Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG ….. (Rini S.

Saptaningtyas)

KAJIAN PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA


RUANG WILAYAH KABUPATEN SE PULAU SUMBAWA
PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

Rini S. Saptaningtyas
Pusat Kajian Permukiman dan Lingkungan Perkotaan (PKPL)
Fakultas Teknik Universitas Mataram

ABSTRAK

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan
pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Memasuki era otonomi, dimana daerah diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumahtangganya, RTRW seyogyanya menjadi dasar pengambilan
kebijakan pembangunan. Tulisan ini merupakan hasil penelitian deskriptif, yang akan memberikan gambaran
atau informasi sejauh mana implementasi RTRW dengan kenyataan di lapangan tentang status RTRW
Kabupaten/Kota yang ada di Pulau Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa : (1) Proses penyusunan RTRW tidak dilakukan secara partsipatif dan memiliki kelemahan secara
substantif, (2) Implementasi RTRW Kabupaten masih belum optimal, dilihat dari lemahnya kelembagaan tata
ruang, RTRW belum digunakan secara optimal sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan pembangunan
daerah, belum adanya dasar hukum dan lemahnya penegakan hukum, serta kurangnya partisipasi masyarakat
dalam penataan ruang.

Kata kunci: RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), Pulau Sumbawa.

ABSTRACT

The urban planning is a regulatory, controlling and guiding of land use in regency/ city. Enter to the
Autonomy era, which each district is given to control and manage its own governance. Urban planning is
supposed to become a based for development policy. This writing is a result of a research that is going to
describe or give information on how far the implementation of urban planning in the islands of Sumbawa West
Nusa Tenggara Province. The conclusions of the research are: (1) stakeholders participatory do not do the
compiling process of urban planning. Moreover it is still lack of material substantive. (2) The implementation of
urban planning is still not yet optimally. It can be seen from the weaknesses of the institutions such as: on their
territory development policy, the weakness of law enforcement and the lack of community participatory in urban
planning.

Keywords: RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), Sumabawa Island.

PENDAHULUAN daerah Kabupaten/Kota tertentu, namun tetap


dalam kerangka kepentingan pembangunan
Dengan diberlakukannya Undang-Undang wilayah Propinsi dan Nasional.
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Memasuki tahun kedua implementasi
dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, masih banyak ditemukan
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat permasalahan dan kendala pembangunan,
dan Daerah, maka landasan administrasi dan terutama dalam kerangka pembangunan wilayah.
keuangan diarahkan untuk mengembangkan Permasalahan umum yang masih ditemukan
otonomi daerah kepada Pemerintah Kabupaten/ antara lain : (1) Kesenjangan dalam dan antar
Kota. Kedua undang-undang tersebut, yang lebih wilayah, (2) Keterbatasan akses ke kawasan
dikenal dengan undang-undang otonomi, terpencil/tertinggal dan akses ke pasar, (3)
memberikan kewenangan yang luas kepada Sistem pembangunan yang masih sentralistik dan
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengatur dan sektoral, (4) Lemahnya keterpaduan program
mengurus rumah tangganya sendiri. Akan tetapi yang berbeda sumber pendanaannya, (5) Belum
harus tetap disadari bahwa kewenangan tersebut efektifnya pemanfaatan rencana tata ruang
tidaklah semata-mata untuk kepentingan suatu

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 133
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 31, No. 2, Desember 2003: 133-140

sebagai alat keterpaduan pembangunan (wilayah/ Peubah yang diteliti meliputi : (1)
sektoral), (6) Pengelolaan pembangunan di Penyusunan RTRW, ditinjau dari proses
daerah belum optimal dalam menunjang upaya penyusunan RTRW, dan substansi RTRW; (2)
pengembangan wilayah, dan (7) Terakumulasi- Implementasi RTRW, ditinjau dari aspek
nya modal di kawasan perkotaan. kelembagaan, aspek dasar pengambilan kebi-
Berkaitan dengan penataan ruang, semua jakan, aspek hukum, dan partisipasi masyarakat.
wilayah Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
Tenggara Barat, kecuali Kota Bima yang baru dan disajikan dalam bentuk tabel.
terbentuk, telah memiliki Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) sebagai alat pengaturan,
pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang HASIL DAN PEMBAHASAN
di wilayah Kabupaten/Kota. Akan tetapi
kebijakan dan strategi pembangunan antar 1. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
wilayah Kabupaten/Kota dalam suatu wilayah
Propinsi, belum menunjukkan keterpaduan antar 1.1. Proses Penyusunan RTRW
wilayah dan antar sektor. Terlebih dengan
Proses penyusunan RTRW Kabupaten se
implementasi otonomi daerah, semua Pemerintah
Pulau Sumbawa secara ringkas digambarkan
Kabupaten/Kota mentargetkan peningkatan
dalam Tabel 1.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga dalam
upaya mencapai target tersebut Pemerintah
Tabel 1. Proses Penyusunan RTRW Kabu-
Daerah seringkali mengeluarkan kebijakan
paten se Pulau Sumbawa Tahun
pemanfaatan ruang yang tidak konsisten dengan
2002
RTRW yang telah disusun.
Memperhatikan permasalahan penataan Uraian Kabupaten
Sumbawa Dompu Bima
ruang dan paradigma baru penataan ruang di Tahun 1983/1984 1999/2000 1985/1986
atas, dalam kerangka pembangunan wilayah, penyusunan
dipandang perlu untuk melakukan evaluasi Tahun revisi 2001 Belum direvisi Belum direvisi
Pelaksana Konsultan Konsultan Konsultan
terhadap implementasi rencana tata ruang Keterlibatan Memberikan Memberikan Memberikan
Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Nusa Dinas/ Instansi data dan data dan data dan
Tenggara Barat. Sebagai tahap awal, telah masukan masukan masukan
Partisipasi Kurang Kurang Sangat kurang
dilakukan penelitian tentang pelaksanaan masyarakat
RTRW Kabupaten/Kota yang ada di Pulau
Sumbawa. Kabupaten Sumbawa merupakan Kabupaten
di Pulau Sumbawa yang pertama kali mulai
menyusun RTRW pada tahun 1984/1984, diikuti
METODE PENELITIAN
Kabupaten Bima pada tahun 1985/1986, sedang-
kan Kabupaten Dompu baru memiliki RTRW
Penelitian ini menggunakan metode
pada tahun 1999/2000. Setelah berjalan selama
deskriptif (descriptive research). dengan maksud
lebih dari sepuluh tahun, Kabupaten Sumbawa
agar dapat memberikan suatu gambaran faktual
melakukan revisi RTRW pada tahun 2001,
tentang tentang penyiapan dan implementasi
sementara Kabupaten Bima setelah lebih dari 15
RTRW Kabupaten. Teknik pengumpulan data
tahun belum melakukan revisi. Revisi RTRW
mengunakan teknik wawancara, diskusi
Kabupaten Bima sudah mendesak untuk
kelompok terfokus (FGD) dan teknik analisis
dilakukan, disamping masa berlaku yang relatif
dokumen.
sudah lama, juga karena pemisahan kota Bima
Wawancara dan diskusi dilakukan dengan
dari Kabupaten Bima menjadi daerah Kota Bima
stakeholders untuk mengetahui berbagai aspek
pada tahun 2002.
kebijakan dan strategi pelaksanaan RTRW
Dalam proses penyusunan RTRW, keter-
Kabupaten/Kota, serta kemungkinan terjadinya
libatan stakeholder dalam perencanaan masih
penyimpangan-penyimpangan terhadap
menggunakan paradigma lama, yaitu antara
kebijakan dan strategi yang sudah digariskan.
pemerintah dengan Konsultan Perencana. Dinas/
Analisis dokumen dilakukan untuk mendapatkan
Instansi terkait terlibat dalam memberikan data
keterangan yang lebih lengkap dan mendukung
dan masukan sebagai anggota Tim Teknis.
dari hasil wawancara dan FGD.
Partisipasi masyarakat dalam proses
penyusunan tata ruang di tiga Kabupaten sangat

134 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
KAJIAN PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG ….. (Rini S. Saptaningtyas)

kurang, yaitu terbatas sebagai responden dalam b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan
wawancara penggalian kebutuhan yang dilaku- keseimbangan perkembangan antar wilayah
kan Konsultan. Sesungguhnya di dalam Undang- serta antar bagian wilayah Kabupaten/Kota
undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan serta keserasian pembangunan antar sektor;
Ruang, pada Pasal 4 Ayat 2 telah diatur dalam c. Arahan bagi penetapan lokasi investasi baik
bahwa setiap orang berhak untuk berperan serta yang akan dilaksanakan pemerintah, masya-
dalam penataan, pemanfaatan dan pengendalian rakat maupun swasta;
ruang. Sehingga perlu diciptakan pola kemitraan d. Arahan pelaksanaan pembangunan berbagai
antara 3 (tiga) komponen stakeholders yaitu : sektor, khususnya prasarana dan sarana
pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini juga perkotaan dan perdesaan dalam pemanfaatan
diperkuat dengan pendapat dari Conyer, D ruang bagi kegiatan pembangunan lingkungan
(1994) bahwa kualitas rencana tata ruang juga yang berkelanjutan;
ditentukan oleh bagaimana partisipasi masya- e. Arahan bagi penyusun rencana detail dan
rakat dalam perencanaan tata ruang tersebut. rencana teknik ruang.
Menurut Conyer (1994), ada tiga alasan
utama mengapa partisipasi masyarakat sangat Ayat (4) menyebutkan bahwa RTRW
penting dalam kegiatan perencanaan, yaitu: (1) Kabupaten/Kota menjadi dasar untuk penerbitan
partisipasi masyarakat merupakan suatu alat perijinan lokasi pembangunan. Dalam hal ini
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, mengisyaratkan bahwa RTRW Kabupaten/Kota
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat tanpa dapat berfungsi sebagai instrumen pengendalian.
kehadirannya program-program pembangunan Namun pada ayat (3) pasal 22 diatas, khusus
serta proyek-proyek akan gagal, (2) masyarakat butir d. mengindikasikan bahwa RTRW
akan lebih mempercayai proyek atau program Kabupaten/Kota masih harus dirinci dan
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam dijabarkan lebih detail. Untuk itu, maka tindak
proses persiapan dan perencanaannya, karena lanjutnya adalah pentingnya disiapkan rencana
mereka akan lebih mengetahui seluk beluk ruang pengankutan lebih rinci yang disebut
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten/
memiliki terhadap proyek tersebut, dan (3) Kota di tingkat Kecamatan atau rencana tata
munculnya anggapan bahwa merupakan suatu ruang kawasan atau umum lebih mengenal
hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam sebagai rencana zoning. Hal ini dapat dicermati
pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dalam ayat (1) Pasal 23.
dirasakan bahwa merekapun mempunyai hak Gambaran tentang isi dan penjabaran
untuk memberi saran dalam menentukan jenis RTRW Kabupaten se Pulau Sumbawa adalah
pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah seperti pada Tabel 2.
mereka sendiri.
Pada proses revisi RTRW Tahun 2001, Tabel 2. Substansi RTRW Kabupaten se
Kabupaten Sumbawa telah mulai memperhatikan Pulau Sumbawa Tahun 2002
partisipasi masyarakat, meskipun masih relatif Isi RTRW dan Kabupaten
kecil, yaitu dengan melakukan sosialisasi Penjabarannya Sumbawa Dompu Bima
penyusunan RTRW di tingkat ibukota Keca- Perumusan visi dan Ada Ada Tidak Ada
misi
matan dan Kelurahan. Pelibatan media massa Arahan rencana umum Ada Ada Ada
juga sudah dimulai mengumumkan rencana tata tata ruang
ruang dan Peraturan Daerah melalui koran lokal Arahan rencana umum Ada Ada Ada
kawasan budidaya
dan siaran radio setempat. Arahan rencana Ada Ada Ada
pengembangan prioritas
1.2 Substansi RTRW Penetapan kriteria rinci Tidak Ada Tidak Ada Ada
dan geometrik
pemanfaatan ruang
Dilihat dari substansinya, RTRW/RUTR Mekanisme proses Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Kabupaten/Kota, sesuai Pasal 22 ayat (3) perizinan
Undang–undang No. 24 tahun 1992 tentang Tindakan hukum Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Fungsi tugas Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Penataan Ruang, pada dasarnya merupakan Dinas/Instansi
pedoman pokok bagi: Penjabaran dalam Sudah dibuat Belum Belum
a. Perumusan kebijakan pokok bagi arah RDTRK untuk 14 Disusun Disusun
Keca-matan,
pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/ namun perlu
Kota; direvisi

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 135
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 31, No. 2, Desember 2003: 133-140

Dilihat dari isi RTRW, Kabupaten c. Tidak memiliki tindakan hukum (Law
Sumbawa dan Kabupaten Dompu telah enforcement) yang jelas dan kuat,
merumuskan visi dan misi tata ruang, sedangkan d. Tidak memiliki kejelasan fungsi tugas
dalam RTRW Kabupaten Bima tidak ada Dinas/Instansi yang seharusnya memiliki
rumusan visi dan misi tata ruang. Sebagai suatu kewenangan penuh dalam menindaklanjuti
dokumen perencanaan, dalam RTRW harus pelaksanaan manfaat ruang.
tergambar bagaimana visi, misi, tujuan dan
sasaran dalam melaksanakan tugas dan fungsi 2. Implementasi RTRW
penataan ruang. Visi adalah pandangan jauh ke
depan, kemana dan bagaimana RTRW harus Secara umum, permasalahan yang terkait
dibawa agar tetap konsisten dan dapat eksis, dengan implementasi penataan ruang Kabupaten
antisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah se Pulau Sumbawa adalah :
suatu gambaran yang menantang tentang 1. Produk rencana tata ruang wilayah Propinsi
keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang dan Kabupaten belum dipakai sebagai acuan
ingin diwujudkan. Misi adalah sesuatu yang dalam penyusunan program pembangunan
harus diemban dan dilaksanakan oleh, sesuai daerah.
visi yang ditetapkan, agar tujuan penataan ruang 2. Dinamika perkembangan masyarakat tidak
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. seimbang dengan upaya perencanaan .
Tujuan merupakan penjabaran dari pernyataan 3. Keterbatasan informasi yang dapat
misi, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai disebarluaskan ke masyarakat sebagai akibat
dalam jangka waktu tertentu; sedangkan sasaran lemahnya sistem informasi penataan ruang.
adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, 4. Keterlibatan masyarakat dan swasta dalam
yaitu sesuatu yang akan dicapai secara nyata penataan ruang rendah
dalam jangka waktu tertentu. 5. Ketidakjelasan kewenangan instansi yang
Isi RTRW lainnya seperti arahan rencana bertanggung jawab terhadap penataan ruang.
umum tata ruang, arahan rencana umum kawasan 6. Keterbatasan kemampuan teknis aparat
budidaya, penetapan kriteria rinci dan geometrik perencanaan di daerah
pemanfaatan ruang, dan arahan rencana 7. Belum adanya pedoman standar dan petunjuk
pengembangan prioritas telah tercantum dalam teknis yang lengkap dalam perencanaan dan
RTRW ketiga Kabupaten. Akan tetapi tidak ada pemanfaatan tata ruang wilayah.
penetapan kriteria rinci dan geometrik 8. Dominasi sektoral (ego sektoral) di Pusat dan
pemanfaatan ruang. Demikian juga dengan Daerah dalam penyusunan program
mekanisme proses perizinan, tindakan hukum, pembangunan cukup tinggi
dan fungsi tugas Dinas/Instansi tidak diatur
dalam RTRW ketiga Kabupaten. Permasalahan-permasalahan dalam imple-
Untuk penjabaran lebih lanjut dari RTRW mentasi tata ruang wilayah Kabupaten tersebut
dalam bentuk Rencana Detail Rencana Tata akan diuraikan dalam tinjauan aspek kelem-
Ruang Kota (RDTRK) Kecamatan, hanya bagaan, aspek dasar pengambilan kebijakan,
Kabupaten Sumbawa yang telah menyusun aspek hukum, dan aspek partisipasi masyarakat.
RDTRK. Akan tetapi, RDTRK untuk 14 Kota
Kecamatan yang disusun dalam kurun waktu 2.1 Aspek Kelembagaan Penataan Ruang
tahun 1989 sampai dengan tahun 1996 tersebut Kabupaten
sudah harus direvisi karena adanya pemekaran
Koordinator kelembangaan (Leading sector)
Kecamatan.
penataan ruang di ketiga Kabupaten adalah
Dari Tabel 2 di atas, dari segi teknis secara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
umum dapat ditemukan bahwa. RTRW Kabu-
(Bappeda), sedangkan Dinas/Instansi yang
paten se Pulau Sumbawa terdapat kelemahan-
terlibat berbeda-beda setiap Kabupaten sesuai
kelemahan mendasar, yaitu :
dengan organisasi kelembagaan daerah masing-
a. Tidak memiliki kelengkapan penetapan
masing. Masalah yang dihadapi dalam
kriteria rinci dan geometrik bagi pemanfaatan
kelembagaan penataan ruang Kabupaten adalah
ruang.
kurangnya sumberdaya tenaga perencana, baik
b. Tidak memiliki instrumen mekanisme atau
dari segi jumlah tenaga, maupun dari segi
tata kerja pelaksanaan dalam rangka proses
kualitas dan kemampuan tenaga perencana,
perizinan.
dilihat dari kesesuaian latar belakang pendidikan,

136 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
KAJIAN PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG ….. (Rini S. Saptaningtyas)

dan masih kurangnya keahlian dan profesio- kota walaupun mungkin secara tidak langsung
nalitas tenaga perencana. (market incentive).
Melihat fungsi tata ruang tersebut, maka
Tabel 3. Kelembagaan Penataan Ruang kebijakan pembangunan seyogyanya menjadikan
Kabupaten se Pulau Sumbawa tahun RTRW sebagai salah satu dasar pengambilan
2002 kebijakan. Akan tetapi, kenyataan yang
Uraian Kabupaten ditemukan di tiga Kabupaten se Pulau Sumbawa,
Sumbawa Dompu Bima RTRW belum dijadikan sebagai acuan dalam
Koordinator Bappeda Bappeda Bappeda penyusunan program pembangunan daerah.
Lembaga
Anggota Dinas Dinas Dinas Selaian RTRW, dokumen perencanaan yang
Kimpraswil, Kimpraswil, Kimpraswil, ada di Kabupaten meliputi Program Pem-
BPN, Bagian BPN, Bagian BPN, Bagian bangunan Daerah (Propeda), Rencana Strategis
Peme- Peme-rintahan Peme-rintahan
rintahan (Renstra), dan Rencana Pembangunan Tahunan
Koordinasi antar Baik Baik Baik Daerah (Repetada). Akan tetapi dokumen-
lembaga dokumen tersebut belum efektif dilaksanakan,
Kejelasan tugas Kurang Kurang Kurang
dan fungsi antar dokumen tidak terintegrasi bahkan
lembaga dlm cenderung tidak terkait. Hal ini merupakan
penataan ruang
Pedoman standar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pemborosan anggaran publik untuk perencanaan,
dan petunjuk dan menimbulkan kerancuan dalam mekanisme
teknis manajemen perencanaan pembangunan.
Kuantias sumber- Kurang Kurang Kurang
daya perencana
Kulitas sumber- Kurang Kurang Kurang 2.3 Aspek Hukum Tata Ruang
daya perencana
Sebagai suatu produk perencanaan yang
Upaya yang perlu dilakukan menyangkut harus dilaksanakan sesuai fungsi dan tujuannya,
kelembagaan penataan ruang Kabupaten se Pulau tata ruang harus mendapatkan legislasi dalam
Sumbawa adalah peningkatan kapasitas bentuk Peraturan Daerah (Perda) Tata Ruang.
(Capacity building) tenaga perencana, baik Ketiga Kabupaten se Pulau Sumbawa belum ada
dengan mengikuti pendidikan formal maupun yang memiliki Perda Tata Ruang. Kabupaten
melalui kegiatan kursus, seminar dan lokakarya Sumbawa dan Kabupaten Dompu sedang dalam
yang terkait dengan bidang tugas penataan ruang. proses penyusunan Rancangan Perda (Raperda),
Selama ini kegiatan penyusunan RTRW dan sedangkan Kabupaten Bima belum memulai
dokumen tata ruang lainnya diserahkan membuat dasar hukum penataan ruang. Produk
pengerjaannya kepada perusahaan Konsultan hukum lainnya adalah berupa peraturan tentang
Perencana sehingga kemampuan tenaga Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
perencana yang ada tidak berkembang, sehingga
perlu dipertibangkan pola swakelola dimana Tabel 4. Aspek Hukum Penataan Ruang
konsultan hanya bertindak sebagai advisor dan Kabupaten se Pulau Sumbawa tahun
fasilitator. 2002
Uraian Kabupaten
2.2 Aspek Rtrw Sebagai Dasar Pengambilan Sumbawa Dompu Bima
Dasar Hukum Belum ada, Belum ada, dalam Belum ada
Kebijakan berupa Perda dalam proses proses
penyusunan penyusunan
Untuk dapat mewujudkan tujuan penataan Raperda Raperda
ruang maka rencana tata ruang kota itu harus Produk hukum Peraturan IMB IMB
lainnya penggu-naan
dilaksanakan sesuai dengan fungsinya, yaitu lahan, IMB
pertama sebagai alat pengatur (regulatory Penyimpangan Pembangunan Pembangunan Pembangunan
planning) dalam proses pembangunan kota yang tanpa IMB, tanpa IMB, tanpa IMB,
perubahan perubahan rencana perubahan
tertuang dalam rumusa-eumusan yang cenderung rencana tata tata guna lahan rencana tata
bersifat deterministik. Kedua pedoman bagi guna lahan guna lahan
upaya-upaya aktif pemerintah/pengelola kota Penegakan Lemah Lemah Lemah
hukum
mempengaruhi dan bahkan mengeksekusi
proses-peoses pembangunan (development
Dalam pelaksanaan RTRW terjadi beberapa
planning). Ketiga sebagai alat perangsang pasar
penyimpangan yang disebabkan oleh tidak
yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan
adanya Perda, dan lemahnya sanksi-sanksi atau

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 137
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 31, No. 2, Desember 2003: 133-140

tindakan hukum yang masih belum ditegakkan. 3. Program Pengembangan Rencana Tata
Sebagai contoh adalah masih banyaknya Ruang
perumahan atau bangunan kantor yang tidak
memiliki ijin mendirikan bangunan (IMB). Di Kabupaten Sumbawa, program yang
Penyimpangan-penyimpangan terjadi antara lain dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten yang
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan berkaitan dengan tata ruang untuk jangka pendek
fungsi atau zoningnya, kepadatan bangunan yang adalah; (1) Menyelesaikan Perda Tata Ruang, (2)
tidak sesuai, serta tidak sesuainya jarak Melakukan sosialisasi RDTRK, (3) Menyusun
bangunan dengan sepadan jalan, sungai atau laut RUTRK dan RDTRK Kecamatan baru, dan (4)
dengan peraturan yang berlaku. Menyusun tata ruang kawasan pengembangan.
Kemudian untuk program jangka panjang adalah
2.4 Aspek Partisipasi Masyarakat Dalam menyesuaikan kondisi RTRW dan RDTRK
Penataan Ruang kecamatan dan tata ruang kawasan.
Di Kabupaten Dompu, upaya pemecahan
Paradigma lama proses perencanaan permasalahan tata ruang telah mulai dilak-
pembangunan lebih mengedepankan paradigma sanakan pula dengan dibentuknya Tim Teknis
politik sentralisasi dan dominannya peranan Pengendali Bangunan, dan menyusun rancangan
negara pada arus utama kehidupan
Perda Tata Ruang, dan memperketat proses
bermasyarakat. Partisipasi lebih diartikan pada
perizinan untuk penerbitan Ijin Lokasi dan Ijin
bagimana upaya mendukung program
Mendirikan Bangunan (IMB). Kabupaten
pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan
Dompu juga telah menyusun rencana program
konsep pelaksanaanya berasal dari pemerintah.
jangka pendek yaitu : (1) Menyusunan Perda
Pada era otonomi daerah, dimana daerah dan
sebagai dasar hukum dalam pemanfaatan ruang,
masyarakat memiliki kewenangan yang besar
untuk mengatur dan mengurus daerahnya, maka (2) Menertibkan pemanfaatan ruang dengan
konsep yang harus dikembangkan adalah melibatkan semua aspek. Sedangkan program
paradigma baru partisipasi, yaitu pengambilan jangka panjangnya adalah mewujudkan kota
bagian dalam kegiatan bersama (Taking part in Dompu yang serasi, seimbang dengan kebutuhan
joint action) dalam kekuasaan dan tanggung dan kemampuan daya dukung pertumbuhan dan
jawab pelaku-pelaku pembangunan (pemerintah, perkembangan kota.
swasta dan masyarakat), tidak hanya secara fisik Sedangkan di Kabupaten Bima, dari
namun juga secara mental. permasalahan diatas ada upaya pemecahan yang
Arnstein (1995) membuat tipologi atau akan dilakukan, antara lain sosialisasi rencana
penggolongan partisipasi masyarakat menjadi tata ruang, membuat Peraturan Daerah tentang
delapan tingkatan, yang biasa dikenal sebagai rencana tata ruang dan melakukan pengendalian
jenjang partipasi masyarakat (a ladder of citizen pemanfaatan ruang. Dan untuk rencana
participation). Kedelapan tingkatan itu dike- kegiatan/program jangka pendek Pemerintah
lompokkan menjadi tiga tipe partisipasi, yaitu : Daerah Tingkat II Bima adalah (1) Revisi
(1) Tidak ikut serta (non partisipation), (2) rencana tata ruang, (2) Menyusun rencana tata
Tingkat penghargaan atau formalitas (degrees of ruang ibukota kecamatan, (3) Melakukan
tokenism), dan (3) Tingkat kekuatan masyarakat sosialisasi Rencana Tata Ruang dan (4) membuat
(degrees of citizen power). Perda Tata Ruang. Sedang program jangka
Dalam implementasi penataan ruang di tiga panjangnya adalah pengendalian pemanfaatan
Kabupaten se Pulau Sumbawa, paradigma ruang.
partisipasi masyarakat dalam penataan ruang Memperhatikan program jangka pendek dan
yang dikembangkan masih paradigma lama. program jangka panjang penataan ruang di atas,
Berdasarkan tipologi atau penggolongan belum memberikan ruang yang lebih luas bagi
partisipasi masyarakat dari Arnstein (1995), partisipasi masyarakat dalam penataan ruang. Ke
maka partisipasi masyarakat dalam penataan depan, peningkatan partisipasi masyarakat
ruang tergolong dalam kelompok dua, tingkat sebagai subyek atau pelaku pembangunan perlu
penghargaan atau formalitas (degrees of lebih ditingkatkan. Dalam kegiatan revisi RTRW
tokenism), dimana Anggota masyarakat boleh dan penjabaran lebih lanjut dari RTRW,
didengar dan harus di dengar, akan tetapi mereka masyarakat harus dilibatkan dalam pembuatan
tidak punya kekuasaan, sehingga pandangan keputusan, kebijaksanaan, perencanaan
mereka kurang didengar oleh pengambil pembangunan. Masyarakat diberikan kesempatan
keputusan. untuk mengemukakan pendapat dan aspirasinya

138 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
KAJIAN PENYUSUNAN DAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG ….. (Rini S. Saptaningtyas)

dalam menilai suatu rencana yang akan ruang, antara lain tidak semua Kabupaten
ditetapkan. Masyarakat juga diberi kesempatan memberikan dasar hukum yang kuat
untuk menimbang suatu keputusan yang akan (dalam bentuk Perda) terhadap RTRW.
diambil. Partisipasi dalam pembuatan keputusan b. Pemerintah Kabupaten tidak memiliki
adalah proses dimana prioritas-prioritas rencana kejelasan fungsi tugas Dinas/Instansi yang
dipilih untuk diruangkan dalam program seharusnya memiliki kewenangan penuh
pembangunan, sehingga dengan mengikut- dalam menindaklanjuti pelaksanaan man-
sertakan masyarakat secara tidak langsung faat ruang.
mereka telah mengalami pendidikan dalam c. Keterbatasan kemampuan teknis aparat
menentukan masa depannya secara demokratis. perencanaan di daerah
Dalam implementasi kebijakan tata ruang, d. Belum adanya pedoman standar dan
masyarakat dilibatkan dalam mengevaluasi dan petunjuk teknis yang lengkap dalam peren-
mengawasi pembangunan, yaitu bagaimana ikut cananaan dan pemanfaatan tata ruang
serta menilai dan mengawasi kegiatan pem- wilayah.
bangunan serta memelihara hasil-hasil pem- e. Kurangnya keterlibatan masyarakat dan
bangunan yang dicapai. Peningkatan peranserta swasta dalam, implementasi dan penga-
masyarakat dalam penataan runag ini harus wasan tata ruang
dilengkapi dengan perangkat hukum dan
penegakan hukum (Law enforcement) sehingga 2. Saran-saran
tidak ditemukan lagi penyimpangan tata ruang.
Dengan demikian rencana tata ruang sebagai alat Kepada Pemerintah Kabupaten disarankan
pengaturan, pengendalian dan pengarahan hal-hal sebagai berikut :
pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten dapat 1. RTRW Kabupaten agar digunakan secara
dilaksanakan sesuai fungsinya. optimal sebagai acuan dalam penyusunan
program pembangunan daerah.
2. Melengkapi RTRW Kabupaten dengan
KESIMPULAN DAN SARAN penetapan kriteria rinci dan geometrik bagi
pemanfaatan ruang, dan instrumen meka-
1. Kesimpulan nisme atau tata kerja pelaksanaan dalam
rangka proses perizinan.
Berkaitan dengan impelementasi RTRW 3. Memperjelas fungsi tugas Dinas/Instansi yang
Kabupaten se Pulau Sumbawa dapat disimpulkan seharusnya memiliki kewenangan penuh
hal-hal sebagai berikut : dalam menindaklanjuti pelaksanaan manfaat
1. Dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten ruang.
se Pulau Sumbawa belum melibatkan 4. Melaksanakan penegakan hukum (Law
partisipasi masyarakat dan swasta. enforcement) terhadap penyimpangan tata
2. Secara substansi dapat ditemukan bahwa ruang dengan cara : (i) memberikan dasar
RTRW Kabupaten se Pulau Sumbawa hukum yang jelas dan kuat dalam bentuk
terdapat kelemahan-kelemahan mendasar, Peraturan Daerah tentang Tata Ruang, dan (ii)
yaitu : mengefektifkan pengawasan terhadap imple-
a. Tidak memiliki kelengkapan penetapan mentasi tata ruang dan perizinan bangunan
kriteria rinci dan geometrik bagi peman- oleh Polisi Pamong Praja.
faatan ruang 5. Meningkatkan peran serta masyarakat dan
b. Tidak memiliki instrumen mekanisme atau swasta dalam proses penyusunan, implemen-
tata kerja pelaksanaan dalam rangka tasi dan pengawasan tata ruang, misalnya
proses perizinan. dengan memperluas informasi penataan ruang
c. Keterbatasan informasi yang dapat di- kepada masyarakat.
sebarluaskan ke masyarakat sebagai akibat
lemahnya sistem informasi penataan Sedangkan kepada Pemerintah Pusat dan
ruang. Propinsi agar membantu meningkatkan kemam-
3. Dalam implementasi dan pengawasan tata puan teknis aparat perencanaan di daerah dalam
ruang Kabupaten di Pulau Sumbawa : bentuk asistensi dan pelatihan, serta membuat
a. Pemerintah Kabupaten tidak memiliki pedoman standar dan petunjuk teknis yang
tindakan hukum (Law enforcement) yang lengkap dalam perencananaan dan pemanfaatan
jelas dan kuat terhadap penyimpangan tata tata ruang wilayah.

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 139
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 31, No. 2, Desember 2003: 133-140

DAFTAR PUSTAKA

Arnstein, J.M., Classic Reading in Urban


Planning An Introduction. McGraw Hill.
Inc., New York. 1995.

BPS Propinsi NTB, Nusa Tenggara Barat Dalam


Angka 2000. Kerjasama Badan Pusat
Statistik Propinsi NTB dengan BAPPEDA
Propinsi NTB. Mataram, 2000.

Conyer, D., Introduction to Development


Planning in the Third World, John Willey
and Sons, New York. 1984.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi


Nusa Tenggara Barat Tahun 2000 – 2015.
Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat,
Mataram.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Sumbawa 2002–2011. Pemerintah Kabu-
paten Sumbawa – Badan Perencanaan
Daerah. Sumbawa Besar.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah


Tingkat II Bima Tahun 2006. Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Bima. Raba
– Bima.

Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Dompu. Pemerintah Daerah Tingkat II
Dompu. Badan Perencanaan Pemba-
ngunan Daerah (Bappeda). Dompu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24


tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

140 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/

Anda mungkin juga menyukai