Anda di halaman 1dari 48

Katalog

Memori
“Rempah “
Nusantara

i
Sambutan

Direktur Pengembangan Dan Pemanfaatan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,


Salam sejahtera bagi kita semua.
Om Swastiastu, Namo Budaya.

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya
Pameran Memori Rempah Nusantara ini dapat terselenggara dengan baik.

Pameran ini diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia bekerja


sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya Direktorat
Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan
secara on site dan daring dimulai pada tanggal 15 Desember 2020.

Rempah-rempah telah menjadi komoditas penting bagi masyarakat dunia pada


masa jauh sebelum kolonialisme merambah dunia. Rempah-rempah menjadi simbol
penting peradaban masa lalu. Kepulauan Indonesia adalah penghasil komoditas yang
sangat penting tersebut.

Tujuan besar kegiatan ini adalah untuk membangkitkan memori kolektif khalayak
tentang sejarah Jalur Rempah. Selain itu, memberikan edukasi kepada masyarakat

ii
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

mengenai nilai penting yang terkandung di dalam Jalur Rempah. Nilai-nilai tersebut
antara lain Jalur Rempah adalah jalur budaya bahari dan identitas bangsa. Untuk
itu, gerakan revitalisasi nilai dan peradaban jejak rempah adalah upaya membangun
ekosistem budaya dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat.

Narasi tentang Jalur Rempah ditampilkan melalui bukti-bukti arsip yang tersimpan
dalam khazanah Arsip Nasional Republik Indonesia. Pameran ini diharapkan dapat
meningkatkan apresiasi masyarakat dan memberikan dampak positif terhadap
pengembangan kebudayaan khususnya kesadaran (awareness) masyarakat mengenai
Jalur Rempah serta dapat dijadikan referensi bagi para pengunjung pameran.

Demikian kami sampaikan, semoga bermanfaat dan selamat menikmati Pameran


Memori Rempah Nusantara.

Wassalamu’allaikum, Warohmatullahi Wabarokatuh,


Salam sejahtera.

Dr. Restu Gunawan, M.Hum.

iii
Sambutan

Plt. Deputi Konservasi


Arsip Nasional Republik Indonesia

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,


Salam sejahtera bagi kita semua.
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya
Pameran Memori Rempah Nusantara ini dapat berjalan dengan baik.

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dalam rangka meningkatkan kualitas


penyelenggaraan kearsipan nasional melaksanakan kerja sama dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENDIKBUD) yang
dituangkan dalam Nota Kesepahaman antara Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dan Arsip Nasional Republik Indonesia Tanggal
16 Oktober 2019 Nomor 19.1/X/NK.2019 dan Nomor KE.00.00/54/2019
tentang Penyelenggaraan Kearsipan di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan yang
ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala ANRI.

Kemudian pada tahun 2020, KEMENDIKBUD dan ANRI menindaklanjuti Nota


Kesepahaman di atas melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Arsip Nasional Republik
Indonesia Tanggal 27 Juli 2020 Nomor 41/VII/PKS/2020 dan Nomor
KE.00.00/50/2020 tentang Penyelamatan, Pelestarian dan Pemanfaatan Arsip Jalur
Rempah.

iv
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) merupakan lembaga pemerintah non


kementerian yang melaksanakan tugas negara di bidang kearsipan sekaligus salah
satu lembaga pelestari memori Arsip Jalur Rempah. ANRI mempunyai misi untuk
melestarikan arsip sebagai ingatan kolektif dan identitas bangsa dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, ANRI juga memiliki misi untuk
selalu memberikan akses arsip kepada masyarakat untuk kepentingan pemerintah,
pembangunan, penelitian, dan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip kearsipan untuk
kepentingan bangsa. Sebagai lembaga pelestarian memori kolektif bangsa sekaligus
lembaga kearsipan nasional di Indonesia

Hal tersebut salah satunya diwujudkan melalui Pameran Memori Rempah Nusantara
diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia bekerja sama dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pameran ini bertujuan mengenalkan
kepada khalayak atas arsip yang berkaitan dengan Jalur Rempah yang tersimpan
di ANRI. Arsip Jalur Rempah merupakan warisan dokumenter yang berisi catatan
kegiatan dan acara dalam berbagai bentuk dan media yang berkaitan dengan Jalur
Rempah. Arsip tersebut memilikii nilai signifikansi dunia yang luar biasa dan
berpotensi untuk menjadi Memory of the World

Pameran Memori Rempah Nusantara ini diselenggarakan secara on site dan daring
dimulai pada tanggal 15 Desember 2020. Di dalamnya kami menyajikan bukti-bukti
otentik dari khazanah arsip ANRI mengenai dinamika perdagangan rempah dan
Nusantara dalam pusaran jaringan perdagangan tersebut. Pada bagian akhir kami
menyajikan gambaran peta-peta nusantara yang tercipta pada era tersebut untuk

v
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

menunjukan bagaimana orang masa itu mengimajinasikan kepuluaan Nusantara.


Akhirnya kami mengajak agar khalayak dapat bersama-sama menikmatai dan
megambil pelajaran tentang masa lalu dan kejayaan Jalur Rempah di Nusantara dan
semoga usaha ini dapat memberi manfaat umumnya bagi masayarakat luas.

Terima kasih,
Wassalamu’allaikum, Warohmatullahi Wabarokatuh,

Dra. Multi Siswati, MM.

vi
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Pengarah
M. Taufik
KONTRIBUTOR Plt. Kepala ANRI

PAMERAN Hilmar Farid


Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud
Imam Gunarto
Sekretaris Utama ANRI
Multi Siswati
Plt. Deputi Bidang Konservasi Arsip ANRI
Penanggung Jawab
Restu Gunawan
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan
Kemendikbud
Koordinator Pokja Jalur Rempah Kemendikbud
Yayuk Sri Budi Rahayu
Koordinator Pameran
Eli Ruliawati
Koordinator Pemanfaatan Arsip ANRI
Narasumber
Bondan Kanumoyoso
Sejarawan
Kurator
Erwien Kusuma
Periset Arsip
Akhmad Nakhrowi I Jajang Nurjaman I
Dharwis W.U. Yacob I Intan Lidwina
Penelusur
Sapta Sunjaya I Lystiani Dewi I Indah Larasati I
Hanif Aulia Rahman
Desain & Layout
Beny Oktavianto
Digitalisasi Arsip
Hadi Susono
Produksi
Dian Andika Winda
Dimas Setyo Saputro

1
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Memori Rempah Nusantara

D unia telah mengenal Rempah Nusantara Sementara itu, bangsa Eropa sejak abad 15 masehi
sejak awal abad masehi. Ketika terbentuk telah bersaing dalam ekspedisi pelayaran untuk
sistem perdagangan global antar bangsa menemukan Rempah Nusantara. Pada 1511 Portugis
di dunia, Rempah Nusantara diduga telah ada di menguasai Malaka dan setelahnya mereka menemukan
dalamnya. Sejarah mencatat, Sriwijaya pada abad kepulauan rempah di bagian timur Nusantara. Sejak
7 - 9 Masehi telah menguasai perdagangan rempah saat itu bangsa Eropa mulai banyak berdatangan ke
dengan mengendalikan Selat Malaka. Kemudian Nusantara, bertemu dengan pedagang-pedagang dunia
muncul Majapahit menggantikan Sriwijaya dalam yang memadati emporium Aceh, Banten, Makassar,
mengendalikan perdagangan rempah di Nusantara dan kota-kota pelabuhan lainnya di Nusantara.
yang mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Gambaran interaksi antar bangsa dalam jaringan
Hayam Wuruk (1350-1389 masehi). Masa itu Jalur perdagangan global yang terjadi di wilayah Nusantara
Rempah Nusantara telah terbentuk dan semakin dan berbagai jejak peninggalan perdagangan rempah,
dikenal dalam dunia perdagangan global; cengkih beberapa diantaranya terekam dalam catatan arsip
dan pala, dari bagian timur nusantara, serta lada yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia
dari bagian barat telah diperdagangkan di kota-kota (ANRI). Informasi bagaimana hubungan dagang
dagang pesisir utara Jawa, lalu ke Malaka dan kota- antara masyarakat Nusantara dengan bangsa-bangsa
kota pelabuhan di Asia, hingga mencapai Eropa. di dunia, terutama bangsa Eropa, tersimpan dalam
Rempah Nusantara menjelma menjadi komoditas memori lembaran arsip abad-abad lampau.
bernilai tinggi di Eropa. Dapat dikatakan Rempah Dalam pameran yang diselenggarakan oleh ANRI
Nusantara turut menyumbang kemunculan negara- bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan
negara kota di Eropa dan berkontribusi mengubah Kebudayaan ini , arsip-arsip terpilih terkait perdagangan
masyarakat Eropa, dari feodal menuju modern awal. rempah kita pamerkan untuk bisa disaksikan oleh

2
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

masyarakat luas, baik secara langsung maupun secara mendatang. Semoga melalui pameran ini, masyarakat
virtual. Melalui pameran ini, ANRI ingin memberi memahami bahwa Memori Rempah Nusantara bukan
pesan kepada masyarakat, bahwa dalam catatan sekedar riwayat atau hikayat, tapi sebuah nasehat dari
arsip yang kita simpan terdapat Memori Rempah masa lalu yang tak ternilai harganya!
Nusantara yang tersimpan dengan baik. Memori itu Jakarta, 15 Desember 2020.
berguna untuk pembelajaran dan sumber rujukan
dalam menghadapi persoalan masa sekarang dan masa Kurator Pameran

3
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

SEMERBAK WANGI REMPAH NUSANTARA

“Cengkeh dan kadang-kadang pala dan bunga pala disebut di dalam catatan
perdagangan di Kairo dan Alexandria sejak abad ke-10, tapi semuanya itu sangat
jarang dan mahal di Eropa hingga akhir abad ke-14. Orang China juga mengenal
cengkeh dan pala pada masa Dinasti Tang tetapi menggunakannya dengan hemat
sebelum abad ke 15.”
(Anthony Reid, 1993)

Penggalan kalimat sejarawan terkemuka Asia itu manis, dan juga kayu cendana. Masih menurut Reid,
menunjukkan bagaimana Rempah Nusantara telah Rempah Nusantara yang memikat para pedagang
dikenal oleh dunia sejak dahulu kala. Wangi Rempah dari berbagai penjuru dunia itu sebenarnya hanya
Nusantara telah tercium oleh bangsa-bangsa dunia, lalu mata dagangan dalam jumlah kecil. Tapi Rempah
memikat mereka untuk melayarkan armadanya menuju Nusantara menjadi penting karena keuntungan yang
kepulauan rempah, yang mulanya adalah misteri dan paling besar dari perdagangan diperoleh darinya, dan
imagi lalu menjadi nyata di hadapan mereka. karena para pedagang yang datang untuk mencarinya
Sejarah juga mencatat, tanah air Nusantara yang memperkenalkan banyak barang dagangan lain di
gemah ripah ini adalah tempat yang subur untuk bandar-bandar dan wilayah produksi.
tumbuhnya rempah-rempah lainnya, lada, kayu

4
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Para pemetik pala dengan peralatannya,


Banda, Maluku
Sumber : ANRI, KIT Maluku No. 621-22

5
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Buah dan bunga pala serta alat untuk


memetiknya, Banda, Maluku.
Sumber : ANRI, KIT Maluku No. 621-48

6
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Pemetikan Lada ketika Panen, Lampung


Sumber : ANRI, KIT Sumatera Selatan No. 622-60

7
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

25 April 1680 van Sillebaer brengen 5 vaertuygen tot


Bantam 200 bhaar peper.
“Lima kapal membawa 200 bahar lada dari
Selebar (daerah penghasil lada di Bengkulu)
menuju Banten. 25 April 1680”.
Sumber : ANRI, Hoge Regering No. 2486 folio 440

Volume Bhaar, bhaaren.


Kata bhaar, bhaaren berasal dari Bahasa Sanskerta
yaitu Bahara. Bahara ini merupakan ukuran ukuran
berat; ukuran pribumi yang dipakai hamper di
seluruh Asia Tenggara. Dalam Bahasa Melayu,
bhaar disebut bahar, 1 bahar = 3 pikul, atau 170
kilogram, atau 375 pon Belanda; berbeda-beda di
setiap tempat, tapi kurang lebih 170 gram lada dan
272 kilogram cengkeh.
Sumber: VOC Glossarium (https://sejarah-nusantara.anri.
go.id/glossary/)

8
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Dalam ramainya perdagangan Rempah Nusantara,


mucul sejumlah kata satuan berat yang digunakan oleh
para pedagang, baik pedagang Nusantara maupun
bangsa lainnya. Mereka saling memengaruhi dalam
penentuan satuan berat itu, baik penyebutan maupun
nilai ukuran. Bahar misalnya, sebagai satuan berat
ditetapkan setara dengan 500 pon. Meski satuan bahar
yang digunakan oleh Portugal berbeda-beda pada tiap
daerah. Di Maluku satu bahar setara dengan sekitar
600 pon, di Banda setara dengan 550 pon, di Banten
jumlahnya 495 pon, di Malaka 530 – 540 pon, di
Makassar dengan 550 pon, di Patani setara dengan
380 pon, dan di Kedah 360 pon.
Bahar adalah salah satu nama satuan berat yang
cukup populer pada masa jaya perdagangan Rempah
Nusantara. Khazanah arsip ANRI, Hoge Regering No. Dalam Bahasa Melayu, bhaar disebut bahar, 1 bahar
2486 folio 440, antara lain menyebutkan: = 3 pikul, atau 170 kilogram, atau 375 pon Belanda;
“25 April 1680 van Sillebaer brengen 5 vaertuygen tot Bantam berbeda-beda di setiap tempat, tapi kurang lebih 170
200 bhaar peper. “Lima kapal membawa 200 bahar gram lada dan 272 kilogram cengkeh.
lada dari Selebar (daerah penghasil lada di Bengkulu) Dari informasi ini dapat juga kita sampaikan
menuju Banten”. kepada khalayak, sebuah pertanyaan “adakah
Menurut VOC Glossarium (https://sejarah- pengaruh bangsa Arab dalam pembentukan kata
nusantara.anri.go.id/glossary/) Kata Bahar atau bhaar,
Bahar?” mengingat, jauh sebelum orang-orang Eropa
bhaaren berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu Bahara. menemukan kepulauan rempah, pedagang Arab dan
Bahara ini merupakan ukuran ukuran berat; ukuran China disebut telah terlihat berdagang di wilayah
pribumi yang dipakai hampir di seluruh Asia Tenggara. Nusantara. Mari kita telisik bersama!

9
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

NUSANTARA DALAM JARINGAN PERDAGANGAN DUNIA

Kegiatan perdagangan dan pelayaran Nusantara dikenal dua musim angin, yaitu Angin Musim Timur
sudah ada sejak awal abad masehi. Pada abad ke- 2 dimulai pada April dan Angin Musim Barat dimulai
masehi Nusantara sudah memiliki hubungan dengan pada September.
India sehingga agama Hindu masuk dan berkembang Menurut Lapian, perubahan musim ini
di Nusantara. Menyusul kemudian pada abad ke-5 sudah lama dikenal pelaut - pelaut kita. Dengan
masehi wilayah Nusantara telah menjadi lintasan memanfaatkan perubahan angin ini, pada Oktober
perdagangan laut antara India dan China. Jalur ini kapal-kapal sudah berangkat dari Maluku menuju
dimulai dari China menuju Kalkuta, India, dan pusat-pusat perdagangan di Makassar, Gresik, Demak,
dalam perjalanannya melintasi Laut China Selatan Banten, sampai Malaka dan kota-kota lain di sebelah
dan Selat Malaka. barat. Adapun pada Maret perjalanan ke timur bisa
Nusantara, melalui Selat Malaka terlibat dalam dilakukan dengan menggunakan angin barat.
perdagangan dunia, termasuk rempah-rempah. Pada Ramainya perdagangan Nusantara yang menjadi
periode ini, rempah seperti lada dan kayu manis masuk bagian terpenting jaringan perdagangan dunia
ke dalam Nusantara hingga dikembangkan di wilayah meninggalkan jejak tinggalan bersejarah berupa
barat. Sebaliknya cengkih dan pala mulai menjadi pelabuhan dan berbagai pengetahuan budaya maritim
komoditas perdagangan hingga dikenal luas di Eropa. yang masih dapat kita temukan hingga hari ini.
Sejarawan maritime Indonesia, Adrian B. Lapian Ribuan perahu nusantara yang masih diproduksi dan
(2008) berpendapat bahwa Nusantara adalah bagian beroperasi di pelabuhan-pelabuhan Indonesia, yang
negeri di bawah angin, memiliki keunikan posisi menjadi salah satu tulang punggung poros maritime
geografis sehingga angina musim di wilayah ini Indonesia adalah salah satu tinggalan pengaruh
berubah arah tujuannya setiap setengah tahun sehingga perdagangan Rempah Nusantara di abad-abad lampau.
angin memutar haluannya 180 derajat. Di Nusantara

10
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 544/70 Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 544/78

Perahu Pa’dewakang diperkirakan telah muncul pada masa perkembangan Islam awal. Perahu ini mencerminkan
penggunaaan teknologi baru dalam pembuatan perahu. Perahu Pa’dewakang tidak dibuat dari satu batang kayu
tetapi dibuat dari papan-papan dengan memakai lunas. Pada perahu ini terdapat dua buah layar berbentuk segi
empat, lebar di bagian tengah, sedangkan di bagian depan dipasang layar berbentuk segi tiga yang lebih kecil.
Daya angkut Pa’dewakang mencapai 10 ton. Perahu inilah diperkirakan pada abad ke-16 Masehi telah digunakan
orang-orang Makassar mencapai pantai Australia dalam usaha mencari kerang dan mutiara. Pada perkembangan
kerajaan Goa, orang-orang Makassar menggunakan jenis perahu ini untuk berdagang baik ke arah barat maupun
arah timur.
Haris Sukendar, 2002.

11
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 359/52 Sumber : ANRI, KIT Sulawesi No. 684/37

Perahu Pinisi adalah perahu simbol kemajuan tehnik yang luar biasa meski tetap didasari oleh nilai-nilai seni
yang tinggi dan budaya tradisional yang kental. Pinisi dibuat tidak hanya untuk tujuan perdagangan semata, tapi
juga bersifat simbolik. Karena itu dalam pembuatan, proses peluncuran, dan pemanfaatan sehari-hari diperlukan
upacara-upacara tradisional berdasarkan kepercayaan supranatural. Terkait dengan Pinisi, perahu khas Sulawesi
ini, Denys Lombard menulis: “Jaringan orang Bugis dari Sulawesi tetap merupakan salah satu jaringan yang
paling makmur di Nusantara. Lambang kehadiran mereka di mana mana adalah sosok perahu layar pinisi yang
terdapat berpuluh-puluh dan belum lama ini beratus-ratus, di semua pelabuhan besar di Jakarta seperti juga di
Surabaya, di Banjarmasin seperti juga di Palembang.”
Denys Lombard, 2000.

12
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

“Korespondensi Vice Admiral Hartsinck, Comandant en Chef


van 'S Lands Navale Macht kepada Gubernur Jenderal periode
Januari hingga Desember 1804.
Pada korespondensi ini tercatat pada No. 32 aturan bagi kapal
barang yang masuk melalui kepulauan Onrust. Antara lain
bahwa kapal yang datang harus memberi tanda berupa bendera
(insigna). Misalnya: jika armada terdiri dari 2 buah kapal maka
wajib menaikkan bendera berwarna putih, jika 5 kapal berupa
bendera setengah merah setengah putih, dan seterusnya. Begitu
pula ketika kedatangan kapal malam hari harus menggunakan
penerangan sesuai ketentuan yang berlaku saat itu.”
Sumber: ANRI, Hoge Regering No. 4172

13
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

“Pelabuhan bukan saja tempat berlabuh,


tetapi tempat bagi kapal dapat berlabuh
dengan aman, terlindung dari ombak
besar, angin, dan arus yang kuat seperti
yang tersirat dalam arti kata harbour
(Inggris) dan haven (Belanda).”

“Untuk mengadakan pelayaran yang jauh-jauh, yakni ke Maluku, Banda, Kalimantan, Sumatra, dan Malaka,
Banten mempunyai Jung (junco atau joncken) dengan layar kecilnya di depan atau kadang-kadang juga tiang
agung dan dua tiang lainnya. Di depan tidak ditempatkan layar segi empat, tapi menurut laporan Lodewycksz
ada kapal yang lebih besar dan mempunyai layar demikian. Dari haluan sampai ke belakang terdapat geladak
yang ditutup dengan atap untuk berteduh terhadap matahari, hujan, dan embun. Di belakang terdapat anjungan
untuk nahkoda. Di bagian bawah ruangnya dibagi-bagi dalam petak-petak untuk tempat barang.”
Adrian B. Lapian. 2008.

Booth ini menggambarkan suasana pelabuhan berbagai belahan dunia, bersaing dalam damai, berbagi
Nusantara di masa lampau, berbagai komoditas keuntungan, dan bertukar budaya. Tampak dalam
diperdagangkan di pelabuhan, termasuk Rempah mural pelabuhan, kapal-kapal yang sedang berlayar di
Nusantara. Pelabuhan Nusantara pada abad silam lautan Nusantara, ada Jung China, Jung Jawa, perahu
menjadi tempat berinteraksi para pedagang dari mayang dan perahu nelayan Nusantara.

14
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

ARSIP BERKISAH

Arsip adalah bagian terpenting dalam pameran terselubung dalam kalimat-kalimat perjanjian.
ini. Arsip merekam sejarah perdagangan Rempah Ada yang seimbang, ada yang dimenangkan dan
Nusantara yang berkelindan di dalamnya hubungan dikalahkan, ada pula yang menceritakan tentang
antar bangsa, masyarakat Nusantara dan orang- peristiwa kelam. Tapi demikian adanya Arsip
orang Eropa yang datang dengan berbagai nama. Berkisah.
Ada Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Meski arsip tidak selalu menyampaikan tragedi
ada juga East India Company (EIC). dan peristiwa besar, karena kadang juga kita temukan
Rekaman sejarah itu telah menjadi memori kisah dalam arsip yang hanya menyampaikan istilah,
bersama bangsa Indonesia dan bangsa lainnya, apa itu chialoupen yang membawa 200 sockels
bagaimana pada suatu masa kita pernah bekerjasama, fuli! Atau sejak kapan lada itu disebut lada oleh
bersaing, atau mencoba saling mengalahkan yang masyarakat Nusantara?

15
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Dalam Dagh-Register pada 14 Januari 1682 tercatat sebagai berikut:


“Sejak Januari hingga Desember di Banten, datanglah 755 perahu layar, 373
diantaranya tidak membawa lada. Sementara yang lainnya diketahui membawa
11.600 bahar lada dari Lampung, 3.310 bahar dari Silebar, dan 100 bahar dari
Sukadana. Dengan demikian total ada 15.010 bahar atau 45.030 pikul lada hitam
sepanjang satu tahun penuh.”
Lalu bagaimana masyarakat lokal menyebut lada? Apakah ada penamaan lain untuk
lada dalam bahasa masyarakat Nusantara? Perhatikan potongan gambar arsip di pada
panel, kata Lada tertulis dalam aksara Arab Jawi. Apa artinya?

16
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Perjanjian antara Sultan Abdul Khahar Abunazar dengan VOC (17 April 1684) yang memuat perbaikan dan tambahan
atas perjanjian sebelumnya. Arsip ini antara lain memuat kesepakatan antara Abdul Khahar yang juga dikenal sebagai
Sultan Haji dengan VOC yang bersedia memberi bantuan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa
dan Pangeran Purbaya dengan syarat: 1. Banten menyerahkan Cirebon kepada VOC, 2. Monopoli lada di Banten
dipegang oleh VOC, menyingkirkan Persia, India dan Cina, 3. Banten harus membayar 600.000 ringgit bila ingkar
janji, 4. pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali.”
Sumber : ANRI, Banten No. 64

17
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Lukisan Perang Makassar melawan Belanda perang tahun 1669 di Benteng Samba Opu

Ketika Malaka dikuasai Portugis pada 1511, pedagang muslim eksodus dari Malaka menuju ke bagian
timur wilayah Nusantara, termasuk Makassar. Para pedagang menetap di Makassar membentuk
emporium baru di Nusantara bagian timur. Di bawah kerajaan Gowa dan Tallo, Makassar tumbuh
sebagai pusat perdagangan rempah Nusantara dan pelabuhan bebas yang dikunjungi para pedagang
dari berbagai belahan dunia. Selain memiliki hubungan dagang dengan pelabuhan–pelabuhan
Nusantara, Makassar juga terhubung dengan jaringan dagang Australia Utara, Filipina, Makao,
Cina dan kota- kota di Semenanjung Malaya. Kemajuan Makassar itu ternyata menjadi penghalang
bagi VOC yang tengah membangun monopoli perdagangan rempah di Nusantara. Karena itu, pada
akhir 1660 an VOC ingin menguasai Makassar dan mencari kesempatan menghancurkan kekuatan
Gowa-Tallo dan Wajo dengan bantuan Bone. VOC berhasil memenangkan perang atas Makassar
dan berhasil menguasai kawasan ini dengan ditandai lahirnya perjanjian Bungaya.

18
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Perjanjian Bungaya (Belanda menyebutnya Bongaaisch Contract) adalah perjanjian perdamaian


yang mengakhiri perang antara Kesultanan Makasar dengan VOC. Perjanjian ini ditandatangani
pada 18 November 1667 di Bungaya 8 November 1667, Kesultanan Gowa yang diwakili oleh
Sultan Hasanuddin dan pihak VOC yang diwakili oleh Cornelis Speelman. Meski disebut perjanjian
perdamaian, isi sebenarnya adalah deklarasi kekalahan Gowa dari VOC serta pengesahan monopoli oleh
VOC untuk perdagangan Makassar sejumlah barang di pelabuhan (yang dikuasai Gowa).
Sumber : ANRI, Koleksi Khusus

19
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

”Pada masa Saifudin Tidore dapat merehabilitasi dirinya menjadi sebuah kerajaan penting di samping
Ternate, dengan daerah seberang laut yang tetap utuh, dan memperoleh legalitas dari kekuasaan
Belanda. Berbeda dengan Ternate, Saifudin tidak pernah meminta bantuan asing, bahkan selalu
menjaga jarak dengan kekuasaan kolonial. Sekutu tradisional Tidore masa lalu –Spanyol- telah pergi,
sementara Belanda menganggap Tidore sebagai anak nakal.”
M. Adnan Amal, 2010.

20
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Perjanjian-perjanjian antara VOC dengan Tidore, Bacan, Ternate, Bellanipa, dan Bangai
sepanjang 1667-1815, antara lain berisi salinan perjanjian antara Cornelis Speelman dengan
Sultan Sjaifudin (Saifudin) dari Tidore mengenai pohon pala dan cengkeh pada 29 Maret 1667.
Sumber: ANRI, Ternate No. 140

21
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

“Dalam konteks komersil, pala telah menyertakan nilai tambah yang mengungguli cengkih yang
biasanya disebut dengan bunga pala atau fuli. Pala dan fuli sejak dikenal orang-orang Eropa
telah menjadi komoditas dengan nilai komersil. Komersialisasi orang-orang Eropa terhadap pada
dan fuli sejak era Romawi lebih didasarkan pada nilai kemanfaatan, yaitu sebagai aromatic dan
farmasi. Untuk melaksanakan proses produksi pala dan fuli seperti yang diinginkan dan menjadi
tujuan utama, VOC selanjutnya melaksanakan swastanisasi melalui kebijakan perkenier, yakni
kebijakan kepemilikan perkebunan pala secara pribadi.”

Usman Thalib dan La Raman (2015)

22
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Met twee burger chialoupen ontfangen uyt Banda 200 heele sockels
foely voor Compagnies reekeningen, Oct. 3, 1703.
Dua ratus (200) sokkel (keranjang) fuli dibawa dengan dua
kapal chialoep untuk kompeni. 3 Oktober 1703.
Sumber : ANRI, Hoge Regering 2524 folio 412

23
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Hanya di Kepulauan Banda VOC memiliki kendali penuh terhadap tanaman rempah (pala).
Di pulau-pulau lain, pertarungan sengit berlangsung selama bertahun-tahun sebelum akhirnya
VOC berhasil mengendalikan sebagian besar cengkeh. Pertarungan akhirnya terhenti ketika
Malaka, Makassar, dan Banten jatuh ke tangan VOC. Heren XVII membenarkan kebijakan
keras mereka dengan menyebutkan adanya pelanggaran kontrak yang dilakukan penduduk
pribumi. Walaupun mereka diwajibkan menyuplai rampah hanya kepada VOC, mereka juga
menjualnya kepada orang lain. Namun apakah ini memberika hak kepada VOC untuk melarang
para pedagang Asia lainnya membawa kain dan bahan makanan? Kontrak-kontrak yang
sebagian besar ditandatangani karena tekanan tidak menyebutkan bagaimana penduduk bisa
mendapatkan makanan dan pakaian di masa depan. Terlebih ketika mereka akan terpisahkan
dari rempah-rempah mereka, satu – satunya produk yang bisa mereka tawarkan untuk ditukar.”
M.A.P. Meilink-Roelofs, 1955

24
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Arsip ini merupakan korespondensi antara VOC dan Heeren Zeventeen


di Amsterdam Belanda periode tahun 1612. kondisi fisiknya sudah
tidak dapat terbaca lagi akibat korosi tinta yang merusak media
arsipnya. Ini merupakan korepsondeni tertua yang ditemukan dan
tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Sumber: ANRI, Hoge Regering No. 267

25
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

VOC pernah mencoba menumbuhkan kopi di wilayah Batavia, namun mengalami kegagalan.
Untuk mengganti tanaman kopi yang gagal, VOC memutuskan untuk mencoba mengembangkan
perkebunan lada di Batavia. Usaha ini diimplementasikan dengan membentuk komisi khusus untuk
meneliti kemungkinan-kemungkinan penanaman lada di Batavia bovenlanden yaitu di daerah
Jatinegara, Klapanunggal, CIpamingkis (daerah Bogor), dan Cianjur.
Sumber: ANRI, Hoge Regering 985, folio 544-557

26
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Pada 31 Juli 1667, Belanda dan Inggris menandatangani sebuah perjanjian yang kelak dikenal dengan nama Perjanjian
Breda. Perjanjian ini ditandatangani di kota Breda, Belanda yang isinya antara lain adalah perjanjian damai dengan
Inggris dan pertukaran Pulau Run di Nusantara dengan Nieuw Amsterdam (Manhattan) di benua Amerika. Keunikan
Pulau Run menjadi pesona tersendiri untuk Belanda. Pulau ini adalah satu-satunya pulau saat itu yang ditumbuhi
tanaman Pala. Berita perjanjian ini sampai juga di Batavia. Tahun 1668, pusat VOC di Patria (Belanda) mengirimkan
publikasi tentang perjanjian Breda kepada Hoge Regering (HR) atau Pemerintahan Agung di Batavia.
Sumber: ANRI, Hoge Regering No. 880 folio 116 dan 119

27
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Bundel arsip ini mencatat daftar kapal yang kembali


ke Amsterdam pada periode musim gugur 1783
hingga musim semi 1784 langsung menuju Batavia.
Pada visual yang terlihat adalah satu isi laporan yang
tercatat dari Kapal bernama "Berlijn" yang melaporkan
rute-rute yang ia lewati dari kepulauan Ambon, Banda,
Ternate, menyusuri jawa, sumatra, hingga chocin.
Pada arsip tersebut sang pencatat menggambarkan logo
VOC di halaman muka laporannya.
Sumber : ANRI, Hoge Regering No. 3476

28
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

BATAVIA CORNER

Batavia atau Jacatra bukanlah tanah yang dijanjikan, melainkan dipilih. Batavia yang
pada awal abad ke-17 masih disebut oleh orang-orang Belanda Jacatra, dipilih sebagai ibukota
baru atau pusat kendali VOC di Asia, karena oleh J.P. Coen dianggap sebagai tempat paling
pas untuk bertemunya kapal-kapal dan juga sebagai pusat administrasi. Sejarawan maritime
terkemuka Indonesia, Adrian B. Lapian (2008) mencatat:
“Pada tahun 1619, Belanda menguasai Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia (Betawi).
Persaingan VOC yang didukung oleh blockade pelabuhan Banten menyebabkan semakin berkurangnya
kapal-kapal yang mengunjungi Banten. Kemudian pada tahun 1634 arsip VOC mengabarkan bahwa
sebagian besar perdagangan Banten telah berpindah ke Batavia.”

29
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Setelah pulang dari pelayarannya ke Asia, Corenlis Matelief


de Jonge (1570-1632) menulis laporan tentang aspek
keamanan dan politik di wilayah Asia. Gagasannya akan
membawa VOC memiliki sebuah ibukota baru setelah
Ambon. Cornelis menyampaikan usulannya kepada Heren
XVII (Tuan-Tuan XVII) yang akhirnya menghasilkan tiga
tujuan kenapa VOC harus memiliki sebuah pusat atau
ibukota di Asia. Tiga tujuan itu adalah:
1. Asia harus ada sebuah pusat untuk mencegah
fragmentasi kekuasaan, yang dipimpin oleh seorang
gubernur jenderal dan sebuah dewan.
2. Tempat tersebut haruslah menjadi tempat bertemunya
kapal-kapal untuk berdagang dan juga bisa untuk
membangun sebuah pemerintahan.
3. Monopoli terhadap rempah-rempah harus menjadi
lebih meningkat dari sebelumnya dan juga jika
dimungkinkan, dapat mengendalikan pulau-pulau di
“Timur Raya”.
Atas alasan inilah, J.P. Coen yang ketika itu masih
menjabat sebagai Direktur Jenderal di Banten, mulai
berpikir akan Jacatra (nama Batavia ketika sebelum
ditaklukkan). Jacatra dianggap sebagai tempat paling pas
untuk bertemunya kapal-kapal dan juga sebagai pusat
administrasi. Monopoli rempah pun dapat dipantau
dari Jacatra. Tahun 1619, Jacatra dapat ditaklukkan dan
berganti namanya menjadi Batavia, kota dan pelabuhan
yang sangat sibuk di masa VOC.
Sumber: ANRI, Hoge Regering No. 853 Folio 553-555

30
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Ilustrasi kapal antri menuju Batavia


Sumber : ANRI, Koleksi Khusus

31
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

JEJAK PETA NUSANTARA

Akhirnya, ketika perjalanan kepahlawanan pembantu pelayaran, melainkan merupakan kunci


pada abad ke -15 dan abad ke -16 mulai mengubah kekuasaan.
pandangan manusia Barat tentang dunia, makin Demikianlah secara makin cermat garis pantai
besarlah kebutuhan akan peta maupun gambar yang ditentukan, jalan laut dipetakan, pelabuhan diukur
lebih tepat. Geografi kuno yang menggambarkan bumi dalamnya dan arah angin yang menguntungkan dicatat
sebagai satu massa daratan yang saling berhubumgan dengan teliti. Dengan menyatukan keterampilan
dan dibatasi oleh laut yang tidak dikenal, penuh diliputi seniman dan pengetahuan geometri, para ahli
khayalan. Geografi ini lambat laun tersingkir oleh matematika yang bertugas membuat peta zaman itu
penelitian atas dasar pengamatan tangan pertama yang dengan sabar menghimpun laporan pelaut sehingga
dibantu oleh peralatan navigasi baru. Setelah bangsa- sedikit demi sedikit sebuah model permukaan bumi
bangsa Eropa menjadi bernafsu untuk mencanangkan yang benar mulai terbentuk.
tanda pemilikannya atas daerah temuan baru, mulailah Inilah beberapa diantara dokumen peta-peta
pemetaan bumi dan langit menjadi bukan sekadar Nusantara yang tersimpan dalam khazanah ANRI:

32
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Peta Insular Southeast Asia, Jodocus Hondius, 1606.


Sumber : ANRI, Koleksi Khusus

33
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Peta yang menjelaskan tentang wilayah Hindia Timur dan


Pulau-pulau sekitarnya, diterbitkan oleh T. Dankerts
Sumber : ANRI, Koleksi Khusus

34
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Peta ini adalah digambar ulang dari catatan perjalanan Jacob Jansz
de Roy ketika ia melakukan eskpedisi ke Borneo tahun 1691.
Sumber : ANRI, De Haan No. B 116

35
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Peta Asia yang termuat pada Grooten Atlas oft Werelt-beschrijving


issued in 9 Volumes karya Joan Blaeu (1596-1673)
Sumber: ANRI, Koleksi Khusus

36
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

PENUTUP

Demikian bagaimana arsip berkisah tentang Memori Rempah Nusantara, semoga


dapat menjadi pelajaran yang baik untuk memaknai kembali Rempah Nusantara yang
menjadi salah satu warisan berharga Indonesia untuk dunia. Masih banyak rekaman
sejarah dalam khzanah arsip ANRI yang bisa ditelusuri dan dipelajari oleh khalayak
untuk membuka memori sejarah bangsa secara lebih jelas. Tentu dibutuhkan penelitian
dan studi yang serius untuk mewujudkan hal itu.
Pameran ini adalah salah satu teaser yang diharapkan mampu memikat masyarakat
untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut sejarah Rempah Nusantara. Jika
berabad lampau semerbak wangi Rempah Nusantara mampu memikat bangsa-bangsa
di dunia untuk memburunya, tidak menutup kemungkinan masa sekarang sejarah
Jalur Rempah Nusantara akan membawa kita kepada suatu pemikiran, temuan, dan
kreativitas baru yang memberi jawaban bagi persoalan kehidupan yang akhir-akhir ini
muncul di hadapan kita.

37
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

SUMBER REFERENSI

Daftar Arsip
1. ANRI, Banten No. 64
2. ANRI, De Haan No. B 116
3. ANRI, Hoge Regering No. 2486 folio 440
4. ANRI, Hoge Regering No. 4172
5. ANRI, Hoge Regering 2524 folio 412
6. ANRI, Hoge Regering No. 2678
7. ANRI, Hoge Regering 985, folio 544-557
8. ANRI, Hoge Regering No. 880 folio 116 dan 119
9. ANRI, Hoge Regering No. 3476
10. ANRI, Hoge Regering No. 853 Folio 553-555
11. ANRI, KIT Maluku No. 621-22
12. ANRI, KIT Maluku No. 621-48
13. ANRI, KIT Maluku No. 383-72
14. ANRI, KIT Maluku No. 649-23
15. ANRI, KIT Sulawesi No. 544-70
16. ANRI, KIT Sulawesi No. 544-78
17. ANRI, KIT Sulawesi No. 539-52
18. ANRI, KIT Sulawesi No. 684-37
19. ANRI, KIT Sumatera Selatan No. 622-40
20. ANRI, KIT Sumatera Selatan No. 622-60
21. ANRI, Koleksi Khusus
22. ANRI, Ternate No. 140

38
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

Sumber Literatur / Buku


Anthony Reid. Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450-1680: Volume 2, Expansion and Crisis.
New Haven: Yale University Press, 1993.

Usman Thalib & La Raman. Banda dalam Sejarah Perbudakan di Nusantara: Swastanisasi dan
Praktek Kerja Paksa di Perkebunan Pala Kepulauan Banda 1770 - 1860. Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2015.

Adrian B. Lapian. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke 16 dan 17. Jakarta: Komunitas
Bambu, 2008.Haris Sukendar, 2002

Denys Lombard. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II: Jaringan Asia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.

J.C.van Leur. Indonesian Trade and Society : Essays in Asian Social and Economic History. Selected
Studies on Indonesia by Dutch Scholars, Vol. I. The Hague, Bandung: W. van Hoeve,
1955.

M. Adnan Amal. Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250 – 1950.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010.

M.A.P. Meilink-Roelofs, Asian Trade and European Influnce. The Hague Netherlands, 1962.

Historische Plattegronden van Nederlandse Steden deel 4 Batavia. 1992

Haris Sukendar. Perahu Tradisional Nusantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
2002.

39
Katalog Pameran“ Memori Rempah Nusantara”

P. Swantoro. Perdagangan Lada Abad XVII: Perebutan Emas Putih dan Hitam di Nusantara. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2019.

Thomas Suarez. Early Mapping of Southeat Asia: The Epic Story of Seafarers, Adventureres, and Cartographers
Who First Mapped the Regions between China and India. Periplus Editions (HK) Limited, Nov 15, 1999.

Sumber Lain
VOC Glossarium (https://sejarah-nusantara.anri.go.id/glossary/)

40

Anda mungkin juga menyukai