Anda di halaman 1dari 4

A.

PENYELENGGARA NEGARA
Penyelenggara negara antara lain :

1. Legislatif
 Legislatif adalah lembaga yang membuat undang-undang.
 Lembaga legislatif meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Lembaga Perwakilan Daerah (DPD) dan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
2. Eksekutif
 Eksekutif adalah lembaga yang menerapkan/melaksanakan undang-undang.
 Lembaga eksekutif meliputi Presiden, Wakil Presiden, Menteri-menteri dan Bawahannya.
3. Yudikatif
 Yudikatif adalah lembaga yang mempertahankan pelaksanaan undang-undang.
 Lembaga yudikatif meliputi Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konsitusi (MK) dan Komisi Yudisial
(KY).
Adapun nama-nama penyelenggara negara antara lain :
 Presiden : Ir. Joko Widodo
 Wakil Presiden : Hj. Jusuf Kalla
 Ketua DPR : Setya Novanto
 Ketua MPR : Hidayat Nur Wahid
 Menteri Pendidikan : Muhadjir Effendy

B.LAMBANG NEGARA
1. Deskripsi Lambang Negara Indonesia
Sultan Hamid II, perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah
pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950,
dibentuklah Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul
lambang negara yang diajukan ke panitia tersebut, rancangan karya Sultan Hamid II lah yang diterima.
Sultan Hamid II (1913–1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie merupakan sultan dari
Kesultanan Pontianak yang pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan
juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada era Republik Indonesia Serikat.
Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul Presiden Soekarno
dan masukan berbagai organisasi lainnya, dan akhirnya pada bulan Maret 1950, jadilah lambang negara
seperti yang kita kenal sekarang. Rancangan final lambang negara itupun akhirnya secara resmi
diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan disahkan
penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman
Wirjosandjojo .
Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang
negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda Pancasila,
Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda. Nama Garuda Pancasila
baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR
melalui amandemen kedua UUD 1945.

2. Makna Lambang Negara


 Burung Garuda melambangkan kekuatan, yang berarti Bangsa dan Negara Republik Indonesia, selalu
kuat dalam keadaan apapun. Kita harus selalu ingat akan perjuangan generasi kita terdahulu,
yang selalu kuat dalam menghadapi penjajah walaupun cuma bersenjatakan  bambu runcing. Bangsa
Indonesia selalu kuat dan tabah dalam menghadapi segala masalah, hal ini sudah terbukti dengan
sejarah yang telah terukir.
 Burung Garuda Pancasila berwarnakan emas, hal ini melambangkan Kejayaan. Bahwa Indonesia
dimanapun, kapanpun dan apapun adanya, selalu Jaya di mata siapapun.
 Perisai yang ada di dada Burung Garuda Pancasila, melambangkan Pertahanan Bangsa Indonesia.
 Simbol-simbol yang berada di perisai Burung Garuda Pancasila melambangkan sila-sila dalam Pancasila
(lima dasar) Falsafah hidup Bangsa Indonesia yaitu :
-    Bintang melambangkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila Pertama).
-    Rantai melambangkan Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab (Sila Kedua).
-    Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila Ketiga).
-    Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat, Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (sila Keempat).
-    Padi dan Kapas melambangkan Sila Kedilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sila Kelima).

 Warna Merah Putih melambangkan warna Bendera Nasional Bangsa Indonesia. Merah melambangkan
Keberaniaan dan Putih melambangkan Kesucian.
 Garis hitam tebal yang melintang di Perisai Burung Garuda Pancasila melambangkan Indonesia dilalui
oleh Garis Khatulistiwa.
 Kemerdekaan RI di Proklamirkan oleh Bapak Proklamator kita yaitu Bung Karno dan Bung Hatta, di
Pegangsaan Timur 56 - Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 hari Jum'at sekitar pukul 10 pagi.
Peristiwa ini disimbolkan oleh burung "GARUDA PANCASILA" yaitu :
-          Jumlah bulu pada masing-masing Sayap Burung Garuda Pancasila yaitu berjumlah 17 helai.
-          Jumlah bulu pada Ekor Burung Garuda Pancasila berjumlah 8 helai.
-          Jumlah bulu di bawah Perisai/Pangkal Ekor Burung Garuda Pancasila yaitu berjumlah 19 helai.
-          Jumlah bulu di Leher Burung Garuda Pancasila berjumlah 45 helai.

 Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila bertuliskan semboyan Negara Republik Indonesia
yaitu "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

3. Arti Filosofi Lambang Negara Indonesia


a) Garuda
 Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di sejarah
Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti burung elang
rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan Negara Indonesia
merupakan bangsa yang kuat dan besar.
 Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.
 Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga
dan kekuatan pembangunan.
 Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan tanggal proklamasi kemerdekaan Bangsa
Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu pada masing-masing sayap
berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor
berjumlah 19, Jumlah bulu di leher berjumlah 45.
b) Perisai
 Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban Nusantara
sebagai senjata yang melambangkan  perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk
mencapai tujuan.
 Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis khatulistiwa hal
tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia sebagai negara tropis yang
dilintasi garis khatulistiwa.
 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
 Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih). dan pada
bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.
 Berikuut adalah Pembagian dan penjelasan lambang pada ruang perisai:

Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah bintang emas
berkepala lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Buddha, Hindu, Kristen, dan juga
ideologi sekuler sosialisme.
Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil
ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling membantu, gelang yang persegi
menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran menggambarkan wanita.

Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus benjamina) di bagian kiri atas
perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang - sebuah akar
tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Hal ini
mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon Beringin juga mempunyai banyak akar yang
menggelantung dari ranting-rantingnya. ini mencerminkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki
berbagai latar belakang budaya yang berbeda-beda (bermacam-macam).

Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian kanan atas perisai berlatar merah. Lembu liar atau
Banteng merupakan binatang sosial, sama halnya dengan manusia cetusan Bung Karno dimana pengambilan
keputusan yang dilakukan secara musyawarah, kekeluargaan dan gotong royong merupakan nilai-nilai yang
menjadi ciri bangsa Indonesia.

Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan padi dan kapas di bagian
kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi (mencerminkan pangan dan sandang) merupakan
kebutuhan pokok semua masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. ini
mencerminkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial anatara satu dan yang lainnya, tapi
hal ini (persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.

C. LAGU KEBANGSAAN
1. Sejarah Lagu Kebangsaan
Lagu Indonesia Rayapertama kali dimainkan pada Kongres Pemuda (Sumpah Pemuda) tanggal 28 Oktober
1928. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang
oleh Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan.

Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu
kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh surat
kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan tahun 1928, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang
penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.

Belanda - yang gentar dengan konsep kebangsaan Indonesia, dan dengan bersenjatakan politik divide et
impera lebih suka menyebut bangsa Jawa, bangsa Sunda, atau bangsa Sumatera, melarang penggunaan kata
"Merdeka, Merdeka!"
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ikuti lagu itu dengan mengucapkan "Mulia, Mulia!",
bukan "Merdeka, Merdeka!" pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu
kebangsaan. Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah
Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial, Remy Sylado,
seorang budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan
jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an berjudul Leka Leka Pinda Pinda. Remy juga
mengungkapkan selain Indonesia Raya, sebuah lagu lain berjudul Ibu Pertiwi juga merupakan karya jiplakan
dari sebuah lagu Rohani Nasrani (lagu kebaktian).

Deskripsi Lagu
Dari susunan liriknya, merupakan soneta atau sajak 14 baris yang terdiri dari satu oktaf (atau dua kuatren) dan
satu sekstet. Penggunaan bentuk ini dilihat sebagai "mendahului zaman" (avant garde), meskipun soneta
sendiri sudah populer di Eropa semenjak era Renaisans. Rupanya penggunaan soneta tersebut mengilhami
karena lima tahun setelah dia dikumandangkan, para seniman Angkatan Pujangga Baru mulai banyak
menggunakan soneta sebagai bentuk ekspresi puitis.

Lirik Indonesia Raya merupakan seloka atau pantun berangkai, menyerupai cara empu Walmiki ketika menulis
epik Ramayana. Dengan kekuatan liriknya itulah Indonesia Raya segera menjadi seloka sakti pemersatu bangsa,
dan dengan semakin dilarang oleh Belanda, semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan perekat bangsa
Indonesia.Cornel Simanjuntak dalam majalah Arena telah menulis bahwa ada tekanan kata dan tekanan musik
yang bertentangan dalam kata berseru dalam kalimat Marilah kita berseru. Seharusnya kata ini diucapkan
berseru (tekanan pada suku ru). Tetapi karena tekanan melodinya, kata itu terpaksa dinyanyikan berseru
(tekanan pada se). Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar untuk lagu yang
ditujukan bagi banyak orang. Dibandingkan dengan lagu-lagu kebangsaan lain yang umumnya berdurasi
setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indonesia Raya memang jauh lebih panjang.

Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos Cleber yang
tutup usia tahun 1999. Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf Ronodipuro pada tahun
1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima
masukan dari Presiden Soekarno. Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan yang agung, namun gagah berani.

Anda mungkin juga menyukai