Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan kota yang semakin meningkat setiap tahunnya


menyebabkan meningkat pula kebutuhan masyarakatnya. Peningkatan urbanisasi
semakin pesat, khususnya di negara-negara berkembang, dan diikuti dengan berbagai
peluang dan tantangan. Perkembangan Kota (Urban Development) dapat diartikan
sebagai suatu perubahan yang menyeluruh, yaitu menyangkut segala perubahan di dalam
masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya,
maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997). Perkembangan suatu kota pada hakekatnya
dipengaruhi oleh pertumbuhan, dimana kota sebagai wadah fisik yang berkembang dan
bertumbuh dari segala macam kegiatan masyarakat kota. Perkembangan kota mengalami
proses perubahan yang cenderung maju dari tahun ke tahun. Perkembangan kota juga
sangat dipengaruhi oleh keterkaitan pembangunan dan pertumbuhan, baik antara sektor
maupun antara wilayah yang dimana kegiatan pembangunan itu sedang berlangsung.

Peningkatan kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap


kemampuan transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Transportasi publik atau
angkutan umum merupakan alat transportasi yang masih menjadi kebutuhan masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk, penyebaran daerah permukiman dan kegiatan ekonomi
telah turut serta mendukung pertambahan jumlah dan jenis sarana angkutan didalam kota
dikarenakan perjalanan interzona semakin bertambah banyak baik jumlah dan jarak
perjalanannya, sedangkan sistem transportasi yang ada tidak mencerminkan
keberlanjutan. Salah satu aspek pendukung yang tidak bisa diabaikan adalah aspek
transportasi.

Kebutuhan akan ruang pun semakin bertambah sehingga lahan terbangun menjadi
semakin luas dan lahan tidak terbangun menjadi sedikit. Kota tumbuh dan berkembang
mencapai daerah hiterland. Perkembangan Kota juga menyebabkan munculnya pusat-
pusat pertumbuhan baru guna mencukupi kebutuhan dan memudahkan aktivitas
masyarakat kota. Pertumbuhan dan perkembangan kota pada dasarnya menggambarkan
proses berkembangnya suatu kota. Berkembangannya suatu kota harus memperhatikan
aspek kelembagaan. Aspek kelembagaan tersebut memiliki inti kajian kepada perilaku
dengan nilai, norma, dan rule di belakangnya yang memfokuskan kepada kajian struktur
dan peran (Syahyuti, 2007).

Sungailiat adalah ibu kota Kabupaten Bangka yang sekaligus menjadi pusat
pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Bangka. Sungailiat juga merupakan
sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Indonesia. Masyarakat Sungaliat dikenal dengan budayanya yang multi
kultural. Penduduk asli Sungailiat pada umumnya sama dengan wilayah lain di provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, yakni suku Sawang dan Melayu Bangka. Selain itu,
keturunan Tionghoa juga sangat memengaruhi keberagaman Sungai Liat. Kemudian,
banyak suku pendatang lainnya seperti suku Jawa, Batak, Minangkabau yang tinggal di
kawasan ini, dan beberapa suku lainnya.

Mata pencaharian penduduk di kecamatan Sungailiat adalah petani, tambang


inkonvensional (TI), pedagang, buruh bangunan, PNS, pegawai Swasta, nelayan, dll.
Beberapa tempat wisata dikota Sungailiat antara lain adalah Pantai Parai, Pantai Tongaci,
Pantai Tikus Emas, Pantai Turun Aban, Pantai rebo,dll. Ada banyak juga pusat jajanan
yang tersebar di seluruh kota Sungailiat. (Ensiklopedia Dunia, 2023) Pertumbuhan
pembangunan objek wisata di kecamatan sungailiat dilakukan disegala bidang dengan
tujuan untuk memberikan kemudahan akses bagi masyarakat dan perekonomian dari
objek wisata untuk dimasa depan. Maka dari itu, perencanaan merupakan memikirkan
mengenai kondisi saat ini dan masa lalu untuk melihat kemungkinan yang dapat dicapai
pada masa mendatang, serta menyusun rangkaian tindakan untuk mewujudkan apa yang
telah dipikirkan.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran merupakan instrument daripada kegiatan proses perencanaan ini
adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui terkait karakteristik isu-isu ataupun potensi yang ada pada Kecamatan
Sungailiat bedasarkan aspek-aspek yang ada seperti: kelembagaan kebijakan dan
pembiayaan, fisik dasar, tata guna lahan, kependudukan dan sosial budaya,
perekonomian, sarana prasarana, dan transportasi.
b. Menganalisis terkait aspek-aspek kelembagaan kebijakan dan pembiayaan, fisik dasar,
tata guna lahan, kependudukan dan sosial budaya, perekonomian, sarana prasarana,
dan transportasi dalam rangka untuk merumuskan gagasan, isu, dan potensi
kewilayahan Kecamatan Sungailiat.
Adapun sasaran dari kegiatan proses perencanaan ini adalah sebagai berikut:

a. Indentifikasi aspek aspek kelembagaan kebijakan dan pembiayaan, fisik dasar, tata
guna lahan, kependudukan dan sosial budaya, perekonomian, sarana prasarana, dan
transportasi pada Kecamatan Sungailiat.
b. Analisis tentang semua aspek di Kecamatan Sungai Liat.
c. Merumuskan isu, permasalahan dan potensi dan tantangan di kecamatan sungai liat.
d. Menyusun metodologi dan teknik analisis di tiap aspek.

1.3 Luaran yang diharapkan

Luaran yang diharapkan dari proses studio perencanaan kecamatan sungai liat ini
adalah produk berupa:

1. Proposal teknis

mencakup desain kegiatan yang akan dilakukan dalam proses perencanaan studio dan
pengenalan awal profil kawasan perencanaan termasuk pengumpulan database dan
permintaan data. Penekanan Proposal Teknis tentang desain kegiatan yang akan
dilakukan selama operasi lapangan untuk periksa masalah yang ada di area
perencanaan.

2. Database perencanaan

Database perencanaan merupakan kumpulan data yang diperoleh dari keduanya


primer dan sekunder digunakan dalam penyusunan proposal teknis,berkas
perencanaan kawasan dan berkas kawasan perkotaan.

3. Profil kawasan perencanaan

Profil area tata letak adalah hasil dari kesan tunggal pada area tata
letak,mengidentifikasi potensi, permasalahan, permasalahan dan tantangan di bidang
perencanaan, serta gagasan perencanaan wilayah berdasarkan pada masalah isu dan
potensi perencanaan wilayah perencanaan.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah yang dicakup untuk proses perencanaan ini berada pada wilayah Kecamatan
Sungailiat yaitu berada di bawah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Menurut (Savitri, 2021) Pada tahun 2021 diketahui bahwa ukuran luasan Kecamatan
Sungailiat per tahun ini adalah 147,99 km2.
00,35
0,7 1,4 2,1 2,8
Peta Wilayah Ruang
Miles Lingkup Perencanaan

RIAU SILIP
±
Legend
Batas Kecamatan
KECAMATAN
MERAWANG
PEMALI
RIAU SILIP
SUNGAILIAT
PEMALI
SUNGAILIAT

Inset

MERAWANG

Source: Esri, Maxar, Earthstar Geographics, and the GIS User


Community

Secara administrative, Kecamatan Sungailiat ini berbatasan dengan beberapa daerah


kecamatan di sekitar yang mencakup:

a. Sebelah Barat: Kecamatan Pemali


b. Sebelah Utara: Kecamatan Riau Silir
c. Sebelah Selatan: Kecamatan Merawang

Kecamatan Sungailiat juga mencakup beberapa desa-desa yang berada dibawahnya,


Adapun desa-desa yang ada pada Kecamatan Sungailiat beserta luasannya adalah sebagai
berikut:

a) Kenanga 26 km2 i) Surya Timur 6,77 km2


b) Rebo 19 km2 j) Jelitik 22,85 km2
c) Parit Padang 5,09 km2 k) Bukit Betung 5,07 km2
d) Sri Menanti 3,4 km2 l) Sinar Jaya Jelutung 13,39 km2
e) Sungailiat 5,65 km2 m) Matras 12,25 km2
f) Kudai 5,75 km2
g) Sinar Baru 11,78 km2
h) Lubuk Kelik 8,29 km2

1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam terlaksananya kegiatan berupa studio proses perencanaan ini pada kawasan
Kecamatan Sungailiat maka perlunya ruang lingkup berupa kegiatan kegiatan apa saja yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan luaran yang diharapkan dari adanya
studio proses perencanaan ini. Adapun ruang lingkup kegiatan ini terdiri dari:

a. Indentifikasi Wilayah Studi

Indentifikasi wilayah studi ini merupakan proses mengartikan kawasan Kecamatan


Sungailiat bedasarkan aspek aspeknya masing masing untuk kemudian di analisis di
daerah kajian. Indentifikasi wilayah studi ini utamanya untuk mengindentifikasi potensi-
potensi ataupun masalah-masalah yang ada di lokasi studi yang dalam hal ini adalah
Kecamatan Sungailiat.

b. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi merupakan proses yang dilakukan dalam rangka
mencari input data yang diinginkan dan dibutuhkan untuk terjadinya analisis lanjutan
sebagai dasar-dasar dari analisis pada kegiatan studio proses perencanaan. Menurut
Dalam memperoleh data dan informasi ini dapat dilakukan dengan beberapa metode yang
ada, yaitu:

a. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan kegiatan dimana pengumpulan data dilakukan


dengan pengamatan secara langsung pada objek-objek kajian pada daerah yang masuk
pada ruang lingkup yang ada. Pengamatan yang dilakukan pada objek studi dilakukan
dengan dokumentasi seperi pengambilan foto dan video terhadap objek dalam lingkup
wilayah sesuai dengan aspek-aspek masing masing.

b. Kuesioner

Kuisioner dalam hal ini merupakan salah satu metode dalam pengumpulan data
yang ada pada wilayah studi bedasarkan aspek aspek yang ada. Kuesioner dilakukan
dengan tanya jawab secara fisk/langsung tertulis dan/atau menggunakan google form
kepada.

c. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dimana terdapat proses


interaksi komunikasi antara dua pihak atau lebih, di mana satu pihak bertindak
sebagai pewawancara dan pihak lainnya sebagai narasumber atau responden. Adapun
yang bertindak sebagai narasumber dalam hal ini adalah tokoh tokoh masyarakat,
dinas, dan masyarakat sekitar ruang lingkup wilayah tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi, pemahaman, atau pandangan dari narasumber
mengenai suatu topik atau isu tertentu yang berkaitan dengan aspek aspek yang ada
pada ruang lingkup wilayah.

d. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan metode pengumpulan data dan informasi yang ada
pada dokumen dokumen baik itu dari dinas-dinas, lembaga-lembaga berwenang
secara sekunder yang memiliki validitas secara akademis sesuai dengan aspek masing
masing.

e. Pemetaan

Pemetaan dalam hal ini merupakan metode pengumpulan data dan informasi baik
secara sekunder ataupun primer melalui pemetaan secara titik titik lokasi memalui
perangkat yang ada ataupun data data sekunder dari pihak yang memiliki validitas
secara akademis.

c. Pengolahan data

Pengolahan data sebagai tahap lanjutan dari pengumpulan data dan informasi yaitu
dimana data diolah untuk mendapatkan data data penting untuk dianalisis, pengolahan
data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan seperti berikut:

a. Klasifikasi data sesuai dengan pengelompokan jenis jenis data dengan ciri
yang sama
b. Pemilahan data sesuai dengan prioritas dan kepentingan masing masing
aspek dan tujuan serta luaran yang ingin dicapai
c. Kompilasi data dengan menggabungkan data denga nasal dan
karakteristiknya masing masing dalam sebuat table membentuk system
data.

d. Analisis Data

Analisis data dalam hal ini merupakan upaya menganalisis data data awal atau data
hasil kompilasi olahan data yang didapat baik secara primer atau sekunder dari pihak
pihak yang memiliki validitas dalam ranka mencari informasi sesuai tujuan masing
masing aspek.

e. Penyajian Hasil Analisis

Penyajian hasil analisis merupakan pemaparan hasil analisi data atau hasil akhir
berupa laporan akhir dan rekomendasi terhadap isu dan potensi yang ada bedasarkan
dengan seluruh aspek pada proses perencanaan pada ruang lingkup wilayah.

Analisis Fisik Dasar

Jen
Teknik
N is Sumber Alat
Data Pengumpu
o Dat Data Survey
lan Data
a
1. Aspek Fisik Dasar
Letak Survey
Dinas
Geografis Instansiona Kamera,
PUPR,
1. Dan S l, Pengganda
Kantor
Administ Obseravasi an
Kecamatan
rasi Lapangan

Peta
Dinas Survey
Kerja,Kam
PUPR ,BA Instansiona
Kondisi era,
2. S PPEDA, l,
Topografi
Badan Obseravasi Handy
Geologi Lapangan Cam,GPS
Peta
Geologi S Dinas Kerja,Kam
Survey
PUPR ,Din era,
Instansiona
as
3. 1. Jenis l, Handy
S Pertamban
Batuan Obseravasi Cam,GPS
gan, Badan
Lapangan
2. Sifat geologi
Batuan
Dinas
Peta
Kondisi PUPR,
S Kerja,Kam
Tanah BadanGeol
era
ogi,
1. Jenis Dinas Handy
S Survey
Tanah Pertanian Cam, GPS
Instansiona
4. 2. Sifat l,
Fisik Dan Obseravasi
S
Kimia Lapangan
Tanah
3.
S
Tekstur
4.
Struktur
S/
Hidrologi PDAM,
P
1.
S/ Dinas
Sumber
P PUPR
Mata Air Survey
Instansiona Kamera,
5. 2. l, Peta Kerja
Kedalam Obseravasi Dan GPS
S/
an Muka Lapangan
P
Air
Tanah
3.
S
Kualitas
Air
4. Pola
S/
Aliran
P
Air
5. Arah
Pergeraka
P
n Air
Sungai
6. DAS S
7. Jenis
Perairan
S/
(Danau,
P
Waduk,
Rawa)
8.
Vegetasi/
S/
Flora
P
Yang
Tumbuh
9.
Satwa S/
yang P
Hidup

10.
Konserva
si yang
dilakukan

6. Klimatol Survey Kamera,


S BMKG,
ogi Instansiona Pengganda
1. l, an
S/ Dinas Dokumenta
Curah
P PUPR si
Hujan
2.
Suhu S
Udara
3.
Kelemba
S
ban
Udara
4. S
Iklim
Berdasar
kan
Ketinggia
n
5.
Iklim
Berdasar
kan Letak
Geografis
Rawan
S /
Bencana BMKG,
P
Alam
1. BPBD,
S /
Gerakan Dinas
P
Tanah PUPR
2. Survey
S / Instansiona Kamera,
Gempa
7. Bumi P l, Pengganda
Dokumenta an
3. S / si
Tsunami P

4.
Dampak
Setelah
Terjadi

Analisis Fisik Binaan

2. Aspek Fisik Binaan/ TGL


Pola
Bappeda
Pemanfaatan S Peta Kerja,
,
Lahan

1. Jenis-
Jenis
Penggunaan
ATR/
Lahan S Survey Kamera
BPN,
(Terbangun/ Instansion
1 Non
al,
. Terbangun)
Observasi
Lapangan
Dinas
2. Luas
PUPR,
Tiap Jenis Handy
S Dinas
Penggunaan Cam
Kehutan
Lahan
an

3. Pola
S GPS
Penyebaran
4. Jenis
S
Hutan
( Mangrove,
/
Lindung,
P
Produksi)

5. S
Vegetasi/
Flora Yang /
Tumbuh P
S
6. Satwa
Yang Hidup /
P

7.
Konservasi
Yang
Dilakukan

Kecenderun Bappeda
, Survey
gan
Instansion Pengganda
2 Perubahan ATR/
S al, an,
. Lahan BPN,
Dokument Kamera
(Time Dinas asi
Series) PUPR

Analisis Sarana dan Prasarana

3. Sarana dan Prasarana


Penggand
S aan,
Sarana Panduan
Observasi
Ekonomi / / Wawanca
,
Perdagangan ra,
Kantor Kuesioner
P Kuisioner,
Kecamata ,
Kamera,
n, Wawanca
1. 1. Jenis Masyarak ra,
Fasilitas at Desa, Dokument
Perdagangan Wawanca asi,
(Pasar, ra Survey Peta Kerja
Toko, Instansion
Warung, al
Dll.)
2. Jumlah S
Fasilitas /
Perdagangan
P

3. Kondisi
Fasilitas P
Perdagangan

Penggand
S aan,
Panduan
Sarana
/ Wawanca
Pendidikan
ra,
P Kuisioner,
Kamera,
Observasi
1. Jenis Kantor ,
Fasilitas Kepala Kuesioner
Pendidikan Desa, ,
(TK, SD, Masyarak Wawanca Peta Kerja
2. SLTP, SMU, at Desa, ra,
Perguruan Kantor Dokument
Tinggi, Dll.) Kecamata asi,
n, BPS, Survey
S Bappeda Instansion
2. Jumlah al
Fasilitas /
Pendidikan
P

3. Kondisi
Fasilitas P
Pendidikan

Kantor Observasi Penggand


S Kepala , aan,
Desa, Kuesioner Panduan
Sarana
3. / Masyarak , Wawanca
Peribadatan
at Desa, Wawanca ra,
P Kantor ra, Kuisioner,
Kecamata Dokument Kamera,
1. Jenis
Fasilitas
Peribadatan
(Mesjid, Peta Kerja
Gereja,
Vihara,
Pura, Dll.)
asi,
S n, BPS, Survey
2. Jumlah Bappeda Instansion
Fasilitas / al
Peribadatan
P

3. Kondisi
Fasilitas P
Peribadatan

Penggand
S aan,
Sarana
Panduan
Pemerintaha
/ Wawanca
n Dan
ra,
Kebudayaan
P Kuisioner,
Kamera,

1. Jenis
Fasilitas Observasi
Pemerintaha Kantor ,
n Dan Kepala Kuesioner Peta Kerja
Kebudayaan Desa, ,
(Kantor Masyarak Wawanca
4. Lurah, Balai at Desa, ra,
Desa) Kantor Dokument
Kecamata asi,
2. Jumlah S n, BPS, Survey
Fasilitas Bappeda Instansion
Pemerintaha / al
n Dan
Kebudayaan P

3. Kondisi
Fasilitas
Pemerintaha
n Dan
Kebudayaan

P
Penggand
S aan,
Sarana
Panduan
Perekonomia
/ Wawanca
n Dan
ra,
Keuangan
P Kuisioner,
Kamera,
Observasi
1. Jenis Kantor ,
Fasilitas Kepala Kuesioner
Perekonomia Desa, ,
n (Pasar, Masyarak Wawanca Peta Kerja
5. Toko, at Desa, ra,
Warung, Kantor Dokument
Bank, Dll.) Kecamata asi,
n, Survey
S Bappeda Instansion
2. Jumlah
Fasilitas al
/
Perekonomia
n
P
3. Kondisi
Fasilitas
P
Perekonomia
n
6. Dinas Observasi Penggand
S PUPR, , aan,
Kantor Kuesioner Panduan
Sarana
/ Kepala , Wawanca
Perumahan Desa, Wawanca ra,
P Masyarak ra, Kuisioner,
at Desa, Dokument Kamera,
Kantor asi,
1. Jenis Kecamata Survey
Fasilitas n, BPS, Instansion
Perumahan Bappeda al
(Permanent,
Peta Kerja
Semi-
Permanent,
Temporer,
Dll.)

2. Jumlah S
Fasilitas
Perumahan /

P
3. Kondisi
Bangunan/ P
Perumahan

Penggand
S aan,
Sarana
Panduan
Rekreasi
/ Wawanca
Dan Olah
ra,
Raga
P Kuisioner,
Dinas Kamera,
1. Jenis Pendidika
Observasi
Fasilitas n,
,
Rekreasi Kepemud
Kuesioner
Dan Olah aan Dan
, Peta Kerja
Raga Olahraga ,
Wawanca
Kantor
7. (Gedung ra,
Olah Raga, Kepala
Dokument
Dll.) Desa,
asi,
Masyarak
2. Jumlah S at Desa, Survey
Fasilitas Instansion
Kantor
Rekreasi / Kecamata al
Dan Olah n
Raga P
3. Kondisi
Fasilitas
Rekreasi P
Dan Olah
Raga
Dinas Observasi Penggand
Sarana
S Perumaha , aan,
Pertamanan,
n, Kuesioner Panduan
Pemakaman
8. / Kawasan , Wawanca
Dan Ruang
Pemukim Wawanca ra,
Terbuka
P an dan ra, Kuisioner,
Hijau
Pertanaha Dokument Kamera,
1. Jenis
Fasilitas
Pertamanan,
Pemakaman
Dan Ruang
Terbuka Peta Kerja
Hijau (Hutan
Lindung,
Pemakaman,
Taman Desa,
Dll.)
n, Kantor
Kepala
2. Jumlah Desa, asi,
Fasilitas Masyarak Survey
Pertamanan, at Desa, Instansion
Pemakaman Kantor al
Dan Ruang Kecamata
Terbuka n, BPS
Hijau

3. Kondisi
Fasilitas S
Pertamanan,
Pemakaman /
Dan Ruang
Terbuka P
Hijau

P
Dinas Observasi Penggand
S Pariwisata , aan,
dan Kuesioner Panduan
Sarana
9. / Kebudaya , Wawanca
Pariwisata
an, Wawanca ra,
P Kantor ra, Kuisioner,
Kepala Dokument Kamera,
1. Jenis
Fasilitas
Pariwisata
(Tempat Peta Kerja
Parkir,
Toilet
Desa,
Umum Dll.)
Masyarak asi,
S at Desa, Survey
2. Jumlah Kantor Instansion
Fasilitas / Kecamata al
Pariwisata n, BPS
P

3. Kondisi
Fasilitas P
Pariwisata

1 Kantor Dokument Penggand


0. Kepala asi, aan,
Desa, Survey Panduan
Jaringan Air
P PDAM Instansion Wawanca
Bersih BPS, al ra,
Bappeda Kuisioner,
Kamera,
S
1. Sumber
/ GPS,
Air Bersih
P
S
2. Cadangan
/ Peta Kerja
Air
P
3. Sistem S
Penyediaan
Air Bersih /

P
4. Berapa
Besar Biaya
Pembanguna
n Yang
Diperlukan
Untuk
Keperluan
Fasilitas Air
Bersih

Dinas
Jaringan
P PUPR ,O
Drainase
bservasi,

1. Luas Masyarak
P
Penampang at Desa

2. Bentuk
P
Konstruksi

3. Sistem Observasi
Penanganan P ,
Banjir Penggand
Kuesioner
aan,
,
Panduan
Wawanca
1 4. Berapa Wawanca
ra,
1. Besar Biaya ra,
Dokument
Pemeliharaa Kuisioner,
n Drainase asi,
Kamera
Survey
Dan GPS
Instansion
al
5. Berapa
Besar Biaya
Pembanguna
n Yang
Diperlukan P
Untuk
Membuat
Jaringan
Drainase

Jaringan
S PLN, Observasi Penggand
Listrik Kantor , aan,
1 1. Sistem
2. Jaringan S Kepala Kuesioner Panduan
Desa, , Wawanca
2. Jumlah S Masyarak Wawanca ra,
Gardu
S
3. Kapasitas
Pelayanan /
Gardu
P

4. Berapa at Desa, ra, Kuisioner,


Besar Biaya Kantor Dokument Kamera
Untuk Kecamata asi, Dan GPS
Pembanguna n Survey
n Fasilitas Instansion
Listrik al

PLN,
Kantor
Kepala
Jaringan Desa,
Telekomuni Masyarak
S
kasi/ at Desa,
Telepon Kantor
Kecamata
n, BPS,
Bappeda, Observasi
1. Sistem PT ,
S
Jaringan Telkom Kuesioner Penggand
2. Jumlah , aan,
S
STO Wawanca Panduan
1
S ra, Wawanca
3.
3. Kapasitas Dokument ra,
Pelayanan / asi, Kuisioner,
Masyarakat Survey Kamera
P Instansion
al

4. Berapa
Besar Biaya
Untuk
Pembanguna
n Fasilitas
Telekomuni
kasi

1 Persampaha S Dinas Observasi Penggand


4. n Lingkung , aan,
1. Sistem
Pengangkuta
S
n Dan
Pengelolaan

2. Volume
S
Sampah
S an Hidup, Kuesioner
Kantor
3. Lokasi ,
/ Kepala Wawanca Panduan
Pembuangan Desa,
ra, Wawanca
P Masyarak Dokument ra,
at Desa,
4. Jumlah asi, Kuisioner,
Kantor
Sarana Survey Kamera
Kecamata
Pembuangan Instansion
n, BPS,
al
Bappeda
5. Berapa
Besar Biaya S
Untuk
Pembanguna /
n Fasilitas
Persampaha P
n

Jaringan
S
Irigasi
1. Sistem
S
Jaringan
Dinas
2.
S Pertanian Observasi
Sebarannya dan ,
Pangan, Kuesioner Penggand
3. Sumber Kantor , aan,
Pengairan S Kepala Wawanca Panduan
1 Irigasi
Desa, ra, Wawanca
5.
Masyarak Dokument ra,
4. Berapa at Desa, asi, Kuisioner,
Besar Biaya Kantor Survey Kamera
Untuk Kecamata Instansion
Pemeliharaa n, BPS, al
n Fasilitas Bappeda
Jaringan
Irigasi
5. Berapa
Besar Biaya
Untuk
Pembanguna S
n Fasilitas
Jaringan
Irigasi

Jaringan
Jalan
Berdasarkan P
Klasifikasi
Jalan*

Dinas
1. Status Observasi Penggand
Perhubun
(Nasional, , aan,
1 gan,
Propinsi, Dokument Kamera,
6. Dinas
Kota) asi, Panduan
PUPR,
Survey Observasi
Observasi
2. Fungsi
(Arteri,
Kolektor, P
Lokal,
Lingkungan)

Analisis Demografi Kependudukan dan Sosial Budaya

4. Aspek Demografi Kependudukan Dan Sosial Budaya

Jumlah Dan
Penyebaran S
Penduduk

Pengganda
Dinas
an,
1. Jumlah Kependudukan dan
S Panduan
Penduduk Catatan Sipil, Survey Instansional,
1. Wawancar
Kantor Kelurahan, Observasi
a,
2. Ratio Kantor Kecamatan,
S BPS Kuisioner,
Penduduk Kamera

3. Pola
Penyebaran
Penduduk
Laju
Pertumbuhan S
Penduduk Pengganda
Dinas
an,
Kependudukan dan
Panduan
Catatan Sipil, Survey Instansioanal,
2. 1. Angka Wawancar
S Kantor Kelurahan, Kuesioner
Kelahiran a,
Kantor Kecamatan,
Kuisioner,
BPS
Kamera
2. Angka
Kematian

Struktur/
Komposisi S
Penduduk

1.
Berdasarkan
Jenis
Kelamin

2.
Berdasarkan
S
Status
Perkawinan Dinas
Pengganda
Kependudukan dan
an,
Catatan Sipil, Survey Instansional,
3. 3. Lembar
Kantor Kelurahan, Observasi,
Berdasarkan Observasi,
Kantor Kecamatan,
Kelompok Kamera
BPS
Umur

4.
Berdasarkan
Tingkat
Pendidikan

5.
Berdasarkan
S
Agama/
Kepercayaan
6.
Berdasarkan
Mata
Pencaharian

7.
Berdasarkan
S
Asal – Usul
Daerah

8.
Berdasarkan
Struktur
Pendapatan

9.
Berdasarkan
Jumlah S
Kepala
Keluarga

10.
Berdasarkan
Penduduk
Buta Huruf

11.
Berdasarkan
Jumlah S
Penganggura
n

S
Pengganda
Dinas
an,
Kependudukan dan
Panduan
Kepadatan Catatan Sipil,
4. S Survey Instansional Wawancar
Penduduk Kantor Kelurahan,
a,
Kantor Kecamatan,
Kuisioner,
BPS
Kamera

Migrasi Pengganda
S Dinas an,
Penduduk Kependudukan dan
Wawancara, Panduan
Catatan Sipil,
5. Observasi, Wawancar
Kantor Kelurahan,
Dokumentasi a,
1. In Kantor Kecamatan,
S BPS Kuisioner,
Migrasi Kamera
2. Out
Migrasi

Laju
Perpindahan S
Penduduk

1. Daerah
Tujuan Pengganda
S Dinas
Perekonomia an,
n Kependudukan dan
Panduan
Catatan Sipil, Survey Instansional,
6. Wawancar
Kantor Kelurahan, Wawancar
2. Alasan a,
Kantor Kecamatan,
Melakukan S BPS Kuisioner,
Pergerakan Kamera

3. Pola
Pergerakan
Penduduk

7. Rumah Adat P Dinas Pariwisata Observasi, Panduan


1. Ciri Dan
S
Bentuk
Rumah/
/
Bangunan Di
P
Desa

S dan Kebudayaan, Wawancar


Kantor Kelurahan Wawancara, a,
2. Jumlah
/ Dan Kecamatan, Konsumsi Kuisioner,
P Masyarakat Desa Kamera

3. Tahun
Pembanguna
n Rumah
Adat

Musyawarah
P
Adat

1.
Intensitas
Terjadi P
Musyawarah
Adat

2. Tempat
Terjadi
Musyawarah P
Adat Dinas Pariwisata Panduan
Dilakukan dan Kebudayaan, Observasi, Wawancar
8. Kantor Kelurahan Wawancara a,
Dan Kecamatan, Dokumentasi Kuisioner,
3. Masyarakat Desa Kamera
Pemimpin
Dalam P
Musyawarah
Adat

4.
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Musyawarah
Adat
5.
Kegiatan
Yang Biasa
Dilakukan
Dalam
Musyawarah
Adat

6. Waktu
Pelaksanaan
Dan
P
Lamanya
Musyawarah
Adat

P
Gotong
P
Royong

1.
Intensitas
Kegiatan
Gotong
Royong Dinas Pariwisata Panduan
Dilaksanakan dan Kebudayaan, Observasi, Wawancar
9. Kantor Kelurahan Wawancara, a,
Dan Kecamatan, Dokumentasi Kuisioner,
2. Masyarakat Desa Kamera
Partisipasi
Masyarakat
Dalam P
Kegiatan
Gotong
Royong
3. Jenis
Kegiatan
Yang
Dilakukan
Pada
Kegiatan
Gotong
Royong

4. Waktu
Pelaksanaan
Dan
P
Lamanya
Kegiatan
Bersama

P
Sangsi Adat P

1. Sangsi
Yang Biasa
Diberikan
Apabila Dinas Pariwisata Panduan
Seseorang dan Kebudayaan, Observasi, Wawancar
1
Kantor Kelurahan Wawancara, a,
0. Melanggar
Hukum Adat Dan Kecamatan, Dokumentasi Kuisioner,
Masyarakat Desa Kamera

2. Denda
Adat Yang P
Dibebankan

1 Upacara Adat P Dinas Pariwisata Observasi, Panduan


1.
Intensitas
Kegiatan
Upacara Adat
Dilaksanakan

2. Tempat
Pelakasanaan
P
Kegiatan
Upacara Adat

3.
Pemimpin
Dalam
Kegiatan dan Kebudayaan, Wawancar
Kantor Kelurahan Wawancara, a,
1. Upacara Adat
Dan Kecamatan, Dokumentasi Kuisioner,
Masyarakat Desa Kamera

4.
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Kegiatan P
Upacara Adat
Atau
Peringatan
Tertentu

5. Jenis
Kegiatan
Yang
P
Dilakukan
Dalam
Upacara Adat
6. Waktu
Pelaksanaan
Dan
Lamanya
Kegiatan
Upacara Adat

7. Apakah
Anda
Mengenal
Adanya P
Larangan
Pergi Di Hari
Tertentu

P
Keagamaan S
(NU,
Muhammadi /
yah) P

1.
Munculnya
P
Organisasi
Keagamaan Panduan
Dinas Pariwisata
Wawancar
dan Kebudayaan, Observasi,
1 a, Lembar
Kantor Kelurahan Wawancara,
2. 2. Asal Observasi,
P Dan Kecamatan, Dokumentasi
Kuisioner,
Anggota Masyarakat Desa
Kamera
3. Jumlah
P
Anggota

4.
Pemimpin P
Keagamaan
5. S
Kelompok
Yang Paling /
Dominan P

6. Waktu
Pelaksanaan
Dan Tempat
Pelaksanaan
Kegiatan

7. Jenis
Kegiatan
P
Yang
Dilakukan

8.
Partisipasi
Masyarakat
Terhadap P
Adanya
Perkumpulan
Tersebut

9. Peranan
Struktur
Organisasi

/
P
S Dinas Pariwisata Panduan
Struktur Observasi,
1 dan Kebudayaan, Wawancar
Organisasi Wawancara,
3. / Kantor Kelurahan a,
Masyarakat Dokumentasi
P Dan Kecamatan, Kuisioner,
1.
Munculnya
Karang
Taruna, Ibu
PKK/ Ibu-Ibu
Pengajian,
Koperasi

2. Asal
P
Anggota

3. Jumlah
P
Anggota

4.
Pemimpin P
Organisasi

Masyarakat Desa Kamera


5. Waktu
Dan Tempat
Pelaksanaan
Kegiatan

6. Jenis
Kegiatan
Yang
Dilakukan

7.
Partisipasi
Langsung
Masyarakat
P
Terhadap
Adanya
Organisasi
Tersebut
8. Peranan
Struktur
Organisasi

/
P

/
P
Nilai Dan
Kebudayaan P
Sosial

1.
Kesenian
Yang
Terdapat Di
Daerah Ini Panduan
Kantor Kelurahan
Observasi, Wawancar
1 Dan Kecamatan,
Wawancara, a,
4. Masyarakat Desa,
Dokumentasi. Kuisioner,
Dinas Sosial
2. Adat Kamera
Istiadat Yang
Masih
Dipegang
Teguh Oleh
Penduduk
Setempat
3.
Kebiasaan
Yang Wajib
Dilakukan
(Misalnya
Larangan Di
Hari Tertentu
Bagi
Perempuan
Untuk Tidak
Pergi Keluar
Rumah)

4.
Kegiatan
Umum Yang
Melibatkan
Peran Serta P
Masyarakat
Dalam
Pembanguna
n

P
1 Masalah Kantor Kelurahan Observasi, Wawancar
P
5. Sosial Dan Kecamatan, Wawancara, a,
1.
Tindakan
Kriminalitas

2.
Lingkungan
P
Masyarakat
Kumuh

3. Hak
Anak-Anak
Terlantar Dan Masyarakat Desa,
Tuna Susila Dokumentasi
Dinas Sosial, LSM

4.
Pengaruh
Pengganggur
an Pada
Lingkungan
Sekitar

Sosial Observasi,
P
Budaya Wawancara,

1. Bahasa Kantor Kelurahan


1 Yang Dan Kecamatan, Wawancar
Dokumentasi
6. Digunakan Masyarakat Desa, a,
Sehari-Hari Dinas Sosial, LSM

2. Suku
Yang
Mendominasi
3.
Organisasi
Atau
Lembaga
Untuk
Menampung
Aspirasi
Masyarakat

4.
Pekerjaan
P
Yang Paling
Mendominasi

5. Potensi
Budaya Yang
Menjadi Aset
Wisata

6. Tujuan
Pasar Dari
Hasil Karya
Masyarakat

7.
Tanggapan
Masyarakat
Terhadap
P
Masuknya
Orang Asing
Dari Luar
Daerah

/
P

Analisis Perekonomian

5. Aspek Perekonomian
1. Sektor
A Primer

Dinas
Pertanian dan
Pangan,
1.A.1
S Kantor
Pertanian
Kelurahan Dan
Kecamatan,
BPS, BPN,

Luas
Masyarakat
Areal
Desa
Persawahan
Pengganda
Jenis an,
Survey
Tanaman Panduan
Instansion
Pertanian Wawancar
al,
a,
Observasi,
S Kuisioner,
Pengaira Kamera
/
n/ Irigasi
P
Jalur
Distribusi
Hasil
Pertanian

Lokasi
Lahan P
Pertanian

P
S
/
P

Dinas
Pertanian dan
Pangan,
S
1.A.2 Kantor
/
Peternakan Kelurahan,
P
Kantor
Kecamatan,
BPS, BPN,

Jenis Masyarakat Pengganda


Peternakan Desa, an,
Survey
Panduan
Instansion
Jumlah Wawancar
S al,
Peternakan a,
Observasi,
Kuisioner,
Pemasar Kamera
an
Keuntun
P
gan
Sumber
P
Modal
Lokasi
P
Peternakan
S
/
P
Kantor
1.A.3
S Kelurahan
Perikanan
/ Dan
(Sumber
P Kecamatan,BP
Daya Laut)
S,
Pengganda
Jenis an,
Survey
Ikan Yang Masyarakat Panduan
Instansion
Dibudidaya Desa Wawancar
al,
kan a,
Observasi,
Kuisioner,
Dinas Kamera
Jenis
Perikanan/
Penyakit
Kelautan

Sistem
P
Pemasaran
Keuntun
P
gan
Modal
Lokasi P
P
S
/
P
1. Sektor
B Sekunder

1.B.1 S
Industri /
Pengolahan P
Dinas Tenaga
Pengganda
Kerja,
S an,
Jenis Perindustrian Survey
/ Panduan
Industri dan Instansion
P Wawancar
Perdagangan , al,
S a,
Kantor Observasi,
Lokasi / Kuisioner,
Kelurahan Dan
P Kamera
Kecamatan
S
Bahan
/
Baku
P
Modal
1. Sektor
C Tersier

Kantor Pengganda
Survey
Kelurahan an,
1.C.1 Jasa Instansion
S Dan Panduan
Pelayanan al,
/ Kecamatan, Wawancar
Listrik, Gas Observasi,
P Masyarakat a,
Dan Air Dokument
Desa, PLN, Kuisioner,
asi
PDAM Kamera

Pengganda
Kantor
an,
1.C.2 Jasa Kelurahan
S Survey Panduan
Bangunan Dan
/ Instansion Wawancar
Dan Kecamatan,
P al, a,
Konstruksi Masyarakat
Kuisioner,
Desa
Kamera
1.C.3 Dinas Tenaga Survey Pengganda
Perdaganga Kerja, Instansion an,
n, S/ Perindustrian al, Panduan
Penginapan P dan Observasi, Wawancar
Dan Perdagangan, Dokument a,
Restoran Dinas asi Kuisioner,
Jenis
Perdaganga
n,
Penginapan Pariwisata dan
Dan Kebudayaan,
Restoran Kantor
Kelurahan
Dan Kamera
Lokasi Kecamatan,
Perdaganga BPS, BPN,
n, S/ Masyarakat
Penginapan P Desa,
Dan
Restoran

Kantor
Kecamatan,
Survey
Dinas Tenaga
Instansioa Pengganda
Perkemban Kerja,
2. S nal. an,
gan PDRB Perindustrian
Wawancar Kamera
dan
a,
Perdagangan,
BPS

Dinas Tenaga
Survey Pengganda
Kerja,
Instansion an,
Pola Perindustrian
al, Panduan
Koleksi dan
3. S Wawancar Wawancar
Dan Perdagangan,
a, a,
Distribusi Kantor
Dokument Kuisioner,
Kecamatan,
asi Kamera
BPS

Observasi, Pengganda
Wawancar an,
Pola a, Survey Panduan
Masyarakat
4. Konsumsi S Instansion Wawancar
Desa
Masyarakat al, a,
Dokument Kuisioner,
asi Kamera

Analisis Transportasi

6. Aspek Transportasi
1. Jaringan Kantor Survey Instansional Pengganda
P
A. Jalan Dan Kelurahan Observasi, an,
, Kantor
Kecamata
Transport
n, Dinas
asi
PUPR,
Bappeda,
S
Dinas
Lebar
Perhubun
Jalan /
gan
P
Panjan
P
g Jalan
S
Kondis
i Jalan /
P Panduan
S Wawancar
Wawancara,
Kelas a,
Dokumentasi.
Jalan / Kuisioner,
P Kamera
S
Tipe
Jalan /
P
Status
P
Jalan
S
Titik
Lokasi /
P
Jalur
Penyebar
an Jalan

S Kantor
Survey Instansional
Terminal Kelurahan Observasi,
/ ,
Wawancara, Pengganda
P Masyarak
an,
at Desa,
Panduan
1. S Kantor Wawancar
B Peran Kecamata
Dokumentasi a,
Terminal / n, Kuisioner,
P Bappeda, Kamera
S Dinas
Fungsi Perhubun
Terminal / gan
P
Jenis
P
Angkutan
Fungsi
Pelayana
n

Survey Instansional
Angkutan
P Observasi,
Umum
Wawancara,

S
Jenis Pengganda
Dokumentasi
Angkutan / Masyarak an,
P at Desa, Panduan
2. Bappeda,
Rute Wawancar
A P Dinas
Angkutan a,
Perhubun
Kuisioner,
Kondis gan
Kamera
i P
Angkutan
Jumlah
P
Angkutan
Jam
Operasio
nal

Survey Instansional
Angkutan
P Observasi,
Pribadi
Wawancara,

Pengganda
S Masyarak
an,
Jenis at Desa,
Dokumentasi Panduan
2. Angkutan / Bappeda,
Wawancar
B P Dinas
a,
Rute Perhubun
P gan Kuisioner,
Angkutan Kamera
Kondis
i P
Angkutan
Jumlah
P
Angkutan
Jam
Operasio
nal

S
Survey Instansional
Angkutan
Observasi,
Barang /
Wawancara,
P

Jenis Pengganda
P Masyarak Dokumentasi
Angkutan an,
at Desa,
Panduan
2. Rute Bappeda,
P Dinas Wawancar
C Angkutan a,
Perhubun
Kondis Kuisioner,
gan
i P Kamera
Angkutan
Jumlah
P
Angkutan
Jam
Operasio
nal

Ojek, S
Survey Instansional
Becak,
Observasi,
Dan /
Wawancara,
Delman P
Wawancar
Masyarak
2. a,
D Rute P at Desa, Dokumentasi Kuisioner,
Observasi
Kondis Kamera
i
Jumlah P
Jam
Operasio P
nal

Kantor
Kapal
Kelurahan Survey Instansional Pengganda
Dan
P , Observasi, an,
Kereta
Masyarak Wawancara, Panduan
2. Api
at Desa, Wawancar
E
Kantor a,
S Kecamata Kuisioner,
Jenis n, BPS, Dokumentasi Kamera
/ Bappeda
P
Rute P
S
Kondis
i /
P
Jumlah P
Jam
Operasio
nal

Pengganda
Pola Survey Instansional an,
Pergerak Observasi, Panduan
BPS,
3. an Orang P Wawancara, Wawancar
Bappeda
Dan a,
Barang Kuisioner,
Dokumentasi Kamera

Observasi Observasi, Survey


Traffic Pengganda
P , Dinas Instansional,
counting an,
PUPR, Wawancara,
Panduan
4. Wawancar
Dinas a,
Arus
P Perhubun Dokumentasi Kuisioner,
Menerus
gan Kamera
Arus
Lokal

Analisis Kelembagaan Kebijakan dan Keuangan

7. Aspek Kelembagaan, Kebijakan, Dan Keuangan


S
Kelembaga
an
/
Pemerintah
P
A.Jenis- Kantor
Jenis P Kecamat
Lembaga an, Dokumenta
Kamera,
1 B.Struktur Pemda, si, Survey
Pengganda
. Kelembaga P Lembaga Instansiona
an
an - l
Lembaga
S
C.Fungsi Terkait
Dan
/
Wewenang
P
D. Kinerja
E. Program
Kerja
S
Kelembaga
an Non
/
Pemerintah
P
A.Jenis-
Jenis P Kantor
Lembaga Kecamat
B.Struktur an, Dokumenta
Kamera,
2 Kelembaga P Pemda, si, Survey
Pengganda
. an Lembaga Instansiona
an
- l
S
C.Fungsi Lembaga
Dan Terkait
/
Wewenang
P
E.Kinerja
F. Program
Kerja
Kebijaksan
aan
S Pemda,
Makro /
Kantor
Regional
Kecamat Dokumenta
1. Kamera,
3 an, si, Survey
Pengganda
. Kebijakan S Kantor Instansiona
Spatial an
Kepala l
2. Rencana/ Desa,
Kebijakan Bappeda
Sektoral

Kebijaksan
aan Mikro / S Pemda,
Lokal Kantor
Kecamat Dokumenta
1. Kamera,
4 an, si, Survey
Kebijakan S Pengganda
. Kantor Instansiona
Spatial an
Kepala l
2. Rencana/ Desa,
Kebijakan Bappeda
Sektoral
Kebijaksan Pemda,
aan Kantor Tabulasi, Dokument
S
5 Pembangun Kecamat Grafik, asi, Survey
. an an, Laporan, Instansion
1. Kantor Foto al
S
RTRWN Kepala
2.
RTRW S
Kab
3. RPJP,
S
RPJM

Desa,
4.
Bappeda
Rencana-
Rencana
Relevan
Lainnya

BPK,
Pemda,
Kantor Tabulasi, Dokument
6 Sumber Kecamat Grafik, asi, Survey
S
. Penerimaan an, Laporan, Instansion
Kantor Foto al
Kepala
Desa
Jenis-Jenis
Pengeluara S
n BPK,
Pemda,
1. Kantor Tabulasi, Dokument
7 Pengeluara S Kecamat Grafik, asi, Survey
. n Rutin an, Laporan, Instansion
2. Kantor Foto al
Pengeluara Kepala
n Desa
Pembangun
an

1.5 Sistematika Laporan

Sistematika penulisan pada pembuatan laporan propasal teknis ini terdapat 5 bab,
yaitu pendahuluan, tinjauan kebijakan dan teori, profil wilayah, analisis wilayah perencanaan,
dan terakhir beisi isu, tujuan dan gagasan wilayah perencanaan.

BAB l PENDAHULUAN

Bab ini berisikan hal-hal dasar yaitu membahas mengenai latar belakang, tujuan dan
sasaran, luaran yang diharapkan, ruang lingkup, sistematika laporan. Bab ini secara umum
membahas apa dan mengapa penelitian perlu dilakukan serta memberi gambaran mengenai
topik penelitian yang akan dilampirkan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN TEORI


Bab ini membahas mengenai kebijakan pembangunan yang meliput pada RPJMD,
kebijakan spasial yang meliput RTWR, dan teori-teori aspek yang terkait.

BAB III PROFIL WILAYAH

Bab ini membahas mengenai wilayah-wilayah makro yang menyangkut kabupaten,


miso menyangkut wilayah pengembangan 1, mikro menyangkut kecamatan dengan masing-
masing aspek.

BAB IV ANALISIS WILAYAH PERENCANAAN

Bab ini membahas mengenai wilayah perencanaan, potensi wilayah perencanaan dan
permasalahan wilayah perencanaan yang meliputi aspek kelembagaan, kebijakan dan
pembiayaan, fisik dasar, tata guna lahan, kependudukan dan sosial budaya, perekonomian,
sarana dan prasarana, transportasi.

BAB V ISU, TUJUAN DAN GAGASAN WILAYAH PERENCANAAN.

Bab ini membahas mengenai isu wilayah perencanaan, tujuan wilayah perencanaan,
dan gagasan wilayab perencanaan yang dapat menyimpulkan isi penting dari hasil penelitian
ini.

LAMPIRAN

Pada lampiran dapat ditampilkan tampilan data data analisis berupa table tabel
ataupun foto foto hasil pengamatan secara survei dan data data lainnya.

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN DAN TEORI

2.1 Kebijakan Pembangunan

2.2 Kebijakan Spasial

2.2.1 Tujuan Kebijakan

Secara Umum sesuai dengan pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 1
Tahun 2013, Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan Kabupaten
Bangka sebagai pusat perdagangan dan industri yang diiringi oleh keterpaduan pemanfaatan
ruang darat, laut, dan udara dalam harmonisasi antara lingkungan alam dan buatan secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.2.2 Kebijakan Penataan Ruang


Kebijakan penataan ruang merupakan bentuk landasan dasar dari sebuah program kebijakan
pemerintah di bagian penataan ruang, kebijakan penataan ruang Kabupaten Bangka ini
tercantum pada pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 1 Tahun 2013, yaitu
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten meliputi:

a. peningkatan akses pelayanan kawasan perkotaan Sungailiat, Belinyu, dan PKLp Puding
Besar dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki

b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian

c. perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian pemanfaatan sumber daya serta


keterkaitan antar kegiatan budidaya menuju kesejahteraan rakyat

d. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

2.2.3 Strategi Penataan Ruang

Adapun strateri terkait penyelenggaraan kebijakan ini dari segi penataan ruang tercantum
pada pasal 7 dimana untuk Kebijakan mengacu dalam hal untuk meningkatkan akses
pelayanan kawasan perkotaan Sungai liat, Belinyu, dan PKLp pudding besar dilaksanakan
melalui strategi:

a. menjaga keterkaitan antara PKL dan PKLp Kabupaten dengan PKW, Ibukota Kecamatan,
Kelurahan/Perdesaan

b. mengembangkan dan mendorong pertumbuhan PKL, PKLp dan pusat pertumbuhan


Kecamatan

c. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam dan kegiatan budidaya
unggulan;

Untuk kebijakan terkait pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan secara ekonomi
dilakukan pada RTRW ini melalui strategi:

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Kabupaten

b. menciptakan iklim investasi yang kondusif

c. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan


strategis

d. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana wilayah penunjang kegiatan ekonomi

e. mengendalikan pertumbuhan ruang terbangun di pantai

f. mendorong kegiatan industri dan perdagangan

g. melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan strategis Kabupaten dan Provinsi.


Sedangkan untuk kebijakan terkait pengendalian dan pengaturan sumber daya alam serta
kegiatan budidaya hingga kesejahteraan masyarakat ini dilakukan melalui strategi:

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Kabupaten

b. menciptakan iklim investasi yang kondusif

c. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan


strategis

d. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana wilayah penunjang kegiatan ekonomi

e. mengendalikan pertumbuhan ruang terbangun di Pantai

f. mendorong kegiatan industri dan perdagangan

g. melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan strategis Kabupaten dan Provinsi.

Adapun kebijakan spasial yang berkaitan dengan fungsi dan pelestarian lingkungan hidup
berserta komponen-komponen di dalamnya ini dilakukan melalui strategi seperti:

a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Kabupaten

b. menciptakan iklim investasi yang kondusif

c. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan


strategis

d. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana wilayah penunjang kegiatan ekonomi

e. mengendalikan pertumbuhan ruang terbangun di Pantai

f. mendorong kegiatan industri dan perdagangan

g. melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan strategis Kabupaten dan Provinsi.

2.2.4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bangka

Rencana Struktur Ruang merupakan rencana yang berisi susunan pusat-pusat


permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki
hubungan fungsional.

Adapun terkait kebijakan kebijakan yang ada pada rencana struktur ruang pada
Kabupaten Bangka ini adalah sebagai berikut:

Sistem Jaringan Transportasi Wilayah Kabupaten

Pasal 12, kebijakan pengembangan jaringan Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
dikembangkan di Belinyu, Merawang dan Sungailiat.
Pasal 13, kebijakan Sistem jaringan transportasi perkotaan dikembangkan di Sungailiat,
Belinyu, dan Puding Besar

Pasal 15

Kebijakan Pengembangan dan Pembangunan Pelabuhan yaitu pengembangan pelabuhan


perikanan nusantara menjadi pelabuhan perikanan samudera di Sungailiat

-pembangunan pelabuhan baru di Kawasan Strategis Muara Sungai Baturusa dan Kawasan
Industri Belinyu

-pelabuhan pendaratan perikanan akan dikembangkan di Belinyu, Riau Silip, Sungailiat,


Merawang, Puding Besar dan Mendo Barat.

Pasal 16

a. kebijakan rencana peningkatan jaringan jalan dari kolektor sekunder menjadi kolektor
primer 2 terdiri dari

-rencana jaringan jalan Kace Timur - Tua Tunu (Kota Pangkalpinang),

-rencana jaringan jalan Penagan - Tanjung Tedung (Kabupaten Bangka Tengah.), jaringan
jalan Pasir Garam (Kabupaten Bangka Tengah) – Penagan.

b. kebijakan peningkatan jaringan kolektor sekunder terdiri dari peningkatan jaringan jalan
Baturusa - Jalan Lingkar Timur, peningkatan jaringan jalan Petaling - Simpang Balun Ijuk

c. kebijakan jaringan jalan lokal primer terdiri dari

-rencana jaringan jalan lingkar barat (Labuh Air Pandan - Kota Kapur),

-peningkatan jaringan jalan Simpang Gedung Juang - Lubuk Kelik - Air Bakung, peningkatan
jaringan jalan Air Layang – Pugul,

-peningkatan jaringan jalan Sempan – Mabat, peningkatan jaringan jalan Puding Besar -
Balun Ijuk, peningkatan jaringan jalan Banyu Asin - Tiang Tarah,

-peningkatan jaringan jalan Air Abik – Silip, peningkatan jaringan jalan Gunung Muda –
Tuing, rencana jaringan jalan Mendo - Tanah Bawah,

-rencana jaringan jalan Balau – Kotawaringin, rencana jalan lingkar kota Sungailiat (Air
Ruay - Jelutung), rencana jalan lingkar kota Belinyu.

D. kebijakan mengenai jaringan jalan lingkungan primer terdiri dari peningkatan jaringan
jalan Simpang Batu Rusa - Jalan Lingkar Timur, peningkatan jaringan jalan Air Kenanga –
Rebo – Jalan Lingkar Timur, peningkatan jaringan jalan Pugul – Tuing, peningkatan jaringan
jalan Saing - Kota Waringin – Sungai Dua, peningkatan jaringan jalan Sekolah Polisi Negara
(SPN) – Tua Tunu (Kota Pangkalpinang)

Sistem Jaringan Energi Wilayah Kabupaten


Pasal 19

Kebijakan terkait jaringan energi wilayah kabupaten yaitu

- pembangkit listrik sumber energi lainnya dikembangkan di seluruh kecamatan

- Kawasan pengaman di sekitar pembangkit tenaga listrik dan sepanjang jaringan tegangan
menengah, tinggi dan extra tinggi ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau tanpa bangunan.

Sistem Jaringan Telekomunikasi Wilayah Kabupaten

Pasal 20

Sistem jaringan telekomunikasi meliputi

-terestrial Darat meliputi sistem jaringan kabel, dan sistem jaringan radio gelombang mikro

-terestrial Laut meliputi sistem jaringan kabel tembaga dan sistem jaringan fiber optic; b.
sistem Satelit.

-Sistem jaringan telekomunikasi seperti yang dimaksud tersebar Kecamatan Sungailiat,


Belinyu, Riau Silip, Bakam, Puding Besar, Mendo Barat, Pemali dan Merawang.

Sistem Jaringan Sumber daya Air Wilayah Kabupaten

Pasal 21

Kebijakan Sistem Jaringan Sumber daya Air Wilayah Kabupaten

- pengelolaan wilayah sungai di Kecamatan Mendo Barat, Puding Besar, Bakam, Riau Silip,
Belinyu, Sungailiat dan Merawang,

- Peningkatan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan daerah irigasi di Kecamatan


Merawang, Riau Silip, Puding Besar, dan Mendo Barat

- pemanfaatan sumber air permukaan dan air tanah di seluruh wilayah Kabupaten secara
terbatas sebagai system pengelolaan air baku.

- pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana


pengamanan pantai di Kecamatan Sungailiat, Merawang, Riau Silip, Puding Besar, dan
Mendo Barat, dan Belinyu.

- perlindungan, pemeliharaan dan rehabilitasi rawa jeruk dan rawa menduk di Kecamatan
Puding Besar dan Mendo Barat sebagai system pengamanan rawa

Rencana Sistem Prasarana Lingkungan

Pasal 23

Kebijakan Sistem Penyediaan Air Minum dikembangkan


- SPAM Kabupaten di PKL Sungailiat, PKL Belinyu

- SPAM Ibukota Kecamatan di Kecamatan Bakam, Kecamatan Pemali, Kecamatan Mendo


Barat, Kecamatan Puding Besar, Kecamatan Riau Silip, Kecamatan Belinyu dan Kecamatan
Merawang

- SPAM Desa di seluruh desa dan kelurahan.

Pasal 24

Kebijakan Pengelolaan persampahan Kabupaten

- Pengelolaan persampahan Kabupaten dipusatkan di Sungailiat, Belinyu dan Puding Besar

- Pengelolaan Sungailiat mencakup Sungailiat dan Pemali, Belinyu mencakup Belinyu dan
Riau Silip, Puding Besar mencakup Puding Besar, Mendo Barat, Merawang dan Bakam.

- Sistem pengelolaan persampahan menggunakan sistem sanitary landfill

- Pengelolaan persampahan di kawasan peruntukan industri di Sungailiat, Merawang dan


Belinyu dilakukan secara mandiri oleh pengelola kawasan.

- Pengelolaan persampahan di kawasan peruntukan industri di Sungailiat, Merawang dan


Belinyu dilakukan secara mandiri oleh pengelola kawasan.

Pasal 25

- Strategi pengembangan sistem pengolahan air limbah terdiri dari Pembuatan Instalasi
Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) dan pembuatan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL),
serta pembuatan sanitasi limbah terpusat skala kawasan secara mandiri oleh swasta,
masyarakat dan/ atau pemerintah daerah.

- Pengolahan air limbah di kawasan peruntukan industri di Sungailiat, Merawang dan Belinyu
dilakukan secara mandiri oleh pengelola kawasan.

Pasal 26

Pengembangan drainase skala kabupaten dengan cara

- Saluran drainase pengumpul berfungsi sebagai pengumpul air hujan yang berasal dari blok-
blok kawasan permukiman, komersial, industri, dan saluran di tepi jalan

- Saluran drainase utama berfungsi sebagai saluran penyalur air hujan yang berasal dari
saluran drainase pengumpul.

2.2.5 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bangka

Kawasan Lindung

Pasal 29
- Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada memiliki luas lebih kurang 16.897,95
ha.

Pasal 30

- Sempadan pantai memiliki luas lebih kurang 963,43 ha dan tersebar di Kecamatan
Sungailiat, Belinyu, Bakam, Merawang, Mendo Barat, Puding Besar.

- Sempadan sungai memiliki luas lebih kurang 1.062,64 ha dan tersebar di Kecamatan
Sungailiat, Pemali, Belinyu, Riau Silip, Bakam, Merawang, Mendo Barat, Puding Besar.

- Kawasan sekitar danau/sempadan kolong memiliki luas lebih kurang 136,32 ha dan tersebar
di Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu, dan Merawang.

- Ruang terbuka hijau tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten yang memenuhi ketentuan
atau persetujuan bupati.

Pasal 31

- Kawasan hutan konservasi memiliki luas 15.619,51 ha yang terdiri dari kawasan hutan
suaka alam dan kawasan pelestarian alam.

- Kawasan pantai berhutan bakau memiliki luas lebih kurang 600 ha yang tersebar di
Kecamatan Sungailiat, Riau Silip, Belinyu, Bakam, Puding Besar, Mendo Barat, dan
Merawang.

- Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan memiliki luas lebih kurang 130,12 ha di
Kecamatan Mendo Barat.

Pasal 33

- Kawasan perlindungan plasma nutfah tersebar di Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Sungailiat,
Mendo Barat, Puding Besar dan Merawang.

- Kawasan terumbu karang tersebar di Kecamatan Sungailiat, Riau Silip, Belinyu, Merawang,
Mendo Barat dan Puding Besar.

Kawasan Budidaya

Pasal 35

- Kawasan peruntukan hutan produksi memiliki luas lebih kurang 68.563,10 Ha.

Pasal 36

- Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah memiliki luas lebih kurang 10.346,93 ha
dikembangkan di Kecamatan Riau Silip, Puding Besar, Mendo Barat, Merawang, Bakam
guna meningkatkan ketahanan pangan.

Pasal 37
- Kawasan peruntukkan pertanian lahan kering memiliki luas lebih kurang 4.873,94 ha
dikembangkan di Kecamatan Sungailiat, Riau Silip, Belinyu, Bakam, Puding Besar, Mendo
Barat, Pemali, Merawang.

Pasal 38

- Kawasan peruntukkan peternakan memiliki luas lebih kurang 700 ha dikembangkan di


Kecamatan Belinyu, Bakam, Mendo Barat, Riau Silip, Puding Besar, Merawang, dan Pemali
dan difungsikan untuk kegiatan budidaya ternak dan industri pengolahan hasil ternak.

Pasal 39

- Kawasan peruntukkan peternakan sebagaimana dimaksud dalam memiliki luas lebih kurang
700 ha dikembangkan di Kecamatan Belinyu, Bakam, Mendo Barat, Riau Silip, Puding
Besar, Merawang, dan Pemali dan difungsikan untuk kegiatan budidaya ternak dan industri
pengolahan hasil ternak.

Pasal 40

- Kawasan peruntukkan perkebunan rakyat memiliki luas lebih kurang 42.364.96 ha


dikembangkan di Kecamatan Bakam, Belinyu, Puding Besar, Mendo Barat, Pemali,
Sungailiat, Merawang, Riau Silip dan difungsikan hanya untuk kegiatan usaha budidaya
tanaman perkebunan dan pertanian rakyat yang tidak memerlukan perizinan.

Pasal 41

Kawasan peruntukkan perikanan memiliki luas lebih kurang 615,89 ha dikembangkan di


Kecamatan Bakam, Belinyu, Puding Besar, Mendo Barat, Pemali, Merawang, Riau Silip dan
Sungailiat serta difungsikan untuk kegiatan budidaya perikanan tambak air tawar, payau, air
laut dan industri pengolahan hasil perikanan.

Pasal 42

Kawasan peruntukkan pertambangan memiliki luas lebih kurang 28.441,33 ha dialokasikan di


seluruh wilayah daratan kabupaten yang berada dalam wilayah pertambangan dan
difungsikan sesuai dengan kriteria teknis nasional dan daerah.

- Kawasan peruntukan pertambangan rakyat memiliki luas lebih kurang 4.125 ha

Pasal 43

- Kawasan peruntukkan industri memiliki luas lebih kurang 983,13 ha dikembangkan di


Kecamatan Sungailiat, Belinyu, dan Merawang.

Pasal 44

- Kawasan peruntukkan pariwisata memiliki luas lebih kurang 348,23 ha dikembangkan di


Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu, Merawang, dan Mendo Barat.
- Kawasan peruntukan pariwisata yang belum termasuk sebagaimana pada ayat 1, antara lain
kawasan sepanjang pantai utara dan timur di wilayah daerah akan ditetapkan lebih lanjut
sesuai dengan perubahan penetapan peruntukan kawasan hutan.

Pasal 45

Kawasan peruntukkan permukiman perkotaan memiliki luas lebih kurang 9.680,43 ha berada
di Kecamatan Sungailiat, Pemali, Mendo Barat, Merawang dan Belinyu.

Pasal 46

Kawasan peruntukkan permukiman perdesaan memiliki luas lebih kurang 19.906,87 ha


berada di lingkungan perdesaan diseluruh wilayah Kecamatan.

Pasal 47

Kawasan peruntukkan hutan rakyat memiliki luas lebih kurang 13.894,97 ha dikembangkan
di Kecamatan Bakam, Belinyu, Puding Besar, Mendo Barat, Pemali, Merawang, Riau Silip,
Sungailiat difungsikan bagi kegiatan usaha tanaman kehutanan rakyat.

Pasal 48

- Kawasan peruntukkan lainnya memiliki luas lebih kurang 681,49 ha meliputi Kawasan
peruntukan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukkan pemakaman, kawasan peruntukkan
pertahanan dan keamanan.

- Kawasan peruntukkan pemakaman dikembangkan untuk pemakaman desa, Kecamatan, dan


Kabupaten.

- Kawasan peruntukan pemakaman Kabupaten dikembangkan di Kecamatan Sungailiat,


Merawang, Pemali dan Mendo Barat.

- kawasan peruntukkan pertahanan dan keamanan dikembangkan di Kecamatan Sungailiat.

2.2.6 Kawasan Strategis

Pasal 50

Kawasan strategis kabupaten ditetapkan berdasarkan

- kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu di Kawasan Industri Jelitik Sungailiat dengan luas
lebih kurang 326,4 ha, Kawasan Industri Muara Sungai Batu Rusa Air Anyir Merawang
dengan luas lebih kurang 528,08 ha, kawasan Industri Terpadu Teluk Kelabat Belinyu dan
Kecamatan Mendo Barat

- kepentingan sosial budaya meliputi Kota Baru Air Anyir dan Balun Ijuk dan Cagar Budaya
yaitu meliputi hinterland Kota Pangkalpinang, Kota Kapur dan Balun Ijuk

- kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu di Hutan Konservasi Gunung
Maras; d. Kawasan Agropolitan di Mendo Barat.
2.3 Teori Aspek Terkait

1. Aspek kelembagaan, kebijakan dan pembiayaan

Secara harfiah ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari kata policy science (Dror,
1968 : 6-8), sedangkan beberapa penulis besar dalam ilmu ini seperti, William Dunn, Charles
Jones, Lee Friedman, dan lain-lain menggunakan istilah public policy dan public policy
analysis. Dengan demikian perbedaan makna antara kebijaksanaan dan kebijakan tidak
menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang
relatif bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum (Abidin, 2006: 210).

“…behavioral consistency and revetitiveness associated with efforts in and through


government to resolve problem”(Charles, 1977) perilaku yang tetap dan berulang dalam
hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan
masalah umum.

Teknik perumusan kebijakan kreatif adalah bersifat inovatif atau merupakan terobosan-
terobosan baru yang berkaitan dengan intuisi, imajinasi, minat/keterampilan, sintesis dan
integrasi (Abidin, 2006: 149)

Teori Kelembagaan (Institutional Theory)

Scot dalam Hessels dan Terjesen (2008) menyatakan bahwa kelembagaan merupakan struktur
sosial yang telah mencapai ketahanan tertinggi dan terdiri daribudaya kognitif, normatif, dan
regulatif yang sarat dengan perubahan. Elemen-elemen ini secara bersama-sama
mempengaruhi kegiatan dan sumber daya untuk memberikan stabilitas dan makna bagi
kehidupan sosial.

Scott (2008) dalam

Villadsen (2011) menyatakan bahwa teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan peran dan
pengambilan keputusan dalam organisasi bahwa struktur, proses dan peran organisasi
seringkali dipengaruhi oleh keyakinan dan aturan yang dianut oleh lingkungan organisasi.

Menurut Kasmir, (2008:96) “pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BMT dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. “Pembiayaan adalah
suatu jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bagi hasil oleh peminjam sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati” (Hasibuan, 2007:87).

3. Aspek tata guna lahan

Teori Konsentris

Teori tata guna lahan ini disampaikan oleh E.W Burgess. Lewat analisis pada Kota Chicago
pada tahun 1925, Burgess merasa kalau sebuah kota mirip dengan dunia hewan yang
didominasi oleh spesies tertentu.
Begitu juga dengan perkotaan, di mana akan muncul pengelompokan jenis peruntukkan lahan
di daerah tertentu.

Teori Sektor

Teori tata guna lahan ini dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1913. Ia mengatakan
bahwa pola sektoral yang terdapat di suatu daerah bukanlah sesuatu yang terjadi secara
kebetulan. Alih-alih kebetulan, Hoyt merasa kalau asosiasi keruangan justru ditentukan oleh
penduduk berdasarkan suatu variabel. Variabel tersebut merupakan kecenderungan warga
untuk tinggal di pemukiman yang mereka anggap nyaman.

Teori Pusat Kegiatan Banyak

Teori tata guna lahan selanjutnya disampaikan oleh Harris dan Ulmann pada tahun 1945.
Mereka berpendapat kalau pusat kegiatan publik tidak harus selalu berada di tengah, tetapi
membentuk persebaran yang teratur dan menghasilkan pola keruangan yang khas.

Teori Nilai Lahan

Terakhir, ada teori nilai lahan yang beranggapan bahwa klasifikasi tinggi rendahnya suatu
jenis peruntukkan lahan ditimbulkan oleh beberapa faktor:Lahan untuk pertanian bergantung
pada faktor drainase, aksesibilitas dan kesuburan.Lahan untuk perkotaan bergantung pada
faktor infrastruktur, kelengkapan, aksesibilitas dan potensial konsumen.

4. Aspek perekonomian

Konsep ilmu ekonomi menurut Alfred Marsall dalam bukunya yang berjudul Principles of
Economics, mengatakan bahwa kajian tentang manusia dalam kehidupannya sehari-hari, ia
mempelajari perbuatan perorangan dan perbuatan bersama manusia yang paling erat
kaitannya dengan pencapaian dan pemanfaatan alat pemenuhan kebutuhan materiil bagi
kesejahteraannya. (Mubyarto 1987)

Menurut Neil J. Smelsel yang dikutip oleh Mubyarto, bahwa ekonomi adalah pengelolaan
tentang bagaimana orang-orang dan masyarakat mengadakan pilihan, dengan atau tanpa uang
untuk menggunakan sumber-sumber produksi yang langka dan memiliki berbagai alternatif
penggunaan atau konsumsi masa sekarang atau masa depan diantara banyak orang dan
kelompok dalam masyarakat. (Mubyarto 1995)

5. Aspek kependudukan dan sosial budaya

Budaya merupakan perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dari budi
sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi berupa cipta, karsa, dan rasa
dan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa Koentjaraningrat 1990 (dalam
Munandar 2000).

G.W Barclay (1970)


secara numerik /statistik tentang penduduk. Penduduk/population adalah satu kesatuan dari
manusia yang diwakili oleh suatu nilai statistik tertentu. Oleh karena itu demografi
berhubungan dengantingkah laku penduduk secara keseluruhan/bukan perorangan.

Phillip M. Hauser dan Otis Dudley Duncan (1959)

Berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran


teritorial, komposisi penduduk, serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut, di
mana sebabsebab perubahan tersebut yang biasanya timbul karena natalitas/fertilitas,
mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).

6. Aspek sarana dan prasarana

Prasarana mempunyai peranan ganda yaitu memadukan antara menunjang pertumbuhan


ekonomi dan menunjang pemerataan hasil- hasil pembangunan dan sekaligus memberi
dampak positif yaitu meningkatkan kualitas hidup (Rahardjo Adisasmita, 2010 : 89).

Teori Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment Theory): Teori ini


menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam merencanakan,
mengembangkan, dan memelihara sarana dan prasarana di lingkungan mereka.
Pemberdayaan ini bisa berupa partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan terkait
infrastruktur yang akan dibangun, sehingga dapat lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.

Teori ini berhubungan dengan ilmu sosial dan partisipasi masyarakat. Tokoh seperti Arnstein
dan Sherry R. Arnstein dikenal karena kerjanya dalam mengembangkan "Tangga Partisipasi"
yang menggambarkan berbagai tingkat keterlibatan masyarakat dalam pengambilan
keputusan.

Teori Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment Theory): Teori ini


menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam merencanakan,
mengembangkan, dan memelihara sarana dan prasarana di lingkungan mereka.
Pemberdayaan ini bisa berupa partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan terkait
infrastruktur yang akan dibangun, sehingga dapat lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.

Teori ini berhubungan dengan ilmu sosial dan partisipasi masyarakat. Tokoh seperti Arnstein
dan Sherry R. Arnstein dikenal karena kerjanya dalam mengembangkan "Tangga Partisipasi"
yang menggambarkan berbagai tingkat keterlibatan masyarakat dalam pengambilan
keputusan.

7. Aspek Transportasi

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya atau
dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh
manusia, hewan atau mesin. Hal ini sejak zaman dahulu merupakan kegiatan sehari-hari yang
penting dalam suatu masyarakat (Sani, 2010).
Menurut (Morlok, 1991), komponen utama dalam transportasi adalah sebagai berikut: 1.
Manusia dan barang (yang diangkut), 2. Kendaraan (alat angkut), 3. Jalan (tempat
pergerakan), 4. Terminal (simpul sistem transportasi), 5. Sistem pengoperasian (mengatur 4
komponen lainnya).

Oleh karena itu, kebijakan yang diterapkan dalam mengelola perkembangan sistem
transportasi yang menjadi bagian terpenting dalam konteks pembangunan kota berkelanjutan
(Ade Sjafruddin, 2000). Menurut Tamin (2008), transportasi adalah proses memindahkan
suatu benda mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

8. Aspek Fisik Dasar

Lahan sebagai unit dari pengembangan wilayah merupakan factor dan komponen
utama yang perlu direncanakan agar pembagunan dapat direncanakan dan bekerja semestinya
bedasarkan perencanaan yang ada. Dalam memanajemen lahan ini sebagai sebuah sumber
daya alam memiliki banyak keterbatasan secara ruang untuk menampung system aktivitas
manusia sehingga perlu diatur. Oleh karena itu dalam memanajemen ataupun mengetahui apa
potensi dan permasalahan lahan pada wilayah perlu adanya aspek utama dan pertama yaitu
aspek fisik dasar.

Adapun aspek fisik dasar bedasarkan pengertian Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2007 yang termuat dalam Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
dikatakan bahwa aspek fisik dasar merupakan aspek yang ditujukan untuk mengenali
karakteristik sumber daya alam, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar
penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/ atau kawasan dapat dilakukan secara
optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Untuk hasil akhir studi analisis fisik dan lingkungan ini pada akhirnya akan dapat
menjadi salah satu masukan dalam proses penyusunan rencana tata ruang maupun rencana
pengembangan wilayah dan/ atau kawasan sebagai rekomendasi kesesuaian lahan utamanya
hasil analisis fisik akan memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah
dan/atau kawasan. Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik atau dikenal juga
sebagai studi kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan.

Adapun untuk pengumpulan data sebagai bagian dari proses di dalam aspek fisik
dasar ini, terdapat 7 data utama yang diperlukan, yaitu:

1. Letak geografis
2. Topografi
3. Geologi
4. Kondisi Tanah
5. Hidrologi
6. Klimatologi
7. Rawan Bencana Alam

Anda mungkin juga menyukai