Anda di halaman 1dari 19

Pulau Kangean, mungkin tempat yang satu ini kurang dikenal, termasuk saya.

Namun, kebetulan
karena punya tetangga yang berasal dari sana, saya pun sedikit tahu mengenai tempat ini. Dan,
ternyata Pulau Kangean ini memiliki pemandangan yang cukup bagus juga.

Sebenarnya di mana posisi Pulau Kangean? Pulau Kangean ini berada di gugusan pulau yang
bernama Kepulauan Kangean. Jadi, kalau Jakarta punya Kepulauan Seribu, Jawa Tengah punya
Kepulauan Karimunjawa, maka Jawa Timur memiliki Kepulauan Kangean.



Pulau ini meskipun berada di wilayah Jawa Timur, bahasa yang digunakan bukanlah bahaja Jawa.
Mereka memiliki bahasa tersendiri, dan juga bukan bahasa Madura. Kepulauan ini memang berada
di sebelah timur Pulau Madura, namun sebenarnya lebih dekat dengan Pulau Bali.

Lalu, bagaimana cara menempuh pulau yang satu ini? Sayangnya, kita nggak bisa menjangkaunya
dari Pulau Bali. Jadi, kita harus masuk ke Pulau Madura terlebih dahulu dan selanjutnya menuju
Kangean. Untungnya, sekarang bisa memanfaatkan jembatan Suramadu untuk sampai di Madura.

Kalau tidak membawa kendaraan pribadi, bisa menggunakan bus umum yang ada di Terminal
Bungurasih, Surabaya menuju Terminal Sumenep. Di sini, untuk naik bus ekonomi, biayanya
sebesar 32 ribu, sedangkan kalau ingin naik bus patas AC, Anda harus bayar uang sebesar 42 ribu.
Oh iya, kalau siang hari bus ekonomi nggak lewat Jembatan Suramadu, tapi pake kapal. Jadi lebih
lama. So, mending naik Patas AC aja, toh selisihnya nggak terlalu jauh.

Nah, mungkin ini bisa menjawab paling mengenai tempat wisata yang ada di Pulau Madura.
Meskipun itu nggak di Pulau Maduranya sendiri, :). Dan, meskipun Kepulauan ini berada di wilayah
Kabupaten Sumenep, tapi jangan salah. Orang-orang di sini tidak mau menyebut dirinya orang
Madura. Mereka lebih memilih disebut sebagai orang Kangean. Bahkan bahasa yang digunakan
pun berbeda, bukan bahasa Madura ataupun bahasa Jawa.


Sesampainya di Madura, tepatnya di Terminal Sumenep, perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan
Kalianget, dari sini bisa naik ojek ataupun angkutan umum. Nah, dari Kalianget, perjalanan ke
Pelabuhan Batu Gulok Kangean. Jarak antara Sumenep dengan pelabuhan Batu Gulok Kangean
cukup jauh, sekitar 100 kilometer. Jarak ini biasanya ditempuh selama 11 hingga 12 jam perjalanan
jika menggunakan kapal feri. kalau ingin cepat, bisa menggunakan kapal ekspress yang hanya
memakan waktu 3.5 jam. Kapal Feri dibanderol sebesar 60 ribu. Sedangkan kapal cepat ditawarkan
dengan harga 150 ribu.

Secara keseluruhan, Kepulauan Kangean memiliki pulau sebanyak sekitar 60 pulau. Di antara
pulau-pulau tersebut, Pulau Sapeken merupakan yang paling padat. Kawasan kepulauan ini juga
menjadi lahan eksplorasi minyak oleh beberapa perusahaan migas.



Pulau Kangean

Selanjutnya, Pulau Kangean merupakan lokasi yang tepat untuk dijadikan sebagai tempat untuk
diving. Di sini, airnya sangat jernih dengan pantai yang berpasir putih. Snorkeling di Pulau Kangean
pun menjadi kegiatan yang menarik.

Pulau Saebus

Pulau Saebus juga menjadi spot yang menarik bagi yang ingin menikmati keindahan pantai. Pantai
berpasir putih, serta laut yang jernih membuat pulau ini juga bisa dijadikan sebagai spot snorkeling.

Pulau Gusung / Gosong

Nah, ini pulau memiliki pantai yang unik. Pasirnya bukan pasir putih, melainkan campuran antara
pasir merah dengan pasir putih, namun lebih dominan warna merah. Di sini kebanyakan menjadi
tempat favorit para pecinta kegiatan snorkeling. Kenapa? Karena pulau ini memiliki terumbu karang
yang menjadi kerajaan ikan nemo. Nggak tau ikan nemo? silakan liat film finding nemo...



Selain itu, sebenarnya banyak pulau-pulau lain yang bisa disinggahi dan menawarkan
pemandangan tak kalah bagusnya. Seperti Pulau Salarangan, Pulau Saur, Pulau Sepangkur, Pulau
Bungin dan lain-lain. Dijamin, bakal puas dah bagi jalan2ers yang suka jalan-jalan ke pantaiii...

Oh iya, kalau ingin snorkeling di Pulau Kangean, jangan mengharapkan ada tempat yang
menyewakan peralatan snorkeling. Jadi, kita harus bawa peralatan snorkeling sendiri. So, dengan
kondisi seperti itu, tentu saja pulau-pulau ini masih belum banyak dijamah oleh tangan-tangan
manusia yang suka usil...

Selain itu, sebelum sampai ke Kepulaun Kangean, ada baiknya membawa uang tunai. Karena di
sana nggak bakal ada yang namanya ATM. Kalaupun ada, itupun hanya Bank Jatim. Emang bisa
sih kalau ngambil dari ATM Bank Jatim, karena kalau nggak salah termasuk dalam jaringan ATM
bersama juga. Tapi ya itu, setiap ambilnya bayar 5 ribu perak.

Taman Laut Pulau Kangean Besar Madura
Taman Laut Pulau Kangean Besar Indonesia merupakan negara kepulauan, tak heran jika keindahan bawah
lautnya juga diakui oleh sebagian besar negara tetangga. Indonesia memiliki banyak sekali spot-spot selam yang
menakjubkan, contohnya wilayah Raja Ampat, Pulau Weh, Bunaken dan masih banyak lagi. Salah satunya adalah
yang berada di perairan Pulau Kangen Besar ini, atau bisa disebut sebagai Taman Laut Pulau Kangen Besar.
Lokasi dan Trasnportasi
Pulau Kangean Besar, adalah salah satu pulau yang ada di Kepulauan kangean. Kepulauan Kangean ini sendiri
merupakan pulau yang berada di sebelah timur pulau madura, yang memiliki kurang lebih sekitar 60 buah pulau, baik
yang berpenghuni maupun yang masih kosong. Kepulauan Kangean ini masih termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Indonesia.
Dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya hingga ke Pelabuhan Kamal, Bangkalan Madura, tarif kapal ferry untuk
menyeberang masih relatif murah. Uuntuk tiket penumpangnya saja hanya dikenakan biaya sekitar Rp 5.000*) per
orangnya, jika dia membawa kendaraan motor maka akan dikenakan tarif lagi sekitar Rp 6.000*), namun jika dia
membawa kendaraan mobil pribadi akan dikenakan tarif sebesar Rp 35.000*).
Lain halnya jika anda datang bersama rombongan dengan menggunakan bus, maka tarifnya akan dikenakan sekitar
Rp 50.000*), biasanya bagi penumpang bus tidak perlu lagi untuk membayar tiket untuk naik kapal, karena biayanya
sudah ada dalam biaya tiket bus yang anda naiki.
Setelah sampai di Bangkalan, maka anda bisa naik bus atau mini bus selama kurang lebih 2 jam perjalanan untuk
sampai ke kota Sumenep.
Dan selanjutnya, untuk sampai ke Pulau Kangean Besar, maka anda bisa menggunakan Jalur Laut dari Pelabuhan
Kalianget, Sumenep hingga ke Pelabuhan Kangean di Pulau Kangean Besar. Jenis Transportasinya juga ada 2
macam, yang pertama adalah dengan menggunakan menggunakkan kapal ferry, dan anda harus membayar sekitar
Rp 60.000*) per orang, waktu tempuhnnya kurang lebih sekitar 10 hingga 12 jam untuk bisa sampai di Pulau
Kangean Besar.
Lalu, yang kedua adalah dengan menggunakan kapal cepat, tarif yang di kenakan juga otmatis lebih mahal, kurang
lebih sekitar Rp 150.000*) per orang untuk sekali jalan dan Rp 280.000*) per orang untuk pulang-pergi.
Namun sayangnya, kapal ini hanya ada pada hari-hari tertentu yakni pada hari senin, kamis dan sabtu dari
pelabuhan Kalianget, sedangkan dari Pelabuhan Kangean tersedia pada hari selasa, jumat dan minggu. Terkesan
tidak fleksibel memang, namun itu karena belum terlalu banyak kapal yang beroperasi di Pelabuhan Kalianget ini,
maka dari itu rencanakanlah dengan baik sebelumnya.
Wisata
Pulau Kangean Besar ini merupakan pulau yang sangat indah, perairannya sangat jernih, warna birunya benar-benar
menyejukkan mata. Pantainya juga sangat menawan, jika anda sudah terbiasa dengan keadaan kota yang selalu
macet dan dipadati dengan gedung-gedung besar yang menghalangi pandangan anda.
Maka, begitu sampai di Pantai Pulau Kangean Besar ini anda pasti akan terpesona melihat pemandang laut yang
sangat luas di depan mata anda, seolah tidak ada yang menghalangi anda untuk melihat betapa lausnya dunia ini.
Pantai yang berada di Pulau Kangean Besar ini juga sangat bersih dan halus, bagusnya anda bertelanjang kaki saat
bermain di pantai ini, dengan begitu anda bisa merasakan betapalembut dan halusnya pasir putih dari Pantai Pulau
Kangean Besar ini. Udara laut yang segar juga akan membuat rasa lelah dan bosan anda pergi begitu saja.
Sebagian besar wisatawan yang datang ke Pulau Kagean Besar ini hanya bertujuan untuk menyelam di perairannya
saja, karena memang spot selam yang ada di perairan Pulau Kagean Besar ini sangat cantik, dan lagi biaya yang
harus dikeluarkan untuk menyelam di Taman Laut Pulau Kagean Besar ini juga tidak semahal saat anda menyelam
di Raja Ampat yang memang merupakan surga bagi para penyelam.
Taman Laut Pulau Kangean Besar ini memiliki berbagai macam jenis koral, baik yang soft, maupun yang keras, dan
ada juga yang berbentuk spoge.
Terumbu Karangnya juga sangat cantik, sebagian besar berbentuk seperti rerumputan yang melambai-lambai ketika
diterpa angin. Ikan-ikannya juga lucu-lucu, mereka berenang kesana kemari di antar ladang soft coral tersebut, kalau
anda menyelam disini, jangan sampai lupa untuk membawa camera bawah laut, karena anda pasti akan merasa
menyesal jika melewatkan keindahan Taman Laut ini begitu saja.
Tips
1. Waktu yang tepat untuk berkunjung adalah sekitar bulan April hingga November karena cuaca sedang baik, jadi
anda bisa menghindari bahaya yang mungkin saja datang saat anda sedang berada di tengah laut.
2. Jangan lupa untuk membawa perlengkapan yang anda butuhkan, seperti pelampung dan juga sunblock bagi anda
yang takut kulitnya terbakar, karena cuaca dikota ini memang sangat panas saat siang hari, apalagi saat musim
kemarau, meski mungkin panasnya memang tidak akan terasa jika anda sudah menceburkan diri ke Pantai Pulau
Kangean Besar yang airnya lumayan sejuk ini.
3. Kalau anda ingin melakukan beberapa kegiatan seperti Diving, Snorkeling, ataupun Surfing, lebih baik anda
jangan terlalu terbawa nafsu untuk buru-buru menyelam dan sebagainya, sebelumnya pastikan bahwa peralatannya
sudah lengkap dan aman, dan
4. Pastikan juga bahwa anda tidak lupa untuk membawa obat-obatan, dan yang paling utama jangan biarkan perut
anda kosong saat berenang karna bisa menyebabkan terjadinya keram perut, jadi ada baiknya anda sarapan terlebih
dahulu sebelum pergi ke pantai ini.
5. Pulau Kangean Besar ini sudah luamayan maju, jadi anda tidak perlu mengkhawatirkan dimana anda harus
menginap, anda bisa menginap di desa setempat, atau bahkan anda boleh berkemah di sekitar pantai, dengan
begitu andapun sudah bisa berhemat.
6. Sebaiknya anda berangakat tengah malam dari Terminal Bungurasih sehingga pada pagi hari anda bisa tiba di
Pelabuhan Kalianget.
Keindahan alam indonesia memang beraneka ragam, begitupun keindahan bawah lautnya. Nah, tertarikkah anda
untuk berlibur ke Pulau Kangean Besar ini? Pastinya iya bukan, dijamin anda bakal puas deh sudah datang ke
Madura, apalagi jika anda berlibur bersama orang-orang terdekat anda, seperti keluarga ataupun teman. Masih
banyak juga tempat-tempat wisata lainnya yang bisa anda temukan di Pulau Kangean Besar ini, jadi rencakanlah
dengan baik ya, Selamat Berlibur!
*) Harga dapat berubah sewaktu-waktu

Kangean, Surga Dunia di Timur Madura
[Oktober 2013]
Tak terasa hampir satu jam saya terlelap di atas perahu dalam perjalanan dari dermaga Pajenayasem di pulau
Kangean menuju pulau Bungin Nyarat. Sebuah pulau mungil di gugusan kepulauan Kangean. Dan ketika membuka
mata, seolah mendapat sambutan hangat, saya mendapati pemandangan senja yang begitu cantik. Dengan matahari
yang hampir tenggelam di balik horizon. Kemilau warna jingga yang memenuhi angkasa. Hanya perlu siluet perahu
nelayan yang sama-sama hendak berlabuh untuk menggenapi. Dan.., klik!
Di pulau Bungin Nyarat inilah saya dan teman-teman akan bermalam, beristirahat melepas penat setelah melalui
perjalanan yang lumayan panjang -apalagi bagi beberapa teman yang rela terbang jauh dari Medan dan Aceh-
dan sedikit menguji iman, demi sebuah pembuktian. Pembuktian atas surga dunia yang belum terjamah. Dan karena
Bungin Nyarat bukanlah daerah wisata -setidaknya untuk saat ini, entah lagi suatu saat nanti- jadi wajar-wajar saja
jika tidak ada penginapan khusus di pulau padat penduduk ini. Mas Dar, orang yang akan menjadi guide selama
kami di Kangean, menjadikan rumah sederhananya sebagai hotel dadakan bagi kami, turis-turis kota ini.

tiba di pulau bungin nyarat


disambut senja


disambut senja [2]
A Long Way To Heaven
Entah setan apa yang merasuki pikiran kami saat dulu, dulu sekali, memutuskan untuk pergi ke daerah antah-
barantah bernama Kangean ini. Sebuah gugusan kepulauan yang jujur saja, saya juga baru tahu saat itu kalau
letaknya ternyata [masih] di kabupaten Sumenep, Madura. Sebagai orang Jawa Timur -well, setidaknya saya lahir
dan tumbuh besar di sana- tentu saja saya merasa gagal. Melengkapi status kegagalan saya sebagai arek
Jatim yang belum pernah menginjakkan kakinya di puncak Mahameru. Singkat cerita, setelah saling meracuni satu
sama lain, sepakatlah kami bersembilan untuk melakukan perjalanan militan ke Kangean. Sekaligus sebagai ajang
reuni memperingati satu tahun perjalanan kami ke Rinjani.
Meskipun secara administratif kepulauan Kangean termasuk dalam kabupaten Sumenep. Namun, tidak mudah juga
bagi kami untuk bisa menuju ke sini. Dari terminal Purabaya di Surabaya kami naik bus patas -namun dengan kondisi
yang jauh dari kata layak- menuju Kalianget yang terletak di ujung timur pulau Madura. Selama empat jam saya
hanya bisa tidur-tidur ayam sambil senantiasa berusaha menepis angin malam yang menampar-nampar muka
sepanjang perjalanan. Iya, kenek bus sialan itu, yang sudahlah jelek, genduk dan jutek, dengan tololnya memilih
membuka lebar-lebar jendela bus tanpa mempedulikan tampang-tampang menyedihkan penumpang di bangku
paling belakang yang melempem keanginan. Bahkan saking tololnya, ketika kami tiba di Kalianget subuh buta, cara
kenek bus waktu menurunkan penumpang seperti orang sedang menurunkan kambing. Ck!
Beruntung, begitu tiba di Kalianget ini kami dipertemukan dengan orang-orang berhati mulia. Adalah beberapa
penduduk lokal yang terheran-heran dengan adanya sekumpulan pemuda asing dengan muka-muka kuyu yang
subuh itu keleleran di masjid kampung. Awalnya, dengan sumringah mereka mengira kami ini adalah kelompok
mahasiswa yang ingin melakukan semacam riset atau kegiatan bermuatan sosial di Kangean. Namun, dengan
rendah hati kami harus menjelaskan bahwa kami tidak semulia, dan semuda itu. Alih-alih sekumpulan pemuda
pembawa angin perubahan, kami ini hanyalah rombongan pejalan yang ingin menikmati keindahan alam Kangean.
Itu saja. Toh, mereka tidak lantas memercayainya begitu saja. Wajar, karena betapa selama ini orang hampir tidak
pernah mengenal Kangean sebagai daerah wisata. Bahkan, saat searching di mbah google pun sedikit sekali literatur
yang menyebutkan tentang pesona wisata Kangean. Kalah telak oleh laman sebuah perusahaan pertambangan
migas, Kengean Energy Indonesia.
Entah atas dasar kasihan atau apa, sang imam masjid malah menawarkan [dengan sedikit keukeuh, sungguh!]
kepada kami untuk singgah sejenak di rumahnya. Sekadar numpang mandi dan meluruskan kaki sembari menunggu
kapal, bujuknya. Kami pun tak enak hati untuk menolaknya. Tapi begitulah, dasarnya kami ini musafir-musafir tidak
tahu diri, begitu sampai di rumahnya -yang hanya ditinggali berdua oleh sang imam masjid yang sudah tua dan
istrinya- dan melihat kasur nganggur, tak seorang pun dari kami yang ragu untuk langsung merebahkan diri dan
melanjutkan tidur yang tak tuntas. Entahlah, kemana pula perginya rasa malu kami tadi? Tertinggal di masjid,
mungkin
Ternyata itu belum seberapa, pasangan tua nan baik hati yang mengingatkan saya akan Carl Fredricksen dan
istrinya, Ellie di film Up! ini kembali membuat kami semakin tidak tahu diri dengan repot-repot membelikan nasi untuk
sarapan segala, menyajikan milo hangat [Ya Tuhan, berkatilah mereka ini], sampai menelepon travel agent begitu
mendengar cerita pilu kami tentang bus patas sialan itu. Dari sini wawasan saya langsung terbuka lebar. Bahwa
Madura tidak hanya identik dengan juragan besi loaknya, sotonya, bebek sinjaynya, atau satenya. Tapi di sebagian
masyarakatnya, saya menemukan keramahan yang luar biasa.
Bungin Nyarat masih jauh dari pandangan. Dari pelabuhan Kalianget, kami masih harus menyeberang ke pulau
Kangean selama sekitar empat jam dengan kapal cepat. Terasa lama? Tidak juga. Karena hanya dengan
menenggak dua butir antimo saya bisa terlelap dengan sangat pulas dan bangun-bangun sudah tidak suci
lagi sampai di pelabuhan pulau Kangean. Tanpa mual-mual, pening, apalagi sampai jackpot. Nah, justru tantangan
sebenarnya ada pada perjalanan selanjutnya. Menggunakan moda transportasi khas lokal, semacam mobil bak
terbuka yang dimodifikasi sedemikian rupa, selama dua jam, dengan jalanan yang didominasi tanah berdebu -jangan
harap ada jalan aspal semulus paha Nikita Willy di sini- kita membelah pulau dari ujung ke ujung menuju dermaga
Pajenayasem. Dan begitu tiba, voilaaa penampakan saya semakin mirip pria Timbuktu. Kriwill bluwek dengan
badan penuh debu.

bersama pak imam


baru tiba


dermaga pajenayasem



Exploring heaven. Selepas sarapan nikmat dengan lauk ikan bakar dan sambal bikinan istri mas Dar, kami memulai
misi pembuktian ini. Tentu saja tak satupun dari kami ada yang berekspektasi macam-macam. Berharap kemolekan
bawah laut atau pantai-pantainya setara Raja Ampat atau apa. Tidak. Bahkan, saya kagum dengan motivasi
sederhana dari seorang Tesa yang sama sekali tidak mempersoalkan taraf keindahan alam Kangean. Asalkan bisa
liburan di luar Sumatra Utara dan tempat baru, itu sudah lebih dari cukup. Dipandu mas Dar menggunakan perahu
motornya, kami berkeliling dari satu pulau ke pulau lain mencari spot-spot snorkeling.
Tempat pertama yang kami datangi adalah pulau Sebuntan. Snorkeling sebentar saja di sini, lalu lanjut ke pulau
Paliat. Untuk kedua spot ini, terus terang terumbu karangnya biasa bingit. Bahkan, sedihnya di sana-sini banyak
yang hancur akibat kegiatan pengeboman ikan. Beranjak siang, mas Dar mengarahkan perahu menuju pulau gosong
Salarangan. Pulau eksotis dengan pantai berpasir putih dan air laut yang sejernih hati biarawati. Sesiangan kami
beristirahat, gegoleran di pasir sekaligus menikmati bekal makan siang. Seorang penduduk dengan muka penasaran
-dan sedikit sangar- tiba-tiba menghampiri kami. Saya sudah ngeri sendiri mengira jangan-jangan dia ini preman
pulau yang tidak suka dengan kedatangan kami dan mau ngajak ribut. Ternyata saya salah. Di balik wajah
sangarnya, tersimpan keramahan yang tiada terduga. Tanpa pamrih dia memandu kami berkeliling pulau, termasuk
dengan antusias menunjukkan -yang menurutnya- pohon keramat yang ada di tengah kampung. Tentu saja reaksi
saya hanya diam-diam memutar bola mata. Bukannya saya tidak tertarik dengan penampakan pohon yang memang
tampilannya biasa saja itu atau tentang cerita mistis di dalamnya. Tapi saat itu saya lebih butuh warung makan
daripada seonggok pohon. Saya lapar.
Highlight hari itu tentu saja snorkeling sore di perairan pulau Bangko. Terumbu karang dan ikan-ikannya me-nak-jub-
kan!
Di hari kedua ini kami bermalam di pulau Saur, masih menginap di rumah penduduk. Dan lagi-lagi saya merasa
tertampar dengan keramahan dan kebaikan orang-orang sini. Rasanya baru di sini saya menemui penduduk yang
mau-maunya gelap-gelapan mengantar-jemput tamu yang tidak jelas juntrungannya hanya supaya si tamu bisa
mandi dengan air tawar yang ketersediaannya saja terbatas, bahkan rela meminjamkan baju istrinya untuk dipakai si
tamu. Jujur saya benar-benar malu. Malu karena saya sadar saya tidak sewelas asih dan setulus mereka. Kalau
boleh menyalahkan, kehidupan kota yang serba pragmatis lah yang telah membuat saya menjadi pribadi yang egois.

gosong salarangan


having lunch


putra timbuktu


senja di pulau saur

The next day. Hari ini kami berlayar ke pulau Seibus. Menurut pengakuan mas Dar, inilah spot snorkeling terbagus
di gugusan kepulauan Kangean. Yang memang benar saja, saat saya menceburkan diri ke dalam air, ucapan mas
Dar itu bukan isapan jempol belaka. Its more than just beautiful! Sebuah taman laut yang teramat indah dan perawan
terpampang nyata di depan mata. Mendadak semua orang berubah jadi dugong, yang sibuk berenang ke sana-
kemari seolah tidak mau lagi keluar dari air. Tak terkecuali Ren yang heboh sendiri dengan senjata andalannya:
bantal angin.
Puas snorkeling di Seibus, kami melipir ke surga lainnya -sebuah pulau gosong yang lengkap dengan burung-burung
berwarna putih dan sebuah pondokan tua. Well, bayangkan saja gambar-gambar cantik di kartu pos. Saya tidak tahu
pasti akan sejarah berdirinya pondok ini. Namun yang saya tahu pasti, menikmati makan siang di sini dengan
pemandangan surgawi seperti ini, membuat menu rakyat jelata sekalipun terasa bak hidangan para raja. Sungguh!
Dan di tempat ini, selain kita bisa berleha-leha dimanja angin pantai -lupakan Maldives yang mahal itu- atau
sunbathing sampai kulit melepuh, snorkeling di perairan bawah pondok adalah sesuatu yang wajib dicoba. A die die
must try! Di spot yang juga surganya ikan badut ini, kita bisa merasakan sensasi berenang di antara ribuan school of
fish yang bergerak kesana-kemari seperti angin puyuh. Keren!

taman firdaus [1]

taman firdaus [2]

gandhi


taman firdaus [3]

taman firdaus [4]

school of fish




yang di sana mana suaranya?



burung-burung yang terusik


ren


pondok surga itu


[ala] cast away

[ala] majalah popular

sedang [tidak] menari saman


keluarga kecil bahagia


bunda ratu


Hari beranjak sore. Sebelum melakukan snorkeling penutup di sekitar pulau Bangko -untuk kesejuta kalinya- kami
memutuskan untuk mampir sebentar ke pulau Sapeken. Sebuah pulau kecil namun menyandang predikat sebagai
pulau paling metropolis seantero Kangean. Tidak banyak yang kami lakukan di sini, toh tidak ada Inulvizta juga, kan.
Hanya berbelanja logistik di salah satu toko kelontong yang tentunya paling hype se-Sapeken.
Di malam terakhir, kami menginap di Pajenayasem. Pemilik rumah yang kami inapi adalah seorang ibu muda yang
hanya tinggal ditemani bayi, adik perempuan dan bapaknya. Dia bercerita, karena himpitan ekonomi, dia terpaksa
merelakan sang suami merantau ke Malaysia menjadi TKI. Sedih memang, potret buram kemiskinan yang menjerat
mayoritas masyarakat Kangean yang hidup di antara limpahan potensi alamnya jelas-jelas menunjukkan betapa
ironisnya negeri ini. Terlebih, di sini pulalah berdiri Kangean Energy Indonesia. Ah, semoga saja kehadiran kami
malam itu bisa sedikit membuatnya tersenyum. Terlepas dari kegaduhan yang kita perbuat malam itu -apalagi kalau
bukan karena permainan adu tolol ABC 5 Dasar- saya berharap, beberapa lembar rupiah yang memang tidak
seberapa dari kami bisa sedikit meringankan beban hidupnya. Terus terang, tiga hari di Kangean tidak hanya
membuat saya jatuh cinta akan pesona keindahan bawah lautnya. Lebih dari itu, saya merasa kotor dan hina. Betapa
saya masih harus banyak belajar. Belajar tentang keikhlasan, tentang keramahan, tentang ketabahan, tentang
kebersahajaan, dan juga tentang ketulusan. *mewek*



BIG thanks to Ade dan Ipon atas kontribusi foto-foto kerennya. Teman-teman atas keseruannya; Harry, Tesa,
Gandhi, Mika, Ren. Dan Dyan atas usaha pantang menyerahnya menyusun itinerary dan mengatur segalanya. We
love you. :)

Anda mungkin juga menyukai