Anda di halaman 1dari 9

1.

Judul Proposal : Pengaruh Nilai Pengalaman Terhadap Minat


Berkunjung Ulang Destinasi Wisata Religi
Kampung Al-Munawar Palembang
2. Jenis Skripsi : Penelitian
3. Bidang Ilmu : Pariwisata
4. Pendahuluan :
4.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki berbagai destinasi
wisata menarik dan patut untuk dikunjungi. Karena, memiliki beragam
wisata budaya, sejarah, religi, alam, dan buatan yang beraneka ragam.
Mulai dari kuliner, pantai, gunung, pakaian, adat istiadat, transportasi
tradisional, upacara keagamaan hingga situs peninggalan sejarah masa
lampau yang mampu menarik minat wisatawan domestik hingga
wisatawan mancanegara untuk menikmati kearifan lokal tersebut.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Nusantara (BP3N) Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Esty Reko
Astuti mengatakan bahwa peninggalan-peninggalan sejarah menjadi
bagian dari daya tarik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Keunggulan pariwisata
Indonesia bertumpu pada potensi budaya mendapat porsi paling besar
yaitu 60%, potensi alam sebesar 35% dan diikuti dengan potensi buatan
manusia (man made) sebesar 5%. Potensi budaya yang dikembangkan
berupa wisata warisan budaya dan sejarah, wisata belanja, kuliner dan
wisata desa atau kota.

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki keragaman daya tarik


wisatanya masing-masing. Salah satunya provinsi Sumatera Selatan yang
memiliki banyak objek wisata yang layak untuk dijadikan daerah tujuan
wisata (DTW). Terdapat 958 Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
tersebar di 17 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Selatan dan berjumlah
65 destinasi di Ibukota Provinsi Sumatera Selatan yaitu Kota Palembang.
(Sumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera
Selatan). Hal ini dapat menambah banyak pilihan destinasi yang dapat
dikunjungi ketika berwisata Ke Sumatera Selatan dan khususnya ke Kota
Palembang.
Tabel 1.1
Daftar Destinasi Prioritas di Kota Palembang
No. Destinasi Jenis Wisata
1. Jembatan Ampera Colonial Tourism
2. Benteng Kuto Besak Wisata Sejarah
3. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Wisata Sejarah
4. Monumen Perjuangan Rakyat Wisata Sejarah
(Monpera)
5. Kampung Kapitan Wisata Sejarah dan Budaya
6. Kampung Arab Al-Munawar Wisata Religi
7. Pulau Kemaro Wisata Sejarah dan Religi
8. Kawah Tekurep Wisata Religi
9. Sentra Kain Tuan Kentang Wisata Belanja
10. Rumah Limas Aziz Wisata Budaya
11. Al-Quran Al-Akbar Wisata Religi
12. Museum Balaputra Dewa Wisata Sejarah
13. Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya Wisata Sejarah
(Sumber: Dinas Pariwisata Kota Palembang, Data dioleh oleh Peneliti)
Destinasi prioritas tersebut dipilih untuk menyukseskan perhelatan
ASIAN GAMES yang digelar pada tahun 2018. Guna menambah jumlah
kunjungan wisata yang datang ke Palembang
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kota
Palembang, mengenai jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Palembang
tersaji dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Kunjungan Wisatawan ke Kota Palembang
Tahun 2014-2018
Jumlah Kunjungan
Tahun Jumlah (orang)
Nusantara Mancanegara
2014 1.819.346 8.861 1.828.207
2015 1.724.275 8.028 1.732.303
2016 1.899.887 9.261 1.909.148
2017 2.001.576 9.850 2.011.417
2018 2.110.998 12.149 2.123.147
(Sumber: Data Olahan Dinas Pariwisata Kota Palembang)
Sebagai ibukota provinsi Sumatera Selatan dan merupakan kota
tertua yang ada di Indonesia, Palembang berdiri sejak 16 Juni 683 atau
sekitar 1335 tahun lalu berdasarkan temuan prasasti kedukan bukit yang
ditemukan di Bukit Siguntang. Tak hanya keturunan asli Palembang yang
berdomisili di kota ini, namun juga terdapat berbagai etnis dan budaya
yang ada di masyarakatnya. Hal ini memperkaya khazanah kebudayaan
dan keberagaman di Kota Palembang.
Ada etnis Melayu, Lampung, Batak, Sunda, Aceh, Tionghoa, India,
Arab dan lain-lain. Setiap etnis tersebut memiliki komunitasnya masing-
masing, baik itu berupa tempat tinggal, organisasi maupun hanya sekadar
perkumpulan. Tempat tinggal atau pemukiman yang ada di suatu
masyarakat etnis tertentu, sebagian besarnya adalah masyarakat dari etnis
tersebut. Misalnya sekumpulan masyarakat yang berasal dari Arab,
bermukim di suatu tempat besar, dinamakan kampung Arab. Mayoritas
pemukiman Arab terletak di sepanjang Sungai Musi, baik di bagian Ilir
maupun bagian Ulu. Bagian Ilir dan bagian Ulu dihubungkan dengan
jembatan.
Terdapat beberapa perkampungan Arab yang ada di Kota
Palembang, diantaranya di daerah Kuto, perkampungan Arab pabrik es
Assegaf, dan kampung Arab 13 Ulu. Namun, untuk menambah destinasi
wisata menjelang ASIAN GAMES 2018, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016 menetapkan
Kampung Arab Al-Munawar sebagai destinasi wisata religi di Palembang.
Kampung Arab Al-Munawar dipilih karena memiliki daya tarik dan
keunikan yang bisa mendatangkan wisatawan domestik maupun
mancanegara. Diantara keunikan tersebut ialah terdapat beberapa rumah
yang sudah berusia 300 tahun, dihuni oleh warga etnis Arab, berada di
tepian Sungai Musi sehingga bisa menyaksikan sunset di sore hari, bisa
ditempuh melalui jalur darat dan sungai serta tradisi masyarakat yang
masih menjunjung tinggi norma-norma agama Islam dengan baik, seperti
sekolah yang libur pada hari Jumat dan wanita yang menutup aurat. Ini
merupakan kampung wisasta religi pertama yang ada di Palembang
Keunikan-keunikan tersebut dapat menambah nilai pengalaman
wisatawan untuk berkunjung, karena suasana yang diberikan seperti
sedang berada di Timur Tengah. Penulis yang juga bertugas sebagai
Tourist Information Center di Kampung Wisata Religi Al-Munawar kerap
bertemu dengan wisatawan yang melakukan kunjungan lebih dari satu
kali. Mereka kagum terhadap arsitektur rumah yang bergaya campuran
Melayu (Palembang), Timur Tengah dan Eropa yang dapat dijadikan
background untuk berswafoto, mempelajari kegiatan sehari-hari
masyarakat, dan mengenal sejarah masuknya bangsa Arab ke Palembang
untuk menyebarkan agama Islam.
Potensi budaya dan sejarah yang dimiliki Kampung Wisata Religi
Al-Munawar cukup menarik. Untuk meningkatkan potensi yang ada, dapat
dilakukan peningkatan
Berdasarkan hal-hal di atas, penulis mengambil penelitian dengan
judul ”Pengaruh Nilai Pengalaman Terhadap Minat Berkunjung
Ulang Destinasi Wisata Religi Kampung Al-Munawar Palembang”.
4.2. Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Bagaimana terdapat pengaruh mutu produk wisata terhadap minat
berkunjung ulang destinasi Wisata Religi Kampung Al-Munawar
Palembang?
b. Apakah terdapat pengaruh nilai wisatawan terhadap minat berkunjung
ulang destinasi Wisata Religi Kampung Al-Munawar Palembang?
4.3. Batasan Masalah
Agar penelitian skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari
tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data
dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan
sebagai berikut:
1. Mutu produk pada destinasi Kampung Wisata Religi Al-Munawar
2. Nilai pengalaman wisatawan berkunjung ulang di Kampung Wisata Religi
Al-Munawar.
4.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas, penelitian ini mempunyai beberapa
tujuan diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan.
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mutu produk pada destinasi Kampung Wisata Religi
Al-Munawar.
2. Untuk mengetahui nilai pengalaman wisatawan berkunjung ulang di
Kampung Wisata Religi Al-Munawar.

4.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dalam penelitin ini adalah dapat memberikan
manfaat kepada berbagai pihak, yaitu:
a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran dalam pengetahuan ilmu kepariwisataan. Terutama
mengenai nilai pengalaman wisatawan mengunjungi wisata religi yang ada
di Kota Palembang.
b. Bagi Akademi, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian di Kampung
Wisata Religi Al-Munawar Palembang.
c. Bagi Pengelola Kampung Religi Al-Munawar Palembang, hasil penelitian
ini dapat memberikan masukan positif dalam mengembangkan produk
wisata di Kampung Religi Al-Munawar Palembang.
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1. Pariwisata
Sesungguhnya, pariwisata telah lama menjadi perhatian, baik dari segi
ekonomi, politik, administrasi kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini
belum ada kesepakatan secara akademis mengenai apa itu pariwisata. Secara
etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua
kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”,
sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka kata
pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali
atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata
“Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism” (Yoeti,
1996:112) dalam (Suwetna & Widyatmaja, 2017:19).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata
adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Istilah
pariwisata pertama kali digunakan pada tahun 1959 dalam Musyawarah
Nasional Turisme II di Tretes, Jawa Timur. Istilah ini dipakai sebagai
pengganti kata Turisme sebelum kata pariwisata diambil dari bahasa
Sansekerta.
Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang kepariwisataan yang menjelaskan sebagai berikut :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha.
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
5.2. Nilai
1. Menurut (Antony Giddens, 1995), Nilai adalah gagasan-gagasan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok tentang apa yang dikehendaki, apa
yang layak, dan apa yang baik atau buruk.
2. Menurut (Horton & Hunt, 1987), Nilai adalah gagasan-gagasan tentang
apakah suatu tindakan itu penting atau tidak penting.
3. Menurut (Richard T. Schaefer dan Robert P.Lmm, 1998), Nilai merupakan
gagasan kolektif (bersama-sama) tentang apa yang dianggap baik, penting,
diinginkan, dan dianggap layak. Sekaligus tentang yang dianggap tidak
baik, tidak penting, tak layak diinginkan dan tidak layak dalam hal
kebudayaan. Nilai menunjuk pada hal yang penting dalam kehidupan
manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
4. Pengertian Nilai Menurut Notonagoro:
Membagi nilai dalam tiga macam nilai pokok, yaitu nilai materiil,
vital, dan kerohanian.
a. Nilai Materiil adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
b. Nilai Vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas
c. Nilai Kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia.
Nilai kerohanian dibagi empat macam yaitu :
1) Nilai kebenaran (kenyataan), yaitu nilai yang bersumber pada unsur
akal manusia (rasio, budi, dan cipta)
2) Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia
(estetika)
3) Nilai moral (kebaikan), yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak atau kemauan (karsa dan etika).
4) Nilai religius, yaitu nilai ketuhanan yang tertinggi yang sifatnya
mutlak dan abadi.
Dari berbagai pengertian nilai menurut para ahli dapat disimpulkan
pengertian nilai adalah pertimbangan terhadap suatu tindakan untuk
mengambil keputusan dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk bagi dirinya dan orang lain.
5.3. Pengalaman
Knoers dan Haditoni (1999) dalam Asih (2006:12) mengatakan bahwa
pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
non formal atau bisa juga diartkan sebagai suatu proses yang membawa
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel
pengalaman akan diukur menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi
pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan dan banyaknya pelatihan yang
telah diikuti.
Scott (2006:44) menegaskan bahwan pengalaman adalah “the
collection of points at wich companies and consumers exchange sensor
stimuli, information and emotion”. Menurutnya pengalaman adalah
sekumpulan peristiwa ketika perusahaan melakukan transaksi, pertukaran
informasi, dan emosi yang terjadi antara konsumen dengan produsen dimana
konsumen memperolehnya melalui:
a. Pengalaman dengan produk
b. Pengalaman dengan lingkungan
c. Pengalaman komunikasi
d. Pengalaman dalam pelayanan konsumen
e. Pengalaman dalam kegiatan (event)
Kumpulan pengalaman di atas merupakan dasar pembentukan
kepercayaan yang dibangun perusahaan terhadap konsumennya. Perilaku
pembelian seseorang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku pembelian dan berasal dari seseorang, sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi faktor pembelian dan
berasal dari luar. Penciptaan pengalaman adalah upaya untuk mempengaruhi
pembelian yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Anda mungkin juga menyukai