Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEJARAH INDONESIA

BIOGRAFI PAHLAWAN INDONESIA


PERIODE 1948-1965
Letnan Jenderal Anumerta Suprapto

Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Rifqi Prihantono
Kelas : XII OA
NO. Abs : 16

Biografi Letnan Jenderal Anumerta Suprapto


BIODATA
Nama

: Suprapto

Lahir

: Purwokerto, 20 Juni 1920

Meninggal

: Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan

: Taman Makam Pahlawan


Kalibata, Jakarta

Agama

: Islam.

Pendidikan Umum :
MULO (setingkat SLTP)
AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun 1941
Kursus Pusat Latihan Pemuda
Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai
Pendidikan Tentara : Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak
sampai tamat.
Pengalaman Pekerjaan : Kantor Pendidikan Masyarakat
Karier Militer :
Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta
Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan
Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta
Staf Angkatan Darat, Jakarta
Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang
Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman
Anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi


BIOGRAFI
Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto lahir di Purwokerto, 20 Juni
1920, ini boleh dibilang hampir seusia dengan Panglima Besar Sudirman.
Usianya hanya terpaut empat tahun lebih muda dari sang Panglima Besar.
Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (setingkat SLTP) adalah AMS
(setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun
1941. Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi
sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki
pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung.
Pendidikan ini tidak bisa diselesaikannya sampai tamat karena pasukan Jepang
sudah keburu mendarat di Indonesia. Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan,
tapi kemudian ia berhasil melarikan diri. Selepas pelariannya dari penjara, ia
mengisi waktunya dengan mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan
keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Dan setelah itu, ia bekerja di Kantor
Pendidikan Masyarakat. Di awal kemerdekaan, ia merupakan salah seorang
yang turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di
Cilacap. Selepas itu, ia kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan
Rakyat di Purwokerto. Itulah awal dirinya secara resmi masuk sebagai tentara,
sebab sebelumnya walaupun ia ikut dalam perjuangan melawan tentara Jepang
seperti di Cilacap, namun perjuangan itu hanyalah sebagai perjuangan rakyat
yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.
Selama di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah
dengan ikut menjadi salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa
melawan tentara Inggris. Ketika itu, pasukannya dipimpin langsung oleh
Panglima Besar Sudirman. Ia juga salah satu yang pernah menjadi ajudan dari
Panglima Besar tersebut. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia
sering berpindah tugas. Pertama-tama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara

dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang. Dari Semarang ia kemudian


ditarik ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian
Pertahanan. Dan setelah pemberontakan PRRI/Permesta padam, ia diangkat
menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera yang
bermarkas di Medan. Selama di Medan tugasnya sangat berat sebab harus
menjaga agar pemberontakan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.
Pada pemberontakan yang dilancarkan oleh PKI tanggal 30 September
1965, dirinya menjadi salah satu target yang akan diculik dan dibunuh. Dan
pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari, Letjen. TNI Anumerta R. Suprapto
bersama enam perwira lainnya yakni Jend. TNI Anumerta Achmad Yani; Letjen.
TNI Anumerta S. Parman; Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono; Mayjen. TNI
Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S; dan Kapten CZI
TNI Anumerta Pierre Tendean berhasil diculik kemudian dibunuh secara
membabi buta dan jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang
Buaya tanpa prikemanusiaan.
R. Suprapto gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk mempertahankan
Pancasila. Bersama enam perwira lainnya ia dimakamkan di Taman Makan
Pahlawan Kalibata. Pangkatnya yang sebelumnya masih Mayor Jenderal
kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal sebagai penghargaan
atas jasa-jasanya. Untuk menghormati jasa para pahlawan tersebut, oleh
pemerintah Orde Baru ditetapkanlah tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai
hari Kesaktian Pancasila. Dan di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, di depan
sumur tua tempat jenazah ditemukan, dibangun tugu dengan latar belakang
patung ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut. Tugu tersebut dinamai Tugu
Kesaktian Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai