Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH MODERNISASI PADA KAMPUNG SEKAYU

SEMARANG
Jihan Salsabil Alya NRP 212019128
Hafshoh Sajidah Al-Hakim NRP 212019138

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, ITENAS, Bandung

Email: jihansalsabilalyaa@mhs.itenas.ac.id
hafshoh.alhakim@mhs.itenas.ac.id

ABSTRAK

Kampung kota Sekayu di Semarang Jawa tengah merupakan salah satu peninggalan wisata
religi yang meninggalkan nilai sejarah panjang perkembangan kota Semarang. Kampung
Sekayu bermula dari area hutan-hutan kayu yang dijadikan kawasan pengumpulan kayu.
Hunian Kampung Kayu mulai berkembang sejak abad ke- 15 ditandai adanya bukti fisik
bangunan masjid yang berdiri sejak 1413 hingga sekarang yakni Masjid Sekayu, dan
perlahan-lahan banyak aktivitas di hutan hingga mulai banyak yang membangun tempat tinggal.
Pada catatan sejarah kawasan kampung memiliki bangunan penting berupa tempat ibadah
(masjid) dan pusat pemerintahan Semarang sewaktu Semarang masih menjadi
Kadipaten.Hunian Kampung Kota Sekayu memiliki unsur budaya jawa kuno dan sisa-sisa
arsitektur lampau zaman Hindia Belanda. Tujuan penelitian ini antara lain menganalisis
perubahan dari aspek kehidupan sampai lingkungan beserta bangunan kampung seiring dengan
perkembangan modern kota. Metoda penelitian yang digunakan adalah deskriptif dimana data
yang diperoleh yaitu secara kualitatif. Keberadaan Kampung di kota tetap menjadi perhatian
dan bagian dari kehidupan perkotaan. Hasil penelitian adalah sebagian wilayah Kampung Kota
Sekayu mengalami penggusuran akibat pembangunan Mal Paragon pada tahun 2014, namun
upaya mempertahankan nilai historis Kampung Sekayu pengelola Kampung Tematik Sekayu saat
ini dalam proses penyelesaian pemasangan relief di Jalan Sekayu Raya dan perawatan
berkelanjutan.

Kata kunci :Kampung Kota Sekayu, Semarang, Sejarah, Perkembangan modern


PENDAHULUAN

Keberadaan Kampung di kota merupakan salah satu komponen dalam pembentukan struktur
kota, yaitu sebagai kawasan permukiman di dalam kota yang terbentuk tanpa perencanaan atau
tumbuh sebelum perencanaan diterapkan, tetapi memiliki nilai budaya, keunikan, dan karakter.
Pengertian kampung dijelaskan oleh Murray (1994) dalam Widyawati(2000:57).
mendefinisikan kampung sebagai permukiman yang penghuninya berstatus
sosial–ekonomi rendah dan kondisi rumah mereka di bawah standar. Sebagian besar
masyarakat tinggal di sebuah kampung, hal ini berdasarkan dari penjelasan olehZahnd
(2008:10) antara 60–80% penduduk kota diam di daerah kampung. Berarti bahwa
kampung yang ada di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
perkembangan suatu kota.

Ruang lingkup penelitian yang diambil adalah Kampung Sekayu di Kota Semarang. Kampung
Sekayu menjadi kampung tertua dengan adanya bukti fisik bangunan masjid yang berdiri sejak
1413 hingga sekarang yakni Masjid Sekayu. Kampung Sekayu yang merupakan salah satu
kampung di Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah. Kampung Sekayu terdiri
dari 7 RT di dalam wilayah nya mulai dari RT 2–RT 8. Kampung Sekayu memiliki batas
administrasi sebelah barat yaitu RW II Kampung Bedagan; sebelah selatan yaitu Kali
Semarang dan Kelurahan Miroto; sebelah timur yaitu Jalan Thamrin dan Kelurahan Kembang
sari;Sebelah Utara yaitu Jalan Pemuda. Pertambahan penduduk pendatang yang cukup tinggi
di Kampung Sekayu akibat adanya Mal Paragon yang terjadi dalam beberapa waktu setelah
pembangunan mal,secara langsung telah membentuk suatu perubahan pada kondisi
demografi; kondisi fisik berupa penggunaan lahan, fungsi bangunan dan bentuk bangunan;
kondisi non fisik berupa aktivitas sosial dan budaya.

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah kampung Sekayu pada periode tahun 1950 an masih banyak warga asli yang menetap.
Pada struktur administrasi Kampung Sekayu masih lengkap. Ada dari RT 01 sampai RT 08.
Bangunan asli masih banyak di temukan seperti gedung GRIS yang memberikan banyak
kenangan bagi warga Semarang dan khususnya bagi warga Kampung Sekayu. [2]
Persebaran fungsi bangunan sangat merata di Kampung Sekayu dalam perubahan fungsi menjadi
tempat kos-kosan. Namun perubahan tersebut sangat terlihat di RT 2 RT 3 dan RT 4 yang secara
langsung letaknya sangat dekat dengan Mal Paragon karena perubahan tersebut terjadi karena
sebagai tempat kos pegawai paragon. Selain tempat kos banyak pula tempat rumah yang
menjadi tempat berdagang untuk memenuhi kebutuhan pegawai Mal Paragon.[1]
LOKASI GEOGRAFI KAMPUNG KOTA SEKAYU

Kampung Sekayu berlokasi di Jl. Sekayu Raya,Semarang Tengah,Semarang,Jawa


tengah.Kampung Sekayu yang merupakan salah satu kampung di Kelurahan Sekayu,
Kecamatan Semarang Tengah. Kampung Sekayu terdiri dari 7 RT di dalam wilayah nya mulai
dari RT 2–RT 8.

Gambar 1
Peta Kota Semarang
Sumber: www.semarang.go.id

Gambar 2
Peta Wilayah Kampung Sekayu
Sumber: google maps
TOPOGRAFI KAMPUNG KOTA SEKAYU

Kampung Sekayu berlokasi di semarang tengah yaitu bagian dari wilayah Kawasan kota bawah
merupakan pusat kota dengan fungsi-fungsi perkantoran dan permukiman. Kawasan kota bawah,
dengan ketinggian antara 5-100 meter di atas permukaan laut (dpl). Pada kawasan ini terdapat
pula sebuah kawasan Kota Tua (atau kota lama) yang dulunya merupakan Fort City milik
Belanda. Mall-mall dan gedung-gedung tinggi berdiri di kota bawah, denyut hiruk pikuk kota
besar pada umumnya terjadi. Maka dari itu Kampung Sekayu dan Mall Paragon dibangun di atas
kontur tanah yang datar seperti lokasi perkotaan pada umumnya.

LUAS KAMPUNG KOTA SEKAYU

Kampung Kota sekayu memiliki luas 0,58 km²

Gambar 3
Kampung Sekayu
Sumber: google maps
LATAR BELAKANG SEJARAH KAMPUNG KOTA SEKAYU

Sejarah kampung Sekayu pada periode tahun 1950 an masih banyak warga asli yang menetap.
Pada struktur administrasi Kampung Sekayu masih lengkap. Ada dari RT 01 sampai RT 08.
Bangunan asli masih banyak di temukan seperti gedung GRIS yang memberikan banyak
kenangan bagi warga Semarang dan khususnya bagi warga Kampung Sekayu. Perjalanan
panjang gedung GRIS menjadi saksi pertumbuhan Kota Semarang. GRIS, yang dulunya
merupakan sebuah Sositet de Harmonie milik seorang Belanda, dibeli oleh masyarakat pribumi
dengan membentuk panitia Fonds GRIS. Gedung GRIS dahulu digunakan sebagai pementasan
wayang orang “Ngesti Pandowo”. Tidak hanya untuk pementasan kesenian saja tetapi gedung itu
juga pernah digunakan untuk kongres PNI pada tahun 1970an.

EKONOMI KAMPUNG KOTA SEKAYU

Pada tahun 2010 Mall Paragon dibuka merubah semua tatanan pedagang maupun karyawan
pekerja. Para pedagang jajanan sekitar gedung GRIS menyingkir. Ada salah satu pedagang
penjual martabak yang mendirikan kios kecil mendapat ganti rugi dari pihak Paragon. Mulai
munculnya pedagang makanan dan juga parkir yang ada di jalan masuk kampung Sekayu.
Dampak dari perubahan ini menjadikan merubah sektor sosial dan tatanan ekonomi yang ada di
sekitar Kampung Sekayu. Dari segi sosial budaya mulai berubahnya sirkulasi keluar masuk
Kampung Sekayu. Jalan masuk Kampung Sekayu menjadi Sempit hingga harus sabar saat
melewatinya. Para tukang parkir dan tenda penjual makanan menggunakan sebagian badan jalan
masuk kampung sehingga terjadi penyempitan jalan. Tidak hanya itu pada jalan raya sekayu pun
sejak adanya Paragon menjadi ramai sehingga rawan anak kecil untuk bebas main di
kampungnya sendiri. Maka dari itu jalan kampung diberi portal agar tidak terlalu terganggu
dengan kendaraan yang lalu lalang di kampung tersebut. Portal dibuat guna mengurangi
kendaraan yang lewat Kampung Sekayu hingga larut malam.

SOSIAL KAMPUNG KOTA SEKAYU

Kondisi sosial Kampung Sekayu banyak dipengaruhi oleh GRIS. Dengan adanya GRIS Sekayu
seakan menjadi pusat hiburan rakyat Semarang karena lokasinya berdampingan bahkan bisa
dikatakan GRIS merupakan bagian dari kampung. Ada interaksi warga Semarang dengan
masyarakat kampung dengan adanya tontonan di GRIS. Kondisi sosial budaya kampung sekayu
sebelum berubahnya GRIS menjadi Paragon di kampung ini masih banyak ketradisionalannya
seperti anak – anak kecil masih bermain – main dengan orang tua tidak merasa was – was akan
kendaraan yang lalu lalang. Lalu fungsi rumah masih seperti pada dasarnya hanya untuk rumah
warga saja. Setelah adanya perubahan menjadi Paragon dapat dikatakan berubah segi tatanan
sosial masyarakat kampung. Adanya Paragon menjadikan alih fungsinya menyesuaikan keadaan
yang ada. Misalnya dengan adanya Paragon pada kampung sekayu banyak di bangun untuk
rumah kos. Dan lalu lalang kendaraan melewati jalanan kampung menjadi lebih sering. Adanya
ruang pusat hiburan rakyat Kota Semarang menjadikan sekitar wilayah GRIS ini ramai dalam hal
perekonomian kecil. Banyak pedagang yang menjajakan makanan kecil seperti kacang Gris.
Kacang Gris merupakan kacang sangrai yang gurih. Rasanya tidak kalah dengan kacang –
kacang olahan pabrik. Kacang sangrai sendiri terbuat kacang kulit yang di asin dan digoreng
dengan pasir. Dahulu jajan ini sangat terkenal pada masyarakat Semarang. Cemilan ini biasanya
dibeli untuk teman menonton wayang orang “Ngesti Pandowo” yang ditampilkan pada gedung
GRIS. Pada puncaknya tahun 1980 an ramai ramainya pusat keramaian GRIS hingga
dibangunnya bioskop dan Semarang Theater di sampingnya. Selanjutnya setelah berubah
menjadi Paragon perekonomian yang terjadi di kampung Sekayu semakin berkembang karena
dipengaruhi oleh Paragon. Misalnya perubahan fungsi lahan dari yang semula hanya digunakan
sebagai jalan akses masuk kampung setelah ada paragon tepian jalanan tersebut digunakan untuk
lahan parkir karyawan yang bekerja di Paragon. Selain itu juga mulai adanya kebutuhan kos juga
menarik minat warga kampung sekayu menjadikan rumahnya sebagai ladang perekonomian
tambahan diluar pekerjaan tetap mereka. Kemudian setelah adanya konflik internal pada
pengelolaan gedung GRIS tahun 1986 mulai terjadi dan mencapai puncaknya pada tahun 1996.
GRIS mulai sepi pengunjungnya pada tahun 1990an, pada waktu itu mulai banyak film – film
India yang masuk dalam layar televisi. Hingga itu wayang orang di pindahkan ke Taman Budaya
Raden Saleh yang berada di Jalan Sriwijaya.

PERILAKU KAMPUNG KOTA SEKAYU

Budaya di Kampung Sekayu merupakan budaya keagamaan dan bisa disebut juga dengan
Kampung Religius yang ditunjukkan dengan adanya kegiatan pengajian yang dilakukan rutin
oleh bapak – bapak, ibu – ibu, remaja maupun anak – anak. Kegiatan tersebut dilakukan karena
adanya Masjid Taqwa Sekayu yang merupakan masjid tertua di Kota Semarang. Setiap
minggunya kegiatan dilakukan rutin oleh para warga sekitar Masjid Taqwa Sekayu dan kegiatan
tersebut terus dilakukan karena untuk melestarikan jasa para leluhur dan cara untuk
mendekatkan diri dengan Allah.
Kegiatan yang rutin dilakukan pada hari biasa yaitu setiap sore dilakukan tempat mengaji bagi
anak – anak, untuk ibu – ibu dan bapak – bapak Malam jum’at kliwon (maulud), malam sabtu
(yasin tahlil). Kegiatan tersebut dari awal hanya dilakukan di Masjid Taqwa Sekayu hingga
tahun 1990, setelah pembangunan Musholla Bismillah yang letaknya di RT 8 mengakibatkan
jumlah jamaah yang berada di Masjid Taqwa Sekayu berkurang. Warga jamaah RT 8 sekarang
ini sudah tidak pernah mengikuti aktivitas yang ada di Masjid Taqwa Sekayu, namun itu tidak
mengurangi rasa keagamaan yang ada.
Perbedaan yang ada di Kampung Sekayu membuat masyarakat semakin bersatu, hal ini
dibuktikan ketika sholat tarawih melakukan tarawih 8 rakaat dengan salam setiap rakaat kedua
dilakukan bersamaan, setelah itu ceramah dan kemudian bagi NU melanjutkan witir dengan 3
rakaat bagi muhammadiyah tidak sholat menunggu sholat NU selesai kemudian mereka
melanjutkan shalat tarawih
2 rakaat dan kemudian dilanjutkan witir 3 rakaat. Hal tersebut menjadi ciri khas keunikan bahwa
perbedaan pendapat dalam sisi agama tidak membuat perselisihan bahkan menjadikan
masyarakat lebih erat dan menerima perbedaan pendapat antar masyarakat.

TATA MASA BANGUNAN KAMPUNG KOTA SEKAYU

● Penggunan Lahan
Pada tahun 2006 hingga tahun 2013 terjadi perubahan penggunaan di daerah sekitar yang
sekarang ini menjadi Mal Paragon. Pada awal tahun 2006 lahan tersebut masih digunakan untuk
Grace Group dimana adanya 3 bangunan utama yaitu gedung bioskop, gedung serbaguna dan
gedung kesenian. Pada pertengahan tahun 2008 gedung tersebut digusur akibat akan
dibangunnya Mal Paragon dan menjadi lahan kosong yang tidak digunakan untuk aktivitas
apapun. Namun pada lahan tersebut sempat digunakan untuk tempat standby taxi di Kota
Semarang.

● Fungsi Bangunan
Persebaran fungsi bangunan sangat merata di Kampung Sekayu dalam perubahan fungsi menjadi
tempat kos-kosan. Namun perubahan tersebut sangat terlihat di RT 2 RT 3 dan RT 4 yang secara
langsung letaknya sangat dekat dengan Mal Paragon karena perubahan tersebut terjadi karena
sebagai tempat kos pegawai paragon. Selain tempat kos banyak pula tempat rumah yang
menjadi tempat berdagang untuk memenuhi kebutuhan pegawai Mal Paragon.
Gambar 4
Wilayah Kampung Sekayu
Sumber: Bappeda, 2013

SIRKULASI & PARKIR KAMPUNG KOTA SEKAYU


Ada beberapa rumah yang telah di beli oleh pihah Mall Paragon untuk dijadikan tempat parkir.
Bahkan hanya menyisakan kantor KelurahanSekayu saja.

Gambar 5
Beberapa rumah telah di bongkar untuk keperluan parkir
Sumber:
https://www.academia.edu/4105758/KAJIAN_URBAN_VILLAGES_PADA_KAMPUNG_ASLI_KOTA_Studi_Kasus_Ka
mpung_Sekayu_Semarang
Gambar 6
Akses masuk kampung telah menjadi lahan parkir
Sumber:
https://www.academia.edu/4105758/KAJIAN_URBAN_VILLAGES_PADA_KAMPUNG_ASLI_KOTA_Studi_Kasus_Ka
mpung_Sekayu_Semarang
SOFTSCAPE & HARDSCAPE KAMPUNG KOTA SEKAYU
Pembangunan jalan setapak akses keluar masuk kampung yang aman dilalui seiring
perkembangan kota berdampak baik pada kampung kota Sekayu. Hardscape di dalam kampung
diantaranya berupa jalan aspal dan paving block, area duduk pos penjaga, rambu-rambu,dan
penerangan lampu di sepanjang jalan. Pada area luas di halaman depan masjid juga dipergunakan
sebagai area parkir yang di tutup oleh paving block yang disayangkan tidak dimanfaatkan
sebagai ruang terbuka hijau.

Gambar 7
Wilayah Kampung Sekayu
Sumber: google maps

Gambar 8
Wilayah Kampung Sekayu
Sumber: google maps
Warga menanam beberapa pohon dan tanaman hias di sepanjang jalan dengan memaksimalkan
lahan yang cukup sempit sebagai unsur softscape di kampung Sekayu yang tidak memiliki
banyak lahan kosong hijau.

Gambar 8
Wilayah Kampung Sekayu
Sumber: google maps
GAYA BANGUNAN KAMPUNG KOTA SEKAYU

● Karakteristik Kampung Kota Sekayu


Berdasarkan kelima unsur sebagai kampung tua, Kampung Sekayu memiliki estetika,
keluarbiasaan, sejarah, kelangkaan dan karakter bangunan. Semua unsur yang terjadi itu
tercemin dan tertuju ke salah satu bangunan yang ada di Kampung Sekayu yaitu Masjid Taqwa
Sekayu yang berdiri sejak tahun 1413. Masjid merupakan simbol atau mencirikan kampung tua
dengan peninggalan sejarah pada zaman dahulu.

● Bentuk Bangunan
Kampung Sekayu merupakan kampung tertua di Kota Semarang yang di tunjukkan dengan
adanya Masjid Taqwa Sekayu yang diyakini beridiri sejak tahun 1413. Seiring dengan
pembangunan di Masjid Taqwa Sekayu terdapat bengunan yang berdiri. Bangunan tersebut
berbentuk sesuai dengan aliran Jawa dengan ciri kampung, dengan ciri khas semua bahan
terbuat dari kayu, karena daerah Kampung Sekayu pada zaman tersebut merupakan tempat
pengumpulan kayu untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Para pekerja dan tokoh yang
tinggal di Kampung Sekayu membangun rumah dari bahan kayu.

Kampung Sekayu memiliki 7 RT dan 3 ciri bentuk bangunan yang berbeda dari bentuk
bangunan kuno di Kampung Sekayu yaitu bangunan kuno asli, bangunan kuno reparasi dan
bangunan modern. Bangunan kuno asli masih berbentuk kuno dan tidak mengganti bahan
bangunan utama yaitu kayu. Bangunan kuno reparasi yaitu bangunan kuno yang sudah
mengalami reparasi dari pemilik rumah dengan mengganti bahan bangunan, sedangkan
bangunan modern yaitu bangunan yang telah menghilangkan unsur kuno yang mencirikan
kampung.

Ada beberapa aspek yang membedakan Sekayu dengan kampung asli Semarang yang lain,
yaitu adanya elemen asli berupa Masjid peninggalan wali dan rumah penduduk asli yang
memiliki karakter khas Semarang.

Bagian dalam wilayah kampung mulai diisi pemukiman yang padat dengan bertambahnya
bangunan baru namun menyisakan beberapa peninggalan rumah kayu yang mengalami
perawatan seperti pengecatan pada dinding kayunya.
Gambar 9
Wilayah Kampung Sekayu
Sumber: google maps

Gambar 10
Saka Guru Masjid At-Taqwa yang menjadi keunikan Kampung Sekayu
Sumber:
https://www.academia.edu/4105758/KAJIAN_URBAN_VILLAGES_PADA_KAMPUNG_ASL
I_KOTA_Studi_Kasus_Kampung_Sekayu_Semarang
Gambar 11
Salah satu rumah asli Sekayu yang masih tersisa
Sumber:
https://www.academia.edu/4105758/KAJIAN_URBAN_VILLAGES_PADA_KAMPUNG_ASLI_KOTA_Studi_Kasus_Ka
mpung_Sekayu_Semarang

Gambar 12
Kampung Sekayu di balik Mall Paragon
Sumber:
https://www.academia.edu/4105758/KAJIAN_URBAN_VILLAGES_PADA_KAMPUNG_ASLI_KOTA_Studi_Kasus_Ka
mpung_Sekayu_Semarang
ANALISIS KAMPUNG SEKAYU DI TENGAH PERKEMBANGAN KOTA

Pembangunan Mall Paragon di sebagian wilayah Kampung Sekayu ini selain berdampak pada perubahan
budaya tradisional yang tinggal sedikit, jugaberdampak pada keaslian wilayah kampung dengan hilangnya
beberapa peninggalan rumah asli akibat dibangun oleh lahan parkir. Beberapa hal di beberapa tahun
terakhir berdampak besar pada modernisasi fungsi bangunannya untuk memenuhi kebutuhan pendatang
yang tinggal menjadi tempat berdagang yang dimana fungsi aslinya dulu hanya sebagai tempat tinggal.
Sehingga menjadi concern pemerintah dan pengelola setempat agar permukiman baru yang muncul
memiliki karakter, kehidupan sosial budaya yang kuat seperti yang dimiliki kampung kota, akan tetapi
juga memiliki penataan infrastruktur dan fasilitas penunjang yang lengkap, menjawab permasalahan
kepadatan dan kemiskinan.

Selain memaksimalkan nilai historis rumah tempo dulu melihat masih ada beberapa bangunan rumah
kayu tempo dulu yang masih berdiri, Kelompok Kampung Tematik Sekayu berinisiatif untuk melakukan
pendataan. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang Sekayu menjadi Kampung Tematik di Kota
Semarang. Hal lain yang disiapkan Pengelola Kampung Tematik Sekayu saat ini dalam proses
penyelesaian pemasangan relief di Jalan Sekayu Raya. Dalam relief tersebut terpahat cerita sejarah
pembangunan Masjid Sekayu yang merupakan Masjid Tertua di Jawa Tengah. Sekayu adalah sebuah
bukti tentang eksistensi kampung tua di tengah kota. Pemerintah Kota Semarang dapat menata kampung
asli mulai dari perbaikan jalan, sarana umum, ruang terbuka, hingga merehab rumah warga yang masih
kumuh. Gang-gang sempit justru punya daya tarik bagi wisatawan agar mereka berjalan kaki menikmati
daya tarik kampung asli.
DAFTAR PUSTAKA

1) Evansyah, Eggy dan Paulla Dewy, Santy. 2014. Kebertahanan Kampung Tua Sekayu
Terkait Keberadaan Mal Paragon Di Kota Semarang. Semarang : Jurnal Ruang. Vol. 2
No. 1.
2) Fariz Syaiful Bahar, dan Eko Nursanty. KAJIAN URBAN VILLAGES PADA
KAMPUNG ASLI KOTA Studi Kasus: Kampung Sekayu Semarang
3) Kurnia Restu Pratama. 2019. KAMPUNG TUA KOTA SEMARANG; KAMPUNG
SEKAYU TAHUN 1950 – 2010
4) Colombijn, Freek, dkk. 2005. KOTA LAMA KOTA BARU Sejarah kota-kota di
Indonesia. Yogyakarta : Ombak.
5) Dpu.kulonprogokab.go.id, 6 Maret 2020, “Kampung Kota”,Admindpu
6) Ayosemarang.com,28 Juli 2021,”Kampung Sekayu, Miliki Nilai Sejarah Panjang
Perkembangan Semarang”,Budi Cahyono

Anda mungkin juga menyukai