Anda di halaman 1dari 12

Sabbhata Yatra

Jurnal Pariwisata dan Budaya


Volume 3 Nomor 1 Juli 2022

STRATEGI PENGELOLAAN KAMPUNG KEDUNG LUMBU SEBAGAI


DAYA TARIK WISATA DI KOTA SURAKARTA
Ichwan Prastowo1, Sudarmaji2
Politeknik Indonusa Surakarta1, Politeknik Indonusa Surakarta2
ichwanprastowo@politekindonusa.ac.id1, ajiko81065@gmail.com2

Abstrak
Kampung Kedung Lumbu Pasar Kliwon Kotamadya Surakarta yang berada di pusat
jantung kota memiliki banyak tempat dan bangunan bersejarah yang semuanya mempunyai
potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi wisata yang ada di Kampung Kedung Lumbu dan strategi yang dapat
digunakan untuk pengelolaan Kampung Kedung Lumbu sebagai daya tarik wisata di Kota
Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif naturalistik dengan data yang
digunakan adalah hasil dari observasi, dokumentasi, studi pustaka dan wawancara. Data yang
digunakan sebagian besar adalah hasil wawancara dengan informan yang terdiri dari
Pengelola pariwisata (Pokdarwis), Pemerintah Daerah, wisatawan, dan juga masyarakat
sekitar. Hasil dari beberapa wawancara tersebut dianalisis SWOT untuk mengetahui potensi
wisata dan strategi dalam pengelolaannya. Hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan juga ancaman yang ada. Hasil tersebut dapat dianalisis
dengan SWOT sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di tempat wisata sehingga
diperoleh potensi wisata dan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mengambil kebijakan
dalam pengembangan destinasi wisata Kampung Kedung Lumbu Pasar Kliwon Kota
Surakarta. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam menentukan sustainable tourism
khususnya Kampung Kedung Lumbu dan umumnya untuk tempat wisata lain di Kota
Surakarta.

Kata kunci : Strategi, pengelolaan, daya tarik wisata, Kedung Lumbu

Abstract
Kedung Lumbu Village, Kliwon Market at Surakarta Municipality which is in the
center of the heart of the city has many historical places and buildings, all of which have the
potential to be developed into an integrated tourist destination. This study aims to determine
the tourism potential that exists in Kedung Lumbu village and strategies that can be used for
the management of Kedung Lumbu Village sabagai tourist attractions in Surakarta City. As
for this study using naturalistic qualitative methods, the data used are the result of
observations, documentation, literature studies and interviews. The data used is mostly the
result of interviews with informants consisting of tourism managers (Pokdarwis), local
governments, tourists, and also the surrounding community. The results of some of these
interviews will be analyzed by SWOT to find out the tourism potential and strategies in its
management. The results in this study can identify existing strengths, weaknesses,
opportunities and also threats. These results can be analyzed with SWOT according to the
21
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
situation and conditions in the tourist spot so that tourism potential and strategies can be
obtained to take policies in the development of tourist destinations Kedung Lumbu Village,
Kliwon Market at Surakarta City. Concretely, the results of this study can be used in
determining sustainable tourism, especially Kedung Lumbu Village and generally for other
tourist attractions in Surakarta City.

Keywords : Strategy, management, tourist attraction, Kedung Lumbu

PENDAHULUAN Jiwoleksanan, Tegalkonas, Kedunglumbu,


Kampung Kedung Lumbu terletak Lojiwetan. [1]
di Kelurahan Kedung Lumbu Kecamatan
Pasar Kliwon Kotamadya Surakarta.
Berdasarkan sejarah yang tercatat nama
Kedung Lumbu diberikan oleh para
punggawa Kraton Surakarta yang
kehilangan akal karena penduduk ini
menolak dipindahkan ke daerah lain saat
pembangunan Keraton Surakarta pada abad
Gambar 1. Peta Kelurahan Kedung Lumbu
18. Mereka mengumpamakan para Solo
penduduk itu seperti air di atas daun lumbu Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/berkas:kedungl
(talas), karena mereka merubah-ubah janji umbu.jpg
saat diminta pindah.
Secara administratif kelurahan Wilayah Kelurahan Kedunglumbu

terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga terdapat makanan tradisional yang banyak

(RW) yang meliputi 30 Rukun Tetangga ditemui di sekitar Lojiwetan, terutama pada

(RT) yakni 28 RT aktif dan 2 RT pasif saat malam, sehingga menjadikan kawasan

(tidak efektif yaitu RT.01 dan RT.02, ini terkenal sebagai tujuan makan malam

RW.VI, karena wilayahnya dijadikan area yang nikmat. Pasar Gedhe (Pasar Besar)

Pasar Cenderamata) dan secara historis yang menjual kebutuhan makanan sehari-

Kelurahan Kedunglumbu terdiri dari 9 hari hanya 5 menit naik becak dari

kampung, yakni: Palugunan, Yosodipuran, Lojiwetan, eks-Kawasan Perdagangan

Prawiropuran, Nogobandan, Kranggan, Beteng atau Beteng Plaza yang dulu


menjual berbagai barang yang ada di mal
22
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
atau supermarket, tetapi setelah Kerusuhan Surakarta. Bangunan bersejarah adalah
Mei 1998 menjual kain-kain seperti yang tempat yang memiliki catatan perjalanan
dijual di Pasar Klewer, hanya berjarak 15 panjang dalam kehidupan manusia yang
menit berjalan kaki. mempunyai arti penting dari tempat
Pusat pemerintahan Kota Solo tersebut. [2]
yaitu Balai Kota dapat ditemukan tidak Adapun tempat-tempat dan
jauh dari mulut gang. Alun-alun atau bangunan bersejarah yang ada di kawasan
taman kota yang menyajikan hiburan pada Kampung Kedung Lumbu Suarakarta
bulan-bulan tertentu berada dekat Balai adalah :
Kota. Keraton Solo terdapat di dalam 1. Benteng Vastenburg
Alun-alun kota Solo. Bagi orang Solo asli, 2. Gereja Pantekosta
sungai Bengawan Solo yang membuat kota 3. Taman Loji Wetan
ini terkenal hingga Jepang dan 4. Jembatan Gantung
mancanegara berkat sang maestro Gesang, 5. Bangunan Kolonial
tentu sangat bangga jika sungai tersebut 6. Gereja Pantekosta
mengalir melalui daerahnya. Sama halnya 7. Sate Hj. Bejo
dengan penduduk sekitar Lojiwetan yang 8. Pasar BTC & PGS
bangga karena sungai Bengawan Solo 9. Gedung Djoeang 45
mengalir tidak jauh dari tempat ini. Selain 10. Gedung Keuangan Kantor
itu, sebagai tambahan, di dekat Balai Kota Bondoloemakso
terdapat sebuah benteng peninggalan Namun demikian, potensi wisata tersebut
Belanda yang saat ini dalam keadaan belum bisa diberdayakan secara maksimal
telantar. karena keterbatasan dana dan kemampuan
Kedung Lumbu sebagai destinasi sumber daya manusia sehingga perlu
wisata berada di jantung Kota Solo adanya penelitian dalam menggali potensi
tepatnya di Pasar Kliwon yang mempunyai yang ada dengan penyesuaian kemampuan
wilayah yang cukup luas yang dalam untuk itu perlu strategi dalam
sejarahnya hingga saat ini mempunyai pencapaiannya.
tempat-tempat yang bersejarah berupa
METODE
bangunan heritage peninggalan penjajah
Belanda dan Keraton Kasunanan
23
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
Pada penelitian sebelumnya yang sejarah, hasil seni, dan kerajinan rakyat.
sudah dilakukan peneliti yang berhubungan Konsep kedua yang berkaitan dengan
dengan herritage adalah Analisis Konsep penelitian ini yaitu konsep hambatan.
Pengembangan Wisata Budaya Candi Menurut Tosun (2002), setiap pengelolaan
Sukuh dan Astana Mangadeg dalam juga terdapat faktor penghambat yang
Sinergitas Pariwisata Daerah Kabupaten dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu
Karanganyar (2019) [3] dan yang berkaitan keterbatasan operasional, keterbatasan
dengan strategi pengemasan wisata struktural dan keterbatasan budaya.
herritage adalah penelitian yang dilakukan Keterbatasan operasional meliputi
oleh Dinov Sambadi Adistria Laksana dan standarisasi administrasi publik pariwisata,
Nyoman Sukma Arida (2019) tentang serta kurangnya koordinasi dan informasi.
Strategi Pengemasan Wisata Heritage di Kemudian, keterbatasan struktural meliputi
Desa Wisata Kerta, Kecamatan Payangan, sikap profesional, kurangnya keahlian,
Kabupaten Gianyar, Bali.[4] dominasi kaum elit, kurangnya sistem
Penelitian yang dilakukan oleh hukum yang tepat, kurangnya sumber daya
Nurul Hidayati dan Ida Ayu Sunarsih manusia yang terlatih, partisipasi
(2019) dalam artikel penelitian yang masyarakat, kurangnya sumber daya
berjudul “Strategi Pengelolaan Kampung keuangan karena biaya yang relatif tinggi.
Betawi Setu Babakan Sebagai Daya Tarik Selanjutnya, keterbatasan budaya meliputi
Wisata Di Jakarta Selatan” Penelitian ini faktor apatis atau rendahnya tingkat
mempunyai kesamaan yang berfokus pada kesadaran dalam masyarakat dalam
hal yang menghambat pada pengelolaan kepariwisataan [6]. Jadi, hambatan yang
daya Tarik wisata dan penggunaan analisis dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari
SWOT. [5] faktor internal dan ekternal. Faktor internal
Konsep yang berkaitan dengan meliputi tentang budaya dan faktor
rumusan masalah pertama, yaitu konsep eksternal meliputi tentang keterbatasan
wisata budaya. Menurut Damardjati operasional dan struktural. [7]
(2001), wisata budaya merupakan kegiatan Penelitian ini dilakukan di
wisata berupa hasil seni budaya setempat, Kampung Kedung Lumbu alasannya
misalnya adat istiadat, upacara keagamaan, karena Kampung Kedung Lumbu
tata hidup masyarakat, peninggalan merupakan perkampungan yang banyak
24
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
peninggalan bangunan sejarah (heritage) digunakan adalah analisis SWOT untuk
dan sangat kental dengan kehidupan mengetahui keunggulan dan kekurangan di
budaya Jawa karena juga sangat Kampung Kedung Lumbu.
berdekatan dengan Keraton Kasunanan
Surakarta. maka pengelolaan yang tepat
harus dijalankan agar budaya Jawa tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
hilang begitu saja. Pengelolaan Wisata di Kampung
Penelitian ini menggunakan data Kedung Lumbu Surakarta
kualitatif, yaitu data mengenai gambaran Potensi wisata yang ada di
umum, badan organisasi, jobdesk, dan Kedung Lumbu perlu terus dikembangkan
aktivitas yang ada di Pokdarwis Kedung dan dikemas dengan baik. Salah satunya
Lumbu Solo. Data primer dari penelitian adalah wisata budaya, seperti yang telah
ini didapat dari subjek penelitian atau data- dilakukan sebelum Covid-19 Warga
data yang diperoleh secara langsung dari Kelurahan Kedung Lumbu, Pasar Kliwon,
responden yang sudah di tentukan Surakarta, menggelar Kirab Ageng Laku
(Arikunto, 2010) [8] mengenai manajemen Lampah Hajad Praja Kedunglumbu 2018,
pengelolaan di Pokdarwis Kedung Lumbu Minggu (22/4) kemarin. Kirab Ageng Laku
Solo. Sedangkan, data sekunder dari Lampah Hajad Praja diikuti oleh 1013
penelitian ini merupakan data yang didapat peserta yang terbagi dalam 78 kelompok
dari orang lain (Sugiyono, 2014)[9], yaitu dari tujuh RW, serta 110 petugas
mengenai sejarah, jenis aktivitas, struktur keamanan dan 70 panitia. [10]
organisasi, dan data Pengurus Pokdarwis
Kedung Lumbu Solo.
Penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data observasi,
wawancara, dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Penentuan informan dalam
penelitian ini menggunakan teknik
Gambar 2. Kirab Ageng Laku Lampah
purposive sampling yaitu informan yang Hajad Praja Kedunglumbu
Sumber : Suara Merdeka, Minggu 22/4
sudah ditentukan dengan pertimbangan
2018
tertentu. Sedangkan, analisis data yang
25
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
Benteng Vasternburg Wetan berasal dari bahasa Belanda yakni
Benteng Vastenburg dibangun Loge (rumah), dan wetan berasal dari
dalam dua tahap, yaitu pada tahun 1745 bahasa jawa (arah timur). Penduduk
atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van setempat menyebut kawasan ini orang
Imhoff dan tahun 1756. Pada awalnya, Belanda dengan Loji We. Kampung Loji
bangunan ini diberi nama Benteng Wetan juga merupakan salah satu
Grooemoedigheid yang berarti kemurahan perkampungan yang memiliki toleransi
hati. Pada tahun 1756 bangunannya yang sangat kuat antar penduduk karena di
diperluas, dan setelah selesai namanya kampung Loji Wetan ini terdapat 3 suku
diubah menjadi Benteng Vastenburg yang yang bersatu.
artinya kokoh.

Gambar 4. Lodji Wetan

Gambar 3. Benteng Vasternburg


Berdasarkan catatan sejarah
Benteng ini didirikan untuk kampung Lodji Wetan terdapat Gereja
mengawasi masyarakat Surakarta, Pantekosta yang sekarang bangunannya
menempatkan pasukan sekaligus menjadi masih ada, Pada tahun 1928 digunakan
pusat kekuatan militer Belanda di sebagai tempat perawatan dan
Surakarta. Selain menjadi tempat pasukan, penampungan orang yang terkena penyakit
lokasi Benteng Vastenburg juga berfungsi Pes yang ditularkan oleh hewan Tikus.
sebagai kantor Residen Surakarta [11]
Pasar BTC/PGS
Taman Lodji Wetan Pasar BTC(Beteng Trade Center)
Loji Wetan didirikan pada tahun & PGS (Pusat Grosir Solo) adalah pusat
1828, terletak di Kelurahan Kedung belanja yang terletak di pusat kota
Lumbu Kecamatan Pasar Kliwon. Loji Surakarta, yaitu Gladag, Jalan Mayor
26
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
Sunaryo No. 1, Kedung Lumbu, Kc. Pasar dengan rancangan arsitek Belanda, Thomas
Kliwon, Surakarta. Pasar BTC & PGS Karstan. Pada masa pemerintahan Keraton
merupakan pusat belanja khususnya Kasunanan bangaunan Kantor
pakaian dan kain yang mempunyai ciri Bondoloemakso berfungsi sebagai kantor
khas yaitu Batik Solo yang sangat murah Pegadaian. Bangunan ini sebagai salah satu
dan cukup lengkap dan masih eksis dari monumen sejarah yang menggambarkan
dulu sampai saat ini. Pada Gedung kuatnya pengaruh kolonial di Kota
Kompleks Perbelanjaan BTC tersebut Surakarta
terdapat makam Raden Pabelan Makam
bersejarah ini merupakan makam
peninggalan Kerajaan Pajang. Konon
Makan ini dikeramatkan oleh orang-orang
di sekitar karena tidak bisa dipindah.

Gambar 6. Gedung Bondoloemekso

Gedung Joeang 45
Gedung ini mulanya bernama
Gedung Dewan Harian Cabang (DHC) 45
dan didirikan oleh Belanda yang digunakan
sebagai asrama militer dan sekolah pada
Gambar 5. Gedung BTS/PGS waktu itu. Pada masa kekuasaan Jepang,
gedung ini sempat dikuasai oleh pasukan

Gedung Keuangan Kantor Senkokan, tetapi sekarang sudah menjadi

Bondoloemakso milik Kementerian Pertahanan dan masuk

Kantor Bondoloemakso daftar cagar budaya.

merupakan bangunan perkantoran tempo


dulu yang letaknya di luar tembok Keraton,
tepatnya di Kelurahan Kedung Lumbu
yang dibangun sebelum tahun 1917 pada
masa pemerintahan Paku Buwono X
27
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022

2. Kelemahan (Weakness)
-pengelolaan dan pemanfaatan tempat
wisata bangunan sejarah belum banyak
dimanfaatkan
-Kepemilikan bangunan sejarah tersebut

Gambar 7. Gedung Joeang 45 ada yang sudah dialihkan pihak


lain/swasta/pribadi
Dalam pengelolaan destinasi wisata
-Media promosi terutama media social
Kedung Lumbu Pasar Kliwon Solo sudah
yang belum maksimal
ada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
-Belum adanya kerjasama yang baik
yang sudah resmi mengelola area
antara pemerintah dengan pokdarwis
pariwisata tersebut berdasarkan Surat
dalam pengelolaan
Keputusan (SK) Pemerintah Kotamadya
Surakarta dalam hal ini adalah Dinas
3. Peluang (Opportunity)
Pariwisata Kota Surakarta Nomor :
-Tempat wisata yang banyak dapat
556/102/PP/I/2020. [12]
dibuat dalam paket wisata terpadu
Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan -Menarik wisatawan asing dan domestik
Analisis SWOT dekat dengan kawasan kraton
1. Kekuatan (Strenght) Kasunanan
-potensi wisata banyak yang semuanya - pengunjung wisata heritage umumnya
berupa bangunan peninggalan yang wisatawan yang intelektualnya baik
bersejarah -Memperkenalkan kebudayaan dan
-Berada di jantung kota sehingga dari kesenian khususnya Solo dan Jawa pada
segi transportasi dan infrastruktur umumnya.
sangat memadai
-Sumber Daya Manusia yang 4. Ancaman (Threat)
berkompeten dalam pengelolaan wisata -perawatan dan pemeliharaan bangunan
-Mempunyai banyak sanggar kesenian yang kurang membuat kurang menarik
khas Solo yang dapat ditampilkan dalam
pentas wisata
28
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
-Banyaknya sampah dan kotoran c. Penawaran paket wisata dapat
menyebabkan lingkungan yang tidak dilakukan dengan kerjasama dengan
nyaman sekolah, kampus dan penyelenggara
-Keberadaan wisata heritage berada di pendidikan sehingga dapat dikemas
tengah kampung terjadi gangguan lalu dalam wisata edukasi.
lintas d. Sanggar seni dan budaya yang ada
-berkembangnya tempat wisata modern di Solo bisa ditampilkan dalam
terutama wisata atraksi di Solo pentas seni yang dilakukan dalam
proses penyambutan dan selama
Strategi yang bisa dilakukan
menikmati wisata.
dalam pengelolaan destinasi wisata di
Kampung Kedung Lumbu Kota Solo dapat
peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Strategi S-O
2. Strategi S-T
Dengan menggunakan kekuatan
Strategi yang bisa dilakukan setelah
(Strenght) yang ada untuk dapat
mengetahui kekuatan (Strenght) dalam
memperoleh peluang (opportunity)
menghadapi ancaman (Threat) yaitu :
yaitu:
a. Bangunan sejarah harus selalu
a. Banyaknya tempat wisata yang
dikondisikan dalam keadaan yang
berada tidak dalam satu tempat bisa
baik sehingga menarik wisatawan
dikembangkan dengan penggunaan
dan membuat wisatawan betah
alat transportasi modern atau
berada di tempat
tradisional yang bisa
b. Menjaga kelestarian lingkungan
memperlihatkan seperti wisata
dengan penyediaan tempat sampah
tempo dulu.
yang bisa menampung kotoran baik
b. Keberadaannya di jantung kota bisa
dari wisatawan maupun lainnya
mudah dikenal orang seiring dengan
c. Alur perjalanan tour tempat wisata
ketenaran kota Solo sehingga
menjadi menyenangkan dengan
segmen masyarakat mana saja bisa
menjamin keamanan dan
menikmati jadi tinggal mengemas
keselamatan lalu lintas
saja dalam paket wisata.

29
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
d. Keberagaman wisata bisa menjadi Strategi untuk meminimalkan
pelengkap dalam menikmati kelemahan (weakness) untuk
pariwisata dengan membentuk paket menghindari ancaman (threat) dapat
wisata dilakukan dengan cara :
3. Strategi W-O a. Melakukan kegiatan kesadaran
Strategi pemanfaatan peluang pentingnya melestarikan bangunan
(Opportunity) dengan meminimalisir sejarah (heritage) dengan menjaga
kekurangan (weakness) dengan cara : dan merawatnya dengan baik
a. Bangunan sejarah dijadikan ikon b. Melakukan kerjasama yang baik
yang menarik dan tempat (venue) terutama Pokdarwis Kedunglumbu
bisa dimanfaatkan untuk referensi dengan Travel agent, hotel, maupun
sejarah dinas-dinas yang terkait dalam
b. Melakukan promosi lewat online pengembangan wisata kedung
atau media sosial Facebook, lumbu
Instagram, Web baik lokal, nasional c. Menetapkan peraturan tentang
maupun internasional dengan pembuangan sampah dengan
sasaran orang-orang terpelajar penyediaan tempat sampah agar
khususnya dan masyarakat pada tidak membuang sampah di
umumnya sembarang tempat sehingga
c. Berpencarnya tempat wisata menjaga kelestarian alam sekitar
bangunan sejarah dalam satu tempat wisata
wilayah menjadi andalan sendiri d. Membentuk generasi muda sebagai
yang bisa dikembangkan dengan penerus dalam pengelolaan di
paket wisata Pokdarwis Kedung Lumbu Solo
d. Kota Solo sebagai kota budaya dan sehingga tercipta sustainable
Kampung Kedung Lumbu tourism yang baik,
mempunyai bangunan sejarah bisa
dipadu dengan fasilitas modern dan KESIMPULAN
dikembangkan menjadi wisata
modern.
4. Strategi W-T
30
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
Berdasarkan penelitian yang sehingga kelestarian terjaga dengan
dilakukan peneliti sebagaimana yang baik.
tertera di atas dapat disimpulkan : 2. Perencanaan, program kerja yang sudah
1. Kampung Kedunglumbu Solo ada perlu disesuaikan juga dengan
mempunyai potensi wisata yang banyak perkembangan saat ini terutama masa
perlu pengelolaan yang baik terutama new normal Covid-19.
dari Pokdarwis Kedunglumbu yang 3. Menempatkan orang-orang yang
sudah diberi amanah untuk berpotensi dengan tepat dalam
pengelolaannya pengembangan wisata di Kedung Lumbu
2. Pengelolaan yang baik diperlukan Solo sehingga perkembangannya cepat.
strategi guna melihat kekuatan, 4. Meningkatkan lagi kerjasama dan
kelemahatan, peluang dan hambatan. koordinasi terutama dengan wisata
Perencanaan dan program yang baik dunia internasional sehingga dapat
diterapkan sudah cukup baik dan mendatangkan touris mancanegara.
ditangani secara professional.
DAFTAR PUSTAKA
3. Sumber Daya Manusia disiapkan guna
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta,
menjaga keberlangsungan wisata “Kecamatan Pasar Kliwon Dalam
kedunglumbu terutama para generasi Angka 2020,” in BPS Kota Surakarta,
BPS Kota Surakarta, Ed. Surakarta:
mudanya BPS Kota Surakarta, 2020.
4. Kerjasama yang baik pengelola dengan Ibnu Rustamadji, “Napak Tilas Kedung
berbagai pihak keyterkaitan dengan Lumbu, Cikal Bakal Keraton
Kasunanan Surakarta HadiningratNo
wisata kedunglumbu dalam satu Title,” Kompasiana. Kompasiana, p.
kesatuan memperkuat dalam 2, 2018.
pelaksanaan wisata di kedunglumbu I. Prastowo, “Analisis Konsep
Pengembangan Wisata Budaya Candi
Solo. Sukuh Dan Astana Mangadeg Dalam
Adapun saran yang dapat Sinergitas Pariwisata Daerah
Kabupaten Karananyar,” Hotel. J.,
diberikan peneliti kepada pengelola wisata vol. 5, no. Juni, pp. 1–12, 2019.
dalam hal ini Pokdarwis Kedung Lumbu
D. S. A. Laksana and I. N. S. Arida,
adalah : “Strategi Pengemasan Wisata Heritage
di Desa Wisata Kerta, Kecamatan
1. Tempat wisata yaitu bangunan sejarah
Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali,”
(heritage) perlu dijaga dan dirawat J. Destin. Pariwisata, vol. 7, no. 1, p.
31
Sabbhata Yatra
Jurnal Pariwisata dan Budaya
Volume 3 Nomor 1 Juli 2022
155, 2019, doi: no. 2, 2017.
10.24843/jdepar.2019.v07.i01.p23.
S. Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu
N. Hayati and I. A. Suryasih, “Strategi Pendekatan Praktis, Ed.REv 201.
Pengelolaan Kampung Betawi Setu Rineka Cipta Jakarta, 2010.
Babakan Sebagai Daya Tarik Wisata
Di Jakarta Selatan,” J. Destin. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Pariwisata, vol. 7, no. 1, p. 105, 2019, Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
doi: Bandung, 2014.
10.24843/jdepar.2019.v07.i01.p16. F. N. Adi, “1.013 Warga Kedung Lumbu
M. P. Y. Pradipta, “Pariwisata Berbasis Ikuti Kirab Ageng,” Suara Merdeka.
Masyarakat Sebagai Pelestari Tradisi Suara Merdeka, p. 2, 2018.
Di Desa Samiran,” J. Kepariwisataan, R. Aditya and D. M. Mutiari,
vol. 5, no. 1, pp. 99–109, 2021, doi: “Karakteristik Benteng Vastenberg
10.34013/jk.v5i1.379. Sebagai Bangunan Heritage Di
N. S. Chili and N. A. Ngxongo, Surakarta,” Sinektika J. Arsit., vol. 13,
“Challenges to active community no. 1, pp. 24–32, 2015, doi:
involvement in tourism development 10.23917/sinektika.v13i1.697.
at Didima Resort - a case study of D. P. K. Surakarta, Keputusan Kepala
Umhlwazini community in Bergville,” Dinas Pariwisata Kota Surakarta.
African J. Hosp. Tour. Leis., vol. 6, 2020.

32

Anda mungkin juga menyukai