Kedelapan
sumberdaya
penting
tersebut
merupakan
bagian
dari
pertimbangan prinsip
A. PENDAHULUAN
Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Semula Wakatobi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Buton,
kemudian berdasarkan UU No. 29 tahun 2003, Kecamatan Wakatobi ditetapkan
Wangi-wangi,
Kecamatan
Wangi-wangi
selatan,
Kecamatan
Kaledupa, Kecamatan Tomia, dan Kemacatan Binongko (Tim CRITC Coremap II-LIPI,
2007:1).
Kepulauan Wakatobi secara administratif, awalnya termasuk dalam Kabupaten
Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara, namun sejak tahun 2004 terbentuk Kabupaten
Wakatobi yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton dengan letak dan
luas yang sama dengan Taman Nasional Wakatobi (TNW). Wilayah Kabupaten
Wakatobi didominasi oleh perairan yang luasnya mencapai 55.113 km2 dan garis
pantai 251,96 km atau mencapai 98,5% dari keseluruhan total wilayah. Selain itu
juga sumberdaya
sehingga
kaidah konservasi. Di sisi lain, pariwisata bahari yang didukung oleh adanya TNW
merupakan aktivitas yang dikembangkan. Keunggulan aset yang memiliki potensi
penting ini, terutama terumbu karang dan berbagai biota laut yang
beraneka
ragam dengan nilai estetika dan konservasi yang tinggi. Ini menjadikan kawasan
sangat comfortable untuk aktivitas wisata selam seperti; surfing, snorkeling, dan
memancing. Menurut jurnalis selam Perancis Jaques-Yves Cousteau, Wakatobi
sebagai tempat penyelaman terindah di dunia (Wakatobi is the finest diving site in
the world ). Malah banyak pakar kelautan yang pernah melakukan penelitian
menyebut bahwa terumbu karang di Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu
terindah di dunia (The world's most beautiful reefs) (Rudianto dan Santoso, 2008:3).
B. PEMBAHASAN
1. Kondisi Fisik
P. Wangi-wangi atau P. Wanci merupakan pulau terbesar diantara pulau yang
ada di Kabupaten Kepulauan Wakatobi. Mempunyai luas 156,5 km2, berbentuk
memanjang kearah barat laut dengan lebar sekitar 14,62 km dan panjang 16, 09
km. Pada rataan Pulau ini sendiri terdiri dari
Kapota, Pulau Oroho dan Pulau Sumanga. Rataan terumbu cenderung melebar
kearah timur dan selatan dengan panjang sekitar 250 m- 1,5 km (Tim CRITC
Coremap II-LIPI, 2007:18). Kedalaman perairan berkisar 5 1.884 m. Tipe pasang
surut campuran semi diurnal terendah 500 m dari garis pantai, khususnya bagian
selatan. Bagian barat, utara dan timur kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus
perairan P. Wangi-Wangi 0,09 0,6 m/detik. Musim timur gelombang sangat kuat
dipengaruhi angin Laut Banda, sedang musim barat tidak terlalu besar karena
terhalang P. Buton (Rudianto dan Santoso, 2008:3-4). b.
P. Kaledupa, luas pulau ini adalah 64,8 km2. Pulau ini dikelilingi oleh rataan
terumbu yang di dalamnya terdapat beberapa pulau antara lain Pulau Kaledupa,
Pulau Lentea Langge, Pulau Lentea Kiwolu dan Pulau Hoga. Mempunyai panajang
lebih kurang 22,92 km dan lebar 7,31 km, dengan rataan terumbu agak landai
sampai kedalaman 5 meter dan melebar kearah timur dan utara. Di sebelah selatan
perairan Pulau Hoga telah ditetapkan masyarakat, sebagai daerah perlindungan (no
fishing zone). Pantai Pulau Kaledupa mempunayi kenampakan yang jampir sama
dengan pulau-pulau yang ada disekitarnya yaitu rataan terumbu sebagian besar
landai dengan rataan terumbu yang lebar antara 200 m 6 km. Dasar perairan
berupa karang mati dan pasir lumpuran (Tim CRITC Coremap II-LIPI, 2007:20).
Bagian utara pulai ini bertopografi datar. Kedalaman perairan 2 m 1.404 m. Pantai
curam di bagian selatan dan timur dengan kedalaman 35 m 414 m. Perairan
terdalam di antara Pulau dengan karang Kaledupa sekitar 1.404 m. Tipe pasang
surut cenderung semi diurnal terendah sejauh 500 m dari garis pantai. Kecepatan
arus perairan berkisar 0,07 m/detik 0,20 m/detik. Musim barat gelombang tidak
terlalu besar karena arah angin terhalang P. Wangi-Wangi dan P. Buton. Beberapa
bagian utara hingga ke timur terlindung gelombang musim barat dan timur, karena
karang penghalang P. Hoga, P. Lentea dan P. Darawa (Rudianto dan Santoso, 2008:
4).
Pertumbuhan karang pada kedalaman 3-5 meter umumnya didominasi oleh karang
berbentuk pertumbuhan masive dan encrusting terutama jenis Porites lutea dan
Montipora informis. Sedangkan pertumbuhan karang bercabang didominasi oleh
suku Acroporidae jenis Acropora formosa dan Anacropora puertogalerae (Tim CRITC
Coremap II-LIPI, 2007:23-24). d.
P. Binongko, umumnya bertopografi curam, kedalaman perairan 181 m 721 m.
Bagian selatan mencapai 1.573 m. Kedalaman perairan pulau- pulau di Kecamatan
Binongko berkisar 18 m 500 m, dan 198 m 500 m di P. Kontiole dan P. CowoCowo. Perairan P. Moromaho 252 m 500 m. Perairan Karang Koko relatif dangkal.
Tipe pasang surut semi diurnal. Kecepatan arus berkisar 0.10 0.19 m/detik. Sekitar
perairan Binongko terdapat arus turbulen (Rudianto dan Santoso, 2008: 4-5) 2.
Potensi Kawasan Taman Nasional Wakatobi.
Secara umum perairan laut Taman Nasional Wakatobi mempunyai konfigurasi
dari mulai datar sampai melandai ke arah laut dan beberapa daerah terdapat yang
bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044
meter dengan dasar peraira sebagian besar berpasir dan berkarang. Sementara itu
kekayaan sumberdaya laut di Taman Nasional Wakatobi di kelompokkan menjadi 8
sumberdaya penting, yaitu: terumbu karang, mangrove, padang lamun, tempat
pemijahan ikan, tempat bertelur
cetacean.
Kedelapan
sumberdaya
penting
tersebut
merupakan
bagian
dari
ekosistem Taman Nasional. Berikut ini beberapa tipe ekosistem penyusun Taman
Nasional Wakatobi :
a. Ekosistem Mangrove
Kondisi ekosistem Mangrove bisa dikatakan tidak tersebar secara merata di wilayah
pesisir, hanya beberapa wilayah saja dengan kondisi ketebalan mangrove yang
tipis. Adapun jenis pohon bakau yang ditemukan di TNW tercatat 10 jenis, yaitu :
Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Osbornia octodonta, Ceriops tagal, Xylocarpus
moluccensis, Scyphiphora hydrophyllacea, Bruguiera gymnorrhi, Avicennia marina
dan Pemphis acidula, Avicennia officinalis, Rhizophora stylosa(Operation Wallacea,
2001). Beberapa jenis anggrek juga dapat ditemukan di vegetasi hutan bakau. Jenis
biota yang berasosiasi dengan mangrove yang umum ditemukan adalah bivalvia
(tiram),gastropoda dan crustacea. Kelimpahan organisme ini tergolong rendah.
b. Ekosistem Non-Mangrove
Vegetasi ekosistem non-mangrove di daerah pantai didiominasi oleh beberapa jenis
seperti :
Baringtonia asiatica, Hibiscus tilliaceus Ipomoea pescaprae, Spinifax sp,Terminalia
cattapa, Pandanussp, dan Casuarina equisetifolia. Sementara itu vegetasi yang
ditemukan yang ke arah darat disekitar perumahan/pekarangan antara lain: kelapa
(Cocos nucifera ), jambu mete (
indica ), nangka (
( Dioscorea spp.), jagung ( Zea mays) dan waru serta ekosistem semak belukar dan
rumput.
c. Ekosistem Terumbu Karang
Sampai saat ini di dalam ekosistem terumbukarang tercatat 396 jenis karang keras,
28 marga karang lunak dan 31 jenis karang jamur. Berikut ini identifikasi jenisnya:
1)Terumbu karang. Terumbu Karang perairan Wakatobi berada di pusat segitiga
karang dunia (the heart of coral triangle centre), yaitu wilayah yang memiliki
keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut lainnya tertinggi
di dunia, yang meliputi Phillipina, Indonesia sampai Kepulauan Solomon. Penafsiran
citra Landsat 2003, diketahui luas terumbu di Wakatobi 54.500 ha. Di P. WangiWangi lebar terumbu 120 m dan 2,8 km. Untuk P. Kaledupa dan P. Hoga, lebar 60 m
dan 5,2 km. P. Tomia rataan terumbunya mencapai 1,2 km untuk jarak terjauh dan
130 m terdekat. Kompleks atol Kaledupa mempunyai lebar terumbu 4,5 km dan
14,6 km. Panjang atol Kaledupa 48 km. Karang Kaledupa merupakan atol
memanjang ke Tenggara dan Barat Laut 49,26 km dan lebar 9.75 km (atol tunggal
terpanjang di Asia Pasifik). Ada 396 spesies karang Scleractinia hermatipic terbagi
68 genus, 15 famili, serta rataan setiap stasiun pengamatan berkeragaman 124
spesies (Rudianto dan Santoso, 2008:5).
Jenis-jenis karang yang ditemukan antara lain
Acrophora spp, Dendrophyllia spp., Favia abdita, Echinopora horrida, Favites spp,
Heliofungia actiniformis, Holothuria edulis, Lobophylla spp.,
Montastrea spp.,
Mycedium spp., Millepora spp, Nepthea spp., Oulophylla crispa, Oxypora spp.,
Pavona clavus, P decussata, Platygira lamellina, P. pini, Porites spp., Porithes spp.,
Spirobranchus giganteus, Symphyllia spp, Turbinaria frondens Xenia spp, dan lainlain. Beberapa kawasan yang memiliki terumbu karang seperti disebut diatas yaitu
Karang Sempora, K. Kapota, K Watulopa, K. Sawa Olo-Olo, K. Tokobau, dan Karang
Waelale.2)Karang lunak. Jenis soft corals yang terlihat antara lain Sarcophyton
throcheliophorum, Sinularia spp. 3)Ikan. Kekayaan jenis ikan sebanyak 93 jenis ikan
yang dimanfaatkan untuk konsumsi perdagangan dan ikan hias diantaranya argus
bintik (Cephalopholus argus), napolean (Cheilinus undulatus), ikan merah ( Lutjanus
biguttatus) baronang (Siganus guttatus), Abudefduf leucogaster, A. saxatilis,
Acanthurus achilles, A. aliosa, A. mata,
specullum, Chelmon rostratus,
gigas) 5)Crinoidea yang terlihat adalah Comanthina schlegeli, Lily laut. 6) Ordo
Echinodea yang terlihat adalah Acanthaser planci, Diadema
setosum, Echinotrix
Phyllospongia foliascens.
danThalasodendron spp
d. Ekosistem Padang Lamun
Tercatat 9 jenis lamun di perairan Wakatobi dengan sebaran yang umumnya
merata, tersebar pada daerah intertidal setelah terumbu karang dan juga
ditemukan di antara terumbu karang. Jenis lamun yang telah diidentifikasi di
perairan Kepulauan Wakatobi yaitu Enhalus acororides ,Thalassia hemprichii,
Halophila
ovalis,
Halodule
pinifolia,
Cymodocea
rotundata,Syringodium
ditemukan pada substrat pasir halus dan pasir kasar. Padang lamun dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitarnya hanya sebagai daerah penangkapan beberapa jenis
ikan, seperti ikan baronang (Siganussp), lencam ( Lethrinussp), teripang, rajungan
dan jenis kerang-kerangan. Metode penangkapannya dengan alat tangkap jaring
insang, tombak/panah, bubu penangkap baronang (kulu-kulu) dan sebagian kecil
menggunakan pancing. Selain itu juga masyarakat memanfaatkan rumput laut
untuk dijual sebagai produk agar-agar.
3. Strategi Pengelolaan Taman Nasional Wakatobi
Beberapa
pertimbangan
pemilihan
Skenario
Pengelolaan
dengan
integrasi
proteksi
Tujuan-tujuan
ukuran,
dan
ini
membutuhkan
bentuk
geometri
pertimbangan-
kawasan,
biota
pertimbangan
ketergantungan
dan
penduduk lokal
Memposisikan
keutuhan
dan
integritas
kawasan
sebagai
prioritas
dalam menghadapi isu lapar lahan yang terus meningkat, dan antisipasi
berbagai isu kepentingan lain dalam jangka pendek. Posisi tawar mutlak
harus dimiliki kawasan konservasi dan dipahami oleh para pihak.
d. Pertimbangan homerange, adanya batas legal dan definitip dengan batas
ekologis dapat ditentukan berdasarkan batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
atau daerah-daerah lain yang diperkirakan perlu untuk mempertahankan
viabilitas populasi binatang dengan daerah jelajahnya (home range) yang
paling besar.
e. Pertimbangan sebaran pulau dan bentuk kawasan, pertimbangan atas batas
taman nasional, ratio keliling batas/luas suatu kawasan juga
penting. Jika
ratio ini besar, seperti kawasan taman nasional yang berukuran kecil, atau
yang bentuk geometrinya memanjang yang secara
proporsional memiliki
keliling batas lebih panjang, maka spesies yang membutuhkan habitat tidak
terganggu dan jauh dari tepi, ini akan
gangguan efek tepi. Hal tersebut juga berarti akan lebih banyak memerlukan
tindakan manajemen, karenanya lebih banya energi, uang, dan waktu
f.
intervensi
manusia,
baik
langsung
maupun
harus
tidak
menggunakan
daerah
penyangga.
Selanjutnya,
memasukkan
berdasarkan
atau
bertentangan
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1.Secara kondisi fisik, Kepulauan Wakatobi terbagi menjadi 4 (empat) pulau
besar yaitu P. Wangi-wangi, P. Kaledupa, P. Tomia, dan P. Binongko.
2.kekayaan sumberdaya laut di Taman Nasional Wakatobi di kelompokkan
menjadi 8 sumberdaya penting, yaitu: terumbu karang, mangrove, padang
lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur burung pantai, dan pantai
peneluruan
penyu,
cetacean.
Kedelapan
sumberdaya
penting
tersebut
pengaruh
anthropologis,
pertimbangan
keterbatasan
lahan,