Anda di halaman 1dari 15

Ruang Lingkup

Perencanaan Wilayah
Dr. Juwarin Pancawati SP. M.Si
Pengertian

Perencanaan wilayah adalah proses perumusan dan penegasan tujuan-


tujuan social dan ekonomi dalam berbagai kegiatan dalam ruang yang
lebih besar dibandingkan dengan wilayah kota (biasanys disebut
dengan suprea-urban)

(Friedman, 1967)
Tujuan
Menurut UU 26/2007 tentang penataan ruang, perencanaan wilayah
terkait dengan penataan ruang wilayah memiliki tujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nasional dan Ketahanan Nasional
dengan:
1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan;
2. Sebagai media untuk terjadinya mekanisme pasar;
3. Menyediakan perangkat bagi perencanaan pembangunan itu sendiri;
4. Merupakan suatu upaya untuk membangun sistem kelembagaan yang
lebih baik lagi.
Keterkaitan dengan bidang
ilmu lain
Arti Penting Perencanaan
Wilayah
Perencanaan wilayah dapat dipandang sebagai suatu perencanaan
penghubung, yaitu suatu perencanaan yang menghubungkan antara
perencanaan di tingkat nasional dengan perencanaan yang ada di
tingkat lokal, agar terjadi keselarasan antara tujuan-tujuan yang dibuat
di tingkat nasional dengan tujuan-tujuan yang ada di tingkat masyarakat
(lokal).
Terdapat 2 tujuan utama dalam perencanaan wilayah:
1. Place posperity
2. People posperity
Klasifikasi Wilayah
(Pewilayahan)
• Merupakan cara atau metode klasifikasi untuk mempermudah
menjelaskan keberagaman dan berbagai karakteristik fenomena
spasial yang ada
• Tujuan klasifikasi spasial:
 Alat Penyederhanaan
 Alat Pendeskripsian
 Landasan untuk Pengelolaan
Wilayah Homogen
Ciri utama : Suatu wilayah yang memiliki suatu kesamaan karakteristik
tertentu, baik dari sisi fisik, aktivitas ekonomi, atau
kesamaan-kesamaan dalam sisi sosial masyarakat.
Contoh : DAS (daerah aliran sungai), atau suatu Kawasan Industri
(KI), atau Wilayah Pembangunan (WP)
Wilayah
Peta Penggunaan Jabodetabek Homogen
650000 675000 700000 725000 750000

LAND USE CLASSES


2001

Tangerang
9 325000

9325000
North Jakarta
West Jakarta
Tangerang
Central
Jakarta Keterangan:
Municipal
East Jakarta Bekasi
650000 675000 700000 725000 750000

South Jakarta Bekasi N LAND USE CLASSES


2001
Municipal
9300000

9300000
5000 0 5000 10000 m
Tangerang

93250 00

932 5000
North Jakarta
West Jakarta
Central
Tangerang Jakarta
Municipal
East Jakarta Bekasi

South Jakarta Bekasi N

Municipal

930 0000

93000 00
5000 0 5000 10000 m

Bogor Bogor
9275000

9275000
Municipal Bogor Bogor

9 2750 00

927 5000
Municipal

Administrative Boundaries

Administrative Boundaries Urban

Water/Ponds

Urban Agriculture

Paddy

Water/Ponds Forest

925 0000

92500 00
650000 675000 700000 725000 750000

Agriculture

Paddy

Forest
9250000

9250000

650000 675000 700000 725000 750000


Wilayah Nodal
Ciri utama : Adanya kecenderungan dari aktivitas wilayah untuk terpusat
pada satu kegiatan yang dominan (yang disebut node) di
wilayah tersebut. Wilayah ini memiliki sifat yang lebih dinamis
dibandingkan dengan pengertian wilayah homogen karena baik
luasan wilayah maupun aktivitas dominan yang ada di suatu
wilayah akan berbeda-beda.
Contoh : a. Wilayah Metropolitan Jabodetabek dengan Jakarta
dianggap sebagai node.
b. Wilayah Metropolitan Bandung Raya (yang terdiri
atas Bandung, Cianjur, dan Sumedang) dengan pusat
kegiatan di Kota Bandung.
Wilayah
Nodal

• wilayah diumpamakan “sel hidup” yang


mempunyai plasma dan inti. Plasma
• Inti (pusat simpul): pusat-pusat pelayanan
dan atau pemukiman Inti
• plasma adalah daerah belakang
(periphery /hinterland)
Wilayah
Perencanaan/Administratif
Ciri utama : Suatu daerah yang terbentuk karena adanya kebijakan
politis dari pemerintah. Biasanya bentuk wilayahnya
berupa batas-batas administratif dari suatu wilayah
pemerintahan, seperti kabupaten, atau provinsi yang
batas-batas wilayahnya ditentukan secara jelas
berdasarkan undang-undang pendirian wilayah tersebut.
Contoh : Wilayah Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah, atau
wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
Analisis Nasional dan
Analisis Wilayah
Analisis perekonomian wilayah dibandingkan dengan analisis
perekonomian nasional dapat dibedakan berdasarkan 3 kriteria:
1. Perbedaan derajat keterbukaannya (openess);
2. Perbedaan variabel-variabel makro wilayah dibandingkan dengan
variable makro nasional;
3. Perbedaan neraca-neraca pendukung analisis perekonomian
wilayah dan nasional.
1. Perbedaan derajat
keterbukaannya (Opennes)
• Cara termudah untuk mengukur derajat keterbukaan suatu daerah:

• Umumnya tingkat keterbukaan wilayah lebih besar dibandingkan tingkat


keterbukaan nasional, karena beberapa hal:
1. Arus komoditi wilayah tidak ada hambatan
2. Aktivitas perdagangan antar daerah tidak memerlukan exchange control
3. Sistem administrasi dalam suatu negara adalah seragam
2. Perbedaan Variabel Makro
• Ada beberapa variabel makro yang tidak berlaku di dalam analisis wilayah,
namun berlaku dalam analisis nasional. Contohnya tingkat kurs mata uang
dan tingkat suku bunga nominal.
• Perbedaan lain adalah bahwa sering kali kita membedakan variabel ke
dalam pengertian kemudahannya untuk dipengaruhi atau tidak. Tingkat
kemudahan mempengaruhi variabel dapat dibedakan menjadi variabel
endogen dan eksogen.
• Untuk pertumbuhan perekonomian wilayah, variabel eksogen yang biasa
diambil adalah GDP nasional, sedangkan di tingkat nasional, variabel
eksogennya adalah pertumbuhan ekonomi dunia dan dana transfer luar
negeri yang masuk.
3. Perbedaan Neraca Pendukung
Neraca- Nasional Wilayah
Pendukung
Neraca Produk Domestik Bruto didasarkan Produk Domestik Regional Bruto
Pendapatan 3 pendekatan; pengeluaran, didasarkan 2 pendekatan;
dan Produksi pendapatan atau produksi nasional pengeluaran atau produksi wilayah

Neraca Tersedia (laporan Bank Indonesia) Tidak tersedia


Pembayaran
Neraca Arus Pergerakan dana diketahui pasti Pergerakan dana tidak pasti
Dana
Tabel Input- Tersedia Tidak tersedia
Output

Anda mungkin juga menyukai