Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN . I

BAB II PEMBAHASAN II
1. SEJARAH PASKIBRA ..1
2. LAMBANG PURNA PASKIBRA..2
3. MAKNA PURNA PASKIBRA...3
4. KATIHAN DAN PERSIAPAN...4
5. PEMBENTUKAN FORMASI PASUKAN5
6. MAKNA MERAH PUTIH...6

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN
2. PESAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas
utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi
kemerdekaan Indonesia di 3 tempat, yakni tingkat Kabupaten/Kota (Kantor Bupati/Walikota),
Provinsi (Kantor Gubernur), dan Nasional (Istana Merdeka). Anggotanya berasal dari pelajar
SMA Sederajat kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April
untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus.
Selama waktu seleksi sampai 16 Agustus, seorang anggota calon Paskibraka dinamakan
"CAPASKA" atau Calon Paskibraka. Pada waktu penugasan 17 Agustus, anggota dinamakan
"PASKIBRAKA", dan setelah 17 Agustus, dinamakan "PURNA PASKIBRAKA".

B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah dan tujuan PASKIBRA

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, sejarah dan tujuan Paskibra
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PASKIBRA
Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno
memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan
pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di
benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan
oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus
perjuangan bangsa yang bertugas.
Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa
menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan
kebetulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu,
sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang
sama.
Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani
pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana
Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode
itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk menangani lagi
masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di
Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang
dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
Pasukan 17 / pengiring (pemandu),
Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
Pasukan 45/pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945
(17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra
daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas
pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari
para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain
menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga
tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah
dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda
utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus
ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan
duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik
kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun
Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan
Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah
air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi
diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.
PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar,
RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka
disebut Paskibraka.

B. LAMBANG PURNA PASKIBRAKA

Seorang Paskibraka sedang bertugas.


Dalam organisasi Paskibraka, ada dua lambang, yaitu lambang Paskibraka/Paskibra yaitu
bergambarkan dua pemuda/pemudi paskibraka menengok kekanan dengan seragam PDU adalah
lambang aktif anggota paskibra/paskibraka yang sedang bertugas, dan ada lambang kedua yaitu
lambang Purna Paskibraka Indonesia yang berlambangkan daun dan bunga teratai. Penjelasan
lambangnya sebagai berikut:
tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibraka harus belajar, bekerja, dan berbakti
tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif, disiplin,
dan bergembira
Artinya adalah bahwa setiap anggota paskibraka memiliki jiwa yang sangat mulia. dan mengapa
Lambang Anggota Paskibraka dilambangkan dengan Bunga Teratai. Karena Bunga Teratai
tumbuh di lumpur dan berkembang diatas air yang bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah
pemuda dan pemudi yang tumbuh dari (Orang Biasa) tanah air yang sedang
bermekar/berkembang dan membangun.
C. MAKNA PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI), PASKIBRA, PASKIBRAKA DAN
PURNA PASKIBRAKA
Purna Paskibraka Indonesia, atau disingkat PPI, merupakan organisasi yang beranggotakan
mereka yang pernah bertugas sebagai anggota Paskibraka pada peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi atau nasional.
Paskibra merupakan pasukan pengibar bendera yang tidak bertugas sebagai pengibar bendera
pusaka di tingkat kota, provinsi, dan nasional, namun hanya bertugas di sekolah. Paskibra
merupakan anggota yang mengikuti ekstra kurikuler Paskibra di sekolah tetapi tidak diutus untuk
menjadi Paskibraka, anggota Paskibra yang telah mengikuti seleksi Paskibraka tetapi tidak lolos,
dan/atau anggota yang mengikuti perlombaan baris-berbaris paskibra yang tidak diutus menjadi
Paskibraka.
Paskibraka merupakan pasukan pengibar bendera pusaka yang di mana anggotanya melakukan
tugas pengibaran dan/atau penurunan bendera duplikat pusaka merah putih di tingkat kota,
provinsi, dan nasional.
Purna Paskibraka adalah sebutan bagi anggota Paskibraka yang telah mengikuti pelatihan Pandu
Ibu-Indonesia Berpancasila dan selesai menjalankan tugas pengibaran bendera pusaka.

D. LATIHAN DAN PERSIAPAN PASKIBRAKA SEBELUM 17 AGUSTUS (HUT-RI)


Paskibraka diawali dengan seleksi dari tingkat Kota/Kabupaten pada bulan Maret dan
April. Yang berhasil lolos akan dikirim ke seleksi tingkat Provinsi pada bulan Mei. Dari seleksi
tingkat provinsi akan dikirim dua pasang putra dan putri ke seleksi tingkat nasional pada bulan
Juni. Seleksi tingkat nasional akan menetapkan satu pasangan putra dan putri terbaik dari setiap
provinsi untuk mewakili provinsi yang bersangkutan menjadi Anggota Paskibraka Nasional yang
bertugas mengibarkan bendera di Istana Merdeka.
Anggota Paskibraka tingkat Nasional biasanya memasuki asrama Pelatihan pada minggu
terakhir bulan Juli. Selama tiga minggu mereka akan menjalani latihan baris berbaris dan formasi
pengibaran bendera di Pusat Pelatihan Paskibraka Cibubur. Setelah melaksanakan gladi kotor
dan gladi bersih pada tanggal 14 dan 15 Agustus, mereka akan mengikuti upacara Pangukuhan
pada tanggal 16 Agustus. Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus, anggota Paskibraka
melaksanakan tugas utama pengibaran bendera pusaka pada pagi hari dan penurunan bendera
pada sore hari.
Selain mengikuti latihan fisik baris berbaris, anggota Paskibraka juga mengikuti latihan
mental spiritual dan kepemimpinan yang disebut Latihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila.
Latihan ini bermaksud mempersiapkan anggota Paskibraka menjadi putra-putri Indonesia terbaik
yang akan menjadi generasi penerus dan calon-calon pemimpin pada masa depan. Pelatihan
ganda seperti itu sudah ditradisikan sejak tahun 1968, namun untuk lebih menyeragamkan
pelatihan tersebut ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah telah mengeluarkan
pedoman berupa Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) No. 065 Tahun 2015.

E. PEMBENTUKAN FORMASI PASUKAN


Formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Paling depan adalah pasukan 17,
dibelakangnya adalah pasukan 8, dan paling belakang adalah pasukan 45 beranggotakan
TNI/POLRI
Pada dasarnya Paskibraka terdiri dari 3 tingkatan, yaitu tingkat Kota/Kabupaten,
Provinsi, dan Nasional. Untuk tingkat Kota/Kabupaten yaitu melaksanakan tugas di Kota asal
Paskibraka tersebut dengan inspektur upacara yaitu Wali Kota/setara. Pembentukan Tingkat
Provinsi yaitu diseleksi dari kota-kota pada provinsi tersebut dan akan diutus ke ibukota provinsi
dari kota-kota di provinsi daerah asal, Paskibraka pada tingkat ini melaksanakan tugas di ibukota
Provinsi dengan inspektur upacara yaitu Gubernur/setara. Dan yang akhir yaitu tingkat Nasional
yaitu Paskibraka yang diseleksi dari seluruh provinsi di Indonesia yang tiap-tiap provinsi akan
mengutus satu putra dan satu putri terbaik dan tingkat ini melaksanakan tugas di Istana Merdeka
Jakarta, dengan inspektur upacara yaitu Presiden Republik Indonesia. Paskibraka dibagi menjadi
dua tim tugas yaitu pasukan yang melakukan tugas pagi sebagai pengibar bendera dan tugas sore
sebagai pasukan penurunan bendera.
Formasi khusus Paskibraka yaitu:
Kelompok 17 berposisi di paling depan sebagai pemandu/pengiring dengan dipimpin oleh suatu
Komandan Kelompok (Danpok). Kelompok 17 Ini seluruhnya merupakan anggota Paskibraka.
Kelompok 8 berposisi di belakang kelompok 17 sebagai pasukan inti dan pembawa bendera. Di
kelompok ini terdapat 4 anggota TNI atau POLRI sebagai pengawal dan 2 putri Paskibraka
sebagai pembawa bendera (sekarang hanya satu pembawa bendera), 3 putra Paskibraka
pengibar/penurun bendera, dan 3 putri Paskibraka di saf belakang sebagai pelengkap/pagar.
Pasukan 45 berposisi di belakang kelompok 8 sebagai pasukan pengawal/pengaman dan
merupakan anggota dari TNI atau POLRI dengan senjata lengkap. Untuk tingkat nasional (di
istana negara), pasukan 45 terdiri dari anggota paspampres.
Pasukan yang melakukan pengibaran/penurunan bendera dipimpin oleh Komandan Pasukan
(Danpas) yang posisinya di sebelah kanan Komandan Kelompok (Danpok) 17. Danpas
merupakan perwira TNI atau POLRI minimal berpangkat letnan atau inspektur hingga kapten
atau ajun komisaris polisi (AKP).

F. MAKNA MERAH PUTIH


Prosesi Pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Paskibraka saat HUT RI 17 Agustus
Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah Sang
Saka Merah Putih (bendera asli jahitan tangan ibu Fatmawati), Sang Merah Putih, Merah Putih,
atau kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas
berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.

Makna merah putih


Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan
Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.[1] Akan tetapi ada pendapat bahwa
pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi
bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan
warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap
muncul dalam lambang-lambang Austronesia dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar.
Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling
berpasangan.[2] Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat
ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari
Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari. Hal ini
berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji
kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih pun sudah
dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna
alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah
alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit
buah manggis.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih
sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji
merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai
warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan
dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang
Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja
Sisingamangaraja I-XII.[3] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang pejuang Aceh telah
menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian
belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat
suci Al Quran.[4] Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka,
bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu
dikenal dengan nama Woromporang.[5] Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan
juga mengandung warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam[6]
yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit.
Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji
berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang
dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai
ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya
di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan.
Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makalah ini dibuat untuk membangkitkan rasa bela negara siswa/siswi SMA melalui
paskibraka dimana paskibraka adalah kegiatan yang sangat positif, yang mendidik mental,
kepribadian, membangkitkan rasa percaya diri, dan mejadikan siswa/siswi SMA siwa dan siswi
yang displin, memiliki solidaritas yang kuat sesama siswa/siswi.

B. PESAN
Buatlah masa mudamu menjadi masa yang berguna bagi dirimu dan sekolahmu sehingga
di masa tuamu nanti engkau dapat berbangga diri dan namamu dapat di kenang oleh sekolah ini
sebagai orang yang berguna bukan orang menjadi sampah masyarakat yang tidak berguna

Anda mungkin juga menyukai