Anda di halaman 1dari 4

10 Tahap Pengibaran Bendera 1.

Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama sama, bukan memegang tiangnya, punggung tangan yang memegang tali menghadap ke depan 2. Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara membuka talinya. 3. Pengerek melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah terbelit. 4. Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang bendera. 5. Pengerek melakukan tindakan penyelamatan gaya tindakan penyelamatan ini bebas, yang penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek 6. Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang sebelah atas ke bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera warna putih. 7. Kemudian pembentang menyerahkan tali yang dipegangnya ke pengerek. 8. Langkah selanjutnya adalah pembentangan Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang baru bendera dibentangkan. Bersamaan dengan mundurnya pembentang, pengerek menarik tiga kali ( kondisikan ) Selanjutnya pembentang menolehkan kepala ke arah Pemimpin Upacara dan memberikan isyarat dengan lantang dan keras Bendera Siap . Pemimpin Upacara memberi aba aba penghormatan pada bendera merah putih. 9. Tindakan selanjutnya adalah pengerekan bendera Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang masih membentangkan bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak asal asalan, setelah sampai didepan tiang lemparkan ujung bendera berwarna putih ke arah belakang pembentang yang sesuai dengan arah angin. Bendera dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek, pengulur, dan pembentang menggenggam. Keadaan tangan Pengerek dan pembentang pada saat pengerekan terlihat seperti cermin. Bendera harus sudah sampai dipuncak tiang pada kata Hiduplah bait terakhir dari Lagu Indonesia Raya. Ketika aba aba TEGAK = GERAK dari Pemimpin Upacara, maka Pengerek dan Pembentang langsung mendekatkan tangan pada tiang, dan tali dari Pembentang langsung diambil oleh pengerek. 10. Langkah yang terakhir adalah pengikatan tali pada tiang. Pengikatan tali ini dilakukan oleh Pengerek Yang harus diperhatikan dalam pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada diatas tidak boleh turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus diikatkan terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai tali tersebut habis.

1. Bendera Merah Putih Ukuran perbandingan 2 : 3 Ukuran terbesar 2 X 3 meter Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter

2. Tiang Bendera Minimal 5 meter maksimal 17 meter Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 7 Ukuran yang ideal untuk sekolah tingkat SMP 7 8 meter

SEJARAH PENGIBARAN BENDERA Bendera Pusaka dikibarkan pada tahun 1945 di Jakarta. Namun pada tahun 1946 1948 Bendera Pusaka dikibarkan di Yogyakarta. Pada waktu itu dikibarkan dengan formasi 5 orang (3 putri dan 2 putra), formasi ini berdasarkan Pancasila. Bendera Pusaka dikibarkan sejak tahun 1945 1966 dengan formasi tersebut, sedangkan sejak tahun 1967 mulai menggunakan formasi pasukan 17-8-45 dan sejak saat itu pula Bendera Pusaka diganti dengan Bendera Duplikat. Bendera Duplikat dibuat di Balai Penelitian Tekstil Bandung yang dibantu oleh PT Ratna di Ciawi, Bogor. Upacara penyerahan Bendera Duplikat dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta yang bertepatan dengan reproduksi Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Bendera Duplikat mulai dikibarkan bersama dengan utusan-utusan dari 26 propinsi sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang. Bendera Duplikat dibuat dari benang wol dan terbagi menjadi 6 carik kain (masingmasing 3 carik merah dan putih). Sedangkan Bendera Pusaka terbuat dai kain sutera asli. Nama pasukan pengibar bendera pada tahun 1967 1972 dinamakan Pasukan Pengerek Bendera, sedangkan mulai tahun 1973 sampai dengan sekarang dinamakan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Regu-regu pengibar sejak thun 1950 1966 diatur oleh rumah tangga kepresidenan, setelah itu diganti oleh Direktorat Pembinaan Generasi Muda. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 menetapkan peraturan tentang Bendera Pusaka, tanggal 26 Juni 1958 dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 65 tahun 1958 dan penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara Nomor 1.633, diundangkan pada tanggal 10 Juli 1958. Dalam peraturan tersebut, hal-hal penting yang dimuat antara lain : 1. Bendera Pusaka ialah bendera kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 (Pasal 4 ayat 1); 2. Bendera Pusaka hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus (Pasal 4 ayat 20; 3. Pada waktu penaikan atau penurunan bendera kebangsaan, maka semua yang hadir tegak, berdiam diri sambil menghadap muka kepada bendera sampai upaca selesai. Mereka yang berpakaian seragam dari suatu organisasi memberi hormat menurut cara yang telah ditentukan oleh organisasinya itu. Sedangkan mereka yang tidak berpakaian seragam memberi hormat dengan meluruskan tangan ke bawah dan melekatkan telapak tangan dengan jari-jari rapat pada paha dan semua jenis penutup kepala harus dibuka kecuali kopiah, ikat kepala, sorban, dan tudungan atau topi wanita yang dipakai menurut agama atau adar kebiasaan (Pasal 20); 4. Pada waktu dikibarkan atau dibawa, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh tanah, air, atau benda-benda lain. Pada bendera kebangsaan tidak boleh ditaruh lencana, huruf, kalimat, angka, gambar, atau tanda-tanda lain (Pasal 21).

Anda mungkin juga menyukai