Anda di halaman 1dari 65

BUKU PANDUAN

PASKIBRA
PASUKAN PENGIBAR BENDERA

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia
sampai akhir zaman.

Penyusunan Buku Panduan Paskibra ini ditulis dengan maksud agar para
anggota Paskibra SEKOLAH memiliki banyak masukkan materi selain materi praktek
sehari – hari, buku panduan ini di sadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
terutama dalam isi dan sistematika penulisannya. Untuk itu tegur sapa dan koreksi dari
semua pihak, khususnya dari para senior, pembina maupun pihak lain di harapkan
guna perbaikan dan penyempurnaan buku panduan ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita
semua. Amin.

Penulis
November 2012

Beni bandaniji aripin

2
DAFTAR ISI

3
SEJARAH PASKIBRAKA

1. BENDERA PUSAKA

Bendera adalah secarik kain yang berisikan bentukan atau warna yang
dipasangkan pada seutas tali atau tiang yang melambangkan suatu organisasi atau
negara. Undang – undang yang menjelaskan tentang arti bendera adalah PP no. 40
tahun 1958.

Bendera merah putih dijahit pertama kali oleh ibu Fatmawati yang pada waktu
itu beliau adalah istri Presiden Ir. Soekarno. Warna merah putih di ambil dari berbagai
sumber salah satunya banyak gambar atau relief peninggalan prasejarah dan sejarah
yang menggunakan kain berwarna merah putih sebagai simbol atau gambar. Selain itu
juga diambil dari sebuah kejadian yang disebut Peristiwa Bendera atau Tragedi
Bendera, pada saat itu pejuang Indonesia menyerang Belanda di Hotel Yamato dan
pejuang berhasil ke puncak menara hotel tersebut dan merebut bendera Belanda lalu
merobek kain yang berwarna biru sehingga jadilah bendera merah putih yang setelah
itu dikibarkan kembali.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari


jumat, 17 Agustus 1945, jam 10:00 dijalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Setelah
pernyataan Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi bendera
kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang muda mudi dan di pimpin Bapak
Latief Hendradiningrat. Bendera ini di jahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan
bendera ini pula yang kemudian disebut “ Bendera Pusaka”

Bendera pusaka berkibar siang dan malam ditengah hujan tembakan sampai
ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Pada tanggal 4 Januari 1946 karena ada aksi teror yang dilakukan Belanda
semakin meningkat, maka presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia dengan
menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta.

Bendera pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukan dalam kopor pribadi


Presiden Soekarno. Selanjutnya ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta.

Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarakan agresinya yang kedua. Pada


saat Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein
Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno dan di tugaskan untuk menyelamatkan
Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari
sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia.

4
Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Hussein Mutahar
harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.Untuk mengetahui saat-saat
penyelamatan Bendera Pusaka, maka terjadi percakapan yang merupakan perjanjian
pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Hussein Mutahar yang terdapat dalam
Buku Bung Karno “ Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adams :

“Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku ( Presiden


Soekarno, Pen ).” Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu,”kataku
ringkas. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun
juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu.
Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Disatu waktu, jika Tuhan mengizinkannya
engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali
kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau
gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakan tugasmu kepada orang lain dan
dia harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya.
Mutahar terdiam, Ia memejamkan matanya dan berdoa disekeliling kami bom
berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota.
Tanggungjawabnya sungguh berat, akhirnya ia memecahkan kesulitan ini dengan
mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belahan dari Bendera itu.”

Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan antara Bendera
Pusaka yang telah dijahit tangan Ibu Fatmwati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah
Bendera Pusaka dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu merah dan
putih dimasukan pada dasar dua tas milik Bapak Hussein Mutahar, selanjutnya pada
kedua tas tersebut dimasukan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera
Pusaka ini dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar mempunyai pemikiran bahwa
apabila Bendera Pusaka ini dipisah maka tidak dapat disebut Bendera, karena hanya
berupa dua carik kain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari
pihak Belanda.

Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap


dan diasingkan, kemudian Bapak Hussein Mutahar dan beberapa staf Kepresidenan
juga ditangkap dan diangkut dengan pesawat Dakota. Ternyata mereka di bawa ke
Semarang dan di tahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak Hussein
Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.

Di Jakarta beliau menginap dirumah Bapak R. Said Soekanto Tjokroaminoto (


Kapolri I ). Beliau selalu mencari informasi bagaimana caranya agar ia dapat segera
menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.

Sekitar pertengahan bulan Juli 1948, pada pagi hari Bapak Hussein Mutahar
menerima pemberitahuan dari Bapak Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (
sekarang Jl. Diponegoro ) Jakarta, isi pemberitahuan itu adalah bahwa surat pribadi

5
dari Presiden Soekarno yang di tujukan kepada Bapak Hussein Mutahar. Pada sore
harinya surat itu diambil beliau dan ternyata benar berasal dari Presiden Soekarno
pribadi yang isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Hussein Mutahar
supaya menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Sudjono,
selanjutnya agar Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada
Presiden Soekarno di Bangka ( Muntok ).

Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Hussein Mutahar datang ke


Bangka untuk menyerahkan sendiri Bendera Pusaka langsung kepada beliau ( Presiden
Soekarno ), tetapi menjadi kerahasiaan perjalanan Bendera Bangka.

Sebab orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang tidak diperbolehkan


mengunjungi ketempat pengasingan Presiden pada waktu itu hanyalah waga-warga
Delegasi Republik Indonesia, antara lain : Bapak Sudjono, sedangkan bapak Hussein
Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.

Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Sudjono ke Bangka, maka


dengan meminjam mesin jahit milik seorang istri dokter. Bendera Pusaka yang terpisah
menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Hussein Mutahar persis di lubang bekas jahitan
aslinya. Tetapi sekitar 2 cm dari ujung bendera ada kesalahan jahit. Selanjutnya
Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada presiden
Soekarno dengan Bapak Hussein Mutahar seperti yang di jelaskan diatas.

Dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan


Bung Karno maka selesailah tugas penyelamatan Bendera Pusaka oleh Bapak Hussein
Mutahar. Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani
masalah pengibaran Bendera Pusaka.

*) Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh
Bapak Hussein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan
Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan oleh Presiden Soekarno.

2. Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta


Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke
II, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Bapak Mayor ( L )
Hussein Mutahar.

Selanjutnya memberi tugas untuk mempersiapkan dan memimpin upacara


peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1946 di
halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Pada saat itu Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk
menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya

6
dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 orang
pemuda terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang putra perwakilan daerah yang berada di
Yogyakarta untuk melaksanakan tugas tersebut. Lima orang tersebut merupakan
simbol dari Pancasila. Salah seorang dari pengibar bendera tersebut adalah Titik Dewi
pelajar SMA yang berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di Yogyakarta.

Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan


Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1947 dan tanggal 17
Agustus 1948 dengan petugas pengibar bendera 5 orang dari perwakilan daerah lain
yang ada di Yogyakarta.

Pada tanggal 6 juni 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad
Hatta beserta beberapa pemimpin Republik Indonesia lainnya, tiba kembali ke
Yogyakarta dari Bangka, dengan membawa serta Bendera Pusaka. Pada tanggal 17
Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan pada upacara peringatan detik-detik
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia didepan Istana Presiden Gedung Agung
Yogyakarta.

Tanggal 27 Desember 1949 Presiden Soekarno melakukan penandatangan


naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan menyerahkan kekuasaan di
Jakarta, sedang di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik
Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.

Tanggal 28 Desember 1949 Preseiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk


memangku jabatan sebagai Presiden Republilk Indonesia Serikat. Setelah empat tahun
di tinggalkan, Jakarta kembali menjadi ibukota Republik Indonesia. Pada hari itu
Bendera Pusaka Sang Merah Putih juga di bawa ke Jakarta. Untuk pertama kalinya hari
proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus1950 diselenggarakan
di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di
tiang tujuh belas dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa
Indonesia. Regu-regu pengibar dari tahun 1956 – 1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah
Tangga Kepresidenan.

3. Bedirinya Direktorat Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka ( DITJEN UDAKA )


dan Diadakan Latihan Pandu Indonesia ber-Pancasila.

Pada peringatan ulang tahun ke 49, tanggal 5 Agustus 1966, Bapak Hussein
Mutahar menerima ” kado ” dari pemerintah : beliau diangkat menjadi Direktur
Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah berpindah-pindah tempat/kantor kerja dari stadion Utama Senayan ke


ex-Gedung Dept. PTIP di Jalan Pegangsaan Barat, Ditjen UDAKA akhirnya menempati
Gedung ex- NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur 14.

7
Suatu kegiatan ini sempat diujicobakan 2 kali pada tahun 1966 dan 1967, dan
kemudian dimasukan pula dalam kurikulum ujicoba Pasukan Pengerek Bendera
Pusaka tahun 1967 dan pelatihannya yang menggunakan sistem pendekataan
KELUARGA BAHAGIA yang diterapkan secara nyata dalam gambaran Desa Bahagia.
Didalam kehidupan Desa Bahagia para peserta latihan ( warga desa ) diajak berperan
serta menghayati kehidupan sehari-hari berisi acara penghayatan dan pengamalan
Pancasila. Dimulai dengan Penerimaan Warga Desa, Malam Renungan Jiwa, dan
Upacara Pengukuhan, dilakukan secara unik, penuh semangat kekeluargaan,
demokkratis dan gembira.

Direktorat Pembinaan Generasi Muda ( Dit PGM atau Dit Binmud ) inilah yang terus
melanjutkan tradisi pembentukan PASKIBRAKA setiap tahun menjelang Hari
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di DKI Jakarta.

4. Pecobaan Pembentukan Pengerek Bendera Pusaka tahun 1967 dan Pasukan


Pertama tahun 1968
Tahun 1967, Bapak Hussein Mutahar diapanggil oleh Presiden Soekarno untuk
menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar pelaksanaan
tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran
menjadi 3 ( tiga ) kelompok, yaitu :
Kelompok 17 / PENGIRING ( PEMANDU )
Kelompok 8 / PEMBAWA ( INTI )
Kelompok 45 / PENGAWAL

Ini merupakan simbol / gambaran dari tanggal Proklamsi Kemerdekaan


Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Pada waktu itu dengan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang
di Jakarta dan menjadi anggota Pandu / Pramuka untuk melaksanakan tugas
pengibaran Bendera Pusaka.

Semula rencana beliau untuk kelompok 45 ( pengawal ) akan terdiri dari para
Mahasiswa AKABRI ( generasi muda ABRI ), tetapi waktu libur perkuliahan dan
transportasi Magelang – Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit dilaksanakan.

Usul lain untuk menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI ( seperti


RPKAD, PGT, MARINIR, dan BRIMOB ) juga mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan
Pengawal Presiden ( PASWALPRES ) yang mudah di hubungi dan sekaligus mereka
bertugas di Istana Jakarta.

8
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas Bendera Pusaka adalah para pemuda
utusan propinsi. Tetapi propinsi – propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan,
sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.

Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya sudah terlalu tua sehingga
tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, maka dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk
di kibarkan di tiang 17 m Istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dari
bahan bendera ( wool ) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong
memanjang kain putih kekuning-kuningan.

Bendera Merah Putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah
idealnya terbuat dari sutera alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan
putih langsung ditenun menjadi satu tanpa di hubungkan dengan jahitan dan warna
merahnya cat celup asli Indonesia.

Pembuatan duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh badan Penelitian


Tekstil Bandung dengan dibantu oleh PT. Ratna di Ciawi Bogor. Dalam praktek
pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat yang ditentukan
Bapak Hussein Mutahar, karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah bendera
standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin akan lama.

Tanggal 5 Agustus 1969 di istana Negara Jakarta berlangsung upacara


penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi naskah Proklamasi
oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/ Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia.
Hal ini dapat dimaksudkan agar diseluruh Ibukota Propinsi/daerah Tingkat I dapat
dikibarkan duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan Naskah Proklamasi 17
Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya duplikat Bendera Pusaka dan
reprroduksi Naskah Proklamasi diserahkan kepada daerah tingkat II/kabupaten dan
perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai dikibarkan


menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan
Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang
dikibarkan/diturunkan.

Pada tahun itu secara resmi anggota PASKIBRAKA adalah para remaja SMTA
se-tanah air Indonesia. Setiap propinsi diwakili sepasang remaja.

Dari tahun 1967 sampai tahun 1972 anggota yang terlibat masih dinamakan
sebagai anggota “Pengerek Bendera”.

9
Pada tahun 1973 Bapak Inik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota
Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA, PAS dari kata PASUKAN,
KIB berasal dari kata KIBAR mengandung pengertian PENGIBAR, RA berasal dari kata
BENDERA dan KA berarti PUSAKA. Mulai saat itu singkatan anggota pasukan
Pengibar Bendera Pusaka adalah PASKIBRAKA.

10
MOTTO PASKIBRA

PASKIBRA ITU, TIDAK TAKUT SALAH


TIDAK TAKUT KALAH
TIDAK TAKUT JATUH
TIDAK TAKUT MATI
TAKUT MATI JANGAN HIDUP
TAKUT HIDUP MATI SEKALIAN

JANJI CARAKA

SIAP BISA MAMPU MAU TAHU

11
LAMBANG PASKIBRA

Lambang PASKIBRAKA yang dimiliki serta dipakai hingga saat sekarang


diciptakan oleh Bapak Idik Suleman pada tahun 1973.

Lambang tersebut adalah setangkai bunga Teratai yang mulai mekar dan
dikelilingi oleh gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat.
Mata Rantai tersebut berjumlah 16 pasang mata rantai bulat dan belah ketupat.

Lambang berupa Bunga Teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan
berkembang di atas air, hal ini mengandung makna atau dianalogikan bahwa anggota
PASKIBRAKA adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa-red) dari tanah
air yang sedang berkembang (tumbuh-red) dan membangun.
Bunga Teratai berdaun bunga 3 helai ke atas, 3 helai mendatar. 3 helai pertama
bermakna : belajar, berlatih dan bekerja, 3 helai lainnya bermakna : aktif, disiplin dan
gembira.

Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama


Generasi Muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 mata arah mata
angin-red) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status
sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang
kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan
memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa semangat persatuan dan kesatuan yang
tertanam dalam dada setiap anggota PASKIBRAKA.

12
Bagian – bagian Teratai Putih :
1. Teratai : Pohonnya di air dan akarnya di tanah melambangkan
Cinta Tanah Air

2. Tiga Mahkota : Tiga Sikap Dasar


Tanggap : Mudah Diterima
Tanggon : Tangguh dalam sikap mental
Trengginas : Tangguh dalam Menerima Apapun

3. Tiga Kelopak : Ciri dari Paskibra


 Belajar
 Berlatih
 Bekerja

4. Enam belas Pasang Mata Rantai : Menunjukkan 16 arah mata angin yang
berarti
bahwa anggota Paskibra berasal dari
seluruh pelosok tanah air.

13
KORPS PASKIBRA

Untuk mempersatukan Korps, untuk PASKIBRAKA Nasional, Propinsi dan


Kabupaten/Kota ditandai oleh Korps yang sama.

Lambang Korps yang lama sebelum tahun 1973 berupa lencana berupa perisai
dari bahan logam : kuningan, dengan gambar sangat sederhana : ditengah bulatan
terdapat lambang Bendera Merah Putih dan di luar terpampang tulisan “ Pasukan
Penggerek Bendera Pusaka “

Lambang Korps sejak tahun 1973 diganti dengan bentuk Perisai berwarna
hitam dengan garis pinggir dengan huruf berwarna kuning : PASUKAN PENGIBAR
BENDERA PUSAKA DAN TAHUN …….(diujung bawah perisai) berisi gambar (dalam
bulatan putih) sepasang anggota PASKIBRAKA dilatarbelakangi oleh Bendera Merah
Putih yang berkibar ditiup angin dan 3 garis horizontal diasumsikan sebagai awan.

1. Bentuk Perisai bermakna “ Siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah air
Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2. Sepasang anggota PASKIBRAKA bermakna PASKIBRAKA terdiri dari anggota
putera dan anggota puteri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk
mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.
3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan
utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia
termasuk generasi mudanya, termasuk PASKIBRAKA.
4. Garis Horizontal atau awan 3 garis menunjukan ada PASKIBRAKA di 3
Tingkatan ; Tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota
5. Warna Kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam perilaku dan sikap setiap
anggota PASKIBRAKA

14
Peraturan Baris Berbaris.

Baris berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan


pengibaran Bendera Sang Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak
akan sangat mempengaruhi jiwa dan semangat Paskibraka untuk melaksanakan
tugas. Kekompakan anggota Paskibraka tercermin dari sikap disiplin dalam
melaksanakan baris berbaris dan membentuk formasi.

Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada


Peraturan Baris Berbaris Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang
Baris Berbaris Angkatan Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan
Pangab dan peraturan yang terakhir adalah Skep Pangab nomor :
Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985, tetapi tahun 1992 ada perubahan
pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan langkah tegap dari 96
langkah tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit.
Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris
dengan menggunakan senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris
berbaris militer tersebut diterapkan disemua kegiatan baris berbaris, sehingga
dalam latihan Paskibraka harus mengacu pada peraturan baris berbaris tanpa
senjata yang berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan sendiri.
Pelatih.
Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka
dengan dasar itu pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena
dianggap lebih memahami peraturan tersebut dan dapat memberikan ilmu
baris berbaris sesuai peraturan yang berlaku. Didalam perkembangannya
pelatih disekolah banyak yang melibatkan para purna paskibraka untuk melatih
baris berbaris, namun harus dipahami bahwa siapapun yang memberikan
latihan baris berbaris baik dari unsur militer maupun sipil/purna paskibraka
semuanya harus berpedoman pada Peraturan Baris Berbaris yang berlaku.

15
Kewajiban Pelatih.

Keberhasilan latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan


kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan bisa
mencapai hasil yang sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai kemampuan
ilmu melatih sesuai peraturan peraturan yang berlaku dan kemampuan psikologis
untuk mengerti kemampuan anak didiknya. Pelatih yang berkualitas harus mempunyai
dasar-dasar melatih dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya
antara lain :

1. Perasaan kasih sayang,


Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.

2. Persiapan
Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus
mempersiapkan program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat
yang diperlukan, tempat dan lain sebagainya.

3. Mengenal tingkatan anak didik.


Kemampuan setiap anak didik berbeda-beda dalam menyerap materi latihan yang
diberikan, oleh sebab itu pelatih harus dapat memahami kemampuan setiap anak
didiknya dan memberikan metode latihan sesuai yang dibutuhkan sehingga pada
akhirnya dapat dicapai suatu hasil yang optimal.

4. Tidak sombong
Keahlian dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau
hanya dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak
didiknya dengan kesabaran dan ketelatenan.

5. Adil
Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal
dengan cara memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu
dengan lainnya.

6. Teliti
Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan
sehingga dapat menerapkan gerakan sesuai dengan aturan yang benar.

7. Sederhana

16
Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak
didik.

8. Teladan
Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan,
memberikan teladan dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka
dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih
sebaiknya tidak usah terlalu banyak bercerita atau memberikan pengarahan-
pengarahan yang tidak perlu sebab yang diperlukan adalah pengulangan latihan-
latihan setiap gerakan sehingga anak didik benar-benar memahami setiap gerakan
dan dapat melaksanan dengan benar.

Perbandingan Pelatih
Untuk latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat
menentukan ratio pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris maka ratio 1 : 15
atau 1 : 20 adalah ratio yang ideal, kalau terlalu banyak pelatih akan membuat anak
didik menjadi bingung. Dalam melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan
mengatur pembagian-pembagian kelompok kecil, pemberian aba-aba gerakan dan lain
sebagainya.

17
Program Latihan

Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :


1. Gerakan ditempat.
Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap, istirahat,
hormat, lencang kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya. Gerakan ditempat
adalah kunci sukses dalam latihan baris berabris. Dalam latihan awal ini
ketegasan pelatih mutlak diperlukan, karena jika anak didik sudah terbiasa
dengan aba-aba dan gerakan yang tegas serta kompak maka dalam latihan pindah
tempat dan berjalan akan menjadi mudah, karena secara emosi mereka sudah
mulai terarah pada gerakan-gerakan selanjutnya.

2. Gerakan pindah tempat


Gerakan baris berbaris dengan pindah tempat tanpa melakukan gerakan berjalan,
misal : 2 langkah kedepan/kebelakang, geser ke kekiri/kanan dan lain sebagainya

3. Gerakan berjalan.
Dalam latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan lebih mudah untuk
memperhatikan dan mengoreksi gerakan setiap anggota, setelah anggota pasukan
dianggap mampu baru digabung menjadi kelompok yang besar.
1. Langkah Biasa
Yaitu membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa,
hal ini juga dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman
langkah.

2. Langkah Tegap
Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris dengan sikap yang
tegap baik ayunan tangan dan kaki, termasuk hentakan kaki sehingga dapat
menimbulkan irama yang tegap, kompak dan mantap. Dalam langkah tegap
kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus benar-benar
diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan dalam
dalam berbaris.

3. Latihan tempo melangkah.


Saat latihan baris berbaris yang harus diperhatikan adalah tempo langkah
baris berbaris dan kekompakan untuk melaksanakan sesuai peraturan tempo
yang berlaku. Untuk latihan tempo berjalan maka para pelatih dapat
menggunakan tape recorder dan memutar lagu-lagu mars sesuai dengan
tempo yang berlaku. Saat ini tempo langkah baris berbaris yang berlaku
adalah 120 langkah per menit dengan panjang langkah 65 cm. Berbaris sambil
diiringi lagu-lagu mars akan membuat semua anggota pasukan lebih mudah

18
menyeragamkan langkah sesuai dengan tempo lagu yang diputar. Dalam
latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-
masing kelompok bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat
dan langkah biasa atau langkah tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan
mempermudah saat melakukan formasi pengibaran bendera, karena saat
melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan langkah tegap akan
saling mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama dan
kompak

19
MACAM - MACAM PBB

PBB DASAR
a. Sikap Sempurna h. Sikap lari dan henti
b. Istirahat di tempat i. Berhimpun
c. Hormat j. Menghitung
d. Hadap Kanan atau Kiri k. Bubar
e. Hadap Serong Kanan/ Kiri l. Periksan Kerapihan
f. Lencang Kanan/ Kiri m. Meluruskan Barisan
g. Setengah Lencang Kanan/ Kiri n. Izin Keluar/ masuk barisan

PBB I
a. Jalan di tempat e. Langkah Biasa
b. Langkah Ke Depan f. Langkah Tegak
c. Langkah ke Kanan/ Kiri g. Langkah Merdeka/ Langkah Biasa
d. Langkah ke Belakang h. Gerakan Kombinasi

PBB II
1. Hadap kanan/ kiri maju jalan
2. Hadap kanan/ kiri langkah tegap
3. Jalan di tempat hadap kanan/ kiri maju jalan/ langkah tegap

PBB III
1. Belok Kanan/ Kiri ( Diam – Jalan, Jalan – Jalan )
2. Balik Kanan ( Diam – Jalan, Jalan – Jalan )
3. Hadap Kanan/ Kiri (( Diam – Jalan, Jalan – Jalan, Jalan – Diam )
4. Dua kali belok kanan/ kiri

PBB IV
1. Buka Tutup Barisan
2. Tiap – tiap banjar dua kali belok kanan
3. Haluan kanan/ kiri

PBB Variasi
1. Lintang Kanan/ Kiri
2. Hiperklip
3. Formasi
4. Langkah Perlahan

20
TATA CARA PBB
1. Pengertian Baris Berbaris

Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara
hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan
tertentu.

2. Maksud Dan Tujuan

a. Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :


1. Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat
membedakan hak dan kewajiban
2. Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa
semangat kebersamaan

b. Tujuan dari PBB adalah :


Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan
kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan
pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai
dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta
adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.

Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan


individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan,
penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.

3. Aba - aba

a. Pengertian
Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya,
untuk di laksanakan secara serentak atau berturut-turut.

b. Macam aba-aba
1. Aba-aba petunjuk
Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba
peringatan/ pelaksanaan.

2. Aba-aba peringatan
Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa ragu-ragu.

21
c. Aba-aba pelaksanaan
1. Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/
peringatan dengan serentak atau berturut-turut.
2. Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :

a. GERAK
Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan
kaki atau anggota tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.

b. JALAN
Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan
tempat. Catatan : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak
terbatas jaraknya, maka di dahului dengan aba-aba peringatan ”
maju ”.

c. MULAI
Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.
d. Gerakan Perorangan Tanpa Senjata / Gerakan Dasar
1. Sikap Sempurna
a. Aba –aba : ” Siap – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki
merupakan sudut 60o
2) Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.
3) Perut di tari sedikit, dada di busungkan, pundak di tarik ke
belakang dan tidak di naikan.
4) Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari
tangan menggenggam tidak terpaksa, rapat di paha.
5) Ibu jari segaris dengan jahitan celana.
6) Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata
lurus ke depan, bernafas wajar.

1. Istirahat
a. Aba-aba : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak
kaki ( ±30cm ).
2) Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah
pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak tangan
kiri, tangan kanan di kepalkan dengan di lepaskan, tangan
kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari
dan telunjuk serta kedua lengangan di lemaskan.
3) Dapat bergerak.

22
3. Lencang Kanan / Kiri
a. Hanya dalam bentuk bersaf.
b. Aba-aba : ” Lencang kana / kiri – GERAK ”
c. Pelaksanaan :
1) Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan
kanan / kiri menggenggam, punggung tangan menghadap
ke atas.
2) Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri,
kecuali penjuru kana / kiri.
3) Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada
orang di sebelah kanan / kiri-nya.
4) Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan /
kirinya.

Catatan :
1. Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke
depan, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat
tangan.
2. Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan setelah lurus
menurunkan tangan.
3. Pada aba-aba : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak menurunkan lengan
dan memalingkan muka kembali ke depan.

4. Setengah Lencang Kanan / Kiri


a. Aba-aba : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan / kiri di
pinggang ( bertolak pinggang ) dengan siku menyentuh lengan
orang yang berdiri di sebelahnya.
2) Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat
jari lainnya rapat satu sama lain di sebelah depan.
3) Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang
kanan.

5. Lencang Depan
a. Hanya dalam bentuk banjar.
b. Aba-aba : ” Lencang Depan - GERAK ”
c. Pelaksanaan :
1) Penjuru tetap sikap sempurna.
2) Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan
mengangkat tangan ke depan.

23
3) Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung
tangan menghadap ke atas, mengambil jarak atau satu
lengan dan di tambah dua kepal.
4) Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak
menurunkan tangan kembali ke sikap sempurna.

6. Berhitung
a. Aba-aba : ”Hitung - MULAI ”
b. Pelaksanaan :
1) Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan memalingkan
muka ke kanan.
2) Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru
menyebut nomor, sambil memalingkan muka ke depan.
3) Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
4) Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan berturut-
turut ke belakang.
5) Penyebutan nomor di ucapkan penuh.

7. Perubahan Arah
1. Hadap kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap kanan / kiri - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri, lekuk kaki
kanan / kiri berada di ujung kaki kanan / kiri, berat badan
berpindah ke kaki kanan / kiri.
2) Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan 90o.
3) Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap sempurna.
2. Hadap serong kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap serong kanan / kiri - GERAK ”.
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki kanan /
kiri.
2) Berputar arah 45o ke kanan / kiri.
3) Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan / kiri.
3. Balik kanan
a. Aba-aba : ” Balik kanan - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap kanan )
di depan kaki kanan.
2) Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 180o.
3) Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.
4)

24
8. Membuka / Menutup Barisan
1. Buka barisan
a. Aba –aba : ” Buka Barisan - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah
ke samping kanan / kiri, sedangkan regu tengah tetap.
2. Tutup Barisan
a. Aba –aba : ” Tutup Barisan - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah
ke samping kanan / kiri, sedangkan regu tengah tetap.

9. Bubar
a. Aba-aba : ” Bubar jalan ”
b. Pelaksanaan :
1) Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat
(sesuai PPM)
2) Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik
kanan,menghitung dua hitungan dalam hati, mengayuhkan kaki
kiri ke depan dengan hentakan bersamaan dengan itu lengan
kanan di ayun setinggi pundak kemudian bubar.

10. Berhimpun
a. Aba-aba : ” Berkumpul - MULAI ”
b. Pelaksanaan :
1) Semua anggota datang di depan Komandan dengan berdiri
bebas,dengan jarak tiga langkah
2) Bentuk mengikat, jumlah saf tidak mengikat.

11. Berkumpul
1. Berkumpul bersaf
a. Aba-aba : ” Bersaf kumpul - MULAI ”
b. Pelaksanan :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru,untuk
berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2) Anggota lainnya berdiri di samping kiri penjuru dan
berturut-turut meluruskan diri ( lencang kanan )
3) Penjuru melihat ke kiri, setelah lurus, memberi isyarat
dengan perkataan ” Lurus ”
4) Pada isyarat ini semua anggota menurunkan tangan dan
kembali bersikap sempurna
5) Bila bersenjata, sebelum meluruskan, letakan senjata di
pundak kiri terlebih dahulu.

25
2. Berkumpul Berbanjar
a. Aba- aba : ” Berbanjar kumpul MULAI ”
b. Pelaksanaan :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru, untuk berdiri
kurang lebih 4 langkah di depannya.
2) Anggota lainya berdiri di belakang penjuru dan berturut-turut
meluruskan diri.
3) Anggota yang paling belakang, melihat ke depan setelah lurus
memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4) Pada isyarat ini semua anggota menurunkan lengannya dan
kembali ke sikap sempurna.
5) Bila bersenjata sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri
terlebih dahulu.

12. Meninggalkan Barisan


1. Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam
barisan
1) Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari barisan
2) Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap
sempurna.
3) Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.
2. Bila anggota yang akan minta izin
1) Mengambil sikap sempurna dahulu
2) Mengangkat tangan kanannya ke atas (tangan di buka jari-jari
dirapatkan)
3) Menyampaikan maksudnya.
4) Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu
anggota lainnya.

ABA – ABA LAINNYA


A. Panjang, Tempo Dan Macam Langkah
1. Langkah dapat di bedakan sbb :
1. Langkah biasa 70 cm 96 menit
2. Langkah tegap 70 cm 96 menit
3. Langkah perlahan 40 cm 30 menit
4. Langkah ke samping 40 cm 70 menit
5. Langkah ke belakang 40 cm 70 menit
6. Langkah ke depan 60 cm 70 menit
7. Langkah di waktu lari 80 cm 165 menit
2. Panjang langkah di ukur dari tumit ke tumit

26
B. Maju Jalan
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Maju Jalan ”
b. Pelakasanaan :
1) Kaki kiri di ayun ke depan, lutut lurus telapak kaki diangkat sejajar
dengan tanah setinggi 15 cm kemudian di hentakan ke tanah dengan jarak
setengah langkah, selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
2) Langkah pertama di lakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke
depan 90o lengan kiri 30o
3) Langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah di lenggangkan ke
depan 45o dan ke belakang 300
4) Dilarang keras berbicara, melihat ke kanan / kiri.

C. Langkah Biasa
1. Pada waktu berjalan kepala dan badan seperti sikap sempurna.
2. Waktu mengayunkan kaki ke depan, lutut di bengkokan sedikit ( kaki
tidak di seret ).
3. Di letakan sesuai dengan jarak yang di tentukan.
4. Langkah kaki seperti jalan biasa.
5. Pertama tumit di letakan di tanah selanjutnya seluruh kaki.
6. Lengan berlenggang wajar, lurus ke depan dan belakang.
7. Jari-jari tangan menggenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari
menghadap ke atas.

D. Langkah Tegap
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap Maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Mulai berjalan dengan kaki kiri setengah langkah,selanjutnya seperti
jalan biasa dengan cara kaki di hentakan terus menerus.
2) Telapak kaki rapat / sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh
dianggat tinggi.
3) Bersamaan dengan langkah pertama, genggaman tangan di buka,
hingga jari-jari lurus dan rapat.
4) Lenggang tangan ke depan 900, ke belakang 300.

2. Dari Langkah Biasa


a. Aba-aba : ” Langkah Tegap JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah
2) Perubahan tangan dari menggenggam ke terbuka di lakukan bersamaan
dengan hentakan kaki.
3. Kembali ke langkah biasa

27
a. Aba-aba : ” Langkah Biasa JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Di berikan pada waktu kaki kiri / kanan jatuh di tanah di tambah satu
langkah.
2) Langkah pertama di hentakan,bersamaan dengan itu tangan kembali
menggenggam.
3) Catatan : Dalam keadaan berjalan, cukup menggunakan aba-aba
peringatan : Langkah tegap / biasa jalan pada perubahan langkah.
4) E. Langkah Perlahan
1. Untuk berkabung ( mengantar jenazah ) dalam upacara kemiliteran.
a. Aba-aba : ” Langkah perlahan maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di langkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak tanah di
susul dengan kaki kanan di tarik ke depan dan di tahan sebentar di
sebelah mata kaki kiri, kemudian di lanjutkan di tapakan di depan
kaki kiri.
2) Tapak kaki pada saat melangkah ( menginjak tanah ) tidak di hentikan.
2. Berhenti dari langkah perlahan
a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu
langkah.
2) Selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan pada kaki kanan / kiri
menurut irama langkah biasa dan kembali sikap sempurna.

F. Langkah Kesamping / Kebelakang / Depan


1. Aba-aba..........Langkah ke samping/Kebelakang/Kedepan – JALAN
2. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri di langkahkan ke samping / kekanan / kedepan
sepanjang / sesuai ketentuan.
2) Selanjutnya kaki kiri / kanan di rapatkan pada kaki kanan / kiri.
3) Badan tetap pada sikap sempurna, tangan tidak melenggang.
4) Hanya boleh dilakukan sebanyak – banyaknya 4 langkah.
5) Khusus untuk langkah ke depan, gerakan dilakukan dengan langkah
tegap.

G. Langkah di Waktu Lari


1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Langkah Maju-JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada aba-aba peringatan, kedua tangan di kepalkan dengan lemas di
letakan di pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap
ke luar, kedua siku sedikit ke belakang.

28
2) Pada aba-aba pelaksanaan, di mulai lari dengan menghentakan kaki
setengah langkah dan selanjutnya lari menurut panjang langkah.
2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Lari – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Pada aba-aba peringatan, sama dengan di atas.
Pada aba-aba pelaksanaan, di berikan pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah
di tambah satu langkah.
3. Kembali ke langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Langkah biasa – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah tiga lankah
kemudian berjalan biasa, di mulai dengan kaki kiri di hentakan, bersamaan
dengan itu kedua lengan di lenggangakan.
4. Berhenti dari berlari
1. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah tiga
Langkah, selanjutnya kaki di rapatkan, kedua di turunkan, kembali bersikap
sempurna.

H. Ganti Langkah
1. Aba-aba : ” Ganti Langkah JALAN ”
2. Pelaksanaan :
1) Gerakan dapat di lakukan pada waktu langkah biasa / tegap.
2) Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu
langkah.
3) Ujung kaki kanan / kiri yang sedang di belakang di rapatkan dengan
tumit kaki sebelahnya.
4) Bersamaan dengan itu lenggang tangan di hentikan tanpa di rapatkan di
paha.
5) Selanjutnya di sesuaikan dengan langkah baru.
6) Gerakan ini di lakukan dalam satu hitungan.

I. Jalan di Tempat
1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Jalan ditempat – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Di mulai dengan kaki kiri, lutut berganti – ganti diangkat hingga
paha rata-rata.
2) Ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai langkah biasa.
3) Badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan di rapatkan
pada badan ( tidak melenggang )

29
2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Jalan di tempat – Gerak ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu
langkah kemudian jalan di tempat.

3. Dari Jalan di Tempat ke Langkah Biasa :


a. Aba-aba ; ” Maju – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah
dan mulai berjalan dengan menghentakan kaki kiri setengah langkah ke
depan.
4. Dari Jalan di Tempat ke Berhenti :
a. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu
langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan.

J. Berhenti
a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh ditanah di tambah satu
langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri dirapatkan.

K. Hormat Kanan / Kiri


1. Gerakan Hormat kanan / kiri
a. Aba-aba hormat kanan kiri – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Gerakan dilakukan pada waktu langkah tegap.
2) Di berikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah di tambah satu
langkah
3) langkah berikutnya di hentakan.
4) Bersamaan dengan itu tangan kanan diangkat ke arah pelipis (
PPM ) kepala di palingkan dan pandangan mata di arahkan kepada
yang di beri hormat sampai 450 hingga ada aba-aba ”Tegak gerak ”
5) Penjuru kanan / kiri tetap melihat kedepan untuk memelihara
arah.
6) Lengan kiri tidak melenggang, rapat pada badan, pada waktu
menyampaikan penghormatan.
2. Gerakan Selesai Menghormat :
a. Aba-aba : ” Tegak - GERAK ”
b. Pelaksanaan :

30
1) Diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, ditambah satu
langkah, langkah berikutnya di hentakan.
2) Bersamaan dengan itu lengan kanan maupun kiri kembali
melenggang, pandangan kembali kedepan.

L. Perubahan Arah Dari Berhenti ke Berjalan


1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan :
a. Aba-aba : ” Hadap Kanan / Kiri ” Maju - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Membuat gerakan hadap kanan / kiri.
2) Pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan
tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan
a. Aba-aba : ” Hadap Serong kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan hadap serong kanan / kiri
2. Gerakan selanjutnya sama sepetri diatas
3. Balik Kanan Maju Jalan
a. Aba-aba : ” Balik Kanan maju – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan balik Kanan
2. Gerakan selanjutnya sama seperti di atas.
4. Ke Belok Kanan / Kiri Maju Jalan :
a. Aba-aba : ” Belok kanan / kiri maju - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Penjuru merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai
berjalan ke arah tertentu.
2) Anggota lainnya mengikuti.

M. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berjalan


1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan.
3. Ke Balik kanan maju jalan.
a. Aba-aba disesuaikan
b. Pelaksanaan :
1. Aba-aba pelaksanaan jatuh pada waktu kaki kanan / kiri
jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
2. Melakukan gerakan-gerakan hadap kanan / kiri hadap
serong kanan / kiri, balik kanan / kiri.
3. Gerakan selanjutnya, pada hitungan ke tiga kaki kanan /
kiri tidak dirapatkan, tetapi dilangkahkan.
4. Ke Belok Kanan / Kiri
a. Aba-aba : ” Belok kanan / Kiri – JALAN ”

31
b. Pelaksanaan :
1) Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah.
2) Penjuru depan merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai jalan
ke arah yang baru.
3) Anggota lainnya mengikuti.

Catatan :
1. Dua Kali Belok Kanan
a. Aba-aba : ” Dua kali belok kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) # Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
2) # Setelah dua langkah berjalan, kemudian melakukan gerakan belok
kanan / kiri – jalan.

2. Tiap – tiap Banjar Dua Kali Belok


a. Aba-aba : ” Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan / kiri - JALAN”
b. Pelaksanaan :
1) Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
2) Setelah dua langkah berjalan, tiap-tiap banjar melakukan belok kanan /
kiri, pada tempat dimana aba- aba di berikan.
3) Perubahan arah 1800.

N. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berhenti


1. Ke hadap kanan / kiri berhenti
2. Ke hadap serong kanan / kiri berhenti
3. Ke balik kanan berhenti
a. Aba-aba Hadap kanan / kiri – henti GERAK
1. Hadap serong kanan / kiri henti GERAK
2. Balik kanan henti – GERAK
b. Pelaksanaan :
1) Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di
tambah satu tanah.
2) Melakukan hadap kanan / kiri, hadap serong kanan / kiri, balik kanan.
3) Pada hitungan ketiga, kaki kanan / kiri di rapatkan,kembali ke sikap
sempurna.

O. Haluan Kanan / Kiri


Gerakan ini hanya dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah
bentuk.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Halauan Kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :

32
1) Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan / kiri jalan di
tempat,dengan merubah arah secara perlahan-lahan sampai 900.
2) Bersamaan dengan ini saf mulai maju, sambil meluruskan safnya,
hingga merubah arah 900, kemudian berjalan di tempat.
3) Setelah penjuru kanan / kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi
isyarat ” LURUS ”.
4) Kemudian Komandan memberi aba-aba Henti – Gerak .

2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
1) Gerakan seperti tersebut di atas
2) Setelah aba-aba ” Maju – Jalan ” ,pasukan mulai berjalan.( aba-aba
di berikan Komandan ).

3. Berjalan ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri – jalan ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
2) Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi
isyarat ”LURUS”.
3) Pelatih memberi aba-aba ” Henti – Jalan ”

4. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju - Jalan ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
2) Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi
isyarat ”LURUS”.
3) Pelatih memberi aba-aba ” Maju – Jalan ”
4) Seluruhnya melaksanakan berjalan.

P. Melintang Kanan / Kiri


Gerakan ini di lakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan
menjadi bersaf dengan arah tetap.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri,
kemudian barisan mebuat gerakan Haluan kiri / kanan.

2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : Melintang kanan / kiri maju – Jalan ”

33
b. Pelaksanaan :
1) Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri
kemudian barisan membuat gerakan haluan kanan / kiri.
2) Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

3. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Melintang Kanan / kiri Maju-Jalan ”
b. Pelaksanaan :
1) Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan
melakukan haluan kiri / kanan.
2) Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

4. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
1) Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan
melakukan haluan kiri / kanan.
2) Setelah aba-aba Henti – Gerak, seluruhnya kembali ke sikap sempurna

34
ETIKA – ETIKA DALAM PASKIBRA

A. Etika Berdiri
1. Dalam keadaan berdiri tangan harus berada dibelakang (dalam keadaan
istirahat).
2. Tidak boleh memasukkan tangan kedalam saku.
3. Hendaklah berdiri apabila berbicara dengan orang yang lebih tua.
4. Apabila memakai PDU hendaklah berdiri di tempat yang layak

B. Etika Duduk
1. Sopan, tidak bertumpang kaki.
2. Apabila dalam keadaan hormat ( duduk siap, badan ditegakkan, tangan dikepal,
disimpan di atas paha dan posisi seperti sikap sempurna)

C. Etika Berjalan
1. Ketika berjalan dengan wanita, usahakan wanita di sebelah kiri.
2. Bila menaiki kendaraan, wanita terlebih dahulu.
3. Bila menuruni kendaraan, laki – laki terlabih dahulu.
4. Bila membawa tas harus disebelah kiri.
5. Bila berjalan lebih dari dua orang, berbanjar kebelakang.

D. Etika Berbicara
1. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Menatap pada orang yang diajak bicara.
3. Tidak boleh memotong pembicaraan orang lain.
4. Tidak gugup.
5. Tidak boleh berbicara kotor atau memakai istilah dan berbisil – bisik .

E. Etika Makan
1. Duduk tegak, tidak berbicara.
2. Alat makan tidak berbunyi.
3. Sendok menghampiri mulut.
4. Siku tidak diletakkan di atas meja.
5. Tidak boleh makan sambil berjalan.
6. Merapihkan diri sebelum makan.
7. Mempersilahkan putri terlebih dahulu.
8. Bila makan bersama harus ada yang memimpin doa.
9. Selesai makan posisi sendok dan garpu ditutup searah jarum jam pukul 05.00.

F. Etika Kerapihan
1. Putra : rambut pendek, disisir rapih model sederhana.
2. Putri : rambut disisir rapih dan diikat.
3. Berpakaian rapih dan bersih.

35
4. Berpakaian sesuai dengan ketentuan.
5. Tidak boleh melipat lengan baju, kecuali baju bebas.
6. Jika memakai PSAS sebaiknya memakai sabuk hitam, kaos kaki putih dan sepatu
hitam.
7. Jika menghadiri pertemuan sebaiknya menggunakan kemeja.

G. Etika Bertamu
1. Memberitahu tuan rumah agar mempersiapkan segala sesuatunya.
2. Memberi salam sebelum masuk.
3. Menjaga kesopanan selama bertamu.
4. Memperhatikan waktu dan lamanya bertamu, jangan sampai mengganggu
istirahat.
5. Selesai bertamu mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam.

H. Etika Menerima Tamu


1. Bersikap ramah.
2. Jangan menerima tamu di depan pintu atau pagar.
3. Memberikan hidangan disesuaikan dan tidak berlebihan atau yang menjadi
pantangan tamu tersebut.
4. Mengantarkan tamu sampai depan pintu, jika mengendarai kendaraan umum
tunggu sampai naik.

I. Etika Mengunjungi Orang Sakit


1. Tidak boleh mengganggu orang sakit.
2. Bila membawa makanan hendaknya yang diperbolehkan dokter.
3. Harus memperhatikan waktu.

J. Etika Melayat
1. Melayat sebelum jenazah dikuburkan.
2. Hiburlah keluarga yang ditinggalkan.
3. Janganlah membuat beban terhadap keluarga yang ditinggalkan.

K. Etika Memakai PDU


1. PDU harus dipakai lengkap.
2. Tidak boleh duduk sembarangan kecuali dikursi.
3. PDU dipakai sesuai dengan ketentuan.
4. Tidak boleh menengok lebih dari 450

L. Etika Mandi
1. Gayung di tangan kanan.
2. Handuk ditangan kiri.
3. Pada saat menuju kamar mandi, langkah disamakan ( berdua atau lebih ).

36
M. Etika Bersama Rekan
1. Berjabat tangan apabila bertemu dengan rekan seangkatan.
2. Hormat jika bertemu dengan senior, dilanjutkan dengan berjabat tangan.

N. Etika Berkenalan
1. Tidak boleh secara langsung.
2. Berjabat tangan dengan seseorang hendaknya diperlakukan dengan perhatian,
ramah, dan sopan serta menyebutkan nama dengan jelas.

ETIKA BERPAKAIAN

1. PDU ( Pakaian Dinas Upacara )


a. Dipakai bila bertugas atau pada kesempatan khusus misalkan upacara bendera
b. Dipakai secara lengkap
c. Pemakai senantiasa menjaga kode kehormatan PDU

2. PDP ( Pakaian Dinas Paswal )


a. Dipakai oleh petugas Paswal dalam Upacara
b. Pemakai senantiasa menjaga kode kehormatan PDP

3. PDH ( Pakaian Dinas Harian )


a. Dipakai dalam dinas resmi kepaskibraan sehari – hari, menghadiri upacara
bukan sebagai petugas.
b. Pemakai senantiasa menjaga kode kehormatan PDH

4. PDL ( Pakaian Dinas Latihan )


Dipakai dalam latihan rutin

5. PDK ( Pakaian Dinas Kotak – Kotak )


Dipakai dalam kegiatan resmi namun santai

6. PDB ( Pakaian Dinas Batik )


Dipakai pada saat acara resmi

KODE KEHORMATAN
1. Pemakai tidak boleh berlari pada saat mengenakannya ( PDH, PDU, PDP )
2. Pemakai tidak boleh jongkok kecuali duduk di kursi ( PDH, PDU, PDP )
3. Jika ingin melakukan BAB, BAK maka pakaian harus di buka terlebih
dahulu ( PDH, PDU, PDP ) beserta perlengkapannya
4. Sebelum makan serta melakukan kegiatan yang tidak seharusnya pakaian
itu digunakan maka Ivolet, Lencana Kepemimpinannya harus dibuka
terlebih dahulu.

37
PETUNJUK PELAKSANAAN TUB
(TATA UPACARA BENDERA)

A. Maksud
Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk mengusahakan dan
memantapkan pencapaian tujuan pendidikan nasional di sekolah dalam pemantapan
sekolah sebagai wiyatamandala.

B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan upacara di sekolah adalah :
1. Membiasakan bersikap tertib dan disiplin
2. Membiasakan berpenampilan rapi
3. Meningkatkan kemampuan memimpin
4. Membiasakan kesediaan dipimpin
5. Membina kekompakkan dan kerjasama
6. Mempertebal rasa semangat kebangsaan

C. Sasaran
Sasaran petunjuk pelaksanaan upacara bendera ini diperuntukkan bagi :
1. Siswa
2. Guru dan aparat sekolah

38
UNSUR PELAKSANA

A. Pejabat Upacara
Pejabat upacara terdiri dari Pembina Upacara, Pemimpin Upacara, Pengatur
Upacara dan Pembawa Acara.
1. Pembina Upacara
Pembina upacara adalah pejabat upacara yang menerima penghormatan
tertinggi dari peserta upacara.
Tugas pokoknya adalah :
a) Mensahkan rencana acara upacara
b) Menerima laporan pengatur upacara sebelum upacara di mulai
c) Menerima penghormatan dari peserta upacara
d) Menerima laporan pemimpin upacara
e) Memimpin mengheningkan cipta
f) Membacakan teks Pancasila untuk di ikuti oleh peserta upacara
g) Menyampaikan pesan/ pesan amanat
h) Penanggung jawab terakhir pelaksanaan upacara

Pembina Upacara adalah :


a) Kepala Sekolah, atau
b) Wakil kepala sekolah atau
c) Guru yang di tunjuk

2. Pemimpin Upacara
Pemimpin upacara adalah pejabat yang bertugas memimpin upacara
Tugas pokoknya adalah :
a) Menerima penghormatan dari pemimpin kelompok/ peserta upacara.
b) Memimpin penghormatan dari peserta kepada pembina upacara.
c) Menyiapkan dan mengistirahatkan peserta upacara
d) Menyampaikan laporan kepada pembina upacara.
e) Bertanggung kepada pembina upacara
f) Membubarkan peserta upacara, bila upacara selesai
Pemimpin upacara adalah siswa yang benar – benar mampu

3. Pengatur Upacara
Pengatur upacara adalah pejabat yang bertugas menyiapkan rencana acara
upacara (secara tertulis) serta segala sesuatu yang bertalian dengan upacara.
Tugas pokoknya adalah :
a) Mengajukan rencana acara upacara kepada pembina upacara untuk
memperoleh pengesahan
b) Menentukan/ menunjuk petugas – petugas upacara
c) Menyiapkan/ memeriksa tempat dan perlengkapan upacara

39
d) Melapor atau memberikan informasi kepada pembina upacara tentang
segala sesuatunya sesaat sebelum upacara di mulai.
e) Memeriksa, mengatur serta mengendalikan jalannya upacara, dan
f) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pembina
upacara.
Pengatur upacara adalah :
a. Guru bagi SD, atau
b. Siswa bagi SLTP/SLTA di bawah bimbingan guru pembina

4. Pembawa Acara
Pembawa acara adalah pejabat yang membacakan urutan tata upacara.
Tugas pokoknya adalah :
a) Membaca acara upacara sesuai urutan acara pada saat yang telah di
tentukan, dan
b) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pengatur
upacara
Pembawa acara adalah siswa di bawah bimbingan guru/ pembina.

B. Petugas Upacara
Petugas upacara yaitu Pembawa Naskah Pancasila, Pembaca Teks Pembukaan
Undang – undang Dasar 1945, Pembaca Doa, Pemimpin lagu, dan kelompok
pengibar/ penurun bendera.
1. Pembawa Naskah Pancasila bertugas :
a) Membawa naskah Pancasila
b) Menyerahkan naskah Pancasila kepada pembina upacara dan
menerima kembali naskah tersebut pada saat yang telah di tentukan
c) Pembawa naskah Pancasila adalah siswa yang di tunjuk secara
bergilir
2. Pembaca Teks Undang – Undang Dasar 1945 bertugas :
a) Membawa serta membaca teks tersebut pada saat dan tempat yang
telah di tentukan
b) Pembaca teks adalah siswa yang di tunjuk secara bergilir
3. Pembaca Doa
a. Membaca doa pada saat dan tempat yang telah di tentukan
b. Pembaca doa adalah
1. Guru bagi SD, atau
2. Siswa bagi SLTP/SLTA di bawah bimbingan guru pembina
4. Pemimpin Lagu/ Dirigen bertugas ;
a) Memimpin kelompok paduan suara menyampaikan Lagu
5. Kelompok pengibar/ penurun bendera bertugas :
a) Menyiapkan bendera
b) Mengibarkan atau menurunkan bendera serta menyimpannya ke
tempat semula.

40
c) Kelompok pengibar/ penurunan adalah siswa yang telah di tunjuk
secara bergilir
6. Kelompok pembawa lagu/ Paduan Suara
a) Kelompok pembawa lagu menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu
Mengheningkan Cipta pada saat yang telah di tentukan.
b) Kelompok pembawa lagu ialah siswa yang ditunjuk secara bergilir.

C. Peserta Upacara
Peserta upacara yaitu peserta yang mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
upacara.
Peserta upacara terdiri dari :
1. Siswa
2. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Staf Tata Usaha.

FORMASI
A. Bentuk Barisan
Untuk melaksanakan upacara bendera di pergunakan bentuk – bentuk/ formasi
barisan sebagai berikut :
1. Bentuk Segaris
Bentuk segaris ialah suatu bentuk barisan yang disusun dalam satu baris dan
menghadap ke pusat upacara.
2. Bentuk U atau Angkare
Bentuk U atau Angkare ialah bentuk barisan yang disusun dan berbentuk
huruf U atau Angkare dan menghadap ke pusat upacara.

Dari kedua bentuk barisan tersebut dapat di pergunakan formasi – formasi barisan
sebagai berikut :
1. Formasi saf bersaf
2. Formasi saf berbanjar
3. Formasi banjar bersaf
4. Formasi banjar berbanjar
Dalam pelaksanaannya bentuk dan formasi barisan tersebut di sesuaikan dengan
keadaan sekolah dan lapangan upacara yang tersedia, namun tetap berpedoman
pada bentuk formasi barisan sesuai dengan ketentuan di atas.

B. Susunan Barisan
Pada dasarnya susunan barisan pada upacara bendera ditentukan dari kiri ke
kanan (dilihat dari posisi pembina upacara saat berhadapan peserta upacara ),
sehingga penempatan dalam susunan tersebut di mulai dengan kelompok
pembawa lagu/ paduan suara, kelompok kelas III/6-5, kelompok kelas II/4-3,

41
kelompok kelas I/ 2-1 dan kelompok tata usaha. Sedangkan kelompok guru di
tempatkan sedemikian rupa, agar berada di luar jangkauan “Komando” pemimpin
upacara.
Dalam upacara bendera selain kelancaran jalannya acara, yang juga harus di
perhatikan dan di pegang teguh adalah kedisiplinan, ketertiban dan kekhidmatan.
Bentuk serta kombinasi yang sering di pakai adalah sebagai berikut :
1. Bentuk barisan segaris dengan formasi :
a. Saf bersaf
b. Banjar berbanjar
2. Bentuk U/ Angkare dengan formasi :
a. Saf bersaf
b. Banjar berbanjar

KELENGKAPAN
A. Sarana
Sebelum melaksanakan upacara bendera, perlu disiapkan sarana sebagai berikut :
1. Bendera
a. Ukuran
Ukuran bendera kebangsaan untuk upacara selalu dengan perbandingan
lebar dan panjang = 2 : 3 dengan ukuran terkecil 1 m x 1.5 m dan terbesar
2m x 3m.
b. Cara melipat dan merentang
1. Cara melipat
a) Ujung warna merah bertali/ berkait harus di pegang dengan
tangan kanan dan warna putih bertali/ berkait harus di pegang
dengan tangan kiri.
b) Melipat menurut panjang bendera, dilipat menjadi dua bagian,
yaitu warna merah di pegang tangan kanan bagian atas dan
warna putih di pegang tangan kiri bagian bawah
c) Dilipat menjadi dua bagian lagi sehingga warna putih berada di
bagian dalam, sedangkan warna merah berada di bagian luar
yang sekaligus berfungsi untuk melindungi warna yang putih.
d) Dilipat lagi menjadi 3 atau 4 bagian, sampai ujung/ tepi warna
merah selalu berada di bagian luar.

2. Cara Merentang
Cara merentang sesaat sebelum pengibaran bendera kebangsaan.
a) Ujung – ujung yang bertali/ berkait selalu berada di atas tangan
kiri.

42
b) Ujung bendera yang bertali/ berkait warna merah diikat/
dikaitkan pada tali kait/ kaitan yang atas, sedangkan ujung
bendera warna putih yang bertali/ berkait diikat/ diikatkan
pada tali/ kaitan yang bawah.
c) Ujung/ tepi bendera warna merah di pegang dengan tangan
kanan, lengan kanan di atas lengan kiri dan ujung/ tepi bendera
warna putih di pegang dengan tangan kiri, lengan kanan di
arahkan ke atas, sedangkan lengan kiri di arahkan ke bawah.
d) Bendera di tarik/ direntangkan ke arah kanan pembawa
bendera.

2. Tiang Bendera
Tiang bendera hendaknya di buat dari bahan yang baik (tidak mudah lapuk)
dan dapat berdiri tegak ( tidak condong dan lengkung) serta kokoh.

3. Tali bendera
Tali bendera warna putih, bahan yang terbaik adalah tali layar jangan
menggunakan tali plastik.
Besar kecilnya ukuran bendera, tiang dan tali yang di gunakan harus di
sesuaikan dengan keadaan gedung, halaman, lapangan dan tempat dimana
bendera itu di kibarkan.

4. Naskah – naskah
a. Naskah Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945
b. Naskah Pancasila

Untuk upacara bendera yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari


besar nasional dapat di tambah, misalnya naskah Proklamasi, naskah Sumpah
Pemuda dan sebagainya. Bentuk naskah dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah untuk di baca oleh petugas upacara.

B. Pakaian
Pakaian upacara bendera pada setiap hari Senin/ Sabtu.
a) Siswa : Mengenakan pakaian seragam sekolah di tambah dengan topi pet (
sesuai dengan Kep. Dirjen Dikdasmen No. 100/C/Kep/D/1991 ).
b) Guru dan perangkat sekolah: mengenakan pakaian yang telah di tentukan
oleh daerah/ sekolah masing –masing.
Pakaian upacara bendera pada hari besar nasional
a) Siswa: mengenakan pakaian seragam sekolah di tambah dengan topi pet.
b) Petugas upacara: mengenakan pakaian yang telah di tentukan oleh
sekolah.
Guru dan perangkat sekolah: mengenakan pakaian yang telah di tentukan oleh daerah/
sekolah masing – masing.

43
SUSUNAN UPACARA BENDERA

Upacara pengibaran bendera merah putih hari senin tanggal … bulan … tahun …
siap dimulai.

1. Masing-masing pemimpin kelas menyiapkan kelompoknya


2. Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara
3. Penghormatan peserta upacara kepada pemimpin upacara dipimpin oleh
pemimpin kelas yang paling kanan
4. Laporan pemimpin kelas kepada pemimpin upacara
5. Pemimpin upacara mengistitahatkan peserta upacara
( pengatur upacara melapor ke Pembina upacara)
6. Pembina upacara memasuki lapangan upacara
(pasukan disiapkan)
7. Penghormatan peserta upacara kepada Pembina upacara
8. Laporan pemimpin upacara kepada Pembina upacara
9. Pengibaran bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia raya
10. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Pembina upacara
11. Pembacaan naskah pembukaan UUD 1945
12. Pembacaan naskah pancasila dan diucap ulang oleh peserta upacara
13. Pembacan naskah janji siswa dan diucap ulang oleh peserta upacara
14. Amanat Pembina upacara (peserta upacara diistirahatkan)
15. Menyanyikan lagu wajib nasional yang berjudul ….
16. Pembacaan doa
17. Laporan pemimpin upacara kepada Pembina upacara
18. Penghormatan peserta upacara kepada Pembina upacara
19. Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara
20. Kelompok dewan guru beserta TU meninggalkan lapangan upacara
21. Laporan pemimpin kelas kepada pemimpin upacara
22. Penghormatan peserta upacara kepada pemimpin upacara dipimpin oleh
pemimpin kelas yang paling kanan
23. Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara
24. Pengumuman-pengumuman
25. Upacara selesai.. pasukan dibubarkan….

44
SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH

Penggunaan arti merah putih dalam sejarah INDONESIA terbukti bahwa bendera
merah putih dikibarkan pada tahun 1292 oleh tentara jaya patwang ketika berperang
melawan kekuasaan tata negara di Singosari (1222-1262) sejarah ini disebut tulisan
sejarah kuno 1216 saka 1294 masehi.

Prapanca dalam buku karangannya negara kertagama menceritakan bahwa warna


merah putih di gunakan dalam kerajaan hayam wuruk dari tahun 2880-1889 dalam satu
kitab taangguola minangkabau yang di ubah pada tahun 1846 dalam kitab yang lebih
tua terdapat gambar alam minangkabau yang berwarna merah putih bendera ini
peninggalan bendera pusaka kerajaan minangkabau (aditiya warman) tahun 1337-1340
masehi.

Pengertian
Asal kata · Bandira / Bandir yang artinya umbul-umbul· Bandiera dari Bahasa Itali
Rumpun Romawi Kuno. Dalam Bahasa Sangsakerta untuk Pataka, Panji, Dhuaja.
Bendera adalah lambang kedaulatan kemerdekaan. Dimana negara yang memiliki dan
mengibarkan bendera sendiri berarti negara itu bebas mengatur segala bentuk aturan
negara tersebut.

Menurut W.J.S. Purwadarminta, Bendera adalah sepotong kain segi tiga atau segi
empat diberi tongkat (tiang) dipergunakan sebagai lambang, tanda dsb, panji tunggul.
Sejarah
Bangsa Indonesia purba ketika masih bertempat di daratan Asia Tenggara + 6000 tahun
yang lalu menganggap Matahari dan Bulan merupakan benda langit yang sangat
penting dalam perjalanan hidup manusia. Penghormatan terhadap benda langit itu
disebut penghormatan Surya Candra. Bangsa Indonesia purba menghubungkan
Matahari dengan warna merah dan Bulan dengan warna putih. Akibat dari
penghormatan Surya Candra, bangsa Indonesia sangat menghormati warna merah
putih. Kedua lambang tersebut melambangkan kehidupan yaitu : Merah

45
melambangkan darah, ciri manusia yang masih hidup, Putih melambangkan getah, ciri-
ciri tumbuhan yang masih hidup,

Warna Merah Putih dianggap lambang keagungan, kesaktian dan kejayaan.


Warna Merah Putih itu bagi bangsa Indonesia khususnya bagi rumpun Aestronia pada
umumnya merupakan keagungan, kesaktian dan kejayaan. Berdasarkan anggapan
tersebut dapat dipahami apa sebab lambang perjuangan kebangsaan Indonesia,
Lambang Negara Nasional, yang merupakan bendera berwarna Merah Putih.
Kemudian bendera Merah-Putih bergelar “Sang” yang berarti kemegahan turun
temurun, sehingga Sang Saka berarti berdera warisan yang dimuliakan.
Makna warna bagi bangsa Indonesia MERAH : Gula Merah, Bubur Merah, Berani,
Kuat, Menyala, Darah PUTIH : Gula Putih, Bubur Putih, Kelapa, Suci, Bersih, Hidup,
Getah
Tata Krama

1. Tidak boleh menyentuh tanah Logika : Bendera akan kotor Kiasan : Tanah
merupakan tempat berpijak, maka bila bendera jatuh, seolah-olah menginjak bendera.
2. Tidak boleh dibawa balik kanan Kiasan : Karena negara seperti mundur /
kemunduran.

46
SEJARAH ATIRBUT PASKIBRA

Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai
sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian
seragamnya sendiri, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka
dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang
Anggota maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan
tentang bentuk dan makna setiap atribut.

BENTUK SERAGAM

Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera


Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan
warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian
depan seper ti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalu menggunakan seragam
lapangan upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan
tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih.

Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana,


dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan
panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat
pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian
bawah model jas.Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan
alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari BENTUK SERAGAM
kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra
menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka
putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan
penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.

47
48
LAMBANG ANGGOTA

Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur


warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau.
Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan
tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung
pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk
Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu
mendapat kritikan negatif dari sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan
keberhasilan dan popularitas pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang
Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak. "Lambang Pramuka tidak benar digunakan
tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang lain pula. Itulah yang kemudian
mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota Paskibraka yang baru dan
dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka itu.

49
Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai
mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat
dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah
ketupat.

Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas
permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh
dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan
membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan
berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan
gembira”.

Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab


antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin)
tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan
golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan
kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat
ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah
tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.

Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan


kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi
terbentuknya pasukan.

Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana


berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat sederhana: di
tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang tulisan
“PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA”.

50
TANDA PENGUKUHAN

Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat


Perintis/Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan
Pemuda/Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab
Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang Merah
Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai "kiasan"
kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya.

Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit
adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada
kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat
ksatria dalam pemikiran,perkataan dan perbuatannya sehari-hari.

Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971)


kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk
anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/pembina. Karena kendit warna polos
menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman
disempurnakan menjadi kendit bermotif.

Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada
Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai
belah ketupat. Setiap matarantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang
membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCA-
SILA”.

51
Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk
melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam
Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya, ukuran kendit baru
dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm).

Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian.


Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih tanpa gambar garuda dengan
ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini
berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-
putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan
dari depan). Ukuran lencana untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni
tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm.

Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau


dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.
 Warna hijau untuk Latihan Perintis/PemulaPemuda
 Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda
 Warna coklat untuk Latihan Penuntun Pemuda
 Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda
 Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan
 Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan

Kedua Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda.


Lencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiri
baju), baik pada seragam maupun baju biasa sehari-hari. Sedangkan kendit, dililitkan
ke pinggang dan disimpulmatikan di bagian depan (perut) dan hanya dikenakan saat
menghadiri upacara pengukuhan, tidak untuk sehari-hari.

52
SEJARAH PURNA PASKIBRAKA INDONESIA

PURNA PASKIBRAKA INDONESIA


Dari Dulu Hingga Kini
Cikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara
nyata di Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat
Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu
mereka menyampaikan keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina
lalu menawarkan sebuah nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti
ikatan persahabatan para alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian
digodok lagi dan akhirnya disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP)
Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka.
PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para
alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi
REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA
PASKIBRAKA (EPP).
Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah
melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi
di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk
organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta,
Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk
melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya
dibina melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai
perangkat dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam
kegiatan pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.
Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk
mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk
program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat itu baru CWY atau
Indonesia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang). Organisasi itu
diberi nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI).
Maka, selain di Jakarta, Bandung dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di
daerah lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu berlangsung sampai tahun 1985,
ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa penggabungan Purna Paskibraka dengan
alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Karena itu, sebagai
hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna Program Binmud di Cisarua, Bogor —yang
dihadiri oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia serta para alumni Paskibraka dan
pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/ E/O/1985
tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para alumni dalam dua organisasi, masing-
masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda dan PURNA PASKIBRAKA
INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan alasan untuk menjaga agar

53
keputusan itu tidak ”mencederai hati” para Purna Paskibraka yang telah lebih dulu
mendirikan PEP, RPP dan EPP, maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi
binaan Depdikbud yang bersifat regionalprovinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap
provinsi namun tidak mempunyai Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah
pilihan yang sulit, bahkan ”absurd”.
Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi tapi tidak
mempunyai forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat. Ternyata, hal itu dipicu
oleh kekhawatiran organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan pemerintah yang melihat
PPI adalah sebuah ancaman. Namun, dengan kegigihan para Purna Paskibraka yang
ada di Jakarta, akhirnya kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu
dan bekerja keras untuk dapat menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah
Musyawarah Nasional (Munas). Tanggal 21 Desember 1989, melalui Munas I di
Cipayung, Bogor, terbentuklah secara resmi PPI Pusat, lengkap dengan perangkat
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

54
LAMBANG PURNA PASKIBRAKA INDONESIA

Makna dari lambang tersebut adalah :

Lambang berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di
atas air, hal ini bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda dan pemudi yang
tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang berkembang dan
membangun.
Bunga teratai berdaun bunga 3 (tiga) helai tumbuh ke atas (mahkota bunga), bermakna
belajar, bekerja, dan berbakti.

Bunga teratai berkelopak 3 (tiga) helai mendatar bermakna aktif, disiplin, dan gembira.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi
muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin)
tanah air.

Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan
golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat.
Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan
nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam
dalam dada setiap anggota Paskibraka.

55
LAGU-LAGU PASKIBRA

Mars paskibra

Pasukan pengibar bendera

Putra putri teladan

Dari seluruh wilayah

Republik Indonesia (kesatuan)

Menurut perintah selalu

Senior dan pelatih

Demi jayanya nusa bangsa

Kita selalu bersiap

Saat sentosa tak oleh terganggu

Siang dan malam tak mengenal waktu

Panas dan hujan tak akan jadi rintangan

Se ia sekata sanggup berkorban jiwa

Itulah semboyan kita……..

SI KINA
Sikina jamalika alenaja………
Sikina jamalika alenaja………
Alee…….. naja ale….. naja ale…. Naja alam Huuu Ha…..
Sikina jamalika
Sikina jamaliki
Alee…….. naja ale….. naja ale…. Naja alam Huuu Ha…..

56
TINGGALKAN AYAH TINGGALKAN IBU
Tinggalkan ayah tinggalkan ibu (ayah ibu)
Izinkan kami pergi berjuang (berjuang)
Dibawah kibaran merah putih (Merah putih)
Majulah, ayo maju menyerbu (serbu)
Tidak kembali pulang (tak kan pulang)
Sebelum Paskibra yang menang (pasti menang)
Walau mayat terdampar dimedan perang
Demi bangsa kurela berjuang (berjuang)
Maju……. Ayo maju……. Ayo terus maju……….
Seingkirkan dia………. Dia…….. dia……..
Kikis habislah mereka demi Negara Indonesia
Wahai kawanku, para remaja
Dimana saja berada….
Teruskan perjuangan para pahlawan
Demi bangsa kurela berjuang…… (berjuang)
Maju……. Ayo maju……. Ayo terus maju……….
Seingkirkan dia………. Dia…….. dia……..
Kikis habislah mereka demi Negara Indonesia
Wahai kawanku, para remaja
Dimana saja berada….
Teruskan perjuangan para pahlawan
Demi bangsa kurela berjuang…… (berjuang)

GEMBIRA

Gembira-gembira paskibra gembira, ha…. Ha…


Gembira-gembira paskibra perkasa, ha … ha …
Siapa,siapa, siapa mau bersusah
Susah itu adalah bagi jiwa yang lemah
Gembira-gembiralah
SATU MINGGU
Satu minggu kita sama-sama…
Tuk berbhakti pada nusa bangsa…
Dibina ditempa bersama…
Tuk jadi paskibra yang jaya…
Ha…ha…ha…
Walau berda suku dan agama…
Tapi satu semboyan paskibra…
Berani benar dan berhasil…
Tuk jadi paskibra yang jaya…
Ha…ha…ha…
Lala…4x

57
Hoho…4x
Lala…4x
Tuk jadi paskibra yang jaya…
Ha…ha…ha…

OTO BEMO
Oto bemo (bemo oto)
Tiga beroda (beroda tiga)
Tempat berhenti (berhenti di tempat)
Kota ditengah-tengah (ditengah-tengah kota)
Panggil nona (nona panggil)
Naik segera (segera naik)
Bilang nona (nona bilang)
Uang tidak punya (tidak punya uang)
Kaki jalan saja (jalan kaki saja)
Oh… kasihku (kasihku oh..)
Oh… sayangku (sayangku oh..)
Relakanlah (relakanlah)
Daku pergi (pergi daku)
Kekota serang (serang ke kota)
Dibikin item (item dibikin)
Dibikin jelek (jelek dibikin)
Tapi tetap keren (keren tapi tetap)
Tapi tetap ganteng (ganteng tapi tetap)

KAPAL SELAM
Kapal selam tangkinya bocor
Timbul tenggelam di perbatasan (hooooi) 2x
Buat apa susah hati, susah hati
Buat apa sedih hati, sedih hati
Paskibra tak pernah bersedih
Hanya dongkol dalam hati
Putih-putih pakaiannya, pakaiannya
Macam-macam atributnya, atributnya
Peci hitam dikepalanya
Teratai putih dipundaknya, hooi….hoi……..

LAGU BERLARI
Pagi-pagi berlari
Tinggalakan ayah ibu
Tinggalkan sijantung hati
Demi sang Merah putih

58
Heeeeyyy……… Heeeeyyy………
Heeeeeoooo……. Heeeeeoooo…….
Ma ma ma ma can you See??? (Ma ma ma ma can you See???)
Paskibra is number one
Paskibranya keren-keren
Seniornya lebih keren
Heeeeyyy……… Heeeeyyy………
Heeeeeoooo……. Heeeeeoooo…….

LAGU MAKAN
Bila makan telah tiba
Segera menuju ruang makan
Bangkitkan semangatmu paskibra
Siapkan perut untuk diisi
Jangan lupa habiskan nasi
Juga dengan lauk-pauknya
Sayur mayur juga disikat
Hindarkan bicara dengan teman

Derap langkah
Derap langkah nan gagah perkasa
Seirama dan satu suara
Sambil bernyanyi lagu Paskibraka
Itulah langkah pasukan paskibra
Ayun kakimu kiri dan kanan
Atur jarak jaga kerpaihan
Jangan sampai merusak barisan
Banjar dan shafnya harus di luruskan… 2x

Holesio manise
Gadis pandeglang aduh manise
Mama tinggal di rumah
Bapak cari ABG
Holesio…sio maniseee…

FORGET TO ME
Saya tunggu engkau, saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
Saya taha sakit-sakit
Jungkir balik di paskibra
Rupanya engkau forget to me
Disini aku jadi tambah senang (cihuuuyyy……)

59
Andai aku burung aku lepas terbang
Cita-citaku ingin jadi paskibraka
Bangun pagi-pagi menuju medan latihan
Untuk mengikuti latihan dasar paskibra
Disinilah aku dibina dan ditempa
Para pelatih perkasa…………..
Mau makan jalan jongkok
Sudah makan lompat kodok
Dicaci dimaki dan dibentak-bentak
Wahai pelatihku betapa majam matamu
Wahai pelatihku betapa sayang padaku
Andaikan kau tahu isi dihatiku
Kucinta padamu………
Kusayang padamu……

DOLEWAH KICAK
Dolewah kicak waduk
Duka waduk saha
Anget keneh pisan santri mawa dodol
Dolewah kicak waduk
Duka waduk saha
Anget keneh pisan santri mawa dodol
Dolewah kicak waduk
Duka waduk saha
Anget keneh pisan santri mawa dodol

CITA-CITA
Dulu aku bercita-cita
Menjadi anggota paskibra
Berani tegap gagah perkasa
Tunaikan tugas yang mulia
Tegas, tegap penuh wibawa
Semangat yang tak kunjung padam
Berdiri tegap gagah perkasa
Tunaikan dengan penuh rasa bangga
Kini aku sedang ditempa
Untuk menjadi anggota paskibra
Lupa sanak, lupa saudara
Lupakan saja semuanya
Saya tahan sakit-sakit
Sampai masuk rumah sakit
Saya tahan menderita
Tiap hari kuditempa

60
Walau diriku ditempa hatiku selalu gembira
Gembira……. Gembira ………. Selamanya
Bergembira, senantiasa selalu gembira
Hilangkan lah rasa sedih sejauh-jauhnya
Rasa sedih, rasa susah
Tak ada gunanya
Berlatih dengan gembira
Paskibra yang jaya
Hiduplah paskibra angkatan 2011.

IZINKAN

Tinggalkan ayah tinggalkan ibu (ayah ibu)


izinkan kami pegi berjuang (berjuang)
dibawah kibaran Merah putih
majulah ayo maju Menyerbu (serbu)
tidak kembali pulang (tak kan Pulang)
Sebelum Paskibra yang menang (pasti menang)
Walau mayat terdampar di medan perang
demi bangsa kurela berjuang
Maju ayo maju ayo terus maju……..
Seingkirkan dia , dia, dia
kikis habislah mereka
Semi negara Indonesia
wahai kawan ku para remaja dimana saja berada….
Teruskan perjuangan para pahlawan demi bangsa….
Kurela berjuang!!!

FORGET TO ME

Saya tunggu engkau saya tunggu engkau


Rupanya engkau forget to me
Saya tunggu engkau saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me

Saya tahan sakit sakit jungkir balik dilapangan


Rupanya engkau forget to me
Rambate ratahaya tarik tambang

61
Disini aku makin tambah senang

Andaikan aku burung aku akan terbang


Suatu hari nanti jadi Paskibraka
Bangun pagi-pagi menuju kelapangan
Untuk mengikuti latihan orientasi

Tak tahan rasanya ingin segera pulang


Latihan belum usai
Mau makan jalan jongkok
Habis makan lompat kodok

Dicaci , dimaki dan dibentak-bentak


Wahai seniorku betapa kejam dirimu
Wahai seniorku betapa tajam matamu
Wahai seniorku tak tahukah engkau
( Kusayang padamu_kusayang padamu )

DERAP LANGKAH

Derap langkah nan gagah perkasa


Seirama dan satu suara
Sambil bernyanyi lagu hura-hura
Itulah langkah Paskibra

Ayunkan kakimu kiri dan kanan ( Kiri,kanan )


Atur jarak jaga kerapihan ( Kerapihan )
Jangan sampai merusak barisan
Banjar dan sapnya harus diluruskan

62
BIODATA

1 Nama Lengkap : Beni Bandaniji Aripin


2 Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang 13 Mei 1987
3 Alamat : Jl. Lintas Timur Km.05 Kp. Petir lebak Rt/Rw 02/14
kel.Sukaratu Kec.Majasari Kab.Pandeglang Banten
4 Jurusan/Prodi : Ilmu Hukum
5 Fakultas : HUKUM
6 Email : benibandaniji@yahoo.com
7 No HP : 0817 090 2097
8 Riwayat pendidikan :
 SDN Sukaratu Tahun 1994 - 2000
 MTS Nurul Dzulam Tahun 2000 - 2003
 MAN 1 Pandeglang Tahun 2003 - 2006
 UNMA BANTEN Tahun 2009 – 2012
9 Prestasi Yang Pernah Diraih
a. Pengurus Paskibraka Kab.Pandeglang (sampai sekarang)
b. Pengurus ikatan keluarga alumni MAN Pandeglang (sampai sekarang)
c. Ketua PERMAHI BANTEN 2010-2011 (perhimpunan mahasiswa hukum indonesia)
d. Delegasi Protikoler ISTANA PRESIDEN 2012 asal Propinsi BANTEN
Pandeglang, September 2012

Beni Bandaniji Aripin

63
Beni Bandaniji Aripin & Presiden RI

( Protokoler ISTANA NEGARA Perbantuan Gabungan 2012 )

64
65

Anda mungkin juga menyukai