Anda di halaman 1dari 5

1.

TAMAN MINI INDONESIA INDAH

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya
Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektar[1] atau 1,5 kilometer persegi.
Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek
kehidupan sehari-hari masyarakat 33 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan
dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana, tarian dan
tradisi daerah.
Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur
kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong
Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu
kawasan wisata terkemuka di ibu kota.
TMII memiliki logo yang pada inti nya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini
Indonesia Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA
(Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien
Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.

Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya
ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Harti nah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien
Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal
13 Maret 1970. Melalui miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta
tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek
Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.TMII mulai
dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam
dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150
hektar. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya.
Tim perancang memanfaatkan keti nggian tanah yang ti dak rata ini untuk menciptakan bentang
alam dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.
2. MONUMEN NASIONAL (MONAS)

Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah


monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang
perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari
pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah
presiden Sukarno dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai
lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang
menyala-nyala.
Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
3. MUSEUM FATAHILLAH

Museum Fatahillah memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah
museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas
lebih dari 1.300 meter persegi.

Bangunan ini dahulu merupakan balai kota Batavia yang dibangun pada tahun
1707-1712 atas perintah Gubernur-Jendral Joan van Hoorn.

Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama
dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang
digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang
dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, bangunan ini kemudian
diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
4. TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL

Sejak awal berdirinya pada tahun 1966, Ancol Taman Impian atau biasa disebut Ancol sudah
ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai
Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai
dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pada tahun 1992,
status Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan
Jaya Ancol sesuai dengan akta perubahan No. 33 Tanggal 10 Juli 1992 sehingga terjadi
perubahan kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 20% dimiliki oleh PT
Pembangunan Jaya dan 80% dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta.
Pada 2 Juli 2004, Ancol melakukan “go public” dan mengganti statusnya menjadi PT
Pembangunan Jaya Ancol Tbk., dengan kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta,
18% oleh PT Pembangunan Jaya, dan 10% oleh masyarakat. Langkah “go public” ini
dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol,
terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan
sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan
perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara sehat pada masa depan.
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. juga melakukan upaya repositioning dengan
diluncurkannya logo baru Ancol pada 10 Juli 2005. Perubahan tersebut tidak semata
mengganti logo perusahaan, tetapi juga untuk memacu semangat dan budaya perusahaan
secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai