Anda di halaman 1dari 6

DISUSUN OLEH :

1. RANI
2. DINA
3. DINI
4. WULAN
KELAS VII
MTS ISTIGFARLAH
SEJARAH MUSEUM SUMEDANG / PRABU GEUSAN ULUN

Pada tanggal 22 september 1912 Pangeran Aria Soeria Atmadja, Bupati Sumedang
(1882 – 1919) pada waktu itu membuat surat wasiat wakaf. Beliau mewakafkan barang-barang
kepunyaan beliau pribadi, dan barang-barang lainya yang dikuasai beliau baik barang pusaka
dari para leluhur maupun barang keprabon lainnya.
Barang yang diwakafkan tersebut bisa diambil manfaatnya oleh para ahli waris
Pangeran Mekkah . Yang ditunjuk oleh Pangeran Aria Soeria Atmadja sebagai Nazhir adalah
para pejabat yang menggantikan kedudukan beliau dan diangkat oleh “ Kanjeng Gubernemen

Tumenggung R Moh Singer, diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda dan menjadi
Bupati Sumedang pada tahun 1948 /1949, beliau melihat barang-barang wakaf yang berasal
dari Pangeran Aria Soeria Atmadja tersebut tidak berada lagi pada satu tempat dan atau telah
diurus/ dipegang oleh beberapa pihak. Untuk menertibkannya R. Moh Singer berusaha
mengumpulkan kembali barang barang tersebut dan dicoba diurus/ dilola sebaik-baiknya. maka
untuk mengurus segala barang-barang wakaf Pangeran Aria Soeria Atmdja, selanjutnya
diserahkan kepada ahli waris Pangeran Aria Soeria Atmadja,
Mahkota Binokasih, Mahkota Kerajaan Pajajaran yang diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun
disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun

Pada tahun 1950 para ahli waris Pangeran Aria Soeria Atmadja setelah menerima
barang/ benda wakaf tersebut segera membentuk Yayasan Pangeran Aria Soeria
Atmdja (Yayasan P.A.S.A akte notaris Mr Soedja no.59 tanggal 28 Agustus 1950). Untuk lebih
baik lagi dalam mengurus barang wakaf ini berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Sumedang
tanggal 26 Maret 1953 N0 29/1953 dibentuk Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) dengan akte
notaris Mr Tan Eng Kiam no 98 tanggal 21 april 1955. Dengan demikian maka Nazhir yang
semula dipegang oleh orang perorangan sekarang dilaksanakan oleh banyak orang dalam
sebuah badan hukum berbentuk Yayasan.

Keris Naga Sasra yang digunakan oleh Pangeran Kornel (Pangeran Kusumahdinata IX) saat
bersalaman menggunakan tangan kiri (gestur ini petanda adanya perlawanan terhadap kebijakan Belanda dalam
pembangunan Jalan Raya Pos dengan Gubernur Jenderal Daendels pada peristiwa Cadas Pangeran).

Setelah semua barang – barang pusaka peninggalan leluhur terkumpul maka di simpan
pada gedung Gendeng Karena Gendeng adalah tempat tersimpannya benda-benda pusaka
utama, maka Gendeng dianggap “Rumah Pusaka”. Untuk melestarikan benda – benda wakaf
tersebut Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah
Museum. Karena banyak sekali benda-benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk
tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat
bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya.
Maka pada tanggal 11 Nopember 1973 Gedung Waditra atau Gedung Gamelan ini diresmikan
sebagai bangunan Museum maka berdirilah Museum Wargi-Yayasan Pangeran Sumedang
(YPS) yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan
seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang. Museum Wargi –YPS ternyata mendapat respon
yang baik dari para wargi Sumedang demikian juga respon yang baik ini datang dari
masyarakat Sumedang.
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat
yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh
YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk memberi nama Museum YPS yang
disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar
Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum
YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir
Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret
1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran
Sumedang.”

Kujang Wayang adalah salah satu dari beberapa koleksi kujang yang dimiliki oleh MPGU. MPGU memiliki
koleksi macam-macam kujang paling lengkap di Jawa Barat

2.2 Perkembangan Museum Prabu Geusan Ulun


Pada tahun 1973 didirikan Gedung Gamelan merupakan sumbangan dari Bapak Ali
Sadikin Gubernur DKI Jakarta waktu itu sebagai bangunan pertama Museum Prabu Geusan
Ulun (MPGU). Sebelumnya di area Museum telah berdiri bangunan Srimanganti,Bumi Kaler
dan Gendeng. Bangunan kedua MPGU adalah Gedung Gendeng yang didirikan pada tahun
1850 kemudian diperbaiki, direnovasi pada tahun 1955 dan di Rehabilitasi kembali pada tahun
1993.
Keris Panunggul Naga adalah Keris milik Prabu Geusan Ulun yang merupakan raja Kerajaan
Sumedang Larang yang terakhir

Pada tahun 1982, Museum “Prabu Geusan Ulun”-YPS bertambah 2 bangunan, yaitu
Gedung Srimanganti yang didirikan tahun 1706, menjadi gedung utama sebelumnya digunakan
sebagai kantor Pemda Sumedang dan Rehabilitasi dilakukan tahun 1982 dan 1993. Bangunan
keempat yaitu Bumi Kaler yang didirikan tahun 1850. Rehabilitasi bangunan dilaksanakan
tahun 1982, 1993 dan 2006, sebelum digunakan sebagai ruang koleksi museum digunakan
sebagai tempat tinggal wargi keturunan leluhur Sumedang.
Pada tahun 1997, Museum “Prabu Geusan Ulun”- YPS, bertambah lagi 2 bangunan,
yaitu Gedung Pusaka yang didirikan dari tahun 1990 sampai dengan 1997 atas prakarsa R.Hj.
Ratjih Natawidjaja dan wargi-wargi Sumedang, menjadi gedung kelima dan Gedung terakhir
MPGU adalah Gedung Kereta yang didirikan pada tahun 1996, menjadi gedung keenam.
Yang akhirnya Museum Prabu Geusan Ulun memiliki 6 (enam) buah gedung sebagai
ruang pamer koleksi. Museum Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran Sumedang tercatat
didalam buku ICOM ( International Council Of Museums ) Asia-Pacific Organisation pada
tahun 1993 dengan nomor keanggotaan No. 55 .

2.3 Letak Museum Prabu Geusan Ulun


Museum Prabu Geusan Ulun terletak di tengah kota Sumedang, 50 meter dari Alun-
alun ke sebelah selatan, berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara dan
berhadapan dengan Gedung-gedung Pemerintah. Jarak dari Bandung 45 kilometer, sedangkan
jarak dari Cirebon 85 kilometer, jarak tempuh dari Bandung 1 jam, sedangkan dari Cirebon 2
jam.
2.4 Museum Prabu Geusan Ulun
Museum Prabu Geusan Ulun dikelilingi tembok/dinding yang tingginya 2,5 meter,
dibuat pada tanggal 16 Agustus 1797.
Luas halaman Museum seluas 1,88 ha, dengan dihiasi taman-taman dan ditanami
pohon-pohon langka.
Gedung yang berada di sekitarnya terdiri dari:
Ø Srimanganti
Didirikan pada tahun 1706, masa pemerintahan Dalem Tumenggung Tanoemadja dari
tahun 1706 - 1709.
Pendirian gedung tersebut direncanakan oleh Pangeran Panembahan yang memerintah
dari tahun 1656 - 1706, yang pernah diserbu oleh laskar-laskar Cilikwidara cs dari pasukan
gabungan Banten.Sejak selesai dibangun, maka pemerintahan pindah ke daerah baru yang
disebut Regol.
Sejak itu Srimanganti dijadikan gedung tempat tinggal dan kantor oleh para bupati
tempo dulu. Sedangkan untuk keluarga dibangun Bumi Kaler.
Gedung Bengkok / Gedung Negara
Didirikan pada tahun 1850, masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah
Adinata (Pangeran Soegih) dari tahun 1836 - 1882. Gedung tersebut didirikan di atas tanah
beliau untuk keperluan upacara-upacara resmi, peristirahatan bagi tamu-tamu dariJakarta jika
berkunjung ke Sumedang.
Halaman Gedung Bengkok cukup luas, di depan dibuat taman-taman dan ditanami
dengan pelbagai buah-buahan. Di bagian barat didirikan Panggung Gamelan untuk menyimpan
gamelan-gamelan kuno. Di bagian belakang sebelah barat, sekarang SMP Negeri 2 Sumedang
memajang istal kuda dan tempat menyimpan kereta-kereta, diantaranya Kereta Naga Paksi.
Sedangkan di belakang gedung dibuat kolam yang besar disebut Empang, yang kedalamannya
setinggi bambu dan berbentuk kerucut.
Ø Empang
Di tepi Empang, dibangun Bale Kambang, tempat istirahat bagi keluarga para Bupati
dan Tamu-tamu Agung, sambil memancing ikan dengan dihibur Gamelan Buhun atau Degung.
Masa pemerintahan Pangeran Aria Soeria Atmadja dari tahun 1882 - 1919, ikan yang
ada di Empang diganti dengan Ikan Kancra, sehingga merupakan peternakan ikan Kancra yang
beratnya bisa mencapai 10 atau 15 kilogram.
Ikan Kancra tersebut diambil setiap bulan Mulud, untuk keperluan pesta Maulid Nabi
Muhammad SAW yang dibagikan kepada fakir miskin dan sebagainya.

Ø Bumi Kaler
Didirikan tahun 1850, masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah
Adinata(Pangeran Soegih) dari tahun 1836 - 1882.

Anda mungkin juga menyukai