3 4
1
SURVEI KECEPATAN LALULINTAS Survei kecepatan perjalanan
2
Kecepatan Rencana
Kecepatan rancang, VR: kecepatan yang dipilih untuk merancang
jalan yang merupakan kecepatan maksimum yang masih aman
c. Kecepatan otomatis dengan dan nyaman, bila cuaca baik serta kondisi lalulintas lengang
data Loggers
percentile 98
VR dipengaruhi oleh kondisi medan. Untuk kondisi medan yang
Kecepatan tiap kendaraan dapat diukur secara otomatis menggunakan sulit besarnya VR pada ruas jalan tertentu dapat diturunkan
“loops” atau “tubes” yang dihubungkan dengan “data loggers”. dengan syarat bahwa penurunan tidak boleh lebih dari 20
km/jam
VR dipengaruhi pula oleh fungsi/kelas jalan
3
Rumus VJR: Penentuan Faktor K dan Faktor F berdasarkan Volume
Lalu Lintas Harian Rata-rata
Dengan:
K = faktor jam sibuk
F = faktor variasi lalu lintas per 15 menit dalam satu jam
Kepadatan
u : kecepatan (m/jam; km/jam); d : jarak (ft; m); t : waktu perjalanan
banyaknya kendaraan yang menggunakan satu satuan panjang
(detik)
jalan atau lajur yang diberikan, dengan satuan kendaraan per
satuan panjang
15 16
4
Volume-Kecepatan-Kepadatan
Kepadatan (density); k
vf vf
Speed (km/h)
Speed (km/h)
qm
ko
k : kepadatan (kend/mil; kend/km); d : jarak (ft/kend; m/kend) vo vo
Flow (veh/h/lane)
us : kecepatan rata-rata ruas jalan (unit jarak per unit waktu)
a : konstanta
q
vo
17 18
19 20
5
Volume Tiap Jam
1 2 3 4 5 6 7 Dasar perancangan dan berbagai analisis operasional (pengaturan,
Jumlah
Jumlah hari volume lalin
keselamatan atau kapasitas). volume jam puncak (volume lalulintas
kerja dalam
Jumlah hari Jumlah volume
hari kerja LHRk
LHR yang terjadi pada jam tersibuk. Jam tersibuk ini dapat terjadi pada
Bulan dalam satu lalin dalam satu (kend/hari)
satu bulan
bulan (hari) bulan (kend/hari)
dalam satu (kend/hari) 5/2
4/3
beberapa waktu yang berlainan seperti: pagi, siang dan sore)
(hari) bulan
(kend/hari)
Jan 22 31 425.000 208.000 9.455 13.710 Volume Jam Perancangan (Design Hourly Volume)
Feb 20 28 410.000 220.000 11.000 14.643
Mar 22 31 385.000 185.000 8.409 12.419
DHV = AADT x K
Apr 22 30 400.000 200.000 9.091 13.333 Volume Jam Perancangan pada Arah Tertentu (Directional Design
Mei 21 31 450.000 215.000 10.238 14.516 Hourly Volume)
Jun 22 30 500.000 230.000 10.455 16.667
DDHV = AADT x K x D
Jul 23 31 580.000 260.000 11.304 18.710
Agust 21 31 570.000 260.000 12.381 18.387 K : proporsi AADT yang terjadi pada jam puncak yang ke tiga puluh
Sep 22 30 490.000 205.000 9.318 16.333 dari satu tahun (dalam desimal)
Okt 22 31 420.000 190.000 8.636 13.548 D : proporsi jam puncak lalu lintas pada arah tertentu (dalam
Nop 21 30 415.000 200.000 9.524 13.833
Des 22 31 400.000 210.000 9.545 12.903
desimal)
Year 260 365 5.445.000 2.583.000 - -
LHRkT = 2.583.000/260 = 9.935 kend/hari
LHRT = 5.445.000/365 = 14.918 kend/hari
21 22
(Sumber: McShane, W.R., 1990)
23 24
(Sumber: McShane, W.R., 1990)
6
Volume Sub-Jam dan Angka Aliran Hubungan antara volume tiap jam dengan angka aliran
Observasi volume untuk periode waktu yang kurang dari satu maksimum dapat digunakan untuk menentukan Faktor Jam
jam (sub-jam) merupakan cara tepat yang dipakai sebagai angka Puncak (Peak Hour Factor, PHF)
ekivalen aliran tiap jam.
Contoh: PHF = hourly volume/maximum rate of flow
1000 kend yang diobservasi selama 15 menit akan dinyatakan
sebagai angka aliran q, yang nilainya = 1000 kend/0,25 jam = untuk aliran periode 15 menit, persamaan menjadi:
4000 kend/jam untuk interval 15 menit dalam 1000 kend yang
diobservasi. Lalu lintas yang diobservasi selama satu jam penuh
PHF = hourly volume/(4xV15)max
pada lokasi ini, volume tiap jamnya tidak akan sama dengan
4000 kend/jam.
Volume ≠ angka aliran
25 26
27 28
7
Volume Jam Perancangan (VJP)
1900 25000
Volume jam perancangan (vjp) sangat bermanfaat untuk:
Volume Kend/jam
1700 20000
1500
kend/hari
1300 15000 perancangan geometrik (jumlah lajur, lebar jalan dan simpang),
1100 10000
900 evaluasi tingkat pelayanan jalan (V/C),
5000
700
500 0 manajemen lalulintas (lampu lalulintas, marka dan rambu, jalan satu arah).
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7
Jam hari ke
15000
7500
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan ke
29 30
31 32
8
Bagian-bagian Jalan
PP No. 34 Tahun 2006, BAB III BAGIAN-BAGIAN JALAN DAN Ruang milik jalan (RUMIJA)
PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN JALAN
meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
Ruang manfaat jalan (RUMAJA)
ruang manfaat jalan.
Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut:
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;
bangunan pelengkap lainnya.
Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
Tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor paling
rendah 5 (lima) meter. Jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan
Kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor Jalan kecil 11 (sebelas) meter.
paling rendah 1,5 (satu koma lima) meter dari permukaan jalan.
33 34
Ruang pengawasan jalan (RUWASJA) Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan
ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai
merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang berikut:
ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;
Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan Jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;
bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta Jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;
35 36
9
10
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
N
A
N
U
B
M
I
T
H
A
R
E
A
D
Penentuan Lebar Jalur dan Bahu jalan.
S I
Penampang melintang jalan dengan median
A
)
KR R
I
UK
AAE K
HN DK U
AU I R
BL TE H E
A S
)
IP B A
D B
(
E B
S U
)
A S
B
I H
(
.L S A
(
S L A W
A R D A
T U N B
IN J O I
L A P S
U L A
L IS D
A P N
L A O
R .L L P
L
U R B IS
L E
A U P
J J R A
A E L
A L K
IJ
)
A N
IJ M
)
M U A E
R L
U N C
)
A
J A
R A
I
N N D F
R
(
N A A E U E
L D M
(
A S D
)
L A
J A A
A B R
J T N
A G
(
IK A A B
L F A U
I N K S
M S NN U
A A IA IA
G M T PD M
N N R R
(
A G I EE E A
N L TM P S
U A A
R U U R S
I D
L U P
R A J A H
L A L A
R L N
U A
L T
A
J IS
P
A
L
S
A
R I
E R
K I
R K
E U
P
I H
D A
U B
H
A
B
D
U
L
A
T
G
N
I
P N
M A
I
A
S
L
A
N
A G
R H
U
L A
A R
S E
A
D
38
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
1,5 m
5m
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
N
A
N
U N
B A
M N
I U
T B
H M
I
A T
R H
E A
A R
D E
A
D
S
UK KR
AAE
HN S I
DK A
Penampang melintang jalan tanpa median
)
AU TER KR R
I
BL E UK K
S AAE
)
IP A HN K
ID R U
D B AU TE H
BL E
(
E B A S
)
S U IP B A
)
A S D B
(
B E B
S U
)
I H A S
B
(
S A
(
A W I H
D L
(
A . S A
(
N B S L A W
O I A R D A
P S T U N B
A IN J O I
IS D L A
L P S
P N U A
A O L IS D
L P A P N
L A O
IS R .L L P
P U L
A L R B IS
L A U E P
A J J R A
J S A E L
I A L K
)
N T A
M IJ
)
U A IN A M N
L IJ
)
R A L U A
J U M R L E
U N C
)
L A
J A
N N A R IA F
(
A A L N N D R
L
(
D R N A A E U E
A A L D M
(
J U A S D
)
B L L A
J A A
T A R N A B R
A J U.
J L A J T N G
A A
AL
(
F A IK A A B
N L K IL F A U
U N NN K S
A M A S U
M M A IA IA M
R G M T PD R R
G E N
(
A G IN EE E A
N P N L TM P S
A S U A A
U I R U U R IS D
R P L U P
R A R A
L J A H
UL L A L A
J . R L N
AL U
L
A
T
L A
J IS
P
A
L
E S
S D
)
A A A
R R R I
E G E
K K IR
B R K
R U E
E S IP U
P
I D H
D A
R U B
(
U A H
H S A
A A B
B D
H
A
N D
A D U
L
T U A
L T
A
T
G
IN N
G P
N
I M A
I
P N A
S
L
M A
I A
A L N
A G
S A R H
N G U A
A L R
R H A
S E
U
L A A
A R D
S E
A
D
37
39
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
) (
N
A
L
A
J
K
I
L
J I
M M
R G
N
A
U
R
Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
Batas jalur lalu lintas dapat berupa:
(1) Median;
(2) Bahu;
(3) Trotoar;
(4) Pulau jalan; dan
(5) Separator.
Penampang melintan jalan tipikal
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa tipe
1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)
I jalur-2 lajur-l arah (2/1 TB)
2 jalur-4 1ajur-2 arah (4/2 B)
2 jalur-n lajur-2 arah (n12 B), di mana n = jumlah lajur.
Keterangan: TB = tidak terbagi., B = terbagi
Lebar Jalur
Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya.
Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan. Papasan dua kendaraan besar
yang terjadi sewaktu-waktu dapat menggunakan bahu jalan.
Bahu Jalan
Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau
tempat parkir darurat;
ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
11
Median
Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik
memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah.
Fungsi median adalah untuk:
(1) memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
(2) uang lapak tunggu penyeberang jalan;
(3) penempatan fasilitas jalan;
(4) tempat prasarana kerja sementara;
(5) penghijauan;
(6) tempat berhenti darurat (jika cukup luas);
(7) cadangan lajur (jika cukup luas); dan
(8) mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang
berlawanan.
Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median.
Median
Median dapat dibedakan atas:
Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang direndahkan.
Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang ditinggikan.
Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar
0,25-0,50 meter dan bangunan pemisah jalur
12
Pengurangan lebar efektif dari
fasilitas pejalan kaki akibat
terdapatnya pot tanaman
13
Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin,
aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.
2. Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan
PEJALAN KAKI daerah yang satu dengan yang lain.
3. Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain
harus dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu
pengatur ataupun dengan marka penyeberangan, atau tempat
penyeberangan yang tidak sebidang. Jalur pejalan kaki yang
memotong jalur lalu lintas berupa penyeberangan (Zebra Cross),
marka jalan dengan lampu pengatur lalu lintas (Pelican Crossing),
jembatan penyeberangan dan terowongan.
55 56
14
Pejalan Kaki
4. Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di Jalur Pejalan Kaki
perkotaan atau pada tempat-tempat di mana volume pejalan kaki
memenuhi syarat atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan Trotoar
fasilitas tersebut. Zebra Cross
5. Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa pada Pelican Crossing
jalur lalu lintas yang lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih
terjamin. Jembatan Penyeberangan
6. Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga Terowongan
pejalan kaki leluasa untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang Non Trotoar
tuna daksa. Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan trotoar
7. Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
memotong jalur lalu lintas yang ada. Elevasinya harus sama atau bentuk pertemuannya harus dibuat
8. Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila sedemikan rupa sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan
hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air serta pejalan kaki.
disarankan untuk dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.
57 58
59
15
Sepeda
61 62
LAJUR 50
CM
Contoh marka lajur sepeda
SEPEDA
60 CM
63 64
16
Kondisi Eksisting
Kondisi Eksisting
15.40 m
10.30 m Contoh penanganan jalur sepeda dengan
Usulan Contoh penanganan lajur sepeda dengan bicycle
bicycle-pedestrian shared path
Usulan path
15.40 m
10.30 m
65 66
PARKIR
67 68
17
Parkir
Pasal 15 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Sepanjang 6 (enam) meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan
pejalan kaki atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.
Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2004 tentang Sepanjang jalur khusus pejalan kaki.
Penyelenggaraan Lalu lintas Jalan di wilayah Propinsi Sepanjang 25 (dua puluh lima) meter sebelum dan sesudah tikungan tajam
Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa dengan radius kurang dari 500 (lima ratus) meter.
setiap jalan dapat dipergunakan sebagai tempat Sepanjang 50 (lima puluh) meter sebelum dan sesudah jembatan.
berhenti atau parkir kecuali terdapat larangan yang Sepanjang 100 (Seratus) meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang.
Sepanjang 25 (dua puluh lima) meter sebelum dan sesudah persimpangan.
dinyatakan oleh rambu lalu lintas, marka jalan dan di
Sepanjang 6 (enam) meter sebelum den sesudah akses bangunan.
tempat-tempat tertentu.
Tempat-tempat yang menutupi rambu-rambu atau APILL.
69 70
18