Anda di halaman 1dari 13

1.

Nama-Nama Presiden Indonesia


1.Soekarno

Presiden pertama Indonesia adalah Ir. Soekarno. Ia lahir di Surabaya, 6


Juni 1901 dengan nama asli Koesno Sosrodihardjo. Soekarno kemudian
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 di usia yang ke-69 tahun.

Bersama Mohammad Hatta, Soekarno dikenal sebagai pahlawan


proklamator yang berjuang dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Masa jabatan presiden Soekarno dimulai tanggal 18 Agustus 1945
sampai tanggal 12 Maret 1967. Soekarno berasal dari Partai Nasional
Indonesia (PNI).

Ia juga merupakan yang pertama kali merumuskan teks Pancasila.


Selama menjabat sebagai presiden, wakil presiden Soekarno adalah
Mohamamad Hatta. Namun mulai tahun 1956, tidak ada yang bertindak
sebagai wakil presiden.

2. Soeharto

Presiden kedua Indonesia adalah Soeharto. Ia lahir di Bantul, Yogyakarta pada


8 Juni 1921. Soeharto kemudian meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 di usia
yang ke-86 tahun.

Sebelum menjadi presiden Soeharto merupakan pimpinan militer. Soeharto


menjadi presiden terlama Indonesia yang menjabat selama 31 tahun. Masa
jabatan presiden Soeharto dimulai tanggal 12 Maret 1967 sampai tanggal 21
Mei 1998. Soeharto berasal dari partai Golkar.

Selama menjabat sebagai presiden, wakil presiden Soeharto adalah Sri Sultan


Hamengkubuwono IX (1973-1978), Adam Malik (1978-1983), Umar
Wirahadikusumah (1983-1988), Sudharmono (1988-1993), Try Sutisno (1993-
1998) dan BJ Habibie (1998).
3. BJ Habibie

Presiden ketiga Indonesia adalah BJ Habibie. Ia lahir di Parepare, 25 Juni 1936


dengan nama Bacharuddin Jusuf Habibie. Sebelumnya ia menjadi wakil
presiden dari Soeharto.

BJ Habibie menjadi presiden dengan masa jabatan tersingkat, yakni hanya 1


tahun 5 bulan saja. Masa jabatan presiden Habibie dimulai tanggal 21 Mei
1998 sampai tanggal 20 Oktober 1999. BJ Habibie berasal dari partai Golkar.

Habibie juga menjadi satu-satunya presiden Indonesia yang berasal dari luar
pulau Jawa. Ia juga merupakan seorang ilmuwan dan insiyur terkemuka.

4. Abdurrahman Wahid

Presiden keempat Indonesia adalah Gus Dur. Ia lahir di Jombang, 7 September


1940 dengan nama asli Abdurrahman Wahid, namun kemudian lebih akrab
dipanggil Gus Dur. Gus Dur kemudian meninggal di Jakarta, 30 Desember
2009 di usia yang ke-69 tahun.

Ia juga dikenal sebagai ulama atau tokoh agama dari organisasi Nahdlatul
Ulama (NU). Masa jabatan presiden Gus Dur dimulai tanggal 20 Oktober 1999
sampai tanggal 23 Juli 2001. Gus Dur berasal dari Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB).

Selama menjabat sebagai presiden, wakil presiden Gus Dur adalah Megawati
Soekarnoputri yang kemudian menggantikannya sebagai presiden ke-5.

5. Megawati Soekarnoputri

Presiden kelima Indonesia adalah Megawati Soekarnoputri. Ia lahir di


Yogyakarta, 23 Januari 1947 dengan nama lengkap Dyah Pertama Megawati
Setyawati Soekarnoputri. Ia merupakan anak dari Soekarno yang merupakan
presiden pertama Indonesia.
Megawati menjadi presiden perempuan Indonesia pertama dan satu-satunya
sampai saat ini. Masa jabatan presiden Megawati dimulai tanggal 23 Juli 2001
sampai tanggal 20 Oktober 2004.

Megawati berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Selama


menjabat sebagai presiden, wakil presiden Megawati adalah Hamzah Haz.

6. Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden keenam Indonesia adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia lahir di


Pacitan, 9 September 1949. Ia lebih dikenal dengan nama inisialnya, yaitu SBY.

SBY menjadi presiden pertama Indonesia yang terpilih secara langsung lewat
pemilu. Masa jabatan presiden SBY dimulai tanggal 20 Oktober 2004 sampai
tanggal 20 Oktober 2014 selama 2 periode terpilih. SBY berasal dari Partai
Demokrat.

Selama menjabat sebagai presiden, wakil presiden SBY adalah Jusuf Kalla
(antara tahun 2004-2009) dan Boediono (antara tahun 2009-2014).

7. Joko Widodo

Presiden ketujuh Indonesia adalah Joko Widodo. Ia lahir di Surakarta, 21 Juni


1961. Ia lebih akrab dipanggil dengan nama Jokowi.

Masa jabatan presiden Jokowi dimulai tanggal 20 Oktober 2014 dan tetap
menjabat sampai sekarang ini. Jokowi berasal dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P).

Selama menjabat sebagai presiden, wakil presiden Jokowi adalah Jusuf Kalla.
Urutan Presiden Indonesia
Tempat Tanggal Masa Partai
Urutan Nama Presiden
Lahir Jabatan Politik

Surabaya, 6 Juni
1 Soekarno 1945-1967 PNI
1901

2 Soeharto Bantul, 8 Juni 1921 1967-1998 Golkar

Parepare, 25 Juni
3 BJ Habibie 1998-1999 Golkar
1936

Jombang, 7
4 Abdurrahman Wahid 1999-2001 PKB
September 1940

Megawati Yogyakarta, 23
5 2001-2004 PDI-P
Soekarnoputri Januari 1947

Susilo Bambang Pacitan, 9


6 2004-2014 Demokrat
Yudhoyono September 1949

Surakarta, 21 Juni
7 Joko Widodo 2014-2019 PDI-P
1961
2. Pahlawan Revolusi Indonesia

No Tanggal Dasar
Nama Gambar Gelar
. penetapan penetapan

Jenderal Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


1
(anm.) Ahmad Yani Revolusi 1965 111/KOTI/1965

Letnan Jenderal Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


2
(anm.) R. Suprapto Revolusi 1965 111/KOTI/1965

Letnan Jenderal Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


3
(anm.) M.T. Haryono Revolusi 1965 111/KOTI/1965

Letnan Jenderal Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


4
(anm.) S. Parman Revolusi 1965 111/KOTI/1965
No Tanggal Dasar
Nama Gambar Gelar
. penetapan penetapan

Mayor Jenderal Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


5
(anm.) D.I. Pandjaitan Revolusi 1965 111/KOTI/1965

Mayor Jenderal
Pahlawan 5 Oktober Keppres No.
6 (anm.) Sutoyo
Revolusi 1965 111/KOTI/1965
Siswomiharjo

Kapten (anm.) Pierre Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


7
Tendean Revolusi 1965 111/KOTI/1965

AIPDA (anm.) Karel Pahlawan 5 Oktober Keppres No.


8
Satsuit Tubun Revolusi 1965 114/KOTI/1965
No Tanggal Dasar
Nama Gambar Gelar
. penetapan penetapan

Brigadir Jenderal
Pahlawan 19 Oktober Keppres No.
9 (anm.) Katamso
Revolusi 1965 118/KOTI/1965
Darmokusumo

Keppres No.
Kolonel Pahlawan 19 Oktober
10 118/KOTI/1965
(anm.) Sugiono Revolusi 1965

3. Hasil perundingan tertuang dalam 17 pasal. 4 (Empat) isi pokok


pada perundingan linggar jati adalah :

1. Belanda mengakui secara defacto wilayah RI / Republik Indonesia, yaitu


Jawa, Sumatera dan Madura.

2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 januari


1946.

3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik


Indonesia Serikat atau RIS.

4. Dalam bentuk RIS indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /


Uni Indonesia Belanda dengan mahkota negeri Belanda debagai kepala
uni.

4. Makna Proklamasi Bagi bangsa Indonesia yaitu :


a) Bangsa Indonesia dengan tekad yang bulat dan percaya pada
kekuatan sendiri telah menjadi bangsa yang merdeka, bebas dan
tekanan dan penjajahan asing yang telah dideritanya sejak lama.
Dengan kemerdekaan ini, bangsa Indonesia berhak mengatur
sendiri negaranya serta berusaha sekuat tenaga
mempertahankannya dan gangguan bangsa asing.

b) Bangsa Indonesia menjadi pelopor bangsa-bangsa di Asia-


Afrika untuk memerdekakan diri dari penindasan bangsa Asing.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa Asia pertama yang
merdeka setelah Perang Dunia II usai. Proklamasi Kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945, tiga hari setelah Perang Dunia II
selesai, dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika
terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Hal ini
memberi peluang kepada bangsa Indonesia untuk menentukan
nasibnya. Hasilnya adalah Proklamasi Kemerdekaan yang
menandakan bahwa bangsa Indonesia telah terbebas dan segala
bentuk ikatan bangsa-bangsa asing.
5. Lagu nasional beserta pencipta
 Rayuan Pulau Kelapa (Ismail Marzuki)
 Satu Nusa Satu Bangsa (Liberty Manik)
 Selamat Datang Pahlawan Muda (Ismail Marzuki)
 Serumpun Padi (Maladi)
 Syukur (Husein Mutahar)
 Tanah Airku (Ibu Soed)
 Tanah Airku (R. Iskak)
 Tanah Tumpah Darahku (Cornel Simanjuntak/Sanusi Pane)

6. Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l.,
diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-
singkatnya.
Djakarta, 17 - 8 - '05
Wakil2 bangsa Indonesia.

VISI DAN MISI

VISI :MEMBERIKAN PENGETAHUAN TENTANG UNSUR DASAR PBB DAN


MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA SETIAP ANGGOTA PASKIBRA
UNTUK DISPLIN,MANDIRI,SERTA MEMILIKI MENTAL YANG KUAT DALAM
BERSIKAP DI LINGKUNGAN MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK
MENJADI GENERASI PENERUS BANGSA YANG BERTANGGUNG JAWAB.

MISI :

1. MEMBENTUK PRIBADI PASKIBRA YANG DISIPLIN.


2. MEMBEKALI PENGETAHUAN TENTANG PBB KEPADA SETIAP ANGGOTA
PASKIBRA.
3. MEMBENTUK KUALITAS ANGGOTA PASKIBRA YANG KUAT.
4. MEMBENTUK RASA TANGGUNG JAWAB BERSAMA UNTUK MENCAPAI
PENDIDIKAN YANG BERMUTU.

Sejarah
Husein Mutahar, pendiri Paskibraka
Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia
dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan
RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya,
Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera
pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di
benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran
bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah
Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang
bertugas.
Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya
bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal
dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta. Lima
orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949,
pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang
sama.
Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak
lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka
pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah
Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para
pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di
Jakarta.
Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk
menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar
dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian
mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang
dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

 Pasukan 17 / pengiring (pemandu),


 Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
 Pasukan 45/pengawal.

Idik Sulaeman, Sang Pencetus Istilah Paskibraka


Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan
RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang
ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan
menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran
bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan
terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak
dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan
khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak mudah.
Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang
mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana
Kepresidenan Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah
para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi
mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota
pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung
upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi
Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat
I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai
dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang
Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana
Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan
menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu,
anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-
tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di
Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan
Pengerek Bendera Pusaka. Baru pada tahun 1973, Idik
Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka
dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari
KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA
berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut
Paskibraka.

Makna merah putih[


Sejarah
Artikel utama untuk kategori ini adalah Bendera Pusaka.
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau
pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.
[1]
 Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan
putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi
bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya
dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal
inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang
Austronesia — dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar. Merah dan
putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang
saling berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan
bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber
ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang
mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari.
Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah
digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri.
Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik
pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami
kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara
zat pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera
merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan
Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, bendera perang
Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih
sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih
dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah
bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar
melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
[2]
 Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah
menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah
dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit,
matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Di zaman
kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera
Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan
Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang. [3] Panji
kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung
warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan
hitam[4] yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit.
Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai
panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa
dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme
terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya
di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera
itu dilarang digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera
nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan
diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula. [5]

Anda mungkin juga menyukai