Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM

MANDALA WANGSIT
Dalam rangka memenuhi tugas portofolio mata pelajaran sejarah

Disusun oleh:
Afifah Fauziyyah
Alliya Imala Putri
Anindizki
Anthonio Akbar
Firda Amalia
Fitri Rahmasari
Gia Nurizqina
Muhamad Fauzi
Putri Nur Annisa
Ridwan Rozikin
Syabil Syach Pachlefi
Virli

SMA NEGERI 6 BANDUNG


Jl. Pasir Kaliki No. 51, Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat 40172
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah museum senjata yang merupakan lintasan sejarah
perjuangan rakyat Jawa Barat dan Divisi Siliwangi. Nama
Siliwangi sendiri merupakan nama seorang pendiri Kerajaan Pajajaran, raja yang
terkenal sangat arif dan bijaksana serta berwibawa dalam menjalankan tugasnya di
pemerintahan yaitu Prabu Siliwangi, dan yang kedua Siliwangi diambil dari nama
kesatuan TNI Angkatan Darat di Jawa Barat yaitu kodam III Siliwangi. Sedangkan
Mandala Wangsit berasal dari bahasa Sansekerta, Mandala adalah tempat dan
Wangsit adalah pesan. Jadi, arti secara keseluruhan Museum Mandala Wangsit
adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, nasihat, ataupun petuah-petuah
dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus dalam bentuk benda-benda
peninggalannya.
Lokasi museum terletak di jalan Lembong No 38, Bandung. Nama jalan
tempat museum diambil dari nama Letkol Lembong, salah satu prajurit Siliwangi
yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil.
Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg. Akses untuk mengunjungi
museum ini terbilang mudah, hanya saja di jalan Lembong tersebut tidak ada
penanda khusus yang menunjukkan bahwa adanya museum, sehingga hanya
sebagian orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya. Sebenanya lingkungan
sekitar museum cukup ramai, karena letak museum cukup strategis berada di depan
hotel Panghegar dekat dengan pusat perbelanjaan yaitu Bandung Electronic Center
(BEC) dan Bandung Indah Plaza (BIP), taman Vanda, Balai Kota, Tugu Sepak
Bola, selain itu juga dekat dengan jalan Braga, yang dimana jalan tersebut sering
dikunjungi banyak orang, sehingga memberikan dampak positif bagi museum.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki areal seluas 4176 m2 dan luas
bangunan 1674 m2, menempati sebuah gedung yang pernah digunakan sebagai
markas Divisi Siliwangi yang pertama di kota Bandung (Staf Kwartier Territorium
III Divisi Siliwangi) pada tahun 1949-1950 yang berlokasi di Oude Hospital Weg
(sekarang jalan Lembong). Sebagai markas militer, pada tanggal 23 Januari 1950
gedung ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) di bawah pimpinan Kapten Raymond Wensterling. Dalam peristiwa
tersebut gugur sebanyak 79 Prajurit TNI/Siliwangi, termasuk diantaranya Mayor
Adolp Lembong. Mengingat pentingnya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai
kejuangan 45 kepada generasi muda agar kesadaran serta penghayatan terhadap
sejarah perjuangan bangsanya tetap utuh, maka Kodam III/Siliwangi memandang
perlu untuk mendirikan Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
Bangunan ini diresmikan sebagai Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada
tangal 23 Mei 1966 oleh Panglima Divisi Siliwangi ke VIII Kolonel Ibrahim Adjie.
Kemudian pada tahun 1979 dibangun lantai 2 yang lalu diresmikan pada tanggal 10 November
1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15 Mayjen Yoga Sugama dan Prasastinya di tandatangani oleh
mantan Presiden RI Soeharto. Bangunan museum ini terlihat sangat gagah dan kuat, terlihat
kondisi bangunan masih kokoh, hanya saja di dalam ruangan ada tembok yang sudah rapuh, dan
juga atap yang bocor yang perlu diperbaiki. Museum ini juga termasuk ke dalam kategori
museum sejarah atau perjuangan tingkat Kodam. Pada saat ini koleksi yang berada di Museum
Mandala Wangsit kurang lebih sebanyak 1500 kolesi. Koleksi yang ada merupakan koleksi yang
bernilai sejarah dari kurun waktu antara masa perjuangan kemerdekaan, masa perang
kemerdekaan 3dan masa selanjutnya yang berhubungan dengan perjuangan Divisi Siliwangi dan
rakyat Jawa Barat umumnya. Benda-benda yang berhasil dikumpulkan diantaranya berupa
senjata tradisional berbentuk kujang, keris, pedang, golok, tombak, panah, pedang bambu, dan
Samurai, senjata api dari berbagai jenis dan kategori, serta berbagai kendaraan militer yang
pernah digunakan. Adapun benda lainnya berupa alat dan perlengkapan yang pernah
dipergunakan Divisi Siliwangi dan rakyat Jawa Barat dalam bertempur untuk mempertahankan
daerahnya. Koleksi yang ditampilkan di museum ini sangat memberikan kesan yang menarik dan
membuat penasaran pengunjung, koleksi yang ditampilkan memiliki nilai sejarah, nilai budaya
dan juga mengandung unsur pendidikan. Dengan melihat koleksi yang ada di museum ini, dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai masa-masa perjuangan kemerdekaan.
Selain koleksi berupa berbagai senjata yang digunakan ketika perang, ada lukisan-lukisan, dan
juga inovasi koleksi yaitu berupa diorama-diorama peristiwa yang terjadi pada masa perjuangan
merebut kemerdekaan. Untuk pengadaan koleksi itu sendiri dibuat tim khusus yaitu tim benda
cagar 3budaya. Koleksi museum didapatkan dari hibah atau hadiah dari perorangan biasanya
veteran yang memang memiliki benda-benda peninggalan sejarah.
Koleksi yang sudah di dapat bisa dipamerkan apabila koleksi tersebut mengandung
nilai sejarah dan ada deskripsinya. Apabila tidak, koleksi tersebut dikembalikan
kepada pemiliknya ataupun disimpan di studio koleksi. Untuk pelabelannya
menggunakan dua sistem yang pertama grup label, yaitu kumpulan benda dengan
satu keteranag, dan yang kedua yaitu individu label maksudnya satu benda satu
keterangan.Pameran dari museum ini tidak ada tema khusus, karena koleksi yang berada di
museum ini disesuaikan dengan nama museum yaitu Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang
merupakan sebuah tempat untuk menyimpan amanat, nasihat, ataupun petuah-petuah dari
pejuang masa lalu kepada generasi penerus dalam bentuk benda-benda peninggalannya. Dan
koleksinya berupa benda-benda yang berhubungan dengan peristiwa Siliwangi.
Konten pameran yang ditampilkan sangat sesuai dengan nama museumnya,
karena koleksi yang ada mengandung nilai sejarah dari pejuang masa lalu yang
diwariskan kepada generasi mudanya, yang disajikan dalam bentuk benda-benda,
lukisan, serta diorama kejadian peperangan pada masa kemerdekaan.
Konsep penyajian koleksi museum ini dibagi ke dalam sebelas bagian, dan
dipamerkan secara kronologis. Bagian-bagian tersebut memiliki tema masingmasing.
Ruangan pertama yang akan kita temukan ketika memasuki museum ini
adalah ruang "Zaman Pergerakan Nasional Indonesia". Kita akan langsung
dipertemukan dengan lukisan para pekerja romusa dan pekerja paksa, serta lukisan
perlawanan Tasikmalaya. Selain itu juga ada senjata-senjata yang digunakan pada
saat pergerakan Nasional.
Ruangan kedua adalah ruang "Detik-detik Proklamasi". Disini terdapat
koleksi-koleksi seperti naskah proklamasi kemerdekaan, dan bendera Merah-Putih
yang pernah dikibarkan oleh D. Suprayogi saat 17 Agustus 1945. Ada juga sosok
jubah berwarna hitam dan putih milik Kyai Agung Caringin yang berasal dari
Menes-Banten, dan Hj. Hasan Arif asal Cimareme.
Ruangan yang ketiga adalah "Palagan Bandung", kejadian-kejadian yang
pernah terjadi di kota Bandung. Selain lukisan-lukisan yang menggambarkan
peristiwa di kota Bandung, ada juga peralatan dan seragam yang digunakan oleh
anggota TRIP (tentara pelajar).
Ruangan keempat adalah ruang "Perang Kemerdekaan". Berisi peta (Long
March), ransel karung, tanda pangkat dari masa ke masa, jenis mata uang Republik
Indonesia dan yang lainnya.
Ruangan kelima adalah ruangan “Pemberontakan DI/TII”. Berisi teks
proklamasi berdirinya negara Islam, bendera grombolan DI/TII, dan ada beberapa
foto keganasan DI/TII serta diorama peristiwa trowek.
Ruangan keenam adalah ruangan “Penumpasan DI/TII”. Dalam ruangan ini
berisi benda-benda ataupun aksesoris yang digunakan oleh orang-orang yang
terlibat dalam peristiwa penumpasan DI/TII.
Ruangan ketujuh adalah ruangan “Lambang-Lambang Satuan Divisi
Siliwangi”. Berisi senjata-senjata api, mata uang PGRI, baju kurung, bendera
Maluku Selatan, dan yang lainnya.
Ruangan kedelapan adalah ruangan “Pemberontakan APRA – RMS di
Sulawesi Selatan”. Dalam ruangan ini berisi atribut-atribut yang digunakan ketika
pemberontakan, serta foto orang-orang yang ikut terlibat dalam pemberontakan,
seperti foto Kahar Muzakar.
Ruangan kesembilan adalah ruangan “Penumpasan G-30 S PKI dan Tugas
International 1965-1974”. Ruangan ini berisi pakaian seragam divisi siliwangi
tahun 1945-1965, the pictures of international duty, dan lain sebagainya.
Ruangan kesepuluh adalah ruangan “Operasi seroja Timur”. Dalam ruangan
ini berisi 14 lagu kemerdekaan yang dipajang di dinding, salah satunya lagu Halo-
Halo Bandung, selain itu juga berisi kumpulan senjata tajam dan senjata api.
Ruangan kesebelas adalah ruangan “Mantan-Mantan Panglima Siliwangi”
Dalam ruangan ini berisi foto mantan-mantan panglima Siliwangi, senjata-senjata
yang digunakan oleh panglima Siliwangi, kain adat, mata uang yang pernah beredar
di Timor-Timor, piagam, bendera UDT serta bendera Apodet.
Selain itu juga ada Ruang rahasia Wangsit Siliwangi, ruangan ini merupakan
ruangan khusus Prabu Siliwangi, didalamnya ada tiga patung harimau, lukisan
Prabu Siliwangi yang merupakan hibah dari Raden Muhammad Hasan, terdapat
kitab kujang, senjata Prabu Siliwangi, serta wangsit yang dipajang di dinding
tembok, yang ditulis dengan bahasa Sunda. Ruangan ini baru dibuat satu tahun yang
lalu, dan koleksi yang terdapat didalamnya tidak boleh dipegang.
Yang menjadi keunggulan museum ini adalah koleksi-koleksinya yang selalu
terjaga keasliannya, dan museum dijaga 24 jam. Terdapat CC-TV untuk mengawasi
pengunjung, dan ada tempat penyimpanan tas/barang, sehingga ketika melihat-lihat
koleksi pengunjung tidak diperkenankan tmembawa tas. Untuk perawatan koleksi
itu sendiri dilakukan secara rutinitas dan insidental, untuk senjata biasanya
dibersihkan memakai minyak senjata. Seharusnya untuk perawatan koleksi
berbahan kertas, kulit dan kayu dilakukan fumigasi, namun museum ini belum
pernah melakukan fumigasi, hanya saja pernah ada rehabilitasi museum pada tahun
2012.
Museum ini dibuka untuk umum pada hari Senin - Jumat, pukul 08.00 s.d.
15.00 WIB, Sabtu dan Minggu libur, serta hari-hari besar Nasional dan hari besar
lainnya pun museum ini libur. Untuk pengunjung museum ini kebanyakan
kunjungan dari sekolah-sekolah, dan biasanya museum sangat ramai ketika bulan
Oktober, November dan Desember, dan disesuaikan juga dengan kurikulum
sekolah. Tidak ada sistem tiket dalam mengunjungi museum ini, hanya saja
pengunjung memberi secara sukarela untuk perawatan koleksi museum.
Program dari museum ini diantaranya ada museum keliling, lalu ada program
mereka ulang tentang salah satu peristiwa, dimana para tentara memakai seragam
pejuang dan membawa senjata, biasanya dilakukan di Car Free Day. Programprogram
ini dilakukan secara insidental tergantung situasi dan kondisi, sesuai
permintaan. Promosi museum itu sendiri dilakukan melalui media cetak, elektronik,
dan media sosial.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini sangat membangkitkan rasa
penasaran, karena ketika pertama masuk kedalam ruangan suasana perjuangannya
begitu terasa, sehingga membuat para pengunjung penasaran ingin menelusuri lebih
lanjut ruangan-ruangan yang ada di museum. Hanya saja ketika memasuki kawasan
museum, penanda khusus yang menunjukkan letak museum itu berada kurang besar
sehingga tidak begitu terlihat. Sedangkan bangunan museum tersebut berada
dibelakang ruangan kantor komando daerah militer III/Siliwangi. Untuk pintu
masuk utama bangunan museum pun dibuat tidak berada di depan melainkan di
samping, dan itu membingungkan pengunjung. Selain itu untuk fasilitas parkir di
area museum ini, tidak ada petunjuk khusus arah parkir kendaraan di sebelah mana,
sehingga itu menyulitkan pengunjung yang membawa kendaraan, khususnya
motor.
Pesan yang dapat diambil ketika mengunjungi museum ini, yaitu pesan dari
para pejuang pahlawan zaman dahulu kepada generasi berikutnya yang
disampaikan melalui benda koleksi di dalamnya. Seolah-olah pahlawan tersebut
memberikan pesan kepada kita dalam hal ini pengunjung, pesannya itu teruskan
perjuangan ini. Masudnya kita sebagai generasi muda harus meneruskan
perjuangan para pahlawan, yang tentunya perjuangan zaman sekarang harus
disesuaikan dengan bidang profesi masing-masing, misalnya sebagai pelajar harus
belajar dengan baik, rajin dan tekun.
Harapannya ketika melihat koleksi benda yang ada di museum Mandala
Wangsit Siliwangi, seperti senjata-senjata yang digunakan bangsa Indonesia ketika
perang yang hanya menggunakan bambu runcing, golok, tombok, para pejuang bisa
mengalahkan tank-tank yang digunakan para penjajah. Meskipun dengan senjata
yang sederhana terbukti para pejuang mampu mengalahkan penjajah, karena
pejuang zaman dahulu memiliki rasa optimis dan semangat yang kuat. Jadi, ketika
memasuki museum ini diharapkan semangat para pejuang dapat diwarisi kepada
generasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. [s.a]. Museum Mandala Wangsit Siliwangi. [online]. Tersedia di:
http://www.bandungtourism.com/tododet.php?q=Museum%20Mandala%20
Wangsit%20Siliwangi#. Diakses 9 September 2015

Anonim. [2011]. Museum Mandalawangsit [online]. Tersedia di:


http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=472&lang=id.
Diakses 9 September 2015

Anda mungkin juga menyukai