Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KELAYAKAN DESTINASI WISATA KAWASAN

SEKANAK KOTA PALEMBANG DITINJAU DARI ASPEK


ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS DAN
PELAYANAN TAMBAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Strata 1 Program Studi Usaha Perjalanan Wisata

Disusun Oleh:

Kurnia Illahi
061440610896

PROGRAM STUDI USAHA PERJALANAN WISATA


JURUSAN ADMINISTRASIS BISNIS
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018

1
2

1. JUDUL : ANALISIS KELAYAKAN DESTINASI


WISATA KAWASAN SEKANAK KOTA
PALEMBANG DITINJAU DARI ASPEK
3

ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS


DAN PELAYANAN TAMBAHAN
2. JENIS LAPORAN : Penelitian
3. BIDANG ILMU : Pariwisata

4. PENDAHULUAN
4.1 Latar Belakang
Saat ini hampir seluruh negara di dunia mengakui pariwisata
merupakan sebuah komoditas industri yang cukup memiliki peranan penting
dalam menunjang perekonomian suatu negara, terlebih bagi negara
berkembang, sektor pariwisata dianggap sebagai sebuah komoditas yang
cukup memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, dimana negara
berkembang yang menjadi tujuan wisata dapat menggerakkan roda
perekonomian. Sektor pariwisata juga dapat membuat sektor lain yang ada
pada daerah tujuan wisata tersebut menjadi aktif dan dapat mendatangkan
lapangan kerja baru, peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pendapatan,
serta kesejahteraan masyarakat yang meningkat seiring tumbuhnya
perekonomian (Monica, 2012).

Objek wisata yang ada di Indonesia merupakan salah satu kekayaan


alam yang patut dibanggakan dan dikelola dengan baik. Setiap daerah
mempunyai ciri khas tersendiri yang menarik wisatawan untuk mengunjungi
tempat tersebut. Sektor pariwisata ini dapat dikembangkan semaksimal
mungkin oleh pemerintah daerah dengan artian bahwa dapat menggunakan
semua sumber daya seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan
sektor pariwisata, baik dengan mengikutsertakan masyarakat dalam wujud
partisipasi ataupun pihak swasta dalam mempercepat pengembangan sektor
pariwisata yang semua hal tersebut menjadi kewenangan pemerintah daerah
masing-masing. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 22 Tahun 1999
mengenai otonomi daerah, dengan ini pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan mengelola segala potensi yang harus
dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah daerah.
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini mempunyai
keberagaman pariwisata diantaranya seperti keindahan alam, kebudayaan
4

masyarakat, kuliner, peninggalan-peninggalan sejarah seperti bangunan


bersejarah candi, tarian daerah, serta kerajinan songket yang menjadi daya
tarik tersendiri. Sedangkan sektor pariwisata merupakan sektor yang
mendapatkan prioritas di Kota Palembang. Hal ini dapat dilihat dari
keseriusan pemerintah dalam melakukan pembangunan infrastruktur yang
terus menerus dalam menunjang kegiatan pariwisata yang dilakukan di Kota
Palembang. Mengembangkan bidang pariwisata merupakan salah satu cara
yang dapat ditempuh untuk memberdayakan masyarakat sekitar lokasi objek
wisata menuju kehidupan yang lebih baik. Beberapa tahun terakhir ini, Kota
Palembang telah berhasil mensukseskan empat event internasional yaitu Sea
Games 2011, Islamic Solidarity Games 2013, Musabaqah Tilawatil Qur’an
(MTQ) Internasional 2014, ASEAN University Games 2014, dan untuk tahun
2018 ini akan diadakan ASIAN Games 2018. Dari event tersebut mampu
mendongkrak usaha pariwisata yang tentunya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
ke kota Palembang. Berikut ini data kunjungan wisatawan ke kota Palembang
untuk tahun 2013 – 2017 dijelaskan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.1
Data Kunjungan Wisatawan Ke Kota Palembang
Tahun 2013 – 2017
Wisatawan
Tahun
Mancanegara Nusantara
2013 6.246 1.660.871

2014 8.861 1.819.346

2015 8.028 1.724.275

2016 9.261 1.899.887

2017 9.850 2.001.567

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Palembang, 2018

Berdasarkan data kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan


mancannegara (wisnu-wisman) di Kota Palembang dapat dilihat bahwa
kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, baik
5

wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Tahun 2013


wisatawan nusantara 1.660.871 orang dan wisatawan mancanegara 6.246
orang. Tahun 2014 wisatawan nusantara 1.819.346 orang dan wisatawan
mancanegara 8.861 orang. Tahun 2015 wisatawan nusantara 1.724.275 orang
dan wisatawan mancanegara 8.028 orang. Tahun 2016 wisatawan nusantara
1.899.887 orang dan wisatawan mancanegara 9.261 orang. Tahun 2017
wisatawan nusantara 2.001.567 orang dan wisatawan mancanegara 9.850
orang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah
kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara di Kota
Palembang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan.
Kota Palembang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan
telah banyak diketahui kalangan luar sebagai kota tua bersejarah, terbukti
dengan objek daya tarik wisatanya dimana sebagian besar merupakan daya
tarik wisata budaya atau sekitar 75, 4 persen dari total daya tarik wisata
keseluruhan.
Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-
2025 terdapat 60 destinasi dan potensi wisata di Kota Palembang. Jumlah
lokasi daya tarik kawasan strategis dan destinasi pariwisata ini sudah
ditetapkan oleh Menteri sebagai kawasan destinasi dan daya tarik wisata Kota
Palembang. Destinasi dan potensi wisata yang ada di kota Palembang dibagi
atas tiga jenis daya terik wista yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata
sejarah dan budaya dan daya tarik wisata hasil buatan manusia. Terdapat 4
daya tarik wisata alam, 37 daya tarik wisata Sejarah dan Budaya, dan 19 daya
tarik wisata Hasil Buatan Manusia. Sehingga dapat dilihat bahwa dari tiga
jens daya tarik wisata tersebut, objek wisata sejarah dan budaya paling
banyak terdapat di Kota Palembang. Berikut ini dapat dilihat daftar daya tarik
witasa sejarah dan budaya di kota Palembang pada Tabel 4.2.
6

Tabel 4.2
Daya Tarik Wisata Sejarah dan Budaya Kota Palembang

1. Kantor Wali Kota 22. Makam Limas Cek Mas


2. Jembatan Ampera 23. Rumah Limas Bayumi
3. Benteng Kuto Besak Wahab
4. Bukit Siguntang 24. Kawasan 1 Ilir (Rumah
5. Museum Balaputra Dewa Temenggung Jompong,
6. Museum Sultan Mahmud Masjid dan Makan Sultan
Badaruddin ll Agung, serta pusat kerajinan
7. Monumen Perjuangan Rakyat rotan)
8. Masjid Agung 25. Kawasan Tuan Kentang
9. Masjid Kiai Muara Ogan 26. Kawasan Pasar 16 Ilir
10. Masjid Lawang Kidul 27. Kawasan Sungai Lumpur
11. Masjid Pulau Seribu 28. Kawasan Sekanak
12. Masjid Al Muhammadiyah 29. Kampung Songket
Simpang Suro 30. Lr. Kampung Firma
13. Makam Kambang Koci 31. Kelenteng Dwi Kwan Im
14. Makam Kawah Tekurep 32. Kampung Kapitan
15. Makam Sultan Agung 33. Kampung Arab Al-Munawar
16. Makam Sabokingking 34. Pabrik Es Assegaf 16 Ulu
17. Makam Bagus Kuning 35. Rumah- Rumah Adat di
18. Makam Cinde Welang Dekranas
19. Makam KI Gede Ing Suro 36. Goa Jepang Jalan Ario
20. Makam Sultan M.Mansyur Kemuning
21. Makam Ariodillah 37. Goa Jepang Jalan Joko.

Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, kota Palembang juga


memiliki sebuah kawasan atau daerah dengan tema bangunan-bangunan
klasik yaitu terdapat di Kawasan Sekanak. Berdasarkan Peraturan Walikota
Palembang Nomor 16 tahun 2017 ditetapkan bahwa pengelolaan Kawasan
Sekanak akan dikelola sebagai destinasi wisata dengan tema kota tua.
7

Kawasan sekanak merupakan kawasan bersejarah sejak era kesultanan


Palembang Darussalam hingga era Kolonial Belanda. Bangunan-bangunan di
Kawasan Sekanak berada di Jalan Depaten hingga Jalan Gede Ing Suro dan
Sungai Sekanak yang merupakan bangunan yang masuk kategori Bangunan
Cagar Budaya. Oleh karena itu, Kawasan Sekanak perlu ditetapkan sebagai
Kawasan Sekanak Kerihin (Sekanak Dahulu Kala). Adapun beberapa
bangunan yang terdata adalah, Bioskop Rosida atau Reks, Gudang Kopi atau
Gedung Opera, Jembatan Sekanak, Gedung Tomson, Kantor Hoktong, Hotel
pertama di Palembang atau bekas kantor Sumeks.
Kawasan Sekanak berlokasi di Kelurahan 7 Ilir Timur I Palembang.
Vebry Alintani selaku Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) sekaligus
seniman di Kota Palembang dalam Sripoku.com (7 September 2015)
menjelaskan bahwa Kawasan Sekanak ini memiliki nilai sejarah dalam
peradaban masyarakat Palembang. Pada zaman Palembang masih
bernamakan Kesultanan Palembang Darussalam, Kawasan Sekanak menjadi
tempat bermukimnya bangsawan-bangsawan yang tidak lain adalah sahabat
dan rekanan dari Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II. Keberadaan
bangsawan-bangsawan ini membuat Kawasan Sekanak dulunya ramai
dikunjungi orang. Beragam kegiatan dilakukan disana., mulai dari sekedar
pertemuan biasa hingga membahas soal perdagangan, sehingga Kawasan
Sekanak menjadi kawasan yang sering dijadikan tempat berinteraksi
ekonomi. Kawasan ini bisa menjadi pusat transaksi ekonomi dikarenakan
berlokasi di tempat yang strategis. Hal ini dikarenakan adanya anak Sungai
Musi yang mengalir di kawasan tersebut dan dinamakan dengan Sungai
Sekanak.
Namun kecenderungan sekarang ini memperlihatkan terjadi penurunan
kualitas lingkungan dan arsitektur yang terdapat di Kawasan Sekanak, mulai
dari kebersihan kawasan sampai dengan kondisi fisik dari bangunan-
bangunan klasik yang terdapat di Kawasan Sekanak. Potensi-potensi fisik dan
non fisik, sosial budaya dan sejarah yang ada di Kawasan Sekanak belum
terealisasikan. Sedangkan perkembangan pariwisata selalu mengikuti
8

kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagai penikmat utama. Pola konsumsi


masyarakat untuk berwisata sekarang ini tidak hanya untuk menikmati
suasana saja namun mereka juga ingin menikmati aktivitas lain dengan sarana
pendukung atraksi wisata yang disediakan. Pergeseran pola konsumsi
masyarakat ini perlu menjadi pertimbagan dalam melakuakan pengembangan
kawasan wisata. Menurut Cooper dkk dalam Setiawan (2015:5) komponen
yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata terdiri dari empat aspek antara
lain; atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibilities), amenitas (amenity),
dan pelayanan tambahan (ancilliary service). Dari keempat aspek tersebut
dapat diukur kelayakan objek wisata yang ada di Kawasan Sekanak sebagai
destinasi wisata kota Palembang.
Selain dari itu penelitian ini bertujuan untuk menilai dan menganalisis
kelayakan potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di Kawasan Sekanak
sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai masukan terhadap pihak pengelola
dan pemarintah yang terkait dengan rencana pengembangan Kawasan
Sekanak Kota Palembang.
Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul ANALISIS KELAYAKAN DESTINASI WISATA
KAWASAN SEKANAK KOTA PALEMBANG DITINJAU DARI
ASPEK ATRAKSI, AKSESIBILITAS, AMENITAS, DAN
PELAYAANAN TAMBAHAN.

4.2 Rumuan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apa saja atraksi, aksesibilitas, amenitas dan pelayanan tambahan yang
terdapat di Kawasan Sekanak Kota Palembang?
2. Bagaimana tingkat kelayakan atraksi, aksesibilitas, amenitas dan
pelayanan tambahan yang terdapat di Kawasan Sekanak Kota
Palembang?
9

4.3 Pembatasan Masalah


Agar nantinya pembahasan tidak menyimpang dari yang dimaksud,
maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Wilayah ini terkonsentrasi pada destinasi wisata Kawasan Sekanak yang
akan difokuskan pada objek wisata bangunan tua di Kawasan Sekanak dan
objek wisata pinggiran sungai Sekanak yang dikenal dengan Sekanak
Bersolek.
2. Hanya akan menguji tingkat kelayakan objek wisata yang ada dalam
Kawasan Sekanak Kota Palembang ditinjau dari aspek atraksi,
aksesibilitas, amenitas dan pelayanan tambahan

4.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui atraksi, aksesibilitas, amenitas dan pelayanan tambahan
yang terdapat di Kawasan Sekanak Kota Palembang
2. Untuk mengetahui tingkat kelayakan atraksi, aksesibilitas, amenitas dan
pelayanan tambahan yang terdapat di Kawasan Sekanak Kota Palembang

4.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat kepada pihak yang
berkepentingan, seperti:
a. Manfaat Praktis
Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh
tahapan penelitian serta hasil penelitan yang diperoleh dapat
memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik
mengenai ilmu pariwisata yang diperoleh selama mengikuti kegiatan
perkuliahan. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian, penulis berharap manfaat dari hasil penelitian ini dapat
10

diterima sebagai kontribusi dalam pengambilan kebijakan untuk


mengembangkan objek wisata Kawasan Sekanak yang dapat
mendorong pertumbuhan sektor pariwisata daerah.
b. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan adalah dari hasil penelitian dapat
dijadikan rujukan untuk mengembangka ilmu kepariwisataan, dan
berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan
kajian mengenai analisis kelayakan objek wisata tidak hanya di
Kawasan Sekanak saja, tetapi objek wisata lain yang memiliki potensi
untuk dikembangkan.

5 LANDASAN TEORI
5.1 Pengertian Analisis Kelayakan
Menurut Ibrahim dalam jurnal Ramdan (2016:103) Studi kelayakan
(Feasibility Study) merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/ proyek
yang direncakan. Pengertian layak disini adalah kemungkinan dari gagasan
usaha/ proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit) baik
dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu
gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan
layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang
dilakukan.

Menurut Kadir dalam Maharani (2016:16) Analisis kelayakan


merupakan proses yang mempelajari atau menganalisa permasalahan yang
telah ditentukan sesuai dengan tujuan akhir yang akan dicapai. Analisis
kelayakan digunakan untuk menentukan kemungkinan keberhasilan solusi
yang diusulkan. Tahapan ini berguna untuk memastikan bahwa solusi yang
diusulkan tersebut benar-benar dapat tercapai dengan sumber daya dan
dengan memperhatikan kendala yang terdapat pada permasalahan serta
dampak terhadap lingkungan sekeliling.

Sebelum kegiatan pengembangan dan pembangunan dilaksanakan,


terlebih dahulu dilakukan suatu studi kelayakan untuk memastikan apakah
pengembangan dan pembangunan layak dilakukan di lokasi. Kegiatan ini
antara lain mencakup analisis sosial, analisis lingkungan, survey pasar, survey
potensi dan analisis daya tarik wisata.
11

5.2 Pengertian Pariwisata


Secara etomologi istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
“pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap, dan “wisata”
yang berarti perjalanan, bepergian. Secara umum pariwisata dapat diartikan
sebagai suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk rekreasi atau liburan
ke suatu tempat yang memiliki potensi dan dapat dinikmati.
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 2009, pasal 1 tentang
kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan
Organisasi pariwisata dunia, UNWTO, mendefinisikan pariwisata sebagai
aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar tempat tinggal dan
lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan untuk berwisata,
bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang
dikunjunginya tersebut.

Soekadijo dalam Suryadana (2015:30) juga mengemukakan bahwa


pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala
yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat, dengan syarat
bahwa mereka tidak tinggal disitu untuk melakukan suatu pekerjaan yang
penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun
sementara.

Pariwisata berbeda dengan dengan kepariwisataan. Kepariwisataan


adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan merupakan pengertian jamak yang
diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata yang dalam
bahasa Inggris disebut tourism.

5.3 Pengertian Objek Wisata dan Destinasi Wisata


5.3.1 Defenisi Objek Wisata
Objek wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau tempat untuk
berwisata. Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1979 tentang tentang
12

Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kepariwisataan


kepada Daerah Tingkat I, menjelaskan bahwa objek wisata adalah
perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa
dan tempat keadaan dalam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

Sedangkan menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM.


98/PW.102/MPPT-87 menjelaskan bahwa objek wisata adalah tempat atau
keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai
tempat yang dikunjungi wisatawan.

5.3.2 Defenisi Destinasi Wisata


Pitana (2009:126), destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi
dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan
dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit).
Penggolongan destinasi menurut Kusudianto dalam Pitana & Diarta
(2009:126) adalah seperti berikut:
1. Destinasi sumber daya alam seperti iklim, pantai, hutan;
2. Destinasi sumber daya budaya seperti tempat bersejarah, museum,
teater, dan masyarakat lokal;
3. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan.
4. Event seperti Pesta Kesenian Bali, Pesta Danau Toba, pasar malam dan
sebagainya.

5.4 Pengertian Daya Tarik Wisata


Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2009 daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata.
Menurut Mariotti dan Yoeti dalam Sunaryo (2013:28) dikemukakan
bahwa daya tarik dari suatu destinasi merupakan faktor yang paling penting
dalam rangaka mengundang wisatawan untuk mengunjunginya. Agar suatu
destinasi dapat menarik wisatawan untuk mengunjunginya, paling tidak harus
memenuhi tiga sayarat utama, yaitu:
a. Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan
“something to see”. Maksudnya destinasi tersebut harus mempunyai
daya tarik khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan, disamping itu juga
harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai
“entertainments” bila orang datang untuk mengunjunginya.
13

b. Selanjutnya destinasi tersebut juga harus mempunyai “something to


do”. Selain banyak yang dilihat dan disaksikan, harus juga disediakan
beberapa fasilitas rekreasi atau amusements dan tempat atau wahana
yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas seperti
olahraga, kesenian maupun kegiatan yang lain yang dapat membuat
wisatawan menjadi betah tinggal lebih lama.
c. Kemudian destinasi juga harus mempunyai “something to buy”. Dimana
tempat tersebut harus tersedia barang-barang cinderamata (souvenir)
seperti halnya kerajinan rakyat setempat yang bisa dibeli wisatawan
sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

Menurut Victor T.C Middleton dalam Dewi (2017:21) membagi daya


tarik wisata itu terdiri atas 6 bagian besar sebagai berikut:

a. Natural Attractions yaitu daya tarik wisata yang bersifat alamiah dan
terdapat secara bebas yang dapat dilihat dan disaksikan setiap waktu. Di
antaranya ada yang sudah dipelihara atau dikembangkan seperti: Kebun
Raya, Taman Nasional pemandangan, pantai, danau, laut, pegunungan,
lembah dan ada pula di antaranya tidak terpelihara seperti hutan lindung
yang terdapat dalam hutan belantara.
b. Build Attractions yaitu bangunan-bangunan dengan arsitektur kuno,
jembatan, rumah-rumah ibadah (gereja, masjid, wihara, kuil atau pura,
gedung-gedung perkantoran bekas penjajahan Belanda),
c. Cultural Attractions yaitu peninggalan lama, petilasan, bekas kerajaan,
candi, museum,
d. Traditional Attractions yaitu tata cara hidup satu etnis, masyarakat
terasing, adat istiadat, festival kesenian, Folklore suatu bangsa,
e. Sport Events yaitu aktivitas yang berkaitan dengan dunia olahraga, baik
ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga tersebut, maupun hanya
datang menyaksikan pertandingan berlangsung,
f. Attractive Spontance yaitu segala sesuatu yang terdapat di DTW yang
merupakan daya tarik wisata, sebagai alasan mengapa wisatawan
tertarik datang berkunjung ke DTW tersebut

5.5 Aspek 4A Kepariwisataan


Menurut Cooper dkk dalam Setiawan (2015:5) komponen yang harus
dimiliki oleh sebuah objek wisata terdiri dari aspek 4A yaitu: attraction,
accessibility, amenity dan ancilliary service.
1. Attraction (Atraksi/ daya tarik wsata)
Merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan.
Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung
14

untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Apa yang


dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau
sumber kepariwisataan. Untuk menemukan potensi kepariwisataan di
suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh
wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada
tiga, yaitu 1) Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan
3) Atraksi buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwisataan itu dapat
dikembangkan menjadi atraksi wisata ditempat dimana modal tersebut
ditemukan. Ada modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan
sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat
berkali-kali dinikmati, atau bahkan pada kesempatan lain wisatawan
bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan atraksi menjadi
alasan serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daya tarik
wisata (DTW).

2. Amenity (Fasilitas)
Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana
yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata.
Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan, rumah
makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan
prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti
hotel, atraksi wisata, marina, gedung pertunjukan, dan sebagainya.
Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-
sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air, tenaga listrik, tempat
pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-lain.
Mengingat hubungan antar sarana dan prasarana, sudah jelas bahwa
pembangunan prasarana pada umumnya harus mendahului sarana. Ada
saatnya prasarana dibangun bersama-sama dalam rangka pembangunan
sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat berkembang sebagai
daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik. Ada hubungan
timbal balik antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan syarat
15

untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan


prasarana.

3. Accessibility (Aksesibilitas)
Accessibility merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan
pariwisata. Segala macam transportasi ataupun jasa transportasi menjadi
akses penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan
dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah
yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak tersedia
aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka
tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan
aksesibilitas di daerah tersebut. Jika suatu daerah memiliki potensi
pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga
daerah tersebut dapat dikunjungi.

4. Ancilliary Service (Pelayanan Tambahan)


Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda dari suatu
daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku
pariwisata. Pelayanan yang disediakan termasuk pemasaran,
pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon,
dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan
segala peraturan perundang-undangan baik di jalan rayamaupun di
objek wisata.

6. METODOLOGI PENELITIAN

6.1 Pendekatan Penelitian


Berdasarkan tujuan, penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan metode pendekatan kuantitatif yaitu dengan teknik
pengharkatan/ skoring, dan didukung dengan pendekatan kualitatif berupa
wawancara.
16

Statistik deskriptif kuantitatif adalah statistik yang digunakan untuk


menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
2016:147)

Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan kualitatif yaitu


merupakan metode yang digunakan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan pelaku yang dapat diamati.

6.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian studi terdapat di Destinasi Wisata Kawasan Sekanak
Kelurahan 7 Ilir, 28 ilir, Ilir Barat II, Kota Palembang Sumatera Selatan.
Lokasi penelitian ini meliputi objek wisata bangunan tua di Kawasan Sekanak
dan objek wisata pinggiran sungai sekanak yang dikenal dengan Sekanak
Bersolek.

6.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisassi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantits dan karakterisik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimplannya (Sugiyono,
2016:80). Pada penelitian ini, penulis menetapkan populasi yang selanjutnya
akan dikerucutkan menjadi sampel, yaitu pengunjung destinasi wisata
kawasan sekanak.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode nonprobability sampling dengan teknik
pengambilan sampel yaitu sampling insidental.
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,2015:156).
17

Pada penelitian ini pengambilan jumlah sampel responden


menggunakan teknik pengambilan sampel oleh Roscoe dalam Sugiyono
(2016:91) yaitu bila 10dalam
x 5 =penelitian
50 akan melakukan analisis dengan
multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota
sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Dalam penelitian
ini variabel yang akan diteliti adalah 5 variabel (independen + dependen),
maka jumlah anggota sampel adalah

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 50 orang.

6.4 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
maka penulis menggunakan teknik wawancara, kuisioner, dokumen, dan
kepustakaan.
1. Metode wawancara
Menurut Sugiyono (2012:384) “wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu”. Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan untuk
mengetahui sejarah, dan apa saja atraksi, aksesibilitas, amenitas dan
pelayanan tambahan yang ada di Kawasan Sekanak.

2. Pengumpulan data dengan kuesioner


Menurut Yusi (2016:120) “kuesioner merupakan alat pengumpul
data primer yang efisien dibandingkan dengan observasi ataupun
wawancara”.
Kuesioner disini merupakan hal penting dalam pengumpulan data
yang penulis lakukan untuk memperoleh tanggapan responden dalam
bentuk angka yang kemudian akan penulis uraiakan dalam bentuk kata-
18

kata. Penulis membagikan kuesioner kepada 50 orang yang pernah


berkunjung ke Kawasan Sekanak yang ditemui pada saat penelitian.
Penulis menetapkan jumlah responden yang diberikan kuesioner
berdasarkan teknik sampling insidental. Menurut Sugiyono (2015)
sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan skala likert untuk
mengukur pendapat seseorang terhadap pernyataan yang penulis
cantumkan dalam bentuk kuesioner.
Menurut Sugiyono (2015:168) skala likert adalah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan


menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert


mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono,
2015:168)
Untuk keperluan analisis kuantitatif, skala likert dengan lima
alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel 6.1. dibawah ini:
Tabel 6.1
Skala Likert
Skala Keterangan
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Ragu-ragu
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Sumber : Sugiyono, 2015
19

3. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi


Menurut Sugiyono (2014:391) “dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya-karya monumental dari seseorang”.
Dokumen yang penulis peroleh dari Dinas Pariwisata Kota
Palembang adalah jumlah kunjungan wisatawan ke Palembang 2013-
2017, daftar destinasi dan potensi objek wisata yang ada di Kota
Palembang, kemudian dari Dinas Kebudayaan Kota Palembang tentang
cagar budaya di Kawasan Sekanak dan foto keadaan umum Kawasan
Sekanak yang penulis dokumentasikan pada saat penelitian.

4. Pengumpulan data dengan study kepustakaan


Pada penelitian ini penulis mengambil teori dari beberapa buku,
jurnal, skripsi dan laporan kegiatan yang berhubungan dengan analisis
kelayakan destinasi wisata yaitu buku manajemen destinasi pariwisata,
peraturan Menteri Pariwisata RI, peraturan pemerintah RI, Peraturan
Walikota Palembang tahun 2017, Undang-Undang No 9 tahun 2010,
metode penelitian pariwisata dan perhotelan, serta beberapa jurnal
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis kelayakan objek
wisata.

6.5 Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
sekunder dengan teknik interpretasi skor. Skoring digunakan untuk
menentukan klasifikasi tingkat potensi objek wisata yang dimulai dengan
tahapan:
1. Pemilihan Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dan indikator penelitian berdasarkan kriteria penilaian
komponen daya tarik wisata yang ada pada jurnal Analisis Kelayakan
dan SWOT Objek Wisata Pemandian Alam Taman Rekreasi Gotong
Royong Indah di Desa Hulu, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten
20

Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara oleh Rikardo (2015) yang


dikombinasikan dengan alat ukur sendiri dan menyesuaikan dengan
destinasi wisata Kawasan Sekanak.

Tabel 6.2
Variabel dan Indikator Penelitian Pada Kawasan Sekanak
Variabel Konsep Sub Variabel Indikator
Variabel
Kelayakan Aspek 4A 1. Atraksi a. Keunikan Sumber daya
Destinasi Kepariwisataan b. Banyaknya sumber daya
Wisata Cooper dkk yang menonjol
Kawasan (1995) c. Kegiatan wisata yang
Sekanak dapat dilakukan
d. Kebersihan lokasi objek
wisata
e. Keamanan kawasan
f. Kenyamanan
2. Aksesibilitas a. Kondisi jalan
b. Jarak dari kota
c. Kendaraan menuju objek
wisata
3. Amenitas a. Jumlah fasilitas
pemenuhan kebutuhan
fisik/ dasar di objek wisata
b. Jumlah fasilitas pelengkap
4. Pelayanan a. Pelayanan Keamanana
Tambahan b. Pelayanan Kesehatan
c. Pelayanana Informasi
21

Sumber: (Kriteria Penilaian Objek dan Dayatarik Wisata menurut Pedoman Analisis Daerah
Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003

2. Skoring
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam pengolahan data
penelitian adalah dengan metode kuantitatif yaitu dengan melakukan
pengharkatan dan pembobotan. Pengharkatan (scorring) adalah teknis
analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberikan nilai pada
masing-masing karakteristik parameter dari sub variabel agar dapat
dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Parameter
tersebut meliputi attraction, accessibility, amenity dan ancilliary. Peringkat
masing-masing parameter dari sub variabel diurutkan kedalam beberapa
kategori yaitu harkat nilai tertinggi untuk parameter yang memenuhi
semua kriteria yang dijadikan indikator, hingga harkat dengan nilai
terendah untuk parameter yang kurang mendukung memenuhi kriteria
sebuah kelayakan destinasi wisata. Kriteria pengharkatan masing-
masing karakteristik diperoleh melalui adaptasi dari berbagai sumber.
Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTW dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

S=NxB

Keterangan :
S = skor/nilai suatu kriteria
N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria
B = bobot nilai
Kriteria atraksi/ daya tarik diberi bobot 6 karena atraksi
merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata.
Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang
mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Amenitas dan
Pelayanan Tambahan diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai
penunjang dalam kegiatan wisata.
22

3. Menghitung Tingkat Kelayakan


Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu
kriteria apabila setiap sub ktiteria memiliki nilai maksimum yaitu 5. Hasil
penilaian tersebut adalah sebagai berikut :

Nilai indeks kelayakan suatu objek wisata = Skor kriteria X 100%


Skor Total kriteria

Karsudi dkk dalam Rikardo (2015) menyatakan setelah dilakukan


perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks
kelayakan suatu kawasan destinasi wisata adalah sebagai berikut:
- Tingkat kelayakan > 66,6 % = Layak
- Tingkat kelayakan > 33,3% - 66,6% = Belum layak
- Tingkat kelayakan < 33,3% = Tidak layak

6.6 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Tujuan dan Manfaaat Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata dan Wisata
2.1.1 Pengertian Objek Wisata
2.1.2 Pengertian dan Jenis Daya Tarik Wisata
2.1.3 Pengertian Destinasi Wisata
2.1.4 Jenis- jenis Pariwisata
2.1.5 Pengertian Kawasan
23

2.1.6 Konsep 4A Kepariwisataan


2.2 Penelitian Terdahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Pendekatan Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Populasi dan Sampel
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif
3.7.2 Teknik Pengharkatan (Skoring)
3.7.3 Menghitung Tingkt Kelayakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Kawasan Sekanak
4.2 Sejarah Singkat Kawasan Sekanak
4.3 Karakteristik Responden
4.4 Analsis Kelayakan Kawasan Sekanak Seabagai Destinasi Wisata
Kota Palembang
4.5 Hasil Analsis Kelayakan Kawasan Sekanak Seabagai Destinasi
Wisata Kota Palembang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
24

6.7 Jadwal Kegiatan


Dalam menyusun proposal skripsi ini penulis telah menyusun jadwal
kegiatan guna menyelesaikan skripsi tepat waktu yang dimulai bulan Februari
2018 hingga Juli 2018.
Tabel 6.3
Jadwal Penelitian
Bulan ke:
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6

1 Tahap Persiapan Peneitian

g. Penyusunan dan Pengajuan Judul

h. Perizinan Penelitian

2 Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data

b. Analisis Data

c. Pengajuan Proposal

d. Diskusi Proposal

3 Tahap Penyusunan Skripsi


25

6.8 Estimasi Biaya yang Dibutuhkan


Biaya-biaya yang akan diperlukan penulis dalam menyusun Skripsi ini,
sebagai berikut:
Tabel 6.4
Estimasi Biaya Penyusunan Skripsi
No Uraian Volume Harga Satuan
Total
.
1. A4 80 gr 3 Rim @50.000 Rp 150.000

2. Tinta 4 Buah @35.000 Rp 140.000

3. Map Kertas 5 Buah @3.000 Rp 15.000

4. Map Plastik 2 Buah @5.000 Rp 10.000

5. Clip 5 Buah @4.500 Rp 22.500

6. Jilid Proposal 2 Rangkap @4.000 Rp 8.000

7. Jilid Skripsi Keras 3 Rangkap @30.000 Rp 90.000

8. Kaset CD 4 Buah @7.000 Rp 28.000

9. Biaya Transport - - Rp 70.000

10. Biaya Lain-lain - - Rp 50.000

Total Biaya Rp 577.500


26

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Paramita Cyntia. 2017. Studi Kelayakan Pantai Bagus Sebagai Daerah
Tujuan Wisata Di Kabupaten Lampung Selatan. UIN Syarif
Hidayatullah.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Porvinsi Sumatera Selatan, 2017. Analisa dan
Profil Pasar Pariwisata Kota Palembang

Intan, Maharani. 2016. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata Pada Kawasan


Wisata Alam Bungi Kecamatan Kokalukuna Kota Baubau, Kendari
Sulawesi Tenggara. Universitas Halu Oleo.

Lovenia, Monica. 2012. Aktivitas Media Relations Kementerian Pariwisata dan


Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Universitas Indonesia.

Peraturan Walikota Palembang Nomor 16 tahun 2017 tentang pengelolaan


Sekanak Kerihin

Pitana, I. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta: Andi.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1979 tentang Penyerahan Sebagian Urusan


Pemerintahan dalam Bidang Kepariwisataan kepada Daerah Tingkat I

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS Tahun 2010-


2025.

Ramdan, Rifki Muhamad dan Andri Ihkwana. 2016. Analisa Kelayakan


Pengembangan Wisata Di Desa. Cimareme Kecamatan Banyuresmi
Garut, Garut Jabar. ISSN : 2302-7320 Vol. 14 No. 1 2016 Hal 101-110

Setiawan , Ida Bagus Dwi. 2015. Identifikasi Potensi Wisata Beserta 4A


(Attraction, Amenity, Accessibility, Ancilliary) Di Dusun Sumber Wangi,
Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Denpasar:
Universitas Udayana.

Simanjuntak, Chandra Rikardo. 2015. Analisi Kelayakan dan SWOT Objek


Wisata Pemandian Alam Taman Rekreasi Gotong Royong Indah di Desa
Hulu, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta
27

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Suryadana, M. Liga Dan Vanny Octavia. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.


Bandung: Alfabeta

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep


Dan Aplikasinyanya Di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan.
Yusi. Syahirman dan Umiyati Idris. 2016. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi,
Bisnis dan Sosial. Palembang: UPT. Penerbit dan Percetakan Universitas
Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai