Anda di halaman 1dari 15

KONFERENSI PACCEKKE DI BARRU TAHUN 1947

Muchsin Firman
Program pascasarjana jurusan ilmu pengetahuan sosial
e-mail: ucchinkk088@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membicarakan mengenai perlawanan yang dilakukan oleh kesatuan TRIPS
dalam menghadapi pasukan Belanda di Barru pada tahun 1946-1948 yamg menyajikan latar belakang
diadakannya Konferensi Paccekke Tahun 1947, pelaksanaan Konferensi Paccekke tahun 1947, hasil
dari Konferensi Paccekke tahun 1947, sampai dengan dampak yang ditimbulkan pasca Konferensi
Paccekke tahun 1947.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah, melalui tahapan-tahapan kerja yang meliputi
heuristik atau tekhnik pengumpulan data, kritik yang bertujuan untuk menentukan atau menilai
sumber, interpretasi atau menentukan kedudukan fakta sejarah secara proporsional, dan historiografi
yang merupakan pengungkapan kisah sejarah dalam bentuk tertulis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang diadakannya Konferensi Paccekke adalah
untuk mempersiapkan pembentukan Tentara RI Sulawesi Selatan, melatih kader-kader tentara, dan
mengadakan operasi-operasi militer ke Sulawesi Selatan dan situasi politik dan jalannya perlawanan di
Sulawesi Selatan. Dalam hal ini perlawanan yang dibangun oleh rakyat Sulawesi dalam menghadapi
Belanda yang berusaha untuk kembali berkuasa di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Pada
awalnya Konferensi Paccekke akan dilaksanakan di daerah Salessoe. Hasil dari konferensi tersebut
adalah dibentuklah Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi Hasanuddin, dimana pada hakikatnya
konferensi ini bertujuan untuk mengorganisir kesatuan gerakan militer dalam satu komando yang
ditandai dengan perlawanan bersenjata terhadap Belanda semakin meningkat. Aksi-aksi sabotase
penghadangan dan penyerangan terhadap tentara Belanda. Dampak yang ditimbulkan pasca
Konferensi Paccekke tahun 1947 adalah seluruh Sulawesi Selatan secara umum, Barru secara khusus
berada dalam kekuasaan Belanda dan daerah Sulawesi Selatan belum seluruhnya kondusif.
Akhir penelitian ditarik kesimpulan bahwa dalam kurun waktu tahun 1947 sampai 1948
perlawanan yang dilakukan pasukan TRIPS terhadap Belanda terus dilakukan. Korban yang
berjatuhan pun tidak sedikit baik itu dari pasukan TRIPS maupun dari pasukan KNIL. Walaupun pada
akhirnya kekalahan dialami oleh pasukan TRIPS dikarenakan faktor persenjataan yang kurang lengkap
dan suplai makanan yang kurang memadai.
Kata kunci: Konferensi Paccekke di Barru.
Abstract

This study discussed about the resistance done by the TRIPS unit in facing the Dutch forces in
Barru in 1946-1948 which provided the background of Paccekke Conference in 1947, the
implementation of Paccekke Conference in 1947, the result of Paccekke Conference in 1947, and the
impact post Paccekke Conference in 1947.
The study employed historical method, conducted into several stages, namely heuristic or data
collection technique, critique which aims at determining or assess the sources, interpretation or
determaining the position of historical fact proportionally, and historiography which reveal the history
in written form.
The result of the study reveals that the background of Paccekke Conference conducted was to
prepare the formation of Indonesian Army in South Sulawesi, trained prospective army, and conducted
military operation in South Sulawesi and political situation, and the resistance in South Sulawesi. In
this case, the resistance built by the people of Sulawesi against the Dutch who would occupy
Indonesia faced numerous challenges. At the beginning, the Paccekke Conference would be held in
Salessoe area. The result of the conference was the formation of Indonesia Army of Hasanuddin
Division, which aims to organize a unit of a military movement in one command, signed by the armed
resistance against the Dutch army. The impact of post Paccekke Conference in 1947 was all South
Sulawesi in general, and Barru in particular was under the Dutch rule and South Sulawesi area was not
conducive yet.
The conclusion of the study is in the period of 1947 to 1948, the resistance conducted by
TRIPS troops against the Dutch continued. The casualties were inevitable from both sides-the TRIPS
troops. Eventually, the TRIPS troops were defeated due to weaponry shortage factor and insufficient
food supply.

Keywords: Paccekke Conference in Barru


PENDAHULUAN mengambil kesempatan dengan membentuk
NICA di Australia yang berencana memerintah
Kemerdekaan Indonesia yang kembali Indonesia dengan bergabung bersama
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tentara sekutu.
1945 oleh Bung Karno dan Bung Hatta, Aksi protes para pejuang pendukung
merupakan puncak perjuangan bangsa pemerintahan Republik Indonesia di Sulawesi
Indonesia membebaskan diri dari belenggu Selatan yang telah berdiri, khususnya para
penjajahan bangsa asing. Bagi bangsa pemuda di Makassar atas upaya NICA
Indonesia, kemerdekaan itu ialah hak segala (Netherlands-Indies Civil Administration) yang
bangsa, oleh sebab itu penjajahan di manapun hendak memerintah kembali Indonesia,
di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sehingga dapat menimbulkan perlawanan luas
sesuai dengan perikemanusiaan dan dari rakyat yang berakibat pertumpahan darah
perikeadilan. Perjuangan pergerakan yang tak terhindarkan antara rakyat setempat
kemerdekaan Indonesia sehingga tiba pada dengan NICA. Oleh karena itu, Dr. Ratulangi
saat proklamasi adalah berkat rahmat Allah mendirikan organisasi Badan Pusat
SWT, dan didorong oleh keinginan luhur Keselamatan Rakyat (BPKR) sebagai bentuk
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. perjuangan diplomasi daripada menempuh cara
Setelah kemerdekaan, Indonesia militer dalam mempertahankan pemerintahan
mengalami beberapa periode pemerintahan RI yang telah sah berdiri.
diantaranya orde lama, orde baru, dan Menurut Van Dijk (dalam Sitonda
reformasi. Orde lama adalah sebutan bagi 1983: 22) jumlah prajurit yang dikirim ke
periode pemerintahan di bawah Sulawesi sebanyak 1.200 prajurit. Abdul
kepemimpinan Presiden Soekarno yang Qahhar Mudzakkar sendiri masih berada di
berlangsung pada tahun 1945 sampai tahun Jawa hingga tahun 1949 memimpin pasukan
1968. Pada periode ini, Presiden Soekarno berani mati bersama sisa anggota Pasukan
berlaku sebagai Kepala Negara dan Kepala TRIPS untuk melawan agresi militer Belanda.
Pemerintahan.. Adapun dua belas ekspedisi yang berhasil
Dalam catatan sejarah perjuangan mendarat di Sulawesi inilah di kemudian hari
bangsa Indonesia untuk mempertahankan membentuk pasukan TRI Divisi Hasanuddin
kemerdekaan telah mengalami pasang surut. melalui Konferensi Pacceke di Barru. Dalam
Dalam cengkraman bangsa asing selama 3 ½ konferensi tersebut bergabung beberapa
abad, yakni sejak Badan Usaha Perdagangan kelompok kelaskaran di Sulawesi dengan
Belanda (VOC) berdiri tahun 1603 yang tujuan melawan dan menghalau rencana
menanamkan diri VOC, maka sejak itulah Belanda kembali menduduki Pulau Sulawesi
bangsa Indonesia mulai masuk zaman dan Indonesia Umumnya (Sitonda, 1982: 22).
penjajahan sampai mereka terusir oleh Jepang Rencana pembukaan awal konferensi
pada tahun 1942. Berbagai bentuk perjuangan dilaksanakan yaitu pada tanggal 18 Januari
dan pergerakan kemerdekaan sudah dilakukan. 1947 namun atas permintaan komandan supaya
Maka timbul anggapan pada sebagaian bangsa ditunda sampai tanggal 20 Januari 1947,
Indonesia, bahwa bangsa asing sulit dihadapi karena ada beberapa pasukan terlambat tiba di
atau dilawan. Bangsa yang dimaksud terutama tempat (Mattalatta 2002:327). Maka dari itu
yang berasal dari Barat khususnya Belanda. pada tanggal 20 Januari 1947 semua pasukan
Berita proklamasi kemerdekaan sudah berada di Paccekke dan dilaksanakanlah
Indonesia dan pengesahan UUD 1945 sebagai konferensi tersebut. Pertemuan di tempat
bukti berdirinya pemerintahan RI amat tersebut dihadiri oleh TRIPS dan komandan
mengejutkan pihak Belanda. Belanda kesatuan bersenjata dari Suppa, Parepare,
menganggap proklamasi kemerdekaan itu tidak Mandar, Enrekang, Soppeng, Barru, Pangkep,
sah menurut hukum internasional, sebab Maros, Makassar, Gowa, Polombangkeng,
kemerdekaan itu pernah dijanjikan oleh jepang Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Selayar.
dan Indonesia mendahului tugas sekutu Sebagai fakta awal yang sering
mengurus sipil dengan membentuk diungkapkan bahwa Konferensi Paccekke
pemerintahan sendiri sebelum sekutu tiba di merupakan sebuah pertemuan yang bersejarah,
Indonesia. Di pihak lain Belanda pun namun pertemuan tersebut masih belum
mengungkapkan sebuah kebenaran dari surat Indonesia. Sejalan dengan pekik kemerdekaan,
mandat yang dikeluarkan oleh panglima besar kaum wanita sebagai bagian dari bangsa secara
Soedirman yang memuat didalamnya nama 3 spontan memberikan sambutan dan
tokoh besar Sulawesi Selatan diantaranya dukungannya dengan menyumbangkan tenaga
Kolonel Kahar Muzakkar, Mayor Andi maupun pemikiran. Waktu itu, rakyat
Mattalatta, dan mayor M. Saleh Lahade, merupakan kekuatan utama dalam menghadapi
namun dalam pelaksanaannya nama Kahar musuh.
Muzakkar tidak pernah lagi muncul sampai Kata Lasykar disini diartikan sebagai
berakhirnya Konferensi serdadu, tentara, pasukan, yang sebagaian
besar berasal dari tenaga rakyat dan sering
melakukan perlawanan terhadap NICA dalam
TINJAUAN PUSTAKA jumlah yang sangat banyak. Kata Kelasykaran
disini diartikan sebagai sesuatu yang
A. Konferensi berhubungan dengan lasykar seperti
Konferensi adalah rapat atau kelompok-kelompok perlawanan.
pertemuan untuk berunding atau bertukar Menurut kamus besar Bahasa
pendapat mengenai suatu masalah yang Indonesia Kelasykaran adalah kelompok yang
dihadapi bersama, permusyawaratan. memiliki anggota dan mempunyai suatu
Konferensi juga merupakan media komunikasi tujuan. Dalam pembahasan kelasykaran tidak
tatap muka yang memberikan suatu akan terlepas dari sebuah bentuk perjuangan.
kemungkinan bahwa dengan konferensi dapat Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan
dicapai suatu pemahaman bersama yang tidak yang dilakukan dngan cara diplomasi dan
mungkin dicapai melalui komunikasi secara perjuangan yang dilakuakan dengan cara
tertulis. konfrontasi.
Pengertian conference diterjemahkan Proses pembentukan suatu kekuatan
dengan istilah konferensi atau konperensi dalam bentuk kelasykaran di Sulawesi Selatan
dalam bahasa indonesia yang mengandung disukung oleh keterampilan mempergunakan
pengertian sama. dalam kaitan dengan mice, senjata dan latihan militer yang telah diperoleh
surata keputusan menteri pariwisata, pos dan pada masa pendudukan Jepang, pejuang yang
telekomunikasi nomor: KM 108/HM. pernah mendapatkan latihan dalam barisan
703/MPPT-91 menyebutkan bahwa kekuatan Jepang.
konperensi, kongres atau konvensi merupakan Pada umumnya organisasi
suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok Kelasykaran yang bermunculan didaerah-
oran, negarawan, usahawan, dan sebagainya, daerah yang diprakarsai oleh raja atau salah
untuk membahas masalah-masalah yang seorang raja. Oleh karena itu kemunculan
berkaitan dengan kepentingan bersama. kelasykaran di Sulawesi Selatan ditopang oleh
Konferensi tidak hanya dilangsungkan kepedulian golongan bangsawan dalam
di Paccekke saja namun beberapa konferensi melibatkan diri memberikan dukungan bahkan
juga di laksanakan di beberapa tempat namun berperan langsung untuk mewujudkan cita-cita
waktu dan pokok permasalahan yang di bahas perjuangan bangsa.
sangat berbeda. Konferensi Paccekke banyak
melibatkan organisasi seluruh Sulawesi. C. Deskripsi Teori

B. Kelasykaran 1. Teori Konflik


Manusia sebagai mahluk sosial selalu
Revolusi fisik tahun 1945-1949 di memiliki karakter yang berbeda-beda setiap
Indonesia telah menguras tenaga seluruh individunya sehingga suatu hal yang mutlak
rakyat Indonesia, baik laki-laki, wanita, yang jika terjadi perbedaan antara manusia yang
tua maupun muda semuanya turut bahu- satu dengan yang lainnya. Pada konteks yang
membahu berjuang di garis depan. Pada masa lebih sempit dalam diri manusia, konflik juga
revolusi ini, tidak sedikit kaum wanita sering diartikan sebagai gejolak di dalam diri
menunjukkan kemampuannya untuk ikut manusia dalam menentukan pilihan atau
berjuang bersama para gerilyawan Republik tindakan.
Konflik berasal dari kata kerja latin Dari hal-hal itu dapat diketahui,
configure yang berarti saling memukul, secara bahwa negara baru yang dilahirkan dalam
sosiologis konflik diartikan sebagai suatu situasi yang panas dan lingkungan yang penuh
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa dengan ancaman dari luar, tidak memiliki
juga kelompok) dimana salah satu pihak tentara kebangsaan. Hal ini menyebabkan
berusaha menyingkirkan pihak lain kebanyakan kalangan pemuda dan pejuang
menghancurkan atau membuatnya tidak bersenjata mempunyai anggapan yang kuat,
berdaya. adalah suatu kelambatan dan kesalahan besar
Secara umum kata konflik menurut jika proklamasi kemerdekaan itu tidak serta
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan merta juga diikuti dengan pernyataan atau
sebagai percekcokan, perselisihan, atau dekrit oleh pimpinan negara dan revolusi
pertentangan. Konflik dari segi terminology untuk menjadikan bekas-bekas Heiho dan
berasal dari Bahasa Yunani yaitu configure PETA sebagai tentara nasional sebagai
yang berarti memukul, sementara secara
angkatan perang negara yang merupakan
sosiologis konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih, aparat vital yang menentukan tegak
karena salah satu pihak berusaha rubuhnya serta timbul tenggelamnya
menyingkirkan pihak lainnya dalam usaha agar negara.
pihak lain tidak berdaya (KBBI, 2003: 587).
METODE PENELITIAN
2. Teori Militer
Pengertian militer secara universal Penelitian ini diarahkan untuk
adalah institusi yang bukan sipil yang mengungkap kembali peristiwa unik dan
mempunyai tugas dalam bidang pertahanan berpengaruh yang terjadi di masa lampau
dan keamanan, dalam hal ini militer sehingga metode penelitian yang digunakan
merupakan suatu lembaga, bukan individu, ialah metode penelitian yang sifatnya
yang menduduki posisi dalam organisasi kualitatif. Dengan adanya metode sejarah,
militer. maka penelitian yang akan dilakukan akan
Teori militer adalah analisis lebih mudah dipahamioleh peneliti itu sendiri.
perilaku normatif dan tren dalam urusan Sebagaimana yang diungkapkan Kuntowijoyo
militer dan sejarah militer. Mendeskripsikan terdapat lima tahapan penelitian sejarah yaitu,
peristiwa-peristiwa dalam perang, teori militer, pemilihan topik, pengumpulan sumber,
khususnya semenjak verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber),
pengaruh Clausewitz pada abad kesembilan Interpretasi: analisis dan sintesis, dan
belas, berupaya untuk mengkapsulkan penulisan. (Kuntowijoyo, 2005).
hubungan budaya, politik dan ekonomi 1. Heuristik
kompleks antara masyarakat dan konflik yang Heuristik merupakan langkah awal
mereka buat. sebagai sebuah kegiatan mencari sumber-
Teori-teori dan konsepsi-konsepsi sumber, mendapatkan data, atau materi sejarah
perang beragam di tempat-tempat berbeda atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007:86).
sepanjang sejarah manusia. Sun Tzu dari Penelitian ini masih termasuk kedalam
Tiongkok diakui oleh para sarjana sebagai penelitian sejarah kontemporer, sehingga
salah satu pakar teori militer terawal. Seni penelitian ini menggunakan beberapa teknik
perang buatannya yang sekarang ikonik pengumpulan data:
dikenal karena memberikan penjelasan tentang 1) Penelitian Lapangan
perencanaan operasional, taktik, strategi dan Dalam penelitian lapangan penulis
logistik. menempuh 2 cara yaitu observasi dan
Dalam republik yang baru wawancara.
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus a) Observasi
1945, belum ada tentara reguler nasional. Observasi yaitu pengamatan langsung
Republik baru secepatnya memerlukan para terhadap objek yang di teliti. Dalam hal ini
perwira untuk bertempur mempertahankan penulis melakukan observasi terhadap bekas
kemerdekaan. Konferensi Paccekke dan daerah-daerah yang
berkaitan dengan peristiwa itu sendiri secara berhubungan dengan penelitian ini. Serta karya
langsung guna mendapatkan gambaran yang ilmiah lainnya seperti buku, majalah, artikel,
jelas dan nyata mengenai kondisi realitas tesis, disertasi, dan catatan mengenai informasi
kabupaten Barru baik dari segi geografisnya, orang-orang yang terlibat dan menyaksikan
ekonomi, dan sosial budayanya, serta suatu peristiwa di masa lalu yang terkait
masyarakat Barru itu sendiri. dengan objek penelitian. Dengan demikian
Pengamatan atau observasi dapat dapat digambarkan dengan jelas mengenai
mengoptimalkan kemampuan peneliti, segi Konferensi Paccekke di Barru Tahun 1947.
motif, perilaku tak sadar, kebiasaan dan 2. Kritik
sebagainya, sehingga dalam menafsirkan suatu Untuk mengetahui penjelasan dari
peristiwa sangatlah mungkin mendapat kedua aspek tersebut, baik eksternal maupun
pengaruh dari hasil pemikiran peniliti. Oleh internal akan diuraikan sebagai berikut:
karena itu diperlukan metode wawancara agar a) Kritik Eksternal
peneliti juga dapat mengetahui persepsi Kritik eksternal atau kritik luar
masyarakat terhadap suatu peristiwa. dilakukan untuk meneliti keaslian sumber,
b) Wawancara apakah sumber tersebut valid, asli, dan tiruan,
Peneliti melakukan wawancara sumber tersebut utuh dalam arti belum berubah
terhadap orang yang dianggap berkompeten baik bentuk maupun isinya.
dalam objek yang diteliti ini. Peneliti Penelitian sumber yang berkaitan
melakukan wawancara kepada unsur-unsur dengan Konferensi Paccekke di Barru Tahun
pemerintah di Kabupaten Barru dan 1947 ditulis setelah peristiwa tersebut
masyarakat yang berada di wilayah Barru dan berlangsung, sehingga kritik terhadap bahan
sekitarnya untuk mengetahui respon jenis tulisan gaya bahasa dari tulisan tidak
masyarakat terhadap Konferensi Paccekke dapat dilakukan. Kritik ekstern hanya dapat
tersebut. dilakukan pada sumber yang menjadi rujukan
Wawancara yang dilakukan oleh penulis. Disamping itu penilaian juga
peneliti, pada dasarnya bertujuan menciptakan dilakukan terhadap latar belakang penulis, asal,
hubungan yang bebas dan wajar dengan para daerah, waktu penulisan serta memperhatikan
informan. Hal ini dimaksudkan agar para apakah diantara para penulis tidak saling
informan tidak merasa terpaksa memberikan mengutip.
keterangan yang diperlukan oleh penulis. Hasil b) Kritik Internal
dari wawancara ini dapat di rekam dan dicatat Kritik intern atau kritik dalam
untuk selanjutnya diperbaiki pada saat dilakukan untuk meneliti sumber yang
penyusunan laporan penelitian. Selain itu berkaitan dengan masalah penelitian dan
peneliti juga menggunakan dokumentasi penulisan Tesis penulis.
penelitian. Hal tersebut dilakukan agar data Untuk mengetahui keabsahan suatu
yang diperoleh peneliti sifatnya objektif dan sumber, maka dapat dilakukan dengan
dapat dipertanggungjawabkan. membandingkan antara sumber yang satu
Wawancara berencana dan terbuka dengan sumber yang lainnya dalam masalah
sesuai dengan fungsinya, yaitu disusun untuk yang sama dan bahan rujukan. Hasil dari kritik
mengumpulkan informasi berdasarkan kategori sejarah tersebut, baik kritik ekstern maupun
dari berbagai informan. Disebut berencana kritik intern dihadapkan pada data yang akurat,
karena permasalahan yang ditanyakan memilki kredibel yang disebut dengan faktor sejarah.
karakteristik yang sama. Wawancara terbuka 3. Interpretasi
digunakan untuk mengurangi variasi-variasi Setelah melalui sumber, maka
yang sering terjadi diantara informan, sehingga didapatkan fakta namun demikian fakta yang
dapat memungkinkan terjadinya bias. Hal ini dimaksud masih terpisah-pisah dan masih
dilakukan karena informan yang didapatkan di berdiri sendiri. Untuk itu perlu dilakukan
lokasi penelitian sangat beragam. interpretasi atau penafsiran, melalui penafsiran
2) Penelitian Pustaka hubungan antara fakta memudahkan
Studi kepustakaan (library research) membangun kausalitas yang harmonis dan
bertujuan untuk mencari dan menemukan data- bermakna dengan subjektif mungkin.
data berupa dokumen dan literatur yang
Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan penelitian. Untuk laporan penelitian ini,
belum banyak bercerita. Fakta tersebut harus peneliti berusaha untuk memberikan gambaran
disusun dan digabungkan satu sama lain tentang Konferensi Paccekke di Barru Tahun
sehingga membentuk cerita peristiwa sejarah. 1947 berbeda dengan hasil penelitian
Dalam melakukan interpretasi terhadap fakta sebelumnya dengan bahasa yang mudah
harus diselidiki lagi fakta-fakta yang dipahami pembaca.
mempunyai hubungan kausalitas antara satu
sama lainnya. Sebagai kelanjutan dari proses HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelumnya, interpretasi dapat di lakukan
dengan dua cara yaitu: Interpretasi analisis Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yaitu dengan menguraikan fakta satu persatu diuraikan, maka pembahasan hasil penelitian
sehingga memperluas perspektif terhadap fakta untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
itu. Dari situlah dapat ditarik sebuah Konferensi Paccekke di Barru Tahun 1947
kesimpulan. Interpretasi sintesis yaitu akan di paparkan secara detail.
mengumpulkan beberapa fakta dan menarik
kesimpulan dari fakta-fakta. (Madjid dan 1. Latar Belakang Diadakannya
Wahyudi, 2004:228). Konferensi Paccekke 1947
Para ahli sejarah memberi kesempatan Perlawanan yang dibangun oleh rakyat
besar untuk memilih ragam bentuk metode Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang
interpretasi yang logis untuk mencapai berusaha untuk kembali berkuasa di Indonesia
tujuannya. Meskipun dikalangan sejarawan menghadapi banyak tantangan. Tidak saja
modern kecenderungan terhadap interpretasi kekuarangan alat persenjataan tetapi juga tidak
pluralis lebih menonjol karena mereka cukup kuat untuk diandalkan jika perang
beranggapan bahwa kemajuan studi sejarah berlangsung lama. Para pejuang yang ada di
dapat didorong pula oleh kemajuan ilmu Sulawesi Selatan kurang memiliki pengalaman
pengetahuan lainnya (Madjid dan wahyudi untuk menghadapi Belanda. Meskipun
2004:228). demikian para pejuang memiliki tekad yang
Untuk itu sangat diperlukan kehati- kuat untuk tetap mempertahankan
hatian atau integritas dari seorang penulis kemerdekaan. Hampir di seluruh pelosok
untuk menghindari interpretasisubyektif Sulawesi Selatan didirikan organisasi
terhadap fakta. Hal ini dimaksudkan untuk kelaskaran untuk menghimpun kekuatan dalam
memberi arti terhadap aspek yang diteliti menghadapi Belanda. Bahkan mereka juga
antara fakta yang satu dengan yang lainnya menyatukan kekuatan dengan menghimpun
agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejumlah organisasi kelaskaran agar lebih kuat
peristiwa sejarah yang ilmiah (Mappangara, dkk. 2007:130).
4. Historiografi Salah satu komponen yang memberi
Historiografi atau penyajian adalah sumbangsih cukup besar dalam membangun
merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kekuatan adalah para pejuang yang
proses penulisan sejarah. didatangkan dari Pulau Jawa. Mereka ini tidak
Tahapan ini merupakan bagian saja membantu dalam penyediaan persenjataan
terakhir dari metode sejarah. Setelah melalui dan ikut terlibat dalam membangun strategi
tahapan sebelumnya, dan penulisan sejarah pertempuran tetapi juga memberi pelatihan
disebut juga dengan Historiografi. Dalam kepada para pejuang dalam menghadapi
penulisan sejarah, wujud dari penulisan musuh.
(historiografi) itu merupakan paparan, Pada akhir tahun 1945 dikirimlah
penyajian, presentasi atau penampilan rombongan pertama ke Jawa. Rombongan
(eksposisi) yang sampai kepada dan dibaca pertma ini terdiri dari Manai Sophian dan J.D.
oleh para pembaca atau pemerhati sejarah Syaranamual. Keduanya diberi tugas untuk
(Sjamsuddin, 236: 2007). Dalam penelitian ini memberi laporan kepada pemerintah RI
peneliti berusaha menyampaikan informasi- mengenai situasi perjuangan di Sulawesi
informasi yang bersifat kebaruan dan dengan Selatan dan kesulitan yang dihadapi untuk
bahasa komunikatif. Historiografi dalam artian tetap menggelorakan perjuangan.
akademik juga dapat dikatakan sebagai laporan
Rombongan kedua yang dikirim terdiri mantan narapidana dari Nusakambangan yang
dari M. Saleh Lahade, Andi Mattalatta, La kebanyakan adalah orang Sulawesi Selatan.
Nakka, dan Mohd. Amin Lamacca. Para Dalam pertemuan itu dibicarakan
pemuda yang dikirim menggunakan perahu kemungkinan untuk membentuk Tentara
layar dan penuh dengan resiko karena gerak Republik Indonesia Persiapan Sulawesi
gerik mereka dipantau oleh pihak Belanda. (TRIPS). Keduanya sepakat untuk
Rombongan berikutnya adalah Andi mewujudkan usul itu dan memutuskan
Yusuf dari Bone. Setelah itu disusul oleh menemui Jenderal Soedirman untuk
rombongan Andi Sapada. Dalam rombongan memberitahukannya dan sekaligus untuk
itu terdiri dari Andi Oddang, Rivai Paerai, mendapatkan dukungan. Usul itu kemudian
Syamsul Arif, Andi Djamarro, dan Darwana. diterima oleh Jenderal Soedirman dan
Mereka ini bertolak dari Suppa dengan kemudian disahkan sebagai bagian dari
menggunakan perahu Beggo. Rombongan rencana Markas Besar Tentara.
selanjtnya adalah Daen Lawa. Dalam Maka pada tanggal 16 April 1946
rombongan ini ikut pula Arsyad B, Musa Gani, keluarlah Surat Keputusan Panglima Besar
Muhammadyah, Andi Magga Amirullah, Bau Jenderal Soedirman yang menugaskan kepada
Mahmud, dan Andi Tau. Setelah itu berangkat Kahar Muzakkar, Andi Mattalatta, dan M.
pula rombongan Alim Bachri, Bachtiar, dan Saleh Lahade untuk melakukan rencana kerja
Mahmud Sewang. Mereka ini berangkat dari MBT, adapun yang diberikan MBT kepada
Makassar. Kemudian rombongan yang pemegang mandat adalah sebagai berikut:
berangkat dari Mandar adalah A. Malik dan A. 1. Melakukan persiapan dalam pembentukan
Gatie, sedangkan dari Bulukumba berangkat kader dari pasukan lengkap dengan
rombongan Andi Puna. peralatan tentara yang akan
Pada tanggal 9 Januari 1946 diberangkatkan secara ekspedisi ke
rombongan yang dipimpin oleh M. Saleh Sulawesi.
Lahade tiba di Yogyakarta. Pada tanggal 12 2. Membentuk Tentara Republik Indonesia
Januari bersama dengan beberapa orang Persiapan di Sulawesi Selatan dengan
lainnya yakni Andi Mattalatta, La Nakka, kekuatan satu Devisi, hingga kesatuan
Muh. Yamin, H. Moh. Yahya, dan H. Moh. yang terkecil guna menegakkan dan
Karim menghadap Presiden Soekarno di istana membela Republik Indonesia.
Negara Yogyakarta. Rombongan ini membawa 3. Menyampaikan laporan tentang hasil tugas
surat dan laporan dari Dr. Ratulangi, Gubernur tersebut kepada Panglima Besar Jenderal
Sulawesi ketika itu. Setelah mengetahui duduk Soedirman.
persoalannya, rombongan ini diminta untuk Terbentuknya TRIPS adalah berkat
menghadap Sutan Syahrir, Perdana Menteri di jalinan kerjasama antara utusan-utusan yang
Jakarta. dikirim oleh pihak pejuang kemerdekaan di
Oleh karena jarak ke Jakarta cukup Sulawesi Selatan dan wadah perjuangan
jauh dan untuk mendapatkan hasil maksimal masyarakat Sulawesi yang berada di Jawa
akhirnya diputuskan membagi dua rombongan. mendapat dukungan dari pihak pemerintah RI.
Satu rombongan ke Jakarta dan satu lagi TRIPS berhasil mengorganisir pasukan
berusaha bertemu dengan Jenderal Soedirman. ekspedisi yang dikirim ke Sulawesi Selatan
M. Saleh Lahade berangkat ke Jakarta dan untuk membantu dan mendorong semangat
Andi Mattalatta menemui Jenderal Soedirman. perjuangan mereka untuk tetap
Andi Mattalatta berhasil bertemu mempertahankan kemerdekaan RI.
Jenderal Soedirman. Setelah melaporkan Untuk pembentukan itulah diperlukan
situasi politik dan jalannya perlawanan di pertempuran di antara para tokoh-tokoh
Sulawesi Selatan, Jenderal Soedirman pejuang se Sulawesi Selatan dengan persiapan
memberikan beberapa arahan agar perlawanan yang mantap terutama dari segi taktik dan
tetap dapat dipertahankan. Setelah itu Andi strateginya, oleh karena pada saat itu
Mattalatta menghubungi Kahar Muzakkar, dikhawatirkan rencana tersebut akan diketahui
Komandan Batalyon Kemajuan Indonesia. oleh pasukan NICA. Apalagi saat itu adalah
Ketika itu Kahar Muzakkar memiliki kurang saat dimana ganasnya Kapten Westerling
lebih 800 orang anggota. Mereka ini adalah
dalam menumpas orang yang dianggap 2. Pelaksanaan dan Hasil Dari Konferensi
pengacau. Paccekke 1947
Banyak rakyat Barru yang notabene Terlaksananya operasi pengiriman
bukan berasal golongan pejuang yang rela pasukan TRIPS dan ALRI ke Sulawesi Selatan
bersatu dalam membantu TRIPS untuk adalah berkat kerja sama para pejuang
menghadapi Belanda. Hal ini semata-mata kemerdekaan yang ada di Sulawesi Selatan dan
dilakukan untuk menjaga kedaulatan bangsa yang aktif di Jawa. Sesungguhnya ide
dan negara dan khususnya untuk melindungi ekspedisi pasukan dari Jawa bermula dari
Barru dari serangan musuh. putusan para pejuang Sulawesi Selatan pada
Keterlibatan masyarakat Barru sebagai bulan November 1945, yang dipimpin
tokoh TRIPS tidak terlepas dari keinginan langsung oleh Andi Mattalatta dan M. Saleh
mereka untuk mempertahankan kedaulatan Lahade. Kemudian, kedua tokoh tersebut
Negara yang ingin dirampas kembali oleh bekerjasama dengan Kahar Muzakkar di
Belanda. Mereka dengan sukarela masuk dan Yogyakarta. Dan seperti yang telah disebutkan
ikut menjalani latihan militer bersama-sama dahulu, mereka bertiga diberi tugas-tugas
dengan tentara asli pembentukan TRIPS di penyusupan ke Sulawesi Selatan berdasarkan
Jawa. Tokoh-tokoh TRIPS antara lain adalah Surat Keputusan Panglima Besar Jenderal
Andi Mattalatta, Andi Oddang, dan masih Soedirman tanggal 16 April 1946 (Pawiloy,
banyak lagi sebagai orang yang berpengaruh 1985:337).
merekrut masyarakat Barru untuk bersama- Ekspedisi TRIPS yang pertama
sama berjuang melawan Belanda. Masyarakat direncanakan akan berangkat pada tanggal 23
Barru tidak ingin NICA/ KNIL dengan Mei 1946 akan tetapi tertunda dan baru dapat
mudahnya masuk dan berkuasa kembali di terlaksana pada tanggal 27 Juni 1946.
Indonesia setelah para pejuang bersusah payah Pimpinan pasukan ekspedisi pertama ini adalah
memerdekakan Negara RI yang pada saat itu kapten Muhammadong dengan jumlah anggota
diduduki oleh Jepang. sebanyak 62 orang di antaranya adalah Husain
Selain itu rakyat Barru sangat Ibrahim, A.M. Yusuf, dan lain-lain
membenci Belanda yang sudah terusir dari Walaupun gagal pada ekspedisi
Jepang kemudian datang kembali setelah pertama, maka pada bulan Juni 1946 TRIPS
kekelahan Jepang. Mereka menganggap kembali mengirim pasukannya yang kedua ke
Belanda adalah suatu golongan bangsa yang Sulawesi Selatan. Ekspedisi kedua ini
sangat serakah dan tidak tau malu. dipimpin oleh M. Tahir Daeng Tompo yang
Alasan Barru dijadikan sebagai markas mendampingi antara lain Letnan Said, Hasan
besar TRIPS adalah karena pimpinan TRIPS Bin Talib, Letnan Latif. Ekspedisi ini berhasil
yakni mayor Andi Mattalatta memang menerobos blokade angkatan laut Belanda dan
mendarat di Pulau Pannikiang lalu melanjutkan akhirnya mendarat di Suppa, Pinrang.
pelayaran ke Garongkong (Barru). Ekspedisi TRIPS yang ketiga dipimpin
Markas besar TRIPS selalu berubah- oleh Letnan Abdul Latif. Pasukan pimpinan
ubah, karena markas TRIPS tersebut selalu Letnan Abdul Latif membawa senjata lengkap.
diserbu oleh pasukan KNIL. Oleh sebab itu Pendaratan dilakukan pada awal bulan
apabila markas TRIPS diserbu, maka para Desember 1946 yang ketika itu operasi
pasukan TRIPS dan beberapa kelaskaran yang Westerling baru saja dimulai.
tergabung akan berpindah ke tempat lain yang Hampir bersamaan dengan datangnya
dirasa aman. Markas TRIPS yang pertama rombongan ekspedisi ketiga, rombongan Andi
terletak di Paddumpu, sebuah desa yang Manyulei mendarat di Suppa kemudian terus
terletak di daerah di Soppeng Riaja. Di daerah ke Maiwa. Ditempat itu ia bergabung dengan
inilah seluruh kegiatan pasukan TRIPS di laskar pemuda Maiwa dan memberikan
lakukan dan beberapa kelaskaran lainnya pelatihan dasar pertempuran dengan taktik
saling membantu merencanakan strategi gerilya.
terbaik untuk meredam perlawanan tentara Ekspedisi kelima dibawah pimpinan
KNIL. Strategi yang dijalankan oleh pasukan Letnan M. Said dan Murtala dengan
TRIPS dan kelaskaran yang tergabung adalah membawahi 18 orang anggota juga mendarat
sistem gerilya yakni menyebar dihutan-hutan. di Suppa. Tapi sebelum rombongan ini
mendarat, mereka dihadang oleh tentara NICA Setelah pengiriman dua pasukan
dan akhirnya mereka semua gugur. Peristiwa ekspedisi komando tersebut, menyusul pula
ini dikenal dengan nama pertempuran Garessik empat kelompok pasukan ekspedisi. Dua
sehari suntuk (Rasyid, 1990:141). diantara empat kelompok ekspedisi ini gagal
Pasukan ekspedisi kelompok komando melaksanakan tugas yang diemban, yaitu
pimpinan Mayor Andi Mattalatta tiba di pulau pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Letnan
kecil bernama panikiang pada sore hari pada Manungke dimana seluruh pasukannya
tanggal 26 Desember 1946. Pasukan pimpinan tertangkap oleh pasukan KNIL. Pada waktu
Andi Mattalatta ini menggunakan perahu jenis itu, pasukan ekspedisi ini akan mendarat di
Lambo. Dan keesokan harinya tanggal 27 Takkalasi, Barru. Kemudian pasukan ekspedisi
Desember 1946 komandi utama TRIPS yang dipimpin oleh Kapten Haryanto tidak
mendarat di Garongkong dengan selamat dan dapat melakukan pendaratan karena jaringan
dijemput oleh M. Said dan La Ballu, kepala pengawasan pasukan KNIL terlalu kuat.
kampung. Setelah itu Andi Mattalatta Kegagalan pendaratan itu mendorong mereka
memerintahkan M. Said menurunkan barang- untuk berusaha kembali ke Jawa. Dalam
barang dari atas perahu dan mengangkutnya ke perjalanan pulang pasukan ini dihadang oleh
Bukit Bubbue, suatu bukit yang terletak di pasukan KNIL. Dalam pertempuran ini,
pinggir jalan Makassar-Parepare (Mattalatta, pimpinan ekspedisi Kapten Haryanto gugur.
2002:317). Renacana awal dilaksanakan
Andi Mattalatta beserta rombongan konferensi tersbut di daerah Salessoe.
berjalan ke Bukit Bubbue pada waktu malam. Perjalanan Andi Mattalatta mulai dari
Pada saat itu, di atas bukit mereka menemukan Garongkong menuju SepeE, lalu melanjutkan
sebuah rumah. Rumah itulah yang kemudian perjalanan ke Lakepo (Binuang), bergeser ke
menjadi markas komando untuk sementara daerah Baera, Balusu, dan sampai ke daearah
waktu. Di sisi rumah tersebut telah disiapkan Salessoe yang rencana awal di Salessoelah
tempat, Andi Mattalatta memerintahkan tempat dilaksanakan konferensi tersebut. Akan
kepada anak buahnya untuk tidak boleh tetapi daerah Salessoe batal dilakukan
menembak jika belum melihat dan mengetahui konferensi dikarenakan daerah tersebut sudah
posisi musuh (Mattalatta, 2002:317). dikepung oleh Belanda dan kejadian tersebut
Setelah beberapa hari, Andi Mattalatta Andi Sarifin meninggal akibat kontak senjata
beserta pasukan meninggalkan bukit Bubbue dengan Belanda. Secara tidak terduga dari
dan melanjutkan perjalanannya melalui SepeE, peristiwa ini Andi Mattalatta dan beberapa
kemudian menuju ke Batulappa, lalu ke peserta yang lainnya meninggalkan daerah
Balusu. Pada tanggal 2 Januari 1947, jam Salessoe yang sementara dikuasai oleh
08.00 pagi sesudah sarapan pagi, rombongan Belanda. Andi Mattalatta dan beberapa orang
Andi Mattalatta berangkat ke kampung yang selamat bergegas menuju Paddumpu,
Paddumpu yang selama beberapa bulan Kamiri, Kading, hingga akhirnya tibalah
dijadikan markas oleh kelaskaran Ganggawa. didaerah yang dianggap paling aman yaitu
Sesudah Andi Sarifin dan kawan- daerah Paccekke (wawancara Sainal tanggal 7
kawan kehabisan peluru, ia meminta keris Oktober 2018).
milik Zainuddin. Dengan mengendap dan Konferensi Paccekke dimulai pada
mendekati musuh. Sebelum sempat tanggal 20 Januari 1947 dan berakhir pada
menancapkan kerisnya ia tertembak dan gugur. tanggal 22 Januari 1947 bertempat di sebuah
Pengawalnya ikut gugur kemudian semua lembah di pegunungan Soppeng Riaja di
senjata diambil musuh. Tentara KNIL sangat sebuah desa yang bernama Paccekke. Di Desa
marah dan kesal atas keberanian dan inilah dilaksanakan konferensi besar yaitu
kemahiran Andi Sarifin. Oleh karena itu konferensi untuk membentuk Tentara Republik
matanya dicungkil dan kemudian dibawa oleh Indonesia (TRI) di Sulawesi Selatan. Pimpinan
KNIL ke tangsi mereka di Madello. Oleh konferensi adalah Andi Mattalatta yang
karena pimpinan rombongan kedua gugur dibantu oleh M. Saleh Lahade sebagai
maka jabatan kemudian diambil alih oleh pemegang mandate dari Panglima Besar
wakil pimpinan yakni Letnan Satu Andi Jenderal Soedirman sebagai pimpinan Markas
Sapada. Besar Tentara (MBT).
Lokasi konferensi dipandang cocok Perlawanan yang dibangun oleh rakyat
karena letaknya yang terpencil dan jauh dari Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang
intaian Belanda. Letaknya dikaki gunung berusaha untuk kembali berkuasa menghadapi
Bawakaraeng dan terlindungi oleh jalan yang banyak tantangan. Tidak hanya kekurangan
menuju lokasi yang tidak mudah. Untuk alat persenjataan tetapi juga tidak cukup kuat
sampai ke tempat tersebut diperlukan waktu untuk diandalkan jika perang itu berlangsung
yang cukup lama dan juga dipertontonkan lama. Para pejuang yang ada di Sulawesi
medan yang tidak begitu baik. Tempat itu Selatan kurang memiliki tekad yang kuat untuk
sengaja dipilih agar tidak mudah dijangkau tetap mempertahankan kemerdekaan.
oleh pihak Belanda. Itulah sebabnya sewaktu Kendatipun usaha pemerintah Belanda
diadakan konferensi ada beberapa kelaskaran berhasil mengacaukan perlawanan dan
yang terlambat sampai di lokasi konferensi mematahkan semangat perjuangan mereka
(Oddang, 2012:93). Dalam konferensi ini tetapi tekad untuk tetap berada dalam bingkai
dibahas untuk mengadakan perlawanan yang kesatuan tetap menjadi tujuan utama. Itulah
lebih efektif dan bagaimana melindungi rakyat sebabnya walaupun dalam keadaan terdesak
dari kekejaman pasukan colonial. sekalipun mereka tetap melakukan perlawanan
20 Januari 1947, jam 07.00 semua terhadap pasukan Belanda (NICA/ KNIL).
pasukan sudah berada di Paccekke. Para Tidak sedikit pertempuran yang ada dicatat
komandan memilih Rachmansyah, komandan sebagai wujud sikap perjuangan mereka.
pasukan Ganggawa untuk mengatur Demikian pula dengan Komandan TRI Devisi
pengamanan konferensi. Beliau menerima baik Hasanuddin, Mayor Andi Mattalatta terlibat
pengangkatan tersebut dan langsung dalam serangan yang dilancarkan terhadap pos
memerintahkan kepada semua komandan pasukan Belanda di Biloka, Poro, dan Pong
pasukan agar wakil komandan masing-masing Durian (Mappangara, dkk, 2007:130).
memimpin pasukannya, sehingga para Meskipun kekuatan semakin menurun
komandan dapat mengikuti konferensi seiring dengan meningkatnya kekuatan di
paccekke dengan baik. Setelah para wakil pihak Belanda, Staf Komandan TRI Devisi
komandan berkumpul, Rachmansyah membagi hasanuddin yang baru dibentuk berusaha
tugas untuk mengatur upacara pembukaan membangun kekuatan untuk melakukan
konferensi. Dalam upaca pembukaan serangan demi mengembalikan semangat para
konferensi, hadir 45 orang pimpinan pasukan pejuang. Selain itu, diusahakan pula untuk
bersama 45 orang staf komando, 4 kompi tetap mempertahankan kemerdekaan.
pasukan yang gerakan PBB nya sudah baik, Namun demikian, sampai pada tahun
dan 30 orang rakyat biasa. 1948 usaha keras yang dilakukan oleh para
Untuk mengalihkan perhatian NICA di pejuang tidak terlalu membuahkan hasil. Apa
daerah selatan, tepatnya di daerah kekuasaan yang dilakukan oleh Westerling beserta
LAPRIS, Ranggong Daeng Romo selaku pasukannya dan Belanda pada umumnya
panglima LAPRIS untuk melakukan suatu secara perlahan tapi pasti menjatuhkan nyali
serangan umum terhadap tentara Belanda sebagai pejuang. Keadaan yang demikian ini
(KNIL). Selain itu pula dilakukan serangan ditopang dengan terbentuknya Negara
penghadangan dan juga serangan atas kantong- Indonesia Timur (NIT) sehingga keleluasaan
kantong kedudukan NICA. Perintah itu bagian Belanda semakin menjadi-jadi.
dari upaya yang dilakukan oleh Ranggong Kekalahan tinggal menunggu waktu
Daeng Romountuk mengalihkan perhatian saja. Perlengkapan senjata yang semakin
Belanda ke selatan karena di daerah Barru minim, ruang gerak yang semakin sempit, dan
tepatnya di Paccekke sedang berlangsung banyaknya pasukan yang terbunuh dan
konferensi untuk membentuk Tentara Republik tertangkap serta yang ikut mendukung Belanda
Indonesia. Konferensi yang dibuka pada adalah hal yang sangat menyulitkan para
tanggal 20 Januari itu diikuti oleh beberapa pejuang yang masih ingin melanjutkan
kelaskaran yang ada di Sulawesi ketika itu perjuangan. Selain itu ditambah lagi dengan
3. Dampak Yang Ditimbulkan Pasca banyaknya pasukan KNIL dengan persenjataan
Konferensi Paccekke Tahun 1947 mereka yang lengkap dan modern.
Begitupun dengan perjungan TRIPS tetap aman dan kondusif (wawancara La
dan beberapa kelaskaran yang tergabung di Temmi tanggal 8 Oktober 2018).
Barru. Dengan banyaknya pasukan TRIPS
yang tertangkap dan terbunuh, maka semakin KESIMPULAN DAN SARAN
berkuranglah pasukan yang tersisa untuk
melawan pasukan KNIL. Markas-markas A. Kesimpulan
utama TRIPS selalu dapat ditemukan oleh
pasukan KNIL. Persediaan persenjataan juga 1. Pada dasarnya hal yang melatar belakangi
semakin menipis ditambah lagi suplai bahan diadakannya Konferensi Paccekke
makanan yang hamper habis. Keberangkatan dikarenakan situasi politik dan jalannya
Mayor Andi Mattalatta kembali ke Jawa juga perlawanan di Sulawesi Selatan, dalam hal
menjadi salah satu alasan surutnya semangat ini perlawanan yang dibangun oleh rakyat
pasukan TRIPS dalam melawan Belanda Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang
karena beliau adlah pimpinan pasukan berusaha untuk kembali berkuasa di
ekspedisi. Indonesia menghadapi banyak tantangan.
Salah satu faktor utama kekalahan Tidak saja kekuarangan alat persenjataan
TRIPS di Barru adalah banyaknya masyarakat tetapi juga tidak cukup kuat untuk
Barru yang dipaksa oleh Belanda/ KNIL untuk diandalkan jika perang berlangsung lama.
menjadi passoso. Hal ini seperti duri dalam 2. Pelaksanaan dan hasil dari Konferensi
daging bagi pasukan TRIPS dan kelaskaran Paccekke pada awal perencanaannya
lainnya. Bagaimana tidak, rakyat yang dilaksanakan konferensi tersbut di daerah
seharusnya berusaha membela kedaulatan Salessoe. Perjalanan Andi Mattalatta mulai
Negara malah dipaksa untuk menjadi dari Garongkong menuju SepeE, lalu
penghianat Negara (wawancara La Tulu melanjutkan perjalanan ke Lakepo
tanggal 7 Oktober 2018). (Binuang), bergeser ke daerah Baera,
Dapat dikatakan bahwa seluruh Balusu, dan sampai ke daearah Salessoe
Sulawesi Selatan secara umum Barru secara yang rencana awal di Salessoelah tempat
khusus berada dalam kekuasaan Belanda. dilaksanakan konferensi tersebut. Akan
Pasukan TRIPS dan kelaskaran yang tergabung tetapi daerah Salessoe batal dilakukan
tidak mampu lagi berkutik karena mereka telah konferensi dikarenakan daerah tersebut
kehabisan persediaan senjata. Mandat sudah dikepung oleh Belanda dan kejadian
Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak tersebut Andi Sarifin meninggal akibat
dapat diemban dengan baik oleh pasukan kontak senjata dengan Belanda. Secara
TRIPS yang memberi amanah untuk tidak terduga dari peristiwa ini Andi
memperjuangkan kemerdekaan RI. Mattalatta dan beberapa peserta yang
Setelah tahun 1947 perjuangan lainnya meninggalkan daerah Salessoe
bersenjata di Sulawesi Selatan telah yang sementara dikuasai oleh Belanda.
dilumpuhkan oleh pasukan Belanda. Dengan Andi Mattalatta dan beberapa orang yang
pertimbangan untuk perjuangan jangka selamat bergegas menuju Paddumpu,
panjang dan untuk menghindari jatuhnya Kamiri, Kading, hingga akhirnya tibalah
korban di kalangan masyarakat yang tidak didaerah yang dianggap paling aman yaitu
berdosa, akhirnya pimpinan-pimpinan TRI daerah Paccekke. Dan hasil dari konferensi
Devisi Hasanuddin mengambil keputusan tersebut adalah dibentuklah Tentara
untuk kembali ke Jawa kemudian menyusun Republik Indonesia (TRI) Devisi
program dan kekuatan baru. Hasanuddin, dimana pada hakikatnya
Dapat dikatakan bahwa Dampak Yang konferensi ini bertujuan untuk
Ditimbulkan Pasca Konferensi Paccekke mengorganisir kesatuan gerakan militer
Tahun 1947 di Sulawesi Selatan belum dalam satu komando yang ditandai dengan
seluruhnya kondusif, akan tetapi daerah tempat perlawanan bersenjata terhadap Belanda
konferensi tersebut mulai berlangsungnya semakin meningkat. Aksi-aksi sabotase
konferensi sampai setelah konferensi penghadangan dan penyerangan terhadap
dilaksanakan kondisi daerah Paccekke masih tentara Belanda.
3. Dampak yang ditimbulkan pasca 2. Kiranya generasi muda mampu lebih bijak
konferensi paccekke tahun 1947 adalah dalam memahami konsep dan makna
Dapat dikatakan bahwa seluruh Sulawesi sebuah peristiwa yang begitu besar yang
Selatan secara umum Barru secara khusus dampaknya bisa saja dapat merusak
berada dalam kekuasaan Belanda. Pasukan generasi muda akan tetapi dari peristiwa
TRIPS dan kelaskaran yang tergabung besar itu mampu menetralisir sebuah
tidak mampu lagi berkutik karena mereka persoalan-persoalan yang terjadi di dalam
telah kehabisan persediaan senjata. Mandat masyarakat.
Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak 3. Diharapkan kepada segenap pembaca
dapat diemban dengan baik oleh pasukan untuk dapat sadar dan mampu memahami
TRIPS yang memberi amanah untuk tentang peristiwa bersejarah yang terjadi
memperjuangkan kemerdekaan RI. Setelah pada masa itu dan mengembangkan serta
tahun 1947 perjuangan bersenjata di melestarikan warisan budaya lokal, tidak
Sulawesi Selatan telah dilumpuhkan oleh hanya pada penyelamatan benda-benda
pasukan Belanda. Dengan pertimbangan pusaka, melainkan juga dengan
untuk perjuangan jangka panjang dan meningkatkan penulisan-penulisan karya
untuk menghindari jatuhnya korban di mengenai sejarah lokal.
kalangan masyarakat yang tidak berdosa,
akhirnya pimpinan-pimpinan TRI Devisi
Hasanuddin mengambil keputusan untuk DAFTAR PUSTAKA
kembali ke Jawa kemudian menyusun
program dan kekuatan baru. Dapat Abdullah, Taufik & Surjomiharjo,
dikatakan bahwa Dampak Yang Abdurrohman.1985, Ilmu
Ditimbulkan Pasca Konferensi Paccekke Sejarah dan Historiografi :
Tahun 1947 di Sulawesi Selatan belum Arah dan Persfektif, Jakarta:
seluruhnya kondusif, akan tetapi daerah Gramedia Pustaka.
tempat konferensi tersebut mulai Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi
berlangsungnya konferensi sampai setelah Penelitian Sejarah.
konferensi dilaksanakan kondisi daerah Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Paccekke masih tetap aman dan kondusif. Ambo Tang, Ilham. 2011. “Menolak
Kolonialisme. Menonton Film
Barat di Kota Makassar
B. Saran Tahun 1950an”, dalam
http://www.google.co.id/url?sa
Sehubungan dengan kesimpulan di =t&rct=j&q=pemerintahan+m
atas, maka penulis ingin mengemukakan saran- akassar+masa+nit&source.
saran sebagai berikut: Diakses tanggal 24 November
1. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Barru 2011.
beserta jajarannya agar sekiranya Amir, Muhammad. 2001. Pertentangan Antara
memperhatikan data-data dan menjaga Golongan Unitaris dan
baik arsip sejarah Kabupaten Barru Federalis di Sulawesi Selatan
dikarenakan data-data khusus sejarah 1945-1950. Makassar:
tentang Konferensi Paccekke banyak yang Depniknas, Direktorat
hilang dan Hendaknya kepada pihak Jenderal Kebudayaan, Balai
pemerintah terutama pemerintah Kajian Sejarah dan Nilai
Kabupaten Barru agar mampu merekam Tradisional Makassar.
kembali kisah-kisah sejarah tentang Arsip Nasional RI Perwakilan di Daerah
Konferensi Paccekke yang besar Tingkat I Sulawesi Selatan.
kemungkinan masih tersimpan di benak 1987. Inventaris Arsip
para kalangan masyarakat, dengan Regering Van Oost Indonesie
senantiasa membuat program yang (Pemerintah Negara
mengkaji masalah sejarah lokal. Indonesia Timur) 1946-1950.
Ujung Pandang: Arsip
Nasional RI Perwakilan di Kristiawan. 1984. ABRI dalam Perkembangan
Daerah Tingkat I Sulawesi Politik. Refleksi Kesejarahan
Selatan. dan Tatapan Masa Depan.
Asba, Rasyid. 2007. Kopra Makassar Ambarawa:Sinar Harapan.
Perebutan Pusat dan Daerah: Madjid, Dian M & Johan Wahyudi. 2014. Ilmu
Kajian Sejarah Ekonomi Sejarah Sebuah Pengantar.
Politik Regional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media
Jakarta: Yayasan Obor Group.
Indonesia. Mangemba, H.D. 2007. Sultan Hasanuddin
Daeng Rapi, A. Massiara. 1988. Menuju Tabir Disegani Kawan Dan Lawan.
Sejarah dan Budaya di Makassar: Pusataka Refleksi.
Sulawesi Selatan. Jakarta: Mappangara, Suriadi, dkk. 2007. Pergolakan
Lembaga Penelitian dan di Sulawesi Selatan; Studi
Pelestarian Sejarah dan Kasus Konferensi Paccekke
Budaya Sulawesi Selatan, 1945-1947. Barru: Dinas
Tomanurung dan Yayasan Kominfo Budpar Barru.
Bhineka Tunggal Ika. Mattalatta, Andi. 2002. Meniti Siri dan Harga
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Diri. Jakarta: Khasanah
Kamus Besar Bahasa Manusia Nusantara.
Indonesia Edisi Ketiga. Najamuddin. 2000. Sulawesi Selatan:
Jakarta: Balai pustaka. Pergumulan Antara Negara
Dijk, Van. 1993. Darul Silam Islam Sebuah Federal dan Negara Kesatuan
Pemberontakan. Jakarta: 1946-1949. Tesis Magister
Gravity Press. belum diterbitkan. Jakarta:
Fortuna, Dewi Dkk, 2005. Konflik Kekerasan Universitas Indonesia.
Internal, Jakarta: Yayasan obor Notosusanto, Nugroho. 1971. Norma-norma
Indonesia. Dasar Dalam Penelitian dan
Gootschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah, Penulisan Sejarah. Jakarta:
Terjemahan oleh Nugroho Dephankam.
Notosusanto. Jakarta: UI Oddang, Andi. 2012. Untuk Merah Putih,
Press. Catatan Seorang Pejuang
Gonggong, Anhar.2004. Abdul Qahhar Ekspedisi TRIPS. Jakarta:
Mudzakkar, dari Patriot Media Group Fajar
Hingga Pemberontak. Bekerjasama dengan Yayasan
Yogyakarta: Ombak. Makkarumpa Dg. Parani.
Hasan, Sabriah.2010. Andi Makkasau Menakar Patang, Lahadjdji. 1976. Sejarah Perjuangan
Harga 40.000 Jiwa. Kemerdekaan Republik
Yogyakarta:Penerbit Ombak. Indonesia, Sulawesi dan
Kadir, Harun, dkk. 1984. Sejarah Perjuangan Pahlawan-Pahlawannya.
Kemerdekaan Republik Jakarta: Yayasan
Indonesia di Sulawesi Selatan. Kesejahteraan Generasi Muda
Ujung Pandang: Kerjasama Indonesia.
Bappeda TK I Sul-Sel dengan Pawiloy, Sarita. 1985. Sejarah Perjuangan
UNHAS. Angkatan 45 di Sulawesi
Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu- Selatan. Ujung Pandang:
Ilmu Sosial Dalam Metodologi Dewan Harian Daerah
Sejarah. Jakarta: Gramedia. Angkatan 45 Propinsi
Koro, Nasaruddin. 2005. Ayam Jantan Tanah Sulawesi Selatan.
daeng, Siri’ & Pesse Dari Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I
Konflik Lokal Ke Pertarungan Sulawesi Selatan. 1991.
Lintas Batas. Jakarta: Ajuara. Sejarah Perkembangan
Pemerintahan Departemen
Dalam Negeri di Provinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Suparman, Dadang. 2013.Pengantar Ilmu
Selatan. Ujung Pandang: Sosial: Sebuah Pendekatan
Pemerintah Provinsi Daerah Struktural Jakarta : PT bumi
Tingkat I Sulawesi Selatan. aksara Jakarta.
Pradadimara, Dias. 2004. “Penduduk Kota, Suryohadiprojo, Suyidiman. 1996.
Warga Kota, dan Sejarah Kepemimpinan ABRI. Dalam
Kota: Kisah Makassar. The 1st Sejarah dan Perjuangannya.
International Coference on Jakarta: Intermasa.
Urban History. Draft Pertama, Tiro, Arif. 2005. Metodologi Penelitian Sosial
dalam Keagamaan, Makassar: Andira
http://pdfcast.org/download/pe Pubhliser.
nduduk-kota-warga-kota-dan- Trijono, Lambang Dkk, 2004. Potret Retak
sejarah-kota-kisah- Nusantara, Yogyakarta: Pusat
makassar.pdf. Diakses tanggal Studi Keamanan dan Perdamaian
24 November 2011. Yogyakarta.
Rasyid, Darwas. 1990. Sejarah Perjuangan Yasin Limpo, Syahrul, dkk.1995. Profil
Kemerdekaan di Daerah TK II Sejarah Budaya dan Pariwisata
Kabupaten Barru. Ujung Gowa. Ujung Pandang: Pemda
Pandang: Balai Kajian dan Tingkat II Gowa Kerjasama
Nilai Tradisional Ujung Yayasan Eksponen 1966 Gowa.
Pandang. Yulianto, Pratomo. 2005. Militer dan
Riclefts, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Kekuasaan. Yogyakarta: Narasai.
Modern 1200-2004. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta.
R. Kahin, Audrey. 1989. Pergolakan Daerah
Pada Awal Kemerdekaan.
Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
Said, Alimuddin. 2004. Perjuangan Robert
Wolter Mongisidi. Tesis.
Program Pasca Sarjana belum
diterbitkan. Makassar: UNM.
Said, M. Natzir. 1980. Lahirnya TRI. Divisi
Hasanuddin di Sulawesi-
Selatan & Tenggara Jilid I.
Makassar: Team Penelitian
Sejarah Perjoangan Rakyat
SULSELRA Kerja Sama
Kodam XIV Hasanuddin,
UNHAS dan IKIP Ujung
Pandang.
Sitonda, Muhammad Nasir. 2012. Integrasi
Gerilya, Darul Islam
Indonesia (DI/TII) ke Negara
Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Makassar: Yayasan
Pendidikan Muhammad Nasir.
Sjamuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah.
Yogyakarta : Ombak.
Soekanto, Soerjono. 1998. Fungsionalisme dan
Teori Konflik Dalam
Perkembangan Sosiologi, Jakarta:
Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai