Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TEPIAN SUNGA MUSI BENTENG KUTO

BESAK SEBAGAI OBJEK WISATA BERSEJARAH DI KOTA PALEMBANG

Dwi Cahyasyam Wicaksana / 03061381722051

Mahasiswa S1 Prodi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Email: dwicahyasyam14@gmail.com

1. Ringkasan

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan, baik


perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan
perjalanan, cara berfikir yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam hal kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan taraf hidup serta mampu
mengaktifkan berbagai sektor usaha pariwisata dalam hal menerima wisatawan. Kota
Palembang merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai nilai-nilai bersejarah
di dalamnya. Dilintasi oleh sungai musi yang membentang sejauh 750 km, kota ini
memiliki tempat-tempat bersejarah yang dapat menjadi suatu potensi besar bagi
perkembangan perekonomian masyarakat sekitar. Maka penulisan ini dimaksudkan untuk
mengkaji kembali potensi dan nilai penting yang ada di objek wisata berbasis sejarah kota
seperti Benteng Kuto Besak agar kawasannya menjadi objek wisata yang dikenal oleh
masyarakat local maupun mancanegara dengan sejarahnya. Untuk itu, studi ini dilakukan
melalui hasil kuisioner yang telaj dilakukan oleh 20 orang responden yang berumur 18-31
tahun, dengan analisa data statistic deskriptif yang menunjukkan hasil berupa perlunya
fasilitas seperti dermaga, taman, gerbang kawasan, parkir (mobil, motor, dan bus), plaza,
restaurant, toko cendramata, masjid/musholla, toilet umum, dan pedestrian ways serta
peningkatan kualitas kenyamanan pengunjung di sekitar kawasan Benteng Kuto Besak.
Setiap upaya pengembangan pariwisata senantiasa dilakukan secara konsisten dan
bertanggung jawab terhadap ketahanan daya dukung dan nilai-nilai yang dimiliki, serta
nilai-nilai sosial dan ekologi. Sehingga, pembenahan infrastruktur di sekitar kawasan
dapat memberikan peningkatan kualitas pelayanan bagi wisatawan.

Kata kunci: Benteng Kuto Besak, Palembang, Pariwisata, Potensi, Fasilitas.

2. Pendahuluan

Gambar 1. kota Palembang


Pariwisata di kawasan bersejarah menjadi tren wisata yang semakin banyak diminat
oleh wisatawan di masa mendatang agar pengunjung dapat menikmat pengalaman nyata
dengan budaya dan gaya hidup lain, serta mengandung unsur edukasi (Pedersen, 2002).
Salah satu kawasan yang memiliki peninggalan bers0ejarah berupa 2 bangunan, prasarana
fisik dan benda bersejarah lainnya, dimana dapat dilihat pada bangunannya memiliki corak
arsitektur Jawa pada Kesultanan Palembang Darussalam, arsitektur Eropa oleh Belanda, dan
arsitektur Cina yaitu berada di Kawasan Benteng Kuto Besak.

Sungai Musi dengan didukung oleh plaza BKB sebagai sarana berkumpul aktvitas
pengunjung dan tempat penyelenggaraan event. Dengan adanya potensi Kawasan BKB yang
berada di tepian Sungai Musi, maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
mewujudkan Kawasan BKB sebagai tempat wisata dan cagar budaya sejak tahun 2002 hingga
sekarang. Selain itu, pemerintah telah menetapkan dan merencanakan Kawasan BKB sebagai
kawasan pariwisata dan cagar budaya di pusat Kota Palembang melalui regulasi, meliput
RTRW Kota Palembang Tahun 2012-2032, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi (RIPPARPROV) Sumatera Selatan Tahun 2015-2025, dan Peraturan Walikota
Palembang Nomor 48 Tahun 2015 tentang Rencana Penataan Kawasan Pusaka (RPKP)
Kawasan Pasar Sekanak, Kawasan Kuto Besak dan Kawasan Pasar 16 Ilir Kota Palembang
Tahun 2015-2020.

Berdasarkan hasil observasi lapangan dan hasil kuesioner kepada masyarakat dapat
diketahui bahwa aktvitas wisata yang ada dikawasan tersebut kurang begitu berkembang
hanya digunakan sebagai tempat berkumpul, berkunjung ke museum, tempat diadakan
pertunjukan acara pada waktu-waktu tertentu saja, festval musik, festval seni dan budaya,
dan bazzar. Kebanyakan pengunjung hanya berkunjung ke museum dan melintasi kawasan
BKB menuju ke Dermaga Sungai Musi atau ke plaza BKB karena akses masuk hanya dapat
dilewat dari kawasan BKB dan berkunjung ke tempat wisata lainnya yang lebih menarik. Hal
ini dikarenakan atraksi berupa bangunan kuno yang bernilai historis kurang terawat, tdak
memiliki aktvitas wisata yang menarik dan kurangnya fasilitas pendukung. Walaupun
kegiatan berwisata di kawasan BKB didukung dengan aktvitas perdagangan, sepert PKL,
restoran dan warung makan, tetapi kurang tertata dan belum lengkap sepert belum adanya
penjualan souvenir khas Palembang.

Maka penulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji kembali hal-hal apa saja yang
diperlukan agar dapat melindungi serta melestarikan peninggalan bersejarah berupa
bangunan, prasarana fisik, benda fisik lainnya sebagai aset wisata sehingga identtas kota
yang khas tdak hilang akibat perkembangan kota ke arah modern di Kawasan Benteng Kuto
Besak. Oleh karena itu, penelitan mengenai Kajian Pelestarian Kawasan Benteng Kuto Besak
Palembang Sebagai Aset Wisata perlu dilakukan sehingga dapat diketahui upaya pelestarian
yang sesuai diterapkan pada Kawasan Benteng Kuto Besak sebagai kawasan benda cagar
budaya yang bermanfaat ekonomi dengan tetap mempertahankan identtas kawasan untuk
mendukung kawasan menjadi tujuan wisata.

.
3. Metodelogi
Penelitian ini menggunakan metode berupa survey kuisioner yang disebar ke-20
respoden dengan sasaran mahasiswa/mahasiswi yang berumur sekitar 18 hingga 31 tahun
dengan mayoritas yang bertempat tinggal di Palembang tetapi tidak tinggal di tepian
sungai Musi yang dirangkum dalam Microsoft excel versi 2013. Kuisioner yang dilakukan
berupa kuisioner tertutup dimana di setiap pertanyaan disertai beberapa pilihan jawaban se
hingga respoden hanya perlu menjawab yang menurutnya pilihan yang paling tepat dengan
tujuan untuk mengetahui perbandingan pilihan dari beberapa pertanyaan mengenai objek
wisata berbasis sejarah yang ada di Kota Palembang.

4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil survey berupa kuisioner yang disebar ke 20 respoden dengan ana
lisa statistik deskriptif berupa Excel versi 2013 diketahui bahwa kawasan yang paling
banyak dikunjungi oleh respoden yang berumur 18 hingga 31 tahun dengan mayoritas
bertempat tinggal di Palembang adalah kawasan Benteng Kuto Besak sebanyak 18
respoden. Selain itu, Masjid Agung dan sekitarnya menempati posisi 2, diikuti oleh
Kawasan Sekanan 26-27 Ilir, 16 Ilir, Kawasan Klenteng 9/10 Ulu, Kawasan kapiten 7 Ulu,
dan tempat-tempat yang lainnya sesuai dengan tabel hasil data survey responden dibawah
ini :

Kawasan yang pernah dikunjungi


Kawasan Kapiten 7 ULU 6

Kawasan Klenteng 9/10 ULU 7

Kawasan Arab Balakja 9/10 ULU 2

Kawasan Al-Munawar 13 ULU 3

Beringin Janggut 1

15 ILIR 1

16 ILIR 9

Kawasan sekanak 26-27 ILIR 12

Benteng kuto besak 19 Ilir 18

kawasan suro (songket) 30 ILIR 5

Lawang Kidul 2

3 Ilir 5

Masjid Agung dan sekitarnya 17

Sumber : Hasil data survey responden


Gambar 2. Peta Topografi BKB
Sumber: Jurnal Pengembangan Kota (2017) Volume 5 No.1

Dari gambar peta diatas dapat diketahui bahwa kawasan Benteng Kuto Besak yang
merupakan kawasan yang memang dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang memiliki
nilai sejarah dan nilai historisnya. objek wisata berbasis sejarah kota karena selain memilik
i kekayaan akan nilai historisnya. Selain itu, Kawasan ini berada tepat di tepi Sungai Musi
dan Jembatan Ampera yang memang sudah menjadi landmark atau ciri khas dari kota
Palembang. Adapun batas administratifnya yakni pada sebelah utara berbatasan dengan
permukiman, Jalan May. Tjik Agus Kiemas, SH dan Jalan Faqih Jalaluddin; sebelah timur
berbatasan dengan Jalan Jendral Sudirman; sebelah selatan berbatasan dengan Sungai
Musi; dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Sekanak.

Menurut tipologi pariwisata, kawasan Benteng Kuto Besak merupakan wisata mancan
egara karena wisatanya dapat melibatkan wisatawan yang bukan dari daerah asalnya denga
n penyunguhan berupa objek-objek sejarah sebagai identitas kota Palembang dan Negara I
ndonesia. Kemudian, jika didasarkan oleh lamanya pengunjung melakukan kunjungan ke
kawasan BKB termasuk dalam wisata kecil yang merupakan wisata jangka pendek dengan
memerlukan waktu satu hari tanpa menginap atau disebut ekskursi. Sedangkan jika didasar
kan pada objeknya maka kawasan Benteng Kuto Besak merupakan pariwisata budaya (Cu
ltural Tourism) yang merupakan jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni d
an budaya disuatu daerah atau tempat yang diturun dari nenek moyang sebagai nilai histori
s tempat tersebut, seperti pada kawasan Benteng Kuto Besak yang memiliki potensi denga
n adanya nilai historis sebagai kawasan yang menjadi pusat Kesultanan Palembang dan
titik awal perkembangan pemerintahan kota di masa kolonial dengan peninggalan-peningg
alannya berupa kebudayaan Palembang yang dapat dijadikan studi ataupun berwisata. Hal
ini didukung oleh hasil survey berupa kuisoner yang menunjukkan bahwa respoden yang s
ering mengunjungi kawasan Benteng Kuto Besak memiliki tujuan untuk berwisata serta m
elakukan studi seperti yang terlihat pada table dibawah ini:
Kawasan yang sering dikunjungi dalam 1 tahun

<2x 2-5x >5x setap hari

Kawasan Kapiten 7
6 2
ULU

Kawasan Klenteng
7 1
9/10 ULU

Kawasan Arab Balakja


4
9/10 ULU

Kawasan Al-Munawar
4 1
13 ULU

Kawasan sekanak 26-


4 3 1
27 ILIR

kawasan suro
3 1 1
(songket) 30 ILIR

1
Benteng Kuto Besak
5 9
19 Ilir

Beringin Janggut 3

15 Ilir 3

16 Ilir 3 5 1

Lawang Kidul 4

3 Ilir 3 3

Masjid Agung dan


3 5 5
Sekitarnya

Tabel. 2. Kawasan yang sering dikunjungi dalam 1 tahun

Tujuan mengunjungi kawasan

Ziarah

Ibadah 2

Studi 6

Wisata 12

Mengunjungi Keluarga
Bertempat tnggal

Pekerjaan

lainnya

Tabel. 3. Tujuan mengunjungi kawasan

Dari table diatas juga dapat diketahui bahwa menurut tipologi wisatawan, wisatawanny
a termasuk dalam kategori Incipient Mass yang merupakan wisatawan yang melakukan
perjalanan secara individual atau kelompok kecil, dan mencari daerah tujuan wisata yang
mempunyai fasilitas standar tetapi masih menawarkan keasliannya (authenticity) sebagaim
ana kondisi objek wisata Benteng Kuto Besak yang kaya akan nilai sejarahnya sehingga ke
aslian kawasannya masih terlihat jelas.

Gambar 3. Peta Kawasan BKB


Sumber: Google Maps

Selanjutnya, jika ditinjau dari akses yang digunakan, kawasan Benteng Kuto Besak ter
masuk gabungan dari pariwisata darat (Land Tourism) dan pariwisata sungai (River Touris
m). Hal itu dikarenakan kawasan Benteng Kuto Besak yang terletak didekat Sungai Musi d
an di kelilingi oleh jalan-jalan utama kendaraan bermotor sehingga wisatawan dapat meng
akses kawasan Benteng Kuto Besak dengan kendaraan bermotor maupun transportasi air s
eperti kapal yang melewati Sungai Musi.

Dari pembahasan diatas menunjukkan bahwa kawasan Benteng Kuto Besak memiliki
potensi untuk menjadi objek wisata yang berbasis sejarah kota. Namun, hal tersebut perlu
didukung oleh beberapa fasilitas yang dapat menunjang kawasan serta peningkatan kualita
s pelayanan pengunjung dalam mengunjungi kawasan Benteng Kuto Besak. Karena saat
ini, masih terdapat beberapa permasalahan kawasan seperti bangunan bersejarah yang
kurang terawat, lokasi parkir yang jauh, kondisi jalur pejalan kaki yang kurang memadai,
kurangnya pohon penenduh, , pengamen yang mengganggu kenyamanan pengunjung, dan
terjadinya kemacetan karena kapasitas jalan yang belum mampu menampung volume lalu
lintas kendaraan yang lewat. Maka dari itu, diperlukan arahan pengembangan untuk menin
gkatkan kenyamanan pengunjung berupa:

1. Pemeliharaan bangunan peninggalan sebagai atraksi utama yang ada di dalam


kawasan seperti Benteng Kuto Besak dengan tetap memperhatikan bentuk asli
bangunan.
2. Memberikan permainan lampu pada bangunan dan amenitas kawasan sehingga
dapat meningkatkan daya tarik pengunjung terutama pada malam hari.
3. Menciptakan Open Space di depan Benteng Kuto Besak sebagai Urban Space dan
waterfront yang nyaman dan aman untuk berinteraksi, antar pengunjung serta
penambahan lahan hijau di kawasan agar terkesan lebih teduh dan asri.
4. Street furniture dapat menciptakan atmosfer kawasan yang khas yaitu kawasan
heritage
5. Menata kembali bangunan di sepanjang tepi sungai untuk memaksimalkan visual
ke arah sungai maupun jembatan Ampera dengan meminimalisirkan bangunan
tersebut.
6. Desain boardwalk sepanjang tepi sungai harus dapat untuk menampung aktifitas
pengunjung yang ingin menikmati sungai Musi
7. Desain pintu akses (gerbang kawasan) sebagai signage harus dapat membentuk
identitas kawasan yaitu kawasan heritage.
8. Dibutuhkan tempat untuk menunggu dan menurunkan pengunjung yang datang
dari arah Sungai Musi.
9. Pengaturan tata letak parkir agar dapat menampung kendaraan yang mengunjungi
kawasan Benteng Kuto Besak sebagai objek wisata dan studi.
10. Meletakkan berbagai peringatan berupa signage larangan bagi pengamen untuk
tidak mengamen di kawasan tersebut serta pemberian beberapa tempat sampah
untuk menjaga kawasan tetap bersih.

Berdasarkan point-point tersebut, maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat


menunjang perkembangan objek wisata di kawasan Benteng Kuto Besak seperti :
 Parkir mobil, motor dan bus
 Pedestrian ways
 Dermaga
 Taman
 Gerbang Kawasan
 Plaza
 Restaurant
 Toko Cendramata
 Toilet Umum
 Masjid/Musholla
 Tempat sampah di beberapa titik kawasan
Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kawasan Benteng


Kuto Besak memiliki potensi sebagai objek wisata bersejarah di kota Palembang dengan
nilai historis yang dimilikinya dan didukung oleh kawasan yang dikelilingi oleh bangunan-
bangunan bersejarah lainnya, Namun, untuk mengoptimalkan kawasan tersebut menjadi
objek wisata berbasis sejarah kota Palembang yang dapat dikenal luas dan berkelanjutan
maka diperlukan beberapa perbaikan serta pengembangan berupa fasilitas seperti parkir
(mobil, motor, dan bus), dermaga, taman, gerbang kawasan, , plaza, restaurant, toko
cendramata, masjid/musholla, toilet umum, dan pedestrian ways. Selain itu, peningkatan
kualitas kenyamanan pengunjung juga sangat diperlukan seperti keamanan, serta
pelarangan bagi pengamen, perletakan tempat sampah dibeberapa titik di kawasan,
meminimalisir bangunan yang menganggu view ke Sungai Musi, dan penambahanan
vegetasi) di sekitar kawasan Benteng Kuto Besak. Setiap upaya pengembangan pariwisata
senantiasa dilakukan secara konsisten dan bertanggung jawab terhadap ketahanan daya
dukung dan nilai-nilai yang dimiliki. Pemilihan aktivitas ataupun pengembangan sarana
harus dilakukan secara terukur untuk tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan
ekologi. Sehingga, pembenahan infrastruktur di sekitar kawasan dapat memberikan
peningkatan kualitas pelayanan bagi wisatawan.

Daftar Pustaka

Gunardi, Gugun. 2010. Identifikasi Potensi Kawasan Wisata Kali Pasir, Kota Tangerang. Jur
nal PLANESATM Vol. 1, No. 1

Taufiq, Ardhan dan Putu Gde. 2014. Arahan Pengembangan Kota Palembang Sebagai Kota P
usaka. Jurnal Teknik POMITS Vol. 3, No.2, ISSN: 2337-3539

Afrina, Mira, dkk. 2016. Pengembangan Sistem Informasi Pariwisata Kota Palembang Berb
asis Mobile Android. Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 2

Santika, Anta. 2017. Nilai Signifikansi Kawasan Benteng Kuto Besak Sebagai Aset Pusaka K
ota Palembang. Jurnal Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk
Pembangunan Indonesia”

Agung, Adihitya Prakoso. 2018. Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Sungai Musi Kota P
alembang. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan, Vol.1 No.1 (1-3)

Panorama, Maya. (2017). Potensi Ekonomi Religi Di Kota Palembang. Palembang : Rafah Pr
ess.

Pedersen, A. (2002). Managing Tourism at World Heritage Sites: A Practical Manual for Worl
d Heritage Site Managers: ICOMOS.
Sabila, Sabrina. 2009. Kajian Pelestarian Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang Sebagai
Aset Wisata. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota

Sabila, S, Damayanti, M. 2017. Kualitas Pelayanan pada Kawasan Wisata Benteng Kuto
Besak Palembang. Jurnal Pengembangan Kota. Vol 5 (1): 78-92

Sukmaratri, Myrna. 2018. Kajian Objek Wisata Sejarah Berdasarkan Kelayakan Lanskap SEj
arah di Kota Palembang. Jurnal Planologi E-ISSN : 2615-5257 Vol. 15, No. 2.

Riza, Syamsu. dkk. (2014). Pengembangan Aplikasi Pencarian Lokasi Objek Wisata Terdekat
Di Kabupaten Garut Berbasis Android .Garut: Sekolah Tinggi Eknologi Garut.

Anda mungkin juga menyukai