Anda di halaman 1dari 79

PELIBATAN MASYARAKAT DAN SWASTA

DALAM PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN


Sebagai Upaya Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kompensatif dan Antisipasi
Perubahan Iklim Global

IR. JOYCE MARTHA WIDJAYA M.Sc.


Peneliti Madya bidang drainase, Puslitbang Sumber Daya Air

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M UM
BADANPusat Litbang
PENELITIAN Sumber
DAN P E N G E M B A N G A NAir
Daya
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
BALAIBALITBANG
BANGUNAN HIDRAULIK DEPARTEMEN
DAN GEOTEKNIK KEAIRANPU
Jalan Ir. H. Juanda 193 Bandung 40135, Telp. (022) 2505936, 2516374; E-mail : stabhgk@melsa.net.id
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
 Semakin menurunnya kualitas permukiman yang ditunjukkan antara lain :
a) Kemacetan, kawasan kumuh, pencemaran (Air, Udara, Suara, Sampah), dan
hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau (RTH) untuk artikulasi sosial
dan kesehatan masyarakat terutama di perkotaan
b) bencana alam gempa, banjir dan longsor yang frekuensi-nya semakin sering
dan dampaknya semakin luas, terutama pada kawasan yang berfungsi lindung.

 Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan berimplikasi pada


terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan
permukiman/perkotaan secara signifikan.
 Penurunan luas kawasan Hutan Tropis dan kawasan resapan air, serta
meningkatnya DAS kritis
 Rencana Tata Ruang Wilayah belum sepenuhnya menjadi acuan dalam
pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada Perencanaan, sehingga terjadi
inkonsistensi pelaksanaan pembangunan terhadap RTR serta lemahnya
pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang.
 Euphoria Otonomi Daerah yang lebih berorientasi pada peningkatan PAD
yg bersifat jangka pendek (dibanding peningkatan PDRB dlm jangka
panjang), serta keinginan mengembangkan infrastruktur regional secara
sendiri-sendiri yang menjadi tidak efisien.

2
9325000 690000 695000 700000 705000 710000 715000

9325000
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1972

9320000
9320000

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

9315000
9315000

2000 0 2000 Meters

DI JAKARTA TAHUN 1972-2002

9310000
9310000

KETERANGAN
9305000

9305000
DANAU
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH
9300000

9300000
VEGETASI

1972
690000 695000 700000 705000 710000 715000
9325000

9325000
9295000
9295000

Peta Penutupan Lahan


690000 695000 700000 705000 710000 715000 DKI Jakarta Tahun 1983
9320000

9320000
9315000
9315000

690000 695000 700000 705000 710000 715000


2000 0 2000 Meters

9325000
9325000
9310000
9310000

Peta Penutupan Lahan


DKI Jakarta Tahun 1993

9320000
9320000
KETERANGAN
9305000

9305000
1983
DANAU
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH
URBAN
9300000

9300000
VEGETASI

9315000
9315000 2000 0 2000 Meters
9295000
9295000

9310000

9310000
690000 695000 700000 705000 710000 715000

690000 695000 700000 705000 710000 715000

9325000

9325000
KETERANGAN

9305000
9305000

AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN Peta Penutupan Lahan
RAW A/TAMBAK/LAUT DKI Jakarta Tahun 1998

9320000
9320000
SAWAH

9300000
9300000

VEGETASI

1993

9315000
9315000

9295000
9295000

2000 0 2000 Meters


690000 695000 700000 705000 710000 715000

9310000

9310000
690000 695000 700000 705000 710000 715000

9325000
9325000
KETERANGAN

9305000
9305000

AIR/SUNGAI

Jakarta telah secara signifikan


FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA Peta Penutupan Lahan
PERMUKIMAN DKI Jakarta Tahun 2002

9320000

9320000
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH

9300000
9300000

VEGETASI

kehilangan daerah hijau, daerah resapan 1998

9315000

9315000
9295000
9295000

2000 0 2000 Meters

air, danau-danau kecil dan waduk, dan


690000 695000 700000 705000 710000 715000

9310000
9310000
lain-lain akibat konversi guna lahan KETERANGAN

9305000

9305000
AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN
RAW A/TAMBAK/LAUT
SAWAH

9300000
9300000
VEGETASI

2002
23
9295000

9295000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
MASALAH BANJIR & DRAINASE

JAKARTA

Sumber: www.bmg.go.id
• Pengembangan Perkotaan lebih didasari pada
pertimbangan target perkembangan ekonomi,
sosial atau arsitektural, dari pada kelestarian
alam

KEBUTUHAN
RUANG FISIK PERKEMBANGAN KETERBATASAN
KOTA PEMERINTAH
SECARA DOMINASI
KEBUTUHAN TIDAK TERPADU SEKTOR SWASTA/
PELAYANAN
PENGEMBANG
UMUM

MASALAH
BANJIR & DRAINASE
• Budaya Masyarakat & Pelaku Pembangunan yang
kurang peduli terhadap lingkungan, maupun air
 Manakala tanggung jawab peroranganan terabaikan, hal
tersebut akan bergesar menjadi tanggung jawab publik

• Pelaku Pembangunan yang menganggap masalah air


sebagai objek minor dalam perencanaannya.
 Air sebagai komoditas Sosial, Ekonomi & Spiritual,
penting bagi kehidupan.
Analisis Dampak Pembangunan Perkotaan

Areal Resapan Alami << ; Muka Airtanah <<

Kecepatan & volume limpasan air permukaan >>


PERMASALAHAN yang BERKEMBANG

• Cepat atau lambat pengembangan perkotaan


seperti ini tidak dapat berlanjut.
 salah satu contoh kasus adalah banyaknya perumahan
yang ditinggalkan karena bermasalah dengan ketidak
tersediaannya air atau kebanjiran

• Masalah klasik :
 Banjir / Genangan,
 Erosi dan Sedimentasi,
 Kekeringan / Kekurangan air (air permukaan /air tanah)
 Konflik Kepentingan,
 Pencemaran Air & Lingkungan.
PENGURANGAN LAHAN PARKIR AIR SEBAGAI
DAMPAK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1976 1989 2004


Lahan kosong
PEMBANGUNAN DI KAWASAN KELAPA GADING
Permata
Gading
Villa (1996)

KGS
2004

Kelapa Gading
Inkopal Permai (1996)
(2001)
Pondok Gading
Utama
Komplek
(1993)
Walikota
(1980)
Kelapa Gading
Permai (1985) Bangun Cipta
Sarana (1980)
Griya
Kelapa
Gading
(1995)
JAKARTA TERUS BERKEMBANG
KELAPA GADING
SEBUAH KOTA DALAM KOTA
BER-CITA2 MENJADI SINGAPURA-NYA JAKARTA

GAMBAR-LOGO: www.yahoo.com/ SUMMARECON


DAMPAK PENGEMBANGAN PARSIAL KAWASAN
TERHADAP KONDISI SISTEM DRAINASE
PENGEMBANGAN WILAYAH PERKOTAAN
Sejak 1980 an
MASALAH BANJIR DAN
GENANGAN YANG
SEMAKIN PARAH

INUNDATION AREA (TANAH MAS REAL ESTATE)


Dampak Pembangunan Jalan Tol terhadap
Pola dan Sistem Drainase

Tidak sedikit Jalan Tol yang terfungsikan sebagai bendung


Peta Penurunan MAT Dalam
Peta Penurunan Muka Tanah
Peta Zona di bawah Muka Laut
Rumah Amblas yang Ditinggalkan
Akibat Banjir
Perencanaan fungsi gorong-gorong tidak sesuai beban sebenarnya
Tumpukan Sampah di Pintu Air K.Semarang
Jembatan Jl. Agus Salim
Sampah sebagai penghalang aliran air ke Pompa Sistem Polder
CITARUM DI MUSIM KEMARAU
AIRNYA SEDIKIT, HITAM, BERSAMPAH, BAU SEKALI
LS, 541, SOBIRIN
RTRW vs Rencana Induk Drainase Kodya Semarang
Masterplan Drainase Jakarta 1973
Mitigasi
(Penurunan Carbon Diet)
• Energi
– Penghematan listrik, air
– Effisiensi sistem pemanasan,
heating, pendinginan
• Transport
– Jalan kaki, bersepeda: kota
bersepedah, antisipasi kemacetan
– LPG, CNG, biofuel
• Sampah & Air
– 3R’s
• Tata guna lahan
– Penghutanan
– Rencana Tata Kota
RTH bisa menurunkan temperatur & kadar
CO2
20%

• PANAS MATAHARI DISERAP KOTA


80% 80%
• 20% KEMBALI KE ANGKASA
STOP PEMBANGUNAN KOTA
YG TDK BERWAWASAN LINGKUNGAN • SEHINGGA MENJADIKAN PULAU
PANAS KOTA (HEAT ISLAND)

10%
• PANAS MATAHARI DISERAP KOTA DG
HUTAN KOTA 90%
• 80% UTK FOTOSINTESA YG
80% MENGHASILKAN OKSIGEN DAN PANAS
KOTA HANYA 10%
• 10% LAINNYA KEMBALI KE ANGKASA
10% • SEHINGGA MENJADIKAN KOTA SEJUK
DAN SEGAR
SELAMATKAN ALAM BANDUNG
DG MEMPERBANYAK HUTAN KOTA • HUTAN KOTA: UU 41/1999 DAN PP
63/2002
PETER HEHANUSSA/ SOBIRIN 29 APRIL 2003
USAHA PENANGGULANGAN

 Perlu alternatif / usaha substitusi


penyebab dampak negatif
pembangunan, dengan cara
menerapkan pemulihan fungsi hidrologi
dalam perencanaan tapak.
MAKSUD dan TUJUAN
● Menanggulangi dampak negatif
pembangunan terhadap Sumber Daya Air,
 dengan menerapkan sanksi kompensatif pada
kegiatan pembangunan.

● Menciptakan mekanisme pengendalian


limpasan permukaan melalui kreasi
pembentukan permukaan lahan atau
penataan ruang
 agar dapat berfungsi serupa dengan kondisi
alami sebelum dibangun, dengan teknologi
desain tapak yang mampu menyimpan,
meresapkan dan menangkap air buangannya.
KONSEP DASAR PENANGGULANGAN
KOMPENSATIF

● Menerapkan sanksi kompensatif terhadap setiap


kegiatan pembangunan, melalui kreasi landsekap
dengan atau tanpa teknologi, menggunakan
metode non struktur dan sederhana.
● Meminimumkan perubahan fungsi hidrologi pada
pembangunan (∆ q = 0).
● Mengontrol masalah di sumbernya (bertindak
mikro)
● Mengelola secara sistemik (berwawasan
makro/holistik)
● Menerapkan manajemen asset berbasis
masyarakat pengguna (penyuluhan, pengelolaan
O & P, penerapan kebijakan).
Bertindak lokal
-Berwawasan Makro
Azas Holistik

Studi Amdal Perencanaan Perencanaan Perencanaan


Tata Ruang Tata Air Infrastrukur
Tingkat Keterkaitan dan Kesetaraan
Pengelolaan Tata Ruang & Tata Air

Tata Ruang Tata Air


Makro
Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kebijakan Nasional
Nasional SD Air
Kebijakan
RTRW Provinsi Pengelolaan SD Air
Prov
RTRW Kota & Rencana Induk
Kabupaten Prasarana Kab/ Kota

Rencana Rinci Tata Ruang Rencana Sistem Drainase


Wilayah Rinci Wilayah
Kecamatan (RRTRK) Kecamatan
Rencana Sistem
Blok Plan Drainase & Tata
Mikro Air Kawasan
Azas Antisipatif
Perubahan Iklim Global
• Penghematan dan Pelestarian dengan
prinsip 3 R (Reuse, Reduce, Recycle)
– Menampung air layak pakai
– Memanfaatkan air bekas pakai untuk
menyiram tanaman & penggelontoran
CARA-CARA PENERAPAN (1)

a. Mengatur bentuk lansekap, sebagai sanksi


kompensatif terhadap setiap kegiatan pembangunan
seperti :
• Menetapkan elevasi taman lebih rendah dari
elevasi jalan, agar taman menjadi tempat parkir
sementara bila terjadi genangan.
• Elevasi jalan lebih rendah dari elevasi lahan
• Mengatur jalur aliran drainase.

Pengaturan
Elevasi
CARA-CARA PENERAPAN (2)
b. Meminimumkan perubahan fungsi hidrologi
pada pembangunan :
 Mengurangi tingkat kekedapan
 Mengatur agar lahan kedap tidak menerus
 Memelihara fungsi hidrologi ruang luar dengan
menggunakan material alami (tanaman alami, tanah
dan pasir)
 Melindungi sumber daya alam dan ekosistem
 Memelihara jaringan drainase alami, mengurangi
penggunaan pipa-pipa.
 Meminimumkan penebangan hutan atau pohon dan
pemangkasan lahan.
 Membangun bioretensi / taman / hutan kota / taman
atap
Pengaturan Jalur
•Bioretensi
“Lahan Pengolah”

•Sel Bioretensi

ran
r Ali
•Jalu
•Sistem Drainase •Jalur Filter
p ut
•Rum Rumput

•Sell Bioretensi
CARA-CARA PENERAPAN (3)
c. Mengontrol limpasan permukaan pada
sumbernya, dengan menyediakan tampungan
limpasan tersebar merata di permukaan lahan,
dengan membuat

• Variasi-variasi kolam
detensi / retensi,
• Embung, tampungan
palung sungai,
• Fasilitas Resapan
Bangunan Resapan
Bangunan ruang luar (landscape) multi fungsi.

Taman / Ruang Luar dengan Multifungsi


Prosedure dan Tata Laksana Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
RTH bagian dari Tata Ruang Wilayah
5. Undang-undang Penataan Ruang telah mengakomodasi
perkembangan lingkungan strategis seperti pengaturan
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) di Perkotaan dan
Daerah Aliran Sungai (DAS), STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM), integrasi penataan ruang DARAT,
LAUT, dan UDARA, PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG, Penataan Ruang Kawasan PERKOTAAN dan
PERDESAAN, dan Aspek Pelestarial LINGKUNGAN
HIDUP.
6. Dengan telah diakomodasikannya berbagai issue
strategis penataan ruang di dalam UU Penataan Ruang,
diharapkan nantinya penyelenggaraan penataan ruang
dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna.

46
DENGAN UU-26_2007 PENATAAN RUANG NYAMAN
AMAN
MENUJU RUANG NUSANTARA YANG AMAN,
NYAMAN, PRODUKTIF, DAN BERKELANJUTAN

PRODUKTIF BERKELANJUTAN

4
HAL-HAL POKOK YANG DIATUR UU NOMOR 26/2007
TENTANG PENATAAN RUANG
1. Strategi Umum dan Strategi Implementasi Penyelenggaraan
Penataan Ruang
2. Pembagian Kewenangan yang Lebih Jelas antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang
3. Kejelasan Produk Rencana Tata Ruang (Bukan Hanya
Administratif, tetapi dapat pula Fungsional)
4. Penekanan pada Hal-hal yang Bersifat Sangat Strategis Sesuai
Perkembangan Lingkungan Strategis dan Kecenderungan yang
Ada
5. Penataan Ruang Mencakup Ruang Darat, Ruang Laut, dan
Ruang Udara, termasuk Ruang di dalam Bumi, sebagai Satu
Kesatuan
6. Pengaturan Ruang pada Kawasan-Kawasan yang dinilai Rawan
Bencana (Rawan Bencana Letusan Gunung Api, Gempa Bumi,
Longsor, Gelombang Pasang dan Banjir, SUTET, dll.)
7. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dan 5
Metropolitan
1. STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pasal 3
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional dengan:
a) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan;
b) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya
manusia; dan
c) Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaaatan ruang.
STRATEGI
STRATEGI
UMUM:
UMUM: a) Menyelenggarakan penataan ruang wilayah nasional secara
komprehensif, holistik, terkoordinasi, terpadu, efektif dan efisien
dengan memperhatikan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial,
Pasal 6 budaya, pertahanan, keamanan, dan kelestarian lingkungan
hidup
b) Menerapkan prinsip-prinsip “komplementaritas” dalam rencana
Pasal 6 (2) struktur ruang dan rencana pola ruang RTRW Kabupaten/Kota
dan RTRW Provinsi.
Pasal 7 – 3 c) Memperjelas pembagian wewenang antara Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan penataan ruang
Ps. 17, Ps. 28 –
30 d) Memberikan perhatian besar kepada aspek 7
lingkungan/ekosistem
1. …Lanjutan

STRATEGI IMPLEMENTASI
Strategi implementasi dilakukan antara lain, melalui :
a) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus dapat dijadikan
acuan pembangunan, sehingga RTRW harus memuat arah
pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan.
b) Pemanfaatan ruang harus mampu mendukung pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan dan tidak menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas ruang.
c) Penekanan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara
sistemik melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi.
d) Penerapan peraturan zonasi secara konsisten yang merupakan
kelengkapan dari rencana detail tata ruang.
e) Penegakan hukum yang ketat dan konsisten untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
13
Tata cara
Pengembangan Kawasan
Gambar 21
Kerangka Kerja Pelaksanaan Penataan Ruang
Analisis Masalah
Diskusi / Konsultasi dengan Klien & Stakeholders

Organisasi Pengelola RTRWN / P RBWK/ RRTRW-K


Evaluasi
Evaluasi Lahan
& Studi Rencana
Rencana Implementasi &
Kelayakan Induk Detail/
Induk Pengendalian
Blok Plan
Konsep-
Penyusunan Peraturan tual
Zonasi (Tata Rencana Rencana Kerja &
AMDAL Rencana Induk Induk Detail Kebijakan Final
Ruang & Air)
Infrastruktur Infrastruktur

Skala Makro Skala Mikro


Rencana Induk Drainase Konsep / Detail
Desain Drainase
Peraturan Zonasi (Zoning Map)
4 4
A A
4 5 5 5 5
4
A A A A A
A
5
4 A
A
4 5
4
4A A 5 A
A 4 5 5
A 5
A A A
A
5
5 A
4 4 A
B 5 6
B
A A
4
B 5 5
4
A B
4 B 4 5 5
A B A 5
A A

4
B 4
B
4
A 5
B 5
4
B
3 B
4 3
4 B
B 3 B
A 4 5
A B
B
3
4
B
A

ZONA 3B : RUANG TERBUKA/ ZONA 4B : PERUMAHAN KOTA ZONA 5B : KAWASAN PERKANTORAN


TAMAN KOTA

ZONA 4A : PERUMAHAN TERBATAS ZONA 5A : KAWASAN KOMERSIAL ZONA 6A : KAWASAN KHUSUS 14


Contoh
Contoh Peraturan
Peraturan Zonasi
Zonasi
Pembagian
embagian BLOK
BLOK
Kawasan
Kawasan Pusat
Pusat Pemerintahan
PemerintahanKota
Kota
Sofifi
Sofifi (BWK
(BWK 2)
2)
Luas
No. Pembagian Blok
(Ha)

1 BLOK A 107,13
2 BLOK B 68,18
3 BLOK C 112,76
4 BLOK D 58,24
5 BLOK E 123,78
6 BLOK F 110,01

Fungsi lahan yang akan dikembangkan di Kota


Sofifi adalah:
• Kawasan Pemerintahan
• Kawasan Niaga/ perdagangan
• Kawasan Perumahan dan Pemukiman
• Kawasan Fasiltas Umum dan Sosial
• Kawasan Rekreasi
• Kawasan Pelabuhan (transportasi)
• Ruang Terbuka Hijau

15
Contoh Peraturan Zonasi (zoning map dan zoning text) untuk Blok
C

16
2. PEMBAGIAN KEWENANGAN YANG LEBIH JELAS ANTARA
PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN
PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan


NEGARA penataan ruang nasional, provinsi, & kabupaten/kota

WEWENANG pelaksanaan penataan ruang nasional

PEMERINTAH pelaksanaan penataan ruang kws strategis nasional


Pasal 7
kerja sama penataan ruang antar negara & fasilitasi
Negara Pasal 8 & 9 antarprovinsi
Negaramenyelengga-
menyelengga-
rakan
rakan penataanruang
penataan ruang
untuk sebesar- pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan
untuk sebesar- penataan ruang provinsi & kabupaten/kota
besarnya
besarnyakemakmuran
kemakmuran
raktyat pelaksanaan penataan ruang provinsi
raktyat WEWENANG
Dalam
Dalammelaksanakan
melaksanakan PEMERINTAH pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
tugasnya,
tugasnya,negara
negara PROVINSI provinsi
memberikan
memberikan kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan
kewenangan
kewenangan Pasal 10 fasilitasi antar kabupaten/kota
penyelenggaraan
penyelenggaraan
penataan
penataanruang
ruangkepada
kepada pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan
Pemerintah dan
Pemerintah dan penataan ruang kab/kota
pemerintah
pemerintahdaerah
daerah
WEWENANG pelaksanaan penataan ruang kab/kota
PEMERINTAH
KAB./KOTA pelaksanaan penataan ruang kws strategis kab/kota

kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota


Pasal 11
17
2… Lanjutan

PENGATURAN DAN PENGATURAN DAN PENGATURAN, DAN


PEMBINAAN TINGKAT PEMBINAAN TINGKAT PEMBINAANTINGKAT
NASIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA

PERAN MASYARAKAT
Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
PERENC. TR PERENC. TR PERENC. TR
NASIONAL PROVINSI KAB./KOTA

PEMANF. RUANG PEMANF. RUANG PEMANF. RUANG


NASIONAL PROVINSI KAB./KOTA

PENGENDALIAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN


PEMANF. RUANG PEMANF. RUANG PEMANF. RUANG
NASIONAL PROVINSI KAB./KOTA

PENGAWASAN PENGAWASAN PENGAWASAN

18
3…Lanjutan

21
2. PEMBAGIAN KEWENANGAN YANG LEBIH JELAS ANTARA
PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN
PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan


NEGAR penataan ruang nasional, provinsi, & kabupaten/kota

pelaksanaan penataan ruang nasional


A WEWENANG
PEMERINTAH pelaksanaan penataan ruang kws strategis nasional
Pasal 7
Pasal 8 & kerja sama penataan ruang antar negara & fasilitasi
Pasal 8 antarprovinsi
Negara
Negaramenyelengga-
menyelengga- 9
rakan
rakan penataanruang
penataan ruang
untuk sebesar- pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan
untuk sebesar- penataan ruang provinsi & kabupaten/kota
besarnya
besarnyakemakmuran
kemakmuran
raktyat pelaksanaan penataan ruang provinsi
raktyat WEWENANG
Dalam
Dalammelaksanakan
melaksanakan PEMERINTAH pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
tugasnya,
tugasnya,negara
negara PROVINSI provinsi
memberikan
memberikan kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan
kewenangan
kewenangan Pasal 10 fasilitasi antar kabupaten/kota
penyelenggaraan
penyelenggaraan
penataan
penataanruang
ruangkepada
kepada pengaturan, pembinaan, pengawasan pelaksanaan
Pemerintah dan
Pemerintah dan penataan ruang kab/kota
pemerintah
pemerintahdaerah
daerah
WEWENANG pelaksanaan penataan ruang kab/kota
PEMERINTAH
KAB./KOTA pelaksanaan penataan ruang kws strategis kab/kota

kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota


Pasal 11
17
4. PENEKANAN PADA HAL-HAL YANG BERSIFAT SANGAT
STRATEGIS SESUAI PERKEMBANGAN LINGKUNGAN
STRATEGIS DAN KECENDERUNGAN YANG ADA

Pasal 28 – 30
 Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
wilayah kota minimal 30%, dimana proporsi RTH
Publik pada wilayah kota minimal 20%.
 Proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari
Pasal 17
luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
dimaksudkan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
Pasal 8
 Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang harus dipenuhi sebagai alat Pemerintah
dan pemerintah daerah untuk menjamin akses
dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat
secara lebih merata.
Pasal 35 – 40
 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan
melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, dan
pengenaan sanksi.
22
4 …Lanjutan

RUANG TERBUKA DI PERKOTAAN

RUANG TERBUKA NON HIJAU

RUANG TERBUKA
NON HIJAU PUBLIK

RUANG TERBUKA RTH PUBLIK


NON HIJAU PRIVAT (20% LUAS KOTA)
RTH
(MIN 30% LUAS KOTA)

RTH PRIVAT

Penegasan adanya standar pelayanan minimal yang


harus dipenuhi dalam penyelenggaraan penataan
ruang, antara lain frekuensi dialog dengan
masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang,
standar pelayanan minimal ruang terbuka hijau,
standar pelayanan minimal simpangan/ deviasi
antara rencana Dan implementasi rencana 24
PENGATURAN KEBUTUHAN MINIMAL PENYEDIAAN RUANG
PUBLIK DAN RUANG TERBUKA HIJAU

TIPOLOGI RTH
Kepemilika
Fisik Fungsi Struktur
n

Ruang
Ekologis
Terbuka Pola
Hijau RTH RTH Publik
Ekologis
(RTH) Alami Sosial/
Budaya

RTH Arsitektural
Pola
Non-
Planologis RTH Privat
alami Ekonomi

25
III. HAL-HAL POKOK YANG DIATUR UU 26/2007 TENTANG
PENATAAN RUANG ...lanjutan
8. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perdesaan dan Agropolitan
9. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Perbatasan sebagai Kawasan Strategis
Nasional (termasuk pula Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan)
10. Mengatur Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional dari Sudut Pandang
Ekonomi (Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET), Kerjasama Ekonomi Sub Regional, serta Kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Bebas)
11. Penegasan Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
12. Penguatan Aspek Pelestarian Lingkungan Hidup dan Ekosistem (Bukan hanya
Poleksosbudhankam)
13. Diperkenalkannya Perangkat Insentif dan Disinsentif
14. Pengaturan Sanksi
15. Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penataan Ruang
16. Pengaturan Jangka Waktu Penyelesaian Aturan-Aturan Pelaksanaan sebagai
Tindak Lanjut dari Terbitnya UU Penataan Ruang Ini
17. Pengaturan pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

6
11. PENEGASAN HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 60 Pasal 61 Pasal 65 & 66

HAK KEWAJIBAN PERAN

a. mengetahui rencana tata ruang; a. menaati rencana tata a. partisipasi dalam


b. menikmati pertambahan nilai ruang yang telah penyusunan
ruang sebagai akibat penataan ditetapkan; rencana tata ruang;
ruang; b. mematuhi larangan: b. partisipasi dalam
c. memperoleh penggantian yang pemanfaatan ruang:
 memanfaatkan ruang
layak atas kerugian yang timbul
tanpa izin c. partisipasi dalam
akibat pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan ruang pengendalian
pembangunan yang sesuai dengan
dari pejabat yang pemanfaatan ruang
rencana tata ruang;
berwenang.
d. mengajukan keberatan kepada
pejabat berwenang terhadap  melanggar kekentuan
pembangunan di wilayahnya yang yang ditetapkan
tidak sesuai dengan rencana tata dalam persyaratan
ruang di wilayahnya; izin pemanfaatan
e. mengajukan tuntutan pembatalan ruang.
izin dan penghentian  menghalangi akses
pembangunan yang tidak sesuai terhadap sumber air,
dengan rencana tata ruang kepada pesisir pantai, serta
pejabat berwenang; dan kawasan-kawasan
f. mengajukan gugatan ganti yang dinyatakan oleh
kerugian kepada pemerintah peraturan perundang-
dan/atau pemegang izin apabila undangan sebagai
kegiatan pembangunan yang tidak milik umum:
sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian. 34
12. PENGUATAN ASPEK PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 17 ayat 5 UUPR memuat: dalam rangka pelestarian


lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan
hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran
sungai.
DKI JAKARTA
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
Sampah sungai

KOTA DEPOK
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
KAB, BOGOR
Kurangnya resapan air
Limbah domestik
Limbah industri
Limbah ternak

KOTA DEPOK
Limbah domestik
Limbah industri

Permasalahan KAB, BOGOR


Erosi
Lingkungan Fungsi Ruang/ Kawasan
Limbah domestik
SUNGAI CILIWUNG Limbah ternak 35
12… Lanjutan PENEGASAN ASPEK PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN EKOSISTEM
Seperti terlihat pada gambar 2 berikut ini, perubahan tata guna lahan memberi
andil besar terhadap kenaikan debit sungai secara tajam. Pada gambar terlihat
terjadi perubahan fungsi ruang dari hutan menjadi persawahan dan
permukiman

Persawahan Permukiman

GAMBAR 3. Pengaruh Perubahan Pemanfaatan Ruang Terhadap Kuantitas Banjir 36


(Raudkivi, 1979, Subarkah, 1980; Schwab dkk., 1981; Loebis, 1984)
13. PENEGASAN PENGATURAN PERANGKAT INSENTIF
DAN DISINSENTIF
A. Perangkat Insentif : Pasal 38 ayat (2)

Merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap


pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. .
Perangkat Insentif berupa :
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. Kemudahan prosedur perizinan;
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta atau pemerintah daerah

B. Perangkat Disinsentif : Pasal 38 ayat (3)

Merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau


mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Perangkat Disinsentif berupa :
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang;
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti
37
14. PENGATURAN SANKSI

Administratif Pidana
Pasal 69 – 74
Pasal 63
 peringatan tertulis;  penjara;
 penghentian sementara  denda;
kegiatan;
 Pemberhentian secara
 penghentian sementara tidak hormat dari
pelayanan umum; jabatannya

 penutupan lokasi;  Pencabutan izin usaha

 pencabutan izin;  Pencabutan status


badan hukum
 pembatalan izin;

 pembongkaran bangunan;
Perdata
Pasal 75

 pemulihan fungsi ruang;  Tuntutan ganti kerugian


dan/atau secara perdata bagi
orang yang dirugikan
 denda administratif
akibat tindak pidana
39
14… Lanjutan

TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN


OLEH KORPORASI Pasal 74
 Untuk tindak pidana yang dilakukan olah korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang
dapat dijatuhkan berupa pidana denda dengan pemberatan 3
(tiga) kali lipat dari pidana denda yang ditentukan dalam
ketentuan sanksi pidana pada Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71,
dan Pasal 72.
 Selain pidana denda, korporasi dapat dijatuhkan pidana
tambahan berupa pencabutan izin usaha atau pencabutan
status badan hukum.

TUNTUTAN GANTI KERUGIAN


SECARA PERDATA Pasal 75

 Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana,


dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada
pelaku tindak pidana. 41
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
dalam Implementasi Tata Ruang Wilayah
ABLN (Loan)
IMPLEMENTASI
(PEMBANGUNAN, OPERASI &
C
APBN
PEMELIHARAAN)
APBD PROV

APBD Kota

Swasta

Programing
PROSES : KISS
Budgeting
Penjadwalan
Sistem Koordinasi
Pelaksanaan - Metode Pendekatan
Who Doing What?
Sistem Pembagian Kewenangan
Kelembagaan Integrasi
- Rencana Terpadu
Masyarakat Sinkronisasi
- Program
Dunia Usaha

Pemerintah
BAGAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
No. Aspek Hukum / Aspek Perencanaan Aspek Pelaksanaan/ Aspek Pengendalian
Kebijakan lain Pemanfaatan
-UU NO.32 Tahun 2004 Ditetapkan Oleh: ●Penatagunaan tanah, air, BADAN
- PP No.47 Tahun 1997 tentang Presiden RTRW NASIONAL udara, dan SDA Lainnya*
Rencana RTRW Nasional melalui -Rencana Induk Sektoral KOORDINASI
I.
-UU. No 24 Tahun 1992 Persetujuan -Rencana Induk ●Pengaturan/Pembinaan** TATA RUANG
DPR Prasarana Nasional
tentang Penataan Ruang ●Pelaksanaan Program*** NASIONAL

STUDI KELAYAKAN
UU. No. 24 Tahun 1992
RTRW PROVINSI :
Pasal 21 Ayat 1,2, 3
Ditetapkan Oleh:
●Penatagunaan tanah, air, BADAN KOORDINASI
II. PERDA -Arahan Penataan Ruang di Tingkat udara, dan SDA Lainnya*
TATA RUANG DAERAH
DPRD
PROVINSI Provinsi terkait denganKawasan Lindung, ●Pengaturan/Pembinaan** DI TINGKAT
PROVINSI
Budidaya, dan Kawasan Strategis Provinsi yang PROVINSI :
●Pelaksanaan Program***
Menyangkut Kawasan Lindung Kota/Kab BAPPEDA

UU. No. 24 Tahun 1992 RTRW KOTA/KAB


Pasal 22 Ayat 1,2, 3 (RBWK): ●Penatagunaan tanah, air,
-Arahan Struktur Ruang dan Pola Ruang udara, dan SDA Lainnya*
III. PERDA Ditetapkan Oleh:
yang meliputi hirarki pusat dan BADAN KOORDINASI
DPRD KOTA/ ●Pengaturan/Pembinaan**
KOTA / KAB sub pusat jaringan jalan, TATA RUANG DI TINGKAT
KABUPATEN jaringan listrik, telepon, dan air bersih ●Pelaksanaan Program*** KOTA/KAB :
serta pola ruang yang mencakup -DINAS TATA KOTA,
K O N S U L TA S I P U B L I K

ruang hunian, industri, komersial -DINAS CIPTA KARYA


dan perdagangan, -DINAS TARKIM,
dan ruang terbuka -DEPT. PU SUMBER DAYA AIR,
PERDA KOTA / KAB Disusun Oleh : ●Penatagunaan tanah, air, -DINAS TATA AIR,
IV. Bapeda Kota/ RRTRW-K udara, dan SDA Lainnya*
-DINAS PU BINA MARGA,
Kabupaten (Rencana Rinci Tata Ruang ●Pengaturan/Pembinaan** -BPN,
Wilayah Kecamatan) -DISHUB,
ditetapkan Oleh ●Pelaksanaan Program*** - DINAS P2B
Walikota/Bupati -BUMN,
-PP RI No.69 Tahun 1996
Identifikasi Masalah -SWASTA
tentangPeran serta masyarakat
V. dalam penataan ruang
Peran Serta Masyarakat,
-PP No.2 Tahun 2003 tentang
Standard Penataan Nasional Para Pakar
● Membuat Aturan tambahan - Memperbaiki pola pemanfaatan ruang,
dari PERDA pola tata air Jika terjadi pengalihan
fungsi lahan
● Merubah PERDA - Membuat Sistem Polder
Institusi yang bertanggung KANWIL PERTANAHAN + DINAS PENGAWASAN
DINAS TARKIM+ DAN PENGENDALIAN
jawab BAPPEDA + DINAS CIPTA KARYA DINAS TATA KOTA +
DINAS TATA AIR BANGUNAN (P2B)
Penutup

 Tulisan ini diharapkan dapat menstimulir


 pengembangan prinsip & praktek pengembangan tata ruang terkendali bersifat
kompensatif & Antisipatif

 Langsung diaplikasikan pada isu-isu seperti


 penata ulang wilayah perkotaan, perencanaan jalan, perencanaan ulang sistem
drainase, pembangunan real estate dan sejenisnya.

 Diharapkan agar semua pihak pelaku pembangunan bersedia mengambil


kesempatan sesuai dengan porsinya masing-masing dan bekerja sama
 untuk mengembangkan praktek-praktek pengembangan atau pembangunan tata
ruang wilayah terkendali, bersifat kompensatif dan antisipatif, sebagai Environment
Responsibility terhadap pembangunan yang dilaksanakan.

 Pemberlakuan sanksi kompensatif minimal sebesar 5-10 % dari biaya


pembangunan untuk jenis kompensasi yang sepadan
NSPM TERKAIT

 UU 7 thn 2004  UU Sumber Daya Air


 UU 26 thn 2007  UU Tata Ruang
 SNI 03-1724-1989  Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan
 SNI 02-2406-1991 Hidraulik untuk Bangunan di Sungai
 SNI 03-2453-2002  Tata Cara Perencanaan Umum
Drainase Perkotaan
 SNI 06-2459-2002  Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur
 SNI … Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan
 Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan
untuk Lahan Pekarangan
 Ekosanitasi
KERJA SAMA MELAHIRKAN KEBERHASILAN

3P (Public, Private Participation) : Shared Responsibility


Tidak ada usaha terlalu kecil

Anda mungkin juga menyukai