1.1.1. U M U M
Essensi dasar dari penyelenggaraan otonomi daerah, ditujukan untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah, maka dibentuklah beberapa daerah otonom di wilayah Negara
Republik Indonesia, baik provinsi, kabupaten maupun kota.
Bertolak dari semangat peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah itulah, maka dibentuk
Kabupaten Kepulauan Sula berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2003, yang
merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku Utara.
Kabupaten Kepulauan Sula, dilihat berdasarkan karakteristik wilayahnya, merupakan wilayah
kepulauan, yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil. Gugusan pulau-pulau besar adalah Pulau
Sulabesi, Pulau Taliabu dan Pulau Mangoli, dan pulau-pulau lain disekelilingnya yang
keseluruhannya berjumlah sekitar 86 buah. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Sula menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 secara keseluruhan sekitar 24.082,30 Km², dengan luas
wilayah daratan 12.092,06 Km² (50,21%) dan wilayah perairan seluas 11.990,24 Km² (49,79%),
yang meliputi 19 kecamatan.
Kabupaten Kepulauan Sula merupakan salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Beberapa faktor
penyebab ketertinggalan daerah secara nasional, dan termasuk yang terjadi di Kabupaten
Kepulauan Sula, antara lain adalah :
a. Geografis, umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya
yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau
terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya, sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik
transportasi maupun media komunikasi;
b. Sumber Daya Alam, beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumber daya alam,
beberapa daerah lainnya memiliki sumber daya alam yang besar namun lingkungan
sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah
tertinggal akibat pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan;
c. Sumber Daya Manusia, pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang
belum berkembang;
d. Prasarana dan Sarana, keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air
bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat
di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktifitas ekonomi dan
sosial;
e. Daerah Rawan Bencana dan Konflik Sosial, seringnya suatu daerah mengalami bencana
alam dan konflik sosial dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan
ekonomi.
f. Kebijakan Pembangunan, suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa
kebijakan yang tidak tepat, seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal
termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kesalahan pendekatan dan prioritas
pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan
dan pembangunan;
g. Wilayah Pemekaran Baru, disebabkan karena mempunyai organisasi pemerintah daerah
yang masih baru, yang secara kelembagaan belum dapat optimal melaksanakan setiap tugas
dan fungsinya.
Sejalan dengan terbentuknya Kabupaten Kepulauan Sula tersebut, maka sesuai dengan Pasal 14
Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terdapat pembagian
beberapa urusan pemerintahan yang menjadi wewenang dari kabupaten tersebut. Ketentuan
tersebut diperjelas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
Salah satu dari pembagian urusan pemerintahan adalah bidang penataan ruang, yang mana
Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang luas untuk melakukan :
a) Pengaturan;
b) Pembinaan;
c) Pembangunan (perencanaan, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian tata ruang);
d) Pengawasan.
Berdasar hal tersebut, sangat jelas bahwa pelaksanaan pembangunan, termasuk perencanaan
tata ruang daerah, berupa penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (Provinsi, Kabupaten dan
Kota) menjadi tugas dan tanggung jawab dari Pemerintah Daerah.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) diperlukan sebagai pedoman untuk :
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
f. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten.
Oleh karenanya, untuk menghasilkan pedoman tersebut, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula
berkeinginan untuk menyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. Namun
demikian, mengingat kabupaten ini merupakan daerah pemekaran baru dan masih terbatasnya
sumber daya manusia dalam bidang penataan ruang, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Sula mengajukan permohonan Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten tersebut kepada
Pemerintah Pusat (cq Menteri Pekerjaan Umum) berdasarkan Surat Bupati Kepulauan Sula
Nomor : 641 / 40 / 2007, tertanggal 7 Mei 2007, (lihat : Lampiran). Hal tersebut sejalan dengan
Pasal 13 Ayat (2) Undang - Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa
Pemerintah memberikan pembinaan penataan ruang kepada Pemerintah Daerah.
Sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen
Pekerjaan Umum, maka permintaan Bantuan Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan
Sula tersebut, ditanggapi dengan melaksanakan pekerjaan Bantuan Teknis Penataan Ruang
Kabupaten Kepulauan Sula pada Tahun Anggaran 2008. Pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan
oleh Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen
Pekerjaan Umum dengan bantuan pihak ketiga (konsultan) serta partisipasi aktif dari instansi
terkait di Kabupaten Kepulauan Sula.
Mengacu kepada ketentuan umum atau NSPM terkait Penataan Ruang (khususnya : Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten), maka proses perencanaan yang
dilakukan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula ini
mencakup langkah-langkah sebagai berikut :
Pengumpulan Data dan Informasi untuk Identifikasi Potensi dan Masalah;
Analisis;
Konsepsi atau Perumusan Konsep Rencana;
Perumusan Ranperda sebagai bahan proses Legalisasi Rencana menjadi Peraturan Daerah.
Ke-4 langkah tersebut dikaitkan dengan proses perencanaan yang mencakup 3 (tiga) tahap
utama, yaitu input, proses dan output yang diaplikasikan dalam bentuk identifikasi potensi &
masalah, analisis dan perumusan rencana untuk memanfaatkan potensi dan mengatasi
masalah, sebagaimana ditunjukkan pada Diagram : 1.1 berikut ini.
Diagram : 1.1.
PROSES PERENCANAAN
PERUMUSAN
IDENTIFIKASI ANALISIS
RENCANA
POTENSI & MASALAH
Berkaitan dengan tahapan tersebut, dalam proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula harus melalui tahap identifikasi potensi dan masalah serta
tahap analisis. Hasil-hasil dari kedua tahap tersebut akan menjadi bahan unruk merumuskan
rencana pada tahap selanjutnya.
Latar-belakang dari Penyusunan Laporan Antara ini, selain sebagai bagian dari proses
perencanaan tata ruang Kabupaten Kepulauan Sula yang sedang dilakukan, juga yang lebih
substansial adalah untuk memberikan gambaran mengenai kemajuan pekerjaan yang telah
dilakukan, dan sekaligus menyerap masukan dari berbagai pihak untuk merumuskan dan
menyusun rencana pada tahap selanjutnya. Hal ini penting dikemukakan mengingat produk
Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan
(stakeholders), sebagaimana diamanatkan UU No. 26/2007.
Secara umum, maksud, tujuan dan sasaran dari pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan
Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Sula – Provinsi Maluku Utara ini, adalah :
Maksud diadakannya pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Kabupaten
Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara ini adalah untuk menjalankan salah satu tugas Direktorat
Jenderal Penataan Ruang yaitu membina Pemerintah Daerah, dalam hal ini Kabupaten Kepulauan
Sula, Provinsi Maluku Utara, untuk menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) - nya.
Tujuan dari pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Sula,
Provinsi Maluku Utara ini adalah memberikan pembinaan dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula.
Sasaran dari pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan
Sula - Provinsi Maluku Utara ini, adalah :
a. Identifikasi metode bantuan teknis penataan ruang yang tepat untuk Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Sula;
b. Melaksanakan bantuan teknis penyusunan RTRW Kabupaten kepada aparat Pemerintah
Kabupaten Sula;
c. Identifikasi komponen pembentuk ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula;
d. Analisis keterkaitan setiap komponen pembentuk ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula;
e. Merumuskan struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula;
f. Merumuskan pola dan arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sula;
g. Merumuskan pengembangan kawasan strategis Kabupaten Kepulauan Sula;
h. Merumuskan arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Kepulauan Sula.
Sedangkan secara khusus, maksud dan tujuan yang ingin dicapai pada tahap Laporan Antara
(Interim Report) ini, adalah :
Maksud dari penyusunan Laporan Antara ini adalah untuk menyampaikan perkembangan/
kemajuan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kepulauan Sula.
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan Laporan Antara, antara lain adalah :
Tersusunnya data dan informasi mengenai kodisi fisik dasar, sosial ekonomi, sosial budaya
dan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam kurun waktu 5 - 10 tahun terakhir.
Terangkumnya berbagai kebijakan pembangunan yang terkait - langsung maupun tidak
langsung, dengan pengembangan Kabupaten Kepulauan Sula.
Teridentifikasinya potensi dan masalah pengembangan Kabupaten Kepulauan Sula.
Dihasilkannya analisis perkembangan Kabupaten Kepulauan Sula yang disusun atas dasar
data, informasi, masukan, kajian, telaahan, pengamatan dan observasi yang telah dilakukan
beberapa waktu yang lalu.
Dirumuskannya beberapa skenario rencana pengembangan wilayah, yang nantinya akan
menjadi dasar untuk merumuskan dan menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kepulauan Sula.
c. Dokumen penyelenggaraan kegiatan penataan ruang dan rumusan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula;
d. Dokumen Materi Teknis RTRW Kabupaten Kepulauan Sula – Provinsi Maluku Utara dan draft
Raperda beserta naskah akademisnya yang dilengkapi dengan kompilasi data dan analisis
serta ringkasan eksekutifnya.
e. Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula;
f. Album Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula.
Lingkup wilayah perencanaan dari pekerjaan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang
adalah di Kabupaten Kepulauan Sula - Provinsi Maluku Utara.
Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula secara geografis terletak antara 01º 31’ – 02º 33’ Lintang
Selatan dan 124º 06’ – 126º 36’ Bujur Timur, dengan total luas wilayah menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2003 adalah 24.082,30 Km², terdiri dari wilayah daratan 12.092,06 Km² (50,21%)
dan wilayah perairan seluas 11.990,24 Km² (49,79%).
Wilayah kabupaten ini terdiri dari 19 kecamatan dan 124 desa, yang secara administratif
berbatasan dengan wilayah-wilayah lainnya, yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku atau Provinsi Sulawesi Utara;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda atau Provinsi Maluku;
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah;
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Selatan.
Untuk jelasnya, lingkup Wilayah Perencanaan dapat dilihat pada Gambar : 1.1 dihalaman berikut.
Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan hingga tersusunnya Laporan Antara ini, antara lain
sebagai berikut :
a. Ekspose dan Pembahasan Laporan Pendahuluan
Untuk menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan
Ruang (Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah / RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula dan
rencana kerja yang akan dilakukan dalam proses penyusunan-nya, telah dilakukan ekspose
Laporan Pendahuluan di Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum
dan di Kabupaten Kepaulauan Sula. Ekspose Laporan Pendahuluan di Kabupaten
Kepaulauan Sula sekaligus sebagai “forum sosialisasi” yang dilakukan di Ruang Rapat Kantor
Bappeda Kabupaten Kepulauan Sula (Kota Sanana) pada tanggal 26 Mei 2008, yang dihadiri
oleh berbagai unsur, seperti :
Staff yang mewakili Direktur Penataan Ruang Wilayah IV, Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, Departemen Pekerjaan Umum
Plt Kepala Bappeda yang juga sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Sula,
yang mewakili Bupati Kabupaten Kepulauan Sula
Pimpinan dan Staf Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Sula
Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor, Kepala Bagian di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Sula
Tim Pengarah dan Tim Teknis Daerah Penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Sula
Tim Konsultan Pelaksanaan Bantuan Teknis Penataan Ruang (Penyusunan RTRW)
Kabupaten Kepulauan Sula
Organisasi Kemasyaratan dan undangan lainnya
Pada ekspose di Kabupaten Kep. Sula (Kota Sanana), pokok-pokok kegiatannya adalah :
Sambutan dan arahan dari Direktur Penataan Ruang Wilayah IV, Ditjen. Penataan Ruang
Departemen Pekerjaan Umum, yang diwakili oleh Staf Subdit Pengembangan Propinsi
dan Kabupaten.
Sambutan dan arahan dari Bupati Kabupaten Kepulauan Sula yang diwakili oleh Sekda
Kabupaten Kepulauan Sula.
Dari kegiatan ini diperoleh berbagai masukan terkait dengan pengembangan Kabupaten
Kepulauan Sula ke depan, khususnya yang berhubungan langsung dengan kegiatan penataan
ruang wilayah yang sedang dilaksanakan.
Secara umum, pada kegiatan pertemuan/rapat tersebut diatas telah disampaikan oleh Tim
dari Konsultan PT. DACREA Design & Engineering Consultants mengenai berbagai hal
berkaitan dengan tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang, proses penyusunan
rencana, dan lain sebagainya. Hal penting yang ingin disosialisasikan kepada para peserta
pertemuan adalah kesamaan pemahaman mengenai kegiatan Bantuan Teknis Penyusunan
RTRW Kabupaten Kepulauan Sula yang sedang dilakukan. Beberapa masukan diberikan oleh
peserta pertemuan, yang secara substansial mengandung harapan agar penataan ruang yang
dilakukan dapat mempercepat pembangunan Kabupaten Kepulauan Sula sehingga
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat-nya dimasa mendatang.
staf kecamatan, antara lain Kecamatan Mangoli Barat di Dofa, Kecamatan Mangoli Utara di
Falabisahaya, Kecamatan Taliabu Utara di Gela, dan Kecamatan Taliabu Barat di Bobong,
beberapa kelompok masyarakat, LSM, dan masyarakat umum lainnya, yang ditemuai saat
kunjungan lapangan.
Sehubungan dengan Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Sula ini telah
dilakukan penyempurnaan struktur terkait susunan/komposisi personil-nya disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada, yaitu dengan ditetapkan berdasarkan SK Bupati
Kepulauan Sula Nomor : 64.1/KPTS.05/KS/2008, tentang Perubahan atas Keputusan Bupati
Kepulauan Sula Nomor : 192/KPN.10/KS/2007, tentang Tim Teknis Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah (TTP-RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula, terdiri dari (lihat Lampiran) :
1. Pelindung :
Bupati Kepulauan Sula
2. Pengarah :
Sekretaris Daerah (SETDA), Kab. Kepulauan Sula
Asisten I Setda, Kab. Kepulauan Sula
Asisten II Setda, Kab. Kepulsuan Sula
3. Penanggung Jawab : Kepala BAPPEDA Kab. Kepulauan Sula
4. Ketua : Kabid Fisik dan Prasarana, Bappeda Kab. Kepulauan Sula
5. Sekretaris : Kabag Tata Usaha, Bappeda Kab. Kepulauan Sula
6. Koordinator :
1) Kepala BPS, Kab. Kepulauan Sula
2) Kepala BAPEDALDA, Kab. Kepulauan Sula
3) Kepala BPMD, Kab. Kepulauan Sula
4) Kepala BPN, Kab. Kepulauan sula
5) Kepala Dinas PU, Kab. Kepulauan Sula
6) Kepala Dinas Kehutanan, Kab. Kepulauan Sula
7) Kepala Dinas Perhubungan, Kab. Kepulauan Sula
8) Kepala Dinas Pertambangan & Energi, Kab. Kepulauan Sula
9) Kepala Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, Kab. Kepulauan Sula
10) Kepala Dinas Perikanan & Kelautan, Kab. Kepulauan Sula
11) Kepala Dinas Perindagkop, Kab. Kepulauan Sula
12) Kepala Dinas Pertanian & Ketahahan Pangan, Kab. Kepulauan Sula
13) Kepala Dinas Trantib, Kab. Kepulauan Sula
14) Kabag Tata Pemerintahan, Setda Kab. Kepulauan Sula
15) Kabag Hukum & HAM, Setda Kab. Kepulauan Sula
f. Analisis
Analisis yang dilakukan mencakup beberapa aspek utama terkait dengan penyusunan
rencana tata ruang wilayah kabupaten, yaitu :
Analisis Daya Dukung Lahan
Analisis Sosial-Kependudukan
Analisis Ekonomi
Analisis Tata Ruang
Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Wilayah
Hasil analisis yang dilakukan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun beberapa skenario
rencana pengembangan Kabupaten Kepulauan Sula selama 20 tahun ke depan.
Lingkup Pengamatan
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, adalah untuk :
Menjaga konsistensi perkembangan kabupaten dengan strategi perkotaan nasional dan
arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam jangka panjang;
Menciptakan keserasian perkembangan kabupaten dengan wilayah sekitarnya;
Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.
Mengacu kepada fungsi RTRW Kabupaten tersebut, dalam proses Penyusunan RTRW Kabupaten
Kepulauan Sula telah dilakukan pengamatan terhadap berbagai aspek, baik dalam lingkup
Provinsi Maluku Utara, lingkup wilayah sekitar, maupun dalam lingkup sektor-sektor pembangunan
yang ada.
Lingkup Kecamatan
Pertemuan dan diskusi dengan beberapa aparat Pemerintah Kecamatan yang ada di
Kabupaten Kepulauan Sula untuk mendapatkan apresiasi aparatur di tingkat kecamatan
mengenai pembangunan di kecamatan masing-masing serta harapan untuk pengembangan
kecamatan tersebut dimasa mendatang.
Lingkup Masyarakat
Interview dan atau diskusi informal dengan Nara Sumber (Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan
LSM) yang dinilai dapat mewakili aspirasi dan harapan masyarakat Kabupaten Kepulauan
Sula.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten merupakan suatu kegiatan
perencanaan yang bersifat kompleks dan harus memperhatikan berbagai aspek yang terkait
langsung maupun tidak langsung dengan tata ruang wilayah kabupaten. Walaupun secara
struktural RTRW Kabupaten merupakan penjabaran dari RTRW Provinsi, namun dalam proses
penyusunannya harus memperhatikan prinsip perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up
planning), karena masukan dari masyarakat danstake-holders lainnya menjadi bagian dari rencana
yang dihasilkan. Hal ini secara eksplisit dikemukakan di dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan
Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, serta Surat Edaran Ditjen
Penataan Ruang Nomor 47 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang.
Selain mengacu pada peraturan perundangan tersebut diatas, maka didalam pelaksanaan secara
teknis dari penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Sula ini adalah dengan berpedoman pada
Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 327/KPTS/M/2002 tentang 6
(enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang, yang diantaranya (Lampiran III) terkait dengan
pekerjaan yang harus dilakukan, yaitu penyusunan RTRW Kabupaten yang secara substansial
menyangkut pengolahan data, analisis dan perumusan konsep rencana, meliputi aspek-aspek :
Kebijakan Pembangunan
Analisis Regional
Ekonomi Wilayah dan Sektor-sektor Unggulan
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Alam
Sumberdaya Buatan
Sistem Permukiman
Penggunaan Lahan
Pembiayaan Pembangunan
Kelembagaan
Hasil pengolahan data, analisis dan perumusan konsep tersebut dituangkan ke dalam materi
perencanaan RTRW Kabupaten, yang pada intinya harus menghasilkan 6 bagian rencana sebagai
satu kesatuan rencana tata ruang, yaitu mencakup :
Rencana Struktur Ruang;
Rencana Pola Ruang;
Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya;
Rencana Pengelolaan Kawsn Perdesaan, Kawsn. Perkotaan, dan Kawsn Strategis;
Rencana Sistem Prasarana Wilayah;
Rencana Sistem Prasarana Transportasi
Rencana Sistem Prasarana Pengairan
Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi
Rencana Sistem Prasarana Energi
Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya;
Rencana Penatagunaan Tanah
Rencana Penatagunaan Air
Rencana Penatagunaan Udara
Rencana Penatagunaan Hutan
Rencana Penatagunaan Sumberdaya Alam Lainnya
Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan.
Indikasi Kawasan Prioritas Pembangunan
Indikasi Program Pembangunan
Secara diagramatis, proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dapat
dilihat pada Diagram : 1.2 dihalam berikut.
IDENTIFIKASI
RTRW-Nasional PERMASALAHAN,
POTENSI DAN PROSPEK
PENGEMBANGAN
WILAYAH KABUPATEN 20
TAHUN KE DEPAN
1 - 19
BAB 1
Selain berdasarkan uraian dana atau paparan diatas, ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan RTRW Kabupaten, yaitu :
Batasan wilayah perencanaan adalah seluruh wilayah administratif yang ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.
Jangka waktu perencanaan 20 tahun.
Dilakukannya koordinasi perencanaan dengan wilayah sekitar, khususnya dalam satu
provinsi.
Hasil RTRW Kabupaten sebaiknya dimasyarakatkan melalui suatu kegiatan sosialisasi
kepada stake-holders dan kelompok-kelompok masyarakat.
Pemerintah Kabupaten membentuk Tim Teknis yang akan menjadi counter-part Konsultan
pelaksana, sehingga masukan dari daerah lebih sistematis dan terarah.
Secara umum ketentuan yang terkait dengan penyusunan RTRW Kabupaten adalah sebagaimana
uraian berikut.
Rencana pembangunan harus dilakukan dengan pendekatan wilayah. Oleh karena itu, rencana
tata ruang wilayah harus dijabarkan secara jelas sehingga mampu mengarahkan pembangunan,
menetapkan fungsi dan peran setiap kawasan (bagian suatu ruang) dalam wilayah atau ruang
secara keseluruhan. Selain itu, rencana tata ruang harus dapat menjadi acuan lokasi bagi
program-program/proyek-proyek pembangunan. Oleh karenanya, rencana tata ruang diharapkan
dapat menjadi pedoman untuk mengarahkan jenis lokasi investasi pada suatu kawasan.
Pada skala nasional, rencana-rencana pembangunan yang memuat kebijakan nasional digariskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Rencana ini kemudian
diturunkan dalam suatu program pembangunan nasional lima tahunan yakni Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Program lima tahunan ini kemudian dirinci
lagi menjadi Rencana Kerja Pembangunan Nasional (RKPN).
Tingkatan rencana seperti dijelaskan diatas, dimiliki pula oleh daerah, yakni dengan adanya
rencana pembangunan yang bersifat jangka panjang disebut Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD). RPJPD dirinci ke dalam program pembangunan daerah jangka
menengah/lima tahun, yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Program jangka menengah ini selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD). Ketiga dokumen perencanaan ini menjadi referensi pokok dalam pelaksanaan
program-program pembangunan di daerah.
Kebijaksanaan tata ruang dalam RPJPD dan RPJMD masih bersifat makro (berupa struktur) dan
belum dapat memberikan arahan pemanfaatan ruang secara definitif. Dengan rencana tata ruang,
maka investasi atau kegiatan pembangunan dapat diarahkan ke dalam ruang yang sesuai. Selain
itu, rencana tata ruang dapat menjadi acuan bagi keterkaitan atau kesinambungan antar sektor
dan antar ruang di wilayah perencanaannya, maupun acuan bagi penyusunan rencana yang lebih
rinci serta perijinan pemanfaatan ruang. Dengan kata lain, rencana tata ruang merupakan bagian
dari penataan ruang yang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan dalam aspek
keruangan.
Korelasi Penataan Ruang dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dapat dilihat pada
Diagram : 1.3.
Terkait dengan berbagai tantangan dan permasalahan penataan ruang yang terjadi selama ini di
Indonesia, maka Pemerintah melakukan revisi Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Revisi terhadap Undang-undang tersebut melahirkan kebijakan baru di bidang
penataan ruang, yaitu Undang-undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Dengan lahirnya Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang saling
terkait dengan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), maka berkonsekuensi semua produk RTRW Nasional – Provinsi
– Kabupaten/Kota harus direvisi disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru.
Oleh karena itu, pada sub-bab ini akan mengulas mengenai substansi baru dari Undang-undang
tersebut, seperti adanya jenis produk rencana, muatan rencana tata ruang, dan ketentuan
lainnya.
Diagram : 1.3.
KORELASI PENATAAN RUANG DENGAN
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
UU 26/2007 UU 25/2004
Diagram : 1.4.
KLASIFIKASI PENATAAN RUANG
BERDASARKAN SISTEM, FUNGSI, ADMINISTRASI DAN NILAI STRATEGIS
PR Berdasarkan Administrasi PR Berdasarkan Nilai Strategis Kawasan
Kewenangan (Mempertegas aspek kewenangan (Kawasan yang secara spesifik berpengaruh
penyelenggaraan) besar terhadap pencapaian tujuan PR)
Produk perencanaan pada tingkat administrasi terdiri dari rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang yang dilengkapi dengan pengaturan zonasi sebagai pedoman
perijinan.
Rencana umum tata ruang secara berhierarki terdiri atas : 1) Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, 2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan 3) Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
Rencana rinci tata ruang, terdiri dari : 1) rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana
tata ruang kawasan strategis nasional, 2) rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, dan
3) rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada Diagram : 1.5 berikut ini.
Diagram : 1.5.
HIERARKI PRODUK PERENCANAAN TATA RUANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,
yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Sebagai negara
kepulauan, wilayah pesisir memiliki nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan
kompetitif yang dimilikinya, sehingga berpotensi menjadi prime mover pengembangan wilayah
nasional. Bahkan secara historis, menunjukan bahwa wilayah pesisir telah berfungsi sebagai
pusat kegiatan masyarakat, karena berbagai keunggulan fisik dan geografis yang dimilikinya.
Untuk mengoptimalkan nilai manfaat sumber daya pesisir bagi pengembangan wilayah secara
berkelanjutan dan menjamin kepentingan umum secara luas (public interest) serta mengurangi
kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, diperlukan intervensi kebijakan
dan penanganan khusus oleh Pemerintah untuk pengelolaan wilayah pesisir. Intervensi ini
diwujudkan dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Berikut beberapa pengertian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dikutip dari Undang-Undang RI
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yaitu :
a. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut.
b. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km² beserta
kesatuan ekosistemnya.
c. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 mil
laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari,
teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
d. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut,
serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Terkait dengan pulau kecil, Ongkosongo (1998) memberikan istilah untuk pulau yang lebih kecil
dari 1.000 km² sebagai pulau sangat kecil, sedangkan gugusan pulau di Kepulauan Seribu dan
banyaknya pulau-pulau kecil di perbatasan Negara Indonesia, dengan luas di bawah 10 km²,
disebut dengan pulau yang amat sangat kecil (ITB, 2001c, DKP 2006), atau dapat disebut pulau
mikro. Daya dukung daratan pulau mikro, semacam Pulau Fanildo (0,001 km²) atau Pulau Kelapa
Dua (0,019 km²) dengan ketinggian di atas permukaan laut hanya sekitar 1 – 2 m sangat jauh
berbeda dengan misalnya Pulau Buru (8.473,2 km², tinggi hingga 2.736 m), Pulau Bali (5.416,4
km², tinggi hingga 2.276 m), Pulau Batam (399,1 km², ketinggian hingga 189 m) atau Pulau Tidore
(116,1 km², tinggi hingga 2.939 m).
Lebih lanjut, Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 menjelaskan tujuan dari pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu :
a. Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;
b. Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai
keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan
d. Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta-nya dalam
pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dari uraian tersebut, terlihat bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sangat
terkait dengan sistem perencanan pembangunan nasional dan sistem penataan ruang nasional.
Hal ini terlihat dari keterkaitan antara RSWP-3-K dengan RPJPD, keterkaitan antara RZWP-3-K
dengan RTRWP dan RTRWK serta keterkaitan antara RPWP-3-K dengan RDTR Kawasan dan
Penyusunan Zoning Regulation. Oleh karena itu, dalam penyusunan rencana tata ruang perlu
memperhatikan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.34/MEN/2002 tentang
Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yang akan berguna sebagai
pedoman dalam merumuskan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.
Berikut ini akan dijabarkan muatan materi yang terkandung di dalam KepMen Kimpraswil No.
327/KPTS/M/2002, yang salahsatunya merupakan materi teknis penyusunan RTRW Kabupaten.
Materi ini nantinya akan dieloberasi dengan materi baru penataan ruang yang terkandung di dalam
Undang-undang RI Nomor 26 Tahun 2007 serta dengan Pedoman Penataan Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten/Kota yang saat ini sedang dirumuskan di Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, Depertemen Pekerjaan Umum..
e. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara ,Hutan dan Sumber Daya Alam Lainnya
1) Rencana Penatagunaan Tanah
Rencana Penatagunaan Tanah adalah upaya-upaya penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah agar sesuai Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang yang
meliputi pengaturan antara hak dan kewajiban masing-masing pemegang hak atas tanah.
2) Rencana Penatagunaan Air
Rencana Penatagunaan Air meliputi pengaturan penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan air dan sumber air yang berwujud lokasi, kuantitas, kualitas, dimensi waktu,
jenis dan variasi pemanfaatan air untuk menjamin kebutuhan akan air dan menserasikan
penggunaan air untuk kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, pengendalian banjir dan usaha-
usaha pelestarian air. Isi Rencana Penatagunaan Air, antara lain adalah:
a) Pengaturan kebutuhan air untuk masing-masing kegiatan dalam rangka menjaga
neraca air;
b) Penetapan prioritas kebutuhan air berdasarkan rencana tata ruang;
c) Pengaturan tata cara dan prosedur pengelolaan sumber-sumber air;
d) Pengaturan tata cara dan prosedur pengolahan air serta teknologi yang diterapkan;
e) Pengaturan tata cara dan prosedur pengusahaan air.
3) Rencana Penatagunaan Udara
Rencana Penatagunaan Udara dirumuskan untuk dapat menjamin keselamatan
penerbangan dan menjaga kualitas udara.
4) Rencana Penatagunaan Hutan
Rencana Penatagunaan Hutan meliputi pengaturan pengendalian kegiatan-kegiatan
permukiman dan pertanian yang terletak di kawasan hutan, pengaturan hutan produksi,
hutan konversi dan hutan lindung serta pengaturan rehabilitasi dan reklamasi hutan.
5) Rencana Penatagunaan Sumber Daya Alam Lainnya
Rencana Penatagunaan Sumberdaya Alam Lainnya meliputi pengaturan penguasaan,
pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya alam lainnya dalam rangka mewujudkan
Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten.
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan pengendali dalam
melaksanakan kegiatan. Contohnya adalah undang-undang dan peraturan.
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode
yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-
syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Contoh adalah Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat
disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat. Contohnya adalah pedoman
perencanaan, pedoman pemanfaatan dan pedoman pengendalian.
Manual adalah acuan operasional yang penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik objek, dalam hal ini berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Contohnya
seperti Manual Penentuan Kapasitas Jalan, Manual Pemeriksaan Jalan Dengan Alat Benkelman
Beam dll.
Berikut ini merupakan NSPM yang terkait dengan Penataan Ruang, khususnya Penyusunan
RTRW Kabupaten, yaitu :
1) Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
2) Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
3) Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
4) Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
5) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
7) Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
8) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan;
9) Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
10) Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
11) Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
12) Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
13) Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
14) Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
15) Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
41) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.34/MEN.2002 tentang Pedoman
Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
42) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 53 Tahun 2002 tentang Tatanan
Kepelabuhan Nasional;
43) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor 327/PRT/M/2002 tentang
Penetapan 6 (enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang;
44) Surat Edaran Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 01/SE/DK/2005 tentang Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap
Bangun (LISIBA) Yang Berdiri Sendiri;
45) Surat Edaran Dirjen Penataan Ruang, Depertemen Pekerjaan Umum Nomor : 47 Tahun
2008 tentang Pedoman Penataan Ruang.
Pendekatan dan metodologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
A. Pendekatan dan metodologi penanganan pekerjaan secara keseluruhan
Secara garis besar, pendekatan pelaksanaan pekerjaan akan dibagi atas :
a. Hipotesis isu dan permasalahan, sebagai bentuk pemahaman terhadap wilayah kajian
dan akan menjadi dasar dalam pelaksanaan survai lapangan dan pengumpulan data;
b. Survei lapangan dan pengumpulan data;
c. Deskripsi dan analisis, yang dilakukan terhadap data dan informasi yang telah diperoleh
selama survei dan pengumpulan data;
d. Penyusunan Rencana Tata Ruang, guna menghasilkan keluaran yang diharapkan;
e. Media seminar/ diskusi dan konsultasi, yang digunakan untuk menjembatani kepentingan
stakeholders, dalam hal ini Pemerintah Pusat sebagai pemberi bantuan teknis (Bantek),
dengan kepentingan Pemerintah dan masyarakat di daerah sebagai pihak yang akan
menerima manfaat dari penerapan tata ruang yang dihasilkan.
Selain pendekatan secara umum tersebut, dalam pelaksanaan pekerjaan Bantuan Teknis
Pelaksanaan Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku ini, digunakan
pula pendekatan substansi pekerjaan yang terdiri dari :
a. Pendekatan Terpilah Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh (Mixed Scanning Planning
Approach atau Third Approach)
b. Pendekatan Eksternal
c. Pendekatan Internal
d. Pendekatan Perencanaan dari Bawah (Bottom Up Planning)
e. Pendekatan Bioregionalisme dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Terpadu
f. Pendekatan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Berkelanjutan
g. Pendekatan Supply–Demand
h. Pendekatan Keamanan terhadap Bencana
i. Pendekatan Pengembangan Berkelanjutan (Sustainability Development)
Berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut diatas, maka diharapkan penataan ruang yang
akan dilakukan merupakan 1 :
a. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang;
b. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan dirumuskan
menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh
Pemerintah maupun masyarakat;
c. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang
dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan
pola pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antarwilayah, pertumbuhan dan
perkembangan antarsektor, antardaerah, dan antara sektor dengan daerah;
d. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin kelestarian
kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
Untuk menjabarkan berbagai pendekatan sebagaimana uraian diatas, maka dalam
pelaksanaan pekerjaan BANTEK Penataan Ruang (penyusunan RTRW) Kabupaten
kepulauan Sula ini, dituangkan kedalam metode pendekatan dalam bentuk kerangka berpikir
dan tahapan pelaksanaan pekerjaan (bagan alir).
Kerangka berpikir ini berlandaskan pada beberapa pertimbangan berikut :
a. Mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
berupa :
1) Pembentukan daerah melalui pemekaran daerah (Pasal 4 dan 5);
2) Pembagian urusan pemerintahahan (Pasal 10 sampai Pasal 14);
b. Berdasarkan isu-isu strategis Kabupaten Kepulauan Sula dijaring berdasarkan kebijakan-
kebijakan (kebijakan pembangunan dan kebijakan ruang) yang ada, baik nasional,
provinsi, maupun Kabupaten Kepulauan Sula sendiri.
c. Untuk penanganan pekerjaan, maka konsultan akan membagi dua tim yang bekerja, yaitu
tim yang melaksanakan bantuan teknis di Kabupaten Kepulauan Sula, dan tim yang
mengerjakan penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Sula di Jakarta.
d. Materi penyusunan RTRW mengacu kepada Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Kepmen Kimpraswil No. 327 tahun 2002, dan dilengkapi
dengan NSPM terkait lainnya. Adapun materi bantuan teknis adalah pemahaman
mengenai penataan ruang dan temu wicara untuk mendiskusikan berbagai permasalahan
1 Penjabaran arti berdasarkan yang tertuang dalam Kamus Tata Ruang, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen PU dengan
IAP,1997
yang terkait dengan penataan ruang di Kabupaten Kepulauan Sula, seperti menjaring data
informasi, penyepakatan analisis, skenario, konsep, bahkan rencana yang akan
dirumuskan;
e. Pelaksanaan Bantuan Teknis (BANTEK) akan dilakukan secara bertahap, terdiri dari 3
tahap, dengan total waktu pelaksanaan 2 bulan. Berikut ini tahapan yang akan dilakukan :
1) Bantuan Teknis tahap I, merupakan kegiatan koordinasi dengan Tim Teknis Daerah dan
sosialisasi Penyusunan RTRW Kabupaten serta temu wicara (FGD) dengan stakeholders
terkait lainnya, dalam rangka menjaring data dan informasi pengembangan wilayah
Kabupaten Kepulauan Sula;
2) Bantuan Teknis tahap II, merupakan tahap pembahasan Draft Laporan Antara dengan Tim
Teknis Daerah dan proses penyempurnaannya, yang dilanjuti dengan konsultasi publik
Laporan Antara yang telah disempurnakan dihadapan stakeholders terkait lainnya (LSM,
tokoh masyarakat, lembaga legislatif, pihak swasta, dan sebagainya), yang dilakukan untuk
memverifikasi data dan informasi yang diperoleh serta penyepakatan tujuan, konsep dan
strategi pengembangan tata ruang Kabupaten Kepulauan Sula;
3) Bantuan Teknis tahap III, merupakan tahap pembahasan Draft Laporan Draft Akhir dengan
Tim Teknis Daerah dan proses penyempurnaanya. Selanjutnya dilakukan konsultasi publik
untuk membahas penyepakatan RTRW Kabupaten Kepulauan Sula dihadapan stakeholders
terkait lainnya (LSM, tokoh masyarakat, lembaga legislatif, pihak swasta, dan sebagainya).
Selengkapnya, kerangka berpikir pekerjaan ini dapat dilihat pada Diagram : 1.6.
Berdasarkan kepada kerangka berpikir pekerjaan seperti uraian diatas, maka prosedur
pekerjaan yang dilakukan pada intinya terdiri dari 3 (tiga), yaitu input, proses dan output, yang
dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari 4 (empat)
tahap, yaitu sebagai berikut : (lihat Diagram : 1.7)
1) Tahap Pendahuluan;
2) Tahap Antara;
3) Tahap Draft Akhir; dan
4) Tahap Akhir.
Karakteristik Mikro Pembentuk Ruang Kab. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung &
Kebijakan Pembangunan : Kepulauan Sula Raperda RTRW
Kab. Kepulauan Sula Kawasan Budi Daya Kab. Kepulauan Sula
RPJP Nasional Analisis Kabupaten
Kajian Teoritis : RPJP Prov. Maluku Utara SWOT Rencana Pengelolaan Kawasan Pedesaan,
Gambaran Makro Arahan Kebijakan Kawasan Perkotaan & Kawasan Tertentu Kepulauan Sula
Pengembangan Wilayah RPJP Kab. Kepulauan Sula
Pengembangan Wilayah Pesisir Wilayah Pembangunan & Kabupaten Kepulauan Sula
Pemanfaatan Ruang Identifikasi Potensi dan
dan Pulau-pulau Kecil Rencana Tata Ruang Wilayah : Rencana Pengelolaan Kawasan Prioritas &
Bencana dan Mitigasi Bencana Peluang & Tantangan Permasalahan Wilayah Strategis Kabupaten Kepulauan Sula
RTRW Nasional
Pemb. Wilayah Kab. Kepulauan Sula
RTRW Prov. Maluku Utara Rencana Sistem Prasarana Sarana
RTRW Kab. Maluku Utara Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula
1 - 36
Diagram : 1.7.
BAGAN ALIR TAHAPAN PEKERJAAN
BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN KEPULAUAN SULA – PROVINSI MALUKU UTARA
Pembahasan
Perumusan Metodologi Pekerjaan
Lap. Pendahuluan
Perumusan Rencana Kerja
Penentuan Arahan Arahan Pengelolaan BANTUAN TEKNIS TAHAP II
Identifikasi Gambaran Awal Wil. Studi
Identifikasi Isu-isu Strategis
Kondisi Ekonomi : Pengelolaan Kawasan Kawasan Lindung & Pembahasan
Menyiapkan Peta Dasar & Citra Satelit PDRB Lindung & Budidaya Budidaya
Income per Capita
Lap. Draft Akhir
Studi Literatur dan Konsep Analisis
Analisis Perumusan Potensi dan
Outline RTRW Kabupaten Lapangan Kerja & Partisipasi Angk. Kerja
Analisis Ekonomi Wilayah SWOT Permasalahan Penentuan Arahan Konsultasi Publik I
Sebaran & Perkembangan Investasi
Pembangunan dan Arahan Pengelolan
Kemampuan Pendanaan, dll Pengelolan Kawasan
Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan, Klarifikasi Lap. Draft Akhir
Perdesaan, Perkotaan dan
Perkotaan & Strategis dengan Sektor Terkait
Tertentu
Kebutuhan Data
Sumber Daya Manusia :
Jumlah & Kepadatan Penduduk Skenario Pengembangan Tata
Analisis Struktur & Pola
Pertumbuhan Penduduk Ruang Wilayah Kabupaten Penentuan Kebutuhan Arahan Pengembangan Rencana Struktur Ruang
Pemanfaatan Ruang &
Struktur Penduduk Analisis Demografi Pengembangan Prod. dan Kawasan Produksi dan Wilayah
Kecenderuangan
Migrasi Penduduk Keg. Permukiman Permukiman Rencana Pola Ruang
Perkembangan
1 - 37
BAB 1
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Antara ini adalah metode pelaporan
hasil penelitian yang bersifat deskriptif dan analitis yang dituangkan dalam bentuk uraian
mengenai data dan informasi yang diperoleh, sumber data dan informasi, cara
memperolehnya serta hasil pengolahan dan analisis data dan informasi tersebut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup pekerjaan, landasan pekerjaan dan sistimatika penyusunan-nya.
LAMPIRAN :
Surat Bupati Kepulauan Sula Nomor : 640 / 40 / 2007 tentang permohonan Bantuan Teknis
untuk penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Sula.
Surat Keputusan Bupati Kepulauan Sula, Nomor : 192/KPTS.10/KS/2007, tentang Tim Teknis
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (TTP RTRW) Kabupaten Kepulauan Sula.
Outline Laporan Draft Akhir (Tentantive)