Anda di halaman 1dari 23

Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,

Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting keberadaannya
untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Air juga
merupakan bagian penting dari sumberdaya alam yang mempunyai karakteristik
unik dibandingkan dengan sumberdaya alam lainnya karena bersifat terbarukan
melalui siklus air (siklus hidrologi). Meskipun sumberdaya air dapat diperbaharui
tetap saja kelestarian dan ketersediaan sumberdaya air harus terjaga. Meningkatnya
jenis dan kebutuhan air baik itu untuk memenuhi kebutuhan irigasi, rumah tangga
dan kebutuhan lainnya, maka dibutuhkan pula suatu perencanaan dalam
pengembangan sumberdaya air dalam suatu sistem sungai.
Pengembangan sumberdaya air sungai merupakan usaha untuk menyediakan
dan memanfaatkan sumberdaya air untuk menunjang kehidupan manusia.
Pengembangan sumberdaya air memerlukan ketersediaan data yang lengkap. Pada
beberapa kasus, data aliran sungai untuk pengembangan sumberdaya air suatu
wilayah sering belum tersedia lengkap dibandingkan dengan data curah hujan.
Walaupun ada, namun tidak tercatat secara kontiyu sepanjang tahunnya sehingga
dalam keadaan tersebut, diperlukan adanya pengukuran langsung dilapangan yang
memerlukan waktu, materi dan tenaga.
Ketidak lengkapan data hidrologi dalam suatu DAS merupakaan suatu masalah
yang sering dihadapi dalam pengembangan sumberdaya air itu sendiri. Data yang
tidak berkesinambungan teutama data aliran sungai, merupakan kendala yang
dihadapi dalam pengembangan sumberdaya air disuatu wilayah. Pada sektor
pertanian yang beririgasi misalnya, ketersediaan data aliran sungai penting
perannya dalam penentuan pola tanam, sehingga kegagalan panen akibat dari
kuranganya air dapat dihindari dengan melakukan penyesuaian pola tanam dengan
ketersediaan air sungai.

1
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Keterbatasan data yang ada, maka diperlukan model-model hidrologi yang


mencoba untuk menduga besarnya debit aliran sungai awal pada sistem DAS.
Menurut Harto (1993), model hidrologi merupakan sajian sederhana dari sistem
hidrologi yang kompleks. Model hidrologi tersebut titik berat analisis dipusatkan
pada pengalih ragaman hujan menjadi aliran melalui suatu sistem DAS. Di
Indonesia telah banyak dikembangkan model hidrologi yang mencoba untuk
mengalih ragamkan hujan menjadi aliran, diantaranya model Tangki, NAM, Watbal
dan lain-lain (Nurrochmad, 1998).

Menurut Nurrochmad (1998), belum adanya acuan dasar dalam pemilihan


model yang sesuai pada daerah-daerah yang dikembangkan juga merupakan
masalah tersendiri. Tetapi sebagai pertimbangan awal, penggunaan model hidrologi
dapat disesuaikan dengan ketersediaan data dan karateristik DAS yang dianalisis.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam memprediksi debit aliran sungai
adalah model Mock. Model hujan-aliran yang relatif sederhana dan telah banyak di
terapkan di sungai-sungai Indonesia untuk memperkirakan data aliran sungai
terutama untuk interval waktu yang cukup panjang seperti dua mingguan dan
bulanan. Mock (1975), memperkenalkan sebuah cara perhitungan aliran sungai
dengan menggunakan curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi
daerah pengaliran untuk menaksir besarnya debit sungai jika data debit tersedia tak
cukup panjang. Model Mock mentransformasikan hujan-aliran mengikuti prinsip
keseimbangan air (water balance) untuk memperkirakan ketersediaan air (debit)
suatu sungai.
Sub DAS Wuryantoro merupakan bagian dari DAS Wuryantoro dan termasuk
dalam pengeleloaan DAS Bengawan Solo Hulu, yang terletak di Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Infomasi data hidrologi debit aliran Sungai Wuryantoro
sangat penting dalam pengembangan sumberdaya air untuk wilayah yang ada di
Sub DAS Wuryantoro.

Pengembangan sumberdaya air yang berhubungan dengan ketersediaan air


membutuhkan data aliran yang cukup panjang, maka ketersediaan data yang

2
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

lengkap sangat diperlukan. Kondisi seperti ini dapat menghambat dari


pengembangan sumberdaya air itu sendiri, mengingat air didaerah ini banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti irigasi pertanian, peternakan,
kebutuhan domestik penduduk dan kebutuhan lainnya. Mengatasi permasalah
tersebut, maka dapat diterapkan suatu kajian model aliran yang mampu mengubah
hujan menjadi aliran. Salah satu model yang dapat digunakan dalam memprediksi
debit aliran sungai adalah model Mock.

Berdasarkan pada pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai ketersedian air di Sub DAS Wuryantoro dengan judul
“PREDIKSI KETERSEDIAAN AIR MENGGUNAKAN MODEL MOCK DI
SUB DAS WURYANTORO KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA
TENGAH”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah antara lain:
1. Apakah model hidrologi Mock dapat digunakan memprediksi ketersediaan
air di Sub DAS Wuryantoro?
2. Berapa besar debit andalan Sub DAS Wuryantoro dalam pengembangan
sumberdaya air?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian yang dilakukan di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah bertujuan untuk:
1. Menerapkan model Mock untuk memprediksi ketersediaan air setengah
bulanan di Sub DAS Wuryantoro.
2. Menentukan dan menghitung debit andalan (60 % dan 80 %) di Sub DAS
Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

3
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.4. Sasaran Penelitian


1. Hujan setengah bulanan Sub DAS Wuryatoro.
2. Evapotanspirasi potensial dan aktual setengah bulanan di Sub DAS
Wuryantoro.
3. Nilai koefisien tanaman setengah bulanan.
4. Debit aliran setengah bulanan.
5. Parameter awal model Mock.
6. Paramter karateristik model hasil optimasi dan ketelitian penggunaan model
Mock di Sub DAS Wuryantoro.
7. Simulasi debit dengan pendekatan model Mock.
8. Debit andalan

1.5. Kegunaan Penelitian


1. Memberikan gambaran dan informasi bagi Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Bengawan Solo dan Dinas Pengairan Sub DAS Wuryantoro terutama
Dinas PU Pengairan Kabupaten Wonogiri, dalam perencanaan pengelolaan
sumber daya air di Sub DAS Wuryantoro.
2. Memberikan informasi mengenai ketersediaan air yang didasarakan pada
debit andalan dengan daerah tangkapan hujan Sub DAS Wuryantoro.

1.6. Tinjauan Pustaka

1.6.1. Daur Hidrologi

Daur hidrologi merupakan proses pergerakan air yang berada di bumi


berupa cair, gas dan padat baik itu proses di armosfer, tanah dan badan-badan air
yang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu (Triatmodjo, 2010).

Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan tanah
bagian atas, air yang ada di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Karena adanya

4
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

angin, maka uap air ini bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal
dengan awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana
temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi
sebagai hujan dalam bentuk air, es dan kabut.

Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan
(run-off), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah yang
dangkal maupun yang dalam, dan ada yang diserap oleh tumbuhan (Asdak, 2001).

Gambar 1.1. Siklus Hidrologi (http://ga.water.usgs.gov/edu/watercyclebahasahi.html)

1.6.2. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah atau daerah yang
memiliki kemiringan atau topografi tertentu dan bervariasi yang dibatasi oleh
punggung-punggung bukit atau gunung yang dapat menjadi daerah atau wilayah
tampungan seluruh curah hujan sepanjang tahun. Daerah aliran sungai juga dapat
dikatakan sebagai suatu ekosistem yang terdiri atas komponen biotis dan abiotis
yang saling berinteraksi sehingga membentuk satu kesatuan yang teratur (Asdak,
2001).

5
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Menurut Harto (1993), DAS merupakan daerah dimana semua airnya


mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi
oleh topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan pada aliran permukaan. Batas
ini tidak ditetapkan berdasarkan pada air bawah tanah karena permukaan air tanah
selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiataan pemakaian. Penetapan
batas DAS diperlukan untuk menetapkan batas DAS yang dianalisis.

Menurut Seyhan (1990), DAS merupakan lahan total permukaan dan


permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas topografi serta memberikan
sumbangan terhadap debit sungai pada irisan melintang tertentu. Faktor-faktor
iklim, tanah (topografi, tanah, geologi dan geomorfologi), serta tata guna lahan
yang membentuk subsistem dan bertindak sebagai operator dalam mengubah urutan
waktu terjadinya hujan secara alami menjadi urutan waktu limpasan yang
dihasilkan.

1.6.3. Hujan

Menurut Seyhan (1990), bagaimanapun terjadinya, biasanya dinyatakan


sebagai kedalaman (jeluk) cairan yang berakumulasi diatas permukaan bumi, tanpa
dikurangi kehilangan air. Semua air yang bergerak di dalam bagian lahan dari siklus
hidrologi secara langsung maupun tidak langsung berasal dari presipitasi. Untuk
terjadinya hujan dibutuhkan beberapa mekanisme dalam mendinginkan udara,
sehingga cukup untuk menjadi jenuh, atau mendekati jenuh. Pendinginan yang
diperlukan oleh hujan dalam jumlah besar diperoleh dari pengangkatan udara
(Linsley, 1996).

Hujan merupakan komponen masukkan penting dalam proses hidrologi,


karena jumlah ketebalan hujan (rainfall depth), yang dialihragamkan menjadi aliran
di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara
(interfloe, sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow)
(Harto, 1993).

6
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Hujan merupakan suatu bentuk tetesan air yang memiliki diameter sekitar
0,5 mm dan terhambur luas pada suatu kawasan. Sedangkan curah hujan merupakan
banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi yang dinyatakan dalam ketebalan
hujan (rainfall depth) dengan satuan milimeter (mm). Curah hujan yang jatuh ke
permukaan bumi diamati dan diukur pada stasiun-stasiun pengamat curah hujan.
Stasiun pengamat tersebut berfungsi dalam mencatat data hujan secara periodik
guna untuk analisis lebih lanjut (Soewarno, 2000).

Curah hujan yang digunakan dalam penyusunan suatu rancangan


pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan di atas disebut curah hujan wilayah atau daerah yang dinyatakan dalam
satuan mm (Sosrodarsono, 1993).

1.6.4. Evapotranspirasi

Proses prestisipasi yang jatuh ke permukaan bumi tidak langsung


terinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas diatas permukaan tanah. Sebagian dari
proses tersebut secara langsung atau setelah penyimpanan permukaan (atau bawah
permukaan), hilang dalam bentuk evaporasi, yaitu proses di mana air menjadi uap,
transpirasi, yaitu proses di mana air menjadi uap melalui metabolisme tanaman.

Evaporasi terjadi apabila terjadi terdapat perbedaan tekanan uap air antara
permukaan dan udara diatasnya. Maka penguapan terhenti pada waktu kelembaban
udara telah mencapai 100 persen. Transpirasi terjadi bila tekanan uap air di dalam
sel daun pada tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan uap air di udara
(Harto, 1993)

Menurut Sosrodarsono (1993), peristiwa berubahnya air menjadi uap dan


bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi.
Sedangkan penguapan air dari tanaman disebut transpirasi. Gabungan kedua proses
tersebut disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan keseluruhan jumlah
air yang berasal dari permukaan tanah, air dan vegetasi yang di uapkan kembali ke

7
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

atmosfer oleh adanya pengaruh dari faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi
(Asdak, 2001).

Evapotranspirasi ada dua jenis yaitu evapotranspirasi aktual dan


evapotranspirasi potensial. Evapotranspirasi aktual, merupakan evapotranspirasi
yang terjadi pada kondisi kekurangan air, atau jumlah air terbatas. Sedangkan
evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air
yang berlebihan. Faktor-faktor yamg mempengaruhi evapotranspirasi potensial
adalah faktor meteorologi meliputi radiasi matahari, suhu, kelembaban atmosfer
dan angin. Secara umumnya besarnya evapotranspirasi akan meningkat ketika suhu,
radiasi matahari, kelembaban dan kecepatan angin bertambah besar (Asdak, 2001;
Triatmodjo, 2010)).

1.6.5. Koefisien Tanaman

Crop factor atau yang sering dikenal dengan koefisien tanaman merupakan
masukan dalam model Mock, karena nilai tanaman mempengaruhi besarnya
masukan air ke dalam tanah sehingga akan mempengaruhi besarnya debit aliran.
Koefisien tanaman (Kc) didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya
evapotranspirasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman pada kondisi
pertumbuhan tanaman yang tidak terganggu.

Koefisien tanaman (Kc) menggambarkan laju kehilangan air secara drastis


pada fase-fase pertumbuhan tanaman, dan menggambarkan keseimbangan
komponen-komponen energi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Nilai
koefisien tanaman (Kc) tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim dan
periode pertumbuhan tanaman (Allen, 1998; Soewarno, 2000)). Sedangkan fungsi
dari koefisien tanaman (Kc) ini untuk mengetahui karateristik tanaman dari setiap
fase pertumbuhan mulai tanam sampai fase panen.

1.6.6. Limpasan

Air larian (surface runoff) merupakan bagian curah hujan yang jatuh ke
permukaan bumi mengalir di atas permukaan tanah menuju alur sungai, danau dan

8
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

lautan (Asdak, 2001). Air larian berlangsung ketika jumlah curah hujan tersebut
terlampui dari laju infiltrasi ke dalam tanah. Bila laju infiltrasi terpenuhi, air mulai
mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah pengisian air terpenuhi
pada cekungan tersebut, air kemudian mengalir di atas permukaan tanah bebas.
Bagian air larian yang berlangsung cepat untuk selanjutnya membentuk debit aliran.
Bagian air larian tersebut, melewati cekungan pada permukaan tanah sehingga
memerlukan waktu beberapa hari atau bahkan minggu sebelumnya akhirnya
menjadi aliran debit.

Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber yaitu aliran
permukaan (surface flow), aliran antara (Interflow), dan aliran air tanah
(Triatmodjo, 2010). Aliran permukaan (surface flow), merupakan bagian dari air
hujan yang mengalir dalam bentuk lapisan atas permukaan tanah. Sumber kedua
aliran antara adalah aliran arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah.
Aliran antara terdiri dari gerakkan air dan legas tanah secara lateral. Sumber ketiga,
aliran air tanah merupakan aliran yang dibawah permukaan air tanah ke elevasi
rendah yang alirannya menuju ke sungai atau langsung ke laut.

Menurut Wilson (1979), Faktor yang mempengaruhi limpasan dibedakan


menjadi dua. Pertama faktor yang mempengaruhi adalah volume limpasan yaitu
hujan, evaporasi, dan luas DAS. Kedua faktor yang mempengaruhi bentuk
hidrograf aliran permukaan adalah hujan (tipe, intensitas, lama hujan), topografi,
geologi, tipe tanah, vegetasi penutup, dan pola aliran.

1.6.7. Model Hidrologi

Model dalam hidrologi dapat dikelompok menjadi tiga model fisik (physical
model), model analog (analog model) dan model matematik (mathematical model).
Secara umum model hidrologi merupakan sebuah sajian sederhana dari sebuah
sistem hidrologi yang kompleks (Harto, 1993). Menurut Law dan Kelton (1987
dalam Lano, 2000), model hidrologi adalah sajian dari sederhana dari sebuah
sistem, dengan tujuan untuk mempelajari sistem tersebut. Sedangkan dalam
matematis model menjelaskan mengenai suatu gambaran dari suatu sistem

9
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pemisalan, persamaan-persamaan dan cara-cara dalam melukiskan untuk kerja


suatu sistem prototipe (Sudarmanto, 2006).

Menurut Harto (1993), tujuan dari penggunaan model hidrologi antara lain
sebagai berikut:

1. Peramalan (forecasting), suatu sistem peringatan dan manajmen.


Pengertiannya menunjukkan besaran maupun waktu kejadian yang
dianalisis berdasar pada probabilistik.
2. Perkiraan (predadiction), mengenai besarnya kejadian dan waktu hipotetik
(hypothetical future time).
3. Sebagai alat deteksi dalam masalah pengendalian. Dengan sistem yang telah
ada dan pasti serta keluaranya dapat diketahui, maka masukkan dapat
dikontrol dan diatur.
4. Sebagai alat pengenal (identification tool) dalam masalah perencanaan
(planninng).
5. Ekstrapolasi data atau informasi.
6. Memperkiraikan lingkungan sebagai akibat dari tingkat perilaku manusia
yang berubah atau meningkat.
7. Penelitian dasar dalam proses hidrologi.

1.6.8. Konsep Neraca Air Model Mock

Model Mock merupakan salah satu model hidrologi yang memperkirakan


besarnya debit suatu daerah aliran sungai berdasarkan pada konsep water balance.
Hujan yang turun ke permukaan bumi menjadi aliran sebagai analisis untuk
mengetahui ketersediaan air permukaan setengah bulanan dengan menggunakan
data yang realtif mudah diperoleh seperti data hujan, evapotranspirasi, dan
karateristik hidrologi DAS (Nurrochmad, 1998).

Menurut Mock (1973), mengetahui ketersediaan air permukaan dikaji


mengenai keseimbangan air berdasarkan curah hujan, evapotranspirasi, dan

10
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

keseimbangan air di permukaan (neraca air) serta tampungan air tanah. Secara
skematis model Mock disajikan pada Gambar 1.2.

Et
Cf

Keterangan :

P = Hujan
ER Et = Evapotranspirasi
CF = Koefisien Tanaman
ER = Kelebihan Hujan
WS = Kelebihan Air di Permukaan
SMC = Kapasitas Kelembaban Tanah
∆SM = Perubahan Kelembaban Tanah
WS DRO = WS - I ISM = Kelembaban Tanah Awal
DIC = Koefisien Infiltrasi Musim Kering
SMC WIC = Koefisien Infiltrasi Musim Hujan
DIC/WIC
∆SM I = Infiltrasi
ISM GWS = Tampungan Airtanah
∆V = Perubahan Tampungan Airtanah
IGWS = Tampungan Airtanah Awal
K = Koefisien Resesi
DRO = Aliran Permukaan
I BF = Aliran Dasar
TRO = Aliran Total

GWS
∆V
IGWS
BF = I - ∆V

TRO = DRO + BF

Gambar 1.2. Model Tangki Mock (Sumber: Nurrochmad, 1998)

Evapotranspirasi potensial dalam penelitian ini menggunakan pendekatan


dari Penman-Monteith yang telah banyak diterapkan di Indonesia. Perhitungan
evapotranspirasi aktual dapat dihitung dengan rumus:

AET = CF x PET.........................................................(1.1)

Keterangan:

AET = evapotranspirasi aktual (mm/0,5 bulan).

PET = evaptranspirasi potensial (mm/0,5 bulan).

11
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

CF = koefisien tanaman.

Model Mock tidak memperhitungkan dari faktor intersepsi, namun dalam


model Mock, mengasumsikan bahwa peran koefisien tanaman dalam setiap
pengunaan lahan sudah dianggap mewakili pengaruh faktor intersepsi dalam
evapotranspirasi aktual (Sudarmanto, 2006).

Faktor kedua yang mempengaruhi metode Mock antara lain Curah hujan.
Curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah mengalami proses penguapan kembali
(evapotranspirasi) dan sisanya dari curah hujan akan mencapai permukaan tanah
(excess rainfall) dirumuskan secara matematis antara lain (Mock, 1973):

ER = P – AET .....................................................................(1.2)

Keterangan:

ER = kelebihan air hujan (mm/0,5 bulan)

P = prepitasi (mm/0,5 bulan)

Kelebihan air ditentukan berdasarkan pada besaran hujan, evapotranspirasi,


dan perubahan kandungan air tanah:

WS = ER - ∆𝑆𝑀.....................................................................(1.3)

Keterangan:

WS = kelebihan air (mm/0,5 bulan)

∆𝑆𝑀 = perubahan kelembaban tanah (mm/0,5 bulan)

Infiltrasi pada musim kemarau dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

I = DIC x WS......................................................................(1.4)

12
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sedangkan infiltrasi pada musim penghujan dapat dihitung dengan rumus


dibawah ini:

I = WIC x WS......................................................................(1.5)

Keterangan:

I = infiltrasi (mm/0,5 bulan)

WIC = koefisisen infiltrasi pada musim penghujan

DIC = koefisisen infiltrasi pada musim kemarau

Faktor terakhir yang mempengaruhi model Mock adalah tampungan


airtanah. Tampungan airtanah dapat dihitung dengan rumus:

GWS = 0,5 x (1+k) x I x k x IGWS........................................(1.6)

Keterangan:

GWS = tampungan airtanah (mm/0,5 bulan)

IGWS = tampungan airtanah awal (mm/0,5 bulan)

k = faktor resesi tanah

Rumus aliran dasar antara lain sebagai berikut:

BF = I – (GWS-IGWS) ......................................................(1.7)

Keterangan:

BF = Base flow / aliran dasar (mm/0,5 bulan)

Rumus aliran langsung dengan rumus:

DRO = WS – I.......................................................................(1.8)

13
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Keterangan:

DRO = Direct runoff/ aliran langsung (mm/0,5 bulan)

Rumus aliran total dengan rumus:

TRO = DRO + BF.................................................................(1.9)

Keterangan:

TRO = Total runoff/ aliran total (mm/0,5 bulan)

Debit limpasan terhitung dapat dihitung dengan rumus:

𝐴 𝑥 𝑇𝑅𝑂 𝑥 1000
Qcal = ........................................................(1.10)
𝐻 𝑥 24 𝑥 3600

Keterangan:

Qcal = Debit limpasan terhitung (m3/s)

A = Luas DAS (Km2).

H = Jumlah hari dalam setengah bulan perhitungan

1.6.9. Kalibrasi Model Mock

Kalibrasi didefinisikan sebagai proses penyesuaian parameter model yang


berpengaruh terhadap kejadian aliran. Proses kalibrasi merupakan upaya untuk
memperkecil penyimpangan yang terjadi. Besar nilai parameter tidak dapat
ditentukan dengan pasti, sehingga proses kalibrasi dikatakan berhasil jika nilai
parameter telah mencapai nilai ketelitian yang ditentukan.

Kalibrasi merupakan proses yang diharuskan untuk dilakukan dalam


menenukan parameter-parameter yang belum diketahui, supaya keluaran model
dekat dengan keluaran DAS (Harto, 1993).

14
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Optimasi parameter kalibrasi dilakukan dengan cara berulang-ulang untuk


mendapatkan hasil yang terbaik. Optimasi adalah proses yang mengharuskan dalam
memberikan hasil minimum atau hasil maksimum dari fungsi beberapa variabel
(Damanjaya, 1998 dalam Indrayanti, 2007).

Praktek kalibrasi terdapat tiga cara yang dapat ditempuh yaitu (Fleming,
1975; Indarto, 2010)): 1. pengaturan parameter secara manual berdasarkan
pengamatan, 2. pengaturan parameter secara otomatis yang dilakukan oleh program
komputer dengan kontrol ketelitian yang dikehendaki, dan 3. kombinasi antara coba
ulang secara manual dan otomatis. Dalam penelitian ini proses kalibrasi yang
digunakan adalah proses secara kombinasi. Kalibrasi secara otomatis yang
diterapkan dengan menggunakan fasilitas solver Microsoft Excel, dalam
mempermudah proses optimasi ditunjukkan dengan skematis pada Gambar 1.3.

Fungsi dari optimasi itu sendiri adalah berupa hubungan antara debit hasil
model dan debit teukur yang menunjukkan pada nilai minimal penyimpangan kedua
debit tersebut. Selanjutnya algortima optimasi dapat diterapkan dengan mengacu
pada fungsi hubungannnya tersebut untuk mendapatkan nilai-nilai paramater DAS
yang dikeluarkan model terdekat dengan debit lapangan (Harimawan, 2003).

1.6.10. Ketersediaan Air

Ketersediaan air merupakan jumlah air (debit) yang diperkirakan terus-


menerus ada di suatu lokasi di sungai dengan jumlah tertentu da jangka waktu
(periode) tertentu (Direktorat Irigasi, 1980 dalam Triatmodjo, 2000). Konsep dasar
yang digunakan dalam setiap metode untuk ketersediaan air adalah daur hidrologi.
Hal ini titik berat analisis dipusatkan pada debit aliran yang melalui sistem DAS.
Ketersediaan air mempunyai tujuan dalam menentukaan besaran air yan tersedia
dalam suatu sistem DAS.

Debit andalan merupakan debit minimum sungai dengan besaran tertentu


yang mempunyai kemungkinan untuk terpenuhi yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluaan. Perhitungan besarnya air tersedia digunakan untuk

15
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mengetahui air yang tersedia dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seperti untuk
air pertanian, air baku, maupun PLTA dan lainnya. Untuk keperluaan irigasi, debit
minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi ditetapakan 80%, sedang untuk
keperluaan air baku biasanya ditetapkan 90% (Triatmodjo, 2000).

Data masukan
P, Et, CF, A, Qobs, SMC, i, ISM, k

SOLVER

ER = P – Eta
SMC = SMC (i-1) + ERi

Ya
SMCi > ISM SMCi = ISM

Tidak

Ya
SMCi < 0 SMCi = 0

Tidak

WS = ER - ∆SM
I = DIC x WS atau WIC x WS
GWS = 0,5 x (1+k) I x k + IGWS
∆V = GWS – IGWS
BF = I - ∆V
DRO = WS – I
TRO = BF + DRO

Qcal = AxTROx1000/
Hx24x3600

Tidak R ≥ 0,7
Ya
Selesai
VE ≤ 5 %

Gambar 1.3. Diagram Alir Optimasi Parameter Model Mock (Nurrochmad, 1998).

16
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.6.11. Penelitian Sebelumnya

Arif Sudarmanto (2006), penelitian yang berjudul Prediksi Ketersediaan Air


Menggunakan Model Mock (Studi Kasus di DAS Bogowonto Hulu diatas Bendung
Pinggit) Kab. Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini menerapkan model Mock
dalam memprediksi ketersediaan air setengah bulanan di DAS Bogowonto.Hasil
penelitian yang dilakukan di DAS Bogowonto Hulu dengan model Mock
menunjukkan bahwa proses kalibrasi pada tahun 2002-2003 koefisien korelasinya
(R) sebesar 0,96 dan volume error (VE) kesalahan sebesar -14,29 %. Sedangkan
verifikasi (2003-2004) koefisien korelasi (R) sebesar 0,92 dan volume error (VE)
sebesar 6,08 %. Menunjukkan bahwa model Mock dapat digunakan dan diterapkan
dalam memprediksi ketersediaan air di DAS Bogowonto.

Nurul Pramiftah (2009), melalukan penelitian dengan judul Prediksi


Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock di DAS Bedog DIY. Tujuan dari
penelitian antara lainnya menerapakan model Mock dalam memprediksi debit
aliran setengah bulanan dan mengetahui ketersediaan air setengah bulanan di DAS
Bedog DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kalibrasi dari model Mock
koefisien korelasi (R) sebesar 0,911 dengan volume error nya sebesar -2,7 persen,
sedangkan pada uji kriteria didapatkan hasil verifikasi, nilai R sebesar 0,88 dan VE
4,55 %. Nilai debit andalan yang dihasilkan pada probabilitas 60 % berkisar 0,94
m3 /s hingga 13,78 m3 /s dan debit andalan 80 % sebesar 0,76 m3 /s hingga 11,85
m3 /s.

Ana Maisyaroh Indrayanti (2007), melakukan penelitian yang berjudul


Perhitungan Debit Aliran Menggunakan Model Mock di DAS Luk Ulo di atas
Bendung Kaligending Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah
menghitung parameter-parameter dari model Mock di DAS Luk Ulo di atas
Bendung Kaligending untuk menghitunng debit andalan pada DAS tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi pada proses
kalibrasi pada tahun 2003 sebesar, R 0,18 dan nilai volume error sebesar -6,07 %.
Sedangkan proses verifikasi tahun 2004, R sebesar 0,15 dan volume error sebesar -

17
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16,83 % dan tahun 2005 nilai koefisien korelasi sebesar 0,15 dan volume error
sebesar -7,53 %. Perhitungan debit andalan dari hasil model di DAS Luk Ulo di
atas Bendung Kaligending menunjukkan bahwa debit andalan tertinggi terjadi pada
bulan Januari periode I sebesar 55,94 m3 /s dan debit andalan terendah terjadi pada
bulan Oktober periode II dengan 0,28 m3 /s.

18
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya

NO Nama Judul Tujuan Metode Hasil


Prediksi Ketersediaan Air Nilai tolok ukur keberlakukan model pada tahap kalibrasi
Menerapkan model Mock dalam memprediksi
Menggunakan Model Mock (2002-2003) dengan nilai koefisien korelasi (R) 0,96 dan
Arif debit aliran setengah bulanan serta mengetahui
(Studi Kasus Di DAS volume kesalahan (VE) -14,29 % dan hasil dari verifikasi
1 Sudarmanto ketersediaan air setengah bulanan di DAS Mock
Bogowonto Hulu Diatas (2003-2004) koefisien korelasi (R) sebesar 0,92 dan volume
(2006) Bogowonto Hulu diatas Bendung Pingit) Kab.
Bendung Pingit) Kab. error (VE) sebesar 6,08 persen.
Wonosobo, Jawa Tengah
Wonosobo, Jawa Tengah.
Proses kalibrasi nilai koefisien korelasi (r) tahun 2005 sebesar
Menerapkan model Mock dalam memprediksi
Nurul Prediksi Ketersediaan Air 0,911 dan volume error (VE) -2,7 % . Dengan uji verifikasi (r)
debit aliran setengah bulanan serta mengetahui
2 Pramiftah Menggunakan Model Mock Mock tahun 2006 sebesar 0,88 dan VE 4,55%. Debir andalan 60 %
ketersediaan air setengah bulanan di DAS
(2009) di DAS Bedog DIY. setengah bulanan sebesar 0,94 m3/s dan 80 % sebesar 11,85
menggunakan debit andalan 60 % dan 80 %.
m3/s.

Hasil kalibrasi nilai koefisien korelasi dalam proses verifikasi


Perhintungan debit aliran tahun 2004 sebesar 0,15 dan volume error sebesar -16,83
Ana
menggunakan model Mock Menghitung parameter-parameter dari model persen dan tahun 2005 nilai koefisien korelasi sebesar 0,15 dan
Maisyaroh
3 di DAS Luk Ulo Hulu di atas Mock di DAS Luk Ulo di atas Bendung Mock volume error sebesar -7,53 persen. Debit andalan terendah
Indrayanti
Bendungan Kaligending, Kaligending untuk menghitunng debit andalan. pada bulan Januari periode I sebesar 55,94 m3/s dan debit
(2007)
Provinsi Jawa Tengah andalan terendah pada bulan Oktober periode II sebsar 0,28
m3/s.

19
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.7. Kerangka Pemikiran

DAS merupakan suatu sistem ekosistem yang kompleks dan mempunyai


berbagai fungsi yang terdapat di dalamnya, termasuk salah satu sebagai fungsi
daerah tangkapan air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi sebagian ada
yang masuk ke dalam tanah, sebagaian diuapkan kembali, dan sebagaian lagi
menjadi aliran di sungai. Proses hidrologi yang terjadi merupakan proses pengalih
ragaman hujan menjadi aliran, merupakan proses alami yang sangat kompleks
terjadi dalam sistem DAS. Kompleksitas proses ini dipengaruhi oleh sifat masukan
yang mempunyai ruang dan waktu yang tinggi, tetapi juga dipengaruhi oleh sistem
DAS itu sendiri.

Ketersediaan air merupakan jumlah air yang diperkirakan ada terus-menerus


dalam sungai dengan air hujan yang langsung jatuh dalam jumlah tertentu dan
periode tertentu dalam suatu wilayah. Besarnya nilai ketersediaan air tergantung
pada jumlah masukan air di wilayah tersebut, yang dikurangi dengan nilai
kehilangan air. Kehilangan air ini disebabkan dari proses evaporasi, intersepsi dan
transpirasi yang secara umum dikenal dengan proses evapotranspirasi, serta proses
infiltrasi.
Ketersediaan air sering dikaitkan dengan curah hujan dan debit, yang mana
ketersediaan air ditandai dengan besar-kecilnya nilai debit pada wilayah tersebut.
Besarnya nilai curah hujan dan debit dapat diketahui dari data rekaman alat yang
digunakan untuk mencatatnya. Pemasangan alat dan data perekaman alat
mempengaruhi dari nilai debit, semakin panjang data perekaman data curah hujan,
iklim dan debit, dapat diketahui nilai ketersedian air di wilayah tersebut.
Model hidrologi yang sederhana dengan menghubungkan hujan dan aliran
pada sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah model Mock. Model ini
mentransformasi hujan-aliran mengikuti prinsip water balance untuk
memperkirakan ketersediaan air (debit) suatu sungai. Masukan model Mock adalah
berupa data curah hujan yang di analisis dengan pendekatan satu stasiun hujan,
evapotranspirasi potensial dengan pendekatan metode Penman-Monteith, koefisien
tanaman yang didasarkan pada penggunaan lahan. Nilai Kc (koefisien tanaman)

20
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pada tiap jenis tanaman berbeda-beda dan data debit aliran hasil pengamatan pada
periode setengah bulan dari Balai Penelitian Kehutanan (BPK Bengawan Solo).
Secara sederhana kerangka pikir yang dibangun untuk mencapai tujuan
dalam penelitian ini disajikan dalam bagan berikut ini (Gambar 1.4):

DAS Sebagai Sistem


Hidrologi

Data Curah Hujan,


Evapotranspirasi dan
Debit Harian

Penetapan Awal
Parameter Model Mock
WIC, DIC, ISM, SMC,
IGWS dan k

Kalibrasi Model, dengan


Teknik Optimasi

Karateristik DAS
Paramater Model Mock
WIC, DIC, ISM, SMC,
IGWS dan k

Uji Ketepatan Model


(R, VE, R2)

Paramater Model Mock

Verifikasi Model

Prediksi Debit Aliran

Ketersediaan Air

Gambar 1.4. Diagram Pemikiran

Kajian model Mock ini, menggunakan tolok ukur uji yaitu: uji koefisien
korelasi (R), koefsien determinasi (R2) dan volume error (VE). Nilai koefisien
korelasi (R) > 0,7 sudah menunjukkan hubungan yang cukup tinggi antara model
dan data observasi dan uji tolok ukur koefisien determinasi (R2) dianggap baik, bila

21
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

nilainya > 50 % , serta nilai volume error (VE), semakin mendekati < 5 % (0,05)
menunjukkan model sudah dianggap baik.
Parameter awal model Mock meliputi SMC (kapasitas kelembaban tanah),
ISM (kelembaban tanah awal), DIC (koefisien infiltrasi musim hujan), IGWS
(tampungan airtanah awal), dan k (koefisien resesi airtanah). Penggunaan fasilitas
Microsoft Excel yaitu solver dalam proses optimasi akan memproses dan bekerja
sampai diperoleh nilai dengan keofisien korelasi (R) > 0,7 dan koefisien
determinasi (R2) > 50 % serta volume error (VE) < 5 %. Berdasarkan optimasi
diperoleh parameter Model Mock yang digunakan digunakan untuk memprediksi
debit rerata setengah bulanan pada tahun-tahun yang lain.

1.8. Batasan dan Istilah

Curah Hujan: Banyak air yang jatuh ke permukaan bumi, permukaan bumi
tersebut dianggap datar, kedap dan tidak mengalami penguapan serta tersebar
secara merata yang dinyatakan sebagai ketebalan (Soewarno, 2000).

Evapotranspirasi: Merupakan keseluruhan jumlah air yang berasal dari


permukaan tanah, air dan vegetasi yang di uapkan kembali ke atmosfer oleh adanya
pengaruh dari faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi (Asdak, 2001).

Infiltrasi: Air yang jatuh ke permukaan bumi dan diterima permukaan bumi
masuk kedalam tanah dengan gayak gerak gravitasi dan kapiler dalam suatu aliran
(Seyhan, 1990).

Debit: Merupakan jumlah/besarnya volume air yang mengalir melewati


suatu saluran atau penampang melintang sungai tiap satuan waktu (Asdak, 2001).

Limpasan: Merupakan air hujan yang jatuh ke permukaan bumi hingga masuk
ke alur sungai. Ditelusuri ada tiga telusuran yaitu limpasan permukaan, aliran antara
dan aliran airtanah (Triatmodjo, 2010).

22
Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Model Mock Di Sub DAS Wuryantoro Kabupaten Wonogiri,
Jawa
Tengah
IDHAM AZMIDI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Model Hidrologi: Sebuah sajian sederhana dari sebuah sistem hidrologi yang
kompleks (Harto, 1993).

Ketersediaan Air: Merupakan jumlah air (debit) yang diperkirakan ada terus-
menerus dalam sungai dengan air hujan yang langsung jatuh dalam jumlah tertentu
dan periode tertentu (Lano, 2000).

23

Anda mungkin juga menyukai