Anda di halaman 1dari 5

Pesona Dunia Pariwisata dan Sejarah Kota Palembang

Kemana kaki harus melangkah jika kita ditanya tentang objek wisata Kota Palembang? Apa ke Punti
Kayu? Bukit Siguntang? Atau Sungai Musi? Aduh, kok kita jadi bingung ya… Padahal bagi yang sejak
kecil kita sudah di sini, harusnya tahu betul di mana tempat objek wisata kota ini. Nah, kalau kita mau
memikirkan mengenai hal ini barang sejenak, kita akan temukan bahwa sesungguhnya objek wisata
Palembang itu sangat memesona.

Dalam industri pariwisata, ada dua jenis objek yang dapat dijadikan daya tarik daerah, yaitu wisata
alam dan budaya. Dulu wisatawan semata-mata hanya tertarik pada keindahan alam suatu tempat,
tapi sekarang banyak juga wisatawan yang tertarik untuk melihat khasanah warisan sejarah dan
budaya di tempat-tempat yang mereka kunjungi. Berkaitan dengan hal itu, peninggalan arkeologi yang
merupakan sumber daya budaya dapat dimanfaatkan menjadi aset wisata budaya.

Palembang sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Selatan, punya banyak potensi aset wisata budaya.
Kota yang sudah berusia 13 abad lebih ini banyak meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menarik untuk
ditelusuri. Secara kronologis, peninggalan itu berasal dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan
Palembang Darussalam, sampai zaman kolonial Belanda. Dulu perencanaan kota pada masa Sriwijaya
umumnya berada di meander Sungai Musi yang berupa tanggul alam atau tanah yang meninggi. Hal
ini menunjukkan bahwa Sri Jayanasa menempatkan lokasi pemukiman sesuai dengan kondisi geografis
Palembang.Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, kegiatan kota terpusat di sepanjang tepi
Sungai Musi. Sebagian besar aspek pemukiman berlokasi di tepi utara sungai, berupa bangunan
keraton, masjid, dan pemukiman rakyat. Rumah tinggal berupa rumah panggung dari bahan kayu atau
bambu dan beratap daun kelapa, juga ada rumah rakit yang ditambatkan di tepi Sungai Musi.

Setelah dihapuskannya Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1823, wilayah sekitar Benteng
Kuto Besak (BKB) ini dijadikan daerah administrasi Hindia-Belanda yang dipimpin oleh seorang residen.
Pada masa ini, BKB yang awalnya tempat tinggal Sultan Palembang, dialihfungsikan menjadi instalasi
militer dan tempat tinggal komisaris Hindia-Belanda, pejabat pemerintah, dan perwira militer.

Secara umum, pembangunan Kota Palembang menjadi kota yang modern dilakukan oleh Pemerintah
Hindia-Belanda dan dimulai pada awal abad XX M. Berdasarkan UU Desentralisasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah Hindia-Belanda, Palembang ditetapkan menjadi Gemeente pada 1 April 1906 dengan
Stbl No.126 dan dipimpin oleh seorang burgemeester, yang dalam struktur pemerintahan sekarang
setara dengan walikota. Meskipun demikian, burgemeester pertama Kota Palembang baru diangkat
tahun 1919, yaitu LG Larive.

Pada masa ini, pusat pemerintahan Kota Palembang dipindahkan ke lokasi baru, yaitu sebelah barat
BKB. Di kawasan ini juga didirikan bangunan-bangunan umum, dan dilakukan pemindahan lokasi
pasar, yang semula di atas perahu di Sungai Musi lalu dipermanenkan di sebelah timur benteng. Dalam
tata ruang Kota Palembang abad XX M ini, dibangun pula lokasi pemukiman orang-orang Eropa di
sebelah barat benteng. Kalau sekarang ini kita bisa lihat di sekitar kawasan Kambang Iwak. Ngeliatnya
nggak perlu malem-malem, ntar ketemu yang macem-macem. Hantu misalnya, hihihi… Tapi sekarang
memang sudah tidak seseram dulu. Kawasan Kambang Iwak yang dulunya dikenal sebagai kawasan
para banci seks beraksi kalau malam, sekarang sudah sangat berubah. Hal ini karena adanya terobosan
pengelolaan kawasan wisata, termasuk mengelola area Kambang Iwak menjadi Kambang Iwak Park,
yakni area taman hijau untuk olahraga marathon.

Secara umum, tinggalan-tinggalan arkeologi yang dapat dijadikan objek wisata kota terdapat di
kawasan BKB dan sekitarnya, yakni di sepanjang Jl. Merdeka serta kawasan Talang Semut. Di daerah-
daerah tersebut, masih dapat ditemukan bangunan-bangunan kuno yang berasal dari masa
kesultanan dan kolonial. Di kawasan BKB, kita masih bisa temukan Masjid Agung Palembang, Museum
Sultan Mahmud Badaruddin II, dan Rumah Kapitan Cina.

Kalau di sepanjang Jl. Merdeka dan sekitarnya, masih terdapat beberapa bangunan kuno dari masa
Kolonial, seperti Kantor Walikota Palembang, dan Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Sumatera Selatan. Terus kalau di sekitar Talang Semut selain masih ada sekolah dan gereja kuno, juga
masih dapat dilihat lansekapnya seperti jaringan jalan yang mengikuti keadaan kontur lahan setempat
yang berbukit-bukit.

Daya tarik dari bangunan-bangunan di sepanjang Jl. Merdeka dan Talang Semut ini adalah gaya
arsitekturnya yang punya ciri khas, yang pernah jadi trend gaya hidup di Indonesia pada awal abad XX,
dan dikenal dengan istilah “Gaya Indis”. Kekhasan yang tercermin pada bangunan-bangunan tersebut
terletak pada penggabungan gaya arsitektur Eropa dengan gaya arsitektur Indonesia. Tentu saja, jika
tinggalan-tinggalan arkeologi itu ingin dijadikan objek wisata, maka diperlukan perencanaan yang
matang dan komprehensif. Kawasan-kawasan yang terkonsentrasi tinggalan-tinggalan arkeologi
tersebut sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu menjadi “kawasan bersejarah”. Di kawasan itu juga
perlu dibangun fasilitas-fasilitas umum yang sangat penting demi kelestarian tinggalan-tinggalan
arkeologi yang terdapat di dalamnya. Pembangunan semua fasilitas umum ini dimaksudkan agar para
wisatawan yang datang tidak terfokus di satu tempat dan bisa dikendalikan.

Diyakini jika saja semua aspek atau tempat potensial di Palembang ini diperhatikan dan dikelola sebaik
mungkin, Kota Palembang akan memiliki objek wisata yang tidak kalah dengan propinsi lainnya di
Indonesia. Memang selain kawasan ini banyak tempat lain yang berpotensi jadi objek wisata Kota
Palembang, seperti Sabokingking yang diduga merupakan ibu kota Kerajaan Sriwijaya, Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), ataupun Jembatan Ampera yang juga merupakan penghubung
antara Ilir dan Ulu.

Oya, ini saya punya daftar berbagai objek wisata yang bisa kamu kunjungi jika datang ke Kota
Palembang. Apa aja? Cekidot!

Daftar Objek Wisata di Kota Palembang:

1. Bangunan Benteng & Tempat Sejarah: Benteng Kuto Besak, Benteng Kuto Gawang, Kantor
Ledeng, Pelabuhan Boom Baru

2. Museum: Monumen Penderitaan Rakyat (Monpera), Museum Sultan Mahmud Badaruddin


(SMB) II, Museum Bala Putra Dewa, Museum Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS),
Museum Textile

3. Jembatan & Sungai: Jembatan Ampera, Jembatan Kertapati, Jembatan Musi II, Sungai Musi,
Sungai Gerong

4. Pasar: Pasar 16 Ilir, Pasar Sekanak, Pasar Kuto, Pasar Cinde

5. Tempat Ibadah: Masjid Agung, Masjid Lawang Kidul, Masjid Al-Mahmudiyah (Masjid Suro),
Masjid Sungai Lumpur, Masjid Kiai Merogan, Masjid Ceng Ho, Kelenteng Soei Goiat Kiong,
Kelenteng Pulau Kemaro

6. Pemakaman Sultan & Raja-Raja Palembang: Kambang Koci, Makam Kawah Tekurep, Bagus
Kuning, Makam Sultan Agung, Makam Sabo Kingking, Makam Ki Gede Ing Suro, Bukit
Siguntang
7. Permukiman & Kampung Etnis: Guguk Jero Pager Plembang Lamo, Kompleks Assegaff, Al
Munawar dan Kapten Arab, Kampung Kapitan (Chinesee)

8. Pulau: Pulau Kemaro, Pulau Seribu

9. Perusahaan: Pertamina, PT Pusri

10. Wisata Alam: Taman Hutan Wisata Punti Kayu, Kambang Iwak

11. Rumah: Rumah Limas, Rumah Rakit

12. Kuliner: Kelurahan 27 Ilir (Pempek), Pempek Candy, Pempek Saga, Pempek Pak Raden, Mie
Celor 26 Ilir, Model H. Dowa, dll (tergantung selera)

13. Olah Raga: Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Sport Hall

14. Mall: Palembang Square (PS), Palembang Indah Mall (PIM), Palembang Trade Center (PTC),
Palembang Square Xtension, International Plaza (IP)

Tiga objek wisata menarik di Palembang


Pagoda salah satu objek wisata menarik di Pulau Kemaro, Palembang | Sony Herdiana /Shuttestock

Dalam hitungan hari, kota Palembang akan menyambut kontingen atlet dan wisatawan dari
mancanegara untuk ajang Asian Games 2018.

Sebagai kota yang telah berumur lebih dari seribu tahun, tidak heran jika kota pempek punya
banyak tujuan vakansi untuk penikmat alam, sejarah, dan kebudayaan. Objek wisata apa saja yang
dapat dinikmati di Palembang?

Pulau Kemaro

Tempat ini terletak di tengah sungai Musi, atau tidak jauh dari jembatan ikonik, Ampera. Keberadaan
Pulau Kemaro terbentuk dari hasil endapan tanah yang terbawa aliran Sungai Musi ke muara. Tapi
masyarakat sekitar mengenallegendasaudagar asal Tiongkok dan putri asli Palembang, berabad silam
sebagai asal muasal pulau ini.

Di pulau yang memiliki luas kurang lebih 30 hektare tersebut, pelancong dapat mengunjungi beberapa
situs budaya. Antara lain bangunan pagoda, makam penunggu pulau, kelenteng, tempat pembakaran
uang kertas, dan pohon cinta.

Pada bagian lantai dasar bangunan pagoda terdapat cerita yang menggambarkan legenda Pulau
Kemaro. Dari atas pagoda yang memiliki sembilan lantai ini, pengunjung dapat menyaksikan
pemandangan indah Pulau Kemaro yang dikelilingi Sungai Musi.

Pulau Kemaro menjadi bukti akulturasi budaya lokal dan pendatang yang sejak ratusan tahun lalu
berbaur dengan baik. Sampai sekarang, Pulau Kemaro sering dijadikan lokasi ibadah umat Buddha dari
berbagai daerah yang sedang berkunjung ke Palembang.

Untuk menuju lokasi cukup mudah, pelancong dapat menempuh dengan naik taksi, sewa mobil, atau
dengan naik bus menuju arah jembatan Ampera. Setelah tiba di tepi sungai Musi, lanjutkan perjalanan
dengan kapal tradisional maupun perahu cepat, dengan waktu tempuh sekira 30 menit. Harga sewa
perahu Rp150 ribu dengan kapasitas 10 penumpang.

Kampung Kapitan
Kampung Kapitan awalnya dihuni keluarga besar Tjoa Ham Him yang berasal dari Provinsi Hok Kian
Kabupaten Ching Chow. Mereka datang pertama kali ke Palembang sekitar tahun 1850 dan membawa
seluruh keluarga beserta tukang masak, anak buah, dan para pelayan.

Dari segi fisik awalnya Kampung Kapitan adalah kelompok 15 bangunan rumah panggung milik etnis
Tionghoa di masa kolonial Hindia Belanda tersebut. Namun saat ini peninggalan bangunan leluhur
etnis Tionghoa yang tersisa hanyalah dua rumah panggung dari tiga bangunan rumah saja.

Nama Kampung Kapitan diambil dari pangkat Kapitan yang disematkan pemerintah kolonial pada Tjoa
Ham Him. Pada masa itu, Kapitan Tjoa Ham Him mengabdi kepada Belanda dengan tugas memungut
pajak dari warga lokal dan pengusaha Tionghoa, serta tugas-tugas administratif lain.

Secara kultural, Kampung Kapitan merupakan simbol pembauran antara etnis Tionghoa, Melayu, dan
Eropa. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah Kapitan yang merupakan perpaduan arsitektur
ketiganya.

Pada bagian pilar depan rumah yang berukuran asli 22 x 25 meter ini terbuat dari beton berbentuk
silinder yang bagian tengahnya menggelembung layaknya ciri khas bangunan Eropa.

Sedangkan bentuk bagian depan mengadopsi bentuk rumah limas khas Palembang atau Melayu.
Namun, pada bagian tengah rumah terdapat ruang terbuka yang menjadi ciri khas bangunan Tiongkok.
Ruang terbuka ini berfungsi mengatur sirkulasi udara dan cahaya.

Lokasi Kampung Kapitan terletak di Jalan KH Azhari nomor 1839, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan
Seberang Ulu I, atau berhadapan langsung ke Sungi Musi, Jembatan Ampera dan berseberangan
dengan Plaza Benteng Kuto Besak.

Kampung Pempek

Pemburu cita rasa lokal, bisa meluangkan waktu mencicipi penganan khas pempek di Pasar 26 Ilir,
Jalan Mujahidin, Palembang. Di sini merupakan surga bagi penggemar pempek dengan cita rasa khas
Wong Kito Galo. Pempek yang diproduksi di Kampung Pempek terjual sampai ribuan buah setiap hari.

Berbagai jenis pempek seperti pempek tahu, keriting, kulit, dan pempek kapal selam dijual mulai harga
seribu hingga dua ribu rupiah. Dengan bahan baku utama pempek adalah ikan tenggiri, kakap besar,
juga ikan gabus, para pembeli juga bisa membeli paket pempek dengan harga mulai dari Rp50 ribu
sampai Rp200 ribu.

Kampung Pempek terdiri dari jajaran kios yang menjual aneka macam pempek, tekwan, model,
kemplang ikan, kerupuk ikan dan makanan khas Palembang lain. Dengan jam buka setiap hari mulai
pukul 10 pagi hingga 10 malam, lokasi ini cocok menjadi tujuan wisata rasa saat berada di kota
Palembang.

Destinasi Wisata Palembang Dinilai Kurang Promosi


REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Destinasi wisata di Kota Palembang relatif kurang dipromosikan
sehingga tidak seterkenal kota-kota lain di Indonesia, kata Manajer Promosi Pariwisata Indonesia di
Singapura Kementerian Pariwisata Sulaiman Shehdek.

"Kurang promosi, saya melihat ini yang menjadi kelemahan sektor pariwisata di Palembang. Meski
Palembang sudah cukup dikenal karena sempat menjadi tuan rumah SEA Games tapi jika tidak
dipasarkan maka percuma saja," kata Sulaiman di Palembang, Kamis (28/5).
Saat menjadi pembicara dalam lokakarya "Pengembangan Pariwisata Palembang menuju Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015" dia mengatakan pemerintah kota harus mendirikan badan yang khusus
mengurus promosi seperti yang dilakukan Bali dan Yogyakarta.

"Keberadaan Badan Promosi Pariwisata Daerah itu mutlak diperlukan jika ingin memajukan pariwisata
di suatu daerah karena prinsipnya orang harus mengenal dulu baru mau datang, dan untuk mengurus
ini memang tidak mudah," kata dia.

Menurutnya, konsep promosi untuk meningkatkan brand ini harus dipahami sehingga pemkot tidak
terjebak dengan persoalan kurang memadainya infrastruktur pariwisata.

"Jika bicara infrastruktur maka tidak akan ada habis-habisnya, selalu saja kurang. Jadi harus dibalik,
mulai dari promosi dulu, kemudian baru masuk produknya (paket wisata), sembari tentunya
membenahi infastruktur," kata dia.

Terkait dengan promosi ini, pemkot bukan hanya membutuhkan badan khusus tapi juga kerja sama
dengan asosiasi jasa pariwisata seperti Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Asosiasi
Biro Perjalanan Wisata (Asita).

"Mulailah duduk bersama dan menentukan strategi ke depan karena sejatinya potensi pariwisata di
Palembang ini demikian besar namun belum tergarap optimal," kata dia.

Kota Palembang memiliki sejumlah potensi wisata, yakni wisata religi, wisata kuliner, wisata belanja,
wisata sejarah atau heritage. Untuk wisata religi, Pulau Kemaro selalu dipadati ribuan warga
keturunan Tionghoa untuk merayakan imlek karena terdapat Klenteng Hok Tjing Rio dan
berkembangnya legenda cari jodoh.

Saat ini, wisatawan berkunjung ke Indonesia sekitar 35 persen tertarik terhadap faktor alam, seperti
ekologi dan kelautan. Sekitar 60 persen tertarik kuliner, religi, dan sejarah, sementara peminat wisata
buatan seperti pertunjukan dan beragam pameran hanya 5 persen.

Sementara ini, jumlah kunjungan wisatawan ke Sumsel sekitar 3 juta jiwa per tahun, sedangkan tahun
ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel menargetkan meningkat pesat hingga menebus
5 juta orang.

Anda mungkin juga menyukai