PASKIBRAKA
a) Pengertian Paskibraka
PASKIBRAKA ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan
kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka pembentukan character
building generasi muda Indonesia.
Peserta kegiatan ini adalah pria dan wanita yang telah terpilih untuk mewakili propinsinya
dalam acara pengibaran dan penurunan Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan
17 Agustus dalam rangka Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
b) Sejarah Paskibraka
Sejarah Paskibraka, dimulai 17 Agustus 1950, saat pertama kali peringatan HUT Proklamasi
Kemerdekaan dilaksanakan, setelah Presiden Sukarno hijrah dari Yogyakarta. Namun
sebenarnya, dalam peringatan skala kecil pada 1946 silam, kegiatan ini sudah dilaksanakan di
Gedung Agung, Yogyakarta .
Tata cara penaikan dan penurunan Bendera Pusaka, pertama kali disusun oleh ajudan
Presiden Sukarno, Husen Mutahar. Kemudian pada 1967, Husen yang waktu itu menjabat
Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di masa
pemerintahan Soeharto, juga menerima tugas yang sama. Formasi Paskibraka, diambil dari
tanggal, bulan dan tahun dibacakannya Proklamasi kemerdekaan_RI.
c) Persyaratan Menjadi Anggota Paskibraka
Untuk menjadi calon anggota Paskibraka, diperlukan beberapa persyaratan. Syaratnya,
memiliki tubuh sehat, tinggi badan minimal 170 sentimeter untuk putra, dan 165 sentimeter
untuk putri. Mereka juga harus memiliki nilai akademis yang baik, serta aktif berorganisasi.
Seleksi penerimaannya dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kota/kabupaten,
provinsi hingga nasional. Dan, yang bertugas pada upacara tahun ini, terdiri dari 64 orang,
perwakilan 32 provinsi. Mereka sudah menjalani latihan fisik dan mental selama 27 hari.
Pelatihnya sebagian besar adalah anggota TNI/Polri.
1. Aklaq
1. Seleksi tingkat sekolah. Peserta dipilih dan diseleksi di sekolahnya oleh para guru.
2. Seleksi tingkat Kotamadia/Kabupaten. Peserta dari perwakilan sekolah akan diseleksi di
tingkat Kotamadya/ Kabupaten dengan materi : baris berbaris, tata upacara bendera,
kesegaran jasmani/olah raga, test tertulis, wawancara, , kesenian dan lain sebagainya. Test
tertulis dan wawasncara meliputi bidang : pengetahuan umum, pengetahuan daerah, nasional
dan internasional, kepemudaan, nasionalisme dan sejarah perjuangan bangsa.
Dari seleksi ini akan terpilih satu atau dua pasang calon anggota paskibraka yang akan
mengikuti seleksi di tingkat propinsi. Bagi yang tidak lolos maka akan diseleksi lagi untuk
terpilih sebagai anggota paskibraka tingkat kotamadya/kabupaten.
3. Seleksi tingkat provinsi : Peserta test tingkat propinsi adalah peserta yang lulus test di
tingkat Kotamadia / Kabupaten di masing-masing propinsi, dengan materi seleksi sama
dengan di tingkat Kotamadia/Kabupaten. Biasanya peserta di tingkat propinsi akan diasrama
selama beberapa hari untuk mengetahui tekad, semangat dan kemandiran. Selain itu akan
terlihat kebiasaan masing-masing peserta terutama dalam melaksanakan tugas sehari-hari
seperti dirumahnya masing-masing misalnya mencuci, mengepel, membersihkan dan
mengataur kamar dan lain sebagainya.
Dari seleksi tingkat propinsi akan terpilih sepsang utusan (satu orang putra dan satu orang
putri) untuk menjadi anggota paskibraka di tingkat nasional. Bagi yang tidak terpilih akan
bertugas sebagai anggota paskibraka ditingkat propinsi.
4. Anggota Paskibraka Nasional. Anggota Paskibraka tingkat nasional adalah sepasang
utusan tiap propinsi yang akan mengikuti pemusatan latihan selama satu bulan di Jakarta.
Mereka akan bertugas pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi di Istana
Merdeka Jakarta. Dalam pemusatan latihan di asrama maka akan dilakukan seleksi untuk
pembagian kelompok yaitu kelompok 17 (tujuh belas) dan 8 (delapan) dan tugas di masing-
masing kelompok.
Demikian gambaran syarat-syarat untuk menjadi anggota Paskibraka. Semoga bermanfaat
bagi persiapan para siswa sekolah yang berminat untuk mengikuti seleksi menjadi
Paskibraka.
Skema tahap – tahap seleksi :
a
a
a
a b
b
Keterangan : Garis Penyeleksian
a : Berhasil
b : Tidak Berhasil
KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
Pemimpin ialah seorang yang menggerakan orang lain dengan suatu
Yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan ialah sendi yang menggerakan orang lain dalam rangka Mencapai tujuan
tertentu.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
1. Pola Kepemimpinan Formal
2. Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.
1. Teknik lipat 3
Dibawah ini akan dijelaskan tata cara melipat bendera dengan teknik lipat genap. Teknik lipat
genap sering digunakan karena kemungkinan kesalahannya sangat kecil. Maksudnya genap
disini adalah jumlah lupatannya dapat 4, 6, 8, 10, asalkan genap dan disesuaikan dengan
panjang bendera.
1. Patokan memegang bendera warna putih di tangan sebelah kanan dan warna merah di
tangan sebelah kiri
2. Pembentang memegang bendera warna merah di tangan sebelah kanan dan warna putih di
tangan sebelah kiri
3. Bendera direntangkan, kemudian dilipat menjadi dua bagian, bagian putih menghadap ke
atas
4. Kemudian dilipat memanjang menjadi dua bagian lagi, warna putih berada di dalam
tertutup warna merah
5. Pembentang melipat bendera menjadi beberapa bagian yang genap dengan arah zig – zag
6. Setelah menjadi beberapa bagian yang genap, lipat menjadi 2 bagian dengan arah
horizontal ke dalam.
2. Patokan, tangan kanan memegang bendera warna putih, tangan kiri memegang bendera
warna merah
3. Setelah itu pembentang mundur 3 (tiga) langkah, tangan masih dlam keadaan lurus
Yang terlibat langsung dalam pengibaran terdiri dari tiga orang , yaitu :
1. Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama – sama, bukan memegang
tiangnya, punggung tangan yang memegang tali menghadap ke depan.
2. Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara membuka
talinya.
3. Pengerek melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah terbelit.
4. Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang bendera.
5. Pengerek melakukan tindakan penyelamatan gaya tindakan penyelamatan ini bebas, yang
penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek.
6. Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang sebelah atas ke
bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera warna putih.
Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang baru bendera
dibentangkan.
Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang masih
membentangkan bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak asal – asalan, setelah
sampai didepan tiang lemparkan ujung bendera berwarna putih ke arah belakang pembentang
yang sesuai dengan arah angin.
Bendera dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek,
pengulur, dan pembentang menggenggam. Keadaan tangan Pengerek dan pembentang pada
saat pengerekan terlihat seperti cermin.
Bendera harus sudah sampai dipuncak tiang pada kata “ Hiduplah ……” bait terakhir dari
Lagu Indonesia Raya.
Ketika aba – aba “ TEGAK = GERAK “ dari Pemimpin Upacara, maka Pengerek dan
Pembentang langsung mendekatkan tangan pada tiang, dan tali dari Pembentang langsung
diambil oleh pengerek.
Yang harus diperhatikan dalam pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada
diatas tidak boleh turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus
diikatkan terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai tali tersebut
habis.
Catatan :
Kata yang dicetak tebal dan digaris bawahi 10 tahapan penaikan bendera yang harus tersusun
dan tidak boleh terlewat.
1. Memegang tali
2. Membuka tali
5. Penurunan Bendera
Pembentang menarik tali dan pengerek mengulur dengan sedikit menahannya agar tidak
terlalu cepat turun ke bawah
Pembentang mengambil ujung bendera, dan mulai mundur sampai bendera terbentang.
7. Membentangkan bdenra sampai aba – aba dari Pemimpin Upacara “ TEGAK =GERAK “.
Pembentang dan Pembawa bendera melipat bendera menjadi dua bagian dengan warna putih
menghadap ke arah pasukan.
9. Pembawa Bendera ( satu orang ditengah ) membuka catok tali dan bendera.
Ketika pengerek mengikat tali pada tiang, pembawa bendera dan pembentang melakukan
pelipatan bendera.
Sekilas
Gambar di atas itu merupakan lambang negara Indonesia. Lambang negara berupa seekor
Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-
simbol Pancasila, dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan “BHINNEKA
TUNGGAL IKA”. Sesuai dengan desainnya, lambang tersebut bernama resmi Garuda Pancasila.
Garuda merupakan nama burung itu sendiri, sedangkan Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia yang disimbolkan dalam gambar-gambar di dalam perisai yang dikalungkan itu. Nama
resmi Garuda Pancasila yang tercantum dalam Pasal 36A, UUD 1945.
Sejarah
Sultan Hamid II
Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950,
dibentuklah Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari
berbagai usul lambang negara yang diajukan ke panitia tersebut, rancangan karya Sultan Hamid
II lah yang diterima. Sultan Hamid II (1913–1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid
Alkadrie merupakan sultan dari Kesultanan Pontianak, yang pernah menjabat sebagai Gubernur
Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada era
Republik Indonesia Serikat.
Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul Presiden
Soekarno dan masukan berbagai organisasi lainnya, dan akhirnya pada bulan Maret 1950,
jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Rancangan final lambang negara itupun
akhirnya secara resmi diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17
Agustus 1950 dan disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan
Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, dan kemudian tata cara
penggunaannya diatur melalui PP 43/1958.
Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang
negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda
Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda.
Nama Garuda Pancasila baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada
tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945.
Burung Garuda
Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berasal dari
India dan berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda itu sendiri
melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung garuda itu melambangkan
kemegahan atau kejayaan.
Pada burung garuda itu, jumlah bulu pada setiap sayap berjumlah 17, kemudian bulu ekor
berjumlah 8, bulu pada pangkal ekor atau di bawah perisai 19, dan bulu leher berjumlah 45.
Jumlah-jumlah bulu tersebut jika digabungkan menjadi 17-8-1945, merupakan tanggal di mana
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Perisai
Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung
lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara
Pancasila.
Pada bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama
Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya,
seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar
berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan
bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala
sesuatu di dunia ini ada.
Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan
lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-
laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun
melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain
dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.
Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan
Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di
mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa
“berteduh” di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan
akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti
halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila
keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan
sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
Dan di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai
kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
Pada perisai itu terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis itu
melambangkan garis khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia.
Warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai itu merupakan warna nasional Indonesia,
yang juga merupakan warna pada bendera negara Indonesia. Warna merah melambangkan
keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian.
BENDERA PUSAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus
1945, jam 10.00 pagi, di Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan
kemerdekaan Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah putih
dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera
ini dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera
Pusaka". Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan, sampai Ibukota
Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang
dilakukan Belanda semakin meningkat maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka
dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekar no.
Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat
Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein
Mutahar dipanggil oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera
Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk
menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk
menyelamatkan Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein Mutahar
terpaksa harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno dan
Bapak Husein Mutahar. Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bu ng Karno
Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya: `Tindakanku
yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, pen.). "Apa
yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu", kataku ringkas. "Dengan ini, ak u
memberikan tugas kepadamu pribadi.
Dengan ini, memberikan tugas kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu,
ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau
mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang
yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam
menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia
harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjak annya."
Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Di sekeliling kami, born
berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung
jawabnya sungguh be rat. Akhirnya, is memecahkan kesulitan ini dengan mencabut
benang jahitan yang memisahkan kedua belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata, benang jahitan di antara Bendera Pusaka yang telah
dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati berhasil dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua, masing-
masing bagiannya itu, merah dan putih, dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Husein
Mutahar, Selanjutnya pada kedua tas tersebut, dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan
miliknya. Bendera Pusaka dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar berpikir bahwa apabila
Bendera Pusaka merah putih dipisahkan, tidak dapat disebut Bendera, karena hanya berupa dua
carikkain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan,
kemudian Bapak Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan ditangkap dan diangkut
dengan pesawat dakota. Ternyata, mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat
menjadi tahanan kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut
menuju Jakarta.
Di Jakarta, beliau menginap di rumah Sutan Syahrir Selanjutnya, beliau kost di Jln. Pegangsaan
Timur No. 43, di rumah Bapak R. Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di Jakarta,
Bapak Husein Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar dapat segera
menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada pagi hari, Bapak Husein Mutahar menerima
pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang tinggal di Oranye Boulevard (sekarang J1n.
Diponegoro) Jakarta. Isi pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden
Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya, surat itu diambil
oleh beliau dan ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang pokok
isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya menyerahkan
Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Soedjono agar Bendera Pusaka tersebut dapat
dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husen. Mutahar datang ke Bangka untuk
menyerahkan sendiri Bendera Pusaka itu langsung kepada Presiden Soekarno tetapi
menggunakan Bapak Soedjono sebagai perantara. Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan
perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang Republik Indonesia
dari Jakarta yang diperbolehkan mengunjungi tempat pengasingan Presiden Soekarno pada
waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain, Bapak Soedjono,
sedangkan Bapak Husein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Soedjono, dengan meminjam mesin jahit
milik seorang Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh
Bapak Husein Mutahar persis di lubang bekas jahitan aslinya. Akan tetapi, sekitar 2 cm dari
ujung bendera ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnva, Bendera Pusaka ini dibungkus dengan
kertas koran dan diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden
Soekarno. Hal ini sesuai dengan perjanjian Presiden Soekarno dengan Bapak Mutahar seperti
dijelaskan di atas. Dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan
Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar.
Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah
pengibaran Bendera Pusaka. Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka
yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah
menganugerah-kan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden
Soekarno.
Sebagaimana biasa, setiap memperingati HUT Kemerdekaan 17 Agustus, Bung Karno sebagai
presiden selalu menyampaikan pidato. Dan, setiap pidato selalu diberi judul tertentu sesuai
dengan tema dan keadaan waktu itu. Demikian pula halnya pada HUT RI ke-19 tahun 1964,
Bung Karno menyampaikan pidato berjudul ”Tahun Vivere Pericoloso”. Kata Vivere Pericoloso
diambil dari bahasa Italia, yang artinya ”...hidup menyerempet nyerempet bahaya”.
Pada bagian depan pidato itu Bung Karno jelas-jelas menyebutkan bahwa bendera Merah-Putih
pusaka yang hanya dikibarkan pada setiap tanggal 17 Agustus, dulunya dijahit oleh Fatmawati,
istrinya yang berasal dari Bengkulu. Dan, dengan fakta sejarah itu pulalah, Bung Karno
kemudian pernah mengklaim bahwa bendera pusaka itu miliknya pribadi. Apalagi, sebagaimana
kisah penyelamatan bendera pusaka yang demikian heroik oleh Husein Mutahar saat datangnya
agresi Belanda kedua pada tahun 1948. Bendera itu dititipkan pada Mutahar dengan perjanjian
harus diserahkan kembali kepadanya. Mutahar menepati janjinya dan bendera pusaka kemudian
diserahkan langsung kepada Bung Karno.
Sejak itu, Bung Karno menyimpan sendiri bendera pusaka. Dari tahun 1950, pengibaran bendera
pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka dengan Bung Karno sebagai Inspektur Upacara. Tapi, itu
berlangsung hanya sampai tahun 1966, karena tak lama kemudian, pada Maret 1967, Bung
Karno ”dilengserkan” secara paksa melalui Sidang Istimewa MPRS.
Sidang yang sama telah mengangkat Jenderal Soeharto menjadi Pejabat Presiden. Ketika
berkunjung ke rumahnya pada tahun 1993, Mutahar pernah mengisahkan sebuah cerita yang
menurutnya hanya pernah diketahui segelintir orang, dan ”rasanya tidak terlalu penting untuk
diceritakan,” katanya.
Mutahar menyebutkan, bagaimana pada tahun 1967 ia mendapat perintah untuk mempersiapkan
pengibaran bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus. Sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda
dan Pramuka) di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P&K), Mutahar memang sedang
ingin mewujudkan gagasannya untuk menyerahkan pengibaran bendera pusaka itu kepada para
pemuda utusan daerah. Segala sesuatu pun dipersiapkan, termasuk memanggil puluhan pemuda
dan pramuka untuk dilatih menjadi Pasukan Penggerek Bendera Pusaka. Latihan ”ujicoba”
pasukan pertama itu berlangsung mulus. Tapi, sesuatu yang ”fatal” hampir saja terjadi. ”Pasukan
Penggerek Bendera Pusaka sudah siap beberapa hari sebelum 17 Agustus, namun para
penanggungjawab upacara baru sadar kalau bendera pusaka yang akan dikibarkan ternyata tidak
ditemukan,” papar Mutahar. Orang lain pasti akan berpikir sederhana untuk mengatasi masalah
itu. Bikin saja bendera pengganti, toh tidak ada orang yang tahu. Tapi tidak demikian untuk
”seseorang” seperti Soeharto. Keberadaan bendera pusaka tak dapat digantikan dengan apapun.
Orang akan menganggap ”tidak sah” bila tahu awal masa kepemimpinannya dimulai tanpa
bendera pusaka. Akhirnya diketahuilah bahwa bendera pusaka masih berada di tangan Bung
Karno. Akan tetapi mereka tidak tahu bagaimana caranya mengambil bendera itu. ”Dalam
kebingungan itu, saya dipanggil ke Istana. Hanya sedikit orang yang tahu bagaimana
menghadapi Bung Karno pada saat-saat seperti itu. api saya tahu sifat beliau. Maka saya bilang,
kirimkan keempat Panglima Angkatan untuk meminta bendera itu,” papar Mutahar. ”Tebakan”
Mutahar ternyata benar.
Bung Karno yang sudah ”diistirahatkan” di Bogor menjadi lembut hatinya ketika didatangi.
Memang mulanya agak ragu-ragu, tapi beberapa saat kemudian Bung Karno berkata dengan
tenang. ”Baik, tanggal 16 Agustus kalian datang lagi ke sini, lengkap dengan semua Panglima
keempat Angkatan. Saya akan lakukan acara resmi serah terima bendera pusaka...” . Maka,
sebagaimana dijanjikan, pada tanggal 16 Agustus malam, keempat Panglima Angkatan —
sebutan untuk pimpinan ABRI dan Polri masa itu— menghadap ke Istana Bogor. Tanpa diduga,
mereka kemudian diajak balik lagi ke Jakarta dan akhirnya menuju ke Monumen Nasional
(Monas). Ternyata, selama itu bendera pusaka memang disimpan Bung Karno dalam ruang
bawah tanah di dalam Monumen Nasional. Bendera pusaka kemudian dibawa ke Istana
Merdeka. Atas perintah Presiden Soeharto, Mutahar dipanggil ke Istana untuk memastikan
apakah bendera pusaka itu memang asli. Hanya Mutahar, satu-satunya orang yang tahu betul
bentuk bendera pusaka, karena dia yang membuka jahitan tangan Ibu Fatmawati. Dia pula yang
menyambungkan kembali bagian merah dan putih dengan mesin jahit — dan terjadi kesalahan
jahit kecil sekitar 2 cm di ujungnya. Sejak itu, Soeharto menempatkan bendera pusaka di Istana,
dalam sebuah kotak kayu berukir yang di dalamnya diberi potongan kayu cendana sehingga
berbau harum bila dibuka. Bendera pusaka yang sudah usang itu selalu diperlihatkan kepada
para anggota Paskibraka setiap tanggal 16 Agustus, untuk membangkitkan semangat mereka
sebelum bertugas esok hari. Memang terbetik berita, bendera pusaka rencananya akan kembali
ditempatkan di Monumen Nasional. Berbagai persiapan telah dirancang, termasuk rencana
mengarak bendera pusaka dari Istana Merdeka ke Monas yang jaraknya hanya beberapa ratus
meter, yang konon menelan biaya tidak kecil. Namun, rencana itu belum terwujud. Begitulah,
bendera pusaka memang dijahit oleh Ibu Fatmawati. Dikibarkan sesaat setelah dibacakannya
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di depan kediaman Bung Karno, Jalan
PegangsaanTimur 56 Jakarta. Disimpan dan dijaga Bung Karno dengan segenap jiwa dan raga.
Tapi, Bung Karno juga tahu, bahwa bendera pusaka adalah sebuah prasasti yang dimiliki oleh
seluruh bangsa Indonesia, bukan miliknya pribadi.
Sultan Hamid II, Pencipta
Burung Garuda
Written by Administrator
Friday, 11 February 2011 14:15
Pencipta lambang negara Burung Garuda adalah Sultan Abdurrahman Hamid
Alkadrie II. Nama bekas Menteri Negara RIS ini ditenggelamkan pemerintah Sukarno
karena dikaitkan dengan pemberontakan Westerling.
Siapa pencipta lambang negara Republik Indonesia, Burung Garuda? Muhammad Yamin.
Bukan. Kreator lambang negara RI itu adalah Sultan Hamid Alkadrie II. Namun, kiprah
Sultan Hamid II tenggelam setelah namanya dikait-kaitkan dengan peristiwa Westerling. Di
hari peringatan ke-60 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2005, pihak keluarga
Sultan Hamid II meminta pemerintah tidak melupakan jasa tokoh dari Kalimantan Barat ini.
Adalah Turiman yang membuktikan kebenaran ini dalam tesis S-2 di Pascasarjana Ilmu
Hukum Universitas Indonesia pada 11 Agustus 1999 yang berjudul Sejarah Hukum
Lambang Negara Republik Indonesia (Suatu Analisis Yuridis tentang Pengaturan Lambang
Negara dalam Perundang-undangan). Dalam tesisnya yang dibimbing oleh Prof. Dimyati
Hartono, Turiman mempertahankan secara yuridis dengan data-data yang akurat mengenai
siapa sebenarnya pencipta lambang negara Burung Garuda.
Sultan Hamid II yang juga sultan kedelapan dari Kesultanan Kadriah Pontianak memiliki
nama lengkap Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie. Putra Sultan Syarif Muhammad
Alkadrie, Sultan VII Kesultanan Pontianak, ini lahir di Pontianak pada 12 Juli 1913.
Ayahnya adalah pendiri Kota Pontianak.
Sultan Hamid II dikenal cerdas. Dia adalah orang Indonesia pertama yang menempuh
pendidikan di Akademi Militer Belanda (KMA) di Breda Belanda–semacam AKABRI–
dengan pangkat letnan dua infanteri pada 1936. Dia juga menjadi ajudan Ratu Juliana
dengan pangkat terakhir mayor jenderal.
Sultan Hamid adalah salah satu tokoh penting nasional dalam mendirikan Republik
Indonesia bersama rekan seangkatannya, Sukarno, Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara,
Mr. Muhammad Roem, dan Muhammad Yamin. Dalam sejarah pendirian RI, Sultan Hamid
pernah menjadi Ketua Delegasi BFO (Wakil Daerah/ Negara buatan Belanda) dalam
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, 23 Agustus 1949. Sultan Hamid juga
menjadi saksi pelantikan Sukarno sebagai Presiden RI di Keraton Yogyakarta pada 17
Desember 1949. Ini terlihat dalam foto yang dimuat di Buku 50 Tahun Indonesia Merdeka.
Sepak terjangnya di dunia politik menjadi salah satu alasan bagi Presiden Sukarno untuk
mengangkat Sultan Hamid sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio di Kabinet Republik
Indonesia Serikat pada 1949-1950. Sebenarnya, Sultan Hamid kurang pas dengan jabatan
yang diembannya. Dia lebih ingin menjadi Menteri Pertahanan Keamanan sesuai pendidikan
yang diperolehnya. Namun, posisi Menteri Pertahanan Keamanan justru dipercayakan pada
Sultan Hamengkubowono IX.
Dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia yang dimuat dalam Buku 50 Tahun Indonesia
Merdeka disebutkan, pada 13 Juli1945, dalam Rapat Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar, salah satu anggota Panitia, Parada Harahap, mengusulkan tentang lambang negara.
Pada 20 Desember 1949, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat
Nomor 2 Tahun 1949, Sultan Hamid Alkadrie II diangkat sebagai Menteri Negara RIS.
Dalam kedudukannya ini, dia dipercayakan oleh Presiden Sukarno mengoordinasi kegiatan
perancangan
Lambang Negara
Dalam buku Bung Hatta Menjawab–Hatta saat itu menjadi Perdana Menteri RIS–tertulis
Menteri Priyono yang ditugaskan oleh Sukarno melaksanakan sayembara lambang negara
menerima hasil dua buah gambar rancangan lambang negara yang terbaik. Yaitu Burung
Garuda karya Sultan Hamid II dan Banteng Matahari karya Muhammad Yamin. Namun,
yang diterima oleh Presiden Sukarno adalah karya Sultan Hamid II dan karya Muhammad
Yamin ditolak.
Melalui proses rancangan yang cukup panjang, akhirnya pada 10 Februari 1950, Menteri
Negara RIS Sultan Hamid II mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang. Hasil akhirnya adalah lambang
negara Garuda Pancasila yang dipakai hingga saat ini.
Rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II diresmikan pemakaiannya dalam sidang
kabinet RIS yang dipimpin PM RIS Mohammad Hatta pada 11 Februari 1950. Empat hari
berselang, tepatnya 15 Februari, Presiden Sukarno memperkenalkan untuk pertama kalinya
lambang negara karya Sultan Hamid II kepada khalayak umum di Hotel Des Indes (sekarang
Duta Merlin) Jakarta.
Pada 20 Maret 1950, bentuk final lambang negara rancangan Menteri Negara RIS Zonder
Forto Polio, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Sukarno dan mendapat disposisi
persetujuan presiden. Selanjutnya Presiden Sukarno memerintahkan pelukis Istana bernama
Dullah untuk melukis kembali gambar itu sesuai bentuk final dan aslinya.
Lambang negara ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang
diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 111 dan penjelasannya dalam tambahan
Lembaran Negara Nomor 176 Tahun 1951 pada 28 November 1951. Sejak saat itu, secara
yuridis gambar lambang negara rancangan Sultan Hamid II secara resmi menjadi Lambang
Negara Kesatuan RI.
Sebelum meninggal dunia, Sultan Hamid II yang didampingi sekretaris pribadinya, Max
Yusuf Alkadrie menyerahkan gambar rancangan asli lambang negara yang sudah disetujui
Presiden Sukarno kepada Haji Mas Agung–Ketua Yayasan Idayu, pada 18 Juli 1974.
Gambar rancangan asli itu sekaligus diserahkan kepada Haji Mas Agung di Jalan Kwitang
Nomor 24 Jakarta Pusat.
Pada 5 April 1950, Sultan Hamid II dikait-kaitkan dengan peristiwa Westerling sehingga
harus menjalani proses hukum dan dipenjara selama 16 tahun oleh pemerintah Sukarno.
Sejak itulah, nama Sultan Hamid II seperti dicoret dari catatan sejarah. Jarang sekali buku
sejarah Indonesia yang terang-terangan menyebutkan Sultan Hamid sebagai pencipta gambar
Burung Garuda. Orang lebih sering menyebut nama Muhammad Yamin sebagai pencipta
lambang negara.
Ada kesan Sultan Hamid II yang sangat berjasa sebagai perancang lambang negara sengaja
dihilangkan oleh pemerintahan Sukarno. Kesalahan sejarah itu berlangsung bertahun-tahun
hingga pemerintahan Orde Baru.
Dalam tesisnya, Turiman menyimpulkan, sesuai Pasal 3 Ayat 3 (tiga) UUD Sementara 1950
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.
Berdasarkan Pasal 23, 3, jo PP Nomor 60/1951 itu ditentukan bahwa bentuk dan warga serta
skala ukuran lambang negara RI adalah sebagaimana yang terlampir secara resmi dalam PP
66/51, Lembaran Negara Nomor 111 serta bentuk lambang negara yang dimaksud adalah
lambang negara yang dirancang oleh Sultan Hamid Alkadrie II yaitu Burung Garuda. Bukan
lambang negara yang dibuat oleh Muhammad Yamin yang berbentuk banteng dan matahari.
“Sudah jelas bahwa lambang negara Burung Garuda adalah buah karya Sultan Hamid
Alkadrie II,” kata Turiman yang juga dosen Pascasarjana Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Turiman menambahkan, sudah sewajarnyalah negara, mengembalikan nama baik Sultan
Hamid Alkadrie II sebagai pencipta lambang negara yang terlepas dari masalah politik lain
yang ditimpakan kepadanya. Sejarah, kata Turiman, harus diluruskan agar anak cucu tidak
ikut-ikutan salah termasuk memberikan penghormatan kepada Sultan Hamid Alkadrie II
sebagai pahlawan nasional seperti halnya W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya.
Hal yang sama juga disuarakan Sultan Syarif Abubakar Alkadrie–pemegang tampuk
kekuasaan Istana Kadriah Kesultanan Pontianak–yangmenjadi ahli waris Sultan Hamid
Alkadrie II. Menurut dia, negara pantas memberikan penghargaan terbaik kepada almarhum
Sultan Hamid Alkadrie II atas jasanya menciptakan lambang negara Burung Garuda.
Penghargaan yang tepat adalah pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sultan Hamid
Alkadrie II.
Sultan Syarif Abubakar mengatakan, sejarah harus diletakkan pada porsinya semula.
Pemutarbalikan fakta sejarah yang terjadi saat ini sangat merugikan generasi mendatang.
Sebab, mereka tidak akan pernah tahu tentang pencipta lambang negaranya, Burung Garuda.
Untuk mengembalikan fakta sejarah yang sebenar-benarnya mengenai pencipta lambang
negara Burung Garuda yang dirancang oleh Sultan Hamid Alkadrie II ini, pihak ahli waris
dan Pemerintah Kalbar serta Universitas Tanjungpura pernah menyelenggarakan seminar
nasional di Pontianak. Ketua DPR Akbar Tandjung juga hadir dalam acara yang berlangsung
pada 2 Juni 2000. Saat itu, Akbar Tandjung yang Ketua Umum Partai Golongan Karya juga
mengusulkan agar nama baik Sultan Hamid Alkadrie II dipulihkan dan diakui sebagai
pencipta lambang negara. Sayangnya, usulan itu cuma sampai di laci ketua DPRD saja tanpa
ada langkah lanjutan hingga detik ini.
Sultan Hamid Alkadrie II melewati masa kecilnya di Istana Kadriah Kesultanan Pontianak
yang dibangun pada 1771 Masehi. Dia sempat diangkat sebagai Sultan Pontianak VII pada
Oktober 1945. Sultan Hamid II juga pernah menjadi Kepala Daerah Istimewa Kalbar pada
1948. Foto- foto Sultan Hamid Alkadrie II dan karya besarnya lambang negara Burung
Garuda di Balairung Istana Kadriah Kesultanan Pontianak.
PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
Dari Dulu Hingga Kini
Cikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di
Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada
di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan
keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama,
yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni
Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati
menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun
dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober
1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan
pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri
pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga
organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk
semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada
keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda
dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk
melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina
melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat
dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan
pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.
APEL
Komandan Peleton mengambil alih komando Pasukan di istirahatkan“Komando saya ambil
alih, siap grak, istirahat ditempat,grak,Ketika memberi komando,komandan ada di depan
pasukan dan setelah mengistirahatkan pasukan,komandan di samping kanan.Pada saat
Pembina apel memasuki lapangan,pasukan disiapkan kembali oleh komandan “Siap,grak
“Penghormatan
Kepada Pembina apel,hormat,grak”.Laporan“Lapor Apel…….siap
dilaksanakan,lanjutkan”.Amanat“Untuk amanat,istirahat di tempat,grak”
Setelah amanat,pasukan disiapkan“Menyanyikan lagu Indonesia Raya”.
Selesai Penghormatan“Kepada Pembina apel,Hormat,grak”.Sebelum penghormatan
Komandan Laporan terlebih dulu“Apel ………. telah dilaksanakan,laporan selesai”
Ketika Pembina Apel Keluar Lapangan,komandan kembali kedepan pasukan dan memberi
komando.“Untuk melaksanakan tugas,bubar,jalan”.
Kendit Pengukuhan
Dahulu kendit pangukuhan tidak bermotif , maka oleh bpk h.idik sulaeman disempurnakan
berupa gambar 17 mata rantai bulat dan belah ketupat , yang membentuk kalimat “ pandu ibu
indonesia ber – pancasila “. Yang ukuran semula panjang 17 cm , lebar 5 cm , lalu di ubah
menjadi 140 cm , untuk panjang & lebar 5 cm.kendit ini di pakai hanya pada saat pengukuhan
saja & warnanya di sesuaikan dengan warna lencana kepemimpinan yang di pakainya.
Perlengkapan pakaian dinas paskibra
1. Kopiah / peci hitam pada bagian kiri disematkan burung garuda standar istana merdeka
2. Badge lambang daerah pada lengan kiri badge korps paskibraka pada lengan kanan
3. Lencana kepemimpinan di atas saku kiri baju badge nama & asal sekolah / daerah untuk
tingkat nasional & propinsi untuk tingkat kota madya / kabupaten
4. Sarung tangan putih kop merah putih
perawatan kaos paskibra ( pakaian dinas lapangan / pdl ) ketika kita dapat pdl paskibra,sering
menyepelekan sablonan yang tertulis di kaos tersebut , padahal kaos pdl asal cuci , bisa
melunturkan warna & sablonan kaos tersebut.untuk menghindari itu semua , sebelum kaos
pdl dengan pelicin pakaian ( setrika )terutama di bagian sablonan , dengan cara kaos sablonan
di balik ini akan menghasilkan maksi sehingga ketika direndam di air.saat pakaian di rendam
di dalam air yang berditerjen , jangan melebihi 30 menit / 1 jam , di lanjutkan dengan di bilas
dengan tangan , jangan menggunakan sikat cuci , karena bisa merusak pdl.
Jemur kaos pdl dengan keadaan terbalik , apabila berhadapan langsung dengan sinar
matahari.
Perawatan sabuk paskibra (menggunakan brasso)
periksakembali sabukyang kita terima , bisa saja sabuk yang kita terima ada kerusakan
sebaiknya perawatan sabuk paskibra sesering mungkin di bersihkan dengan brasso , caranya
:teteskan brasso ( satu tetes ) di atas permukaan sabuk dan digosok dengan jari telunjuk ,
hingga kotoran yang ada disabuk terangkat / teruhat ( berwarna hitam ), gosok berulang -
ulang kali , sehingga yang menghasilkan yang sempurna setelah ( sudah yakin ) semua
kotoran terangkat , bersihkan dengan kain / kapas hingga bersih dan terlihat kilau kuning
keemasan dari sabuk tersebut. Apabila menginginkan hasil yang lebih sempurna sehabis
digosok , jemur kepala sabuk di sinar matahari selama satu jam . Jangan sekali – kali sabuk di
gunakan ketika tidur sehingga sabuk tergores / lecet , baik dilantai / benda kasar lainya . Paga
sabuk dari air asin ( air laut )/ selain air tawar, yang bisa mengakibatkan sabuk menjadi
berkarat dan susah hilang .
Perawatan topi paskibra
gunakan topi paskibra , apabila benar – benar penting untuk di pakai seperti latihan lapangan
dan apel , supaya warna topi tidak cepat pudar karena sinar matahari. Mencuci topi paskibra ,
gunakan sabun cuci atau ditergen yang sudah di larutkan didalam air , ( tidak langsung
menggunakan sabun cuci ( sabun colek ) / ditergen ).sikat secara perlahan (gunakan dengan
sikat gigi pada bordiran ) agar bordiran tidak cepat rusak , lakukan berulang – ulang kali
hingga kotoran hilang. Jemur topi di tempat yang tidak berhadapan langsung dengan sinar
matahari , karena sisa sabun cuci yang ada di topi bisa melunturkan warna , baik topi maupun
bordiran.
PENGENALAN PASKIBRAKA
SEJARAH
Pengibar Bendera pusaka yang pertama adalah Bapak Latief Hendradiningrat dan
Suhud S. Menjelang HUT Kemerdekaan RI ke-2. Presiden Soekarno memanggil salah satu
ajudannya yaitu Bapak Mayor ( L) Husein Mutahar untuk bertugas dan memimpin Upacara
Peringataan Kemerdekaan RI ke-2 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta
tanggal 17 Agustus 1946.
Gagasan yanga ada dibenak beliau adalah bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan
bangsa, maka pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia.
Kemudian beliau memilih 5 orang pemuda sebagai simbol Pancasila, 3 orang putri dan 2
orang putra. Salah satunya adalah Titik Dewi pelajar SMA dari Sumatera Barat, yang tinggal
di Yogyakarta. Formasi pengibaran tersebut dilakukan juga pada tahun 1947 dan tahun 1948.
Peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama kalinya dilaksanakan di Istana Negara
Jakarta tanggal 17 Agustus 1950 yang mana kemudian regu-regu pengibaran bendera
ditentukan dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
Tanggal 5 Agustus 1966 Bapak H. Mutahar menjadi Direktur Jenderal Urusan
Pemuda dan Pramuka/ Dirjen UDAKA, yang salah satu kegiatannya adalah Pandu Indonesia
ber-Pancasila, sempat dua kali diadakan yaitu tahun 1966-1967, kemudian diuji cobakan
untuk kurikulum pembinaan, Pasukan Penggerek Bendera Pusaka 1967, dengan
menggunakan sistem pendekatan Keluarga Bahagia yang penerapannya berupa gambaran
Desa Bahagia.
Tahun 1967 Bapak H. Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menyiapkan
pelaksanaan Pengibaran Bendera Pusaka pada Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI
dengan ide dasar tahun 1946, maka beliau mengembangkan menjadi 3 kelompok :
PENGERTIAN
DASAR
- Rasa senasib, sepenanggungan dan seperjuangan.
- Rasa persaudaraan dan kekeluargaan
- Rasa persatuan dan kesatuan menuju pertahanan dan keamanan.
TUJUAN
- Membentuk pemuda yang bermental baik.
- Membentuk persaudaraan antara pemuda .
- Menjadikan pemuda sebagai pelopor dan Pandu Ibu Pertiwi.
BARIS BERBARIS PASKIBRAKA
Baris berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan pengibaran Bendera Sang
Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak akan sangat mempengaruhi jiwa dan
semangat Paskibraka untuk melaksanakan tugas. Kekompakan anggota Paskibraka tercermin
dari sikap disiplin dalam melaksanakan baris berbaris dan membentuk formasi.
Peraturan Baris Berbaris.
Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan Baris Berbaris
Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris Angkatan Bersenjata.
Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan peraturan yang terakhir adalah Skep
Pangab nomor : Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985, tetapi tahun 1992 ada perubahan
pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan langkah tegap dari 96 langkah tiap menit
menjadi 120 langkah tiap menit.
Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan menggunakan
senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris militer tersebut diterapkan
disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan Paskibraka harus mengacu pada
peraturan baris berbaris tanpa senjata yang berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan
sendiri.
Pelatih.
Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan dasar itu
pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena dianggap lebih memahami peraturan
tersebut dan dapat memberikan ilmu baris berbaris sesuai peraturan yang berlaku. Didalam
perkembangannya pelatih disekolah banyak yang melibatkan para purna paskibraka untuk
melatih baris berbaris, namun harus dipahami bahwa siapapun yang memberikan latihan baris
berbaris baik dari unsur militer maupun sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman
pada Peraturan Baris Berbaris yang berlaku.
Kewajiban Pelatih.
Keberhasilan latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan kesanggupan seorang
pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan bisa mencapai hasil yang
sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai kemampuan ilmu melatih sesuai peraturan
peraturan yang berlaku dan kemampuan psikologis untuk mengerti kemampuan anak
didiknya. Pelatih yang berkualitas harus mempunyai dasar-dasar melatih dan mempersiapkan
segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya antara lain :
1. Perasaan kasih sayang,
Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.
2. Persiapan
Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus mempersiapkan
program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat yang diperlukan, tempat dan
lain sebagainya.
3. Mengenal tingkatan anak didik.
Kemampuan setiap anak didik berbeda-beda dalam menyerap materi latihan yang diberikan, oleh
sebab itu pelatih harus dapat memahami kemampuan setiap anak didiknya dan memberikan
metode latihan sesuai yang dibutuhkan sehingga pada akhirnya dapat dicapai suatu hasil yang
optimal.
4. Tidak sombong
Keahlian dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau hanya
dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak didiknya dengan
kesabaran dan ketelatenan.
5. Adil
Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal dengan cara
memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.
6. Teliti
Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan sehingga dapat menerapkan
gerakan sesuai dengan aturan yang benar.
7. Sederhana
Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak didik.
8. Teladan
Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan, memberikan teladan
dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka dapat melakukan gerakan
dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih sebaiknya tidak usah terlalu banyak bercerita
atau memberikan pengarahan-pengarahan yang tidak perlu sebab yang diperlukan adalah
pengulangan latihan-latihan setiap gerakan sehingga anak didik benar-benar memahami
setiap gerakan dan dapat melaksanan dengan benar.
Perbandingan pelatih
Untuk latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat menentukan ratio
pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris maka ratio 1 : 15 atau 1 : 20 adalah ratio
yang ideal, kalau terlalu banyak pelatih akan membuat anak didik menjadi bingung. Dalam
melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan mengatur pembagian-pembagian kelompok
kecil, pemberian aba-aba gerakan dan lain sebagainya.
Program latihan
Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :
1. Gerakan ditempat.
Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap, istirahat, hormat, lencang
kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya. Gerakan ditempat adalah kunci sukses dalam
latihan baris berabris. Dalam latihan awal ini ketegasan pelatih mutlak diperlukan, karena jika
anak didik sudah terbiasa dengan aba-aba dan gerakan yang tegas serta kompak maka dalam
latihan pindah tempat dan berjalan akan menjadi mudah, karena secara emosi mereka sudah
mulai terarah pada gerakan-gerakan selanjutnya.
2. Gerakan pindah tempat
Gerakan baris berbaris dengan pindah tempat tanpa melakukan gerakan berjalan, misal : 2
langkah kedepan/kebelakang, geser ke kekiri/kanan dan lain sebagainya
3. Gerakan berjalan.
Dalam latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan lebih mudah untuk memperhatikan dan
mengoreksi gerakan setiap anggota, setelah anggota pasukan dianggap mampu baru digabung
menjadi kelompok yang besar.
a. Langkah Biasa
Yaitu membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa, hal ini juga
dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman langkah.
b. Langkah Tegap
Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris dengan sikap yang tegap baik ayunan
tangan dan kaki, termasuk hentakan kaki sehingga dapat menimbulkan irama yang tegap,
kompak dan mantap.
Dalam langkah tegap kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus benar-benar
diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan dalam dalam berbaris.
c. Latihan tempo melangkah.
Saat latihan baris berbaris yang harus diperhatikan adalah tempo langkah baris berbaris dan
kekompakan untuk melaksanakan sesuai peraturan tempo yang berlaku.
Untuk latihan tempo berjalan maka para pelatih dapat menggunakan tape recorder dan memutar
lagu-lagu mars sesuai dengan tempo yang berlaku. Saat ini tempo langkah baris berbaris yang
berlaku adalah 120 langkah per menit dengan panjang langkah 65 cm.
Berbaris sambil diiringi lagu-lagu mars akan membuat semua anggota pasukan lebih mudah
menyeragamkan langkah sesuai dengan tempo lagu yang diputar.
Dalam latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok
bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat dan langkah biasa atau langkah
tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan mempermudah saat melakukan formasi pengibaran
bendera, karena saat melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan langkah tegap
akan saling mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama dan kompak
Pujian dan Hukuman
Dalam latihan baris berbaris kadang-kadang ada anggota yang melakukan gerakan-gerakan
yang sangat kompak dan bagus dalam melakukan gerakan. Pelatih yang baik akan selalu jeli
terhadap semua gerakan anak didiknya,dan disaat istirahat maka pelatih sebaiknya tidak
segan-segan untuk memberikan pujian. Tetapi apabila ada anggota pasukan yang melakukan
kesalahan-kesalahan dalam melakukan baris berbaris maka pelatih dalam memberikan
hukuman harus jelas arahnya agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Hukuman sebaiknya
tidak berupa hukuman phisik yang dilakukan secara langsung misal push up, squat jam dan
lain-lainnya, karena :
Hukuman seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan kondisi
phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain tidak dapat
meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat mendidik dan membuat anggota yang
melakukan kesalahan benar-benar merasakan bahwa akibat kesalahan yang dilakukan akan
merugikan anggota yang lain.
Jika ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang bersangkutan dipisah
dan secara individual diberikan arahan dan dikoreksi gerakan-gerakannya. Jika kesalahan
dilakukan saat melakukan gerakan ditempat maka dapat diberi hukuman dengan melakukan
gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10 kali, dengan cara seperti ini selain akan
meningkatkan kemampuan anak didik juga sebagai bentuk latihan khusus sehingga anggota
tersebut dapat lebih memahami kekurangannya dan memperbaiki dengan cepat, sedang
manfaat pelatih dengan memberi hukuman seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan
anggotanya secara cepat tanpa merugikan yang lain.
Jika kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota tersebut dapat
diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/ personal. Dengan cara ini palatih
dapat memperhatikan kemampuan secara individu, sedang bagi anggota yang melakukan
baris berbaris sendiri akan menimbulkan perasaan malu karena telah melakukan kesalahan
dan pasti dia akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
Hukuman-hukuman yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya sudah
saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara keseluruhan dan
bersifat kurang mendidik. Jika ada yang beralasan kalau hukuman tersebut untuk
meningkatkan kondisi phisik, maka pelatih yang mengatakan hal tersebut harus
meningkatkan pemahaman tentang latihan baris berbaris yang benar,sebab saat sudah masuk
latihan baris berbaris Paskibraka kondisi phisik peserta harus baik dan peningkatan kondisi
phisik secara instant akan membuat peserta kurang sehat sehingga tidak dapat berprestasi
dengan optimal.
TATA TERTIB PASKIBRAKA
1. PASKIBRA
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air
dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam
rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.Peserta kegiatan ini adalah
pria dan wanita yang telah dipilih / mewakili kelasnya untuk mengibarkan / menurunkan
Bendera pada setiap Upacara rutin di sekolah atau memperingati hari Proklamasi pada
tanggal 17 Agustus dan upacara bendera hari besar nasional lainnya.
2. PASKIBRAKA
1. Pengertian PaskibrakaPASKIBRAKA ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela
negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka
pembentukan character building generasi muda Indonesia. Peserta kegiatan ini adalah pria
dan wanita yang telah terpilih untuk mewakili propinsinya dalam acara pengibaran dan
penurunan Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan 17 Agustus dalam rangka
Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Tahap Seleksi Calon Anggota PaskibrakaSemua calon akan di pilih dari sekolah tingkat
SLTA lalu mengikuti seleksi tingkat II.Sekolah – Kecamatan – Kabupaten – Propinsi –
Nasional Skema tahap – tahap seleksi : - Paskibra Sekolah- Sekolah- Paskibra Kabupaten-
Paskibra Propinsi- Paskibra Nasional- Kabupaten- Propinsi- Nasional
6. Warna kuning di gunakan untuk kalangan senior atau pembina PASKIBRAKA yang
mempunyai prestasi dalam bidang kepemudaan di tingkat PASKIBRAKA
5. HALENTRI PASKIBRA
3. Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan, jangan
membuang pandangan / muka.
3. Halentri Bertamu
1. Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan. 2.
Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.
4. Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap duduk yang
baik.
. Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan menjawab
dengan menggunakan kepala ).
10. Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.
4. Halentri Makan
2. Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.
Calon PaskibraCalon paskibra adalah anggota OSIS yang berada di SMA yang merupakan
satuan organisasi kotamadya yang akan mendapatkan pendidikan dasar calon paskibra selama
satu tahun ajaranTitik berat dalam latihan dasar calon paskibra: Untuk mencapai usaha-usaha
kearah pembentukan paskibra kotamadya yang mempunyai kedisiplinan, kesadaran
berbangsa, bernegara dan kesadaran nasional yang tinggi serta mempunyai nilai-nilai
kehormatan terhadap lingkungan, organisasi berbangsa dan negeri sendiri.
TATA UPACARA BENDERA (TUB)
TATA UPACARA BENDERA (TUB)
ARTI
Tata : mengatur, menata, menyusun
Upa : rangkaian
Cara : tindakan, gerakan
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan
tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai
budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri
khas yang membedakan dengan bangsa lain.
SEJARAH
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara
selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)
MAKSUD DAN TUJUAN
a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari
seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para
siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan
ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah,
yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
PEJABAT UPACARA
1. Pembina Upacara
2. Pemimpin Upacara
3. Pengatur Upacara
4. Pembawa Upacara
PETUGAS UPACARA
a. Pembawa naskah Pancasila
b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Pembaca Do’a
d. Pemimpin Lagu
e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
f. Kelompok Pembawa Lagu
g. Cadangan tiap perangkat
PERLENGKAPAN UPACARA
1) Bendera Merah Putih
Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
2) Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5
3) Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik
4) Naskah-naskah
a. Pancasila
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Naskah Do’a
d. Naskah Acara
BENTUK-BENTUK KENAKALAN
YANG TIDAK BOLEH DIKERJAKAN
Pergi tidak pamit atau tanpa izin dari orang tua / wali.
Menentang orang tua atau wali.
Tidak sopan terhadap orang tua/wali atau pengasuh, keluarga, guru atau orang lain
yang lebih tua.
Menjelekkan nama baik orang tua / keluarga.
Suka berbohong.
Memiliki atau menggunakan alat-alat yang dapat membahayakan dirinya atau orang
lain yang tidak diperuntukkan baginya.
Berpakaian tidak senonoh.
Menghias diri secara tidak wajar, dan menimbulkan celaan masyarakat.
Suka keluyuran / keluar rumah tanpa tujuan yang jelas.
Membolos sekolah.
Menentang guru.
Berlaku tidak senonoh di hadapan umum.
Berkeliaran malam hari.
Bergaul dengan orang-orang yang reputasinya jelek.
Berada di tempat yang tidak baik bagi perkembangan jiwa remaja / terlarang untuk
remaja.
Pesta-pesta musik semalam suntuk tanpa dikontrol, dan acara-acaranya tidak sesuai
dengan kebiasaan sopan santun.
Membaca buku-buku yang isinya dapat merusak jiwa remaja.
Memasuki tempat-tempat yang membahayakan keselamatan jiwanya.
Berkebiasaan berbicara kotor, tak senonoh, cabul dihadapan seseorag atau dihapan
umum.
Ramai-ramai menonton pertunjukkan, makan dan dengan sengaja tidak membayar.
Meminum-minuman keras.
Merokok di tempat umum sebelum batas umur yang pantas.
Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman umum.
membuang kotoran-kotoran / sampah pada sembarang tempat.
12 GERAKAN DASAR
1. Sikap sempurna
2. Hadap serong kanan
3. Hadap serong kiri
4. Hadap kanan
5. Hadap kiri
6. Balik kanan
7. Lencang kanan
8. Lencang depan
9. Jalan di tempat
10. Hormat
11. Berhitung
12. Istirahat di tempat
12 GERAKAN DASAR
1. Sikap sempurna
2. Hadap serong kanan
3. Hadap serong kiri
4. Hadap kanan
5. Hadap kiri
6. Balik kanan
7. Lencang kanan
8. Lencang depan
9. Jalan di tempat
10. Hormat
11. Berhitung
12. Istirahat di tempat
Selain itu, pemimpin yang indah adalah pemimpin yang mempunyai inisiatif dan mentalitas
yang tinggi, kreatif, konstruktif, dan memiliki konsepsual yang dapat mencerna masalah.
Seorang pemimpin juga harus kritis, yaitu memiliki kemampuan dan keberanian dalam
meluruskan masalah; meteorologis, yaitu dapat mengambil jarak; serta logis, yaitu sesuai
dengan peraturan dan rasional.
Elemen yang harus ada dalam kepemimpinan, yaitu :
1. Leader (pemimpin);
2. Follower (sekelompok orang yang mengikuti pemimpin); dan
3. Leadership (jiwa memimpin, manajemen, administrasi, pengetahuan, dan sebagainya).
Yang perlu diingat adalah, bahwa pemimpin itu bukanlah suatu jabatan, melainkan
kemampuan.
Profesionalisme
Profesionalisme adalah paham yang mengajukan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan
oleh orang yang profesional. Sedangkan pengertian profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang dikerjakan seseorang. Profesional adalah suatu keahlian, kompetensi atau
kualitas yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan profesinya atau pekerjaannya.
Tiga syarat profesional, yaitu :
1. Adanya keahlian;
2. Tanggung jawab;
3. Kejawatan.
Ciri-ciri profesional, antara lain :
1. Memahami karakteristik obyek;
2. Memiliki keterampilan khusus;
3. Memiliki keahlian di bidangnya;
4. Motivasi tinggi;
5. Kreativitas yang tinggi;
6. Berdisiplin;
7. Mandiri;
8. Mampu mengisi lowongan kerja sesuai pembangunan dan menciptakan kerja baik untuk
dirinya maupun orang lain.
Langkah menuju sukses :
1. Tujuan;
2. Bagaimana cara; Sikap.
Bendera
Bendera adalah secarik benda berwujud kain tipis berisi bentukan dan warna, berkibar ditiup
oleh angin pada sebatang tiang atau seuntai tali sebagai panji-panji, tanda ciri atau tanda
pengingat. Warna untuk bendera merah putih, yaitu warna merah cerah dan putih jernih.
Arti pusaka :
1. Harta atau benda peninggalan orang yang telah meninggal;
2. Harta yang turun temurun dari nenek moyang.
Bentuk dan ukuran serta warna bendera kebangsaban RepublikIndonesia
1. Berbentuk segi empat panjang berukuran 2 : 3 panjang. Bagian atas berwarna merah dan
bagian bawah berwarna putih;
2. Panjang bendera 90 cm dan lebar 60 cm.
Sang merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertepatan dengan
hari Sumpah Pemuda, bertempat di Jakarta dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya. Sang
merah putih ditetapkan sebagai bendera negara RepublikIndonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 bertempat di gedung Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Bendera merah putih
dibawa kembai ke Jakarta tanggal 28 Desember 1949.
Kesulitan atau gangguan yang mungkin terjadi pada saat Tata Upacara Bendera
1. Kesulitan pada kerekan macet
Upacara tetap berjalan terus, setelah selesai kerekan dibetulkan.
2. Tali kerekan putus
Kelompok Pengibar Bendera berusaha menangkap bendera yang jatuh dan merentangkan
bendera tegak lurus sampai upacara selesai, kemudian bendera dilipat sesuai dengan
ketentuan untuk disimpan.
3. Tiang bendera jatuh/rebah
Kelompok Pengibar Bendera berusaha menangkap tiang bendera. Bila tidak memungkinkan
dipertahankan seperti di atas.
4. Bendera terbalik
a. Apabila pemasangan bendera ke tali sudah benar namun membentangkannya salah, maka
cukup dengan menukar tegangan/menarik bendera.
b. Apabila pemasangan bendera ke tali sudah salah, maka petugas segera memperbaiki
bendera mulai dari melipat hingga merentangkan kembali bendera.
5. Cuaca buruk atau hujan
Apabila sebelum upacara dilaksanakan terjadi cuaca buruk atau hujan, maka penaikan
bendera dibatalkan. Sedangkan pada saat upacara berjalan kemudian turun hujan, maka
upacara dilanjutkan sampai bendera di puncak tiang bendera dan lagu kebangsaan selesai
dinyanyikan.
Arti dan Warna Merah Putih
Warna merah dan putih telah dikenal oleh nenek moyang bangsaIndonesia sejak sekitar 6.000
tahun yang lalu. Warna merah melambangkan warna yang dapat menahan hawa jahat,
sedangkan warna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati ksatria. Pada saat
perjuangan kemerdekaan, warna merah dan putih melambangkan keberanian dan ketulusan
bunga bangsa dalam mempertahankan ibu pertiwi yang merupakan nyawa bagi suatu bangsa.
SEJARAH PASKIBRA
Pengibaran Bendera Pusaka pertama kali oleh Bapak Latif Hendraningrat dan Suhud S.
Menjelang Hut RI ke-2 Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya yaitu Mayor
Husein Mutahar untuk menyiapkan dan memimpin upacara peringatan Hut RI tersebut,di
halaman istana presiden.Gedung agung Jogyakarta tanggal 17 Agustus 1956.
Dan untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa,maka pengibaran bendera sebaiknya
dilakukan oleh para pemuda dilakukan se-indonesia dan beliau
Memilih 5 orang pemuda sebagai simbol pancasila,terdiri dari 3 putri dan 2putraFormasi ini
masih dilakukan sampai tahun 1947 dan 1948.HUT Kemerdakaan RI pertama kalinya
diadakan di Jakarta pada tanggal 17Agustus 1950 yang mana kemudian regu Pengibaran
ditentukan dan diatur oleh
Rumah Tangga Kepresidenan.Tanggal 5 Agustus 1966 BPK Muthar menjadi Dirijen Urusan
Pemuda dan salah satunya ialah latihan “PANDU IBU INDONESIA BERPANCASILA “dan
uji coba untuk kurikulum pembinaan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka 1967.Tahun 1967
Bapak Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menyiapkan pelaksanaan Pengibaran
Bendera Pusaka dan dengan ide Formasi. Pada tahun 1946 beliau mengembangkan menjadi
tiga pasukan :
Pasukan 17 Pengiring Bendera ( Pemandu )
Pasukan 8 Pembawa Bendera ( inti )
Pasukan 45 Pengawal Bendera
Tahun 1967-1972 Anggota yang terlibat dalam Pengibaran Bendera,sebagai Pasukan
Pengerek Bendera Pusaka ( PASKERAKA ) tapi pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman
melontarkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
( PASKIBRAKA ).Kemudian pada tahun 1989 tanggal 22 Desember diadakan Musyawarah
Nasional ( MUNAS ) Purna Paskibraka Indonesia ( PPI ) di Cipayung Bogor.Pada tahun
1995 tepatnya pada tanggal 18-22 Januari diadakan MUNAS Ke-2 yang menghasilkan
keputusan perubahan Anggaran Dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ).Juga
menetapkan Paskibra Sekolah SMU menjadi Purna Paskibraka Indonesia dan menetapkan
pengurus baru untuk tahun 1955-1959. MUNAS k-3 dilaksanakan di Lembang Bandung.
Di Indramayu di bentuk pada tahun 1989 oleh Pembantu Letnan 1 Mat Arief Bapak Mutahar
berasal dari Sumatra Barat tepatnya di Bukit Tinggi.
PENGERTIAN
PASKIBRA adalah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Profinsi dengan Sejumlah 54 orang
bertugas untuk Pengibaran dan Penurunan Bendera Pusaka.
LAMBANG ANGGOTA PASKIBRA
SETANGKAI BUNGA TERATAI
Pada awal berdirinya lambang yang dipergunakan adalah bintang
Segi lima besar,untuk ciri pemuda.Pada tahun 1973 Bapak H.Idik Sulaeman menetapkan
lambang setangkai bunga teratai yang bermakna sebagai berikut :
*Setangkai bunga teratai yaitu :
Anggota Paskibra adalah pemuda yang
tumbuh dari bawah ( orang biasa ) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
*Tiga helai bunga yang tumbuh ke atas yaitu :
Belajar – Bekerja – Bekerji
*Tiga helai daun yang tumbuh mendatar yaitu :
Aktif dan disiplin
*Jumlah mata Rantai mengelilingi ada 32 yang terdiri
1.Putri lambangnya lingkaran yang berjumlah 16 buah
2.Putra lambangnya belah ketupat yang berjumlah 16 buah
( keduanya melambangkan persatuan dari kesatuan )
*Warna hijau melambangkan Pemuda yang kreatif
*Bunga teratai dilingkari 16 lingkaran dan 16 buah belah ketupat yang
artinya anggota Paskibra dari 16 Penjuru arah mata angin tanpa
membeda – bedakan SARA ( Suku,Adat,Rasa,dan Agama ). height: 18pt;">Makna Sang
Merah Putih
Kata Sang pada Sang Merah Putih ,termasuk jenis kata sandang,digunakan untuk
menghormati sesuatu ( Sang Merah Putih,Sang Maha Kuasa).
Bendera Merah Putih mempunyai kedudukan yang tinggi menurut Pandangan masyarakat
indonesia,sehingga bergelar Sang Merah Putih yang
Berarti warisan yang di muliakan,yang merupakan lambang kemerdekaan dan
Kedaulatan negara.
Bendera Pusaka ialah Bendera Bebangsaan yang digunakan pada
Upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta 17 Agustus 1945. Bendera Pusaka hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus, pada waktu Upacara Penaikan dan
Penurunan Bendera Kebangsaan, maka semua yang hadir tegap diam diri, sambil menghadap
kebendera, tangan mengangkat sampai upacara selesai.
Pada waktu di kibarkan atau di bawah, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh tanah, air
atau benda lainnya,pada bendera kebangsaan tidak boleh di taruh
lencana,huruf,kalimat,Angka,gambar,atau tanda-tanda lainnya.
KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
Pemimpin ialah seorang yang menggerakan orang lain dengan suatu
Yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan ialah sendi yang menggerakan orang lain dalam rangka Mencapai tujuan
tertentu.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
1. Pola Kepemimpinan Formal
2. Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.
APEL
Komandan Peleton mengambil alih komando Pasukan di istirahatkan“Komando saya ambil
alih, siap grak, istirahat ditempat,grak,Ketika memberi komando,komandan ada di depan
pasukan dan setelah mengistirahatkan pasukan,komandan di samping kanan.Pada saat
Pembina apel memasuki lapangan,pasukan disiapkan kembali oleh komandan “Siap,grak
“Penghormatan
Kepada Pembina apel,hormat,grak”.Laporan“Lapor Apel…….siap
dilaksanakan,lanjutkan”.Amanat“Untuk amanat,istirahat di tempat,grak”
Setelah amanat,pasukan disiapkan“Menyanyikan lagu Indonesia Raya”.
Selesai Penghormatan“Kepada Pembina apel,Hormat,grak”.Sebelum penghormatan
Komandan Laporan terlebih dulu“Apel ………. telah dilaksanakan,laporan selesai”
Ketika Pembina Apel Keluar Lapangan,komandan kembali kedepan pasukan dan memberi
komando.“Untuk melaksanakan tugas,bubar,jalan”.
Kendit Pengukuhan
Dahulu kendit pangukuhan tidak bermotif , maka oleh bpk h.idik sulaeman disempurnakan
berupa gambar 17 mata rantai bulat dan belah ketupat , yang membentuk kalimat “ pandu ibu
indonesia ber – pancasila “. Yang ukuran semula panjang 17 cm , lebar 5 cm , lalu di ubah
menjadi 140 cm , untuk panjang & lebar 5 cm.kendit ini di pakai hanya pada saat pengukuhan
saja & warnanya di sesuaikan dengan warna lencana kepemimpinan yang di pakainya.
Perlengkapan pakaian dinas paskibra
1. Kopiah / peci hitam pada bagian kiri disematkan burung garuda standar istana merdeka
2. Badge lambang daerah pada lengan kiri badge korps paskibraka pada lengan kanan
3. Lencana kepemimpinan di atas saku kiri baju badge nama & asal sekolah / daerah untuk
tingkat nasional & propinsi untuk tingkat kota madya / kabupaten
4. Sarung tangan putih kop merah putih
perawatan kaos paskibra ( pakaian dinas lapangan / pdl ) ketika kita dapat pdl paskibra,sering
menyepelekan sablonan yang tertulis di kaos tersebut , padahal kaos pdl asal cuci , bisa
melunturkan warna & sablonan kaos tersebut.untuk menghindari itu semua , sebelum kaos
pdl dengan pelicin pakaian ( setrika )terutama di bagian sablonan , dengan cara kaos sablonan
di balik ini akan menghasilkan maksi sehingga ketika direndam di air.saat pakaian di rendam
di dalam air yang berditerjen , jangan melebihi 30 menit / 1 jam , di lanjutkan dengan di bilas
dengan tangan , jangan menggunakan sikat cuci , karena bisa merusak pdl.
Jemur kaos pdl dengan keadaan terbalik , apabila berhadapan langsung dengan sinar
matahari.
Perawatan sabuk paskibra (menggunakan brasso)
periksakembali sabukyang kita terima , bisa saja sabuk yang kita terima ada kerusakan
sebaiknya perawatan sabuk paskibra sesering mungkin di bersihkan dengan brasso , caranya
:teteskan brasso ( satu tetes ) di atas permukaan sabuk dan digosok dengan jari telunjuk ,
hingga kotoran yang ada disabuk terangkat / teruhat ( berwarna hitam ), gosok berulang -
ulang kali , sehingga yang menghasilkan yang sempurna setelah ( sudah yakin ) semua
kotoran terangkat , bersihkan dengan kain / kapas hingga bersih dan terlihat kilau kuning
keemasan dari sabuk tersebut. Apabila menginginkan hasil yang lebih sempurna sehabis
digosok , jemur kepala sabuk di sinar matahari selama satu jam . Jangan sekali – kali sabuk di
gunakan ketika tidur sehingga sabuk tergores / lecet , baik dilantai / benda kasar lainya . Paga
sabuk dari air asin ( air laut )/ selain air tawar, yang bisa mengakibatkan sabuk menjadi
berkarat dan susah hilang .
Perawatan topi paskibra
gunakan topi paskibra , apabila benar – benar penting untuk di pakai seperti latihan lapangan
dan apel , supaya warna topi tidak cepat pudar karena sinar matahari. Mencuci topi paskibra ,
gunakan sabun cuci atau ditergen yang sudah di larutkan didalam air , ( tidak langsung
menggunakan sabun cuci ( sabun colek ) / ditergen ).sikat secara perlahan (gunakan dengan
sikat gigi pada bordiran ) agar bordiran tidak cepat rusak , lakukan berulang – ulang kali
hingga kotoran hilang. Jemur topi di tempat yang tidak berhadapan langsung dengan sinar
matahari , karena sisa sabun cuci yang ada di topi bisa melunturkan warna , baik topi maupun
bordiran.
PAKAIAN SERAGAM PASKIBRA
Paskibra Jakarta Timur memiliki beberapa Pakaian seragam atau pakaian dinas yang
digunakan seperti untuk upacara, kegiatan sehari-hari maupun kegiatan lapangan yang
disesuaikan dengan tempat tugas dan fungsinya seperti :
1. Pakaian Dinas Upacara (PDU)
Pakaian untuk menjadi petugas upacara berwarna atas putih dan bawah putih (celana panjang
untuk putra dan rok untuk putri). Terdapat dua bentuk pakaian dinas upacara, yaitu PDU I
dan PDU II. PDU I berbentuk stelan jas, sedangkan PDU II berbentuk pakaian biasa. Pakaian
PDU harus dengan segala kelengkapannya seperti lidah di bahu untuk tempat pangkat, badge
paskibra di kiri dan badge jaya raya di kaman, dengan lencana sesuai tingkatannya di dada
sebelan kiri. Perbedaan PDU I dan II biasanya pada badge yang di bordir untuk PDU I sedang
PDU II bentuk badgenya di sablon. Kelengkapan PDU lainnya adalah :Peci hitam
berlambang Garuda di sebelah kiri depan, syal putih merah di leher, ikat pinggang berwarna
hitam, sarung tangan putih, dan bersepatu pantofel hitam, ditambah kendit berwarna hijau.
3. Pakaian Lapangan
Pakaian lapangan adalah pakaian yang digunakan untuk kegiatan yang bersifat kegiatan di
alam terbuka, dengan warna pakaian atas abu-abu dengan lidah di bahu, berlengan panjang,
dengan badge yang berwarna polos hitam-putih-abu abu (tidak berwarna) lambang paskibra
di lengan kiri dan lambang jaya raya di lengan kanan, dengan papan nama di bordir didada
sebelah kanan. Sedangkan celana berwarna hitam dengan saku menempel diluar samping
paha kiri dan kanan selain saku normal biasa. Kelangkapan lain pakaian lapangan : topi rimba
berwarna hitam, tanpa menggunakan pangkat, ikat pinggang hitam, sepatu lapangan (bisa
sepetu kets, olahraga atau sepatu gunung)
Atribut
Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang
dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri,
sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan.
Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang
Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap
atribut.
Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun
1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya
hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa
digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih
dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan
menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam
Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan
kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih
dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan
bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan
alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal,
seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model
jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan
tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti
orang dewasa.
Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di
atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak
bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan
Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk
pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa
kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu mendapat kritikan negatif dari
sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan dan popularitas pengibar bendera
pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak.
"Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang
lain pula. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota
Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka
itu. Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan
dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat.
Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang
tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa
Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air
yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke
atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar
bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan
persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai
pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku,
agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan
sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan
memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang
telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk mempersatukan korps,
Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps
yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi
dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek
Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat
sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang
tulisan “PASUKANPENGEREK BENDERA PUSAKA”.
Lambang
Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau
bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam
dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR
BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di dalam
perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi Bendera
merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk
dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:
1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia,
warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota
putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan
Indonesia.
3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama
Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya,
termasuk Paskibraka.
4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu
nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap
anggota Paskibraka.
Kendit Kecakapan
TANDA PENGUKUHAN
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis/Pemuka
(sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan tingkat lain)
setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera
Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik
nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya. Tanda
pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada
zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit,
para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan
perbuatannya seharihari. Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat
(1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau
untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/pembina. Karena kendit warna polos
menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan
menjadi kendit bermotif Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti
pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai
belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang
membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.Semula, ukuran lebar dan
panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17
Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik
pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar
5 cm dan panjang 14 dm (140 cm).
Lencana MPG
Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973,
lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm
dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi
berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan
Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk
Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm. Warna
dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama
dengan warna dasar kenditnya.