Biometrika Hutan
Kelompok 3
1. Indah Tri Riantika E14100008
2. Gina Lugina Aprilina E14100020
3. Friskafianti Amalia Dewi E14100023
4. Rama Septiawan E14100028
5. Pebi Yusnita E14100031
6. Mutiono E14100052
7. Abdul Aziz Muzakki E14100073
8. M. Rifqi Tirta M. E14100092
9. Diantama Puspitasari E14100107
10. Prasasti Riri Kuntari E14100135
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Sistem
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa laptop yang dilengkapi
dengan perangkat lunak Ms. Word serta STELLA 9.0.2 untuk pembuatan dan
menjalankan model. Sedangkan data-data yang digunakan adalah jenis tanah, data
penggunaan lahan tahun di sub DAS Ciliwung hulu tahun 1999 (Kuswadi 2002)
dan angka curve untuk masing-masing penggunaan lahan. Data iklim yang
digunakan adalah data curah hujan harian Ciliwung hulu tahun 2001 sedangkan
data hidrologi yang digunakan adalah debit harian di bendung Katulampa tahun
2001 yang diperoleh dari BPSDA WS Ciliwung-Cisadane.
Pembuatan Model
Pembuatan model pada penelitian ini mengacu kepada Grant et al. (1997):
Penggunaan Model
Tahap akhir analisis sistem ini memiliki tujuan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada awal pembuatan model. Tahapan ini
melibatkan skenario perubahan penggunaan lahan yang mungkin terjadi di
lapangan. Penggunaan model dilakukan dengan menerapkan beberapa
kemungkinan skenario untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling optimal
dalam menekan fluktuasi debit, maka skenario yang digunakan adalah perubahan
luas penggunaan lahan. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Skenario 1: merubah 3,50% perkebunan dan 16,00% pertanian dataran tinggi
menjadi hutan.
- Skenario 2: merubah 12,34% pemukiman dan 32,31% pertanian dataran tinggi
dan menjadi hutan.
Pada periode 1999-2001, terjadi perubahan lahan perkebunan sebesar
3,49% dan pertanian dataran tinggi sebesar 15,96%. Pada periode yang sama
terlihat pula terjadi penyempitan luas hutan sebesar 16,62%. Skenario 1 mencoba
melihat pengaruh yang terjadi jika luas lahan perkebunan dan pertanian dataran
tersebut kembali dikurangi, untuk perkebunan dikurangi 3,5% dan pertanian
dataran tinggi sebesar 16,00%. Skenario 2 mencoba melihat pengaruh tindakan
konservasi pada masing-masing lahan yang mempengaruhi nilai kurva pada
masing-masing penggunaan lahan. Pembuatan sumur resapan di daerah
pemukiman memberikan kesetaraan dengan perubahan 12,34% lahan pemukiman
menjadi hutan. Tindakan konservasi berupa pembuatan teras dan pemberian mulsa
sisa hasil panen di lahan pertanian memberikan kesetaraan dengan perubahan
16,31% lahan pertanian dataran tinggi menjadi lahan hutan.
Tabel 1 Skenario luas penggunaan (dalam persen)
Awal Skenario 1 Skenario 2
Pemukiman 20,14 19,4 17,6
Hutan 26,83 44,6 46,5
Pertanian dataran tinggi 53,02 36 35,9
Besarnya fluktuasi debit aliran sungai yang terjadi dapat diketahui dengan
menggunakan koefisien rejim sungai (KRS). Koefisien rejim sungai merupakan
perbandingan antara debit harian rata-rata maksimum dan debit harian rata-rata
minimum. KRS biasa digunakan untuk mengevaluasi kondisi suatu DAS.
Semakin kecil koefisien ini berarti kondisi hidrologi dari suatu wilayah DAS
semakin baik (Asdak 1995). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kriteria
penggunaan lahan yang optimal dalam menekan fluktuasi debit dalam penelitian
ini adalah tipe penggunaan lahan yang mampu memberikan nilai KRS yang
rendah. Kriteria lain yang digunakan dalam penentuan lahan yang paling optimal
adalah debit harian rata-rata maksimum yang tidak melebihi batas debit normal di
pintu bendung Katulampa. Kriteria debit harian rata-rata maksimum yang normal
ditetapkan berdasarkan batas debit harian rata-rata maksimum normal dari
bendung Katulampa, yaitu debit yang tidak melebihi 244 m3/detik. Debit yang
melebihi angka tersebut sudah termasuk kategori status siaga I yaitu debit yang
beradaantara 244 m3/detik dan 411 m3/detik.
KONDISI UMUM
Iklim
Tabel 2 Data curah hujan (mm) di SPAS Ciliwung Hulu tahun 2002
Tanah untuk sampel dianggap seragam yaitu ordo entisol kelompok besar
kompleks Typic troporthents-Typic fluvaquentic.
Penggunaan Lahan
Kawasan hutan di daerah Sub DAS Ciliwung Hulu sebagian besar merupakan
hutan lindung yang berstatus hutan negara. Kawasan hutan ini didominasi oleh
vegetasi hasil suksesi alami dan menurut data tahun 1986, kerapatan vegetasi pada
hutan lindung tersebut makin lama makin berkurang (rata-rata sekitar 190
pohon/Ha). Pada wilayah hutan lindung, penyebaran vegetasinya tidak merata,
sehingga terdapat daerah gundul yang perlu segera direhabilitasi. Sekitar 30%
kawasan hutan di Sub DAS Ciliwung Hulu merupakan hutan produksi yang
didominasi oleh jenis Pinus sp. yang banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar
(BRLKT 2000).
Tabel 3 Penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu tahun 1999
Penggunaan Lahan Luas (ha)
Pemukiman 507,75
Hutan 5.385,00
Perkebunan 3,235,05
Pertanian dataran tinggi 3.338,25
Sawah 2.497,75
Jumlah 14.963,80
Sumber: Kuswadi (2002)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selain itu juga terdapat juga variabel luas masing-masing tutupan lahan yang
diperoleh pada sub model perubahan lahan.
Sub model ini mencoba menggambarkan bagaimana proses memperoleh
nilai run off. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap jenis tutupan lahan memiliki
kapasitas yang berbeda-beda dalam meloloskan air hujan ke dalam tanah. Oleh
karena itulah, disertakan data CH, CN, dan S dari area pemukiman, hutan, dan
pertanian sebagai variabel penggerak. Run off sendiri merupakan air hujan yang
tidak lolos ke dalam tanah yang pada akhirnya mengalir sebagai aliran
permukaan. Aliran permukaan ini akan terus mengalir menuju daerah yang lebih
rendah.
Evaluasi Model
Evaluasi model bertujuan untuk menguji keterandalan model dalam
menduga parameter sebenarnya di lapangan. Evaluasi yang digunakan untuk
menguji model ini adalah evaluasi kualitatif.Kondisi tutupan lahan pada saat awal
(terukur) terdiri dari 20,14% lahan pemukiman, 53,02% lahan pertanian dataran
tinggi, dan 26,83% berupa hutan. Kondisi tersebut mengakibatkan debit puncak
mencapai 2.002,55 yang ditunjukan pada gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6 Perbandingan debit dan CH pada kondisi terukur
Hasil Skenario
Berdasarkan data yang dihasilkan, diketahui bahwa kedua model skenario
tersebut dapat mempengaruhi nilai debit. Besar debit pada awal (terukur) sebesar
2.002,55, dengan persentase pemukiman sebesar 20,14%, 53,02% lahan pertanian,
dan 26,83% berupa lahan hutan. Namun dari kedua skenario yang dibuat, pada
skenario 1 diperoleh data debit sebesar 1.795,04, sedangkan untuk skenario 2,
dihasilkan debit sebesar 1.536,02. Berdasarkan data yang didapatkan tersebut,
terlihat bahwa dari kedua skenario yang dibuat menghasilkan pengurangan debit
yang cukup signifikan, terlebih pada skenario 2 yang mengalami penurunan debit
mencapai 1.536,02. Sehingga dapat dikatakan skenario 2 adalah skenrio yang
paling efektif menurunkan jumlah debit, yaitu dengan merubah tutupan lahan
menjadi 17,7% berupa lahan pemukiman, 35,9% berupa lahan pertanian, dan
46,5% berupa lahan hutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemodelan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
debit DAS Ciliwung dapat dikurangi dengan mengubah tutupan lahan selain hutan
menjadi lahan hutan. Dari kedua skenario yang dibuat, diketahui skenario 2
mampu menurunkan debit sebesar 1.536,02, yaitu dengan merubah tutupan lahan
menjadi 17,7% berupa lahan pemukiman, 35,9% berupa lahan pertanian dan
46,5% berupa lahan hutan. Sedangkan pada sekenario 1 hanya menurunkan debit
sebesar 1.795.04. Sehingga, sekenario 2 adalah yang paling efektif untuk
menurunkan debit pada pemodelan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung. 2002. Laporan Hasil
Monitoring Tata Air di Wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu, Cisadane
Hulu, Cimandiri Hulu, Cicangkedan dan Cipayanggu Tahun 2002.
Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial BP DAS Citarum-Ciliwung. Bogor.
Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Citarum-Ciliwung. 2002.
Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Sub
DAS Ciliwung Hulu Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Buku I (Utama).
Tidak dipublikasikan.
Grant, William E., Ellen K. Pedersen, dan Sandra L. Marin. 1997. Ecology and
Natural Resource Management: Systems Analysis and Simulation. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Kuswadi, Didit. 2002. Model Pendugaan Debit Berdasarkan Data Cuaca di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu. Thesis Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor.
Linsley, Ray K., Max A. Kohler, dan Joseph L. H. Paulhus. 1988. Hydrology
for Engineers: SI Metric Edition. McGraw-Hill Book Company
Limited. Singapura.
McLeod, Raymond. 2001. Edisi Indonesia: Manajemen Informasi Sistem. PT
Prenhallindo. Jakarta.
Viessman, Warren Jr., Gary L. Lewis, dan John W. Knapp. 1989. Introduction
to Hidrology, 3rd Edition. HarperCollins Publisher. New York.