Anda di halaman 1dari 56

PASKIBRAKA

PASKIBRAKA
a) Pengertian Paskibraka
PASKIBRAKA ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan
kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka pembentukan character
building generasi muda Indonesia.
Peserta kegiatan ini adalah pria dan wanita yang telah terpilih untuk mewakili propinsinya
dalam acara pengibaran dan penurunan Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan
17 Agustus dalam rangka Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
b) Sejarah Paskibraka
Sejarah Paskibraka, dimulai 17 Agustus 1950, saat pertama kali peringatan HUT Proklamasi
Kemerdekaan dilaksanakan, setelah Presiden Sukarno hijrah dari Yogyakarta. Namun
sebenarnya, dalam peringatan skala kecil pada 1946 silam, kegiatan ini sudah dilaksanakan di
Gedung Agung, Yogyakarta .
Tata cara penaikan dan penurunan Bendera Pusaka, pertama kali disusun oleh ajudan
Presiden Sukarno, Husen Mutahar. Kemudian pada 1967, Husen yang waktu itu menjabat
Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di masa
pemerintahan Soeharto, juga menerima tugas yang sama. Formasi Paskibraka, diambil dari
tanggal, bulan dan tahun dibacakannya Proklamasi kemerdekaan_RI.
c) Persyaratan Menjadi Anggota Paskibraka
Untuk menjadi calon anggota Paskibraka, diperlukan beberapa persyaratan. Syaratnya,
memiliki tubuh sehat, tinggi badan minimal 170 sentimeter untuk putra, dan 165 sentimeter
untuk putri. Mereka juga harus memiliki nilai akademis yang baik, serta aktif berorganisasi.
Seleksi penerimaannya dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kota/kabupaten,
provinsi hingga nasional. Dan, yang bertugas pada upacara tahun ini, terdiri dari 64 orang,
perwakilan 32 provinsi. Mereka sudah menjalani latihan fisik dan mental selama 27 hari.
Pelatihnya sebagian besar adalah anggota TNI/Polri.
1. Aklaq

1. Mentaati kewajiban agama yang dianutnya.


2. Memahami norma-norma etika yang berlaku dalam masyarakat
3. Berbudi pekerti luhur serta mempunyai tingkah laku yang baik.
4. Memahami, mempunyai dan melaksanakan etika, sopan santun pergaulan yang baik.
2. Kepribadian
1. Ramah dan pandai bergaul
2. Bersahaja, sopan dan berdisiplin
3. Kesehatan

1. Sehat jasmani dan rohani.


2. Sigap, tangkas dan licah
3. Tegap, tidak cacat badan dan tidak berkaca mata.
4. Tinggi badan minimal Putra : 165 cm dan Putri : 160 cm
5. Berpenampilan segar, bersih dan menarik
4.Keterampilan
1. Mahir baris berbaris.
2. Menguasai peraturan dan perlakuan tentang Bendera Kebangsaan dan dapat
melaksanakan tugas pengibaran dengan baik.
3. Mempunyai pengetahuan umum secara daerah, nasional maupun internasional dengan
sangat baik.
4. Menguasai/Trampil melakukan budaya/kesenian daerahnya.

b) Tahap Seleksi Calon Anggota Paskibraka


Semua calon akan di pilih dari sekolah tingkat SLTA lalu mengikuti seleksi tingkat II.
Sekolah – Kecamatan – Kabupaten – Propinsi – Nasional

1. Seleksi tingkat sekolah. Peserta dipilih dan diseleksi di sekolahnya oleh para guru.
2. Seleksi tingkat Kotamadia/Kabupaten. Peserta dari perwakilan sekolah akan diseleksi di
tingkat Kotamadya/ Kabupaten dengan materi : baris berbaris, tata upacara bendera,
kesegaran jasmani/olah raga, test tertulis, wawancara, , kesenian dan lain sebagainya. Test
tertulis dan wawasncara meliputi bidang : pengetahuan umum, pengetahuan daerah, nasional
dan internasional, kepemudaan, nasionalisme dan sejarah perjuangan bangsa.
Dari seleksi ini akan terpilih satu atau dua pasang calon anggota paskibraka yang akan
mengikuti seleksi di tingkat propinsi. Bagi yang tidak lolos maka akan diseleksi lagi untuk
terpilih sebagai anggota paskibraka tingkat kotamadya/kabupaten.
3. Seleksi tingkat provinsi : Peserta test tingkat propinsi adalah peserta yang lulus test di
tingkat Kotamadia / Kabupaten di masing-masing propinsi, dengan materi seleksi sama
dengan di tingkat Kotamadia/Kabupaten. Biasanya peserta di tingkat propinsi akan diasrama
selama beberapa hari untuk mengetahui tekad, semangat dan kemandiran. Selain itu akan
terlihat kebiasaan masing-masing peserta terutama dalam melaksanakan tugas sehari-hari
seperti dirumahnya masing-masing misalnya mencuci, mengepel, membersihkan dan
mengataur kamar dan lain sebagainya.
Dari seleksi tingkat propinsi akan terpilih sepsang utusan (satu orang putra dan satu orang
putri) untuk menjadi anggota paskibraka di tingkat nasional. Bagi yang tidak terpilih akan
bertugas sebagai anggota paskibraka ditingkat propinsi.
4. Anggota Paskibraka Nasional. Anggota Paskibraka tingkat nasional adalah sepasang
utusan tiap propinsi yang akan mengikuti pemusatan latihan selama satu bulan di Jakarta.
Mereka akan bertugas pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi di Istana
Merdeka Jakarta. Dalam pemusatan latihan di asrama maka akan dilakukan seleksi untuk
pembagian kelompok yaitu kelompok 17 (tujuh belas) dan 8 (delapan) dan tugas di masing-
masing kelompok.
Demikian gambaran syarat-syarat untuk menjadi anggota Paskibraka. Semoga bermanfaat
bagi persiapan para siswa sekolah yang berminat untuk mengikuti seleksi menjadi
Paskibraka.
Skema tahap – tahap seleksi :
a
a
a

a b
b
Keterangan : Garis Penyeleksian
a : Berhasil
b : Tidak Berhasil

1. B. PERLENGKAPAN PASKIBRA DAN PASKIBRAKA


1. Pakaian Dinas Upacara ( PDU )
Terdiri atas 4 bagian :
1. Di gunakan untuk upacara PDU I
2. Di gunakan pada acara resmi PDU II
3. Pakaian pola biasa PDU III
4. Pakaian biasa PDU IV
1. Lencana Merah Putih Garuda
Merupakan suatu tanda yang diberikan kepada seorang Paskibra yang telah mengikuti massa
latihan, pemusatan latihan, dan pelantikan / pengukuhan serta sebagai identitas diri seorang
Paskibra
· Persyaratan Memiliki lencana Merah Putih Garuda
1. Telah mengikuti masa latihan
2. Telah mengikuti masa orientasi
3. Mengikuti pelantikan / pengukuhan
· Tingkatan Warna Dasar Lencana Merah Putih Garuda ( MPG )
1. Gambar Burung Garuda sebagai ideologi Pancasila
2. Warna putih di gunakan untuk kalangan SMP
3. Warna hijau di gunakan untuk kalangan SLTA
4. Warna merah di gunakan untuk kalangan PASKIBRAKA
5. Warna ungu di gunakan untuk kalangan pembina PASKIBRAKA
6. Warna kuning di gunakan untuk kalangan senior atau pembina PASKIBRAKA yang
mempunyai prestasi dalam bidang kepemudaan di tingkat PASKIBRAKA
· Perlakuan Terhadap Lencana Merah Putih Garuda
1. Lencana jangan sampai di hilangkan
2. Lencana harus dalam keadaan terawat
3. Lencana tidak boleh di letakan sembarangan
4. Lencana tidak boleh di perlakukan sembarangan
D. HALENTRI PASKIBRA
Halentri adalah tata cara kehidupan sehari – hari seorang Paskibra
a) Pelaksanaan Penghormatan Militer ( PPM )
Merupakan suatu penghormatan yang di berikan junior kepada seorang senior, waktu dalam
latihan maupun di luar latihan. Waktu PPM dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Jika sudah lewat
dari batas yang sudah di tentukan cukup dengan mengucapkan ” salam ”.
b) Halentri Di Jalan
1. Jika bertemu yang lebih tua sapalah terlebih dahulu
2. Bersikap ramah ( tidak menentang )
3. Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan, jangan membuang
pandangan / muka.
4. Jika terburu – buru mintalah permisi.
c) Halentri Bertamu
1. Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan.
2. Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.
3. Katakan maksud dan tujuan kita.
4. Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap duduk yang
baik.
5. Jangan sekali – kali memegang meja.
6. Uraikan maksud dan tujuan kita.
7. Setiap di ajak bicara jangan memalingkan pandangan dan mengalihkan pembicaraan.
8. Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan menjawab dengan
menggunakan kepala ).
9. Bicaralah dengan baik dan sopan.
10. Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.
d) Halentri Makan
1. Waktu makan posisi tubuh tegak.
2. Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.
3. Cara memegang sendok dan garpu sama dengan memegang pena.
4. Diwaktu sedang makan tidak ada yang bicara.
5. Sebelum dan sesudah makan selalu membaca do’a.
SEJARAH PASKIBRA
Pengibaran Bendera Pusaka pertama kali oleh Bapak Latif Hendraningrat dan Suhud S.
Menjelang Hut RI ke-2 Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya yaitu Mayor
Husein Mutahar untuk menyiapkan dan memimpin upacara peringatan Hut RI tersebut,di
halaman istana presiden.Gedung agung Jogyakarta tanggal 17 Agustus 1956.
Dan untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa,maka pengibaran bendera sebaiknya
dilakukan oleh para pemuda dilakukan se-indonesia dan beliau
Memilih 5 orang pemuda sebagai simbol pancasila,terdiri dari 3 putri dan 2putraFormasi ini
masih dilakukan sampai tahun 1947 dan 1948.HUT Kemerdakaan RI pertama kalinya
diadakan di Jakarta pada tanggal 17Agustus 1950 yang mana kemudian regu Pengibaran
ditentukan dan diatur oleh
Rumah Tangga Kepresidenan.Tanggal 5 Agustus 1966 BPK Muthar menjadi Dirijen Urusan
Pemuda dan salah satunya ialah latihan “PANDU IBU INDONESIA BERPANCASILA “dan
uji coba untuk kurikulum pembinaan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka 1967.Tahun 1967
Bapak Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menyiapkan pelaksanaan Pengibaran
Bendera Pusaka dan dengan ide Formasi. Pada tahun 1946 beliau mengembangkan menjadi
tiga pasukan :
Pasukan 17 Pengiring Bendera ( Pemandu )
Pasukan 8 Pembawa Bendera ( inti )
Pasukan 45 Pengawal Bendera
Tahun 1967-1972 Anggota yang terlibat dalam Pengibaran Bendera,sebagai Pasukan
Pengerek Bendera Pusaka ( PASKERAKA ) tapi pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman
melontarkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
( PASKIBRAKA ).Kemudian pada tahun 1989 tanggal 22 Desember diadakan Musyawarah
Nasional ( MUNAS ) Purna Paskibraka Indonesia ( PPI ) di Cipayung Bogor.Pada tahun
1995 tepatnya pada tanggal 18-22 Januari diadakan MUNAS Ke-2 yang menghasilkan
keputusan perubahan Anggaran Dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ).Juga
menetapkan Paskibra Sekolah SMU menjadi Purna Paskibraka Indonesia dan menetapkan
pengurus baru untuk tahun 1955-1959. MUNAS k-3 dilaksanakan di Lembang Bandung.
Di Indramayu di bentuk pada tahun 1989 oleh Pembantu Letnan 1 Mat Arief Bapak Mutahar
berasal dari Sumatra Barat tepatnya di Bukit Tinggi.
PENGERTIAN
PASKIBRA adalah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Profinsi dengan Sejumlah 54 orang
bertugas untuk Pengibaran dan Penurunan Bendera Pusaka.
LAMBANG ANGGOTA PASKIBRA
SETANGKAI BUNGA TERATAI
Pada awal berdirinya lambang yang dipergunakan adalah bintang
Segi lima besar,untuk ciri pemuda.Pada tahun 1973 Bapak H.Idik Sulaeman menetapkan
lambang setangkai bunga teratai yang bermakna sebagai berikut :
*Setangkai bunga teratai yaitu :
Anggota Paskibra adalah pemuda yang
tumbuh dari bawah ( orang biasa ) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
*Tiga helai bunga yang tumbuh ke atas yaitu :
Belajar – Bekerja – Bekerji
*Tiga helai daun yang tumbuh mendatar yaitu :
Aktif dan disiplin
*Jumlah mata Rantai mengelilingi ada 32 yang terdiri
1.Putri lambangnya lingkaran yang berjumlah 16 buah
2.Putra lambangnya belah ketupat yang berjumlah 16 buah
( keduanya melambangkan persatuan dari kesatuan )
*Warna hijau melambangkan Pemuda yang kreatif
*Bunga teratai dilingkari 16 lingkaran dan 16 buah belah ketupat yang
artinya anggota Paskibra dari 16 Penjuru arah mata angin tanpa
membeda – bedakan SARA ( Suku,Adat,Rasa,dan Agama ). height: 18pt;">Makna Sang
Merah Putih
Kata Sang pada Sang Merah Putih ,termasuk jenis kata sandang,digunakan untuk
menghormati sesuatu ( Sang Merah Putih,Sang Maha Kuasa).
Bendera Merah Putih mempunyai kedudukan yang tinggi menurut Pandangan masyarakat
indonesia,sehingga bergelar Sang Merah Putih yang
Berarti warisan yang di muliakan,yang merupakan lambang kemerdekaan dan
Kedaulatan negara.
Bendera Pusaka ialah Bendera Bebangsaan yang digunakan pada
Upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta 17 Agustus 1945. Bendera Pusaka hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus, pada waktu Upacara Penaikan dan
Penurunan Bendera Kebangsaan, maka semua yang hadir tegap diam diri, sambil menghadap
kebendera, tangan mengangkat sampai upacara selesai.
Pada waktu di kibarkan atau di bawah, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh tanah, air
atau benda lainnya,pada bendera kebangsaan tidak boleh di taruh
lencana,huruf,kalimat,Angka,gambar,atau tanda-tanda lainnya.

KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
Pemimpin ialah seorang yang menggerakan orang lain dengan suatu
Yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan ialah sendi yang menggerakan orang lain dalam rangka Mencapai tujuan
tertentu.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
1. Pola Kepemimpinan Formal
2. Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.

SIFAT KEPEMIMPINAN YANG BAIK


PENGETAHUAN, BERANI, INISIATIF, TEGAS, BIJAKSANA, DISIPLIN,
DAPAT DIPERCAYA, SIGAP, ULET, OPTIMIS.
Arti Warna
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung
makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan warna putih
mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia,
terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji
yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah
dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai
lambang ayah, yang ditanam di gua garba.
Peraturan Tentang Bendera Merah Putih
Bendera negara diatur menurut UUD '45 pasal 35 [6], UU No 24/2009, dan Peraturan
Pemerintah No.40/1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia [7]
Menurut UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. (LN 2009 Nmr 109, TLN 5035):
§ Bendera Negara dibuat dari kain yang warnanya tidak luntur.
§ Bendera Negara dibuat dengan ketentuan ukuran:
1. 200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;
2. 120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;
3. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;
4. 36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;
5. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;
6. 20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;
7. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;
8. 100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;
9. 30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;dan
10. 10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.
§ Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit
hingga matahari terbenam. Dalam keadaan tertentu pengibaran dan/atau pemasangan Bendera
Negara dapat dilakukan pada malam hari.
§ Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia
tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau
kantor, satuan pendidikan, transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri.
§ Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:
1. istana Presiden dan Wakil Presiden;
2. gedung atau kantor lembaga negara;
3. gedung atau kantor lembaga pemerintah;
4. gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;
5. gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;
6. gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;
7. gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
8. gedung atau halaman satuan pendidikan;
9. gedung atau kantor swasta;
10. rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;
11. rumah jabatan pimpinan lembaga negara;
12. rumah jabatan menteri;
13. rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;
14. rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat;
15. gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;
16. pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
17. lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia; dan
18. taman makam pahlawan nasional.

Momentum pengibaran bendera asli setelah deklarasi kemerdekaanpada tanggal 17 Agustus


1945.
§ Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat dipasang pada peti atau
usungan jenazah Presiden atau Wakil Presiden, mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden,
anggota lembaga negara, menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota
dewan perwakilan rakyat daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Republik Indonesia yang meninggal dalam tugas, dan/atau
warga negara Indonesia yang berjasa bagi bangsa dan negara.
§ Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang
Saka Merah Putih. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di
Monumen Nasional Jakarta.
§ Setiap orang dilarang:
1. merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan perbuatan lain dengan
maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Bendera Negara;
2. memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;
3. mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;
4. mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain dan memasang
lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan
5. memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang, dan tutup barang
yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara.
cara melipat dan membentangkan bendera merah putih
Melipat dan Membentangkan Bendera

Teknik melipat bendera dan membentang bendera dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Teknik lipat 3

2. Teknik lipat Genap

Dibawah ini akan dijelaskan tata cara melipat bendera dengan teknik lipat genap. Teknik lipat
genap sering digunakan karena kemungkinan kesalahannya sangat kecil. Maksudnya genap
disini adalah jumlah lupatannya dapat 4, 6, 8, 10, asalkan genap dan disesuaikan dengan
panjang bendera.

Cara melipat Bendera

1. Patokan memegang bendera warna putih di tangan sebelah kanan dan warna merah di
tangan sebelah kiri

2. Pembentang memegang bendera warna merah di tangan sebelah kanan dan warna putih di
tangan sebelah kiri

3. Bendera direntangkan, kemudian dilipat menjadi dua bagian, bagian putih menghadap ke
atas

4. Kemudian dilipat memanjang menjadi dua bagian lagi, warna putih berada di dalam
tertutup warna merah

5. Pembentang melipat bendera menjadi beberapa bagian yang genap dengan arah zig – zag

6. Setelah menjadi beberapa bagian yang genap, lipat menjadi 2 bagian dengan arah
horizontal ke dalam.

Cara Membentang Bendera


1. Pembentang, tangan kanan memgang bendera warna merah, tangan kiri memegang
bendera warna putih

2. Patokan, tangan kanan memegang bendera warna putih, tangan kiri memegang bendera
warna merah

3. Setelah itu pembentang mundur 3 (tiga) langkah, tangan masih dlam keadaan lurus

4. Setelah mundur 3 langkah, pembentang membentangkan bendera sedangkan patokan diam

TATA CARA PENGIBARAN & PENURUNAN BENDERA

Yang terlibat langsung dalam pengibaran terdiri dari tiga orang , yaitu :

· Pengerek ( sebelah kiri pasukan )

· Pembawa Bendera ( ditengah )

· Pembentang Bendera ( sebelah kanan pasukan )

1. Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama – sama, bukan memegang
tiangnya, punggung tangan yang memegang tali menghadap ke depan.

2. Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara membuka
talinya.

3. Pengerek melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah terbelit.

4. Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang bendera.

5. Pengerek melakukan tindakan penyelamatan gaya tindakan penyelamatan ini bebas, yang
penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek.

6. Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang sebelah atas ke
bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera warna putih.

7. Kemudian pembentang menyerahkan tali yang dipegangnya ke pengerek.

8. Langkah selanjutnya adalah pembentangan

Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang baru bendera
dibentangkan.

Bersamaan dengan mundurnya pembentang, pengerek menarik tiga kali ( kondisikan )

Selanjutnya pembentang menolehkan kepala ke arah Pemimpin Upacara dan memberikan


isyarat dengan lantang dan keras “ Bendera Siap “. Pemimpin Upacara memberi aba – aba
penghormatan pada bendera merah putih.

9. Tindakan selanjutnya adalah pengerekan bendera

Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang masih
membentangkan bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak asal – asalan, setelah
sampai didepan tiang lemparkan ujung bendera berwarna putih ke arah belakang pembentang
yang sesuai dengan arah angin.

Bendera dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek,
pengulur, dan pembentang menggenggam. Keadaan tangan Pengerek dan pembentang pada
saat pengerekan terlihat seperti cermin.

Bendera harus sudah sampai dipuncak tiang pada kata “ Hiduplah ……” bait terakhir dari
Lagu Indonesia Raya.

Ketika aba – aba “ TEGAK = GERAK “ dari Pemimpin Upacara, maka Pengerek dan
Pembentang langsung mendekatkan tangan pada tiang, dan tali dari Pembentang langsung
diambil oleh pengerek.

10.Langkah yang terakhir adalah pengikatan tali pada tiang.


Pengikatan tali ini dilakukan oleh Pengerek

Yang harus diperhatikan dalam pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada
diatas tidak boleh turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus
diikatkan terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai tali tersebut
habis.

Catatan :

Kata yang dicetak tebal dan digaris bawahi 10 tahapan penaikan bendera yang harus tersusun
dan tidak boleh terlewat.

10 Tahap Penurunan Bendera

1. Memegang tali

2. Membuka tali

3. Penggerek melihat keatas

4. Serahkan tali dari pengerek ke pembentang

Pembentang memberikan isyarat dengan lantang dan keras “Bendera Siap”

5. Penurunan Bendera

Pembentang menarik tali dan pengerek mengulur dengan sedikit menahannya agar tidak
terlalu cepat turun ke bawah

6. Serahkan tali dari pembentang ke orang yuang ditengah.

Pembentang mengambil ujung bendera, dan mulai mundur sampai bendera terbentang.
7. Membentangkan bdenra sampai aba – aba dari Pemimpin Upacara “ TEGAK =GERAK “.
Pembentang dan Pembawa bendera melipat bendera menjadi dua bagian dengan warna putih
menghadap ke arah pasukan.

8. Pembawa Bendera melakukkn tindakan penyelamatan pada tali.

9. Pembawa Bendera ( satu orang ditengah ) membuka catok tali dan bendera.

10.Serahkan tali tersebut kepada pengerek untuk diikat

Ketika pengerek mengikat tali pada tiang, pembawa bendera dan pembentang melakukan
pelipatan bendera.

Pelipatan bendera ini bebas, asalkan rapih dan cepat.

PENERAPAN BENDERA MERAH PUTIH :


1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3. Bendera harus disimpan dengan baik
4. Bendera harus bersih
5. Bendera harus utuh / tidak sobek
6. Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9. Bendera tidak boleh untuk bermain
10. Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11. Bendera tidak boleh untuk pakaian
12. Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
sejarah Bhineka
Tunggal Ika
Kita sebagai bangsa Indonesia tentu sering melihat dan sangat mengenal gambar di atas ini.
Namun apakah kita benar-benar mengenal gambar tersebut? Jika ditanya itu gambar apa, tentu
kita bisa menjawabnya. Namun apakah kita bisa menjawab dengan benar apa nama gambar itu?
Siapa perancang gambar itu? Bisakah anda menjelaskan secara detail lambang-lambang yang
terkandung di dalamnya? Marilah kita mulai satu per satu.

Sekilas
Gambar di atas itu merupakan lambang negara Indonesia. Lambang negara berupa seekor
Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-
simbol Pancasila, dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan “BHINNEKA
TUNGGAL IKA”. Sesuai dengan desainnya, lambang tersebut bernama resmi Garuda Pancasila.
Garuda merupakan nama burung itu sendiri, sedangkan Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia yang disimbolkan dalam gambar-gambar di dalam perisai yang dikalungkan itu. Nama
resmi Garuda Pancasila yang tercantum dalam Pasal 36A, UUD 1945.

Sejarah

Sultan Hamid II
Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950,
dibentuklah Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari
berbagai usul lambang negara yang diajukan ke panitia tersebut, rancangan karya Sultan Hamid
II lah yang diterima. Sultan Hamid II (1913–1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid
Alkadrie merupakan sultan dari Kesultanan Pontianak, yang pernah menjabat sebagai Gubernur
Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada era
Republik Indonesia Serikat.
Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul Presiden
Soekarno dan masukan berbagai organisasi lainnya, dan akhirnya pada bulan Maret 1950,
jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Rancangan final lambang negara itupun
akhirnya secara resmi diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17
Agustus 1950 dan disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan
Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, dan kemudian tata cara
penggunaannya diatur melalui PP 43/1958.
Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang
negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda
Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda.
Nama Garuda Pancasila baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada
tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945.

Makna dan Arti Lambang


Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yakni Burung Garuda, perisai, dan pita
putih.

Burung Garuda
Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berasal dari
India dan berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda itu sendiri
melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung garuda itu melambangkan
kemegahan atau kejayaan.

Pada burung garuda itu, jumlah bulu pada setiap sayap berjumlah 17, kemudian bulu ekor
berjumlah 8, bulu pada pangkal ekor atau di bawah perisai 19, dan bulu leher berjumlah 45.
Jumlah-jumlah bulu tersebut jika digabungkan menjadi 17-8-1945, merupakan tanggal di mana
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.

Perisai

Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung
lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara
Pancasila.
Pada bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama
Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya,
seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar
berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan
bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala
sesuatu di dunia ini ada.
Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan
lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-
laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun
melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain
dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan
Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di
mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa
“berteduh” di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan
akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti
halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila
keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan
sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
Dan di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai
kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
Pada perisai itu terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis itu
melambangkan garis khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia.
Warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai itu merupakan warna nasional Indonesia,
yang juga merupakan warna pada bendera negara Indonesia. Warna merah melambangkan
keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian.

Pita dan Semboyan Negara


Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan
“BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang ditulis dengan huruf latin, yang merupakan semboyan
negara Indonesia. Perkataan bhinneka tunggal ika merupakan kata dalam Bahasa Jawa Kuno
yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Perkataan itu diambil dari Kakimpoi Sutasoma
karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Perkataan
itu menggambarkan persatuan dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas
berbagai pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.
Semoga bisa nambah wawasan kita tentang negara tercinta kita ini …
Sejarah Pembentukan Paskibraka

BENDERA PUSAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus
1945, jam 10.00 pagi, di Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan
kemerdekaan Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah putih
dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera
ini dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera
Pusaka". Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan, sampai Ibukota
Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang
dilakukan Belanda semakin meningkat maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka
dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekar no.
Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat
Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein
Mutahar dipanggil oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera
Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk
menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk
menyelamatkan Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein Mutahar
terpaksa harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno dan
Bapak Husein Mutahar. Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bu ng Karno
Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya: `Tindakanku
yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, pen.). "Apa
yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu", kataku ringkas. "Dengan ini, ak u
memberikan tugas kepadamu pribadi.
Dengan ini, memberikan tugas kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu,
ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau
mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang
yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam
menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia
harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjak annya."
Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Di sekeliling kami, born
berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung
jawabnya sungguh be rat. Akhirnya, is memecahkan kesulitan ini dengan mencabut
benang jahitan yang memisahkan kedua belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata, benang jahitan di antara Bendera Pusaka yang telah
dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati berhasil dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua, masing-
masing bagiannya itu, merah dan putih, dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Husein
Mutahar, Selanjutnya pada kedua tas tersebut, dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan
miliknya. Bendera Pusaka dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar berpikir bahwa apabila
Bendera Pusaka merah putih dipisahkan, tidak dapat disebut Bendera, karena hanya berupa dua
carikkain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan,
kemudian Bapak Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan ditangkap dan diangkut
dengan pesawat dakota. Ternyata, mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat
menjadi tahanan kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut
menuju Jakarta.
Di Jakarta, beliau menginap di rumah Sutan Syahrir Selanjutnya, beliau kost di Jln. Pegangsaan
Timur No. 43, di rumah Bapak R. Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di Jakarta,
Bapak Husein Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar dapat segera
menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada pagi hari, Bapak Husein Mutahar menerima
pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang tinggal di Oranye Boulevard (sekarang J1n.
Diponegoro) Jakarta. Isi pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden
Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya, surat itu diambil
oleh beliau dan ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang pokok
isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya menyerahkan
Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Soedjono agar Bendera Pusaka tersebut dapat
dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husen. Mutahar datang ke Bangka untuk
menyerahkan sendiri Bendera Pusaka itu langsung kepada Presiden Soekarno tetapi
menggunakan Bapak Soedjono sebagai perantara. Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan
perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang Republik Indonesia
dari Jakarta yang diperbolehkan mengunjungi tempat pengasingan Presiden Soekarno pada
waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain, Bapak Soedjono,
sedangkan Bapak Husein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Soedjono, dengan meminjam mesin jahit
milik seorang Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh
Bapak Husein Mutahar persis di lubang bekas jahitan aslinya. Akan tetapi, sekitar 2 cm dari
ujung bendera ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnva, Bendera Pusaka ini dibungkus dengan
kertas koran dan diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden
Soekarno. Hal ini sesuai dengan perjanjian Presiden Soekarno dengan Bapak Mutahar seperti
dijelaskan di atas. Dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan
Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar.
Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah
pengibaran Bendera Pusaka. Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka
yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah
menganugerah-kan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden
Soekarno.

PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH DI GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA


Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden
Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Mayor (L) Husein Mutahar.
Selanjutnya, Presiden Soekarno memberi tugas kepada Mayor (L) Husein Mutahar untuk
mempersiapkan dan memimpin upacara peringatan Proldamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, tanggal 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Bapak Husein Mutahar berpikir bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, pengibaran
Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian, beliau
menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri atas 3 orang putri dan 2 orang putra perwakilan daerah
yang berada di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas. Lima orang tersebut merupakan simbol
dari Pancasila. Salah seorang dari pengibar bendera tersebut adalah Titik Dewi pelajar SMA
yang berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan Hari Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1947 dan tangga 17 Agustus 1948 dengan
petugas pengibar bendera tetap orang dari perwakilan daerah lain yang ada di Yogyakarta.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta
beberapa pemimpin Republik Indonesia lainnya, tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka dengan
membawa serta Bendera Pusaka. Pada tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali
dikibarkan pada upacara peringatan detik-detik Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di
depan Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Tanggal 27 Desember 1949, dilakukan
penandatanganan. naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan penyerahan kekuasaan di
Jakarta. Sementara itu Di Yogyakarta, dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia
kepada Republik Indonesia Serikat. Tanggal 28 Desember 1949, Presiden Soekarno kembali ke
Jakarta untuk memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.
Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Pada
hari itu, Bendera Pusaka Sang Merah Putih dibawa ke Jakarta. Untuk pertama kali, peringatan
Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950, diselenggarakan
di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Sang Merah Putih berkibar dengan megahnya di
tiang 17 m dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia. Regu-
regupengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

BERDIRINYA DIREKTORAT JENDERAL URUSAN PEMUDA DAN PRAMUKA


(DITJEN UDAKA) DAN LATIHAN PANDU INDONESIA BERPANCASILA
Pada saat memperingati ulang tahun ke-49, tanggal 5 Agustus 1966, Bapak Husein Mutahar
menerima "kado" dari pemerintah: beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda
dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah berpindah-pindah
tempat/kantor kerja dari Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) ke bekas Gedung Dep.
PTIP di Jalan Pegangsaan Barat. Ditjen UDAKA akhirnya menempati gedung bekas
NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur No.14. Suatu kegiatan yang diadakan Ditjen UDAKA
ada kaitannya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan Pandu Indonesia ber-Pancasila. Latihan
ini sempat diujicobakan 2 kali pada tahun 1966 dan tahun 1967, kemudian dimasukkan
kurikulum ujicoba Pasukan Pengerek Bendera Pusaka tahun 1967 yang anggotanya terdiri atas
para Pramuka Penegak dan Gugus depan-Gugus depan di DKI Jakarta.
PERCOBAAN PEMBENTUKAN PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA TAHUN
1967 DAN PASUKAN PERTAMA TAHUN 1968
Tahun 1967, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi
masalah pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di
Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1. Kelompok 17- PENGIRING/PEMANDU
2. Kelompok 8 - PEMBAWA/INT1
3. Kelompok 45- PENGAWAL
Ini merupakan simbol/gambaran dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia: 17
Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu, dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan
putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/ Pramuka untuk melaksanakan
tugas pengibaran Bendera Pusaka. Semula, rencana beliau untukkelompokpengawal 45 akan
terdiri dari para mahasiswa AKABRI (generasi muda ABRI •sekarang TNI), tetapi libur
perkuliahan dan transportasi Magelang - Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit dilaksanakan.
Usul lain untuk menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT,
MARINIR. dan BRIMOB) juga tidak mudah. Akhirnya, kelompok pengawal 45 diambil dari
Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka
bertugas di istana, Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan
propinsi. Akan tetapi, propinsi - propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga masih
harus ditambah oleh mantan anggota pasukan tahun 1967. Tahun 1969 karena Bendera Pusaka
kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, dibuatlah duplikat
Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan di tiang 17 m Istana Merdeka, telah tersedia bendera merah
putih dan bahan bendera (wol) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong
memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih Duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah terbuat dari sutra
alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu
tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia. Pembuatan
Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT
Ratna di Ciawi Bogor. Dalam praktik pembuatan Duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk
memenuhi syarat yang ditentukan Bapak Husein Mutahar karena cat asli Indonesia tidak
memiliki warna merah bendera yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin
memerlukan waktu yang lama.
Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta, berlangsung upacara penyerahan Duplikat
Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presidcn Soeharto kepada
Gubernur seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Propinsi dapat
dikibarkan Duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi bersamaan
dengan upacara peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya,
Duplikat Bendera Pusaka dan Reproduksi Naskah Proklamasi juga diserahkan kepada
Kabupaten-Kota dan perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera
Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia,
tanggal 17 Agustus 1969, sedangkan Bendera Pusaka terlipat dalam kotak bertugas mengantar
dan menjemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun 1967 s.d. tahun 1972, anggota Pasukan Pengibar Bendera adalah para remaja SMA
setanah air Indonesia, yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia. Setiap propinsi,
diwakili oleh sepasang remaja yang, dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Pada tahun
1973, Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota pengibar Bendera Pusaka
dengan sebutan Paskibraka. Pas berasal dari Pasukan, dan kib; berasal dari pengibar, ra berasal
dari bendera dan ka dari pusaka. Mulai saat itu, singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
adalah Paskibraka.
Bendera Pusaka Milik
Siapa?

Sebagaimana biasa, setiap memperingati HUT Kemerdekaan 17 Agustus, Bung Karno sebagai
presiden selalu menyampaikan pidato. Dan, setiap pidato selalu diberi judul tertentu sesuai
dengan tema dan keadaan waktu itu. Demikian pula halnya pada HUT RI ke-19 tahun 1964,
Bung Karno menyampaikan pidato berjudul ”Tahun Vivere Pericoloso”. Kata Vivere Pericoloso
diambil dari bahasa Italia, yang artinya ”...hidup menyerempet nyerempet bahaya”.

Pada bagian depan pidato itu Bung Karno jelas-jelas menyebutkan bahwa bendera Merah-Putih
pusaka yang hanya dikibarkan pada setiap tanggal 17 Agustus, dulunya dijahit oleh Fatmawati,
istrinya yang berasal dari Bengkulu. Dan, dengan fakta sejarah itu pulalah, Bung Karno
kemudian pernah mengklaim bahwa bendera pusaka itu miliknya pribadi. Apalagi, sebagaimana
kisah penyelamatan bendera pusaka yang demikian heroik oleh Husein Mutahar saat datangnya
agresi Belanda kedua pada tahun 1948. Bendera itu dititipkan pada Mutahar dengan perjanjian
harus diserahkan kembali kepadanya. Mutahar menepati janjinya dan bendera pusaka kemudian
diserahkan langsung kepada Bung Karno.
Sejak itu, Bung Karno menyimpan sendiri bendera pusaka. Dari tahun 1950, pengibaran bendera
pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka dengan Bung Karno sebagai Inspektur Upacara. Tapi, itu
berlangsung hanya sampai tahun 1966, karena tak lama kemudian, pada Maret 1967, Bung
Karno ”dilengserkan” secara paksa melalui Sidang Istimewa MPRS.

Sidang yang sama telah mengangkat Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden. Ketika
berkunjung ke rumahnya pada tahun 1993, Mutahar pernah mengisahkan sebuah cerita yang
menurutnya hanya pernah diketahui segelintir orang, dan ”rasanya tidak terlalu penting untuk
diceritakan,” katanya.
Mutahar menyebutkan, bagaimana pada tahun 1967 ia mendapat perintah untuk mempersiapkan
pengibaran bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus. Sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda
dan Pramuka) di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P&K), Mutahar memang sedang
ingin mewujudkan gagasannya untuk menyerahkan pengibaran bendera pusaka itu kepada para
pemuda utusan daerah. Segala sesuatu pun dipersiapkan, termasuk memanggil puluhan pemuda
dan pramuka untuk dilatih menjadi Pasukan Penggerek Bendera Pusaka. Latihan ”ujicoba”
pasukan pertama itu berlangsung mulus. Tapi, sesuatu yang ”fatal” hampir saja terjadi. ”Pasukan
Penggerek Bendera Pusaka sudah siap beberapa hari sebelum 17 Agustus, namun para
penanggungjawab upacara baru sadar kalau bendera pusaka yang akan dikibarkan ternyata tidak
ditemukan,” papar Mutahar. Orang lain pasti akan berpikir sederhana untuk mengatasi masalah
itu. Bikin saja bendera pengganti, toh tidak ada orang yang tahu. Tapi tidak demikian untuk
”seseorang” seperti Soeharto. Keberadaan bendera pusaka tak dapat digantikan dengan apapun.
Orang akan menganggap ”tidak sah” bila tahu awal masa kepemimpinannya dimulai tanpa
bendera pusaka. Akhirnya diketahuilah bahwa bendera pusaka masih berada di tangan Bung
Karno. Akan tetapi mereka tidak tahu bagaimana caranya mengambil bendera itu. ”Dalam
kebingungan itu, saya dipanggil ke Istana. Hanya sedikit orang yang tahu bagaimana
menghadapi Bung Karno pada saat-saat seperti itu. api saya tahu sifat beliau. Maka saya bilang,
kirimkan keempat Panglima Angkatan untuk meminta bendera itu,” papar Mutahar. ”Tebakan”
Mutahar ternyata benar.

Bung Karno yang sudah ”diistirahatkan” di Bogor menjadi lembut hatinya ketika didatangi.
Memang mulanya agak ragu-ragu, tapi beberapa saat kemudian Bung Karno berkata dengan
tenang. ”Baik, tanggal 16 Agustus kalian datang lagi ke sini, lengkap dengan semua Panglima
keempat Angkatan. Saya akan lakukan acara resmi serah terima bendera pusaka...” . Maka,
sebagaimana dijanjikan, pada tanggal 16 Agustus malam, keempat Panglima Angkatan —
sebutan untuk pimpinan ABRI dan Polri masa itu— menghadap ke Istana Bogor. Tanpa diduga,
mereka kemudian diajak balik lagi ke Jakarta dan akhirnya menuju ke Monumen Nasional
(Monas). Ternyata, selama itu bendera pusaka memang disimpan Bung Karno dalam ruang
bawah tanah di dalam Monumen Nasional. Bendera pusaka kemudian dibawa ke Istana
Merdeka. Atas perintah Presiden Soeharto, Mutahar dipanggil ke Istana untuk memastikan
apakah bendera pusaka itu memang asli. Hanya Mutahar, satu-satunya orang yang tahu betul
bentuk bendera pusaka, karena dia yang membuka jahitan tangan Ibu Fatmawati. Dia pula yang
menyambungkan kembali bagian merah dan putih dengan mesin jahit — dan terjadi kesalahan
jahit kecil sekitar 2 cm di ujungnya. Sejak itu, Soeharto menempatkan bendera pusaka di Istana,
dalam sebuah kotak kayu berukir yang di dalamnya diberi potongan kayu cendana sehingga
berbau harum bila dibuka. Bendera pusaka yang sudah usang itu selalu diperlihatkan kepada
para anggota Paskibraka setiap tanggal 16 Agustus, untuk membangkitkan semangat mereka
sebelum bertugas esok hari. Memang terbetik berita, bendera pusaka rencananya akan kembali
ditempatkan di Monumen Nasional. Berbagai persiapan telah dirancang, termasuk rencana
mengarak bendera pusaka dari Istana Merdeka ke Monas yang jaraknya hanya beberapa ratus
meter, yang konon menelan biaya tidak kecil. Namun, rencana itu belum terwujud. Begitulah,
bendera pusaka memang dijahit oleh Ibu Fatmawati. Dikibarkan sesaat setelah dibacakannya
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di depan kediaman Bung Karno, Jalan
PegangsaanTimur 56 Jakarta. Disimpan dan dijaga Bung Karno dengan segenap jiwa dan raga.
Tapi, Bung Karno juga tahu, bahwa bendera pusaka adalah sebuah prasasti yang dimiliki oleh
seluruh bangsa Indonesia, bukan miliknya pribadi.
Sultan Hamid II, Pencipta
Burung Garuda

Written by Administrator
Friday, 11 February 2011 14:15
Pencipta lambang negara Burung Garuda adalah Sultan Abdurrahman Hamid
Alkadrie II. Nama bekas Menteri Negara RIS ini ditenggelamkan pemerintah Sukarno
karena dikaitkan dengan pemberontakan Westerling.

Siapa pencipta lambang negara Republik Indonesia, Burung Garuda? Muhammad Yamin.
Bukan. Kreator lambang negara RI itu adalah Sultan Hamid Alkadrie II. Namun, kiprah
Sultan Hamid II tenggelam setelah namanya dikait-kaitkan dengan peristiwa Westerling. Di
hari peringatan ke-60 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2005, pihak keluarga
Sultan Hamid II meminta pemerintah tidak melupakan jasa tokoh dari Kalimantan Barat ini.
Adalah Turiman yang membuktikan kebenaran ini dalam tesis S-2 di Pascasarjana Ilmu
Hukum Universitas Indonesia pada 11 Agustus 1999 yang berjudul Sejarah Hukum
Lambang Negara Republik Indonesia (Suatu Analisis Yuridis tentang Pengaturan Lambang
Negara dalam Perundang-undangan). Dalam tesisnya yang dibimbing oleh Prof. Dimyati
Hartono, Turiman mempertahankan secara yuridis dengan data-data yang akurat mengenai
siapa sebenarnya pencipta lambang negara Burung Garuda.
Sultan Hamid II yang juga sultan kedelapan dari Kesultanan Kadriah Pontianak memiliki
nama lengkap Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie. Putra Sultan Syarif Muhammad
Alkadrie, Sultan VII Kesultanan Pontianak, ini lahir di Pontianak pada 12 Juli 1913.
Ayahnya adalah pendiri Kota Pontianak.
Sultan Hamid II dikenal cerdas. Dia adalah orang Indonesia pertama yang menempuh
pendidikan di Akademi Militer Belanda (KMA) di Breda Belanda–semacam AKABRI–
dengan pangkat letnan dua infanteri pada 1936. Dia juga menjadi ajudan Ratu Juliana
dengan pangkat terakhir mayor jenderal.
Sultan Hamid adalah salah satu tokoh penting nasional dalam mendirikan Republik
Indonesia bersama rekan seangkatannya, Sukarno, Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara,
Mr. Muhammad Roem, dan Muhammad Yamin. Dalam sejarah pendirian RI, Sultan Hamid
pernah menjadi Ketua Delegasi BFO (Wakil Daerah/ Negara buatan Belanda) dalam
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, 23 Agustus 1949. Sultan Hamid juga
menjadi saksi pelantikan Sukarno sebagai Presiden RI di Keraton Yogyakarta pada 17
Desember 1949. Ini terlihat dalam foto yang dimuat di Buku 50 Tahun Indonesia Merdeka.
Sepak terjangnya di dunia politik menjadi salah satu alasan bagi Presiden Sukarno untuk
mengangkat Sultan Hamid sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio di Kabinet Republik
Indonesia Serikat pada 1949-1950. Sebenarnya, Sultan Hamid kurang pas dengan jabatan
yang diembannya. Dia lebih ingin menjadi Menteri Pertahanan Keamanan sesuai pendidikan
yang diperolehnya. Namun, posisi Menteri Pertahanan Keamanan justru dipercayakan pada
Sultan Hamengkubowono IX.
Dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia yang dimuat dalam Buku 50 Tahun Indonesia
Merdeka disebutkan, pada 13 Juli1945, dalam Rapat Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar, salah satu anggota Panitia, Parada Harahap, mengusulkan tentang lambang negara.
Pada 20 Desember 1949, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat
Nomor 2 Tahun 1949, Sultan Hamid Alkadrie II diangkat sebagai Menteri Negara RIS.
Dalam kedudukannya ini, dia dipercayakan oleh Presiden Sukarno mengoordinasi kegiatan
perancangan

Lambang Negara
Dalam buku Bung Hatta Menjawab–Hatta saat itu menjadi Perdana Menteri RIS–tertulis
Menteri Priyono yang ditugaskan oleh Sukarno melaksanakan sayembara lambang negara
menerima hasil dua buah gambar rancangan lambang negara yang terbaik. Yaitu Burung
Garuda karya Sultan Hamid II dan Banteng Matahari karya Muhammad Yamin. Namun,
yang diterima oleh Presiden Sukarno adalah karya Sultan Hamid II dan karya Muhammad
Yamin ditolak.
Melalui proses rancangan yang cukup panjang, akhirnya pada 10 Februari 1950, Menteri
Negara RIS Sultan Hamid II mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang. Hasil akhirnya adalah lambang
negara Garuda Pancasila yang dipakai hingga saat ini.
Rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II diresmikan pemakaiannya dalam sidang
kabinet RIS yang dipimpin PM RIS Mohammad Hatta pada 11 Februari 1950. Empat hari
berselang, tepatnya 15 Februari, Presiden Sukarno memperkenalkan untuk pertama kalinya
lambang negara karya Sultan Hamid II kepada khalayak umum di Hotel Des Indes (sekarang
Duta Merlin) Jakarta.
Pada 20 Maret 1950, bentuk final lambang negara rancangan Menteri Negara RIS Zonder
Forto Polio, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Sukarno dan mendapat disposisi
persetujuan presiden. Selanjutnya Presiden Sukarno memerintahkan pelukis Istana bernama
Dullah untuk melukis kembali gambar itu sesuai bentuk final dan aslinya.
Lambang negara ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang
diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 111 dan penjelasannya dalam tambahan
Lembaran Negara Nomor 176 Tahun 1951 pada 28 November 1951. Sejak saat itu, secara
yuridis gambar lambang negara rancangan Sultan Hamid II secara resmi menjadi Lambang
Negara Kesatuan RI.
Sebelum meninggal dunia, Sultan Hamid II yang didampingi sekretaris pribadinya, Max
Yusuf Alkadrie menyerahkan gambar rancangan asli lambang negara yang sudah disetujui
Presiden Sukarno kepada Haji Mas Agung–Ketua Yayasan Idayu, pada 18 Juli 1974.
Gambar rancangan asli itu sekaligus diserahkan kepada Haji Mas Agung di Jalan Kwitang
Nomor 24 Jakarta Pusat.
Pada 5 April 1950, Sultan Hamid II dikait-kaitkan dengan peristiwa Westerling sehingga
harus menjalani proses hukum dan dipenjara selama 16 tahun oleh pemerintah Sukarno.
Sejak itulah, nama Sultan Hamid II seperti dicoret dari catatan sejarah. Jarang sekali buku
sejarah Indonesia yang terang-terangan menyebutkan Sultan Hamid sebagai pencipta gambar
Burung Garuda. Orang lebih sering menyebut nama Muhammad Yamin sebagai pencipta
lambang negara.
Ada kesan Sultan Hamid II yang sangat berjasa sebagai perancang lambang negara sengaja
dihilangkan oleh pemerintahan Sukarno. Kesalahan sejarah itu berlangsung bertahun-tahun
hingga pemerintahan Orde Baru.
Dalam tesisnya, Turiman menyimpulkan, sesuai Pasal 3 Ayat 3 (tiga) UUD Sementara 1950
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.
Berdasarkan Pasal 23, 3, jo PP Nomor 60/1951 itu ditentukan bahwa bentuk dan warga serta
skala ukuran lambang negara RI adalah sebagaimana yang terlampir secara resmi dalam PP
66/51, Lembaran Negara Nomor 111 serta bentuk lambang negara yang dimaksud adalah
lambang negara yang dirancang oleh Sultan Hamid Alkadrie II yaitu Burung Garuda. Bukan
lambang negara yang dibuat oleh Muhammad Yamin yang berbentuk banteng dan matahari.
“Sudah jelas bahwa lambang negara Burung Garuda adalah buah karya Sultan Hamid
Alkadrie II,” kata Turiman yang juga dosen Pascasarjana Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Turiman menambahkan, sudah sewajarnyalah negara, mengembalikan nama baik Sultan
Hamid Alkadrie II sebagai pencipta lambang negara yang terlepas dari masalah politik lain
yang ditimpakan kepadanya. Sejarah, kata Turiman, harus diluruskan agar anak cucu tidak
ikut-ikutan salah termasuk memberikan penghormatan kepada Sultan Hamid Alkadrie II
sebagai pahlawan nasional seperti halnya W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya.
Hal yang sama juga disuarakan Sultan Syarif Abubakar Alkadrie–pemegang tampuk
kekuasaan Istana Kadriah Kesultanan Pontianak–yangmenjadi ahli waris Sultan Hamid
Alkadrie II. Menurut dia, negara pantas memberikan penghargaan terbaik kepada almarhum
Sultan Hamid Alkadrie II atas jasanya menciptakan lambang negara Burung Garuda.
Penghargaan yang tepat adalah pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sultan Hamid
Alkadrie II.
Sultan Syarif Abubakar mengatakan, sejarah harus diletakkan pada porsinya semula.
Pemutarbalikan fakta sejarah yang terjadi saat ini sangat merugikan generasi mendatang.
Sebab, mereka tidak akan pernah tahu tentang pencipta lambang negaranya, Burung Garuda.
Untuk mengembalikan fakta sejarah yang sebenar-benarnya mengenai pencipta lambang
negara Burung Garuda yang dirancang oleh Sultan Hamid Alkadrie II ini, pihak ahli waris
dan Pemerintah Kalbar serta Universitas Tanjungpura pernah menyelenggarakan seminar
nasional di Pontianak. Ketua DPR Akbar Tandjung juga hadir dalam acara yang berlangsung
pada 2 Juni 2000. Saat itu, Akbar Tandjung yang Ketua Umum Partai Golongan Karya juga
mengusulkan agar nama baik Sultan Hamid Alkadrie II dipulihkan dan diakui sebagai
pencipta lambang negara. Sayangnya, usulan itu cuma sampai di laci ketua DPRD saja tanpa
ada langkah lanjutan hingga detik ini.
Sultan Hamid Alkadrie II melewati masa kecilnya di Istana Kadriah Kesultanan Pontianak
yang dibangun pada 1771 Masehi. Dia sempat diangkat sebagai Sultan Pontianak VII pada
Oktober 1945. Sultan Hamid II juga pernah menjadi Kepala Daerah Istimewa Kalbar pada
1948. Foto- foto Sultan Hamid Alkadrie II dan karya besarnya lambang negara Burung
Garuda di Balairung Istana Kadriah Kesultanan Pontianak.
PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
Dari Dulu Hingga Kini

Cikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di
Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada
di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan
keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama,
yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni
Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati
menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun
dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober
1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan
pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri
pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga
organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk
semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada
keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda
dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk
melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina
melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat
dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan
pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.

Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk


mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk
program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat itu baru CWY atau Indonesia-
Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberi
nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI). Maka, selain di Jakarta, Bandung
dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu
berlangsung sampai tahun 1985, ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa penggabungan
Purna Paskibraka dengan alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan yang tepat.
Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna Program Binmud di Cisarua,
Bogor —yang dihadiri oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia serta para alumni
Paskibraka dan pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/
E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para alumni dalam dua organisasi, masing-
masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda dan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
(PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan alasan untuk menjaga agar keputusan itu tidak
”mencederai hati” para Purna Paskibraka yang telah lebih dulu mendirikan PEP, RPP dan
EPP, maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi binaan Depdikbud yang bersifat
regionalprovinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap provinsi namun tidak mempunyai
Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit, bahkan ”absurd”.
Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi tapi tidak mempunyai
forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat. Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran
organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah
ancaman. Namun, dengan kegigihan para Purna Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya
kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu dan bekerja keras untuk dapat
menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah Musyawarah Nasional (Munas). Tanggal
21 Desember 1989, melalui Munas I di Cipayung, Bogor, terbentuklah secara resmi PPI
Pusat, lengkap dengan perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART).

APEL
Komandan Peleton mengambil alih komando Pasukan di istirahatkan“Komando saya ambil
alih, siap grak, istirahat ditempat,grak,Ketika memberi komando,komandan ada di depan
pasukan dan setelah mengistirahatkan pasukan,komandan di samping kanan.Pada saat
Pembina apel memasuki lapangan,pasukan disiapkan kembali oleh komandan “Siap,grak
“Penghormatan
Kepada Pembina apel,hormat,grak”.Laporan“Lapor Apel…….siap
dilaksanakan,lanjutkan”.Amanat“Untuk amanat,istirahat di tempat,grak”
Setelah amanat,pasukan disiapkan“Menyanyikan lagu Indonesia Raya”.
Selesai Penghormatan“Kepada Pembina apel,Hormat,grak”.Sebelum penghormatan
Komandan Laporan terlebih dulu“Apel ………. telah dilaksanakan,laporan selesai”
Ketika Pembina Apel Keluar Lapangan,komandan kembali kedepan pasukan dan memberi
komando.“Untuk melaksanakan tugas,bubar,jalan”.

IZIN KELUAR BARISAN


Apabila di dalam barisan ada yang ingin keluar atau kebelakang untuk Buang Air Besar
maupun Buang Air Kecil (BAB/BAK),Boleh minta izin keluar barisan :
• Angkat tangan ( telapak ) kanan keatas, apabila komandan / pelatih jawab “Ya”tangan
diturunkan dan berkata
“Lapor Capas / paskibra …….minta izin keluar barisan “
atau apabila dengan teman :
“Lapor Capas / paskibra …….beserta …….orang rekan minta izin
keluar barisan “
Komandan / pelatih menjawab “kemana?”
Dijawab “BAB/ BAK”
“Ya,lima menit kembali”oleh pelatih
“Siap lima menit kembali “.
• Balik kanan,dan menuju tempat yang di tuju*
IZIN MASUK BARISAN
Ketika masuk barisan, laporan di lakukan di barisan Penjuru
Paling kanan, angkat telapak tangan kanan ke atas, apabila pelatih Menjawab “Ya”Telapak
tangan di turunkan dan berkata“Lapor Capas ……minta izin masuk barisan”Atau apabila
dengan teman :“Lapor Capas …beserta….minta izin masuk barisan “Dan pelatih
menjawab“Capas / paskibra ….beserta…setelah saya lencang kanankan masuk
barisan“Capas balik kanan,dan masuk barisan.
LAPORAN MAKAN
Komandan didepan pasukan,dan ambil alih
LAPORAN MAKAN
Komandan di depan pasukan, dan ambil alih Komando : “Komando saya ambil alih,siap,grak
/ duduk siap,grak.Balik kanan menghadap pelatih,laporan“Akang dan teteh harap
menyesuaikan diri“Lapor Capas / paskibra … siap menikmati hidangan makanan …”Pelatih
Jawab“Saya kasih waktu lima menit,untuk makan,dan sebelum makan lakukan do’a“Siap
laksanakan”oleh komandan
Komandan balik kanan manghadap pasukan dan memberi komando: “Sebelum makan
…..,marilah kita berdo’a menurut Agama dan kepercayaan masing – masing,berdo’a Di
persilahkan“Do’a di akhiri,makan di beri waktu lima menit,duduk istirahat di
tempat,grak”Masing – masing mempersiapkan makan dan kasih komando bila sudah siap
makan :“Makan mulai “,diulang oleh pasukan “Kang,teh makan !”Bersama komandan dan
pasukan.
Posisi makan“Badan tegap,pandangan lurus (sendok / makanan yang ke mulut),mata melirik
ke makanan,piring di tangan kiri ke ataskan didepan regu.
LAMBANG PENGUKUHAN
Lambang kepemimpinan ( LK )
Anggota paskibra setelah mengikuti latihan kepemimpinan pemuda tingkat printis ,maka di
kukuhkan oleh penanggung jawab.Latihan dengan disematkan LK tingkat perintis di atas
saku kiri atas,adapun LKyang lain :
• Warna Hijau untuk latihan perintis Pemuda
• Warna Merah untuk latihan pemuka Pemuda
• Warna Kuning untuk latihan pendamping Pemuda
• Warna Ungu untuk latihan peñatas Pemuda
• Warna Abu- abu untuk latihan penaya Pemuda

Kendit Pengukuhan
Dahulu kendit pangukuhan tidak bermotif , maka oleh bpk h.idik sulaeman disempurnakan
berupa gambar 17 mata rantai bulat dan belah ketupat , yang membentuk kalimat “ pandu ibu
indonesia ber – pancasila “. Yang ukuran semula panjang 17 cm , lebar 5 cm , lalu di ubah
menjadi 140 cm , untuk panjang & lebar 5 cm.kendit ini di pakai hanya pada saat pengukuhan
saja & warnanya di sesuaikan dengan warna lencana kepemimpinan yang di pakainya.
Perlengkapan pakaian dinas paskibra
1. Kopiah / peci hitam pada bagian kiri disematkan burung garuda standar istana merdeka
2. Badge lambang daerah pada lengan kiri badge korps paskibraka pada lengan kanan
3. Lencana kepemimpinan di atas saku kiri baju badge nama & asal sekolah / daerah untuk
tingkat nasional & propinsi untuk tingkat kota madya / kabupaten
4. Sarung tangan putih kop merah putih
perawatan kaos paskibra ( pakaian dinas lapangan / pdl ) ketika kita dapat pdl paskibra,sering
menyepelekan sablonan yang tertulis di kaos tersebut , padahal kaos pdl asal cuci , bisa
melunturkan warna & sablonan kaos tersebut.untuk menghindari itu semua , sebelum kaos
pdl dengan pelicin pakaian ( setrika )terutama di bagian sablonan , dengan cara kaos sablonan
di balik ini akan menghasilkan maksi sehingga ketika direndam di air.saat pakaian di rendam
di dalam air yang berditerjen , jangan melebihi 30 menit / 1 jam , di lanjutkan dengan di bilas
dengan tangan , jangan menggunakan sikat cuci , karena bisa merusak pdl.
Jemur kaos pdl dengan keadaan terbalik , apabila berhadapan langsung dengan sinar
matahari.
Perawatan sabuk paskibra (menggunakan brasso)
periksakembali sabukyang kita terima , bisa saja sabuk yang kita terima ada kerusakan
sebaiknya perawatan sabuk paskibra sesering mungkin di bersihkan dengan brasso , caranya
:teteskan brasso ( satu tetes ) di atas permukaan sabuk dan digosok dengan jari telunjuk ,
hingga kotoran yang ada disabuk terangkat / teruhat ( berwarna hitam ), gosok berulang -
ulang kali , sehingga yang menghasilkan yang sempurna setelah ( sudah yakin ) semua
kotoran terangkat , bersihkan dengan kain / kapas hingga bersih dan terlihat kilau kuning
keemasan dari sabuk tersebut. Apabila menginginkan hasil yang lebih sempurna sehabis
digosok , jemur kepala sabuk di sinar matahari selama satu jam . Jangan sekali – kali sabuk di
gunakan ketika tidur sehingga sabuk tergores / lecet , baik dilantai / benda kasar lainya . Paga
sabuk dari air asin ( air laut )/ selain air tawar, yang bisa mengakibatkan sabuk menjadi
berkarat dan susah hilang .
Perawatan topi paskibra
gunakan topi paskibra , apabila benar – benar penting untuk di pakai seperti latihan lapangan
dan apel , supaya warna topi tidak cepat pudar karena sinar matahari. Mencuci topi paskibra ,
gunakan sabun cuci atau ditergen yang sudah di larutkan didalam air , ( tidak langsung
menggunakan sabun cuci ( sabun colek ) / ditergen ).sikat secara perlahan (gunakan dengan
sikat gigi pada bordiran ) agar bordiran tidak cepat rusak , lakukan berulang – ulang kali
hingga kotoran hilang. Jemur topi di tempat yang tidak berhadapan langsung dengan sinar
matahari , karena sisa sabun cuci yang ada di topi bisa melunturkan warna , baik topi maupun
bordiran.
PENGENALAN PASKIBRAKA
SEJARAH

Pengibar Bendera pusaka yang pertama adalah Bapak Latief Hendradiningrat dan
Suhud S. Menjelang HUT Kemerdekaan RI ke-2. Presiden Soekarno memanggil salah satu
ajudannya yaitu Bapak Mayor ( L) Husein Mutahar untuk bertugas dan memimpin Upacara
Peringataan Kemerdekaan RI ke-2 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta
tanggal 17 Agustus 1946.
Gagasan yanga ada dibenak beliau adalah bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan
bangsa, maka pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia.
Kemudian beliau memilih 5 orang pemuda sebagai simbol Pancasila, 3 orang putri dan 2
orang putra. Salah satunya adalah Titik Dewi pelajar SMA dari Sumatera Barat, yang tinggal
di Yogyakarta. Formasi pengibaran tersebut dilakukan juga pada tahun 1947 dan tahun 1948.
Peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama kalinya dilaksanakan di Istana Negara
Jakarta tanggal 17 Agustus 1950 yang mana kemudian regu-regu pengibaran bendera
ditentukan dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
Tanggal 5 Agustus 1966 Bapak H. Mutahar menjadi Direktur Jenderal Urusan
Pemuda dan Pramuka/ Dirjen UDAKA, yang salah satu kegiatannya adalah Pandu Indonesia
ber-Pancasila, sempat dua kali diadakan yaitu tahun 1966-1967, kemudian diuji cobakan
untuk kurikulum pembinaan, Pasukan Penggerek Bendera Pusaka 1967, dengan
menggunakan sistem pendekatan Keluarga Bahagia yang penerapannya berupa gambaran
Desa Bahagia.
Tahun 1967 Bapak H. Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menyiapkan
pelaksanaan Pengibaran Bendera Pusaka pada Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI
dengan ide dasar tahun 1946, maka beliau mengembangkan menjadi 3 kelompok :

- Kelompok 17 / pengiring ( pemandu )


- Kelompok 8 / pembawa ( inti )
- Kelompok 45 / pengawal

Sebagai makna dari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.


Tahun 1967 s.d 1972 anggota yang terlibat dalam pengibaran Bendera Pusaka disebut sebagai
Pasukan Penggerek Bendera Pusaka ( PASERAKA ). Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaiman
melontarkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ( PASKIBRAKA ).

PENGERTIAN

PASKIBRAKA adalah PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA


Satu pasukan pemuda dari seluruh Indonesia yang mewakili Provinsi dengan jumlah 54 orang
bertugas untuk mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka, atau pemuda perwakilan
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II untuk bertugas di daerahnya masing-masing.

DASAR
- Rasa senasib, sepenanggungan dan seperjuangan.
- Rasa persaudaraan dan kekeluargaan
- Rasa persatuan dan kesatuan menuju pertahanan dan keamanan.

MAKSUD DAN TUJUAN


Diadakannya Paskibraka adalah untuk menumbuhkan kembali jiwa Pandu yang mana bila dia
pandu adalah:
- Pembuat Karya
- Pelopor perjuangan bangsa
- Pemacu semangat
- Pertahanan negeri
- Pembentuk persaudaraan
- Jiwa Pandu tercermin dari bara api yang dibentuknya, bara api itu semakin membara apabila
dipadukan seluruhnya dan dia akan membentulk satu jiwa, yaitu Jiwa KORSA : Berani,
Kritis, Kreatif, Berdisiplin, Bertatakrama, non Pribadi, Terbuka dan sebagainya.

TUJUAN
- Membentuk pemuda yang bermental baik.
- Membentuk persaudaraan antara pemuda .
- Menjadikan pemuda sebagai pelopor dan Pandu Ibu Pertiwi.
BARIS BERBARIS PASKIBRAKA
Baris berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan pengibaran Bendera Sang
Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak akan sangat mempengaruhi jiwa dan
semangat Paskibraka untuk melaksanakan tugas. Kekompakan anggota Paskibraka tercermin
dari sikap disiplin dalam melaksanakan baris berbaris dan membentuk formasi.
Peraturan Baris Berbaris.
Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan Baris Berbaris
Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris Angkatan Bersenjata.
Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan peraturan yang terakhir adalah Skep
Pangab nomor : Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985, tetapi tahun 1992 ada perubahan
pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan langkah tegap dari 96 langkah tiap menit
menjadi 120 langkah tiap menit.
Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan menggunakan
senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris militer tersebut diterapkan
disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan Paskibraka harus mengacu pada
peraturan baris berbaris tanpa senjata yang berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan
sendiri.
Pelatih.
Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan dasar itu
pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena dianggap lebih memahami peraturan
tersebut dan dapat memberikan ilmu baris berbaris sesuai peraturan yang berlaku. Didalam
perkembangannya pelatih disekolah banyak yang melibatkan para purna paskibraka untuk
melatih baris berbaris, namun harus dipahami bahwa siapapun yang memberikan latihan baris
berbaris baik dari unsur militer maupun sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman
pada Peraturan Baris Berbaris yang berlaku.
Kewajiban Pelatih.
Keberhasilan latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan kesanggupan seorang
pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan bisa mencapai hasil yang
sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai kemampuan ilmu melatih sesuai peraturan
peraturan yang berlaku dan kemampuan psikologis untuk mengerti kemampuan anak
didiknya. Pelatih yang berkualitas harus mempunyai dasar-dasar melatih dan mempersiapkan
segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya antara lain :
1. Perasaan kasih sayang,
Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.
2. Persiapan
Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus mempersiapkan
program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat yang diperlukan, tempat dan
lain sebagainya.
3. Mengenal tingkatan anak didik.
Kemampuan setiap anak didik berbeda-beda dalam menyerap materi latihan yang diberikan, oleh
sebab itu pelatih harus dapat memahami kemampuan setiap anak didiknya dan memberikan
metode latihan sesuai yang dibutuhkan sehingga pada akhirnya dapat dicapai suatu hasil yang
optimal.
4. Tidak sombong
Keahlian dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau hanya
dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak didiknya dengan
kesabaran dan ketelatenan.
5. Adil
Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal dengan cara
memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.
6. Teliti
Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan sehingga dapat menerapkan
gerakan sesuai dengan aturan yang benar.
7. Sederhana
Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak didik.
8. Teladan
Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan, memberikan teladan
dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka dapat melakukan gerakan
dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih sebaiknya tidak usah terlalu banyak bercerita
atau memberikan pengarahan-pengarahan yang tidak perlu sebab yang diperlukan adalah
pengulangan latihan-latihan setiap gerakan sehingga anak didik benar-benar memahami
setiap gerakan dan dapat melaksanan dengan benar.
Perbandingan pelatih
Untuk latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat menentukan ratio
pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris maka ratio 1 : 15 atau 1 : 20 adalah ratio
yang ideal, kalau terlalu banyak pelatih akan membuat anak didik menjadi bingung. Dalam
melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan mengatur pembagian-pembagian kelompok
kecil, pemberian aba-aba gerakan dan lain sebagainya.
Program latihan
Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :
1. Gerakan ditempat.
Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap, istirahat, hormat, lencang
kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya. Gerakan ditempat adalah kunci sukses dalam
latihan baris berabris. Dalam latihan awal ini ketegasan pelatih mutlak diperlukan, karena jika
anak didik sudah terbiasa dengan aba-aba dan gerakan yang tegas serta kompak maka dalam
latihan pindah tempat dan berjalan akan menjadi mudah, karena secara emosi mereka sudah
mulai terarah pada gerakan-gerakan selanjutnya.
2. Gerakan pindah tempat
Gerakan baris berbaris dengan pindah tempat tanpa melakukan gerakan berjalan, misal : 2
langkah kedepan/kebelakang, geser ke kekiri/kanan dan lain sebagainya
3. Gerakan berjalan.
Dalam latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan lebih mudah untuk memperhatikan dan
mengoreksi gerakan setiap anggota, setelah anggota pasukan dianggap mampu baru digabung
menjadi kelompok yang besar.
a. Langkah Biasa
Yaitu membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa, hal ini juga
dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman langkah.
b. Langkah Tegap
Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris dengan sikap yang tegap baik ayunan
tangan dan kaki, termasuk hentakan kaki sehingga dapat menimbulkan irama yang tegap,
kompak dan mantap.
Dalam langkah tegap kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus benar-benar
diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan dalam dalam berbaris.
c. Latihan tempo melangkah.
Saat latihan baris berbaris yang harus diperhatikan adalah tempo langkah baris berbaris dan
kekompakan untuk melaksanakan sesuai peraturan tempo yang berlaku.
Untuk latihan tempo berjalan maka para pelatih dapat menggunakan tape recorder dan memutar
lagu-lagu mars sesuai dengan tempo yang berlaku. Saat ini tempo langkah baris berbaris yang
berlaku adalah 120 langkah per menit dengan panjang langkah 65 cm.
Berbaris sambil diiringi lagu-lagu mars akan membuat semua anggota pasukan lebih mudah
menyeragamkan langkah sesuai dengan tempo lagu yang diputar.
Dalam latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok
bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat dan langkah biasa atau langkah
tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan mempermudah saat melakukan formasi pengibaran
bendera, karena saat melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan langkah tegap
akan saling mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama dan kompak
Pujian dan Hukuman
Dalam latihan baris berbaris kadang-kadang ada anggota yang melakukan gerakan-gerakan
yang sangat kompak dan bagus dalam melakukan gerakan. Pelatih yang baik akan selalu jeli
terhadap semua gerakan anak didiknya,dan disaat istirahat maka pelatih sebaiknya tidak
segan-segan untuk memberikan pujian. Tetapi apabila ada anggota pasukan yang melakukan
kesalahan-kesalahan dalam melakukan baris berbaris maka pelatih dalam memberikan
hukuman harus jelas arahnya agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Hukuman sebaiknya
tidak berupa hukuman phisik yang dilakukan secara langsung misal push up, squat jam dan
lain-lainnya, karena :
Hukuman seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan kondisi
phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain tidak dapat
meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat mendidik dan membuat anggota yang
melakukan kesalahan benar-benar merasakan bahwa akibat kesalahan yang dilakukan akan
merugikan anggota yang lain.
Jika ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang bersangkutan dipisah
dan secara individual diberikan arahan dan dikoreksi gerakan-gerakannya. Jika kesalahan
dilakukan saat melakukan gerakan ditempat maka dapat diberi hukuman dengan melakukan
gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10 kali, dengan cara seperti ini selain akan
meningkatkan kemampuan anak didik juga sebagai bentuk latihan khusus sehingga anggota
tersebut dapat lebih memahami kekurangannya dan memperbaiki dengan cepat, sedang
manfaat pelatih dengan memberi hukuman seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan
anggotanya secara cepat tanpa merugikan yang lain.
Jika kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota tersebut dapat
diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/ personal. Dengan cara ini palatih
dapat memperhatikan kemampuan secara individu, sedang bagi anggota yang melakukan
baris berbaris sendiri akan menimbulkan perasaan malu karena telah melakukan kesalahan
dan pasti dia akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
Hukuman-hukuman yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya sudah
saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara keseluruhan dan
bersifat kurang mendidik. Jika ada yang beralasan kalau hukuman tersebut untuk
meningkatkan kondisi phisik, maka pelatih yang mengatakan hal tersebut harus
meningkatkan pemahaman tentang latihan baris berbaris yang benar,sebab saat sudah masuk
latihan baris berbaris Paskibraka kondisi phisik peserta harus baik dan peningkatan kondisi
phisik secara instant akan membuat peserta kurang sehat sehingga tidak dapat berprestasi
dengan optimal.
TATA TERTIB PASKIBRAKA
1. PASKIBRA

Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air
dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam
rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.Peserta kegiatan ini adalah
pria dan wanita yang telah dipilih / mewakili kelasnya untuk mengibarkan / menurunkan
Bendera pada setiap Upacara rutin di sekolah atau memperingati hari Proklamasi pada
tanggal 17 Agustus dan upacara bendera hari besar nasional lainnya.

2. PASKIBRAKA
1. Pengertian PaskibrakaPASKIBRAKA ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela
negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka
pembentukan character building generasi muda Indonesia. Peserta kegiatan ini adalah pria
dan wanita yang telah terpilih untuk mewakili propinsinya dalam acara pengibaran dan
penurunan Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan 17 Agustus dalam rangka
Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Sejarah PaskibrakaSejarah Paskibraka, dimulai 17 Agustus 1950, saat pertama kali


peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan, setelah Presiden Sukarno hijrah dari
Yogyakarta. Namun sebenarnya, dalam peringatan skala kecil pada 1946 silam, kegiatan ini
sudah dilaksanakan di Gedung Agung, Yogyakarta . Tata cara penaikan dan penurunan
Bendera Pusaka, pertama kali disusun oleh ajudan Presiden Sukarno, Husen Mutahar.
Kemudian pada 1967, Husen yang waktu itu menjabat Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan
Pramuka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di masa pemerintahan Soeharto, juga menerima
tugas yang sama. Formasi Paskibraka, diambil dari tanggal, bulan dan tahun dibacakannya
Proklamasi kemerdekaan RI.

3. Persyaratan Menjadi Anggota PaskibrakaUntuk menjadi calon anggota Paskibraka,


diperlukan beberapa persyaratan. Syaratnya, memiliki tubuh sehat, tinggi badan minimal 170
sentimeter untuk putra, dan 165 sentimeter untuk putri. Mereka juga harus memiliki nilai
akademis yang baik, serta aktif berorganisasi.

1. Syarat Mengikuti Seleksi Paskibraka


1. Akhlaqa. Mental dan moral dapat di pertanggung jawabkanb. Mentaati kewajiban agama
yang di anutnyac. Berbudi pekerti luhur dan bertingkah laku yang baik
2. Kepribadiana. Ramah dan pandai bergaulb. Bersahaja, sopan dan berdisiplin3. Kesehatan
a. Tidak berkaca matab. Tegap dan tidak cacat badanc. Tinggi badan :

+ Putra Minimal : 170 cm

+ Putri Minimal : 165 cm4.

Berpenampilan segar, menarik dan selalu ceria

2. Tahap Seleksi Calon Anggota PaskibrakaSemua calon akan di pilih dari sekolah tingkat
SLTA lalu mengikuti seleksi tingkat II.Sekolah – Kecamatan – Kabupaten – Propinsi –
Nasional Skema tahap – tahap seleksi : - Paskibra Sekolah- Sekolah- Paskibra Kabupaten-
Paskibra Propinsi- Paskibra Nasional- Kabupaten- Propinsi- Nasional

4. PERLENGKAPAN PASKIBRA DAN PASKIBRAKA


1. Pakaian Dinas Upacara ( PDU )Terdiri atas 4 bagian :1. Di gunakan untuk upacara PDU
I2. Di gunakan pada acara resmi PDU II3. Pakaian pola biasa PDU III4. Pakaian biasa PDU
IV 2. Lencana Merah Putih GarudaMerupakan suatu tanda yang diberikan kepada seorang
Paskibra yang telah mengikuti massa latihan, pemusatan latihan, dan pelantikan / pengukuhan
serta sebagai identitas diri seorang Paskibra Persyaratan Memiliki lencana Merah Putih
Garuda1. Telah mengikuti masa latihan

2. Telah mengikuti masa orientasi

3. Mengikuti pelantikan / pengukuhanTingkatan Warna Dasar Lencana Merah Putih Garuda (


MPG )

1. Gambar Burung Garuda sebagai ideologi Pancasila

2. Warna putih di gunakan untuk kalangan SMP

3. Warna hijau di gunakan untuk kalangan SLTA

4. Warna merah di gunakan untuk kalangan PASKIBRAKA

5. Warna ungu di gunakan untuk kalangan pembina PASKIBRAKA

6. Warna kuning di gunakan untuk kalangan senior atau pembina PASKIBRAKA yang
mempunyai prestasi dalam bidang kepemudaan di tingkat PASKIBRAKA

Perlakuan Terhadap Lencana Merah Putih Garuda


1. Lencana jangan sampai di hilangkan

2. Lencana harus dalam keadaan terawat

3. Lencana tidak boleh di letakan sembarangan

4. Lencana tidak boleh di perlakukan sembarangan

5. HALENTRI PASKIBRA

Halentri adalah tata cara kehidupan sehari – hari seorang Paskibra

1. Pelaksanaan Penghormatan Militer ( PPM )Merupakan suatu penghormatan yang di


berikan junior kepada seorang senior, waktu dalam latihan maupun di luar latihan. Waktu
PPM dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Jika sudah lewat dari batas yang sudah di tentukan
cukup dengan mengucapkan ” salam ”.
2. Halentri Di Jalan 1. Jika bertemu yang lebih tua sapalah terlebih dahulu 2. Bersikap ramah
( tidak menentang )

3. Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan, jangan
membuang pandangan / muka.

4. Jika terburu – buru mintalah permisi.

3. Halentri Bertamu

1. Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan. 2.
Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.

3. Katakan maksud dan tujuan kita.

4. Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap duduk yang
baik.

5. Jangan sekali – kali memegang meja.

6. Uraikan maksud dan tujuan kita.

7. Setiap di ajak bicara jangan memalingkan pandangan dan mengalihkan pembicaraan.

. Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan menjawab
dengan menggunakan kepala ).

9. Bicaralah dengan baik dan sopan.

10. Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.
4. Halentri Makan

1. Waktu makan posisi tubuh tegak.

2. Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.

3. Cara memegang sendok dan garpu sama dengan memegang pena.

4. Diwaktu sedang makan tidak ada yang bicara.

5. Sebelum dan sesudah makan selalu membaca do’a.

Calon PaskibraCalon paskibra adalah anggota OSIS yang berada di SMA yang merupakan
satuan organisasi kotamadya yang akan mendapatkan pendidikan dasar calon paskibra selama
satu tahun ajaranTitik berat dalam latihan dasar calon paskibra: Untuk mencapai usaha-usaha
kearah pembentukan paskibra kotamadya yang mempunyai kedisiplinan, kesadaran
berbangsa, bernegara dan kesadaran nasional yang tinggi serta mempunyai nilai-nilai
kehormatan terhadap lingkungan, organisasi berbangsa dan negeri sendiri.
TATA UPACARA BENDERA (TUB)
TATA UPACARA BENDERA (TUB)
ARTI
Tata : mengatur, menata, menyusun
Upa : rangkaian
Cara : tindakan, gerakan
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan
tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai
budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri
khas yang membedakan dengan bangsa lain.
SEJARAH
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara
selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)
MAKSUD DAN TUJUAN
a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari
seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para
siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan
ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah,
yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
PEJABAT UPACARA
1. Pembina Upacara
2. Pemimpin Upacara
3. Pengatur Upacara
4. Pembawa Upacara
PETUGAS UPACARA
a. Pembawa naskah Pancasila
b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Pembaca Do’a
d. Pemimpin Lagu
e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
f. Kelompok Pembawa Lagu
g. Cadangan tiap perangkat
PERLENGKAPAN UPACARA
1) Bendera Merah Putih
Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
2) Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5
3) Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik
4) Naskah-naskah
a. Pancasila
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Naskah Do’a
d. Naskah Acara

KEWAJIBAN DAN HAL-HAL YANG MUNGKIN TERJADI SEWAKTU UPACARA


BENDERA DILAKSANAKAN
1. Kewajiban pada waktu dilaksanakan upacara bendera di sekolah semua guru, siswa, staff
yang berada dihalaman sekolah yang kebetulan tidak mengikuti upacara
pengibaran/penurunan bendera mereka diwajibkan mengambil sikap sempurna mengarah
kearah bendera dan memberikan penghormatan.
2. Gangguan pada saat upacara bendera
· Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
· Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus
sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan.
· Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha menegakkan/menangkap tiang
bendera yang roboh bila tidak mungkin dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
· Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka
upacara penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan upacara, cuaca
buruk/hujan maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada dipuncak dan lagu
selesai dinyanyikan.

PERATURAN TATA TERTIB


PERATURAN TATA TERTIB

 Belajar untuk membagi waktu, serta dapat mengutamakan


kegiatan BELAJAR pelajaran sekolah.
 Mengadakan konsultasi apabila menghadapi permasalahan
terutama menyangkut keaktifannya di PASKIBRAdengan kegiatan lainnya terutama
kegiatan BELAJAR.
 Tetap berdisiplin dalam sikap dan tingkah laku baik di lingkungan rumah/keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
 Untuk Putra rambut dipotong minimal 1 bulan sekali sedang untuk Putri yang
berambut panjang/tidak, rambut tetap diikat / dirapikan serta rambut tidak dicat/warna
rambut asli.(hitam)
 Dilarang menggunakan sandal jepit kemanapun akan pergi, kecuali di rumah dan
tidak muncul dihadapan umum, Apalagi bepergian ke sekolah, rumah orang lain, kantor,
dll.
 Harus tetap sigap apabila menghadap atau bertemu dengan teman yang lebih tua
(kakak kelas / senior / Pelatih / Pembina).
 Harus dapat menerapkan tata cara penghormatan di dalam kehidupan sehari-hari,
yang sudah jelas kepada orang yang lebih tua (Orang tua di rumah, Guru, Pelatih, Pembina,
kakak kelas).
 Tetap mengandalkan kritik membangun dan dapat menerima keterbukaan dalam
menyelasaikan suatu permasalahan.
 Selalu memberitahukan ketidak hadirannya dalam latihan di sekolah, LATGAB, dan
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan PASKIBRA.
 Tetap tegas dalam memberikan keputusan dan tingkah laku sehari-hari.
 Selalu memperhatikan penampilan / pakaian untuk latihan atau kegiatan-kegiatan
variatif lainnya baik dilingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
 Selalu mengutamakan kerapihan pakaian dan tata kramanya.
 Setiap anggota selalu sebagai teladan, baik bagi teman-teman di sekolah, di rumah
dan di masyarakat.
 Setiap anggota wajib mentaati dan melaksanakan tata tertib ini.

BENTUK-BENTUK KENAKALAN
YANG TIDAK BOLEH DIKERJAKAN

 Pergi tidak pamit atau tanpa izin dari orang tua / wali.
 Menentang orang tua atau wali.
 Tidak sopan terhadap orang tua/wali atau pengasuh, keluarga, guru atau orang lain
yang lebih tua.
 Menjelekkan nama baik orang tua / keluarga.
 Suka berbohong.
 Memiliki atau menggunakan alat-alat yang dapat membahayakan dirinya atau orang
lain yang tidak diperuntukkan baginya.
 Berpakaian tidak senonoh.
 Menghias diri secara tidak wajar, dan menimbulkan celaan masyarakat.
 Suka keluyuran / keluar rumah tanpa tujuan yang jelas.
 Membolos sekolah.
 Menentang guru.
 Berlaku tidak senonoh di hadapan umum.
 Berkeliaran malam hari.
 Bergaul dengan orang-orang yang reputasinya jelek.
 Berada di tempat yang tidak baik bagi perkembangan jiwa remaja / terlarang untuk
remaja.
 Pesta-pesta musik semalam suntuk tanpa dikontrol, dan acara-acaranya tidak sesuai
dengan kebiasaan sopan santun.
 Membaca buku-buku yang isinya dapat merusak jiwa remaja.
 Memasuki tempat-tempat yang membahayakan keselamatan jiwanya.
 Berkebiasaan berbicara kotor, tak senonoh, cabul dihadapan seseorag atau dihapan
umum.
 Ramai-ramai menonton pertunjukkan, makan dan dengan sengaja tidak membayar.
 Meminum-minuman keras.
 Merokok di tempat umum sebelum batas umur yang pantas.
 Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman umum.
 membuang kotoran-kotoran / sampah pada sembarang tempat.

Peraturan Baris Berbaris (PBB)

PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)


A. Pengertian
Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu
organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan tertentu.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :
1. Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan
kewajiban
2. Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat
kebersamaan .
Tujuan dari PBB adalah menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab.
Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok
tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta
adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang
hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.

12 GERAKAN DASAR
1. Sikap sempurna
2. Hadap serong kanan
3. Hadap serong kiri
4. Hadap kanan
5. Hadap kiri
6. Balik kanan
7. Lencang kanan
8. Lencang depan
9. Jalan di tempat
10. Hormat
11. Berhitung
12. Istirahat di tempat

Peraturan Baris Berbaris (PBB)


PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)
A. Pengertian
Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu
organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan tertentu.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :
1. Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan
kewajiban
2. Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat
kebersamaan .
Tujuan dari PBB adalah menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab.
Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok
tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta
adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang
hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.

12 GERAKAN DASAR
1. Sikap sempurna
2. Hadap serong kanan
3. Hadap serong kiri
4. Hadap kanan
5. Hadap kiri
6. Balik kanan
7. Lencang kanan
8. Lencang depan
9. Jalan di tempat
10. Hormat
11. Berhitung
12. Istirahat di tempat

Sejarah Bendera Pusaka

Sejarah Bendera Pusaka


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus
1945 jam 10 pagi di jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan
Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi bendera kebangsaan merah putih
dikibarkan oleh dua orang muda mudi dan dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat.
Bendera ini dijahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan bendera ini pula yang kemudian
disebut “Bendera Pusaka”.
Bendera Pusaka berkibar siang malam ditengah hujan tembakan sampai ibukota
Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada tanggal 4 Januari 1946 karena ada aksi terror yang dilakukan Belanda semakin
meningkat, maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan menggunakan
kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta.
Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden
Soekarno. Selanjutnya ibukota RepublikIndonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat
Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar
dipanggil oleh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka.
Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk
menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk
menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Hussein Mutahar harus memisahkan
antara bagian merah dan putihnya.
Untuk mengetahui saat-saat penyelamatan Bendera Pusaka, maka terjadi percakapan
yang merupakan perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Hussein Mutahar
yang terdapat dalam Buku Bung Karno “Penyambung Lidah rakyat Indonesia” karya Cindy
Adams:
“Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno,
Pen).” Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu,” kataku ringkas. Dengan ini
aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan
kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan
musuh. Disatu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku
sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya
umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakan
tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana
engkau mengerjakannya. Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Disekeliling
kami bom berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanankota. Tanggung
jawabnya sungguh berat. Akhirnya ia memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang
jahitan yang memisahkan kedua belahan dari bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan antara Bendera Pusaka yang
telah dijahit tangan Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah Bendera Pusaka
dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu merah dan putih dimasukkan pada
dasar dua tas milik Bapak Hussein Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut dimasukkan
seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka ini dipisah menjadi dua karena
Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa apabila Bendera Pusaka ini dipisah
maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa dua carik kain merah dan putih. Hal
ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan
diasingkan, Kemudian Bapak Hussein Mutahar dan beberapa staf Keprisidenan juga
ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata mereka di bawa ke Semarang dan
di tahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak Hussein Mutahar berhasil melarikan
diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta beliau menginap di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokroaminoto (Kapolri
I). Beliau selalu mencari informasi bagaimana caranya agar ia dapat segera menyerahkan
Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juli 1948, pada pagi hari Bapak Hussein Mutahar menerima
pemberitahuan dari Bapak Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jl.
Diponegoro) Jakarta, isi pemberitahuan itu adalah bahwa surat pribadi dari Presiden
Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Hussein Mutahar. Pada sore harinya surat itu diambil
beliau dan ternyata benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang isinya adalah perintah
Presiden Soekarno kepada Bapak Hussein Mutahar supaya menyerahkan Bendera Pusaka
yang dibawanya kepada Bapak Sudjono, selanjutnya agar Bendera Pusaka tersebut dapat
dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Hussein Mutahar datang
ke Bangka untukmenyerahkan sendiri Bendera Pusaka langsung kepada beliau (Presiden
Soekarno), tetapi menjadi kerahasiaan perjalanan Bendera Bangka.
Sebab orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang tidak diperbolehkan
mengunjungi ketempat pengasingan Presiden pada waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi
Republik Indonesia, antara lain : Bapak Sudjono, sedangkan bapak Hussein Mutahar bukan
sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Sudjono keBangka, maka dengan
meminjam mesin jahit milik seorang istri dokter.Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua
dijahit kembali oleh Bapak Hussein Mutahar persis lubang bekas jahitan aslinya. Tetapi
sekitar 2 cm dari ujung bendera ada kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera Pusaka ini
dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada Presiden Soekarno dengan Bapak
Hussein Mutahar seperti yang dije4laskan di atas.
Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah
pengibaran Bendera Pusaka.
*) sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh
Bapak Hussein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan Bintang
Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan oleh Presiden Soekarno
Sikap Dan Sifat Seorang Paskibra
Kepemimpinan
Kepemimpinan artinya adalah kegiatan seseorang untuk mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuannya.
Bagaimana cara mempengaruhinya?
Yaitu dengan memberikan contoh atau panutan dalam kehidupan sehari-hari, dengan
membangkitkan semangat para bawahannya, kemudian dengan memberikan dorongan
dengan pengarahan dan perbuatan. Hal ini sesuai dengan sistem kepemimpinan nasional di
Indonesia yang menganut sistem among, yaitu :
1. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti berada di depan sebagai pemimpin dan panutan bagi
bawahannya;
2. Ing madya mangun karso, yang berarti berada di tengah yang dapat membangun kemauan
bawahannya;
3. Tut wuri handayani, yang berarti berada di belakang yang dapat mendorong bawahannya
dengan motivasi agar dapat berusaha lagi dan maju.
Hal-hal apa saja yang harus kita miliki agar dapat mempengaruhi orang lain?
Yaitu dengan cara :

1. Memiliki keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT yang kuat;


2. Memiliki kepercayaan diri;
3. Memiliki penampilan (performance) yang baik dan menarik;
4. Memiliki wawasan yang luas;
5. Memiliki kemampuan mengelola/mengurus (manajemen);
6. Menguasai teknik, taktik, strategi, dan politik;
7. Memiliki kemampuan melindungi setiap orang; dan
8. Memiliki delapan sikap mental sehat :
a. Pandai menyesuaikan diri;
b. Merasa puas atas hasil karya sendiri;
c. Lebih suka memberi dari pada menerima;
d. Realtif bebas dari ketegangan dan keresahan;
e. Suka membantu dan menyenangkan orang lain;
f. Dapat mengambil hikmah dari kegagalan;
g. Dapat mengambil penyelesaian yang konstruktif; dan
h. Dapat mengembangkan kasih sayang.

Selain itu, pemimpin yang indah adalah pemimpin yang mempunyai inisiatif dan mentalitas
yang tinggi, kreatif, konstruktif, dan memiliki konsepsual yang dapat mencerna masalah.
Seorang pemimpin juga harus kritis, yaitu memiliki kemampuan dan keberanian dalam
meluruskan masalah; meteorologis, yaitu dapat mengambil jarak; serta logis, yaitu sesuai
dengan peraturan dan rasional.
Elemen yang harus ada dalam kepemimpinan, yaitu :
1. Leader (pemimpin);
2. Follower (sekelompok orang yang mengikuti pemimpin); dan
3. Leadership (jiwa memimpin, manajemen, administrasi, pengetahuan, dan sebagainya).
Yang perlu diingat adalah, bahwa pemimpin itu bukanlah suatu jabatan, melainkan
kemampuan.
Profesionalisme
Profesionalisme adalah paham yang mengajukan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan
oleh orang yang profesional. Sedangkan pengertian profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang dikerjakan seseorang. Profesional adalah suatu keahlian, kompetensi atau
kualitas yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan profesinya atau pekerjaannya.
Tiga syarat profesional, yaitu :
1. Adanya keahlian;
2. Tanggung jawab;
3. Kejawatan.
Ciri-ciri profesional, antara lain :
1. Memahami karakteristik obyek;
2. Memiliki keterampilan khusus;
3. Memiliki keahlian di bidangnya;
4. Motivasi tinggi;
5. Kreativitas yang tinggi;
6. Berdisiplin;
7. Mandiri;
8. Mampu mengisi lowongan kerja sesuai pembangunan dan menciptakan kerja baik untuk
dirinya maupun orang lain.
Langkah menuju sukses :
1. Tujuan;
2. Bagaimana cara; Sikap.
Bendera
Bendera adalah secarik benda berwujud kain tipis berisi bentukan dan warna, berkibar ditiup
oleh angin pada sebatang tiang atau seuntai tali sebagai panji-panji, tanda ciri atau tanda
pengingat. Warna untuk bendera merah putih, yaitu warna merah cerah dan putih jernih.
Arti pusaka :
1. Harta atau benda peninggalan orang yang telah meninggal;
2. Harta yang turun temurun dari nenek moyang.
Bentuk dan ukuran serta warna bendera kebangsaban RepublikIndonesia
1. Berbentuk segi empat panjang berukuran 2 : 3 panjang. Bagian atas berwarna merah dan
bagian bawah berwarna putih;
2. Panjang bendera 90 cm dan lebar 60 cm.
Sang merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertepatan dengan
hari Sumpah Pemuda, bertempat di Jakarta dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya. Sang
merah putih ditetapkan sebagai bendera negara RepublikIndonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 bertempat di gedung Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Bendera merah putih
dibawa kembai ke Jakarta tanggal 28 Desember 1949.
Kesulitan atau gangguan yang mungkin terjadi pada saat Tata Upacara Bendera
1. Kesulitan pada kerekan macet
Upacara tetap berjalan terus, setelah selesai kerekan dibetulkan.
2. Tali kerekan putus
Kelompok Pengibar Bendera berusaha menangkap bendera yang jatuh dan merentangkan
bendera tegak lurus sampai upacara selesai, kemudian bendera dilipat sesuai dengan
ketentuan untuk disimpan.
3. Tiang bendera jatuh/rebah
Kelompok Pengibar Bendera berusaha menangkap tiang bendera. Bila tidak memungkinkan
dipertahankan seperti di atas.
4. Bendera terbalik
a. Apabila pemasangan bendera ke tali sudah benar namun membentangkannya salah, maka
cukup dengan menukar tegangan/menarik bendera.
b. Apabila pemasangan bendera ke tali sudah salah, maka petugas segera memperbaiki
bendera mulai dari melipat hingga merentangkan kembali bendera.
5. Cuaca buruk atau hujan
Apabila sebelum upacara dilaksanakan terjadi cuaca buruk atau hujan, maka penaikan
bendera dibatalkan. Sedangkan pada saat upacara berjalan kemudian turun hujan, maka
upacara dilanjutkan sampai bendera di puncak tiang bendera dan lagu kebangsaan selesai
dinyanyikan.
Arti dan Warna Merah Putih

Warna merah dan putih telah dikenal oleh nenek moyang bangsaIndonesia sejak sekitar 6.000
tahun yang lalu. Warna merah melambangkan warna yang dapat menahan hawa jahat,
sedangkan warna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati ksatria. Pada saat
perjuangan kemerdekaan, warna merah dan putih melambangkan keberanian dan ketulusan
bunga bangsa dalam mempertahankan ibu pertiwi yang merupakan nyawa bagi suatu bangsa.

Tata cara Peletakan Bendera Kebangsaan


1. Bendera merah putih diletakkan di sebelah kanan bendera/panji lain;
2. Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah genap, maka bendera merah putih diletakkan
di sebelah kanan;
3. Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah ganjil, maka bendera merah putih diletakkan
di tengah-tengah bendera/panji lain;
4. Apabila bendera sudah usang atau tidak layak, maka sebaiknya bendera dibakar agar tidak
mengurangi nilai kehormatannya.
Sejarah Penyelamatan Bendera Pusaka
Setelah Agresi Militer Belanda II, Soekarno mengutus Mutahar untuk menyelamatkan
Bendera Pusaka. Agar tidak terlihat sebagai bendera, maka Mutahar memutuskan untuk
memisahkan jahitan bendera tersebut menjadi dua bagian, secarik kain merah dan secarik
kain putih, kemudian dimasukkan ke dalam kopornya.
Di tengah perjalanan, Mutahar tertangkap oleh Belanda, namun akhirnya dalam perjalanan itu
beliau dapat meloloskan diri dan mengungsi di kediaman Sarjono (seorang anggota delegasi).
Selanjutnya Mutahar mendapat kabar dari Soekarno agar bendera tersebut diserahkan saja
kepada Sarjono. Karena pada saat itu yang boleh menemui Soekarno hanya anggota delegasi
saja. Maka atas jasanya pada tahun 1961, Mutahar diberikan gelar Bintang Mahaputera dalam
usahanya menyelamatkan Bendera Pusaka.
Sejarah pengibaran bendera Pusaka
Bendera Pusaka dikibarkan pada tahun 1945 di Jakarta. Namun pada tahun 1946 – 1948
Bendera Pusaka dikibarkan diYogyakarta. Pada waktu itu dikibarkan dengan formasi 5 orang
(3 putri dan 2 putra), formasi ini berdasarkan Pancasila.
Bendera Pusaka dikibarkan sejak tahun 1945 – 1966 dengan formasi tersebut, sedangkan
sejak tahun 1967 mulai menggunakan formasi pasukan 17-8-45 dan sejak saat itu pula
Bendera Pusaka diganti dengan Bendera Duplikat.
Bendera Duplikat dibuat di Balai Penelitian Tekstil Bandung yang dibantu oleh PT Ratna di
Ciawi, Bogor. Upacara penyerahan Bendera Duplikat dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus
1969 di Istana Negara Jakarta yang bertepatan dengan reproduksi Naskah Proklamasi
Kemerdekaan. Bendera Duplikat mulai dikibarkan bersama dengan utusan-utusan dari 26
propinsi sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang.
Bendera Duplikat dibuat dari benang wol dan terbagi menjadi 6 carik kain (masing-masing 3
carik merah dan putih). Sedangkan Bendera Pusaka terbuat dai kain sutera asli.
Nama pasukan pengibar bendera pada tahun 1967 – 1972 dinamakan Pasukan Pengerek
Bendera, sedangkan mulai tahun 1973 sampai dengan sekarang dinamakan Pasukan Pengibar
Bendera Pusaka (Paskibraka).
Regu-regu pengibar sejak thun 1950 – 1966 diatur oleh rumah tangga kepresidenan, setelah
itu diganti oleh Direktorat Pembinaan Generasi Muda.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 menetapkan peraturan tentang Bendera Pusaka,
tanggal 26 Juni 1958 dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 65 tahun 1958 dan penjelasan
dalam tambahan Lembaran Negara Nomor 1.633, diundangkan pada tanggal 10 Juli 1958.
Dalam peraturan tersebut, hal-hal penting yang dimuat antara lain :
1. Bendera Pusaka ialah bendera kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 (Pasal 4 ayat 1);
2. Bendera Pusaka hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus (Pasal 4 ayat 20;
3. Pada waktu penaikan atau penurunan bendera kebangsaan, maka semua yang hadir tegak,
berdiam diri sambil menghadap muka kepada bendera sampai upaca selesai. Mereka yang
berpakaian seragam dari suatu organisasi memberi hormat menurut cara yang telah
ditentukan oleh organisasinya itu. Sedangkan mereka yang tidak berpakaian seragam
memberi hormat dengan meluruskan tangan ke bawah dan melekatkan telapak tangan dengan
jari-jari rapat pada paha dan semua jenis penutup kepala harus dibuka kecuali kopiah, ikat
kepala, sorban, dan tudungan atau topi wanita yang dipakai menurut agama atau adar
kebiasaan (Pasal 20);
4. Pada waktu dikibarkan atau dibawa, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh tanah, air,
atau benda-benda lain. Pada bendera kebangsaan tidak boleh ditaruh lencana, huruf, kalimat,
angka, gambar, atau tanda-tanda lain (Pasal 21).

SEJARAH PASKIBRA
Pengibaran Bendera Pusaka pertama kali oleh Bapak Latif Hendraningrat dan Suhud S.
Menjelang Hut RI ke-2 Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya yaitu Mayor
Husein Mutahar untuk menyiapkan dan memimpin upacara peringatan Hut RI tersebut,di
halaman istana presiden.Gedung agung Jogyakarta tanggal 17 Agustus 1956.
Dan untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa,maka pengibaran bendera sebaiknya
dilakukan oleh para pemuda dilakukan se-indonesia dan beliau
Memilih 5 orang pemuda sebagai simbol pancasila,terdiri dari 3 putri dan 2putraFormasi ini
masih dilakukan sampai tahun 1947 dan 1948.HUT Kemerdakaan RI pertama kalinya
diadakan di Jakarta pada tanggal 17Agustus 1950 yang mana kemudian regu Pengibaran
ditentukan dan diatur oleh
Rumah Tangga Kepresidenan.Tanggal 5 Agustus 1966 BPK Muthar menjadi Dirijen Urusan
Pemuda dan salah satunya ialah latihan “PANDU IBU INDONESIA BERPANCASILA “dan
uji coba untuk kurikulum pembinaan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka 1967.Tahun 1967
Bapak Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menyiapkan pelaksanaan Pengibaran
Bendera Pusaka dan dengan ide Formasi. Pada tahun 1946 beliau mengembangkan menjadi
tiga pasukan :
Pasukan 17 Pengiring Bendera ( Pemandu )
Pasukan 8 Pembawa Bendera ( inti )
Pasukan 45 Pengawal Bendera
Tahun 1967-1972 Anggota yang terlibat dalam Pengibaran Bendera,sebagai Pasukan
Pengerek Bendera Pusaka ( PASKERAKA ) tapi pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman
melontarkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
( PASKIBRAKA ).Kemudian pada tahun 1989 tanggal 22 Desember diadakan Musyawarah
Nasional ( MUNAS ) Purna Paskibraka Indonesia ( PPI ) di Cipayung Bogor.Pada tahun
1995 tepatnya pada tanggal 18-22 Januari diadakan MUNAS Ke-2 yang menghasilkan
keputusan perubahan Anggaran Dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ).Juga
menetapkan Paskibra Sekolah SMU menjadi Purna Paskibraka Indonesia dan menetapkan
pengurus baru untuk tahun 1955-1959. MUNAS k-3 dilaksanakan di Lembang Bandung.
Di Indramayu di bentuk pada tahun 1989 oleh Pembantu Letnan 1 Mat Arief Bapak Mutahar
berasal dari Sumatra Barat tepatnya di Bukit Tinggi.
PENGERTIAN
PASKIBRA adalah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Profinsi dengan Sejumlah 54 orang
bertugas untuk Pengibaran dan Penurunan Bendera Pusaka.
LAMBANG ANGGOTA PASKIBRA
SETANGKAI BUNGA TERATAI
Pada awal berdirinya lambang yang dipergunakan adalah bintang
Segi lima besar,untuk ciri pemuda.Pada tahun 1973 Bapak H.Idik Sulaeman menetapkan
lambang setangkai bunga teratai yang bermakna sebagai berikut :
*Setangkai bunga teratai yaitu :
Anggota Paskibra adalah pemuda yang
tumbuh dari bawah ( orang biasa ) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
*Tiga helai bunga yang tumbuh ke atas yaitu :
Belajar – Bekerja – Bekerji
*Tiga helai daun yang tumbuh mendatar yaitu :
Aktif dan disiplin
*Jumlah mata Rantai mengelilingi ada 32 yang terdiri
1.Putri lambangnya lingkaran yang berjumlah 16 buah
2.Putra lambangnya belah ketupat yang berjumlah 16 buah
( keduanya melambangkan persatuan dari kesatuan )
*Warna hijau melambangkan Pemuda yang kreatif
*Bunga teratai dilingkari 16 lingkaran dan 16 buah belah ketupat yang
artinya anggota Paskibra dari 16 Penjuru arah mata angin tanpa
membeda – bedakan SARA ( Suku,Adat,Rasa,dan Agama ). height: 18pt;">Makna Sang
Merah Putih
Kata Sang pada Sang Merah Putih ,termasuk jenis kata sandang,digunakan untuk
menghormati sesuatu ( Sang Merah Putih,Sang Maha Kuasa).
Bendera Merah Putih mempunyai kedudukan yang tinggi menurut Pandangan masyarakat
indonesia,sehingga bergelar Sang Merah Putih yang
Berarti warisan yang di muliakan,yang merupakan lambang kemerdekaan dan
Kedaulatan negara.
Bendera Pusaka ialah Bendera Bebangsaan yang digunakan pada
Upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta 17 Agustus 1945. Bendera Pusaka hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus, pada waktu Upacara Penaikan dan
Penurunan Bendera Kebangsaan, maka semua yang hadir tegap diam diri, sambil menghadap
kebendera, tangan mengangkat sampai upacara selesai.
Pada waktu di kibarkan atau di bawah, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh tanah, air
atau benda lainnya,pada bendera kebangsaan tidak boleh di taruh
lencana,huruf,kalimat,Angka,gambar,atau tanda-tanda lainnya.

KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
Pemimpin ialah seorang yang menggerakan orang lain dengan suatu
Yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan ialah sendi yang menggerakan orang lain dalam rangka Mencapai tujuan
tertentu.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
1. Pola Kepemimpinan Formal
2. Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.

SIFAT KEPEMIMPINAN YANG BAIK


PENGETAHUAN, BERANI, INISIATIF, TEGAS, BIJAKSANA, DISIPLIN,
DAPAT DIPERCAYA, SIGAP, ULET, OPTIMIS.

PENERAPAN BENDERA MERAH PUTIH :


1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3. Bendera harus disimpan dengan baik
4. Bendera harus bersih
5. Bendera harus utuh / tidak sobek
6. Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9. Bendera tidak boleh untuk bermain
10. Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11. Bendera tidak boleh untuk pakaian
12. Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan

APEL
Komandan Peleton mengambil alih komando Pasukan di istirahatkan“Komando saya ambil
alih, siap grak, istirahat ditempat,grak,Ketika memberi komando,komandan ada di depan
pasukan dan setelah mengistirahatkan pasukan,komandan di samping kanan.Pada saat
Pembina apel memasuki lapangan,pasukan disiapkan kembali oleh komandan “Siap,grak
“Penghormatan
Kepada Pembina apel,hormat,grak”.Laporan“Lapor Apel…….siap
dilaksanakan,lanjutkan”.Amanat“Untuk amanat,istirahat di tempat,grak”
Setelah amanat,pasukan disiapkan“Menyanyikan lagu Indonesia Raya”.
Selesai Penghormatan“Kepada Pembina apel,Hormat,grak”.Sebelum penghormatan
Komandan Laporan terlebih dulu“Apel ………. telah dilaksanakan,laporan selesai”
Ketika Pembina Apel Keluar Lapangan,komandan kembali kedepan pasukan dan memberi
komando.“Untuk melaksanakan tugas,bubar,jalan”.

IZIN KELUAR BARISAN


Apabila di dalam barisan ada yang ingin keluar atau kebelakang untuk Buang Air Besar
maupun Buang Air Kecil (BAB/BAK),Boleh minta izin keluar barisan :
• Angkat tangan ( telapak ) kanan keatas, apabila komandan / pelatih jawab “Ya”tangan
diturunkan dan berkata
“Lapor Capas / paskibra …….minta izin keluar barisan “
atau apabila dengan teman :
“Lapor Capas / paskibra …….beserta …….orang rekan minta izin
keluar barisan “
Komandan / pelatih menjawab “kemana?”
Dijawab “BAB/ BAK”
“Ya,lima menit kembali”oleh pelatih
“Siap lima menit kembali “.
• Balik kanan,dan menuju tempat yang di tuju*
IZIN MASUK BARISAN
Ketika masuk barisan, laporan di lakukan di barisan Penjuru
Paling kanan, angkat telapak tangan kanan ke atas, apabila pelatih Menjawab “Ya”Telapak
tangan di turunkan dan berkata“Lapor Capas ……minta izin masuk barisan”Atau apabila
dengan teman :“Lapor Capas …beserta….minta izin masuk barisan “Dan pelatih
menjawab“Capas / paskibra ….beserta…setelah saya lencang kanankan masuk
barisan“Capas balik kanan,dan masuk barisan.
LAPORAN MAKAN
Komandan didepan pasukan,dan ambil alih
LAPORAN MAKAN
Komandan di depan pasukan, dan ambil alih Komando : “Komando saya ambil alih,siap,grak
/ duduk siap,grak.Balik kanan menghadap pelatih,laporan“Akang dan teteh harap
menyesuaikan diri“Lapor Capas / paskibra … siap menikmati hidangan makanan …”Pelatih
Jawab“Saya kasih waktu lima menit,untuk makan,dan sebelum makan lakukan do’a“Siap
laksanakan”oleh komandan
Komandan balik kanan manghadap pasukan dan memberi komando: “Sebelum makan
…..,marilah kita berdo’a menurut Agama dan kepercayaan masing – masing,berdo’a Di
persilahkan“Do’a di akhiri,makan di beri waktu lima menit,duduk istirahat di
tempat,grak”Masing – masing mempersiapkan makan dan kasih komando bila sudah siap
makan :“Makan mulai “,diulang oleh pasukan “Kang,teh makan !”Bersama komandan dan
pasukan.
Posisi makan“Badan tegap,pandangan lurus (sendok / makanan yang ke mulut),mata melirik
ke makanan,piring di tangan kiri ke ataskan didepan regu.
LAMBANG PENGUKUHAN
Lambang kepemimpinan ( LK )
Anggota paskibra setelah mengikuti latihan kepemimpinan pemuda tingkat printis ,maka di
kukuhkan oleh penanggung jawab.Latihan dengan disematkan LK tingkat perintis di atas
saku kiri atas,adapun LKyang lain :
• Warna Hijau untuk latihan perintis Pemuda
• Warna Merah untuk latihan pemuka Pemuda
• Warna Kuning untuk latihan pendamping Pemuda
• Warna Ungu untuk latihan peñatas Pemuda
• Warna Abu- abu untuk latihan penaya Pemuda

Kendit Pengukuhan
Dahulu kendit pangukuhan tidak bermotif , maka oleh bpk h.idik sulaeman disempurnakan
berupa gambar 17 mata rantai bulat dan belah ketupat , yang membentuk kalimat “ pandu ibu
indonesia ber – pancasila “. Yang ukuran semula panjang 17 cm , lebar 5 cm , lalu di ubah
menjadi 140 cm , untuk panjang & lebar 5 cm.kendit ini di pakai hanya pada saat pengukuhan
saja & warnanya di sesuaikan dengan warna lencana kepemimpinan yang di pakainya.
Perlengkapan pakaian dinas paskibra
1. Kopiah / peci hitam pada bagian kiri disematkan burung garuda standar istana merdeka
2. Badge lambang daerah pada lengan kiri badge korps paskibraka pada lengan kanan
3. Lencana kepemimpinan di atas saku kiri baju badge nama & asal sekolah / daerah untuk
tingkat nasional & propinsi untuk tingkat kota madya / kabupaten
4. Sarung tangan putih kop merah putih
perawatan kaos paskibra ( pakaian dinas lapangan / pdl ) ketika kita dapat pdl paskibra,sering
menyepelekan sablonan yang tertulis di kaos tersebut , padahal kaos pdl asal cuci , bisa
melunturkan warna & sablonan kaos tersebut.untuk menghindari itu semua , sebelum kaos
pdl dengan pelicin pakaian ( setrika )terutama di bagian sablonan , dengan cara kaos sablonan
di balik ini akan menghasilkan maksi sehingga ketika direndam di air.saat pakaian di rendam
di dalam air yang berditerjen , jangan melebihi 30 menit / 1 jam , di lanjutkan dengan di bilas
dengan tangan , jangan menggunakan sikat cuci , karena bisa merusak pdl.
Jemur kaos pdl dengan keadaan terbalik , apabila berhadapan langsung dengan sinar
matahari.
Perawatan sabuk paskibra (menggunakan brasso)
periksakembali sabukyang kita terima , bisa saja sabuk yang kita terima ada kerusakan
sebaiknya perawatan sabuk paskibra sesering mungkin di bersihkan dengan brasso , caranya
:teteskan brasso ( satu tetes ) di atas permukaan sabuk dan digosok dengan jari telunjuk ,
hingga kotoran yang ada disabuk terangkat / teruhat ( berwarna hitam ), gosok berulang -
ulang kali , sehingga yang menghasilkan yang sempurna setelah ( sudah yakin ) semua
kotoran terangkat , bersihkan dengan kain / kapas hingga bersih dan terlihat kilau kuning
keemasan dari sabuk tersebut. Apabila menginginkan hasil yang lebih sempurna sehabis
digosok , jemur kepala sabuk di sinar matahari selama satu jam . Jangan sekali – kali sabuk di
gunakan ketika tidur sehingga sabuk tergores / lecet , baik dilantai / benda kasar lainya . Paga
sabuk dari air asin ( air laut )/ selain air tawar, yang bisa mengakibatkan sabuk menjadi
berkarat dan susah hilang .
Perawatan topi paskibra
gunakan topi paskibra , apabila benar – benar penting untuk di pakai seperti latihan lapangan
dan apel , supaya warna topi tidak cepat pudar karena sinar matahari. Mencuci topi paskibra ,
gunakan sabun cuci atau ditergen yang sudah di larutkan didalam air , ( tidak langsung
menggunakan sabun cuci ( sabun colek ) / ditergen ).sikat secara perlahan (gunakan dengan
sikat gigi pada bordiran ) agar bordiran tidak cepat rusak , lakukan berulang – ulang kali
hingga kotoran hilang. Jemur topi di tempat yang tidak berhadapan langsung dengan sinar
matahari , karena sisa sabun cuci yang ada di topi bisa melunturkan warna , baik topi maupun
bordiran.
PAKAIAN SERAGAM PASKIBRA
Paskibra Jakarta Timur memiliki beberapa Pakaian seragam atau pakaian dinas yang
digunakan seperti untuk upacara, kegiatan sehari-hari maupun kegiatan lapangan yang
disesuaikan dengan tempat tugas dan fungsinya seperti :
1. Pakaian Dinas Upacara (PDU)
Pakaian untuk menjadi petugas upacara berwarna atas putih dan bawah putih (celana panjang
untuk putra dan rok untuk putri). Terdapat dua bentuk pakaian dinas upacara, yaitu PDU I
dan PDU II. PDU I berbentuk stelan jas, sedangkan PDU II berbentuk pakaian biasa. Pakaian
PDU harus dengan segala kelengkapannya seperti lidah di bahu untuk tempat pangkat, badge
paskibra di kiri dan badge jaya raya di kaman, dengan lencana sesuai tingkatannya di dada
sebelan kiri. Perbedaan PDU I dan II biasanya pada badge yang di bordir untuk PDU I sedang
PDU II bentuk badgenya di sablon. Kelengkapan PDU lainnya adalah :Peci hitam
berlambang Garuda di sebelah kiri depan, syal putih merah di leher, ikat pinggang berwarna
hitam, sarung tangan putih, dan bersepatu pantofel hitam, ditambah kendit berwarna hijau.

2. Pakaian Seragam Harian (PSH)


Pakaian Seragan Harian Paskibra Jakarta Timur adalah pakaian atas berwarna krem
berlengan pendek, berlidah bahu untuk tempat pangkat, badge paskibra di lengan kiri dan
badge jaya raya di kanan, dengan lencana di dada kiri sesuai dengan tingkatannya dan papan
nama di sebelah dada kanannya. Sedangkan celana panjang atau rok berwarna seperti hijau
kecoklat-coklatan muda. Kelengkapan PSH lainya adalah : topi merah paskibra jakarta timur,
ikat pinggang berwarna hitam berlogo garuda, sepatu pantofel hitam, pangkat dan lencana
sesuai tingkatannya

3. Pakaian Lapangan
Pakaian lapangan adalah pakaian yang digunakan untuk kegiatan yang bersifat kegiatan di
alam terbuka, dengan warna pakaian atas abu-abu dengan lidah di bahu, berlengan panjang,
dengan badge yang berwarna polos hitam-putih-abu abu (tidak berwarna) lambang paskibra
di lengan kiri dan lambang jaya raya di lengan kanan, dengan papan nama di bordir didada
sebelah kanan. Sedangkan celana berwarna hitam dengan saku menempel diluar samping
paha kiri dan kanan selain saku normal biasa. Kelangkapan lain pakaian lapangan : topi rimba
berwarna hitam, tanpa menggunakan pangkat, ikat pinggang hitam, sepatu lapangan (bisa
sepetu kets, olahraga atau sepatu gunung)

Dari Seragam sampai


Lambang
Seragam

Atribut

Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang
dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri,
sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan.
Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang
Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap
atribut.
Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun
1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya
hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa
digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih
dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan
menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam
Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan
kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih
dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan
bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan
alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal,
seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model
jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan
tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti
orang dewasa.

Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di
atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak
bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan
Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk
pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa
kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu mendapat kritikan negatif dari
sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan dan popularitas pengibar bendera
pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak.
"Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang
lain pula. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota
Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka
itu. Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan
dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat.
Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang
tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa
Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air
yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke
atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar
bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan
persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai
pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku,
agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan
sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan
memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang
telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk mempersatukan korps,
Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps
yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi
dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek
Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat
sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang
tulisan “PASUKANPENGEREK BENDERA PUSAKA”.
Lambang
Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau
bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam
dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR
BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di dalam
perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi Bendera
merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk
dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:
1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia,
warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota
putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan
Indonesia.
3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama
Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya,
termasuk Paskibraka.
4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu
nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap
anggota Paskibraka.

Kendit Kecakapan
TANDA PENGUKUHAN
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis/Pemuka
(sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan tingkat lain)
setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera
Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik
nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya. Tanda
pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada
zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit,
para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan
perbuatannya seharihari. Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat
(1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau
untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/pembina. Karena kendit warna polos
menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan
menjadi kendit bermotif Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti
pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai
belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang
membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.Semula, ukuran lebar dan
panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17
Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik
pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar
5 cm dan panjang 14 dm (140 cm).

Lencana MPG
Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973,
lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm
dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi
berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan
Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk
Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm. Warna
dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama
dengan warna dasar kenditnya.

Warna-warna dasar Lencana MPG :


Warna hijau untuk Latihan Perintis/Pemula Pemuda
Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda
Warna coklat untuk Latihan Penuntun Pemuda
Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda
Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan
Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan
Kedua Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda. Lencana pengukuhan
dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiri baju), baik pada seragam
maupun baju biasa sehari-hari. Sedangkan kendit, dililitkan ke pinggang dan disimpulmatikan
di bagian depan (perut) dan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, tidak
untuk sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai