Anda di halaman 1dari 28

PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

SEBAGAI TEMPAT WISATA BUDAYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : TEGUH SUPRIYANTO

NIM : E11.2007.00220

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah –
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pengembangan Kawasan Kota Lama Semarang Sebagai Tempat Wisata Budaya.

Keinginan kami untuk menuliskan kenangan tentang kota Semarang


sebagai Kota Lama. Dalam karya tulis ilmiah ini kami ingin memberikan suatu
bentuk peran serta sebagai masyarakat kota Semarang untuk kemajuan pariwisata
di kota Semarang. Penulis memberikan semangat kepada pemerintah kota
Semarang dan masyarakat untuk bekerja sama membangun kota kita tercinta ini.
Penulis berharap di masa yang akan datang kota Semarang bisa lebih maju dalam
pariwisata khususnya.

Kepada Dosen pembimbing yang telah membantu dan mendukung penulis


dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Kepada teman-teman dan keluarga yang
selalu ada menemani dan mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan mendukung penulisan karya tulis ilmiah ini.

Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan, pastinya di dalam karya
tulis ini ada kesalahan dan kekurangan. Penulis memohon maaf atas kesalahan
dan kekurangan di dalam karya tulis ini. Kami akan sangat berterima kasih atas
segala tegur sapa, kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat dan sebagai sumber inspirasi bagi kita semua.

Semarang, 4 Desember 2009

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap kota di Indonesia pasti mempunyai keunikan dan ciri khas yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah Ibukota Provinsi Jawa Tengah yaitu Kota
Semarang dan sebagai warga kota Semarang yang cinta akan budaya dan
keunikan kota Semarang pastinya kita mempunyai perhatian khusus terhadap
kota kita ini.

Dilihat dari segi pariwisata memang kota Semarang tidak mempunyai


banyak obyek wisata, tetapi sebenarnya kota ini mempunyai sesuatu yang
dapat menarik para wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar negeri
yaitu suatu kawasan atau daerah yang berisi bangunan-bangunan tua yang
berdiri tegak di pinggir kota Semarang yang sering disebut sebagai Kota
Lama. Kawasan tersebut mempunyai banyak nilai sejarah karena disana
terdapat bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang berusia sudah
berabad-abad tahun lamanya yang hingga saat ini masih berdiri kokoh.

Walaupun bangunan-bangunan di Kota Lama sebagian besar masih


berdiri namun bangunan-bangunan tersebut juga membutuhkan perawatan.
Diperlukan kerjasama dari pemerintah dan masyarakat kota Semarang untuk
melestarikan dan merawat bangunan-bangunan tua di Kota Lama tersebut.

Pemerintah Kota Semarang sebenarnya sudah memperhatikan Kota Lama


sejak dulu, namun perkembangannya sangat lambat. Pelestarian Kota Lama
sangat diperlukan untuk merawat bangunan-bangunan tua, membersihkan
lingkungan bangunan-bangunan tua dan merapikan bangunan-bangunan tua
itu sendiri yang paling penting agar Kota Lama tampak semakin indah. Sejak
adanya program dari pemerintah Kota Semarang yang diberi nama Semarang
Pesona Asia untuk mempromosikan tempat wisata di Kota Semarang dan
salah satunya adalah Kota Lama, sekarang Kota Lama mulai dikunjungi oleh
para wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Lambatnya perkembangan pelestarian Kota lama tidak sepenuhnya


kesalahan dari pemerintah kota, tetapi masyarakat juga punya peranan
penting dalam ikut merawat dan melestarikannya. Terlaksananya proses
pelestarian Kota Lama maka masyarakat sekitar juga akan mendapatkan
dampak sosialnya.

Oleh karena itu, dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan
membahas mengenai pengembangan daerah kota lama di Semarang sebagai
tempat wisata budaya dan dampak sosialnya.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat diangkat dari penulisan karya ilmiah ini
adalah :

1. Bagaimana mengembalikan kawasan Kota Lama sebagai tempat


wisata budaya yang menjadi prioritas utama dalam pariwisata di Kota
Semarang ?

1.3 Gagasan Kreatif

Gagasan Kreatif yang ingin diangkat dari penulisan karya ilmiah ini
adalah :

1. Memperkenalkan sejarah Kota Lama kepada masyarakat, bahwa


sebenarnya dulu kawasan Kota Lama merupakan benteng milik
Belanda yang merupakan pusat militer Belanda untuk mengembalikan
Kota Lama pada masa kejayaanya.
2. Menghilangkan pandangan buruk terhadap Kota Lama sebagai
kawasan yang kumuh, tetapi sebenarnya Kota Lama adalah suatu
kawasan yang mempunyai nilai historis yang patut kita jaga dan rawat
kelestariannya.

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :


1. Memperkenalkan sejarah kawasan Kota Lama kepada masyarakat
untuk mengembalikan fungsi kawasan ini pada masa kejayaannya.
2. Mengupas usaha-usaha pemerintah dan peranan masyarakat dalam
melestarikan kawasan Kota Lama.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Bagi Akademik

a. Menambah literature kepustakaan akademik.

2. Bagi Penulis

a. Meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis suatu


permasalahan yang aktual, serta diharapkan mampu memberikan
saran atas permasalahan tersebut.

1.6 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Dalam penulisan karya ilmiah ini hanya membahas sejarah singkat


Kota Lama Semarang.
2. Penulisan karya ilmiah ini hanya membahas tentang usaha-usaha
pemerintah kota Semarang dan peranan masyarakat kota Semarang
yang berada di sekitar Kota Lama khususnya.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Kota Lama Semarang

Berada di kawasan Kota Lama Semarang seperti ada magnet lain yang
akan menarik kita di dalam masa kejayannya. Magnet itu begitu kuat manakala
bangunan tua membentang ke manapun mata memandang. Bangunan yang
tersebar itu tampak relatif masih terawat, masih berbentuk bangunan, meskipun
ada di antara bangunan itu yang bentuknya sudah setengah roboh. Secara
keseluruhan, kawasan lama yang dijuluki Little Netherland.

Arsitektur bangunan di kawasan Kota Lama Semarang beragam, antara


lain terdapat Gereja Blenduk (Nederlandsch Indische Kerk) yang dibangun pada
tahun 1750 dengan atap kubah yang dipugar pada 1894. Di hadapan gereja ini
berdiri gedung karya Thomas Karsten di tahun 1916 yang kini menjadi gedung
Asuransi Jiwasraya. Jalanan di kawasan ini kini ber-paving karena terlalu sering
diterjang banjir. Tak lupa bangunan Stasiun Tawang yang mencoba tetep bertahan
dari terjangan rob.
Meski bagi warga Semarang, kawasan Kota Lama menjadi kawasan yang
kurang perhatian dari pemerintah setempat. Kawasan Kota Lama Semarang punya
bangunan hidup yang relatif lebih banyak, dan lebih banyak bangunan utuh lantas
dipadu jalanan ber-paving tadi. Ketika melihat atap si Blenduk menyembul di
antara bangunan tua lain, bernaung di bawah langit sore dengan siluet kuning dari
pancaran matahari terbenam, sempurna cantiknya.

Banyak orang yang sudah mengenal Kota Lama Semarang harus berpikir
sejenak apabila mendengar istilah kampung Eropa. Sebenarnya sudah semenjak
abad yang lalu kedua pengertian ini, Outstad dan Europeschebuurt, dipakai di
kalangan masyarakat untuk menyebut kawasan yang sama. Kawasan tersebut
mencakup koloni yang semula berbenteng, tempat bermukim orang Belanda dan
bangsa Eropa lainnya yang mempunyai kegiatan utama sebagai pedagang.
Kawasan koloni tersebut dikelilingi oleh tembok yang dibuat bersegi lima yang
disebut de Vijfhoek.

Kendati tembok keliling tersebut dibongkar pada abad berikutnya, batas


koloni dapat ditelusuri, karena tidak ada perubahan struktur yang berarti. Dinding
sebelah barat terletak di tepi Kali Semarang yang semakin membelok ke arah
timur laut. Jalan yang menelusurinya bernama Wester-wal straat yang menerus ke
Pakhus straat (sekarang keduanya disebut Jl.Mpu Tantular). Dinding sebelah
utara sejajar dengan Jl Setasiun Tawang dan disebut Norder-wal straat.
Sedangkan dinding timur dan selatan, masing-masing bersisian dengan Ooster-
wal straat (Jl. Cendrawasih Utara) dan Zuider-wal straat (Jl. Sendowo).

2.2 Masalah-masalah yang Terjadi di Kawasan Kota Lama

Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia
masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan
kawasan ekonomi. Ditempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri
dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. Kota Lama
Semarang ini adalah daerah yang bersejarah dengan banyaknya bangunan kuno
yang dinilai sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata
budaya.

Untuk menjadi suatu kawasan wisata budaya, kawasan Kota Lama butuh
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Perhatian ini berupa suatu
upaya untuk melestarikan kembali bangunan-bangunan tua yang berada di
kawasan ini. Walaupun banyak bangunan yang masih utuh dan tetap berdiri kokoh
tetapi apabila dilihat secara keseluruhan, banyak juga bangunan-bangunan tua
yang dibiarkan kosong terbengkalai begitu saja dan tidak terawat. Masalah tidak
berhenti pada tidak terawatnya bangunan-bangunan tua, masih banyak masalah-
masalah yang terjadi yang harus di benahi agar kawasan ini benar-benar layak
menjadi suatu kawasan wisata budaya.

Banyaknya tuna wisma dan pedagang-pedagang yang tidak jelas yang


mendiami kawasan ini menyebabkan Kota Lama terkesan kumuh, sehingga
banyak para wisatawan yang merasa terganggu dengan keberadaan mereka.
Aktivitas perdagangan dan perkantoran di kawasan Kota Lama ini yang hanya
berjalan setengah hari menyebabkan kawasan Kota Lama pada malam hari
menjadi Kota mati, sepi dan kurangnya penerangan jalan.

Semakin turunnya permukaan tanah di Kota Semarang menyebabkan


banyak daerah-daerah di Semarang bawah terkena banjir atau rob. Kota Lama
juga mengalami hal yang sama, apabila sudah mulai musim penghujan dan rob,
kawasan ini sering terkena banjir dan rob. Walaupun banjir dan rob tidak terjadi di
tengah-tengah pusat Kota Lama tetapi akses-akses jalan yang menuju kawasan ini
yang biasanya sering terkena banjir dan rob.

Dari berbagai masalah diatas harusnya dibutuhkan peranan penting


pemerintah Kota Semarang dan masyarakat untuk bekerja sama membangun
kawasan Kota Lama kembali pada masa kejayaanya sebagai kawasan pusat
militer, pemerintahan, dan pusat perdagangan. Walaupun tidak seutuhnya fungsi
gedung-gedung kembali pada masa kejayaanya dulu, tetapi kita berharap kawasan
ini bisa kembali hidup dan menjadi suatu kawasan wisata budaya yang
mempunyai nilai sejarah tinggi.

2.3 Upaya-upaya Pelestarian Kota Lama

Pemerintah Kota Semarang sendiri sudah banyak melakukan upaya-upaya


untuk melestarikan kawasan Kota Lama dan mencoba untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan diatas. Dimulai dari pembangunan polder tawang
unutuk mengatasi banjir dan rob di kawasan Kota Lam dan sekitarnya. Sehingga
sekarang masalah banjir dan rob di kawasan ini sudah mulai berkurang. Karena
polder ini berfungsi untuk menampung air dari kawasan Kota Lama dan
sekitarnya, selanjutnya air tersebut dibuang ke laut melalui sistem pompa, antara
lain di Kali Baru. Di tempat itu terdapat delapan pompa besar dan kecil yang
setiap saat bisa difungsikan.

Pada tahun 2007 lalu pemerintah membuat sutu program promosi


pariwisata Kota Semarang yang diberi nama Semarang Pesona Asia yang salah
satu iconnya adalah Kawasan Kota Lama. Walaupun dinilai kawasan ini belum
siap untuk menjadi kawasan wisata tetapi promosi ini dapat memperkenalkan
kawasan Kota Lama di dunia Internasional yang membuat pemrintah dan
masyarakat lebih bersemangat dalam melestarikan kawasan Kota Lama.
Mendirikan suatu kawasan pejalan kaki di sekitar kawasan Kota Lama yang
disebut City Walk Area merupakan suatu langkah yang baik untuk menjadikan
kawasan ini bebas polusi dan kendaraan bermotor sehingga wisatawan tidak
terganggu dengan ramainya lalu lintas di kawasan ini. City Walk yang
direncanakan memiliki toko-toko yang menjual jajanan khas Kota Semarang
sehingga wisatawan bisa berbelanja jajanan khas Semarang disana.

Upaya kedepan pemerintah Kota Semarang yaitu menjadikan Kota Lama


benar-benar seperti aslinya. Nama-nama jalan yang sudah berubah saat ini akan
dikembalikan kembali seperti nama jalan pada masa Belanda dulu. Dan
bangunan-bangunan tua dihidupkan kembali dan disewakan kepada para investor
yang ingin membuka suatu usaha atau perkantoran di kawasan ini. Hal tersebut
tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang Nomor 16 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kota Lama.
Dalam rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Kota Semarang Ismoyo
Soebroto, Selasa (28/10) malam, DPRD Kota Semarang menyetujui Rancangan
Perda RTBL Kawasan Kota Lama tersebut menjadi Perda.

Perda RTBL Kawasan Kota Lama itu memuat rumusan kebijakan


pelestarian dan revitalisasi kawasan Kota Lama. Perda tersebut disusun dan
ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan kawasan Kota Lama dalam rangka
pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan kawasan itu yang dilakukan
pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Selanjutnya, ketentuan dalam perda itu menjadi pedoman, landasan, dan


garis besar kebijakan bagi pelestarian dan revitalisasi Kawasan Kota Lama
Semarang. Tujuan perda untuk melindungi kekayaan historik dan budaya serta
mengembangkannya untuk kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pariwisata.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perda sebaiknya segera ditindaklanjuti
dengan sosialisasi ke masyarakat, terutama pemilik bangunan di Kota Lama.
Selain itu, pemkot juga diharapkan aktif mencari investor untuk pengembangan
kawasan tersebut menjadi Kawasan Wisata Budaya. Untuk mempertahankan nilai
historis Kota Lama, dalam perda itu disebutkan ada 105 bangunan yang masuk
dalam kategori konservasi.

Sebagai kawasan konservatif, ada baiknya jika ornamen atau bentuk asli
bangunan yang berarsitektur kolonial tetap dipertahankan. Salah satu solusi
alternatif agar tidak menghilangkan ciri kawasan yang berwajah kolonial, nama
jalan akan dibuat dua versi, yaitu versi Indonesia seperti yang sudah ada sekarang
dan versi Belanda (nama aslinya).
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Data dan Sumber Data


3.1.1 Data
Data-data yang terdapat di dalam karya tulis ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang penulis ambil langsung dari
kawasan Kota Lama berupa foto-foto pada saat observasi dilakukan. Data
sekunder adalah data yang penulis ambil dari buku dan internet. Data-data ini
sebagai bahan penulis untuk menyusun karya tulis ini.
3.1.2 Sumber Data

Sumber-sumber data yang terdapat di dalam karya tulis ini berasal dari
buku, artikel dan jurnal dari internet. Penulis menggunakan buku “Semarang
Sepanjang Jalan Kenangan” yang diterbitkan atas kerja sama pemerintah kota
Semarang dengan penerbit Aktor Studio, artikel dan jurnal dari internet yang
penulis ambil dari artikel-artikel dari beberapa surat kabar di internet dan dari
website maupun blog dari masyarakat.

3.2 Metode Pengumpulan Data


3.2.1 Observasi
Kota Semarang mempunyai suatu kawasan Kota Lama yang berisikan
bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Belanda, yang berpotensi untuk
menjadi suatu kawasan wisata budaya yang mempunyai nilai sejarah. Sebagai
warga kota Semarang pastinya bangga bahwa kotanya memiliki sesuatu yang
tidak banyak di miliki oleh kota lainnya.
Jika dilihat secara keseluruhan, kawasan ini belum tertata baik. Selain
banyaknya gedung-gedung tua yang masih terawat tetapi juga ada gedung-
gedung tua yang tidak terawat. Jalan akses menuju Kota Lama pun sering
dilanda banjir atau rob. Banyaknya tuna wisma yang mendiami kawasan ini
menjadikan kawasan ini terlihat kumuh, sehingga banyak wisatawan yang
merasa terganggu dengan keadaan ini. Seharusnya permasalahan-
permasalahan tersebut dapat diatasi, apabila pemerintah dan masyarakat
benar-benar serius dalam melestarikan kawasan ini.

Sebenarnya Kota Lama bisa menjadi potensi wisata budaya bagi Kota
Semarang. Pemerintah Kota Semarang dan masyarakat harus bekerja sama
untuk melestarikan kawasan ini dan menjadikan Kota Lama kembali pada
masa kejayaannya.

3.2.2 Studi literatur

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini


dengan melakukan studi literatur, yaitu dengan mencari artikel-artikel,
buku, jurnal yang menyangkut dengan permasalahan yang diangkat. Data
yang diperoleh dari buku bacaan ataupun studi literature lainnya, merupakan
data sekunder. Data sekunder ini penulis gunakan sebagai data pendukung
untuk melengkapi data primer yang diharapkan dapat membantu memberi
keterangan, atau sebagai data pelengkap.
3.3 Metode Analisis Data

Dalam penulisan Karya tulis ini penulis menganalisa data-data yang


berbentuk informasi yang telah tersusun dan telah melalui tahap editing untuk
menjadi suatu bentuk karya tulis ini yang sesuai dengan topik yang telah penulis
ambil. Penulis menggunakan analisa deskriptif yaitu metode analisa data
penelitian yang hanya mengolah dan menyajikan data. Sehingga akan diperoleh
suatu informasi yang dibutuhkan dalam melestarikan kawasan Kota Lama sebagai
kawasan wisata budaya di Kota Semarang.
BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Sejarah Singkat Kota Lama Semarang.

Sebuah sejarah tidak akan lepas dari perkembangan suatu kota, tak
terkecuali kota Semarang, sebagai salah satu kota besar di Indonesia tak lepas dari
sejarah keberadaan Belanda (VOC) sebagai salah satu kota dengan potensi yang
sangat diunggulkan dari beberapa aspek, seperti perdagangan dan pertahanan.

Memiliki nama sejarah yaitu Samarang, Samarangh, Zamarang dan yang


terakhir pada jaman modern ini adalah Semarang memiliki koordinat: 6º58'00 S
110º29'00 E, berada di pulau Jawa (java), (VOC) Region: Java’s Noord Oost Kust
(VOC - gebled). Semarang juga sering disebut sebagai “Belanda kecil” (The Little
Netherland), dan Vanesia dari timur (Vanesia van timoer).

Daerah yang ditempati oleh Belanda menjadi embrio perkembangan kota


Semarang pada masa selanjutnya, bermula dari Oudestad van Samarang yang
lebih dikenal sebagai ”Kota Lama” menjadi pusat pemerintahan kota setelah pusat
pertahanan militer dan kantor dagang VOC dipindah dari Jepara ke Semarang
pada tahun 1705 dan 1773, dari kondisi inilah pemerintah Belanda membuat
benteng pada kawasan kota lama ini yang digunakan sebagai pertahanan juga
sebagai pemisah antara permukiman orang-orang Eropa, Jawa serta Tionghoa.
Bermula dari benteng inilah fasilitas-fasilitas warga mulai tersedia, dari
permukiman, pertokoan, tempat ibadah, rumah sakit, panti asuhan hingga
pengadilan.

Kota lama Semarang direncanakan sebagai pusat dari pemerintahan


kolonial Belanda dengan banyak bangunan kolonialnya. Ini terjadi setelah
penandatanganan perjanjian antara Mataram dan VOC pada tanggal 15 Januari
1678. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan, bahwa Semarang sebagai Pelabuhan
utama kerajaan Mataram telah diserahkan kepada pihak VOC, karena VOC
membantu Mataram menumpas pemberontakan Trunojoyo. Mulai tahun 1705,
Semarang menjadi milik secara penuh V.O.C. Sejak saat itu mulai muncul banyak
pemberontakan. Dan suasana menjadi tidak aman lagi. Belanda membangun
Benteng untuk melindungi pemukimannya.

Benteng yang terletak di sisi barat kota lama ini di bongkar dan dibangun
benteng baru yang melindungi seluruh kota lama Semarang. Pada dinding sebelah
barat terletak di sepanjang jalan Mpu Tantular (dahulu “Wester-wal-Straat”) dan
Kali Semarang. Dinding sisi Utara terletak di sepanjang jalan Merak (dahulu
“Norder-wal-Straat”). Tembok timur terletak di jalan Cendrawasih (“Ooster-wal-
Straat”) dan tembok sisi selatan terletak di jalan Kepodang, yang dahulu bernama
“Zuider-wal-Straat”. Benteng ini memiliki tiga Gerbang di sisi Barat, Timur dan
Selatan. Gerbang barat bernama “de Wester Poort” atau “de
Gouvernementspoort”, karena terletak dekat dengan daerah pemerintahan VOC.
Gerbang selatan bernama “de Zuider Poort” dan Gerbang timur bernama “de
Oost Poort”.

Gambar Kawasan Kota Lama Semarang Saat Ini

Kehidupan di dalam Benteng berkembang dengan baik. Mulai banyak


bermunculan bangunan-bangunan baru. Pemerintah Kolonial Belanda
membangun gereja Kristen baru yang bernama gereja “Emmanuel” yang sekarang
terkenal dengan nama “Gereja Blenduk”. Pada sebelah utara Benteng dibangun
Pusat komando militer untuk menjamin pertahanan dan keamanan di dalam
benteng. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat
kota lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi
selatannya dan lima menara pengawas. Masing-masing menara diberi nama:
Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten.

Gambar Benteng Vijfhoek tahun 1708

Seiring perkembangan jaman yang mendesak kebutuhan akan ruang kota,


maka kota ini semakin berkembang sehingga benteng dibongkar pada tahun 1824
untuk mengakomodasi pertumbuhan kota yang meningkat. Dalam konteks
kekinian, kawasan kota lama ini masih dipergunakan untuk beberapa aktifitas
perdagangan, ibadah dan perkantoran, karena kondisi yang kurang representatif,
bangunan-bangunan yang dimakan usia tanpa perawatan yang berarti.

4.2 Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan Kota Lama.

Bukanlah hal yang mudah pula melakukan konservasi pada kawasan ini
untuk di perbaiki, dari usia bangunan yang menua, bahan bangunan serta
gangguan dari luar seperti kendaraan yang lalu lalang, menimbulkan getaran yang
dapat memper pendek usia bangunan. Seharusnya ada revitalisasi dengan
perubahan fungsi kawasan seiring dengan pembenahan kawasan, misalnya pada
kawasan kota lama ini kendaraan tidak diperkenankan untuk melewati jalan-jalan
ini, kawasan ini hanya pejalan kaki atau alat transportasi ringan seperti sepeda
atau becak, dan kawasan ini berfungsi sebagai city walk area. Namun hal ini perlu
pemikiran matang terkait dengan keberadaan penduduk dan perkantoran, perlu
ada pemecahan khusus masalah perparkiran, penyelesaian sirkulasi untuk menuju
ke dalam kawasan dan didalam kawasan. Selain itu harus dipikirkan kegiatan
wisata dengan memfungsikan kembali bangunan – bangunan tua yang kosong
dengan mengisi kegiatan di dalamnya.

4.2.1 Dari sisi Pemerintah Kota Semarang.

Pekerjaan besar menanti pemerintah kota Semarang, melakukan


konservasi bukan hal yang murah, revitalisasi bukan hal yang mudah, namun
menghancurkan bangunan-bangunan peninggalan sejarah ini adalah kerugian
besar, membiarkan bangunan ini tidak berfungsi secara semestinya adalah
kecerobohan. Saat ini tinggal kesadaran pemerintah yang harus berpikir maju,
positif dan tidak merugikan, bantuan dari pemerintah Belanda sebagai negara
yang ikut merasa memiliki dan bertanggung jawab wajib dianggap sebagai niatan
tulus dan pemacu semangat untuk melestarikan kawasan ini.

Telah dilakukan penggalian oleh tim peneliti dari Balai Arkeologi


Yogyakarta, mereka menemukan struktur bangunan Benteng Kota Lama
Semarang (Kompas Jateng, 30 Mei 2009). Dengan temuan ini mulai kembali
tumbuh semangat untuk menghidupkan Kota Lama menjadi salah satu daerah
tujuan wisata di kota Semarang.

Kota lama Semarang memiliki banyak bangunan dengan nilai arsitektur


yang tinggi, sehingga layak kalau kawasan ini dijadikan kawasan konservasi
bangunan kuno dan wisata budaya. Dalam disiplin ilmu konservasi yang relatif
masih baru di Indonesia, kita kenal ada beberapa sasaran utama konservasi untuk
lingkungan binaan, yaitu konservasi bangunan individual, konservasi lingkungan
bersejarah (kuno), konservasi kota bersejarah (kuno), dan konservasi ruang
terbuka bersejarah (historic landscape). Catanese dan Snyder menyebutkan ada
beberapa kriteria layak konservasi, bangunan atau lingkungan binaan tersebut
harus lolos dari kajian beberapa aspek, yaitu estetika, kejamakan, kelangkaan,
peran sejarah, keistimewaan, dan perlu dipertimbangkan perannya dalam
memperkuat makna kawasan. Setelah kelayakan didapat, barulah membahas cara
pelestariannya, apakah dengan cara restorasi/rehabilitasi, rekonstruksi, revitalisasi,
dst. (Kompas Jateng, 30 Mei 2009)

Kenyataan yang kita hadapi di Kawasan Kota Lama, bahwa ternyata


bangunan yang layak untuk dikonservasi ternyata sudah ada dan banyak yang
sudah menjadi milik pribadi, rasanya garis dinding benteng sebagian besar ada di
bawah lahan kepemilikan pribadi. Apakah bisa pemerintah sekedar membuat
peraturan penetapan lokasi kawasan benda bersejarah, kemudian menyusun
regulasi untuk mengatur pemilik lahan atau pemilik bangunan harus begini dan
begitu? Untuk itu mestinya kita harus berhati-hati, minimalnya kita harus kembali
pada regulasi dasarnya, yaitu UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Disebutkan di dalam pasal 17, ayat 1: Setiap kegiatan yang berkaitan
dengan penetapan suatu lokasi sebagai situs disertai dengan pemberian ganti rugi
kepada pemilik tanah yang bersangkutan. Ayat 2: Pelaksanaan pemberian ganti
rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Juga di pasal 18 ayat 1)
menyebutkan: Pengelolaan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
Pemerintah. Kemudian ayat 2): Masyarakat, kelompok, atau perorangan
berperanserta dalam pengelolaan benda cagar budaya dan situs. (Kompas Jateng,
30 Mei 2009)
Seharusnya masyarakat dan pemerintah bersama-sama merancang
pengembangan wilayah guna merevitalisasi kawasan tersebut dalam rangka
pengembangan kota dan pariwisata. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan
masyarakat sebagai pelaku utamanya, dibantu oleh para narasumber. Semoga saja
temuan artefak benteng oleh tim peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta ini
tidak sia-sia, bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menjadikan Semarang lebih
baik, Semarang lebih membanggakan, dan rakyat lebih sejahtera. Kalau kota bisa
membuat rakyatnya bangga, maka pasti rakyat akan ikut memelihara dan
menjaganya.
Sebenarnya Pemerintah Kota Semarang sudah bertekad menjadikan
kawasan Kota Lama sebagai kawasan wisata budaya. Untuk itu, penataan ruang
dan pengembangan kawasan tersebut akan diarahkan menyerupai aslinya, baik
bentuk bangunan maupun nama jalan akan dikembalikan seperti pada masa
pemerintahan Belanda.

Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang


Nomor 16 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Kota Lama. Dalam rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Kota
Semarang Ismoyo Soebroto, Selasa (28/10) malam, DPRD Kota Semarang
menyetujui Rancangan Perda RTBL Kawasan Kota Lama tersebut menjadi Perda.

Perda RTBL Kawasan Kota Lama itu memuat rumusan kebijakan


pelestarian dan revitalisasi kawasan Kota Lama. Perda tersebut disusun dan
ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan kawasan Kota Lama dalam rangka
pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan kawasan itu yang dilakukan
pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Selanjutnya, ketentuan dalam perda itu menjadi pedoman, landasan, dan


garis besar kebijakan bagi pelestarian dan revitalisasi Kawasan Kota Lama
Semarang. Tujuannya untuk melindungi kekayaan historik dan budaya serta
mengembangkannya untuk kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pariwisata.

Pengelolaan kawasan itu akan dilakukan oleh Badan Pengelola Kawasan


Kota Lama yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Wewenang badan ini adalah melaksanakan sebagian kewenangan konservasi dan
revitalisasi kawasan.

“Untuk mengoptimalisasikan Kota Lama, perlu ada tim khusus agar dapat
mempromosikan wisata Kota Lama, baik ke dalam maupun ke luar negeri,” kata
Djunaidi, juru bicara Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) dalam
pemandangan akhir fraksinya.

Semua fraksi di DPRD Kota Semarang menyambut baik perda tersebut.


Karena itu, perda tersebut agar segera ditindaklanjuti dengan sosialisasi ke
masyarakat, terutama pemilik bangunan di Kota Lama. Selain itu, pemkot juga
diharapkan aktif mencari investor untuk pengembangan kawasan tersebut menjadi
Kawasan Wisata Budaya. Untuk mempertahankan nilai historis Kota Lama, dalam
perda itu disebutkan ada 105 bangunan yang masuk dalam kategori konservasi.

Oleh karena itu, ornamen atau bentuk asli bangunan yang berarsitektur
kolonial tetap dipertahankan. Agar tidak menghilangkan ciri kawasan yang
berwajah kolonial, nama jalan akan dibuat dua versi, yaitu versi Indonesia seperti
yang sudah ada sekarang dan versi Belanda atau nama aslinya.

Usaha pemerintah dalam mengatasi rob dan banjir di kawasan Kota Lama
yaitu dengan membangun polder tawang pada tahun 1999. Setidaknya dengan
pembangunan kolam besar itu banjir dan rob di kawasan ini dapat sedikit teratasi.
Air dari beberapa wilayah, seperti dari Kota Lama, Rejomulyo, Tawang, dan
sekitarnya ditampung dalam kolam retensi. Selanjutnya, air tersebut dibuang ke
laut melalui sistem pompa, antara lain di Kali Baru.

Di tempat itu terdapat delapan pompa besar dan kecil yang setiap saat bisa
difungsikan. Pompa tersebut meliputi enam pompa berkekuatan 400 liter/detik,
satu pompa berkapasitas 550 liter/detik, dan satu pompa kecil berkekuatan 100
liter/detik. Pengoperasian pompa-pompa tersebut disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada saat rob tetapi tidak hujan, pompa dioperasikan hanya 2-3 unit. Namun, pada
saat rob disertai hujan deras, seluruh pompa dioperasikan. Dengan demikian,
sistem penanggulangan banjir melalui pompa dan Polder Tawang efisien. (Suara
Merdeka,19/12)

Selain pembangunan polder tawang untuk menanggulangi rob dan banjir


di kawasan Kota Lama, pemerintah juga membangun kawasan pejalan kaki di
kawsan Kota Lama. Area city walk ini berada di kawasan Polder Tawang.
Kawasan itu dinilai memenuhi persyaratan sebagai pedestrian. Selain itu, sejak
awal revitalisasi Kota Lama juga diarahkan mengakomodasi para pejalan kaki.
Demikian disampaikan Kabid Perencanaan III Bappeda Kota Semarang M
Farchan, ketika ditemui di kantornya, (Suara Merdeka,19/12).
Menurut dia, ada investor dari Jakarta yang berminat mengelola Kota
Lama dengan konsep city walk. ''Kami sudah mengusulkan pembangunan city
walk itu ke APBN 2007 sebesar Rp 1 miliar,'' kata Farchan. Rencananya, area
untuk pejalan kaki itu ditempatkan di Jl Merak, sepanjang kurang lebih 400 meter,
yang terletak di sisi selatan Polder Tawang. Dimulai dari ujung barat laut, tempat
tugu reklame kios peninggalan Belanda terletak, hingga perempatan Jl
Cendrawasih.

Lokasi ini akan dilengkapi dengan tempat parkir, taman, warung, dan kios-
kios jajanan khas Semarang. ''Pada sisi selatan polder, dalam konsep yang kami
sodorkan, dibuat semacam open stage untuk menggelar pertunjukan atau
kesenian,'' jelasnya. Ditanya tentang kondisi Polder Tawang yang kurang terkelola
saat ini, Farchan mengatakan, hal itu justru menjadi tantangan bagi Pemkot. Kalau
kawasan itu dijadikan city walk area, tentu saja Polder Tawang tak boleh
dibiarkan seperti sekarang.(Suara Merdeka,19/12)

4.2.2 Dari sisi Swasta dan Masyarakat.

Kota Lama Semarang yang juga dijuluki Little Netherland mulai berbenah.
Kawasan yang selama ini ‘terkesan’ mati, mulai menampakkan wajah baru. Resto
ikan bakar Cianjur dan sate kambing “29” yang terkenal enak telah memanfaatkan
bangunan kuno di kawasan tersebut. Kehidupan baru Kota Lama pun menarik
perhatian. Kini sebuah gedung cagar budaya di kawasan Kota Lama, bekas pabrik
Limun Fresh di Jalan Taman Srigunting 5-6 mulai direnovasi untuk dijadikan
galeri seni. “Ini menjadi upaya kami untuk turut serta menghidupkan kembali
kawasan yang dijuluki Little Netherland ini,” papar pemilik Galeri Semarang,
Chris Dharmawandi Semarang,(Kedaulatan Rakyat).
Menurut Chris, seperti di luar negeri, galeri biasa dibangun di gedung
cagar budaya dan ini sangat tepat. Pemilihan lokasi baru ini juga diakui untuk
merangsang Kota Lama untuk dihidupkan kembali. Untuk memperbaiki bangunan
pun Chris tidak bisa seenaknya. Sebagai bangunan cagar budaya, katanya, untuk
merenovasinya membutuhkan izin yang lebih ketat dibanding bangunan biasa.
Seperti syarat agar pemilik bangunan tidak mengubah bentuk aslinya. “Izinnya
sudah keluar, semua pihak mendukung upaya revitalisasi ini. Semua tetap dibuat
seperti aslinya, seperti lantai yang dipertahankan memakai kayu,” katanya.

Pengamat heritage yang juga Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jateng,
Widya Wijayanti ketika dihubungi Kedaulatan Rakyat, Jumat (7/12) menyambut
positif upaya tersebut. “Upaya ini merupakan kerja yang harus dipilih untuk
melakukan revitalisasi Kota Lama. Jadi bukan sekadar mengumpulkan pedagang
kakilima (PKL) dan menjadi rombongan PKL di kawasan itu,” papar Widya.
Perintis revitalisasi Kawasan Pecinan Semarang ini mengaku untuk
menghidupkan Kota Lama yang memiliki sejarah sangat panjang, harus dilakukan
dengan usaha yang nyata. Jika ada kegiatan bisnis, orang akan masuk ke situ dan
akan memunculkan kegiatan.

Seperti di Kota Lama, setelah ada ikan bakar dan sate kambing yang enak
dan harganya terjangkau, respons positif memang muncul bahkan upaya
membangun hotel pun telah ada. Ini memang bukan pekerjaan mudah, tanpa ada
kecintaan luar biasa dari investor. “Investor dalam negeri tidak selalu lebih
melarat dari investor asing. Bahkan yang lokal ini sering masih ada kecintaan dan
tahu apa yang dibutuhkan Kota Semarang,” ujar Widya. (Kedaulatan Rakyat)

4.3 Kondisi Kota Lama saat ini.

Kawasan Kota Lama mempunyai banyak bangunan-bangunan tua


peninggalan dari jaman Belanda yang berfungsi sebagai pusat militer dan pusat
pemerintahan. Sebagian besar bangunan kuno di kawasan Kota Lama tentunya
memiliki gaya arsitektur kolonial, dimana kawasan tersebut dahulu merupakan
permukiman orang Belanda. Meskipun bentuk bangunan kuno tidak banyak
berubah dari awal pembangunan, namun kondisi bangunan-bangunan kuno
tersebut banyak yang tidak terawat dan rusak, kecuali sebagian besar bangunan
kuno yang ada di koridor utama Jl. Letjend Suprapto masih cukup terawat.

Gambar Bangunan-bangunan Kota Lama yang masih terawat


Gambar Bangunan-bangunan Kota Lama yang tidak terawat

4.4 Gagasan Kreatif.

Penulis mempunyai sesuatu gagasan kreatif untuk mengembangkan


kawasan Kota Lama sebagai tempat wisata budaya. Kota Semarang
mempunyai suatu kawasan Kota Lama yang terdapat bangunan-bangunan tua
peninggalan jaman Belanda yang masih berdiri kokoh yang dapat
dikembangkan sebagai tempat wisata budaya dan menjadi prioritas utama
pariwisata di kota Semarang. Kawasan Kota Lama dulunya adalah sebuah
benteng bersegi lima. Benteng yang sudah dihancurkan seharusnya dibangun
kembali sesuai dengan letak benteng asli pada jaman Belanda. Kawasan ini
nantinya akan berbentuk suatu kawasan benteng yang hanya dijadikan
sebagai tempat wisata. Benteng Kota Lama ini mempunyai lima pintu sebagai
akses masuk ke wisata benteng ini, dan di dekat pintu-pintu terdapat area
sebagai tempat parkir para wisatawan.

Bangunan-Bangunan yang berada di dalam kawasan benteng ini yang


sudah digunakan oleh para investor untuk dijadikan sebagai perkantoran atau
usaha tetap berjalan. Bangunan-bangunan tua yang tidak terawat dan
terbengkalai akan diperbaiki seperti asalnya dan bisa digunakan sebagai
museum-museum kebudayaan kota Semarang dan Indonesia.

Setelah pembangunan benteng, perbaikan bangunan-bangunan dan


fasilitas-fasilitas pendukung seperti tempat parkir, toilet dan tempat sampah
dilakukan maka kawasan ini siap untuk dijadikan sebagai tempat wisata.
Tempat wisata budaya benteng Kota Lama ini menyediakan berbagai fasilitas
untuk para wisatawan yaitu disediakannya penjaga di setiap bangunan dan
papan informasi yang berisi sejarah di setiap bangunan-bangunan yang ada di
kawasan ini. Diadakannya acara-acara pentas seni kesenian dan kebudayaan
nasional untuk mengundang para wisatawan baik dari dalam negeri maupun
luar negeri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sebuah sejarah tidak akan lepas dari perkembangan suatu kota, tak
terkecuali kota Semarang, sebagai salah satu kota besar di Indonesia tak lepas
dari sejarah keberadaan Belanda (VOC) sebagai salah satu kota dengan
potensi yang sangat diunggulkan dari beberapa aspek, seperti perdagangan
dan pertahanan. Daerah yang ditempati oleh Belanda menjadi embrio
perkembangan kota Semarang pada masa selanjutnya, bermula dari Oudestad
van Samarang yang lebih dikenal sebagai ”Kota Lama” menjadi pusat
pemerintahan kota setelah pusat pertahanan militer dan kantor dagang VOC,
dari kondisi inilah pemerintah Belanda membuat benteng pada kawasan kota
lama ini yang digunakan sebagai pertahanan juga sebagai pemisah antara
permukiman orang-orang Eropa, Jawa serta Tionghoa.

Bukanlah hal yang mudah pula melakukan konservasi pada kawasan ini
untuk di perbaiki, dari usia bangunan yang sudah tua. Seharusnya ada
revitalisasi dengan perubahan fungsi kawasan seiring dengan pembenahan
kawasan, misalnya pada kawasan kota lama ini kendaraan tidak
diperkenankan untuk melewati jalan-jalan ini, kawasan ini dibuat hanya untuk
skala manusia berjalan kaki atau alat transportasi ringan seperti sepeda atau
becak, kawasan berfungsi sebagai citywalk.
Pemerintah Kota Semarang telah bertekad mengembangkan kawasan
Kota Lama sebagai kawasan wisata budaya. Untuk itu, penataan ruang dan
pengembangan kawasan tersebut akan diarahkan menyerupai aslinya, baik
bentuk bangunan maupun nama jalan akan dikembalikan seperti pada masa
pemerintahan Belanda. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda)
Kota Semarang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Kawasan Kota Lama. Dalam rapat paripurna yang
dipimpin Ketua DPRD Kota Semarang Ismoyo Soebroto, Selasa (28/10)
malam, DPRD Kota Semarang menyetujui Rancangan Perda RTBL Kawasan
Kota Lama tersebut menjadi Perda.

5.2 Saran

Sekarang terwujudnya segala program pelestarian kawasan Kota Lama


kembali kepada peranan pemerintah yang bebar-benar serius dalam
menangani pelestarian Kota Lama ini, dan sebesar apapun peranan
pemerintah dalam melestarikan Kota Lama tetapi tidak adanya dukungan dari
masyarakat maka upaya-upaya pelestarian pemerintah tidak akan jalan
pastinya. Masyarakat juga harus sadar akan peranannya dalam ikut
melestarikan kawasan Kota Lama ini, karena masyarakatlah yang berada di
tengah-tengah kawasan Kota Lama dan masyarakatlah yang melakukan
aktivitas di kawasan ini.

Masyarakat tidak perlu berbuat banyak hanya dengan tidak merusak


bangunan-bangunan tua dan membuang sampah sembarangan, itu sudah
sangat membantu akan pelestarian kawasan Kota Lama khususnya dan
lingkungan kita pada umumnya. Pemerintah dan masyarakat harus saling
bekerja sama dan mendukung program-program pelestarian Kota Lama
sebagai program bersama-sama. Untuk mewujudkan kawasan Kota Lama
yang hidup dan kembali seperti pada masa kejayaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Djawahir, Semarang Sepanjang Jalan Kenangan, Aktor Studio


Semarang, 1996

-, ‘Investor Baik’ dan Revitalisasi Kota Lama, http://www.kr.co.id/,8 Desember


2007.

-, Disiapkan, Embrio City Walk di Kawasan Polder Tawang,


http://semarang.go.id/, 20 Desember 2006.

Trinugroho, Fath, Kota Lama Semarang Potensi Yang Tak Tergantikan,


http://morat-marit.blogspot.com/2008/06/kota-lama-semarang-potensi-yang-
tak.html, 21 Juni 2008.

-, Polder Tawang Kini Tak Lagi Solider, http://www.suaramerdeka.com/, 6 Juli


2002.

-, Belanda Jajaki Kerja Sama Pelestarian Kota Lama,


http://www.suaramerdeka.com/, 17 Febuari 2006.

-, City Walk Sebatas Pavingisasi, http://www.suaramerdeka.com/, 10 Nopember


2007.

-,Kawasan Kota Lama Dilirik Investor, http://www.suaramerdeka.com/, 17 Maret


2005.
-, Lingkungan Kota Lama Semarang Akan Diatur,
http://www.arsitekturindis.com/, 17 September 2003.

-, Kota Lama Dijadikan Kawasan Wisata Budaya,


http://www.arsitekturindis.com/, 30 Oktober 2003.

Purwanto, L.M.F, Kota Kolonial Lama Semarang,


http://www.arsitekturindis.com/, 24 April 2009.

Anda mungkin juga menyukai