sekitar.
i. Luas, jangka waktu, tata cara dan jenis hak atas tanah untuk rencana dan
pengembangan lokasi diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
j. Bidang tanah yang dimohon atau ditetapkan tidak dalam keadaan sengketa
(clean and clear).
20
b. Tidak boleh ditempatkan di wilayah permukiman, pendidikan dan
peribadatan kecuali dengan persetujuan dari masyarakat sekitar sesuai
dengan peraturan perundangan.
21
BAB V
Sebagai bahan pemantauan dan evaluasi tindak lanjut Penegasan Status dan
Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi melalui Bidang Penataan dan Pemberdayaan menghimpun, merekapitulasi, dan
melaporkan hasil evaluasi secara berkala berupa dokumen dan data spasial Penegasan
Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul yang telah ditindaklanjuti dengan
penerbitan Hak Atas Tanah.
22
BAB VI
PENUTUP
Demikian Petunjuk Teknis Tanah Timbul ini dibuat sebagai pedoman bagi
pelaksana di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan Inventarisasi Data Tanah
Timbul serta Penegasan Status dan Rekomendasi Penguasaan Tanah Timbul.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1
Format Keputusan Penetapan Lokasi Tanah Terindikasi Tanah Timbul
PROVINSI .........................
NOMOR …/…/…
TENTANG
PENETAPAN LOKASI TANAH TERINDIKASI TANAH TIMBUL
DI DESA/KELURAHAN…. KECAMATAN…KABUPATEN/KOTA….
Menimbang a. bahwa berdasarkan hasil kegiatan pemantauan dan evaluasi serta informasi
dari instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, atau pihak
lain tanggal …… nomor ………… perihal informasi atau pemberitahuan
mengenai tanah yang terindikasi sebagai tanah timbul, Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi ………… perlu menetapkan
lokasi tanah dalam rangka Inventarisasi Data Tanah Timbul
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi ............ tentang Penetapan Lokasi Tanah Yang Terindikasi
Sebagai Tanah Timbul;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 66l7);
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
6. Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Sempadan Pantai;
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 83);
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 573);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah;
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 985);
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 986);
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 331); dan
13. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang dan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 330).
MEMUTUSKAN
Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PROVINSI ………. TENTANG PENETAPAN LOKASI TANAH TERINDIKASI
TANAH TIMBUL
KESATU Lokasi tanah terindikasi Tanah Timbul terletak di Desa/Kelurahan ..….
Kecamatan ...… Kabupaten/Kota …… Provinsi ….. dengan luas keseluruhan
area ......
KEDUA Peta lokasi dan daftar tanah terindikasi tanah timbul sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan
diperbaiki/disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di …………….
Pada tanggal: …………….
KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI ……….,
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di …….
Pada Tanggal : ……
………………
NIP ……………………
SUSUNAN TIM PELAKSANA INVENTARISASI DATA TANAH TIMBUL
KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI ………
TAHUN ANGGARAN ………
Nama/NIP Kedudukan
No Tugas
/Jabatan dalam Tim
1 2 3 4
a. Mengarahkan dan monitoring agar
pelaksanaan Inventarisasi Data Tanah
Timbul sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
Penanggung Jawab
b. Menandatangani SK Tim Pelaksana
Inventarisasi Data Tanah Timbul
c. Menandatangani Laporan dan Lampiran Peta
Inventarisasi Data Tanah Timbul
a. Menandatangani Surat Tugas Peninjauan
Lapangan
b. Menyelenggarakan/ memimpin rapat
persiapan lapangan dan rapat pembahasan
Inventarisasi Data Tanah Timbul
Ketua merangkap
c. Memastikan Berita Acara Hasil Peninjauan
Anggota
Lapangan, Berita Acara Rapat Pembahasan
Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah
Timbul dan Laporan Inventarisasi Data
Tanah Timbul beserta lampiran peta sudah
disusun dan ditandangani
a. Menyiapkan SK Tim Pelaksana Inventarisasi
Data Tanah Timbul
b. Menyiapkan Surat Tugas Peninjauan
Lapangan
c. Menyiapkan Rapat Persiapan, Rapat hasil
peninjauan lapangan dan Rapat pembahasan
Sekretaris
Inventarisasi Data Tanah Timbul
merangkap Anggota
d. Membuat Berita Acara hasil peninjauan
lapangan dan Berita Acara hasil pembahasan
Inventarisasi Data Tanah Timbul
e. Menyiapkan Laporan Inventarisasi Data
Tanah Timbul dan Lampiran Peta
Inventarisasi Data Tanah Timbul
a. Menyiapkan Peta Kerja dan peralatan
b. Melaksanakan Peninjauan Lapangan
c. Membuat Berita Acara Peninjauan Lapangan
d. Memastikan Berita Acara Peninjauan
Lapangan telah ditandangani oleh Tim
Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul
e. Memberikan saran dan pertimbangan
Anggota tentang pendayagunaan masyarakat
f. Memberikan data dan informasi terkait
sengketa, konflik, dan perkara pertanahan
g. Melakukan Pengolahan dan Analisis Data
(kemampuan tanah dan ketersediaan tanah)
h. Membuat Draft Laporan Inventarisasi Data
Tanah Timbul dan Lampiran Peta
Inventarisasi Data Tanah Timbul
Ditetapkan di …….
Pada Tanggal : ……
………………
NIP ……………………
Lampiran 4
Format Formulir Berita Acara Peninjauan Lapangan
I 0–2% Datar
II 2–8%
Landai
III 8 – 15%
IV 15 – 20 %
Agak curam
V 20 – 25 %
VI 25 – 30 %
Curam
VII 30 – 40 %
VIII > 40 % Sangat curam
Lereng terbentuk oleh interaksi antara dua pengaruh yaitu pengaruh internal (jenis dan sikap kedudukan batuan,
tanah, vegetasi) dan pengaruh eksternal (proses denudasi, seperti pelapukan massa batuan dan erosi). Lereng
memiliki parameter-parameter seperti kemiringan, panjang dan bentuk (cembung, cekung, atau lurus).
Parameter-parameter lereng tersebut terbentuk sebagai akibat dari interaksi faktor internal dan eksternal
tersebut di atas.
(2) Kedalaman Efektif adalah tebal lapisan tanah bagi pertumbuhan tanaman yang dihitung dari permukaan tanah
sampai bahan induk tanah atau sampai batas bawah yang perakaran tanaman tidak dapat menembusnya. Unsur–
unsur dalam pengamatan kedalaman efektif di antara lain:
a. Pemboran dilakukan pada rencana titik pengamatan, sesuaikan dengan skala;
b. Pada wilayah yang berlereng pemboran dilakukan di kaki di bagian tengah dan di puncak lereng;
c. Pemboran dilakukan sampai kedalaman sedalam 120 cm atau sampai bahan induk atau sampai batas
kedalaman efektif.
Kedalaman efektif dibedakan/dikelaskan menjadi tiga kelas yakni dalam, sedang, agak dangkal, dan dangkal.
Berikut Tabel Klasifikasi Kedalaman Efektif:
A > 150 cm
Dalam
B 90 – 150 cm
C 75 – 90 cm
Sedang
D 60 – 75 cm
E 50 – 60 cm
Agak Dangkal
F 30 – 50 cm
G 10 – 30 cm
Dangkal
H < 10 cm
(3) Tekstur adalah keadaan halus kasarnya tanah yang ditentukan atau dinilai berdasarkan perbandingan fraksi
pasir, debu dan liat. Pengamatan tekstur dari hasil pemboran pada kedalaman 20-30 cm.
Berdasarkan komposisinya membentuk sifat tanah yang berbeda yang dapat dirasakan bila ditekan di antara ibu
jari dan telunjuk. Klasifikasi tekstur tanah dikelompokkan menjadi lima kelaslima kelas yakni tekstur halus, agak
halus, sedang, agak kasar, dan kasar.
Gambar Menentukan Tekstur Tanah dengan Membuat Sebuah Bentuk dengan Tangan
Gambar Metode untuk Mengidentifikasi Tekstur Tanah
(4) Drainase adalah keadaan air permukaan yang menunjukkan lama dan seringnya tanah dalam kondisi jenuh air
atau menunjukkan kecepatan air meresap atau mengalir dari permukaan tanah suatu tempat. Unsur-unsur dalam
pengamatan drainase antara lain:
a. Pengamatan dilakukan pada wilayah berlereng 0-3%;
b. Pengamatan drainase dilakukan pada drainase permukaan, tetapi untuk peta skala detail (1 : 5.000) juga
diamati drainase penampang tanah;
c. Drainase permukaan yang diamati adalah drainase alam (sawah kolam ikan bukan genangan alami);
d. Informasi periodisitas genangan diperoleh dari penduduk setempat dan gejala karatan pada hasil pemboran;
e. Karatan yang terdapat pada kedalaman 0-50 cm memperlihatkan gejala genangan periodik bila pada saat
pengamatan permukaan tanah tidak tergenang.
(5) Erosi adalah pengikisan lapisan permukaan tanah oleh kekuatan air atau angin sehingga mengakibatkan butiran
tanah terangkul ke tempat lain. Unsur-unsur dalam pengamatan erosi antara lain:
a. Diamati pada wilayah dengan lereng >3%;
b. Intensitas erosi dicirikan dari tebal lapisan tanah (atas) yang terkikis.
T Tidak ada erosi Lapisan tanah bagian atas masih utuh, tidak terlihat adanya erosi
Lapisan tanah bagian atas terkikis 0–10 % atau 0–2 mm. Di antara vegetasi
E1 Erosi ringan
ada terlihat bekas erosi permukaan
Lapisan tanah bagian atas terkikis 10–50 % atau 2–5 cm, terlihat jelas bekas
E2 Erosi sedang
erosi berupa alur
Lapisan tanah bagian atas terkikis 50–75 %, sudah terlihat satu atau lebih
E3 Erosi berat
parit erosi dalam berbentuk V atau H erosi parit
Lapisan tanah bagian atas terkikis 75–100 % nampak seperti mikro relief
E4 Erosi sangat berat
bergelombang sampai berupa tanah longsor
(6) Faktor pembatas lainnya adalah keadaan yang membatasi usaha memanfaatkan tanah sebagai akibat sifat fisik
dan kimiawi tanah.
Faktor pembatas secara fisik adalah adanya permukaan tanah yang berbatu dan bergambut, sedangkan secara
kimia disebabkan adanya kadar garam dan tingkat kemasaman yang berlebihan.
b. 50 – 75 cm Agak dalam
c. Lebih 75 cm Dalam
75 – 150 cm
150 – 300 cm
1. Nama : .............................................................................
NIP : .............................................................................
Jabatan : .............................................................................
2. Nama : .............................................................................
NIP : .............................................................................
Jabatan : .............................................................................
3. Nama : .............................................................................
NIP : .............................................................................
Jabatan : .............................................................................
Dst.
telah melaksanakan rapat pembahasan untuk keperluan penyusunan Laporan dan Risalah
Inventarisasi Data Tanah Timbul dengan hasil sebagai berikut:
I. UMUM
1. Penggunaan tanah:
a) …………………… : ±.............. m² (........%)
b) …………………… : ±.............. m² (........%)
c) …………………… : ±.............. m² (........%)
2. Penggunaan tanah sekitar: …………………………………
3. Penguasaan tanah:
a) …………………… : ±.............. m² (........%)
b) …………………… : ±.............. m² (........%)
c) …………………… : ±.............. m² (........%)
4. Gambaran umum penguasaan tanah sekitar: ………….
5. Indikasi sengketa/konflik/perkara: ……………
6. Karakteristik tanah dan lingkungan (diisi berdasarkan hasil peninjauan lapangan)
a) Kemampuan Tanah:
b) Abrasi:
c) Pola pasang surut:
d) Keberadaan mangrove/terumbu karang:
e) Tingkat kekerasan tanah timbul:
f) Jenis tanah timbul:
g) Tingkat stabilitas tanah timbul:
h) Potensi Bencana:
i) Keterangan lainnya:
7. Arahan fungsi kawasan RTR:
a) Kawasan .......................... : ±.............. m² (........%)
b) Kawasan .......................... : ±.............. m² (........%)
c) ..........dst.
8. Kesesuaian karakteristik fisik tanah dan lingkungan dengan indikator fisik tanah
timbul secara umum dapat disimpulkan:
Sesuai/Cukup Sesuai/Tidak Sesuai (pilih salah satu)
a) Stabilitas sedimen:
b) Tidak terendam air saat pasang tertinggi:
c) Fungsi ekologi darat yang ditandai pertumbuhan vegetasi:
d) Fungsi ekologi perairan sekitarnya, dengan adanya aliran massa air yang tetap
dan stabil dan menjadi habitat biota perairan:
e) Stabilitas lahan lebih dari 5 tahun tidak berubah:
Hasil rapat pembahasan Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul mengenai objek
dan lingkungan sekitar sebagaimana dimaksud angka I dan II disusun dalam Laporan dan
Risalah Inventarisasi Data Tanah Timbul.
............., ..........................
Tim Pelaksana Inventarisasi Data Tanah Timbul,
1. …………………………
NIP ………………………… 1. ………………...
2. …………………………
NIP ………………………… 2. …..………….…
3. …………………………
NIP ………………………… 3. ………………….
4. …………………………
NIP ………………………… 4. …………………..
Lampiran 7
Contoh Peta Petunjuk Lokasi Tanah Timbul (Dicetak dalam Format A3)
RISALAH
INVENTARISASI DATA TANAH TIMBUL
Berdasarkan Berita Acara Rapat Pembahasan Inventarisasi Data Tanah Timbul Nomor ……………
tanggal ……… beserta lampiran, bahwa:
B. RISALAH
7. Berdasarkan hasil rapat pembahasan mengenai obyek dan lingkungan sekitar di lokasi
terindikasi tanah timbul, maka dengan ini dilaporkan:
a. Tanah yang berada di lokasi…. seluas….dapat dinyatakan sebagai tanah timbul; dan/atau
b. Tanah yang berada di lokasi…. seluas…. belum memenuhi syarat untuk dinyatakan
sebagai tanah timbul
8. Risalah inventarisasi Data Tanah Timbul dapat dipakai sebagai dasar:
a. Pembuatan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penegasan status dan
rekomendasi penguasaan tanah timbul;
b. Penetapan objek redistribusi tanah dalam rangka Reforma Agraria;
c. Penetapan perolehan tanah oleh Badan Bank Tanah; dan
d. Penetapan kebijakan pertanahan lainnya.
9. Arahan penggunaan dan pemanfaatan tanah disesuaikan dengan syarat dan ketentuan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
………………………………..
NIP………………………………..