D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M UM
BADANPusat Litbang
PENELITIAN Sumber
DAN P E N G E M B A N G A NAir
Daya
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
BALAIBALITBANG
BANGUNAN HIDRAULIK DEPARTEMEN
DAN GEOTEKNIK KEAIRANPU
Jalan Ir. H. Juanda 193 Bandung 40135, Telp. (022) 2505936, 2516374; E-mail : stabhgk@melsa.net.id
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Semakin menurunnya kualitas permukiman yang ditunjukkan antara lain :
a) Kemacetan, kawasan kumuh, pencemaran (Air, Udara, Suara, Sampah), dan
hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau (RTH) untuk artikulasi sosial
dan kesehatan masyarakat terutama di perkotaan
b) bencana alam gempa, banjir dan longsor yang frekuensi-nya semakin sering
dan dampaknya semakin luas, terutama pada kawasan yang berfungsi lindung.
2
9325000 690000 695000 700000 705000 710000 715000
9325000
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1972
9320000
9320000
9315000
9315000
9310000
9310000
KETERANGAN
9305000
9305000
DANAU
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH
9300000
9300000
VEGETASI
1972
690000 695000 700000 705000 710000 715000
9325000
9325000
9295000
9295000
9320000
9315000
9315000
9325000
9325000
9310000
9310000
9320000
9320000
KETERANGAN
9305000
9305000
1983
DANAU
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH
URBAN
9300000
9300000
VEGETASI
9315000
9315000 2000 0 2000 Meters
9295000
9295000
9310000
9310000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
9325000
9325000
KETERANGAN
9305000
9305000
AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN Peta Penutupan Lahan
RAW A/TAMBAK/LAUT DKI Jakarta Tahun 1998
9320000
9320000
SAWAH
9300000
9300000
VEGETASI
1993
9315000
9315000
9295000
9295000
9310000
9310000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
9325000
9325000
KETERANGAN
9305000
9305000
AIR/SUNGAI
9320000
9320000
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH
9300000
9300000
VEGETASI
9315000
9315000
9295000
9295000
9310000
9310000
lain-lain akibat konversi guna lahan KETERANGAN
9305000
9305000
AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH
9300000
9300000
VEGETASI
2002
23
9295000
9295000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
MASALAH BANJIR & DRAINASE
JAKARTA
Sumber: www.bmg.go.id
• Pengembangan Perkotaan lebih didasari pada
pertimbangan target perkembangan ekonomi,
sosial atau arsitektural, dari pada kelestarian
alam
KEBUTUHAN
RUANG FISIK PERKEMBANGAN KETERBATASAN
KOTA PEMERINTAH
SECARA DOMINASI
KEBUTUHAN TIDAK TERPADU SEKTOR SWASTA/
PELAYANAN
PENGEMBANG
UMUM
MASALAH
BANJIR & DRAINASE
• Budaya Masyarakat & Pelaku Pembangunan yang
kurang peduli terhadap lingkungan, maupun air
Manakala tanggung jawab peroranganan terabaikan, hal
tersebut akan bergesar menjadi tanggung jawab publik
• Masalah klasik :
Banjir / Genangan,
Erosi dan Sedimentasi,
Kekeringan / Kekurangan air (air permukaan /air tanah)
Konflik Kepentingan,
Pencemaran Air & Lingkungan.
PENGURANGAN LAHAN PARKIR AIR SEBAGAI
DAMPAK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
KGS
2004
Kelapa Gading
Inkopal Permai (1996)
(2001)
Pondok Gading
Utama
Komplek
(1993)
Walikota
(1980)
Kelapa Gading
Permai (1985) Bangun Cipta
Sarana (1980)
Griya
Kelapa
Gading
(1995)
JAKARTA TERUS BERKEMBANG
KELAPA GADING
SEBUAH KOTA DALAM KOTA
BER-CITA2 MENJADI SINGAPURA-NYA JAKARTA
10%
• PANAS MATAHARI DISERAP KOTA DG
HUTAN KOTA 90%
• 80% UTK FOTOSINTESA YG
80% MENGHASILKAN OKSIGEN DAN PANAS
KOTA HANYA 10%
• 10% LAINNYA KEMBALI KE ANGKASA
10% • SEHINGGA MENJADIKAN KOTA SEJUK
DAN SEGAR
SELAMATKAN ALAM BANDUNG
DG MEMPERBANYAK HUTAN KOTA • HUTAN KOTA: UU 41/1999 DAN PP
63/2002
PETER HEHANUSSA/ SOBIRIN 29 APRIL 2003
USAHA PENANGGULANGAN
Pengaturan
Elevasi
CARA-CARA PENERAPAN (2)
b. Meminimumkan perubahan fungsi hidrologi
pada pembangunan :
Mengurangi tingkat kekedapan
Mengatur agar lahan kedap tidak menerus
Memelihara fungsi hidrologi ruang luar dengan
menggunakan material alami (tanaman alami, tanah
dan pasir)
Melindungi sumber daya alam dan ekosistem
Memelihara jaringan drainase alami, mengurangi
penggunaan pipa-pipa.
Meminimumkan penebangan hutan atau pohon dan
pemangkasan lahan.
Membangun bioretensi / taman / hutan kota / taman
atap
Pengaturan Jalur
•Bioretensi
“Lahan Pengolah”
•Sel Bioretensi
ran
r Ali
•Jalu
•Sistem Drainase •Jalur Filter
p ut
•Rum Rumput
•Sell Bioretensi
CARA-CARA PENERAPAN (3)
c. Mengontrol limpasan permukaan pada
sumbernya, dengan menyediakan tampungan
limpasan tersebar merata di permukaan lahan,
dengan membuat
• Variasi-variasi kolam
detensi / retensi,
• Embung, tampungan
palung sungai,
• Fasilitas Resapan
Bangunan Resapan
Bangunan ruang luar (landscape) multi fungsi.
46
DENGAN UU-26_2007 PENATAAN RUANG NYAMAN
AMAN
MENUJU RUANG NUSANTARA YANG AMAN,
NYAMAN, PRODUKTIF, DAN BERKELANJUTAN
PRODUKTIF BERKELANJUTAN
4
HAL-HAL POKOK YANG DIATUR UU NOMOR 26/2007
TENTANG PENATAAN RUANG
1. Strategi Umum dan Strategi Implementasi Penyelenggaraan
Penataan Ruang
2. Pembagian Kewenangan yang Lebih Jelas antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang
3. Kejelasan Produk Rencana Tata Ruang (Bukan Hanya
Administratif, tetapi dapat pula Fungsional)
4. Penekanan pada Hal-hal yang Bersifat Sangat Strategis Sesuai
Perkembangan Lingkungan Strategis dan Kecenderungan yang
Ada
5. Penataan Ruang Mencakup Ruang Darat, Ruang Laut, dan
Ruang Udara, termasuk Ruang di dalam Bumi, sebagai Satu
Kesatuan
6. Pengaturan Ruang pada Kawasan-Kawasan yang dinilai Rawan
Bencana (Rawan Bencana Letusan Gunung Api, Gempa Bumi,
Longsor, Gelombang Pasang dan Banjir, SUTET, dll.)
7. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dan 5
Metropolitan
1. STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pasal 3
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional dengan:
a) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan;
b) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya
manusia; dan
c) Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaaatan ruang.
STRATEGI
STRATEGI
UMUM:
UMUM: a) Menyelenggarakan penataan ruang wilayah nasional secara
komprehensif, holistik, terkoordinasi, terpadu, efektif dan efisien
dengan memperhatikan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial,
Pasal 6 budaya, pertahanan, keamanan, dan kelestarian lingkungan
hidup
b) Menerapkan prinsip-prinsip “komplementaritas” dalam rencana
Pasal 6 (2) struktur ruang dan rencana pola ruang RTRW Kabupaten/Kota
dan RTRW Provinsi.
Pasal 7 – 3 c) Memperjelas pembagian wewenang antara Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan penataan ruang
Ps. 17, Ps. 28 –
30 d) Memberikan perhatian besar kepada aspek 7
lingkungan/ekosistem
1. …Lanjutan
STRATEGI IMPLEMENTASI
Strategi implementasi dilakukan antara lain, melalui :
a) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus dapat dijadikan
acuan pembangunan, sehingga RTRW harus memuat arah
pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan.
b) Pemanfaatan ruang harus mampu mendukung pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan dan tidak menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas ruang.
c) Penekanan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara
sistemik melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi.
d) Penerapan peraturan zonasi secara konsisten yang merupakan
kelengkapan dari rencana detail tata ruang.
e) Penegakan hukum yang ketat dan konsisten untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
13
Tata cara
Pengembangan Kawasan
Gambar 21
Kerangka Kerja Pelaksanaan Penataan Ruang
Analisis Masalah
Diskusi / Konsultasi dengan Klien & Stakeholders
4
B 4
B
4
A 5
B 5
4
B
3 B
4 3
4 B
B 3 B
A 4 5
A B
B
3
4
B
A
1 BLOK A 107,13
2 BLOK B 68,18
3 BLOK C 112,76
4 BLOK D 58,24
5 BLOK E 123,78
6 BLOK F 110,01
15
Contoh Peraturan Zonasi (zoning map dan zoning text) untuk Blok
C
16
2. PEMBAGIAN KEWENANGAN YANG LEBIH JELAS ANTARA
PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN
PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
PERAN MASYARAKAT
Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
PERENC. TR PERENC. TR PERENC. TR
NASIONAL PROVINSI KAB./KOTA
18
3…Lanjutan
21
2. PEMBAGIAN KEWENANGAN YANG LEBIH JELAS ANTARA
PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN
PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pasal 28 – 30
Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
wilayah kota minimal 30%, dimana proporsi RTH
Publik pada wilayah kota minimal 20%.
Proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari
Pasal 17
luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
dimaksudkan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
Pasal 8
Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang harus dipenuhi sebagai alat Pemerintah
dan pemerintah daerah untuk menjamin akses
dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat
secara lebih merata.
Pasal 35 – 40
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan
melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, dan
pengenaan sanksi.
22
4 …Lanjutan
RUANG TERBUKA
NON HIJAU PUBLIK
RTH PRIVAT
TIPOLOGI RTH
Kepemilika
Fisik Fungsi Struktur
n
Ruang
Ekologis
Terbuka Pola
Hijau RTH RTH Publik
Ekologis
(RTH) Alami Sosial/
Budaya
RTH Arsitektural
Pola
Non-
Planologis RTH Privat
alami Ekonomi
25
III. HAL-HAL POKOK YANG DIATUR UU 26/2007 TENTANG
PENATAAN RUANG ...lanjutan
8. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perdesaan dan Agropolitan
9. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perbatasan sebagai Kawasan Strategis
Nasional (termasuk pula Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan)
10. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional dari Sudut Pandang
Ekonomi (Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET), Kerjasama Ekonomi Sub Regional, serta Kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Bebas)
11. Penegasan Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
12. Penguatan Aspek Pelestarian Lingkungan Hidup dan Ekosistem (Bukan hanya
Poleksosbudhankam)
13. Diperkenalkannya Perangkat Insentif dan Disinsentif
14. Pengaturan Sanksi
15. Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penataan Ruang
16. Pengaturan Jangka Waktu Penyelesaian Aturan-Aturan Pelaksanaan sebagai
Tindak Lanjut dari Terbitnya UU Penataan Ruang Ini
17. Pengaturan pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
6
11. PENEGASAN HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 60 Pasal 61 Pasal 65 & 66
KOTA DEPOK
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
KAB, BOGOR
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
Limbah ternak
KOTA DEPOK
Limbah domestik
Limbah industri
Persawahan Permukiman
Administratif Pidana
Pasal 69 – 74
Pasal 63
peringatan tertulis; penjara;
penghentian sementara denda;
kegiatan;
Pemberhentian secara
penghentian sementara tidak hormat dari
pelayanan umum; jabatannya
pembongkaran bangunan;
Perdata
Pasal 75
APBD Kota
Swasta
Programing
PROSES : KISS
Budgeting
Penjadwalan
Sistem Koordinasi
Pelaksanaan - Metode Pendekatan
Who Doing What?
Sistem Pembagian Kewenangan
Kelembagaan Integrasi
- Rencana Terpadu
Masyarakat Sinkronisasi
- Program
Dunia Usaha
Pemerintah
BAGAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
No. Aspek Hukum / Aspek Perencanaan Aspek Pelaksanaan/ Aspek Pengendalian
Kebijakan lain Pemanfaatan
-UU NO.32 Tahun 2004 Ditetapkan Oleh: ●Penatagunaan tanah, air, BADAN
- PP No.47 Tahun 1997 tentang Presiden RTRW NASIONAL udara, dan SDA Lainnya*
Rencana RTRW Nasional melalui -Rencana Induk Sektoral KOORDINASI
I.
-UU. No 24 Tahun 1992 Persetujuan -Rencana Induk ●Pengaturan/Pembinaan** TATA RUANG
DPR Prasarana Nasional
tentang Penataan Ruang ●Pelaksanaan Program*** NASIONAL
STUDI KELAYAKAN
UU. No. 24 Tahun 1992
RTRW PROVINSI :
Pasal 21 Ayat 1,2, 3
Ditetapkan Oleh:
●Penatagunaan tanah, air, BADAN KOORDINASI
II. PERDA -Arahan Penataan Ruang di Tingkat udara, dan SDA Lainnya*
TATA RUANG DAERAH
DPRD
PROVINSI Provinsi terkait denganKawasan Lindung, ●Pengaturan/Pembinaan** DI TINGKAT
PROVINSI
Budidaya, dan Kawasan Strategis Provinsi yang PROVINSI :
●Pelaksanaan Program***
Menyangkut Kawasan Lindung Kota/Kab BAPPEDA