Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR

Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal (x,y) dan


posisi vertikal (H) dari obyek-obyek di permukaan bumi yang meliputi unsur-
unsur alamiah seperti sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa-rawa, dan
sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan,
jalur pipa, rel kereta api dan sebagainya. Adapun Ilmu Geodesi memiliki dua
maksud, yaitu :

Maksud ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi.


Maksud praktis : Menentukan bayangan yang dinamakan peta dari
sebagian besar atau kecil bentuk permukaan bumi dengan skala tertentu.
Kerangka Kontrol Peta.
Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang
harus dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun
kerangka kontrol peta terbagi atas dua macam yaitu :
1. Kerangka kontrol horizontal.
2. Kerangka kontrol vertikal.
Kegiatan pengukuran kerangka kontrol peta ini adalah menentukan
posisi titik-titik di lapangan yang berfungsi sebagai titik ikat (titik kontrol)
dari posisi titik obyek (detail) yang lain.
1.1. Kerangka Kontrol Horizontal
Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta
topografi, kerangka kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran
kerangka kontrol horizontal biasanya dilakukan dengan metode :
a. Metode Triangulasi
b. Metode Trilaterasi
c. Metode Poligon
Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka
kontrol horizontal menggunakan metode poligon.
1.2. Kerangka Kontrol vertikal.

Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat


dilakukan dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode
waterpass.
Pada praktikum ini akan dijelaskan mengenai penentuan kerangka kontrol
vertikal dengan menggunakan metode waterpass.

Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang


dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang
berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong)
horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan
pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau
levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda tinggi
suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan
suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang
dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level)
atau sistem referensi lain yang dipilih.

Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi,


kerangka kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol
horizontal biasanya dilakukan dengan metode :
d. Metode Triangulasi
e. Metode Trilaterasi
f.Metode Poligon
Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka kontrol
horizontal menggunakan metode poligon.

A.1. Pengertian poligon


Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak,
dan titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik-
titik itu dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari
pengukuran sudut dan jarak.
A.2 Macam-macam poligon.
Berdasarkan bentuk geometrisnya poligon dapat dibedakan menjadi
poligon terbuka dan poligon tertutup
A.2.1 Poligon terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik
akhir tidak berhimpit atau tidak pada titik yang sama.
Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang
tetap.
U
U

S4 Sn T
S2 n BT
A D34
S1 2 S3 DnB
D12 D23
3 B
1 Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Dimana : A, B, S, T : titik tetap


1, 2, 3,.n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
DA1,,DnB : jarak sisi-sisi poligon
S1, S2,,Sn : sudut
A1, BT : azimuth awal dan azimuth akhir
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi poligon terbuka terikat sempurna :
1. S + F(S) = (_akhir- _awal) + (n-1) x 1800.....(1-1)
2. d Sin + F(X) = Xakhir Xawal(1-2)
3. d cos + F(Y) = Yakhir - Y awal(1-3)
ket : S : jumlah sudut
d : jumlah jarak
: azimuth
F(S) : kesalahan sudut
F(X) : kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y

A.2.2 Poligon Tertutup


poligon tertutup merupakan poligon dengan titik awal dan titik
akhir berada pada titik yang sama.
2
d23 3

d12 S2 d34
S3

1 S1
S4 4

Sn d45
S5
n dn5 6

Poligon terutup
Ket : 1,2,3, : titik kontrol poligon
D12,d23. : jarak pengukuran sisi poligon
S1,S2,S3, : sudut pada titik poligon
Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :
1. S + F(S) = (n-2) x 1800(1-5)
2. d sin A+ F(X) = 0.....(1-6)
3. d cos A + F(Y) = 0.....(1-7)
ket : S : jumlah sudut
d sin : jumlah X
d cos : jumlah Y
F(S) : kesalahan sudut
F(X) : kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon :
1. Jarak, sudut, azimuth rata-rata dihitung dari data ukuran :
n
Xi
x i 1 n
.......... .......... .......... .......... (1 8)

dimana : X : data ukuran rata-rata


Xi : data ukuran ke-I
n : jumlah pengukuran

2. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi


S = S + F F(S) / n(1-9)
Dimana : S : sudut terkoreksi
S : sudut ukuran

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah


diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang
rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian
muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal.
Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi
Geodesi (TTG). Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih
merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian
kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasil pengukuran sipat datar . Pada Tabel 1 ditunjukkan ketentuan
ketelitian sipat datar untuk pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan
pengikatan ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa
menggunakan ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga
ketinggian teliti terhadap MSL.

Tabel 1 Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar.

Tingkat / Orde K

I 3 mm

II 6 mm

III 8 mm

Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan


dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode waterpass.

Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang


dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke
rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat
ini disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka
penentuan beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya
berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang
dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau
sistem referensi lain yang dipilih.
Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda di
lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi. Jadi,
disini tidak hanya dimaksudkan pada benda-benda buatan seperti bangunan-
bangunan, jalan-jalan dengan segala perlengkapan dan lain sebagainya. Jadi,
penggambaran kembali sebagian permukaan bumi dengan segala perlengkapan
termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang akhirnya berwujud suatu peta.
Berhubung dengan bermacam-macam tujuan dalam pemakaian peta, maka
pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang
diukur guna keperluan suatu macam peta.

Pada metode ini pengambilan titik detail dengan menaruh alat ukur di
sembarang titik dan untuk pembacaan backsight/forsight dapat di bidikkan pada
titik tetap, yaitu titik tetap tersebut merupakan hasil transfer dari titik benchmark
(BM) terdekat dan dari titik tersebut alat membidik sebanyak mungkin titik-
titik/kisi-kisi yang ada.

bt
Dm
z p
h
D h
Ti d

Keterangan gambar:
Dm = Jarak miring Ti = Tinggi Instrument
Dd = Jarak datar bt = Benang tengah
z = Sudut zenit h = Beda tinggi
h = Sudut heling

h = (Ti bt) + Dd ctg Z


Ha+1 = Hawal + H(awal-n)
Dm = (ba bb).k. Sin z
Dd = Dm . sin z
p = Dd . Cotg z
h = p + Ti bt
d
a

b c
DB-a
Sc

Sb DB-b

DB-c
Sa

P1
P3
FORSIGHT
P2

BACKSIGHT

Keterangan :
a, b, c = posisi titik detail
P1, P2, .= posisi titik poligon
= posisi alat
Sa = Sudut yang dibentuk ke titik a
Sb = Sudut yang dibentuk ke titik b
Sc = Sudut yang dibentuk ke titik c
Titik P2 = sebagai back sight

Azimuth adalah suatu sudut yang dibentuk meridian yang melalui


pengamat dan garis hubung pengamat sasaran, diukur searah jarumjam positif dari
arah utara meredian.Ada dua cara yang sering digunakan untuk menentukan
azimuth, yaitu :
a. Penentuan azimuth magnetis dilakukan dengan menggunakan kompas
b. Penentuan azimuth astronomis dilakukan dengan alat yang dinamakan
geotheodolite.
Untuk menentukan azimuth astronomis dengan pengamatan matahari
dapat dilakukan dengan metode tinggi matahari dan metode sudut waktu.
Dibawah ini akan diuraikan penentuan azimuth garis dengan pengamatan
matahari metode tinggi matahari., dengan cara menadah bayangan matahari
menggunakan kuadran sehingga didapatkan bayangan matahari yang jelas.

Matahari
Ket : U : utara
: azimuth
hor : horisontal
mth 12
mth : matahari
s. hor 1, 2 : no. titik kontrol
1 2
Gambar pengamatan matahari

PROSEDUR PENGUKURAN

Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :


1. Dirikan Theodolit disalah satu titik poligon ( titik 1 ), dan lakukan centering
optis terhadap paku payung kemudian atur theodolit sesuai prosedur.
2. Bidikkan teropong pada titik yang lain ( titik 2 ), bidik tepat pada paku
payung. Jika paku payung tidak dapat dibidik secara langsung, gunakan
bantuan jalon yang didirikan diatas patok kemudian bidik jalon tersebut.
3. Kunci penggerak limbus dan penggerak horisontal serta penggerak vertikal
kemudian tepatkan perpotongan benang silang teropong pada paku payung
dengan menggunakan penggerak halus horisontal maupun penggerak
vertikal dan catat sebagai bacaan Biasa .
4. Buka pengunci penggerak horisontal dan vertikal, bidik matahari dengan
menggunakkan visir. ( jangan sekali-kali membidik matahari langsung
dengan menggunakan mata karena bisa mengakibatkan kerusakan pada
mata).
5. Pasang tadah kertas putih dibelakang lensa okuler untuk melihat posisi
bayangan matahari terhadap perpotongan benang silang teropong.
6. Tepatkan bayangan matahari pada kuadran I pada perpotongan benang
silang teropong .
7. Jika bayangan matahari sudah berhimpit dengan perpotongan benang silang
pada kuadran I, baca detik, menit dan jam dan piringan horisontal dan
vertikal dan baca sebagai bacaan Biasa.
8. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal, putar theodolit pada
kedudukan luar biasa dan ulang langkah pengukuran no.2-7 untuk
mendapatkan bacaan Luar Biasa pada posisi bayangan matahari di
kuadran I.
9. Untuk pengukuran selanjutnya bayangan matahari berada di kuadran III,
Kemudian di kuadran II dan terakhir di kuadran IV. Lakukan
pengamatannya dengan mengikuti langkah pekerjaan seperti yang
dijelaskan diatas.
U

= sudut titik 2 ke M
AM = Azimuth matahari
1
Backsight
1-2 = Azimuth titik 1 ke 2
2

Bayangan matahari di kuadran I :

Bayangan matahari di kuadran II :

Bayangan matahari di kuadran III :

Bayangan matahari di kuadran IV :


E.1 PROSEDUR PERHITUNGAN KKV

Untuk perhitungan beda tinggi tiap-tiap titik poligon menggunakan rumus


sebagai berikut :
h12 = btB - btM

H = B- M
Keterangan :
h12 = beda tinggi antara dua titik ( titik 1 ke titik 2 )
btB = bacaan benang tengah rambu belakang
btM = bacaan benang rambu muka

Pada jaringan tertutup, jumlah beda tingginya harus sama dengan nol (0)
atau mendekati nol (0), karena pengukuran kembali ketitik semula.
H = 0 fh
Sedangkan pada jaringan terbuka terikat pada kedua ujung jumlah beda
tingginya harus sama dengan selisih kedua ketinggian titik ikat.
H = HB - HA
Tetapi pada bentuk jaringan terbuka lepas jumlah beda adalah rata-rata
pengukuran pergi dan pulang
Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass yang diperbolehkan
adalah 8mmd. Untuk jaringan terbuka lepas toleransi dihihitung berdasarkan
selisih H pergi dan H pulang

E.2 PROSEDUR PERHITUNGAN KKH (POLIGON)

2.1 Perhitungan Jarak

Dalam pengukuran kerangka kontrol horisontal, jarak yang diambil dengan


jarak langsung yaitu dengan menggunakan roll meter.
Dari pengukuran jarak langsung diperoleh jarak
Bacaan Jarak
No. Jarak Rata-rata
Pergi (m) Pulang (m)
BM P1 50.498 50.502 50.502
P1 P2 82.708 82.690 82.690
P2 P3 68.940 68.934 68.934
P3 P4 56.202 56.206 56.206
P4 BM 52.600 52.608 52.604
d= 310.944

Koreksi terhadap sudut dalam horisontal :

+ f = ( n 2 ) x 180 o
= ( 5 - 2 ) x 180 o
o
Sedangkan jumlah sudut horisontal adalah 539 59 32,5 , jadi besar
kesalahan sudut horizontal :

f = 540 o 539 o 59 32.5


f = 00 o 00 27.5
Maka besar koreksi untuk setiap sudutnya adalah :

Koreksi 1 : f1 = d/d x f = (50.500/310.944) 27.5= 4.5

Dalam bentuk tabel :

Sudut Dalam
Titik Poligon Sudut Dalam Koreksi
Terkoreksi
BM (1) 104 0450 4.5 1040454.5
P1 (2) 103 5540 7.3 103 5547.3
P2 (3) 96 177.5 6.1 96 1713.6
P3 (4) 89 0032.5 5.0 89 0037.5
P4 (5) 146 4122.5 4.7 146 4127.2
=5395932.5 f = 27.5 s d 540 0000

2.4 Perhitungan Harga Absis (X) dan Ordinat (Y)

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung absis dan


ordinat adalah:
X = jarak sin
Syarat absis
Diketahui X = 0.004
X + fx = 0
fx = - 0.004
fx1 = d/d x fx
= - 0.001
X1 = 50.500 x sin 143256.9 + fx1
= 12.685 meter

Y = jarak x cos
Syarat ordinat
Diketahui Y = 0.008
Y + fy = 0
fy = - 0.008
fy1 = d/d x fy
= -0.001
Y1 = 50.500 x cos 143256.9 + fy1
= 48.880 meter

2.5 Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Diketahui koordinat awal titik poligon ( BM ) adalah :

Xawal = 680180.963
Yawal = 9124444.189

Maka koordinat pada titik poligon dapat diketahui dengan rumus :

X2 = X awal + X
Y2 = Y awal + Y

Perhitungan koordinat untuk tiap poligon adalah :

X2 = 680180.963 + 12.685
= 680193. 648
Y2 = 9124444.189 + 48.880
= 9124493.068

Data koordinat yang didapat dari perhitungan :

Titik Koordinat X Koordinat Y

P1 680193. 648 9124493.068

P2 680120. 955 9124532.500

P3 680081.645 9124475.868

P4 680128.361 9124444.619

2.6 Ketelitian Linier Poligon


Perhitungan ketelitian linier poligon menggunakan rumus sebagai berikut :

CD
KL
D

f X f Y
2 2
Dimana CD

Sehingga CD ( 0,004) 2 (0.008) 2


= 0.004064
0,004064
KL
310.944
= 1 : 2005.634
Jadi ketelitian linier poligon adalah 1 : 2005

E.3 PROSEDUR PERHITUNGAN AZIMUTH MATAHARI

Langkah perhitungan azimuth matahari :


Dengan menggunakan data contoh hasil pengukuran sebagai berikut :
Data Sudut Vertikal (Biasa) : 64 31 30
Data Sudut Vertikal (Luarbiasa) : 296 20 48
Data Sudut Horizontal : 21o 32 30
Data Waktu Verikal (Biasa) : Jam 07 menit 31 detik 33.41

Tinggi matahari (hu)


Biasa (hu) = 90 0000 - bacaan vertikal
= 90 0000 - 64 31 30
= 25 28 30
Luar biasa (hu) = bacaan vertikal 270 00 00
= 296 20 48-270
= 26 20 48

Koreksi refraksi (r)


= -58 . ctg hu
= -58 . ctg 28 28 30
= -00 02 1.7

Koreksi paralaks (p)= 8,8 . Cos hu


= 8,8 . Cos 28 28 30
= 00 00 7.9

Koreksi d
Harga rata-rata = - 00 16 48

Tinggi pusat matahari (h)


h = hu + r + p + d
= 25 28 30+ (-00 02 1.7) + 00 00 7.9-00 16 48
= 25 9 48.2
Lintang pengamatan ( )
Pada peta pengamatan topografi untuk daerah yang bersangkutan, Lintang
pengamatan ( ) = -07553.7 LS

Deklinasi ( )
Dari tabel deklinasi matahari pada pukul 07.00 di peroleh 153357 dan
perubahan yang terjadi setiap jam adalah -00 43.9 dan pengamatan
matahari dilakukan pada pukul 07:31:33.41, maka :
Selisih waktu pengamatan dengan jam 07:00 = 07jam 31 menit 33.41 detik
= 07jam 00 menit 00 detik _
= 00jam 31 menit 33.41 detik
= 00.526 jam
Sehingga perbedaan deklinasi ( ) = 0.526 -000043.9
= -00 00 23.09
Sehingga deklinasi () pada jam 07:31:33 = -000023.09 + 153357
= 15 33 33.9
Azimuth pusat matahari
Sin (sin . sinh)
Cos A = Cos.Cosh
Sin - 04 51 ' 41.7 ( Sin 0758'00' 'Sin25 09' 48.2" )
= Cos 0758'00' 'Cos 25 09 48.2"
A = 68 37 12.2

Koreksi d . sec h
1
= Koreksi d . cosh
1
= - 00 16 48. cos 25 09 ' 48.2
= 00 18 33.7

Koreksi d sec h yang didapat sebesar 00 18 33.7


AP = Azimuth titik acuan
= A - + Koreksi d . sech
= 68 37 12.2+ 213230+ 00 18 33.7
= 902815.9

Azimuth matahari rata-rata dari 4 pengamatan dikuadran 1 dan III


= Ap / 4
= ( 902815.9+902229.9+902324.1+902226.7)/4
= 90249.15

E.4 PROSEDUR PERHITUNGAN DETAIL


Hasil pengukuran titik-titik detail yang diperoleh di lapangan dibagi
menjadi :
Penghitungan data hasil pengukuran :
Dm = ( ba bb ) . 100 . Sin
= ( 1350-0745 ) . 100 . Sin 89 32 36
= 60.498 m
Dd= Dm . Sin
= 60.498 x Sin 89 32 36
= 60.494 m
h= ( Ti bt ) + Dd . Cotg
1
o
= ( 1190- 1047 ) + 60.494 x tg 89 32'36"
= 0.147m
H = Hawal h1
= 100.000 + 0.147 = 100.147 m

E.5 PROSEDUR PENGGAMBARAN


Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
ketinggian yang sama. Penggambaran garis kontur ini dilakukan dengan cara
interpolasi linier dengan formasi segi tiga dan dalam pengambaran garis kontur
harus memperhatikan sifat-sifatnya. Adapun sifat-sifat garis kontur adalah sebagai
berikut :

1. Awal garis kontur akan selalu bertemu kembali dengan akhir garis kontur
tersebut.
2. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.
3. Garis kontur makin rapat menunjukkan wilayah yang makin terjal.
4. Garis kontur makin renggang menunjukkan wilayah yang semakin
datar. .

5. Sebuah garis kontur tidak pernah digambarkan pada permukaan air,


tetapi garis tersebut harus melawati dasar permukaan air tersebut.

Dalam pengambaran garis-garis kontur hal-hal yang juga harus diperhatikan


adalah interval konturnya dengan tidak mengabaikan segi artistiknya.Tentang
ketinggian suatu tempat, maka dibuat kontur indeks dengan garis yang lebih tebal
dari kontur biasa

skalapeta
Rumus interval garis kontur =
2000
Dengan interval kontur 0,5 dengan rumus :

x H (tinggi ) H (kontur )
=
dAB H (tertinggi ) H (rendah )

Sifat garis kontur pada suatu medan :


1. Sungai
100 99 98

2. Bentuk kontur gunung / bukit 3. Bentuk kontur danau

4. Bentuk kontur jalan

98,5 99 99,5

105.0
0
104.0 104.5
103. 0
0
103.00 50 Kontur
101.5 indeks
102.5
0
0
102.00 Kontur
indeks
Gbr. Pengambaran Garis Kontur
Setelah tahap perhitungan selesai, tahap selanjutnya adalah tahap
penggambaran. Penggambaran detail ini dapat dilakukan dengan bantuan
penggaris, jangka dan busur derajat. Untuk penggambaran peta situasi haruslah
ditentukan besaran skala yang akan dipakai.
Adapun tahap penggambaran situasi adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama:
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
Mempersiapkan data yang telah diolah untuk diplot atas kertas milimeter.
Ukuran kertas gambar adalah A0 dengan ukuran 100 x 100 cm, atau A1
ukuran 80 x 60 cm tergantung skala peta yang akan dibuat
Jarak antara kertas gambar dengan garis batas peta adalah 2 cm dengan rapido
ukuran 0,5
2. Tahap kedua:
Plot titik-titik kerangka dasar horisontal berdasarkan koordinat hasil
perhitungan poligon.
Pengeplotan titik-titik detail dari hasil pengukuran situasi dengan busur 360
dan penggaris skala
Pada titik-titik detail tersebut langsung ditulis elevasinya.dimana titik detail
dilapangan ditepatkan persis posisinya dengan koma pada elevasi.
Penuliasan elevsi adalah 3 angka dibelakang koma
3. Tahap ketiga:
Penarikan garis kontur dengan cara interpolasi menggunakan teknik
triangulasi.
Tarik garis kontur dengan interval 1 m terlebih dahulu, kemudian baru ditarik
0,5m, 0,25 dan seterusnya
Pada setiap garis kontur dicantumkan ketinggiannya.
4. Tahap keempat:
Setelah tahap-tahap diatas selesai kemudian dipindahkan atau diplot diatas
kertas kalkir dengan mamakai rapido.

Anda mungkin juga menyukai