Anda di halaman 1dari 14

Mari Mengenal Sejarah Paskibra hingga

Makna Lambangnya
Paskibra adalah kependekan dari Pasukan Pengibar Pendera. Paskibra umumnya selalu ada
saat kegiatan Upacara. Paskibra awalnya dibentuk pada tahun 1946 atas perintah Presiden
Soekarno kepada Mayor (Laut) M. Husein Mutahar untuk membuat upacara detik-detik
Proklamasi di DI Yogyakarta. Akhirnya, pasukan ini diwakilkan oleh 5 pemuda-pemudi dari
berbagai penjuru Indonesia.

Quipperian, pernah enggak sih kamu kepikiran buat jadi Paskibra? Itu lho, Pasukan Pengibar
Bendera yang biasa disingkat Paskibra. Kamu pasti sering dong, lihat pasukan ini di momen-
momen penting seperti peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan setiap
tanggal 17 Agustus setiap tahunnya? Keren banget, kan!
Meski sering hadir dalam setiap hari-hari besar Indonesia, namun, terkadang masih banyak
juga yang belum mengetahui secara jelas tentang sejarah hingga makna lambang Paskibraka.
Hal tersebut pastinya bikin kamu penasaran dong, Quipperian? Sebenarnya apa aja sih yang
patut kamu ketahui tentang sejarah Paskibra?

Awal Mula Terbentuknya Paskibraka (Pasukan Pengibar


Bendera Pusaka)

Sumber: https://upload.wikimedia.org
Terbentuknya Paskibraka punya sejarah panjang lho, Quipperian. Sejarah panjang Paskibraka
dimulai pada tahun 1946. Kala itu Presiden Soekarno memanggil ajudannya yang pada saat
itu ialah Mayor (Laut) M. Husein Mutahar. Sang Presiden memberi perintah untuk segera
melakukan upacara detik-detik proklamasi yang diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta,
yang tepatnya berada di Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Perintah langsung dari Presiden Soekarno, lantas membuat Mayor (Laut) M. Husein bergegas
mencari cara bagaimana untuk memperingati detik-detik proklamasi. Mayor (Laut) M.
Husein langsung terbesit kalau peringatan hari penting tersebut harus melibatkan dan
dilakukan oleh pemuda-pemudi bangsa dari penjuru nusantara. Menurut Mayor (Laut) M.
Husein, hal tersebut merupakan bentuk perwujudan bahwa para pemuda-pemudi tersebut
kelak akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia.
Sayangnya keterbatasan di era tersebut membuat gagasan Mayor (Laut) M. Husein tidak
terpenuhi. Infrastruktur transportasi antar pulau yang pada masa itu masih belum
berkembang, membuat Mayor (Laut) M. Husein hanya bisa menghadirkan lima orang yang
mana terdiri dari tiga pemuda dan dua pemudi.
Lima pemuda dan pemudi tersebut menjadi wujud perlambangan dari Pancasila. Kelima
pemuda pemudi tersebut berasal dari berbagai daerah yang saat itu kebetulan saja sedang
berada di Yogyakarta. Formasi lima pemuda pemudi tersebut pun tetap dilakukan sampai
upacara detik-detik Proklamasi di tahun 1949 yang berlokasi di Yogyakarta. Akhirnya,
formasi lima tersebut dinamakan Pasukan Penggerek Bendera.

Sejarah Seragam Paskibraka

Sumber: https://upload.wikimedia.org
Jika diperhatikan dengan saksama, bentuk seragam Paskibraka mirip dengan busana Presiden
Soekarno. Presiden Soekarno saat itu memilih jas, karena beliau percaya bahwa tampil rapi
atau dengan penampilan terbaik seseorang akan memengaruhi mental orang tersebut.
Setelah masa kemerdekaan, Soekarno dengan konsisten mengenakan jas dengan gaya militer
ketika dirinya berpidato dan tampil di hadapan publik. Hingga akhirnya busana dengan
tampilan tersebut menjadi identitas sang Proklamator. Seragam Paskibraka pun sedikit
banyak terinspirasi dari angkatan darat Amerika Serikat, yang kala itu mempunyai bentuk
kerah bundar dan tinggi.

Makna Lambang Paskibraka

Sumber: https://upload.wikimedia.org
Quipperian, jika kamu perhatikan, Paskibraka memiliki dua lambang, lho. Lambang yang
pertama itu adanya dua pemuda pemudi Paskibraka yang sedang menoleh ke arah kanan
dengan seragam PDU yang merupakan lambang aktif dari anggota Paskibraka yang sedang
bertugas. Lalu, lambang yang kedua merupakan lambang Purna Paskibraka Indonesia
dengangambar/ilustrasi daun dan bunga teratai yang memiliki makna sebagai berikut:

 Pada gambar tiga helai daun yang tumbuh ke atas memiliki makna bahwa Paskibraka
harus belajar, bekerja, dan berbakti.
 Pada gambar tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping memiliki makna bahwa
seorang Paskibra harus aktif, disiplin, dan ceria.

Jika disimpulkan, lambang dan gambar-gambar tersebut memiliki arti bahwasanya setiap
anggota Paskibraka memiliki haruslah memiliki jiwa mulia. Bunga teratai sendiri dipilih
sebagai lambang anggota Paskibraka karena dapat tumbuh di lumpur dan berkembang di atas
air.
Maknanya dalam banget ya, Quipperian? Dengan lambang ini, diharapkan anggota
Paskibraka bisa tumbuh dan berkembang jadi pribadi yang kuat dan tegar, bahkan di tempat
buruk sekali pun.
Quipperian, itulah sejarah Paskibra mulai dari makna lambang hingga inspirasi seragamnya.
Kalau kamu gimana, siap jadi anggota atau malah sudah bergabung? Semoga sejarah
Paskibra di atas bikin kamu ikutan semangat, ya!
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
Paskibraka

Tanggal
1946
pembentukan
Organisasi Pasukan Tugas
Jenis
Kenegaraan Pemuda dan Pelajar
Pengibaran dan penurunan Sang
Tujuan
Saka Merah Putih
Kantor pusat Jakarta, Indonesia
Wilayah layanan Indonesia
Ketua Umum PPI Gousta Feriza, SH., MH

Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas
utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi
kemerdekaan Indonesia di 3 tempat, yakni tingkat Kabupaten/Kota (Kantor Bupati/Wali
Kota), Provinsi (Kantor Gubernur), dan Nasional (Istana Merdeka). Anggotanya berasal dari
pelajar SMA Sederajat kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar
bulan April untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus.

Selama waktu seleksi sampai 16 Agustus, seorang anggota calon Paskibraka dinamakan
"CAPASKA" atau Calon Paskibraka. Pada waktu penugasan 17 Agustus, anggota dinamakan
"PASKIBRAKA", dan setelah 17 Agustus, dinamakan "PURNA PASKIBRAKA".

Tingkatan Paskibraka ada tiga yaitu:

 Paskibraka Nasional - bertugas di Istana Merdeka


 Paskibraka Propinsi - bertugas di Pusat pemerintahan gubernur propinsi
 Paskibraka Kota - bertugas di Pusat pemerintahan wali kota/kabupaten

Lambang Purna Paskibraka


Seorang Paskibraka sedang bertugas.

Dalam organisasi Paskibraka, ada dua lambang, yaitu lambang Paskibraka/Paskibra yaitu
bergambarkan dua pemuda/pemudi paskibraka menengok kekanan dengan seragam PDU
adalah lambang aktif anggota paskibra/paskibraka yang sedang bertugas, dan ada lambang
kedua yaitu lambang Purna Paskibraka Indonesia yang berlambangkan daun dan bunga
teratai. Penjelasan lambangnya sebagai berikut:

 tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibraka harus belajar, bekerja, dan
berbakti
 tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif,
disiplin, dan bergembira

Artinya adalah bahwa setiap anggota paskibraka memiliki jiwa yang sangat mulia. dan
mengapa Lambang Anggota Paskibraka dilambangkan dengan Bunga Teratai. Karena Bunga
Teratai tumbuh di lumpur dan berkembang diatas air yang bermakna bahwa anggota
Paskibraka adalah pemuda dan pemudi yang tumbuh dari (Orang Biasa) tanah air yang
sedang bermekar/berkembang dan membangun.

Sejarah
Husein Mutahar, pendiri Paskibraka

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibu kota Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno
memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan
pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di
benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka
dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi
penerus perjuangan bangsa yang bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa
menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan
kebetulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak
itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara
yang sama.
Ketika Ibu kota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani
pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana
Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama
periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di
Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk menangani lagi
masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di
Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok
yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

 Pasukan 17 / pengiring (pemandu),


 Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
 Pasukan 45/pengawal.
 Idik Sulaeman, Sang Pencetus Istilah Paskibraka

Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus
1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan
putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan
tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan
terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat
dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT,
KKO, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden
(PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana
Kepresidenan Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan
provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus
ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.

Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan
duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto
kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri
dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari
Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka
Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat
yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para
remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di
Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera
Pusaka. Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar
Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari
KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA.
Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.

Penjelasan dari makna: Purna Paskibraka Indonesia


(PPI), Paskibra, Paskibraka dan Purna Paskibraka
 Purna Paskibraka Indonesia, atau disingkat PPI, merupakan organisasi yang beranggotakan
mereka yang pernah bertugas sebagai anggota Paskibraka pada peringatan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi atau nasional.
 Paskibra merupakan pasukan pengibar bendera yang tidak bertugas sebagai pengibar
bendera pusaka di tingkat kota, provinsi, dan nasional, namun hanya bertugas di sekolah.
Paskibra merupakan anggota yang mengikuti ekstra kurikuler Paskibra di sekolah tetapi tidak
diutus untuk menjadi Paskibraka, anggota Paskibra yang telah mengikuti seleksi Paskibraka
tetapi tidak lolos, dan/atau anggota yang mengikuti perlombaan baris-berbaris paskibra
yang tidak diutus menjadi Paskibraka.
 Paskibraka merupakan pasukan pengibar bendera pusaka yang di mana anggotanya
melakukan tugas pengibaran dan/atau penurunan bendera duplikat pusaka merah putih di
tingkat kota, provinsi, dan nasional.
 Purna Paskibraka adalah sebutan bagi anggota Paskibraka yang telah mengikuti pelatihan
Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila dan selesai menjalankan tugas pengibaran bendera
pusaka.

Latihan dan Persiapan PASKIBRAKA sebelum 17


Agustus (HUT-RI)
Paskibraka diawali dengan seleksi dari tingkat Kota/Kabupaten pada bulan Maret dan April.
Yang berhasil lolos akan dikirim ke seleksi tingkat Provinsi pada bulan Mei. Dari seleksi
tingkat provinsi akan dikirim dua pasang putra dan putri ke seleksi tingkat nasional pada
bulan Juni. Seleksi tingkat nasional akan menetapkan satu pasangan putra dan putri terbaik
dari setiap provinsi untuk mewakili provinsi yang bersangkutan menjadi Anggota Paskibraka
Nasional yang bertugas mengibarkan bendera di Istana Merdeka.

Anggota Paskibraka tingkat Nasional biasanya memasuki asrama Pelatihan pada minggu
terakhir bulan Juli. Selama tiga minggu mereka akan menjalani latihan baris berbaris dan
formasi pengibaran bendera di Pusat Pelatihan Paskibraka Cibubur. Setelah melaksanakan
gladi kotor dan gladi bersih pada tanggal 14 dan 15 Agustus, mereka akan mengikuti upacara
Pangukuhan pada tanggal 16 Agustus. Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus, anggota
Paskibraka melaksanakan tugas utama pengibaran bendera pusaka pada pagi hari dan
penurunan bendera pada sore hari.

Selain mengikuti latihan fisik baris berbaris, anggota Paskibraka juga mengikuti latihan
mental spiritual dan kepemimpinan yang disebut Latihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila.
Latihan ini bermaksud mempersiapkan anggota Paskibraka menjadi putra-putri Indonesia
terbaik yang akan menjadi generasi penerus dan calon-calon pemimpin pada masa depan.
Pelatihan ganda seperti itu sudah ditradisikan sejak tahun 1968, namun untuk lebih
menyeragamkan pelatihan tersebut ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah telah
mengeluarkan pedoman berupa Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) No.
065 Tahun 2015.

Pembentukan Formasi Pasukan


Formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Paling depan adalah pasukan 17, dibelakangnya adalah
pasukan 8, dan paling belakang adalah pasukan 45 beranggotakan TNI atau POLRI bersenjata

Pada dasarnya Paskibraka terdiri dari 3 tingkatan, yaitu tingkat Kota/Kabupaten, Provinsi,
dan Nasional. Untuk tingkat Kota/Kabupaten yaitu melaksanakan tugas di Kota asal
Paskibraka tersebut dengan inspektur upacara yaitu Wali Kota/setara. Pembentukan Tingkat
Provinsi yaitu diseleksi dari kota-kota pada provinsi tersebut dan akan diutus ke ibu kota
provinsi dari kota-kota di provinsi daerah asal, Paskibraka pada tingkat ini melaksanakan
tugas di ibu kota Provinsi dengan inspektur upacara yaitu Gubernur/setara. Dan yang akhir
yaitu tingkat Nasional yaitu Paskibraka yang diseleksi dari seluruh provinsi di Indonesia yang
tiap-tiap provinsi akan mengutus satu putra dan satu putri terbaik dan tingkat ini
melaksanakan tugas di Istana Merdeka Jakarta, dengan inspektur upacara yaitu Presiden
Republik Indonesia. Paskibraka dibagi menjadi dua tim tugas yaitu pasukan yang melakukan
tugas pagi sebagai pengibar bendera dan tugas sore sebagai pasukan penurunan bendera.

Formasi khusus Paskibraka yaitu:

 Kelompok 17 berposisi di paling depan sebagai pemandu/pengiring dengan dipimpin oleh


suatu Komandan Kelompok (DanPok). Kelompok 17 Ini seluruhnya merupakan anggota
Paskibraka.
 Kelompok 8 berposisi di belakang kelompok 17 sebagai pasukan inti dan pembawa bendera.
Di kelompok ini terdapat 4 anggota TNI atau POLRI (di Tingkat Nasional terdapat anggota
Paspampres) sebagai pengawal dan 2 putri Paskibraka sebagai pembawa bendera (sekarang
hanya satu pembawa bendera), 3 putra Paskibraka pengibar/penurun bendera, dan 3 putri
Paskibraka di saf belakang sebagai pelengkap/pagar.
 Pasukan 45 berposisi di belakang kelompok 8 sebagai pasukan pengawal/pengaman dan
merupakan anggota dari TNI atau POLRI dengan senjata lengkap. Untuk tingkat nasional (di
Istana Negara), pasukan 45 terdiri dari anggota Paspampres.

Pasukan yang melakukan pengibaran/penurunan bendera dipimpin oleh Komandan Pasukan


(Danpas) yang posisinya di sebelah kanan Komandan Kelompok (DanPok) 17. Danpas
merupakan perwira TNI atau POLRI minimal berpangkat letnan atau inspektur hingga kapten
atau ajun komisaris polisi (AKP).

Tentang Makna Merah Putih


Prosesi Pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Paskibraka saat HUT RI 17 Agustus

Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah
Sang Saka Merah Putih (bendera asli jahitan tangan ibu Fatmawati), Sang Merah Putih,
Merah Putih, atau kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang
Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari
panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua
bagiannya berukuran sama.

Makna merah putih


Sejarah
Artikel utama untuk kategori ini adalah Bendera Pusaka.
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit
yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.[1] Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan
terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa
Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan
warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap
muncul dalam lambang-lambang Austronesia — dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar.
Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling
berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat
ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari
Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari. Hal
ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji
kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih pun sudah
dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna
alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna
merah alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau
dari kulit buah manggis.

Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai
lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah
putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna
merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar
merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang
Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-
raja Sisingamangaraja I-XII.[2] Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah
menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian
belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat
suci Al Quran. Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka,
bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone
itu dikenal dengan nama Woromporang.[3] Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri
Pamecutan juga mengandung warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih,
dan hitam[4] yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji


berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang
dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai
ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama
kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang
digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.[5]

Bendera Merah Putih digunakan sejak 17 Agustus 1945[6]

Arti Warna

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan raga manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan jiwa dan raga manusia untuk membangun
Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung
makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa (gula aren) dan warna putih
mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia,
terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji
yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah
dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai
lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

Peraturan Tentang Bendera Merah Putih

Bendera negara diatur menurut UUD '45 pasal 35 [7], UU No 24/2009,[8] dan Peraturan
Pemerintah No.40/1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia [9]

Bendera Negara dibuat dari kain yang warnanya tidak luntur dan dengan ketentuan ukuran:[8]

1. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;


2. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
3. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
4. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
5. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
6. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
7. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
8. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
9. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;dan
10. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.

Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari
terbit hingga matahari terbenam.[8] Dalam keadaan tertentu, dapat dilakukan pada malam hari.
[8]

Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak penggunaan rumah,
gedung atau kantor, satuan pendidikan, transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia
di luar negeri.[8]

Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:[8]

1. istana Presiden dan Wakil Presiden;


2. gedung atau kantor lembaga negara;
3. gedung atau kantor lembaga pemerintah;
4. gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;
5. gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
6. gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;
7. gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
8. gedung atau halaman satuan pendidikan;
9. gedung atau kantor swasta;
10. rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
11. rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
12. rumah jabatan menteri;
13. rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;
14. rumah jabatan gubernur, bupati, wali kota, dan camat;
15. gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;
16. pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
17. lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia; dan
18. taman makam pahlawan nasional

Momentum pengibaran bendera asli setelah deklarasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat dipasang pada peti atau
usungan jenazah Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden,
anggota lembaga negara, menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota
dewan perwakilan rakyat daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan/atau
warga negara Indonesia yang berjasa bagi bangsa dan negara.[8]

Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal
17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang
Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di
Monumen Nasional Jakarta.[8]

Setiap orang dilarang:[8]

1. merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan lain dengan


maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Bendera Negara;
2. memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
3. mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
4. mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan memasang
lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
5. memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan tutup barang
yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.

🇸🇪🇯🇦🇷🇦🇭
🇵🇦🇸🇰🇮🇧🇷🇦🇰🇦

*Paskibraka dimulai tahun 1946


*pencetus:Idik Sulaiman
*pendiri :Mayor(laut) Husein Mutahar
*tujuan Paskibraka yaitu mengibarkan dan menurunkan bendera Pusaka
*pasukan:-pasukan 17(pengiring)
-pasukan 8 (inti)
-pasukan 45 (pengawal)
*baju dinas:-pdl(pakaian dinas lapangan)
-pdh(pakaian dinas harian)
-pdu(pakaian dinas umum)
*pengibar pertama:-Abdul Latief Hendraningrat
-Suhud Satro Kusumo
-Surasti Karma Trimurti
*Paskibraka:pasukan pengibar bendera pusaka
*paskibra :pasukan pengibar bendera
*Paskibraka:-nasional(istana merdeka)
-provinsi(kantor gubernur)
-kabupaten(kantor walikota)
*capaska:calon Paskibraka
*PPI :purna Paskibraka Indonesia
*pembuat bendera:ibu Fatmawati(istri Ir.Soekarno/ibu negara)
*pencipta bendera:Sayuti Malik
*arti lambang:daun mendatar/menyamping
- aktif, disiplin, dan ceria
*arti lambang aktif:putra dan putri menoleh kesebelah kanan menggunakan baju pdu dengan latar
belakang merah putih
*nama hotel tempat perobekan bendera Belanda:yamato(Yogyakarta)
*ke 4 pahlawan yang berkaitan dengan perobekan bendera Belanda:-Sidik
-Sudirman
-kusnowibowo
-hariono

Anda mungkin juga menyukai