Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Salah satu model yang dapat digunakan dalam memprediksi debit aliran sungai
adalah model Mock. Model hujan-aliran yang relatif sederhana dan telah banyak di
terapkan di sungai-sungai Indonesia untuk memperkirakan data aliran sungai
terutama untuk interval waktu yang cukup panjang seperti dua mingguan dan
bulanan. Mock (1975), memperkenalkan sebuah cara perhitungan aliran sungai
dengan menggunakan curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi
daerah pengaliran untuk menaksir besarnya debit sungai jika data debit tersedia tak
cukup panjang. Model Mock mentransformasikan hujan-aliran mengikuti prinsip
keseimbangan air (water balance) untuk memperkirakan ketersediaan air (debit)
suatu sungai.
Sub DAS Wuryantoro merupakan bagian dari DAS Wuryantoro dan termasuk
dalam pengeleloaan DAS Bengawan Solo Hulu, yang terletak di Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Infomasi data hidrologi debit aliran Sungai Wuryantoro
sangat penting dalam pengembangan sumberdaya air untuk wilayah yang ada di
Sub DAS Wuryantoro.
2
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan tanah
bagian atas, air yang ada di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Karena adanya
4
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
angin, maka uap air ini bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal
dengan awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana
temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi
sebagai hujan dalam bentuk air, es dan kabut.
Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan
(run-off), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah yang
dangkal maupun yang dalam, dan ada yang diserap oleh tumbuhan (Asdak, 2001).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah atau daerah yang
memiliki kemiringan atau topografi tertentu dan bervariasi yang dibatasi oleh
punggung-punggung bukit atau gunung yang dapat menjadi daerah atau wilayah
tampungan seluruh curah hujan sepanjang tahun. Daerah aliran sungai juga dapat
dikatakan sebagai suatu ekosistem yang terdiri atas komponen biotis dan abiotis
yang saling berinteraksi sehingga membentuk satu kesatuan yang teratur (Asdak,
2001).
5
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.6.3. Hujan
6
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Hujan merupakan suatu bentuk tetesan air yang memiliki diameter sekitar
0,5 mm dan terhambur luas pada suatu kawasan. Sedangkan curah hujan merupakan
banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi yang dinyatakan dalam ketebalan
hujan (rainfall depth) dengan satuan milimeter (mm). Curah hujan yang jatuh ke
permukaan bumi diamati dan diukur pada stasiun-stasiun pengamat curah hujan.
Stasiun pengamat tersebut berfungsi dalam mencatat data hujan secara periodik
guna untuk analisis lebih lanjut (Soewarno, 2000).
1.6.4. Evapotranspirasi
Evaporasi terjadi apabila terjadi terdapat perbedaan tekanan uap air antara
permukaan dan udara diatasnya. Maka penguapan terhenti pada waktu kelembaban
udara telah mencapai 100 persen. Transpirasi terjadi bila tekanan uap air di dalam
sel daun pada tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan uap air di udara
(Harto, 1993)
7
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
atmosfer oleh adanya pengaruh dari faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi
(Asdak, 2001).
Crop factor atau yang sering dikenal dengan koefisien tanaman merupakan
masukan dalam model Mock, karena nilai tanaman mempengaruhi besarnya
masukan air ke dalam tanah sehingga akan mempengaruhi besarnya debit aliran.
Koefisien tanaman (Kc) didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya
evapotranspirasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman pada kondisi
pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu.
1.6.6. Limpasan
Air larian (surface runoff) merupakan bagian curah hujan yang jatuh ke
permukaan bumi mengalir di atas permukaan tanah menuju alur sungai, danau dan
8
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
lautan (Asdak, 2001). Air larian berlangsung ketika jumlah curah hujan tersebut
terlampui dari laju infiltrasi ke dalam tanah. Bila laju infiltrasi terpenuhi, air mulai
mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah pengisian air terpenuhi
pada cekungan tersebut, air kemudian mengalir di atas permukaan tanah bebas.
Bagian air larian yang berlangsung cepat untuk selanjutnya membentuk debit aliran.
Bagian air larian tersebut, melewati cekungan pada permukaan tanah sehingga
memerlukan waktu beberapa hari atau bahkan minggu sebelumnya akhirnya
menjadi aliran debit.
Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber yaitu aliran
permukaan (surface flow), aliran antara (Interflow), dan aliran air tanah
(Triatmodjo, 2010). Aliran permukaan (surface flow), merupakan bagian dari air
hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan atas permukaan tanah. Sumber kedua
aliran antara adalah aliran arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah.
Aliran antara terdiri dari gerakkan air dan legas tanah secara lateral. Sumber ketiga,
aliran air tanah merupakan aliran yang dibawah permukaan air tanah ke elevasi
rendah yang alirannya menuju ke sungai atau langsung ke laut.
Model dalam hidrologi dapat dikelompok menjadi tiga model fisik (physical
model), model analog (analog model) dan model matematik (mathematical model).
Secara umum model hidrologi merupakan sebuah sajian sederhana dari sebuah
sistem hidrologi yang kompleks (Harto, 1993). Menurut Law dan Kelton (1987
dalam Lano, 2000), model hidrologi adalah sajian dari sederhana dari sebuah
sistem, dengan tujuan untuk mempelajari sistem tersebut. Sedangkan dalam
matematis model menjelaskan mengenai suatu gambaran dari suatu sistem
9
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Menurut Harto (1993), tujuan dari penggunaan model hidrologi antara lain
sebagai berikut:
10
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
keseimbangan air di permukaan (neraca air) serta tampungan air tanah. Secara
skematis model Mock disajikan pada Gambar 1.2.
Et
Cf
Keterangan :
P = Hujan
ER Et = Evapotranspirasi
CF = Koefisien Tanaman
ER = Kelebihan Hujan
WS = Kelebihan Air di Permukaan
SMC = Kapasitas Kelembaban Tanah
∆SM = Perubahan Kelembaban Tanah
WS DRO = WS - I ISM = Kelembaban Tanah Awal
DIC = Koefisien Infiltrasi Musim Kering
SMC WIC = Koefisien Infiltrasi Musim Hujan
DIC/WIC
∆SM I = Infiltrasi
ISM GWS = Tampungan Airtanah
∆V = Perubahan Tampungan Airtanah
IGWS = Tampungan Airtanah Awal
K = Koefisien Resesi
DRO = Aliran Permukaan
I BF = Aliran Dasar
TRO = Aliran Total
GWS
∆V
IGWS
BF = I - ∆V
TRO = DRO + BF
AET = CF x PET.........................................................(1.1)
Keterangan:
11
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
CF = koefisien tanaman.
Faktor kedua yang mempengaruhi metode Mock antara lain Curah hujan.
Curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah mengalami proses penguapan kembali
(evapotranspirasi) dan sisanya dari curah hujan akan mencapai permukaan tanah
(excess rainfall) dirumuskan secara matematis antara lain (Mock, 1973):
ER = P – AET .....................................................................(1.2)
Keterangan:
WS = ER - ∆𝑆𝑀.....................................................................(1.3)
Keterangan:
Infiltrasi pada musim kemarau dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
I = DIC x WS......................................................................(1.4)
12
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
I = WIC x WS......................................................................(1.5)
Keterangan:
Keterangan:
BF = I – (GWS-IGWS) ......................................................(1.7)
Keterangan:
DRO = WS – I.......................................................................(1.8)
13
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Keterangan:
Keterangan:
𝐴 𝑥 𝑇𝑅𝑂 𝑥 1000
Qcal = ........................................................(1.10)
𝐻 𝑥 24 𝑥 3600
Keterangan:
14
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Praktek kalibrasi terdapat tiga cara yang dapat ditempuh yaitu (Fleming,
1975; Indarto, 2010)): 1. pengaturan parameter secara manual berdasarkan
pengamatan, 2. pengaturan parameter secara otomatis yang dilakukan oleh program
komputer dengan kontrol ketelitian yang dikehendaki, dan 3. kombinasi antara coba
ulang secara manual dan otomatis. Dalam penelitian ini proses kalibrasi yang
digunakan adalah proses secara kombinasi. Kalibrasi secara otomatis yang
diterapkan dengan menggunakan fasilitas solver Microsoft Excel, dalam
mempermudah proses optimasi ditunjukkan dengan skematis pada Gambar 1.3.
Fungsi dari optimasi itu sendiri adalah berupa hubungan antara debit hasil
model dan debit teukur yang menunjukkan pada nilai minimal penyimpangan kedua
debit tersebut. Selanjutnya algortima optimasi dapat diterapkan dengan mengacu
pada fungsi hubungannnya tersebut untuk mendapatkan nilai-nilai paramater DAS
yang dikeluarkan model terdekat dengan debit lapangan (Harimawan, 2003).
15
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mengetahui air yang tersedia dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seperti untuk
air pertanian, air baku, maupun PLTA dan lainnya. Untuk keperluaan irigasi, debit
minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi ditetapakan 80%, sedang untuk
keperluaan air baku biasanya ditetapkan 90% (Triatmodjo, 2000).
Data masukan
P, Et, CF, A, Qobs, SMC, i, ISM, k
SOLVER
ER = P – Eta
SMC = SMC (i-1) + ERi
Ya
SMCi > ISM SMCi = ISM
Tidak
Ya
SMCi < 0 SMCi = 0
Tidak
WS = ER - ∆SM
I = DIC x WS atau WIC x WS
GWS = 0,5 x (1+k) I x k + IGWS
∆V = GWS – IGWS
BF = I - ∆V
DRO = WS – I
TRO = BF + DRO
Qcal = AxTROx1000/
Hx24x3600
Tidak R ≥ 0,7
Ya
Selesai
VE ≤ 5 %
Gambar 1.3. Diagram Alir Optimasi Parameter Model Mock (Nurrochmad, 1998).
16
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16,83 % dan tahun 2005 nilai koefisien korelasi sebesar 0,15 dan volume error
sebesar -7,53 %. Perhitungan debit andalan dari hasil model di DAS Luk Ulo di
atas Bendung Kaligending menunjukkan bahwa debit andalan tertinggi terjadi pada
bulan Januari periode I sebesar 55,94 m3 /s dan debit andalan terendah terjadi pada
bulan Oktober periode II dengan 0,28 m3 /s.
18
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pada tiap jenis tanaman berbeda-beda dan data debit aliran hasil pengamatan pada
periode setengah bulan dari Balai Penelitian Kehutanan (BPK Bengawan Solo).
Secara sederhana kerangka pikir yang dibangun untuk mencapai tujuan
dalam penelitian ini disajikan dalam bagan berikut ini (Gambar 1.4):
Penetapan Awal
Parameter Model Mock
WIC, DIC, ISM, SMC,
IGWS dan k
Karateristik DAS
Paramater Model Mock
WIC, DIC, ISM, SMC,
IGWS dan k
Verifikasi Model
Ketersediaan Air
Kajian model Mock ini, menggunakan tolok ukur uji yaitu: uji koefisien
korelasi (R), koefsien determinasi (R2) dan volume error (VE). Nilai koefisien
korelasi (R) > 0,7 sudah menunjukkan hubungan yang cukup tinggi antara model
dan data observasi dan uji tolok ukur koefisien determinasi (R2) dianggap baik, bila
21
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
nilainya > 50 % , serta nilai volume error (VE), semakin mendekati < 5 % (0,05)
menunjukkan model sudah dianggap baik.
Parameter awal model Mock meliputi SMC (kapasitas kelembaban tanah),
ISM (kelembaban tanah awal), DIC (koefisien infiltrasi musim hujan), IGWS
(tampungan airtanah awal), dan k (koefisien resesi airtanah). Penggunaan fasilitas
Microsoft Excel yaitu solver dalam proses optimasi akan memproses dan bekerja
sampai diperoleh nilai dengan keofisien korelasi (R) > 0,7 dan koefisien
determinasi (R2) > 50 % serta volume error (VE) < 5 %. Berdasarkan optimasi
diperoleh parameter Model Mock yang digunakan digunakan untuk memprediksi
debit rerata setengah bulanan pada tahun-tahun yang lain.
Curah Hujan: Banyak air yang jatuh ke permukaan bumi, permukaan bumi
tersebut dianggap datar, kedap dan tidak mengalami penguapan serta tersebar
secara merata yang dinyatakan sebagai ketebalan (Soewarno, 2000).
Infiltrasi: Air yang jatuh ke permukaan bumi dan diterima permukaan bumi
masuk kedalam tanah dengan gayak gerak gravitasi dan kapiler dalam suatu aliran
(Seyhan, 1990).
Limpasan: Merupakan air hujan yang jatuh ke permukaan bumi hingga masuk
ke alur sungai. Ditelusuri ada tiga telusuran yaitu limpasan permukaan, aliran antara
dan aliran airtanah (Triatmodjo, 2010).
22
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Model Hidrologi: Sebuah sajian sederhana dari sebuah sistem hidrologi yang
kompleks (Harto, 1993).
Ketersediaan Air: Merupakan jumlah air (debit) yang diperkirakan ada terus-
menerus dalam sungai dengan air hujan yang langsung jatuh dalam jumlah tertentu
dan periode tertentu (Lano, 2000).
23