Anda di halaman 1dari 36

Sumber:

1. Beatley dan Manning. 1997. The Ecology Place.


2. Rustiadi et al. (2007). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
3. Sunaryo et al. (2004). Pengelolaan Sumberdaya Air.Konsep dan Penerapannya
• Sumberdaya: segala bentuk-bentuk input yang dapat
menghasilkan utilitas (kemanfaatan) proses produksi atau
penyediaan barang dan jasa.
• Sesuatu dapat dikatakan sumberdaya jika: (1) manusia
telah memiliki atau menguasai teknologi untuk
memanfaatkannya, (2) adanya permintaan untuk
memanfaatkannya.
• Sifat sumberdaya: (1) langka (scarcity) dan (2) memiliki
guna (utility), (3) tersebar tidak merata dari segi kualitas
maupun kuantitas.
 Pilar utama dalam pengelolaan lingkungan yang terkait
dengan perencanaan dan pengembangan wilayah.
1. ASPEK EKONOMI:
Setiap sumberdaya dalam suatu wilayah harus dimanfaatkan seefisien dan
seefektif mungkin. Efisien dari segi produksi dan alokasi.
2. ASPEK KELEMBAGAAN (INSTITUSIONAL):
Kelembagaan merupakan kumpulan aturan main (rules of game) dan organisasi
yang berperan penting dalam pengelolaan penggunaan/alokasi sumberdaya
secara efisien, merata dan berkelanjutan (sustainable). Aturan main dapat berupa
konstitusi negara hingga kesepakatan antara dua pihak. Sebagai contoh
penguasaan tanah yang berada di sepanjang bantaran sungai oleh sebagian kecil
anggota masyarakat dalam struktur masyarakat feodal akan mempengaruhi
pemanfaatan dan perlindungan sungai.
3. ASPEK LOKASI/SPASIAL:
Sumberdaya alam memiliki lokasi melekat pada posisi geografisnya. Sehingga
pengelolaan sumberdaya alam yang berada dalam DAS hendaknya
mempertimbangkan aspek lokasi dan ekonomi (aspek tata ruang). Dengan demikian
aspek lokasi tidak hanya mempertimbangkan aspek fisik tetapi juga bernuansa
sosial-ekonomi. Dalam istilah wilayah dikenal istilah daerah belakang (hinterland),
daerah pelayanan, pusat pelayanan, desa, kota dan sebagainya.
• adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan
kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
• Ruang:
• Meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara beserta
sumberdaya yang terkandung di dalamnya.
• Ruang = sumberdaya; Ruang = wadah
• Ruang Publik (Public/commons’ spaces)
• Ruang Non Publik: sepanjang menyangkut kepentingan publik
• Unit-unit ruang di daratan, laut dan udara adalah unit wilayah
• Suatu unit geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu)
dimana komponen-komponennya memiliki arti dalam
pendeskripsian fenomena, perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya pembangunan
KONSEP ALAMIAH DESKRIPTIF
Homogen

Nodal (Pusat-Hinterland)

Sistem Sederhana Desa - Kota

Budidaya - Lindung

WILAYAH Sistem/Fungsional

Sistem Ekonomi:
Kawasan Produksi,
Kawasan Industri

Sistem Ekologi: DAS,


Sistem Komplek
Hutan, Pesisir

Sistem Sosial Politik:


Kawasan Adat, Wilayah
Etnik

Wilayah Perencanaan Khusus:


KONSEP NON ALAMIAH
Jabodetabekjur, KAPET
Perencanaan/
Pengelolaan
Wilayah Administrasi Politik :
Provinsi, Kabupaten, Kota
• TUJUAN DAN MANFAAT PENGGUNAAN
• Pengelolaan sumberdaya wilayah secara berkelanjutan (sustainable
development)
• Berdasarkan konsep carrying capacity kawasan
• Berdasarkan siklus alam aliran sumberdaya: biomassa, energi, limbah dll.
• CONTOH SISTEM EKOLOGI:
• Daerah Aliran Sungai (DAS): UU No. 7 Th 2004, PP No. 37 Th. 2012, PP
No. 38 Tahun 2011 dll
• Hutan: PP No. 60 Tahun 2012, PP No. 61 Th 2012
• Pesisir: Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 34 Th 2002. dll
• Pola: pola spasial dan waktu
• Pola pemanfaatan ruang secara tiga dimensi
• Pola Pemanfaatan tiga matra ruang:
a. Ruang Darat
b. Ruang Perairan/Laut
c. Ruang Udara/angkasa
• Pola Penggunaan Lahan (land use pattern):
Wujud gambaran aktifitas manusia di dalam mengelola
sumberdaya fisik wilayah secara spasial.
• Penutupan Lahan (land cover)
• Suatu model keteraturan dan pengaturan pemanfaatan ruang.
Dalam skala wilayah, land use (penggunaan lahan, tata guna
lahan) adalah cerminan yang paling hakiki dari bentuk
pemanfaatan ruang.

Tahun 2000 Tahun 2003


CV k CV k
143 21 143 23
65 45 65 49
65 39 65 31
650 00 0 675 00 0 700 00 0 725 00 0 750 00 0

LAND USE CLASSES


2001
9325000

9325000
Tangerang

Nor th J akarta
Wes t Jakarta
Central
Tangerang Jakarta
M unicipal
East Jakarta Bekasi

South J akarta Bekas i N

Munic ipal
9300000

9300000
5000 0 5000 10000 m

Bogor
9275000

9275000
Bogor
Munic ipal

Adm inis tra ti v e Bo und ari es

U rba n

W a te r/Po nd s

Agr ic ultu re

Pad dy

Fo re st
9250000

9250000
650 00 0 675 00 0 700 00 0
Land Cover 2001 725 00 0 750 00 0
Pantai Indah Kapuk 1994

Pantai Indah Kapuk 1981


• Pembangunan: upaya melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik secara terencana
• Penataan Ruang: Kegiatan Perencanaan, Pemanfaatan
dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang (sumberdaya)
• Penataan Ruang merupakan upaya melakukan
perubahan tata ruang ke arah yang lebih baik.
• Penataan Ruang dilakukan jika dikehendaki adanya
perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang
Domain dan Prinsip-prinsip Umun
Hukum Geografi Pertama Tobler:
'Setiap hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya, namun yang
lebih berdekatan memiliki keterkaitan lebih dari lainnya'.

• Public Goods: Ruang Publik, yang harus dikelola untuk


kemanfaatan publik (namun tidak selalu harus dikelola
secara publik)
• Common Goods: Sumberdaya yang dimiliki/dikelola
oleh suatu kelembagaan komunitas/publik
• Externality pemanfaatan sumberdaya (optimal bagi
satu pihak tapi tidak bagi yang lain)
• Asumsi “ruang” yang direncanakan seolah-olah adalah ruang
“tanpa penghuni”: berakibat “penggusuran”
• top-down process
• Master plan syndrome
• Kewenangan/hak pemerintah semata (asumsi hanya
pemerintah yang dapat melakukannya)

Paradigma Baru Penataan Ruang

 Mengedepankan Kebutuhan Masyarakat


 Adanya political will
 Menekankan pada proses
1. Kerusakan hutan, sekitar 0,6 – 1,3 juta
ha/tahun terjadi kerusakan hutan dan 67% Sedikit Fakta Masalah
disebabkan oleh kekeliruan kebijakan dalam Pengelolaan SDA
pemerintah dalam pengelolaan hutan
(Walhi, 2004).
dan Tata Ruang di
2. Konversi lahan pertanian produktif sekitar Indonesia dan Efek
50.000 ha/th untuk keperluan non- Eksternalitasnya
pertanian
3. Overfishing, hancurnya terumbu karang,
dsb,
4. Transformasi dan fragmentasi lahan yang
tidak kerkontrol (terjadi transformasi lahan
lindung mencapai 35 000 hektar per tahun.
Terjadi pemanfaatan ruang kosong yang
berlebih.
5. Berbagai macam bencana (Sejak tahun
1998 hingga pertengahan 2003, tercatat
telah terjadi 647 kejadian bencana di
Indonesia, di mana 85% dari bencana
tersebut merupakan bencana banjir dan
longsor).
 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata diikuti oleh
Degradasi Sumber daya Alam dan Lingkungan (buble
economic).

 Efektifitas pengelolaan sumber daya sangat


menentukan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.

 Fakta menunjukkan adanya kecenderungan cara-cara


pengelolaan sumber daya yang mengancam
keberlanjutan pemanfaatan sumber daya itu sendiri.
• UU No. 7 Tahun 2004: DAS adalah suatu wilayah daratan
sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya yang bergungsi untuk menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan, ke danau atau
ke laut secara alami. Batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.
• Watershed = DPS/DAS, istilah yang sering digunakan dalam
pertanian, kehutanan, sosiologi dan lingkungan. Di dalamnya
termasuk flora fauna, vegetasi dan manusia.
• Catchment area: daerah tangkapan hujan di hulu suatu
bangunan perairan (misal waduk) yang seluruh airnya masuk ke
dalam tangkapan bangunan tersebut. Istilah ini sering
digunakan dalam hidrologi, irigasi dan persungaian.
• Bagian dari siklus alam (daur hidrologi)
• Sumberdaya dinamis, mengalir dapat mencakup beberapa
wilayah administratif.
• Ketersediaannya dapat tidak merata dari segi waktu, tempat,
jumlah dan mutu.
• Dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
• Memiliki keterkaitan antara kuantitas dengan kualitas, in-stream
dengan off-stream, air permukaan dengan air bawah tanah.
• Air dan sumber-sumber air mempunyai fungsi sosial, ekonomi
dan lingkungan untuk mencapai kelestarian pengelolaan
wilayah sungai.
1. Konsep ekaguna setempat: aktifitas pengairan sejak dahulu hingga
abad XIX bertujuan tunggal untuk kepentingan daerah terbatas
tanpa melakukan kajian secara menyeluruh thd sistem sungai, cth:
Western Jumna Canal di India (1821), Upper Gangga Canal
(1852), Cavur Canal di Italia (1982).
2. Konsep multiguna setempat: lahir untuk mengkompromikan
berbagai kebutuhan masyarakat yang mulai beragam. Mississippi
River Commission (1878) mengkompromikan kebutuhan
pengendalian banjir dan pelayaran.
3. Konsep multiguna Dimensi DAS: pengelolaan sd air dalam
perencanaan menyeluruh dan terpadu untuk kemanfaatan seluruh
kepentingan diletakkan oleh Theodore Roosevelt (1907):
Bendungan Hoover di AS (1936), Sungai Rhone di Genissiat, Swiss
(1937).
4. Konsep Holistik Dimensi DAS: sejak tahun 1950, penetapan konsep
pengembangan wilayah sungai secara terpadu didukung oleh
kebijakan politik, diawali pernyataaan US President’s Water
Resources Policy Commission dan diakui oleh Sekjen PBB. Realisasi
konsep dilaksanakan di DAS Sungai Rhone di Swiss, DAS Ruhr
Jerman, DAS Brantas (1961).
• Wilayah sungai kabupaten/kota: DAS yang secara geografis
berada dalam suatu kabupaten/kota.
• Wilayah sungai lintas kabupaten/kota: DAS yang secara geografis
melewati lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi.
• Wilayah sungai lintas provinsi: DAS yang secara geografis melewati
lebih dari 1 daerah provinsi.
• Wilayah sungai lintas negara: wilayah sungai yang secara geografis
melewati lebih dari satu negara.
• Wilayah sungai strategis nasional: wilayah sungai yang mempunyai
nilai strategis bagi kepentingan nasional.
• PENETAPAN WILAYAH SUNGAI BERDASARKAN DEWAN SUMBER
DAYA AIR NASIONAL BERDASARKAN MASUKAN PEMERINTAH
DAERAH BERSANGKUTAN.
1. Mar del Plata, Argentina, 14 – 25 Maret 1977- UN Water
Conference:” Semua orang, bagaimanapun tingkat
perkembangan dan kondisi sosial ekonominya mempunyai hak
untuk mendapat air minum sesuai dengan keperluannya
secara jumlah maupun mutu.
2. New Delhi, India, 10 -14 September 1990- Global
Constitution on Safe Water and Sanitation for the 1990s”
Some for all rather than more for some”. Pasokan air dan
sanitasi lingkungan yang baik adalah vital untuk melindungi
lingkungan, memperbaiki kesehatan, dan mengentaskan
kemiskinan, dibutuhkan komitmen politik dan disertai upaya
intensif meningkatkan kesadaran melalui komunikasi dan
mobilisasi semua bagian masyarakat.
3. Dublin, 26 -31 Januari 1992- The Dublin Statement (International
Conference on Water and The Environment). “Air merupakan
bagian penting dari lingkungan dan merupakan wadah
bergantungnya berbagai bentuk kehidupan dan kesejahteraan
manusia. 4 butir keputusan tentang SD air.
a) Pengelolaan (sumber daya) air harus didasarkan atas
pendekatan holistik sekaligus mengaitkan pembangunan sosial
ekonomi dengan perlindungan ekosistem
b) Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air harus
didasarkan pada pendekatan partisipatif, melibatkan pengguna,
perencana dan pembuat kebijakan pada semua tingkat
c) Wanita memegang peranan penting dalam penyediaan,
pengelolaan dan perlindungan air
d) Air mempunyai nilai ekonomi dan harus dipandang sebagai
economic good.
4. Rio de Janeiro, Juni 1992 – Earth Summit Agenda 21 (UNCED).
Pengelolaan sumber daya air terpadu didasarkan pada pemahaman bahwa air
merupakan bagian dari kesatuan ekosistem, sumber daya alam, sekaligus sebagai
benda sosial dan ekonomis (koreksi atas pernyataan Dublin, Januari 1992).
5. Manila, 11 -14 Januari 2000 – South East Asia Technical Advisory
Committee (SEATAC) Workshop Global Water Partnership (GWP). 
Visi Air untuk Asia Tenggara.
a. Meningkatkan pengelolaan sumber daya air yang efisien dan efektif
b. Mengembangkan pengelolaan DAS secara terpadu
c. Mengubah kesadaran menjadi tekad politik
d. Bergerak menuju pelayanan air yan memadai dan terjangkau.
6. Den Haag, Belanda, 20-22 Maret 2000-Second World Water Forum
and Ministerial Conference.  Visi Air Dunia: Menjadikan air urusan
setiap orang.
7. Johannesburg, 2002, World Summit on Sustainable Development,
Agenda 21 + 10.
8. Kyoto Jepang, 22-23 Maret 2003- Third World Water Forum and
Ministerial Conference.
a. Pengelolaan SDAir dan Pembagian Manfaat
b. Penyediaan Air Bersih yang Aman dan Fasilitas Sanitasi
c. Air untuk Pangan dan Pembangunan Pedesaan
d. Pencegahan Pencemaran Air dan Konservasi Ekosistem
e. Mitigasi Bencana dan Pengelolaan Resiko.
1. Kerusakan daerah tangkapan hujan  ketimpangan pemanfaatan
lahan, konversi lahan yang tidak terkendali  merubah
karakteristik hidrogeografis kawasan  mengancam kelestarian
tata guna air.
2. Erosi dan sedimentasi. Erosi: peristiwa terkikisnya bagian tanah di
suatu tempat yang disertai dengan terangkutnya bagian tanah tsb.
3. Kekeringan. Rusaknya daerah tangkapan hujan menyebabkan
kemampuan DAS menyimpan air di musim hujan dan
melepaskannya sebagai baseflow di musim kemarau menurun.
4. Pencemaran air. Sumber pencemaran; aktifitas domestik, pertanian
dan industri.
5. Banjir.
6. Konflik antar pengguna, penggunaan dan daerah administratif.
7. Pemanfaatan lingkungan sungai. Pemanfaatan lahan sempadan
sungai, pembuangan sampah ke perairan terbuka.
8. Intrusi air laut. Pengambilan air tanah berlebih dan tidak adanya
vegetasi pelindung di pesisir.
9. Masalah Pasca Pembangunan. Setelah kegiatan konstruksi selesai
tidak adanya perhatian terhadap kegiatan operasi dan
pemeliharaan.
• Pengelolaan SDAir didasarkan atas pemahaman bahwa air
adalan bagian dari kesatuan ekosistem, sda sekaligus
merupakan benda sosial dan ekonomi  koreksi atas Dublin
Statement.
• Pentingnya melibatkan semua pihak yang berkepentingan
dalam proses pengambilan keputusan.
• Partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam
mengembangkan dan mengelolaa sdair secara adil,
berkelanjutan dan mantap  pengalaman dan pengetahuan
lokal, tercapai public legitimation, dan strategic partnership.
• Sesuatu yang merupakan kepentingan atau milik bersama,
• Baik yang berupa “barang” yang riil (jalan, udara, ruang
angkasa, laut, dll) maupun barang abstrak (perdamaian / rasa
aman, ketertiban, ketahanan pangan, dll)
• Baik sumberdaya maupun barang netral
• DAS dan sistem ekologi lainnya merupakan contoh dari The
Commons
• Daerah Aliran Sungai tidak dapat dibatasi ataupun dimiliki
oleh seseorang karena di dalamnya terdapat kepentingan
bersama dari seluruh komunitas masyarakat yang ada di DAS
tersebut. Kepemilikan terhadap the commons akan
menimbulkan konflik dan kerusakan.
CPRs adalah salah satu kategori dari Impure public goods
(quasi public goods): saluran air, pantai, padang
gembala, sungai, air tanah, dan hutan tropis (Ostrom,
Gardner and Walker 1994).

Dua karakteristik utama CPRs (Ostrom): (1)


substractibility atau rivalness di dalam pemanfaatannya;
(2) adanya biaya (cost) yang harus dikeluarkan untuk
membatasi akses pada sumber daya untuk pihak-pihak
lain untuk menjadi pemanfaat (beneficiaries).

Seringkali berkaitan dengan masalah Overuse, Free


Rider, Opportunistic, Asimetric Information yang
menyebabkan kegagalan pasar.
Pembagian cara Excludability (Kemungkinan eksklusivitas)
Klasik Barang
Ekonomi Ya Tidak
Ya Barang privat Sumberdaya bersama
Rivalness (private good) (common pool resource)
(Persaingan) Tidak Barang klub Barang publik
(club good) (public good)
• TRAGEDY OF THE COMMONS
• SEJAK GARRET HARDINS MENULIS ARTIKEL DI JURNAL
“SCIENCE” (1968), istilah “TRAGEDY OF THE COMMONS”
TELAH MENJADI SIMBOL DEGRADASI LINGKUNGAN PADA
SITUASI PARA INDIVIDU MENGGUNAKAN SDA YANG LANGKA
SECARA BERSAMA-SAMA.
• UNTUK MENGILUSTRASIKAN STRUKTUR LOGIS DARI MODEL
YANG IA GUNAKAN, HARDIN MENGILUSTRASIKAN SITUASI
SEBUAH PADANG RUMPUT YANG TEBUKA UNTUK SEMUA
ORANG. IA KEMUDIAN MELIHAT SITUASI INI DARI
PERSPEKTIF PENGGEMBALA YANG RASIONAL.
• SETIAP PENGGEMBALA MENERIMA KEUNTUNGAN
LANGSUNG DARI HEWAN GEMBALA YANG IA MILIKI DAN
AKAN MENDERITA KERUGIAN JIKA TERJADI OVERGRAZING.
 Tragedy of the commons: fenomena penting yang mendasari
konsep dalam ekologi manusia dan lingkungan.
 Apabila seseorang membatasi penggunaan sumberdaya, tetapi
tetangganya (masyarakat lainnya) tidak, maka
(kuantitas/kualitas) sumberdaya akan turun (ruin)
 Orang yang membatasi penggunaan sumberdaya tadi akan
kehilangan keuntungan jangka pendek akibat alokasi yang
dilakukan orang tersebut.
• Menentukan perilaku manusia (free rider,
opportunistik, rent seeker, dll) dalam mengelola
sumberdaya
• Sistem pemilikan/penguasaan yang memberikan
kepastian jangka panjang mendorong perilaku
berperspektif jangka panjang
• Perilaku manusia atas SD ditentukan oleh rejim
property dan pengaturan hak-hak (rights) atas
sumberdya
Api (sumber
energi)

Padang gembalaan
(sawah, ladang)

Air (Sungai,
Danau, Laut)

Anda mungkin juga menyukai