Anda di halaman 1dari 9

Komplek Kraton Ngayogyakarta

Nama Kelompok

1. Puspita Kumara (26)


2. Runi Ambarwati (27)
3. Septya Putri Andini (30)
4. Sesilia Velin Septiriani (31)
5. Yuan Vikandini (35)
Kompleks depan Keraton Yogyakarta

● Gladhak-Pangurakan

Gladhak-Pangurakan merupakan gerbang utama sebagai pintu masuk ke Keraton


Yogyakarta dari arah utara yaitu Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan.

Pada versi lain menyebutkan ada tiga gerbang yaitu gerbang Gapura Gladag, Gapura
Pangurakan Njawi dan Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu berada di ujung
jalan Trikora, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Di sebelah selatan bekas Gapura
Gladhak sekarang masih berdiri gapura lain dan menjadi gerbang utama di sisi utara, jika
akan memasuki keraton dari sebelah utara. Di sebelah selatan Gapura Pangurakan Njawi
terdapat lapangan atau yang disebut dengan Plataran Pangurakan yang sekarang menjadi
bagian Jalan Trikora. Di sebelah selatannya masih berdiri Gapura Pangurakan Lebet yang
juga masih berdiri.

● Alun-alun Ler

Alun-alun Ler merupakan sebuah lapangan berumput yang berada di bagian utara Keraton
Yogyakarta. Dahulu tanah lapang ini berbentuk persegi dan dikelilingi oleh dinding pagar
yang cukup tinggi, namun sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian
selatan. Dan apabila kita lihat saat ini, alun-alun sudah dipersempit dan hanya bagian
tengahnya saja yang tampak, karena di bagian sebelah pinggirnya telah dibuat jalan
beraspal yang dibuka untuk umum.
Alun-alun Ler dahulu digunakan oleh rakyat untuk melakukan Tapa Pepe saat Pisowanan
Ageng sebagai bentuk keberatan atas kebijakan pemerintah. Dan pegawai/Abdi Dalem/Kori
Keraton akan menemui mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian akan
langsung disampaikan kepada Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil.

Pada sela-sela pohon beringin yang ada di pinggir sisi utara, timur dan barat terdapat
pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan yang fungsinya sebagai tempat transit dan
penginapan bagi para bupati dari daerah mancanegara Kesultanan. Namun bangunan ini
sekarang sudah banyak yang beralih fungsi dan sebagian sudah tidak ada lagi.

Alun-alun Ler pada zaman dahulu juga digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara
dan upacara kerajaan diantaranya upacara Grebeg serta Sekaten atau Watangan,
Rampogan Macan (adu manusia dengan Harimau), Pisowanan Ageng dan lain sebagainya.
Dan hingga kini pun Alun-alun Ler masih sering digunakan sebagai tempat untuk berbagai
acara seperti kampanye, rapat akbar, penyelenggaraan ibadah hari raya Islam, konser
musik, lapangan sepakbola warga dan tempat parkir kendaraan bagi para pengunjung
wisatawan Keraton Yogyakarta.

● Masjid Gedhe Kasultanan Keraton Yogyakarta

Kompleks Masjid Gedhe Kasultanan atau Masjid Besar Yogyakarta terletak di sebelah barat
Kompleks alun-alun Ler. Kompleks ini disebut juga dengan Mesjid Gedhe Kauman yang
dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. Pada sisi timur, selatan dan utara masjid ini
terdapat kolam kecil yang pada zaman dahulu diperuntukkan bagi orang untuk mencuci kaki
sebelum masuk ke masjid.

Di sebelah selatan dan utara halaman masjid terdapat bangunan yang dinamakan
Pagongan Ler dan Pagongan Kidul. Pada saat upacara Sekaten, Pagongan Ler digunakan
untuk menempatkan gamelan-gamelan. Sedangkan di sebelah belakang atau sebelah barat
masjid terdapat pemakaman tua.
Kompleks inti Keraton Yogyakarta

● Kompleks Pagelaran

Bangunan utama di keraton adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama
Tratag Rambat. Tempat ini dulunya digunakan oleh para punggawa kasultanan yang akan
menghadap Sultan pada upacara resmi. Pada saat sekarang ini, selain digunakan untuk
upacara adat keraton, juga bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Di sini juga terdapat
sepasang Bangsal Pemandengan yang letaknya agak jauh di sebelah timur dan barat
Bangsal Pagelaran. Dahulu bangsal ini digunakan oleh sultan untuk melihat latihan perang
di Alun-alun Ler.

Sepasang Bangsal Pasewakan/Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan sayap
barat Bangsal Pagelaran. Dahulu tempat ini digunakan oleh para Panglima Kesultanan pada
saat menerima perintah dari Sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan kepada Sultan
dan digunakan juga sebagai tempat jaga Bupati Anom Saba. Pada saat sekarang ini tempat
ini digunakan untuk tempat pariwisata. Bangsal pangrawit yang terletak di sayap timur
bagian selatan Tratag pagelaran, dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih
Dalem. Dan saat ini di sisi selatan kompleks ini dihiasi dengan relief perjuangan Sultan
Hamengkubuwono I dan Sultan Hamengkubuwono IX. Komplek ini juga pernah digunakan
oleh Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di bulaksumur.

● Siti Hinggil ler


Pada sisi selatan Kompleks Pagelaran terdapat Komplek Siti Hinggil, dimana secara tradisi
digunakan untuk penyelenggaraan upacara resmi kerajaan. Di tempat ini pada tanggal 19
Desember 1949 digunakan untuk meresmikan Universitas Gadjah Mada.

Di kanan dan kiri bawah anak tangga utara Siti Hinggil terdapat dua bangsal yang disebut
dengan Bangsal pacikeran yang digunakan oleh para Abdi dalem Mertolulut dan
singonegoro sampai sekitar tahun 1926. Bangunan Tarub Agung terletak tepat di ujung atas
jenjang Utara. Tempat ini dahulu digunakan oleh para pembesar untuk transit dan
menunggu rombongannya masuk ke bagian dalam istana. Sedangkan di timur laut dan timur
laut terdapat bangsal yang dinamakan Bangsal Kori. Di tempat ini dahulu bertugas Abdi
Dalem Kori dan Abdi Dalem Jaksa yang bertugas untuk menyampaikan permohonan
maupun pengaduan rakyat kepada Sultan.
Bangsal Manguntur Tangkil terletak ditengah-tengah Siti Hinggil tepat berada di dalam
sebuah Hall besar terbuka yang disebut dengan Tratag Siti Singgil. Bangunan ini merupakan
tempat Sultan duduk di atas singgasananya pada saat acara resmi kerajaan seperti
pelantikan Sultan dan Pisowanan Ageng atau pertemuan besar para petinggi kesultanan. Di
Bangsal ini juga pada tanggal 17 Desember 1949 Insinyur Soekarno dilantik menjadi
Presiden Republik Indonesia. Sedangkan di sebelah selatan Bangsal Manguntur Tangkil
terdapat Bangsal Witono. Bangunan ini digunakan untuk meletakkan lambang-lambang
kerajaan maupun pusaka kerajaan pada saat mengadakan acara resmi kerajaan.

Di sisi timur Bangsal Manguntur Tangkil juga terdapat bangunan yang bernama Bale Bang,
yang pada zaman dahulu digunakan untuk menyimpan perangkat gamelan sekaten.
Sedangkan di sebelah barat Bangsal Manguntur Tangkil terdapat bangunan yang
dinamakan Bale Angun-angun, yang zamannya merupakan tempat penyimpanan tombak.

● Kamandhungan Lor
Di sisi Selatan Siti hinggil terdapat sebuah lorong yang membujur ke arah timur serta barat.
Pada dinding selatan lorong merupakan dinding Cepuri dan terdapat sebuah gerbang besar
yang bernama Regol Brojonolo sebagai penghubung antara Siti hinggil dengan
Kamandungan. sedangkan di sisi timur dan barat sisi selatan gerbang terdapat pos
penjagaan. Gerbang ini hanya dibuka pada saat ada acara resmi kerajaan dan pada
hari-hari tertentu selalu dalam keadaan tertutup. Untuk dapat masuk ke kompleks
kamandungan sekaligus kompleks dalam Keraton sehari-hari melalui pintu Gapura Keben
yang berada di sisi timur dan barat. Kompleks ini yang masing-masing menjadi pintu masuk
ke Jalan Kemitbumen dan Rotowijayan. Di sini terdapat Bangsal Ponconiti yang berada di
tengah-tengah halaman di mana bangunan ini merupakan bangunan utama di Kompleks ini.
Saat ini Bangsal Ponconiti digunakan dalam acara adat seperti Grebeg dan Sekaten. Di sisi
selatan Bangsal Ponconiti juga terdapat kanopi besar untuk menerima tamu yang turun dari
kendaraannya yang dinamakan dengan Balai Antiwahana.
● Sri Manganti

Komplek Sri Manganti terletak di sebelah selatan Kompleks Kamandungan ler yang
dihubungkan oleh regol Sri Manganti. Pada dinding penyekatnya terdapat hiasan Makara
raksaksa. Di barat komplek Sri Manganti terdapat Bangsal Sri Manganti yang pada
zamannya digunakan sebagai tempat untuk menerima para tamu penting kerajaan. Namun
sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton berupa alat musik gamelan dan
tempat ini juga difungsikan untuk penyelenggaraan acara pariwisata Keraton.

Komplek ini juga terdapat Bangsal Trajumas yang berada di sebelah timur. Di sebelah
timurnya lagi berdiri Gedhong Parentah Hageng Keraton yang merupakan gedung
administrasi tinggi istana. Selain itu di halaman ini juga terdapat Bangsal Pecaosanan
Jaksa, Bangsal Pecaosan Prajurit, Bangsal Pecaosan Dhalang serta bangunan-bangunan
lain.

● Kedhaton
Di selatan Komplek Sri Manganti terdapat Regol Donoratomo, dimana regol ini
menghubungkan antara Komplek Sri Manganti dan Komplek Kedhaton. Pada muka gerbang
terdapat sepasang Arca Raksaksa Dwarapala yang dinamakan Cinkorobolo di sebelah timur
dan Bolobuto di sebelah barat serta terdapat pos penjagaan yang berada di sisi timur. Pada
dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan Praja Cina.

Komplek Kedaton merupakan inti dari pada Keraton Yogyakarta seluruhnya. Komplek ini
dibagi menjadi 3 bagian halaman bagian pertama adalah Pelataran Kedaton yang
merupakan bagian Sultan, kemudian Keputren yang merupakan bagian istri atau para istri
(Selir) dan para putri Sultan. Sedangkan bagian terakhir adalah Kesatrian, yang merupakan
bagian putra-putra Sultan.
Di bagian pelataran Kedaton yaitu Bangsal Kencono yang menghadap ke timur merupakan
balairung utama istana. Di tempat ini sering dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga
Kerajaan. Selain itu juga upacara kenegaraan. Pada keempat sisi bangunan ini terdapat
Tratag Bangsal Kencana, yang dahulunya digunakan untuk latihan menari. Di sebelah barat
Bangsal Kencana terdapat Ndalem Ageng Proboyekso yang menghadap selatan. Bangunan
yang berdinding kayu ini merupakan pusat dari istana secara keseluruhan. Di dalamnya
disemayamkan pusaka kerajaan berupa Tahta Sultan serta lambang-lambang kerajaan
lainnya.

Sedangkan di utara Ndalem Ageng Proboyekso berdiri Gedhong Jene, yaitu sebuah
bangunan tempat tinggal resmi sultan yang bertahta. Tempat ini dijadikan sebagai kantor
pribadi, sedangkan tempat tinggal Sultan sendiri bertempat di Keraton Kilen. Di sebelah
timur laut gedung Jene berdiri satu-satunya bangunan bertingkat di dalam Keraton yaitu
gedung Purworetno. Bangunan ini didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono ke V dan
menjadi kantor resmi Sultan. Gedung ini menghadap ke arah Bangsal Kencana di sebelah
Selatan. Di sebelah selatan Bangsal Kencana berdiri Bangsal Manis yang menghadap ke
arah timur. Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan untuk
menjamu para tamu. Saat sekarang, bangunan ini digunakan untuk membersihkan
pusaka-pusaka kerajaan pada bulan Suro. Bangunan lain pada tempat ini yaitu Bangsal
Kotak, Bangsal Mandalasana, Gedhong Patehan, Gedhong Danartapura, Gedhong Siliran,
Gedong Sarangbaya, Gedhong Gangsa dan yang lainnya. Di tempat ini juga sekarang
berdiri bangunan gedong kaca yang difungsikan sebagai museum Sultan Hamengkubuwono
ke-9.
Keputren merupakan tempat tinggal permaisuri dan selir raja. Kasatrian pada zamannya
digunakan sebagai tinggal para putra raja yang belum menikah. Bangunan utama pada
tempat ini yaitu pendopo Kesatrian, Gedhong Pringgandani dan Gedhong Srikaton. Di
kawasan kesatriyan ini sekarang digunakan untuk penyelenggaraan event pariwisata.

● Kamagangan
Pada sisi selatan Komplek Kedaton terdapat regol yang bernama Regol Kamagangan, yang
menghubungkan kompleks Kedhaton dengan Kompleks Kamagangan.

Dahulu Kompleks kamagangan ini digunakan untuk menerima para calon Pegawai Abdi
Dalem magang, tempat berlatih dan ujian, serta apel kesetiaan para Abdi Dalem Magang.
Bangsal Kamagangan yang berada di tengah halaman besar digunakan sebagai tempat
upacara Bedhol Songsong, atau pertunjukan wayang kulit yang menandai selesainya
seluruh prosesi ritual di Keraton. Sedangkan di sisi timur terdapat bangunan Pawon Ageng
(dapur istana) Sekul Langen dan Pawon Ageng Kebulen. Nama tersebut mengacu pada
jenis masakan nasi langi dan nasi kebuli sedangkan disebut Tenggara dan Barat Daya
terdapat Panti Pareden. Tempat ini digunakan untuk membuat pareden/gunungan pada saat
menjelang upacara Grebeg. Sedangkan di sisi timur dan barat terdapat gapura yang
masing-masing merupakan pintu ke Jalan Suryoputran dan Jalan Magangan.

Di sebelah selatan halaman besar terdapat sebuah Jalan yang menghubungkan kompleks
Kemagangan dengan regol Gedhong Mlati. Dahulunnya di bagian pertengahan terdapat
jembatan gantung yang melintasi kanal Taman Sari Yogyakarta yang menghubungkan dua
danau buatan di barat dan timur Kompleks Taman Sari. Di sebelah barat tempat ini juga
terdapat dermaga kecil yang digunakan oleh Sultan untuk naik perahu melintasi kanal
apabila berkunjung ke Taman Sari Keraton.

● Kamandhungan Kidul
Pada ujung selatan jalan kecil di selatan kompleks kamagangan terdapat sebuah gerbang
yaitu Regol Gadung melati yang menghubungkan kompleks kamagangan dengan Kompleks
Kamandhungan Kidul. di komplek Kamandhungan Kidul terdapat bangunan utama yang
bernama Bangsal kemandungan. Sedangkan di sisi selatan kompleks Kamandhungan Kidul
terdapat pintu gerbang yang disebut Regol Kamandhungan yang menjadi pintu paling
selatan dari kompleks cepuri. Di antara kompleks Kamandhungan kidul dan Siti Hinggil Kidul
terdapat jalan yang dinamakan dengan Pamekangan.

● Siti Hinggil Kidul


Siti Hinggil Kidul sekarang memiliki nama yang dikenal dengan Sasana Hinggil Dwi Abad.
Kompleks ini terletak di sebelah utara Alun-alun Kidul. Di sisi timur, utara, barat dari komplek
ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Jalan Pamengkang yang setiap harinya dilalui
orang berlalu lalang. Dahulu di Siti Hinggil juga terdapat pendopo sederhana yang kemudian
pada tahun 1956 dipugar menjadi sebuah gedung Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai tanda
peringatan kota Yogyakarta yang ke 200 tahun.Tempat ini menjadi prosesi awal perjalanan
panjang Upacara Pemakaman Sultan yang mangkat dari Keraton ke pemakaman kerajaan
di Imogiri. Pada saat sekarang ini Siti Hinggil Kidul sering digunakan untuk pertunjukan
umum seperti Pagelaran Seni khususnya wayang kulit pameran dan sebagainya.
Kompleks Belakang Keraton Yogyakarta

● Alun-alun Kidul

Alun-alun Kidul merupakan alun-alun di bagian kompleks paling Selatan Keraton Yogyakarta
yang juga disebut dengan Pangkeran. Alun-alun Kidul dikelilingi oleh tembok persegi yang
memiliki 5 gapura, satu buah berada di sisi selatan serta di sisi timur dan barat
masing-masing memiliki dua buah gapura. Gapuran sisi selatan adalah jalan Gading yang
menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.

● Plengkung Nirbaya

Plengkung nirbaya merupakan ujung paling selatan poros utama dari Keraton dari tempat
inilah Sultan Hamengkubuwono ke-1 masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan
pusat pemerintahan dari Kedaton ke Ambarketawang. Gerbang ini secara tradisi Keraton
digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman Sultan menuju ke Imogiri.
Dengan alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup bagi sultan yang sedang
bertahta.

Anda mungkin juga menyukai