Memori
“Rempah “
Nusantara
i
Sambutan
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya
Pameran Memori Rempah Nusantara ini dapat terselenggara dengan baik.
Tujuan besar kegiatan ini adalah untuk membangkitkan memori kolektif khalayak
tentang sejarah Jalur Rempah. Selain itu, memberikan edukasi kepada masyarakat
ii
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
mengenai nilai penting yang terkandung di dalam Jalur Rempah. Nilai-nilai tersebut
antara lain Jalur Rempah adalah jalur budaya bahari dan identitas bangsa. Untuk
itu, gerakan revitalisasi nilai dan peradaban jejak rempah adalah upaya membangun
ekosistem budaya dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat.
Narasi tentang Jalur Rempah ditampilkan melalui bukti-bukti arsip yang tersimpan
dalam khazanah Arsip Nasional Republik Indonesia. Pameran ini diharapkan dapat
meningkatkan apresiasi masyarakat dan memberikan dampak positif terhadap
pengembangan kebudayaan khususnya kesadaran (awareness) masyarakat mengenai
Jalur Rempah serta dapat dijadikan referensi bagi para pengunjung pameran.
iii
Sambutan
iv
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Hal tersebut salah satunya diwujudkan melalui Pameran Memori Rempah Nusantara
diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia bekerja sama dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pameran ini bertujuan mengenalkan
kepada khalayak atas arsip yang berkaitan dengan Jalur Rempah yang tersimpan
di ANRI. Arsip Jalur Rempah merupakan warisan dokumenter yang berisi catatan
kegiatan dan acara dalam berbagai bentuk dan media yang berkaitan dengan Jalur
Rempah. Arsip tersebut memilikii nilai signifikansi dunia yang luar biasa dan
berpotensi untuk menjadi Memory of the World
Pameran Memori Rempah Nusantara ini diselenggarakan secara on site dan daring
dimulai pada tanggal 15 Desember 2020. Di dalamnya kami menyajikan bukti-bukti
otentik dari khazanah arsip ANRI mengenai dinamika perdagangan rempah dan
Nusantara dalam pusaran jaringan perdagangan tersebut. Pada bagian akhir kami
menyajikan gambaran peta-peta nusantara yang tercipta pada era tersebut untuk
v
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Terima kasih,
Wassalamu’allaikum, Warohmatullahi Wabarokatuh,
vi
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Pengarah
M. Taufik
KONTRIBUTOR Plt. Kepala ANRI
1
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
D unia telah mengenal Rempah Nusantara Sementara itu, bangsa Eropa sejak abad 15 masehi
sejak awal abad masehi. Ketika terbentuk telah bersaing dalam ekspedisi pelayaran untuk
sistem perdagangan global antar bangsa menemukan Rempah Nusantara. Pada 1511 Portugis
di dunia, Rempah Nusantara diduga telah ada di menguasai Malaka dan setelahnya mereka menemukan
dalamnya. Sejarah mencatat, Sriwijaya pada abad kepulauan rempah di bagian timur Nusantara. Sejak
7 - 9 Masehi telah menguasai perdagangan rempah saat itu bangsa Eropa mulai banyak berdatangan ke
dengan mengendalikan Selat Malaka. Kemudian Nusantara, bertemu dengan pedagang-pedagang dunia
muncul Majapahit menggantikan Sriwijaya dalam yang memadati emporium Aceh, Banten, Makassar,
mengendalikan perdagangan rempah di Nusantara dan kota-kota pelabuhan lainnya di Nusantara.
yang mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Gambaran interaksi antar bangsa dalam jaringan
Hayam Wuruk (1350-1389 masehi). Masa itu Jalur perdagangan global yang terjadi di wilayah Nusantara
Rempah Nusantara telah terbentuk dan semakin dan berbagai jejak peninggalan perdagangan rempah,
dikenal dalam dunia perdagangan global; cengkih beberapa diantaranya terekam dalam catatan arsip
dan pala, dari bagian timur nusantara, serta lada yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia
dari bagian barat telah diperdagangkan di kota-kota (ANRI). Informasi bagaimana hubungan dagang
dagang pesisir utara Jawa, lalu ke Malaka dan kota- antara masyarakat Nusantara dengan bangsa-bangsa
kota pelabuhan di Asia, hingga mencapai Eropa. di dunia, terutama bangsa Eropa, tersimpan dalam
Rempah Nusantara menjelma menjadi komoditas memori lembaran arsip abad-abad lampau.
bernilai tinggi di Eropa. Dapat dikatakan Rempah Dalam pameran yang diselenggarakan oleh ANRI
Nusantara turut menyumbang kemunculan negara- bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan
negara kota di Eropa dan berkontribusi mengubah Kebudayaan ini , arsip-arsip terpilih terkait perdagangan
masyarakat Eropa, dari feodal menuju modern awal. rempah kita pamerkan untuk bisa disaksikan oleh
2
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
masyarakat luas, baik secara langsung maupun secara mendatang. Semoga melalui pameran ini, masyarakat
virtual. Melalui pameran ini, ANRI ingin memberi memahami bahwa Memori Rempah Nusantara bukan
pesan kepada masyarakat, bahwa dalam catatan sekedar riwayat atau hikayat, tapi sebuah nasehat dari
arsip yang kita simpan terdapat Memori Rempah masa lalu yang tak ternilai harganya!
Nusantara yang tersimpan dengan baik. Memori itu Jakarta, 15 Desember 2020.
berguna untuk pembelajaran dan sumber rujukan
dalam menghadapi persoalan masa sekarang dan masa Kurator Pameran
3
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
“Cengkeh dan kadang-kadang pala dan bunga pala disebut di dalam catatan
perdagangan di Kairo dan Alexandria sejak abad ke-10, tapi semuanya itu sangat
jarang dan mahal di Eropa hingga akhir abad ke-14. Orang China juga mengenal
cengkeh dan pala pada masa Dinasti Tang tetapi menggunakannya dengan hemat
sebelum abad ke 15.”
(Anthony Reid, 1993)
Penggalan kalimat sejarawan terkemuka Asia itu manis, dan juga kayu cendana. Masih menurut Reid,
menunjukkan bagaimana Rempah Nusantara telah Rempah Nusantara yang memikat para pedagang
dikenal oleh dunia sejak dahulu kala. Wangi Rempah dari berbagai penjuru dunia itu sebenarnya hanya
Nusantara telah tercium oleh bangsa-bangsa dunia, lalu mata dagangan dalam jumlah kecil. Tapi Rempah
memikat mereka untuk melayarkan armadanya menuju Nusantara menjadi penting karena keuntungan yang
kepulauan rempah, yang mulanya adalah misteri dan paling besar dari perdagangan diperoleh darinya, dan
imagi lalu menjadi nyata di hadapan mereka. karena para pedagang yang datang untuk mencarinya
Sejarah juga mencatat, tanah air Nusantara yang memperkenalkan banyak barang dagangan lain di
gemah ripah ini adalah tempat yang subur untuk bandar-bandar dan wilayah produksi.
tumbuhnya rempah-rempah lainnya, lada, kayu
4
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
5
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
6
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
7
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
8
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
9
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Kegiatan perdagangan dan pelayaran Nusantara dikenal dua musim angin, yaitu Angin Musim Timur
sudah ada sejak awal abad masehi. Pada abad ke- 2 dimulai pada April dan Angin Musim Barat dimulai
masehi Nusantara sudah memiliki hubungan dengan pada September.
India sehingga agama Hindu masuk dan berkembang Menurut Lapian, perubahan musim ini
di Nusantara. Menyusul kemudian pada abad ke-5 sudah lama dikenal pelaut - pelaut kita. Dengan
masehi wilayah Nusantara telah menjadi lintasan memanfaatkan perubahan angin ini, pada Oktober
perdagangan laut antara India dan China. Jalur ini kapal-kapal sudah berangkat dari Maluku menuju
dimulai dari China menuju Kalkuta, India, dan pusat-pusat perdagangan di Makassar, Gresik, Demak,
dalam perjalanannya melintasi Laut China Selatan Banten, sampai Malaka dan kota-kota lain di sebelah
dan Selat Malaka. barat. Adapun pada Maret perjalanan ke timur bisa
Nusantara, melalui Selat Malaka terlibat dalam dilakukan dengan menggunakan angin barat.
perdagangan dunia, termasuk rempah-rempah. Pada Ramainya perdagangan Nusantara yang menjadi
periode ini, rempah seperti lada dan kayu manis masuk bagian terpenting jaringan perdagangan dunia
ke dalam Nusantara hingga dikembangkan di wilayah meninggalkan jejak tinggalan bersejarah berupa
barat. Sebaliknya cengkih dan pala mulai menjadi pelabuhan dan berbagai pengetahuan budaya maritim
komoditas perdagangan hingga dikenal luas di Eropa. yang masih dapat kita temukan hingga hari ini.
Sejarawan maritime Indonesia, Adrian B. Lapian Ribuan perahu nusantara yang masih diproduksi dan
(2008) berpendapat bahwa Nusantara adalah bagian beroperasi di pelabuhan-pelabuhan Indonesia, yang
negeri di bawah angin, memiliki keunikan posisi menjadi salah satu tulang punggung poros maritime
geografis sehingga angina musim di wilayah ini Indonesia adalah salah satu tinggalan pengaruh
berubah arah tujuannya setiap setengah tahun sehingga perdagangan Rempah Nusantara di abad-abad lampau.
angin memutar haluannya 180 derajat. Di Nusantara
10
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 544/70 Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 544/78
Perahu Pa’dewakang diperkirakan telah muncul pada masa perkembangan Islam awal. Perahu ini mencerminkan
penggunaaan teknologi baru dalam pembuatan perahu. Perahu Pa’dewakang tidak dibuat dari satu batang kayu
tetapi dibuat dari papan-papan dengan memakai lunas. Pada perahu ini terdapat dua buah layar berbentuk segi
empat, lebar di bagian tengah, sedangkan di bagian depan dipasang layar berbentuk segi tiga yang lebih kecil.
Daya angkut Pa’dewakang mencapai 10 ton. Perahu inilah diperkirakan pada abad ke-16 Masehi telah digunakan
orang-orang Makassar mencapai pantai Australia dalam usaha mencari kerang dan mutiara. Pada perkembangan
kerajaan Goa, orang-orang Makassar menggunakan jenis perahu ini untuk berdagang baik ke arah barat maupun
arah timur.
Haris Sukendar, 2002.
11
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 359/52 Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 684/37
Perahu Pinisi adalah perahu simbol kemajuan tehnik yang luar biasa meski tetap didasari oleh nilai-nilai seni
yang tinggi dan budaya tradisional yang kental. Pinisi dibuat tidak hanya untuk tujuan perdagangan semata, tapi
juga bersifat simbolik. Karena itu dalam pembuatan, proses peluncuran, dan pemanfaatan sehari-hari diperlukan
upacara-upacara tradisional berdasarkan kepercayaan supranatural. Terkait dengan Pinisi, perahu khas Sulawesi
ini, Denys Lombard menulis: “Jaringan orang Bugis dari Sulawesi tetap merupakan salah satu jaringan yang
paling makmur di Nusantara. Lambang kehadiran mereka di mana mana adalah sosok perahu layar pinisi yang
terdapat berpuluh-puluh dan belum lama ini beratus-ratus, di semua pelabuhan besar di Jakarta seperti juga di
Surabaya, di Banjarmasin seperti juga di Palembang.”
Denys Lombard, 2000.
12
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
13
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
“Untuk mengadakan pelayaran yang jauh-jauh, yakni ke Maluku, Banda, Kalimantan, Sumatra, dan Malaka,
Banten mempunyai Jung (junco atau joncken) dengan layar kecilnya di depan atau kadang-kadang juga tiang
agung dan dua tiang lainnya. Di depan tidak ditempatkan layar segi empat, tapi menurut laporan Lodewycksz
ada kapal yang lebih besar dan mempunyai layar demikian. Dari haluan sampai ke belakang terdapat geladak
yang ditutup dengan atap untuk berteduh terhadap matahari, hujan, dan embun. Di belakang terdapat anjungan
untuk nahkoda. Di bagian bawah ruangnya dibagi-bagi dalam petak-petak untuk tempat barang.”
Adrian B. Lapian. 2008.
Booth ini menggambarkan suasana pelabuhan berbagai belahan dunia, bersaing dalam damai, berbagi
Nusantara di masa lampau, berbagai komoditas keuntungan, dan bertukar budaya. Tampak dalam
diperdagangkan di pelabuhan, termasuk Rempah mural pelabuhan, kapal-kapal yang sedang berlayar di
Nusantara. Pelabuhan Nusantara pada abad silam lautan Nusantara, ada Jung China, Jung Jawa, perahu
menjadi tempat berinteraksi para pedagang dari mayang dan perahu nelayan Nusantara.
14
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
ARSIP BERKISAH
Arsip adalah bagian terpenting dalam pameran terselubung dalam kalimat-kalimat perjanjian.
ini. Arsip merekam sejarah perdagangan Rempah Ada yang seimbang, ada yang dimenangkan dan
Nusantara yang berkelindan di dalamnya hubungan dikalahkan, ada pula yang menceritakan tentang
antar bangsa, masyarakat Nusantara dan orang- peristiwa kelam. Tapi demikian adanya Arsip
orang Eropa yang datang dengan berbagai nama. Berkisah.
Ada Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Meski arsip tidak selalu menyampaikan tragedi
ada juga East India Company (EIC). dan peristiwa besar, karena kadang juga kita temukan
Rekaman sejarah itu telah menjadi memori kisah dalam arsip yang hanya menyampaikan istilah,
bersama bangsa Indonesia dan bangsa lainnya, apa itu chialoupen yang membawa 200 sockels
bagaimana pada suatu masa kita pernah bekerjasama, fuli! Atau sejak kapan lada itu disebut lada oleh
bersaing, atau mencoba saling mengalahkan yang masyarakat Nusantara?
15
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
16
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Perjanjian antara Sultan Abdul Khahar Abunazar dengan VOC (17 April 1684) yang memuat perbaikan dan tambahan
atas perjanjian sebelumnya. Arsip ini antara lain memuat kesepakatan antara Abdul Khahar yang juga dikenal sebagai
Sultan Haji dengan VOC yang bersedia memberi bantuan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa
dan Pangeran Purbaya dengan syarat: 1. Banten menyerahkan Cirebon kepada VOC, 2. Monopoli lada di Banten
dipegang oleh VOC, menyingkirkan Persia, India dan Cina, 3. Banten harus membayar 600.000 ringgit bila ingkar
janji, 4. pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali.”
Sumber : ANRI, Banten No. 64
17
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Lukisan Perang Makassar melawan Belanda perang tahun 1669 di Benteng Samba Opu
Ketika Malaka dikuasai Portugis pada 1511, pedagang muslim eksodus dari Malaka menuju ke bagian
timur wilayah Nusantara, termasuk Makassar. Para pedagang menetap di Makassar membentuk
emporium baru di Nusantara bagian timur. Di bawah kerajaan Gowa dan Tallo, Makassar tumbuh
sebagai pusat perdagangan rempah Nusantara dan pelabuhan bebas yang dikunjungi para pedagang
dari berbagai belahan dunia. Selain memiliki hubungan dagang dengan pelabuhan–pelabuhan
Nusantara, Makassar juga terhubung dengan jaringan dagang Australia Utara, Filipina, Makao,
Cina dan kota- kota di Semenanjung Malaya. Kemajuan Makassar itu ternyata menjadi penghalang
bagi VOC yang tengah membangun monopoli perdagangan rempah di Nusantara. Karena itu, pada
akhir 1660 an VOC ingin menguasai Makassar dan mencari kesempatan menghancurkan kekuatan
Gowa-Tallo dan Wajo dengan bantuan Bone. VOC berhasil memenangkan perang atas Makassar
dan berhasil menguasai kawasan ini dengan ditandai lahirnya perjanjian Bungaya.
18
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
19
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
”Pada masa Saifudin Tidore dapat merehabilitasi dirinya menjadi sebuah kerajaan penting di samping
Ternate, dengan daerah seberang laut yang tetap utuh, dan memperoleh legalitas dari kekuasaan
Belanda. Berbeda dengan Ternate, Saifudin tidak pernah meminta bantuan asing, bahkan selalu
menjaga jarak dengan kekuasaan kolonial. Sekutu tradisional Tidore masa lalu –Spanyol- telah pergi,
sementara Belanda menganggap Tidore sebagai anak nakal.”
M. Adnan Amal, 2010.
20
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Perjanjian-perjanjian antara VOC dengan Tidore, Bacan, Ternate, Bellanipa, dan Bangai
sepanjang 1667-1815, antara lain berisi salinan perjanjian antara Cornelis Speelman dengan
Sultan Sjaifudin (Saifudin) dari Tidore mengenai pohon pala dan cengkeh pada 29 Maret 1667.
Sumber: ANRI, Ternate No. 140
21
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
“Dalam konteks komersil, pala telah menyertakan nilai tambah yang mengungguli cengkih yang
biasanya disebut dengan bunga pala atau fuli. Pala dan fuli sejak dikenal orang-orang Eropa
telah menjadi komoditas dengan nilai komersil. Komersialisasi orang-orang Eropa terhadap pada
dan fuli sejak era Romawi lebih didasarkan pada nilai kemanfaatan, yaitu sebagai aromatic dan
farmasi. Untuk melaksanakan proses produksi pala dan fuli seperti yang diinginkan dan menjadi
tujuan utama, VOC selanjutnya melaksanakan swastanisasi melalui kebijakan perkenier, yakni
kebijakan kepemilikan perkebunan pala secara pribadi.”
22
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Met twee burger chialoupen ontfangen uyt Banda 200 heele sockels
foely voor Compagnies reekeningen, Oct. 3, 1703.
Dua ratus (200) sokkel (keranjang) fuli dibawa dengan dua
kapal chialoep untuk kompeni. 3 Oktober 1703.
Sumber : ANRI, Hoge Regering 2524 folio 412
23
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Hanya di Kepulauan Banda VOC memiliki kendali penuh terhadap tanaman rempah (pala).
Di pulau-pulau lain, pertarungan sengit berlangsung selama bertahun-tahun sebelum akhirnya
VOC berhasil mengendalikan sebagian besar cengkeh. Pertarungan akhirnya terhenti ketika
Malaka, Makassar, dan Banten jatuh ke tangan VOC. Heren XVII membenarkan kebijakan
keras mereka dengan menyebutkan adanya pelanggaran kontrak yang dilakukan penduduk
pribumi. Walaupun mereka diwajibkan menyuplai rampah hanya kepada VOC, mereka juga
menjualnya kepada orang lain. Namun apakah ini memberika hak kepada VOC untuk melarang
para pedagang Asia lainnya membawa kain dan bahan makanan? Kontrak-kontrak yang
sebagian besar ditandatangani karena tekanan tidak menyebutkan bagaimana penduduk bisa
mendapatkan makanan dan pakaian di masa depan. Terlebih ketika mereka akan terpisahkan
dari rempah-rempah mereka, satu – satunya produk yang bisa mereka tawarkan untuk ditukar.”
M.A.P. Meilink-Roelofs, 1955
24
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
25
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
VOC pernah mencoba menumbuhkan kopi di wilayah Batavia, namun mengalami kegagalan.
Untuk mengganti tanaman kopi yang gagal, VOC memutuskan untuk mencoba mengembangkan
perkebunan lada di Batavia. Usaha ini diimplementasikan dengan membentuk komisi khusus untuk
meneliti kemungkinan-kemungkinan penanaman lada di Batavia bovenlanden yaitu di daerah
Jatinegara, Klapanunggal, CIpamingkis (daerah Bogor), dan Cianjur.
Sumber: ANRI, Hoge Regering 985, folio 544-557
26
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Pada 31 Juli 1667, Belanda dan Inggris menandatangani sebuah perjanjian yang kelak dikenal dengan nama Perjanjian
Breda. Perjanjian ini ditandatangani di kota Breda, Belanda yang isinya antara lain adalah perjanjian damai dengan
Inggris dan pertukaran Pulau Run di Nusantara dengan Nieuw Amsterdam (Manhattan) di benua Amerika. Keunikan
Pulau Run menjadi pesona tersendiri untuk Belanda. Pulau ini adalah satu-satunya pulau saat itu yang ditumbuhi
tanaman Pala. Berita perjanjian ini sampai juga di Batavia. Tahun 1668, pusat VOC di Patria (Belanda) mengirimkan
publikasi tentang perjanjian Breda kepada Hoge Regering (HR) atau Pemerintahan Agung di Batavia.
Sumber: ANRI, Hoge Regering No. 880 folio 116 dan 119
27
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
28
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
BATAVIA CORNER
Batavia atau Jacatra bukanlah tanah yang dijanjikan, melainkan dipilih. Batavia yang
pada awal abad ke-17 masih disebut oleh orang-orang Belanda Jacatra, dipilih sebagai ibukota
baru atau pusat kendali VOC di Asia, karena oleh J.P. Coen dianggap sebagai tempat paling
pas untuk bertemunya kapal-kapal dan juga sebagai pusat administrasi. Sejarawan maritime
terkemuka Indonesia, Adrian B. Lapian (2008) mencatat:
“Pada tahun 1619, Belanda menguasai Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia (Betawi).
Persaingan VOC yang didukung oleh blockade pelabuhan Banten menyebabkan semakin berkurangnya
kapal-kapal yang mengunjungi Banten. Kemudian pada tahun 1634 arsip VOC mengabarkan bahwa
sebagian besar perdagangan Banten telah berpindah ke Batavia.”
29
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
30
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
31
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
32
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
33
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
34
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Peta ini adalah digambar ulang dari catatan perjalanan Jacob Jansz
de Roy ketika ia melakukan eskpedisi ke Borneo tahun 1691.
Sumber : ANRI, De Haan No. B 116
35
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
36
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
PENUTUP
37
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
SUMBER REFERENSI
Daftar Arsip
1. ANRI, Banten No. 64
2. ANRI, De Haan No. B 116
3. ANRI, Hoge Regering No. 2486 folio 440
4. ANRI, Hoge Regering No. 4172
5. ANRI, Hoge Regering 2524 folio 412
6. ANRI, Hoge Regering No. 2678
7. ANRI, Hoge Regering 985, folio 544-557
8. ANRI, Hoge Regering No. 880 folio 116 dan 119
9. ANRI, Hoge Regering No. 3476
10. ANRI, Hoge Regering No. 853 Folio 553-555
11. ANRI, KIT Maluku No. 621-22
12. ANRI, KIT Maluku No. 621-48
13. ANRI, KIT Maluku No. 383-72
14. ANRI, KIT Maluku No. 649-23
15. ANRI, KIT Sulawesi No. 544-70
16. ANRI, KIT Sulawesi No. 544-78
17. ANRI, KIT Sulawesi No. 539-52
18. ANRI, KIT Sulawesi No. 684-37
19. ANRI, KIT Sumatera Selatan No. 622-40
20. ANRI, KIT Sumatera Selatan No. 622-60
21. ANRI, Koleksi Khusus
22. ANRI, Ternate No. 140
38
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
Usman Thalib & La Raman. Banda dalam Sejarah Perbudakan di Nusantara: Swastanisasi dan
Praktek Kerja Paksa di Perkebunan Pala Kepulauan Banda 1770 - 1860. Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2015.
Adrian B. Lapian. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke 16 dan 17. Jakarta: Komunitas
Bambu, 2008.Haris Sukendar, 2002
Denys Lombard. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II: Jaringan Asia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
J.C.van Leur. Indonesian Trade and Society : Essays in Asian Social and Economic History. Selected
Studies on Indonesia by Dutch Scholars, Vol. I. The Hague, Bandung: W. van Hoeve,
1955.
M. Adnan Amal. Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010.
M.A.P. Meilink-Roelofs, Asian Trade and European Influnce. The Hague Netherlands, 1962.
Haris Sukendar. Perahu Tradisional Nusantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
2002.
39
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”
P. Swantoro. Perdagangan Lada Abad XVII: Perebutan Emas Putih dan Hitam di Nusantara. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2019.
Thomas Suarez. Early Mapping of Southeat Asia: The Epic Story of Seafarers, Adventureres, and Cartographers
Who First Mapped the Regions between China and India. Periplus Editions (HK) Limited, Nov 15, 1999.
Sumber Lain
VOC Glossarium (https://sejarah-nusantara.anri.go.id/glossary/)
40