Anda di halaman 1dari 18

Karakteristik Kecepatan

 Kecepatan Rancang (Design Speed)


 Kecepatan Perjalanan (Travel/Journey Speed)
 Kecepatan Jalan (Running Speed)
 jarak tempuh dibagi dengan waktu jalan (running
Karakteristik Kecepatan time).
 Kecepatan Setempat (Spot Speed)

 Time Mean Speed (TMS)


 Kecepatan rerata yang didasarkan atas kecepatan individu dari
semua kendaraan di jalan

 Space Mean Speed (SMS)


 Kecepatan rerata yang didasarkan waktu perjalanan kendaraan
yang melintasi suatu ruas jalan

S - Curve speed observation at


Malmovagen – Sodravagen - Ringvagen
intersection

3 4

1
SURVEI KECEPATAN LALULINTAS Survei kecepatan perjalanan

Survei kecepatan sesaat

Data yang dikumpulkan adalah jarak dan waktu tempuh. Kecepatan


tiap kendaraan diukur (bila memungkinkan) dan dianalisis untuk Metode:
mendapatkan: • Floating vehicle
• Kecepatan rata-rata yang dibandingkan dengan batas kecepatan, • Moving car observer
• Kecepatan minimal, maksimal, standard deviasi, 85th percentile, • Kecepatan otomatis dengan data loggers.
• Prosentase kendaraan yang melanggar batas kecepatan.
Cara Pengukuran secara manual:
• Biasanya jarak yang dipakai 50 m, a. Metode Floating vehicle
• dibutuhkan 2 orang,
• orang pertama membawa bendera dan mengangkat bendera Kendaraan dikemudikan dengan cara “mengambang” atau
saat kendaraan melewati garis pertama dan saat itu orang “mengikuti arus” artinya kecepatannya diusahakan sama dengan
kedua menekan stopwatch, kecepatan lalulintas rata-rata. Data yang dicatat:
• orang kedua ini menekan stopwatch lagi saat kendaraan lewat • Jarak,
garis kedua dan mencatat waktu tempuh. • Waktu tempuh (termasuk saat berhenti).
Selain
5 itu juga dapat diukur dengan “enoscope” atau “radar gun” 6

b. Metode “moving car observer”


Hasil analisis:
• Lama perjalanan: waktu (terukur) yang dipakai untuk 1. Dilakukan didaerah perkotaan yang mempunyai volume lalulintas
menempuh dari titik awal ke titik akhir (t1) = journey time, tinggi dan kecepatan lalulintas bervariasi.
• lama perjalanan dengan kecepatan bebas: waktu yang dipakai untuk
menempuh dari titik awal ke titik akhir dengan kecepatan bebas (t2),
• delay : t1-t2, Sehingga diperoleh data volume, kecepatan dan waktu
• waktu berhenti: waktu (terukur) yang dipakai oleh kendaraan untuk berhenti perjalanan lalulintas.
(tb),
• running time= waktu berjalan: waktu (terukur) yang dipakai oleh kendaraan
untuk berjalan (tj); (t1=tb+tj)
Diperlukan 3 orang enumerator, 1 orang pengemudi dan satu
buah kendaraan penumpang.
Jarak Tempuh
• Kecepatan perjalanan =
t1
Enumerator pertama bertugas mencacah kendaraan yang
Jarak Tempuh
• Kecepatan berjalan = berpapasan dengan kendaraan yang dipakai, enumerator kedua
tj
bertugas mencacah kendaraan yang menyiap atau disiap oleh
• Surveyor : sopir, journey time, stopped time, pencatat
kendaraan peneliti, dan enumerator ketiga bertugas mencatat
waktu dan hasil pencacahan kedua enumerator lain.
7 8

2
Kecepatan Rencana
 Kecepatan rancang, VR: kecepatan yang dipilih untuk merancang
jalan yang merupakan kecepatan maksimum yang masih aman
c. Kecepatan otomatis dengan dan nyaman, bila cuaca baik serta kondisi lalulintas lengang
data Loggers 
percentile 98
VR dipengaruhi oleh kondisi medan. Untuk kondisi medan yang
Kecepatan tiap kendaraan dapat diukur secara otomatis menggunakan sulit besarnya VR pada ruas jalan tertentu dapat diturunkan
“loops” atau “tubes” yang dihubungkan dengan “data loggers”. dengan syarat bahwa penurunan tidak boleh lebih dari 20
km/jam
 VR dipengaruhi pula oleh fungsi/kelas jalan

 Apabila memungkinkan VR tinggi, jangan sekali-kali menetapkan


VR rendah, karena akan sulit dan mahal untuk peningkatan jalan
dikemudian hari, karena memerlukan pekerjaan yang besar.

Volume Lalu Lintas Harian Rata2(VLHR) dan Volume


Kecepatan rencana (Bina Marga, 1997) Jam Rencana (VJR)
 Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VHLR) adalah
prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun
rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari
 Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu
lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan
dalam SMP/jam.
 VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan
fasilitas lalu lintas lainnya yang diperlukan.

3
 Rumus VJR:  Penentuan Faktor K dan Faktor F berdasarkan Volume
Lalu Lintas Harian Rata-rata

 Dengan:
 K = faktor jam sibuk
 F = faktor variasi lalu lintas per 15 menit dalam satu jam

 Volume lalu lintas  Volume; q


 banyaknya kendaraaan yang melewati suatu titik atau garis
tertentu selama periode waktu tertentu, dengan satuan
kendaraan per satuan waktu
q : volume (kend/jam); h : headway (dtk/kend)
 Kecepatan
 Kecepatan (speed); u
 jarak yang dapat ditempuh kendaraan dalam satu satuan waktu
(US unit)
 Merupakan petunjuk kualitas aliran lalu lintas (metric unit)

 Kepadatan
u : kecepatan (m/jam; km/jam); d : jarak (ft; m); t : waktu perjalanan
 banyaknya kendaraan yang menggunakan satu satuan panjang
(detik)
jalan atau lajur yang diberikan, dengan satuan kendaraan per
satuan panjang

15 16

4
Volume-Kecepatan-Kepadatan
 Kepadatan (density); k
vf vf

(US unit) (metric unit)

Speed (km/h)

Speed (km/h)
qm
ko
k : kepadatan (kend/mil; kend/km); d : jarak (ft/kend; m/kend) vo vo

 Tiga hal fundamental aliran lalu lintas: kj ko 0 0 qm

Density (veh/km /lane) Flow (veh/h/lane)

q : volume (kend. per unit waktu) kj


Density (veh/km /lane)
ko 0

k : kepadatan (kend. Per unit jarak)

Flow (veh/h/lane)
us : kecepatan rata-rata ruas jalan (unit jarak per unit waktu)
a : konstanta
q
vo

17 18

Volume Lalu Lintas


 Volume Harian
Volume lalulintas dianalisis untuk mendapatkan informasi  Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT) = Average Annual
tentang: Daily Traffic (AADT)
 Pola arus lalulintas  Lalu Lintas “Hari Kerja” Rata-Rata Tahunan (LHRKT) = Average
 LHR dan LHRT
Annual Weekday Traffic (AAWT)
 Volume jam perencanaan (VJP)
 Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) = Average Daily Traffic
(ADT)
 Faktor Ekspansi
 Lalu Lintas “Hari Kerja” Rata-Rata (LHRK) = Average Weekday
 phF, SF dan DF Traffic (AWT)
 Diagram volume lalulintas
 Matriks asal dan tujuan lalulintas
• Digunakan untuk keperluan perencanaan (planning)
pemilihan alternatif, penentuan prioritas, analisis permintaan.

19 20

5
 Volume Tiap Jam
1 2 3 4 5 6 7  Dasar perancangan dan berbagai analisis operasional (pengaturan,
Jumlah
Jumlah hari volume lalin
keselamatan atau kapasitas). volume jam puncak (volume lalulintas
kerja dalam
Jumlah hari Jumlah volume
hari kerja LHRk
LHR yang terjadi pada jam tersibuk. Jam tersibuk ini dapat terjadi pada
Bulan dalam satu lalin dalam satu (kend/hari)
satu bulan
bulan (hari) bulan (kend/hari)
dalam satu (kend/hari) 5/2
4/3
beberapa waktu yang berlainan seperti: pagi, siang dan sore)
(hari) bulan
(kend/hari)
Jan 22 31 425.000 208.000 9.455 13.710  Volume Jam Perancangan (Design Hourly Volume)
Feb 20 28 410.000 220.000 11.000 14.643
Mar 22 31 385.000 185.000 8.409 12.419
 DHV = AADT x K
Apr 22 30 400.000 200.000 9.091 13.333  Volume Jam Perancangan pada Arah Tertentu (Directional Design
Mei 21 31 450.000 215.000 10.238 14.516 Hourly Volume)
Jun 22 30 500.000 230.000 10.455 16.667
 DDHV = AADT x K x D
Jul 23 31 580.000 260.000 11.304 18.710
Agust 21 31 570.000 260.000 12.381 18.387 K : proporsi AADT yang terjadi pada jam puncak yang ke tiga puluh
Sep 22 30 490.000 205.000 9.318 16.333 dari satu tahun (dalam desimal)
Okt 22 31 420.000 190.000 8.636 13.548 D : proporsi jam puncak lalu lintas pada arah tertentu (dalam
Nop 21 30 415.000 200.000 9.524 13.833
Des 22 31 400.000 210.000 9.545 12.903
desimal)
Year 260 365 5.445.000 2.583.000 - -
LHRkT = 2.583.000/260 = 9.935 kend/hari
LHRT = 5.445.000/365 = 14.918 kend/hari
21 22
(Sumber: McShane, W.R., 1990)

 Nilai K dan D  Contoh:


Consider a rural highway, with AADT = 30,000 veh/day. It
is known that peak-hour traffic currently is approximately
Normal Range of Factors
Facility Type 20% of the AADT, and that the peak direction generally
K factor D factor
carries 70% of the peak hour traffic. Calculate
Rural 0.15-0.25 0.65-0.80
approximate DDHV
Suburban 0.12-0.15 0.55-0.65
Urban Solution:
Radial Route 0.07-0.12 0.55-0.60 K = 0.20; D = 0.70
Circumferential 0.07-0.12 0.50-0.55 DDHV = AADT x K x D
Route
 DDHV = 30,000 x 0.20 x 0.70 = 4,200 veh/day

23 24
(Sumber: McShane, W.R., 1990)

6
 Volume Sub-Jam dan Angka Aliran  Hubungan antara volume tiap jam dengan angka aliran
 Observasi volume untuk periode waktu yang kurang dari satu maksimum dapat digunakan untuk menentukan Faktor Jam
jam (sub-jam) merupakan cara tepat yang dipakai sebagai angka Puncak (Peak Hour Factor, PHF)
ekivalen aliran tiap jam.
 Contoh: PHF = hourly volume/maximum rate of flow
1000 kend yang diobservasi selama 15 menit akan dinyatakan
sebagai angka aliran q, yang nilainya = 1000 kend/0,25 jam = untuk aliran periode 15 menit, persamaan menjadi:
4000 kend/jam untuk interval 15 menit dalam 1000 kend yang
diobservasi. Lalu lintas yang diobservasi selama satu jam penuh
PHF = hourly volume/(4xV15)max
pada lokasi ini, volume tiap jamnya tidak akan sama dengan
4000 kend/jam.
 Volume ≠ angka aliran

25 26

Peak Hour Factor Karakteristik Volume Lalu Lintas

Pola Arus Lalulintas


Time interval Vol. for time interval Rate of flow for time
(1) (veh) interval (veh/h)
(2) (3) = (2)/0.25 Pola arus lalulintas menunjukkan fluktuasi volume lalulintas
pada suatu rentang waktu tertentu.
5:00-5:15 PM 1000 4000
5:15-5:30 PM 1100 4400
Volume lalulintas di suatu jalan akan bervariasi yang akan
5:30-5:45 PM 1200 4800 membentuk pola arus berlalulintas:
5:45-6:00 PM 900 3600
5:00-6:00 PM 4200 veh/h = hourly volume • Variasi tiap menit (interval): 5 menit-an, 10 menit-an, atau 15
menit-an.
PHF = 4200/(4x1200) = 0,875 • jam-jaman (dalam 1 hari),
• harian (dalam 1 minggu),
 F = peak hourly volume/PHF; F = angka aliran puncak dalam satu jam (veh/h)
• bulanan (dalam 1 tahun).

27 28

7
Volume Jam Perancangan (VJP)
1900 25000
Volume jam perancangan (vjp) sangat bermanfaat untuk:
Volume Kend/jam

1700 20000
1500

kend/hari
1300 15000  perancangan geometrik (jumlah lajur, lebar jalan dan simpang),
1100 10000
900  evaluasi tingkat pelayanan jalan (V/C),
5000
700
500 0  manajemen lalulintas (lampu lalulintas, marka dan rambu, jalan satu arah).
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7
Jam hari ke

Ada 2 cara dalam menentukan VJP:


30000 • menggunakan volume jam sibuk rata-rata.
22500
• menggunakan volume jam tersibuk ke-n dalam setahun.
kend/hari

15000

7500

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan ke
29 30

Proyeksi Lalu Lintas


 Komponen pembentuk lalu lintas yang akan datang terdiri
dari:
 Lalu lintas eksisting
 Lalu lintas tambahan:
 Pertumbuhan lalu lintas normal (Normal Traffic Growth)
 Lalu lintas bangkitan (Generated Traffic)
BAGIAN JALAN
 Perkembangan lalu lintas (Development Traffic)
 Faktor Proyeksi Lalu Lintas (FPL) =
[(NTG+GT+DT)/100] +1

31 32

8
Bagian-bagian Jalan
 PP No. 34 Tahun 2006, BAB III BAGIAN-BAGIAN JALAN DAN  Ruang milik jalan (RUMIJA)
PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN JALAN
 meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
 Ruang manfaat jalan (RUMAJA)
ruang manfaat jalan.
 Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya  Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
 Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan  Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut:
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan  Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;
bangunan pelengkap lainnya.
 Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
 Tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor paling
rendah 5 (lima) meter.  Jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan
 Kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor  Jalan kecil 11 (sebelas) meter.
paling rendah 1,5 (satu koma lima) meter dari permukaan jalan.
33 34

 Ruang pengawasan jalan (RUWASJA)  Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan
ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai
 merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang berikut:
ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.  Jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;

 Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan  Jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;

bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta  Jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;

pengamanan fungsi jalan.  Jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;


 Jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;
 Jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;
 Jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;
 Jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan
 Jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.

35 36

9
10

) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R

N
A
N
U
B
M
I
T
H
A
R
E
A
D
Penentuan Lebar Jalur dan Bahu jalan.

S I
Penampang melintang jalan dengan median

A
)

KR R
I
UK
AAE K
HN DK U
AU I R
BL TE H E
A S
)

IP B A
D B
(

E B
S U
)

A S
B
I H
(

.L S A
(

S L A W
A R D A
T U N B
IN J O I
L A P S
U L A
L IS D
A P N
L A O
R .L L P
L
U R B IS
L E
A U P
J J R A
A E L
A L K
IJ
)

A N
IJ M
)

M U A E
R L
U N C
)

A
J A
R A
I
N N D F
R
(

N A A E U E
L D M
(

A S D
)

L A
J A A
A B R
J T N
A G
(

IK A A B
L F A U
I N K S
M S NN U
A A IA IA
G M T PD M
N N R R
(

A G I EE E A
N L TM P S
U A A
R U U R S
I D
L U P
R A J A H
L A L A
R L N
U A
L T
A
J IS
P
A
L
S
A
R I
E R
K I
R K
E U
P
I H
D A
U B
H
A
B
D
U
L
A
T
G
N
I
P N
M A
I
A
S
L
A
N
A G
R H
U
L A
A R
S E
A
D
38

) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R

1,5 m
5m
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R

) (

N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
N
A
N
U N
B A
M N
I U
T B
H M
I
A T
R H
E A
A R
D E
A
D
S

Tinggi dan kedalaman ruang bebas RUMAJA


A
)

UK KR
AAE
HN S I
DK A
Penampang melintang jalan tanpa median

)
AU TER KR R
I
BL E UK K
S AAE
)

IP A HN K
ID R U
D B AU TE H
BL E
(

E B A S

)
S U IP B A
)

A S D B

(
B E B
S U

)
I H A S
B
(

S A
(

A W I H
D L

(
A . S A

(
N B S L A W
O I A R D A
P S T U N B
A IN J O I
IS D L A
L P S
P N U A
A O L IS D
L P A P N
L A O
IS R .L L P
P U L
A L R B IS
L A U E P
A J J R A
J S A E L
I A L K
)

N T A
M IJ

)
U A IN A M N
L IJ

)
R A L U A
J U M R L E
U N C

)
L A
J A
N N A R IA F
(

A A L N N D R
L

(
D R N A A E U E
A A L D M

(
J U A S D

)
B L L A
J A A
T A R N A B R
A J U.
J L A J T N G
A A
AL

(
F A IK A A B
N L K IL F A U
U N NN K S
A M A S U
M M A IA IA M
R G M T PD R R
G E N

(
A G IN EE E A
N P N L TM P S
A S U A A
U I R U U R IS D
R P L U P
R A R A
L J A H
UL L A L A
J . R L N
AL U
L
A
T
L A
J IS
P
A
L
E S
S D
)

A A A
R R R I
E G E
K K IR
B R K
R U E
E S IP U
P
I D H
D A
R U B
(

U A H
H S A
A A B
B D
H
A
N D
A D U
L
T U A
L T
A
T
G
IN N
G P
N
I M A
I
P N A
S
L
M A
I A
A L N
A G
S A R H
N G U A
A L R
R H A
S E
U
L A A
A R D
S E
A
D

37

39
) (

N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
) (

N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
Jalur Lalu Lintas
 Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
 Batas jalur lalu lintas dapat berupa:
 (1) Median;
 (2) Bahu;
 (3) Trotoar;
 (4) Pulau jalan; dan
 (5) Separator.
Penampang melintan jalan tipikal
 Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
 Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa tipe
 1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)
 I jalur-2 lajur-l arah (2/1 TB)
 2 jalur-4 1ajur-2 arah (4/2 B)
 2 jalur-n lajur-2 arah (n12 B), di mana n = jumlah lajur.
 Keterangan: TB = tidak terbagi., B = terbagi
 Lebar Jalur
 Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya.
 Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan. Papasan dua kendaraan besar
yang terjadi sewaktu-waktu dapat menggunakan bahu jalan.

Penampang melintan jalan tipikal yang dilengkapi trotoar

Bahu Jalan
 Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
 lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau
tempat parkir darurat;
 ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
 penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.

Kemiringan melintang jalan normal

11
Median
 Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik
memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah.
 Fungsi median adalah untuk:
 (1) memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
 (2) uang lapak tunggu penyeberang jalan;
 (3) penempatan fasilitas jalan;
 (4) tempat prasarana kerja sementara;
 (5) penghijauan;
 (6) tempat berhenti darurat (jika cukup luas);
 (7) cadangan lajur (jika cukup luas); dan
 (8) mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang
berlawanan.
 Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median.

Median
 Median dapat dibedakan atas:
 Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang direndahkan.
 Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang ditinggikan.
 Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar
0,25-0,50 meter dan bangunan pemisah jalur

12
Pengurangan lebar efektif dari
fasilitas pejalan kaki akibat
terdapatnya pot tanaman

13
Pejalan Kaki
 Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin,
aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.
2. Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan
PEJALAN KAKI daerah yang satu dengan yang lain.
3. Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain
harus dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu
pengatur ataupun dengan marka penyeberangan, atau tempat
penyeberangan yang tidak sebidang. Jalur pejalan kaki yang
memotong jalur lalu lintas berupa penyeberangan (Zebra Cross),
marka jalan dengan lampu pengatur lalu lintas (Pelican Crossing),
jembatan penyeberangan dan terowongan.

55 56

14
Pejalan Kaki
4. Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di  Jalur Pejalan Kaki
perkotaan atau pada tempat-tempat di mana volume pejalan kaki
memenuhi syarat atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan  Trotoar
fasilitas tersebut.  Zebra Cross
5. Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa pada  Pelican Crossing
jalur lalu lintas yang lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih
terjamin.  Jembatan Penyeberangan
6. Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga  Terowongan
pejalan kaki leluasa untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang  Non Trotoar
tuna daksa.  Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan trotoar
7. Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
memotong jalur lalu lintas yang ada.  Elevasinya harus sama atau bentuk pertemuannya harus dibuat
8. Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila sedemikan rupa sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan
hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air serta pejalan kaki.
disarankan untuk dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.

57 58

 Pelengkap Jalur Pejalan Kaki


 Lapak Tunggu
 Rambu
 Marka
 Lampu lalu lintas
 Bangunan Pelengkap

59

15
Sepeda

 Kecepatan pengendara sepeda adalah 15 - 25 km/jam, berjalan


kaki memiliki kecepatan 4-6 km/jam, sedangkan mobil/motor
memiliki kecepatan 40 –70 km/jam.
 Pada potongan melintang jalan, minimum ruang yang
SEPEDA dibutuhkan untuk lajur sepeda adalah 1 meter yang terdiri dari
ruang untuk sepeda sebesar 0,60 meter dan ruang gerak
sebesar 2 X 0,20 meter.

61 62

Contoh marka lajur sepeda

LAJUR 50
CM
Contoh marka lajur sepeda

SEPEDA
60 CM

63 64

16
Kondisi Eksisting
Kondisi Eksisting

1.50 m 7.30 m 1.50 m

15.40 m
10.30 m Contoh penanganan jalur sepeda dengan
Usulan Contoh penanganan lajur sepeda dengan bicycle
bicycle-pedestrian shared path
Usulan path

1.50 m Parking Parking 1.50 m


2.40 m 2.40 m
2.00 m 6.0 m 2.00 m

15.40 m
10.30 m

65 66

Contoh penanganan lajur sepeda dengan bicycle


lane

PARKIR

67 68

17
Parkir

 Pasal 15 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa  Sepanjang 6 (enam) meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan
pejalan kaki atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.
Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2004 tentang  Sepanjang jalur khusus pejalan kaki.
Penyelenggaraan Lalu lintas Jalan di wilayah Propinsi  Sepanjang 25 (dua puluh lima) meter sebelum dan sesudah tikungan tajam
Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa dengan radius kurang dari 500 (lima ratus) meter.
setiap jalan dapat dipergunakan sebagai tempat  Sepanjang 50 (lima puluh) meter sebelum dan sesudah jembatan.
berhenti atau parkir kecuali terdapat larangan yang  Sepanjang 100 (Seratus) meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang.
 Sepanjang 25 (dua puluh lima) meter sebelum dan sesudah persimpangan.
dinyatakan oleh rambu lalu lintas, marka jalan dan di
 Sepanjang 6 (enam) meter sebelum den sesudah akses bangunan.
tempat-tempat tertentu.
 Tempat-tempat yang menutupi rambu-rambu atau APILL.

69 70

18

Anda mungkin juga menyukai